Perairan Selat Bali yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia dimana potensi sumber daya ikannya masih dapat dimanfaatkan dan berkualitas ekspor.
Menurut Indrawati 2000, Perairan Selat Bali merupakan fishing ground bagi armada penangkapan ikan yang tersebar di Jawa Timur bagian Timur, dimana
Selat Bali merupakan salah satu daerah penangkapan ikan di perairan Indonesia yang mempunyai potensi sumber daya yang cukup besar dalam bidang perikanan.
Sebagian besar produksi ikan hasil tangkapan di Muncar diproses atau diolah kembali di daerah Muncar. Sektor perikanan laut di Muncar dapat mendukung
pengembangan industri pengolahan ikan sehingga selain ketersediaan bahan bakunya harus kontinyu, kualitasnya juga harus terjamin.
Muncar merupakan daerah yang mempunyai produksi perikanan terbesar di daerah Banyuwangi, dimana lebih dari 90 seluruh produksi perikanan
Banyuwangi didaratkan di Muncar Rasyid, 2008. Beberapa waktu lalu
diterbitkan Peraturan Menteri Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 5 Tahun 2008. Ketentuan tersebut mewajibkan semua ikan yang ditangkap di perairan
Indonesia dibongkar dan diolah di wilayah negara ini. Artinya, tidak ada lagi ekspor ikan segar atau gelondongan, kecuali 14 jenis ikan, seperti tuna dan kerapu
bebek, untuk keperluan sashimi Wawa, 2007. Penelitian mengenai kajian produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP
Muncar belum pernah dilakukan. Penelitian lain yang pernah dilakukan antara lain tentang pendugaan hasil tangkapan ikan lemuru dan pendataan hasil
tangkapan yang dilakukan saat PPP Muncar masih berstatus pangkalan pendaratan ikan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kajian produksi hasil tangkapan didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Pantai Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur.
1.2 Permasalahan
Belum diketahui secara jelas mengenai produksi hasil tangkapan yang digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan ikan di PPP Muncar dan
sekitarnya serta pendistribusiannya.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1 Mendapatkan informasi tentang produksi hasil tangkapan yang didaratkan di
...... PPP Muncar dan pendistribusiannya.
2 Mengetahui kebutuhan bahan baku utama industri pengolahan ikan di dalam ......
dan di sekitar PPP Muncar. 3 Mendapatkan besaran proyeksi produksi hasil tangkapan didaratkan di PPP
Muncar tahun 2011-2020.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1 Memberikan informasi tentang produksi hasil tangkapan yang didaratkan bagi
...... pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain pihak pengelola pelabuhan dan
..... para investor industri pengolahan ikan.
2 Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengembangan produksi pelabuhan perikanan bagi Ditjen Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, dan Pengelola PPP Muncar.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan
Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat baik dilihat dari
aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya. Menurut Deptan dan Dephub, pelabuhan perikanan sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat
nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan
sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran
hasil perikanan BAPPENAS, 2008. Lubis 2006 mengemukakan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu
wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan, serta berfungsi untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau
mengisi bahan perbekalan melaut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan 1994, pelabuhan perikanan merupakan prasarana yang mendukung peningkatan
pendapatan nelayan juga sekaligus mendorong investasi di bidang perikanan. Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pelabuhan perikanan merupakan
pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional, maupun internasional. Menurut
Direktorat Jenderal Perikanan 1994, aspek-aspek tersebut adalah: 1 Produksi, yaitu bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk
melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan melaut sampai membongkar hasil tangkapannya.
2 Pengolahan, yaitu bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.
3 Pemasaran, yaitu bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapannya.
Pengembangan ekonomi perikanan tersebut hendaknya ditunjang oleh industri perikanan baik hulu maupun hilir dan pengembangan sumber daya manusia
khususnya masyarakat nelayan Lubis, 2006. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.16MEN2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu PPS Pelabuhan Perikanan Samudera, PPN
Pelabuhan Perikanan Nusantara, PPP Pelabuhan Perikanan Pantai, dan PPI
Pangkalan Pendaratan Ikan. Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk menangani kapal yang datang
dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan Direktorat Pelabuhan Perikanan,
2005b. 2.1.2 Pengertian pelabuhan perikanan pantai
Pelabuhan Perikanan Pantai PPP adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan bagi nelayan yang beroperasi di perairan pantai, mempunyai
perlengkapan untuk menangani danatau mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, 2004 vide BAPPENAS,
2008. Karakteristik pelabuhan perikanan pantai berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16MEN2006 antara lain memiliki kriteria PP sebagai berikut:
1 Daerah operasional kapal ikan yang dilayani: perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, wilayah ZEEI.
2 Fasilitas tambatlabuh kapal: 10-30 GT. 3 Panjang dermaga dan kedalaman kolam: 100-150 m dan 2 m.
4 Kapasitas menampung kapal: 300 GT ekivalen dengan 30 buah kapal berukuran 10 GT.
5 Ekspor ikan: tidak ada. 6 Luas lahan: 5-15 ha.
7 Fasilitas pembinaan mutu hasil perikanan: tidak ada. 8 Tata ruang zonasi pengolahanpengembangan industri perikanan: ada.
Direktorat Pelabuhan Perikanan. 2005b.
Selanjutnya dikatakan dalam Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Pengembangan Sentra-Sentra Perikanan, DKP tahun 2002, bahwa tanggung jawab
pengelolaan pelabuhan perikanan pantai Ps. 22. UU. Desentralisasi th.1999 dipegang oleh propinsi. Peraturan untuk pelabuhan perikanan pantai ini antara
lain Ijin Tonage Kapal PP No. 141 th. 2000 sebesar 10-30 GT, Ijin Mesin Kapal PP No. 141 th. 2000 sebesar 30-90 HP, dan Ijin Daerah Tangkapan sejauh 4-12
mil laut Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, 2004 vide BAPPENAS, 2008. Menurut Lubis 2006, lokasi pelabuhan perikanan pantai dicirikan oleh
kondisi: 1 Daerah yang sudah berkembang dan mempunyai daya serap tinggi terhadap
jumlah ikan yang didaratkan; 2 Pelabuhan perikanan tumbuh menjadi tempat pemusatan produk ikan dari
berbagai daerah sekitar perkampungan nelayan fisheries community untuk didistribusikan ke hinterland atau interinsuler, dalam bentuk ikan segar atau
ikan olahan melalui darat atau laut; 3 Volume ikan yang didaratkan mencapai skala ekonomis bagi pengembangan
usaha perikanan tangkap, perdagangan dan industri pengolahan pasca panen; 4 Kapal ikan telah menggunakan tingkat teknologi maju yang beroperasi di
perairan sekitar lokasi lebih 4 mil sd 12 mil atau wilayah perikanan lainnya. Karakteristik kapal akan didominasi pada ukuran yang lebih besar 10 GT.
2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan