Model Problem Based Learning PBL

29 1 Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan. 2 Kemampuan menggambarkan ide-ide matematis secara visual. 3 Kemampuan memahami dan menginterpretasikan ide-ide matematis secara tulisan. 4 Kemampuan mengevaluasi ide-ide matematis secara tulisan. 5 Kemampuan dalam mengunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi. Indikator tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan soal uraian berbasis problem solving pada tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.

2.1.4 Model Problem Based Learning PBL

Menurut Bruner, sebagaimana dikutip oleh Suprijono 2014: 71, model pembelajaran berbasis masalah PBL memberikan arti penting belajar konsep dan belajar menggeneralisasi. Pembelajaran ini berorientasi pada kecakapan siswa memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada cara-cara orang menangani stimulasi dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan menggunakan lambang-lambang verbal dan non- verbal. Menurut Utecht 2003: 4 “PBL helps students to take the knowledge they have, and apply it in a meaningful way to problems that can occur in real-life situations ”. Artinya bahwa model PBL adalah model yang tidak 30 hanya melibatkan siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran tetapi mendorong mereka untuk memiliki peran aktif dengan melibatkan mereka secara bermakna dengan permasalahan dunia nyata Selain itu menurut Winter 2001, model PBL merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasi dan penilaian diri siswa. Daryanto 2014: 29 juga berpendapat bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan itu digunakan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran. Masalah tersebut diberikan kepada siswa, sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkaitan dengan masalah yang harus dipecahkan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model PBL adalah model yang dikembangkan dengan memberikan permasalahan kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dan dapat menjadikan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan model PBL mereka dapat menggunakan pengetahuan yang mereka miliki dan mengaplikasikannya serta menggunakanya untuk memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari. Karena model PBL merupakan model berdasarkan masalah nyata maka hal ini berarti pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. 31 Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Schmidt 2007: 93 yakni meliputi unsur- unsur sebagai berikut. 1 Siswa dikumpulkan dalam kelompok-kelompok kecil. 2 Pemberian orientasipetunjuk pada setiap kelompok. 3 Tugas pembelajaran mereka adalah untuk menjelaskan penyelesaian masalah sesuai dengan materi pelajaran. 4 Penyelesaian dilakukan dengan diskusi awal dengan kemampuan yang dimiliki setiap anggota kelompok. 5 Guru berperan untuk memfasilitasi pembelajaran. 6 Guru sebagai fasilitator memberikan petunjuk seperti informasi yang relevan, pertanyaan, dan lain-lain yang disajikan dengan suatu rancangan permasalahan. 7 Sumber untuk belajar mandiri dapat berupa buku, artikel, atau media lainnya. Tujuan dari model PBL menurut Daryanto 2014: 30 adalah sebagai berikut. 1 Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2 Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah menjembatani antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. 32 Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan: a PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas; b PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialg dengan yang lain sehingga siswa secara bertahap dapat memiliki peran yang diamati tersebut; dan c PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun temannya tentang fenomena itu. 3 Belajar pengarahan sendiri self directed learning. Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada siswa. Siswa harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan guru. Menurut Arends 2012: 411 model PBL memiliki 5 tahapan utama seperti tersaji pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Sintaks Model PBL Fase Perilaku Guru Fase 1: memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah- masalah. Fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya. Fase 3:membantu investigasi mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi. Fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan 33 Lanjutan Tabel 2.2 Sintaks Model PBL Fase Perilaku Guru exhibit artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model- model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain. Fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan. Akinoglu dan Ozkardes-Tandogan 2007: 73-74 menyatakan terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model PBL di kelas. Kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut. 1 Kelas akan lebih terpusat pada siswa dibandingkan dengan guru. 2 Model pembelajaran ini mengembangkan kontrol diri pada siswa. Hal ini mengajarkan pembuatan rencana yang prespektif dalam menghadapi realitas dan mengekspresikan emosi. 3 Model ini memungkinkan siswa untuk melihat peristiwa secara multidimensional dan dengan prespektif yang lebih dalam. 4 Membantu mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 5 Mendorong siswa untuk belajar akan hal baru dan konsep saat memecahkan masalah. 6 Mengembangkan tingkat sosialisasi dan keterampilan komunikasi siswa dengan memungkinkan mereka untuk belajar dan bekerja dalam tim. 7 Mengembangkan kemampuan pemikiran tingkat tinggi atau berpikir kritis dan berpikir ilmiah siswa. 34 8 Model ini menyatukan antara teori dan praktek. Hal ini memungkinkan siswa untuk menggabungkan pengetahuan lama mereka dengan pengetahuan baru dan untuk mengembangkan keterampilan menilai mereka dalam lingkungan disiplin tertentu. 9 Memotivasi belajar bagi guru dan siswa. 10 Siswa memperoleh keterampilan manajemen waktu, fokus, pengumpulan data, penyusunan laporan dan evaluasi. 11 Membuka jalan untuk belajar seumur hidup. Selain itu terdapat beberapa faktor yang membatasi pelaksanaan pembelajaran dengan PBL di kelas yakni sebagai berikut. 1 Kesulitan guru untuk mengubah gaya belajar. 2 Kebutuhan waktu yang lebih lama oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan. 3 Kelompok atau individu mungkin dapat menyelesaikan pekerjaan mereka lebih awal atau lebih lama. 4 PBL memerlukan materi dan penelitian percobaan yang banyak. 5 PBL tidak dapat diterapkan pada semua materi atau proses pembelajaran. Hal tersebut karena akan tidak bermanfaat untuk diterapkan pada kelas dengan kondisi siswa yang tidak sepenuhnya dapat memahami makna permasalahan yang disajiankan. 6 Penilaian pembelajaran lebih sulit. 35

2.1.5 Pendekatan Saintifik

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MODEL PEMBELAJARAN RESOURCE BASED LEARNING

46 279 461

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF BERDASARKAN GAYA KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL SOMATIC AUDITORY VISUALIZATION INTELLECTUALLY (SAVI) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

2 27 377

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS BERDASARKAN SELF ESTEEM SISWA KELAS VII PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING

2 33 404

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MELALUI MODEL SSCS DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS VIII SKRIPSI

8 111 483

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VIII

3 45 466

KEEFEKTIFAN MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERAGA POP UP BOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII

3 50 561

Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Saintifik Terintegrasi pada Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Saintifik Terintegrasi pada Model Pembelajaran Discovery Learning

0 3 16

Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Saintifik Terintegrasi pada Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan Saintifik Terintegrasi pada Model Pembelajaran Discovery Learning

0 3 11

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM MATERI HIMPUNAN BERDASARKAN GAYA BELAJAR DI SMP

0 0 9

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH SOKARAJA DILIHAT DARI GAYA BELAJAR

0 0 15