Konsep Kesejahteraan Faktor Kesejahteraan Rumah Tangga

Keterangan : L = Maksimum Likelihood dari model reduksi Reduced Model atau model yang terdiri dari konstanta saja. p L = Maksimum Likelihood dari model penuh Full Model atau dengan semua variabel bebas. Menurut Hosmer Lemeshow 1989 rumus untuk menyatakan odds ratio adalah :             1 1 1 1         Keterangan :   1  = peluang kejadian kelompok pertama    = peluang kejadian kelompok kedua

2.4 Konsep Kesejahteraan

Menurut Kolle 1974 dalam Bintarto 1989, kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan, yaitu : 1 Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagianya. 2 Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya. 3 Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya. 4 Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya. Menurut Drewnoski 1974 dalam Bintarto 1989, melihat konsep kesejahteraan dari tiga aspek; 1 dengan melihat pada tingkat perkembangan fisik somatic status, seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya; 2 dengan melihat pada tingkat mentalnya, mentaleducational status seperti pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya; 3 dengan melihat pada integrasi dan kedudukan social sosial status Todaro 2003 mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat.Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik BPS, kesejahteraan merupakan representasi yang bersifat kompleks karena mempunyai keterkaitan multidimensi. Secara umum kesejahteraan dapat diukur dari sisi demografi, kecukupan pangan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan merupakan bentuk ketidakmampuan untuk meraih kesejahteraan di pandang dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

2.4 Faktor Kesejahteraan Rumah Tangga

Dalam mengukur kesejahteraan rumah tangga diperlukan indikator moneter, indikator yag banyak digunakan adalah indikator pendapatan dan pengelaran BPS 2009 dan The Worl Bank, 2007. Indikator pengeluaran dalam hal ini disebut juga konsumsi, dipilih karena sifatnya tetap dan relatif stabil terhadap berfluktuasinya pendapatan dari tahun ke tahun. Suryadarma 2005 mengungkapkan variable-variabel yang menjadi ciri kesejahteraan suatu keluarga antara lain : kepemilikan asset, kepemilikan binatang ternak, status perkawinan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan pasangannya, anggota rumah tangga yang bekerja, sektor pekerjaan, akses terhadap rumah tangga, konsumsi makanan dan indikator kesehatan, indikator kesejahteraan lainnya, serta partisipasi politik dan akses kepada informasi. Jumlah anggota rumah tangga diduga mempunyai keterkaitan erat dengan kesejahteraan rumah tangga karena kemiskinan dihitung berdasarkan pengeluaran dan jumlah anggota rumah tangga.makin besar jumlah anggota rumah tangga, akan makin besar pula resiko untuk menadi miskin apabila pendapatannya tidak meningkat Faturokhman dan molo, 1995. Usia kepala rumah tangga juga berkaitan dengan kesejahteraan rumah tangga walaupun hubungannya tidak begitu jelas, akan tetapi ada kecendrungan bahwa kepala rumah tangga yang lebih sejahtera lebih tua dibandingkan kepala rumah tangga yang kurang sejahtera. Jenis karakteristik lain adalah karakteristik jenis pekerjaan. Kemampuan mayoritas rumah angga ntuk keluar dari kemiskinan akan bergantung pada upah mereka dari pekerjaan yang dilakukan. Jadi penting untuk menguji hubungan antara kesejahteraan dengan jenis pekerjaan aggota rumah tangga yag berada dalam usia kerja. Dillon dan Hermanto dalam Faturokhman dan molo 1995 mengungkapkan bahwa kenyataannya , sebagian penduduk atau rumah tangga miskin di desa masih mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan utamanya, akan tetapi usaha-usaha di luar pertanian tetap menjadi sumber pendapatan komplementer dan alternatif bagi keluarga. Sedangkan rumah tangga miskin di kota lebih banyak mengandalkan penghasilan dari sector-sektor jasa atau lebih dikenal dengan sector informal. Karakteristik umum penduduk miskin menurut Rusastra dan Togar 2007 adalah sebagian tinggal di desa, bekerja di sektor pertanian, sifat pekerjaan adalah informal, serta status pekerjaan sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar. Sedangkan menurut The World Bank 2006 karakteristik umum penduduk miskin adalah sifat pekerjaan yang bersifat informal, serta status pekerjaan sebagai pekerja keluarga tidak dibayar.

2.6 Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis