masing-masing masih memperlihatkan perakarannya. Pada umur 2-4 bulan terjadi peningkatan akar sekunder, sedangkan pertumbuhan akar tersier dimulai
pada umur 3 bulan. Akar sekunder maupun tersier tebal, dengan permukaan halus dan tidak berakar rambut pada semua stadia tumbuh Rukayah
Zabedah 1992. Pertumbuhan tanaman manggis yang lambat berkaitan erat dengan
sistem perakarannya. Tanaman manggis mempunyai akar tunggang yang panjang dan kuat tetapi percabangan akarnya sangat sedikit, juga tidak memiliki
bulu-bulu akar. Uniknya di antara seluruh spesies Garcinia, hanya Garcinia mangostana
saja yang mempunyai perakaran lemah, sedangkan jenis lainnya memiliki perakaran kuat dan lebat. Hasil pemeriksaan sitologi terhadap tanaman
manggis memperlihatkan bahwa tanaman ini mempunyai kromosom poliploid 2n=96 yang sifatnya sangat lemah, laju pembelahan selnya rendah demikian
pula pembesaran selnya lambat, sedangkan spesies Garcinia lainnya yaitu G. Hombroniana
dan G. Malaccencis, masing-masingnya memiliki jumlah kromosom, yaitu 2n=48 dan 2n=46 Verheij 1992.
Menurut Cox 1988 pohon manggis dengan tinggi 3.8 m dan lebar tajuk 2.5 m mempunyai sebaran akar terbanyak pada kedalaman 5-30 cm dan
akar terpanjang tidak lebih dari 1 m dari pangkal batang. Selain itu Gonzales Anoos 1952 dalam Pertamawati 1994 mengatakan bahwa pada setiap
tanaman manggis yang tingginya lebih dari 1 m, rata-rata mempunyai 5,6 akar primer yang lurus dan panjang, tetapi hanya 1 atau 2 dari akar primer tersebut
yang dapat berkembang baik. Hidayat 2002 melaporkan juga bahwa, semakin tua tanaman manggis persentase akar tersier diameter 2 mm = feeder root
semakin rendah. Sebaliknya persentase akar primer dan akar sekunder semakin tinggi dengan semakin tuanya umur tanaman manggis. Akar tersier
merupakan akar penyerap air dan hara mineral, sedangkan akar primer dan akar sekunder berperan sebagai organ penyangga batang dan penyimpan cadangan
karbohidrat. Rendahnya persentase akar tersier pada tanaman manggis menyebabkan serapan air dan hara rendah.
2.2.3. Upaya Perbaikan Akar Bibit Manggis
Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan komoditas nonmigas, melalui pengembangan agribisnis yang dapat meningkatkan perolehan devisa
Negara. Upaya peningkatan ekspor komoditas pertanian memerlukan dukungan penyediaan bibit untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.
Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memperbaiki sistem perakaran bibit manggis baik secara konvensional in vivo maupun secara in
vitro . Pemberian mikorhiza dapat memperbaiki pertumbuhan dan perakaran
bibit manggis. Poerwanto et al. 1998 melaporkan bahwa pemberian mikorhiza dapat meningkatkan pertumbuhan bibit manggis umur 4 minggu. Peningkatan
pertumbuhan bibit terbaik diperlihatkan oleh pemberian endomikorhiza Gigaspora sp
dengan meningkatkan panjang akar primer, panjang total akar dan luas daun serta berat kering akar, batang dan daun. Sementara itu, di Malaysia
dilaporkan bahwa mikorhiza jenis Scutellospora calospora dan Glamus mosseae mampu meningkatkan panjang dan percabangan akar, meningkatkan
pertumbuhan bibit manggis dan mempersingkat waktu di pembibitan dari 24 bulan menjadi 18 bulan Masri et al. 1998.
Penelitian Hidayat et al. 1999 diketahui bahwa pemberian 50-150 ppm IBA terhadap biji dan akar manggis meningkatkan pertambahan panjang
akar, diameter batang, bobot total tanaman, kandungan dan serapan hara daun manggis. Pemberian trikontanol 0.075-0.150 ppm meningkatkan panjang akar,
luas daun, bobot tanaman serta serapan hara daun bibit yang berumur 7 bulan. Upaya perbaikan sistem perakaran manggis juga dilakukan dengan
mengiduksi perakaran manggis secara in vitro. Goh et al. 1994, berhasil menginduksi perakaran manggis dengan menggunakan IBA yang ditanam
dalam vermikulit. Hasil penelitian Te-chato Lim 1999 perakaran manggis lebih cepat terbentuk, lebih panjang dan kualitasnya lebih baik pada perlakuan
perendaman 4,4 mM IBA selama 15 menit dalam gelap dan dikulturkan pada media WP yang ditambah 34,5
µ M phloroglucinol. Perlakuan 10-20 ppm IBA
diinkubasi dalam gelap selama 14 hari memberikan persentase perakaran yang baik Triatminingsih et al. 2001.
Pertumbuhan dan perkembangan akar manggis yang dikulturkan secara in vitro dapat juga ditingkatkan dengan menerapkan sifat tumbuhan
tersebut di lapangan, yaitu dengan mengontrol faktor lingkungan in vitro seperti perlakuan pengaturan CO
2
dan peningkatan intensitas cahaya dalam wadah
kultur sehingga eksplan yang mempunyai klorofil dapat melakukan proses fotosintesis dengan optimal. Kultur seperti ini dikatakan bahwa eksplan tumbuh
dalam keadaan fotoautotrofik perbanyakan mikro dengan media bebas gula. Ermayanti et al. 1999 menyatakan bahwa planlet manggis yang ditanam dalam
media bebas gula, menggunakan substrat vermikulit dan dengan pengaturan CO
2
menghasilkan persen perakaran dan panjang akar yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Pertamawati 2003 juga mendapatkan bahwa, planlet
manggis yang dikulturkan secara in vitro dalam keadaan fotoautotrofik nyata lebih baik pertumbuhannya, akar planlet lebih panjang dan daunnya lebih luas
dibandingkan dengan keadaan miksotrofik medium tumbuh mengandung gula.
2.3. Perbaikan Sistem Perakaran Tanaman dengan Transformasi Agrobacterium rhizogenes