Peramalan Permintaan Impor Mandarin dari China

76 dari tahun 2004. Pada tahun 2004 dan tahun 2005 permintaan mandarin impor dari China sebesar 22.450 dan 34. 593 ton.

b. Peramalan Permintaan Impor Mandarin dari China

Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 15, hasil peramalan terbaik diperoleh dengan menggunakan metode Winters Multiplikatif. Hasil pengolahan data permintaan impor mandarin dari China menghasilkan nilai MSE terkecil sebesar 2,96E+12. Metode ini optimal pada nilai pemulusan level estimasi saat ini sebesar 0,550. Untuk nilai pemulusan trend sebesar 0,150 sedangkan untuk musimannya sebesar 0,050. Hasil pengolahan dan peramalan 12 bulan permintaan mandarin dari China dengan menggunakan metode Winters Multiplikatif dapat dilihat pada Lampiran 28. Tabel 15. Nilai MSE Beberapa Metode Peramalan Time Series pada Permintaan Impor Mandarin Indonesia dari China No. Metode MSE MSE terkecil 1 Trend 1,77E+13 6 2 Winters Multiplikatif 2,96E+12 1 3 Winters Aditif 4,18E+12 5 4 Dekomposisi Multiplikatif 3,38E+12 3 5 Dekomposisi Aditif 3,23E+12 2 6 SARIMA 1,0,0 0,1,1 12 4,13E+12 4 Permintaan Mandarin dari China ke depan meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 8.841 ton. Total pemintaan 12 bulan ke depan menjadi sebesar 44.054 ton dengan rata-rata per bulan sebesar 3.671 ton. Puncak permintaan mandarin tertinggi terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 9.684 ton dan puncak terendah terjadi pada bulan September, yaitu sebesar 222 ton. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Mandarin dari China Nilai tukar, lag impor dan variabel dummy bulanan merupakan keseluruhan variabel dalam hipotesis penelitian yang diduga mempengaruhi 77 permintaan mandarin dari China. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata harga mandarin impor dan pasokan jeruk PIKJ. Tabel 16. Hasil Analisis Model Regresi Permintaan Impor Mandarin dari China Tahun 2002-2005 Elastisitas Peubah koefisien SE koefisien t hitung p -value VIF SR LR Constant 8453822 6296751 1,34 0,189 Nilai tukar -731,7 454,5 -1,61 0,118 1,6 -3,68 -5,50 Harga mandarin impor -1009816 1351769 -0,75 0,461 1,8 -0,38 -0,57 Pasokan jeruk PIKJ 0,06326 0,0962 0,66 0,516 4,4 0,33 0,49 Harga jeruk PIKJ 80,6 433,9 0,19 0,854 2,8 0,25 0,37 Lag volume impor 0,3311 0,1549 2,14 0,041 2,9 Februari 1685952 1026664 1,64 0,111 1,9 Maret -2155779 999124 -2,16 0,039 1,8 April -2130687 1178443 -1,81 0,080 2,6 Mei -2021301 1286533 -1,57 0,126 3,1 Juni -1615260 1366521 -1,18 0,246 3,4 Juli -2593046 1434936 -1,81 0,080 3,8 Agustus -2457887 1554781 -1,58 0,124 4,5 September -2167938 1381957 -1,57 0,127 3,5 Oktober -551958 1267738 -0,44 0,666 3,0 November 1302406 1135646 1,15 0,260 2,4 Desember -87265 1053885 -0,08 0,935 2,1 R-Sq = 68,8 R-Sqadj = 52,7 Durbin-Watson statistic =2,09 F hit =4,28 Keterangan: = signifikan pada taraf nyata 5 ; = signifikan pada taraf nyata 10 SR = jangka pendek; LR = jangka panjang Terdapat indikasi pada saat terjadi depresiasi nilai tukar rupiah tehadap Dollar USA dan pada saat harga mandarin impor, permintaan terhadap mandari dari China mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi diduga karena harga mandarin dari China hampir sama dengan harga rata-rata dari negara-negara produsen mandarin lihat Lampiran 29. Adanya perbedaan antara jeruk lokal dan mandarin, diduga konsumen meningkatkan konsumsi dari keduanya pada saat keduanya tersedia. Permintaan impor dari mandarin dari China pada jangka pendek dan jangka panjang bersifat tidak elastis terhadap perubahan harga mandari, pasokan dan harga jeruk lokal. Tetapi respon terhadap perubahan nilai tukar bersifat elastis baik pada jangka pendek dan jangka panjang. 78 Pengujian asumsi kenormalan dilakukan dengan melihat grafik Kolmogorov-Smirnov Lampiran 31. Berdasarkan grafik ini, terlihat bahwa titik residual yang ada tergambar segaris dan nilai P-value sebesar 0,057 lebih besar dari α = 0,05. artinya, residual model permintaan mandarin dari China terdistribusi normal. Pengujian lainnya yaitu asumsi homoskedastisitas atau masalah heteroskedastisitas diperiksa menggunakan grafik Residual Plot Lampiran 30. Pada grafik residual plot tidak ditemukan titik yang berpola sistematik acak. Hal ini menunjukkan bahwa variasi setiap unsur residual adalah sama konstan. Adapun masalah multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF. Pada Tabel 16 terlihat bahwa semua variabel bebas penjelas mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi masalah multikolinearitas. Sedangkan uji Durbin-Watson untuk melihat autokorelasi dihasilkan nilai sebesar 2,09, yang berarti tidak terdapat autokorelasi antar veriabel bebas dalam model. Hasil dugaan model regresi permintaan impor mandarin dari China Tabel 16 diperoleh koefisien determinasi sebesar 68,8 persen. Hasil tersebut memiliki pengertian bahwa 68,8 persen perubahan volume permintaan impor mandarin dari China dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model, sedangkan 38,0 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Hasil pengolahan regresi dari permintaan mandarin impor dari China dapat dilihat pada Lampiran 31. Hasil uji F untuk model secara keseluruhan signifikan pada taraf nyata alpha 5 persen. Hasil tersebut memiliki pengertian bahwa secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume permintaan impor mandarin dari China. 79

5.1.3.2. Permintaan Mandarin dari Pakistan a. Plot Data

Perkembangan Impor Mandarin Indonesia dari Pakistan Tahun 2001-2005 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000 Ja nu ar i m ar et m ei ju li se pt em be r no ve m be r ja nu ar i m ar et m ei ju li se pt em be r no ve m be r ja nu ar i m ar et m ei ju li se pt em be r no ve m be r ja nu ar i m ar et m ei ju li se pt em be r no ve m be r ja nu ar i m ar et m ei ju li se pt em be r no ve m be r Bulan B e ra t B e rs ih k g Impor Mandarin Gambar 10. Perkembangan Impor Mandarin Indonesia dari Pakistan tahun 2001–2005 Pakistan merupakan negara asal impor mandarin Indonesia terbesar kedua. Selama tahun 2001 – Juni 2005, impor mandarin Indonesia terbesar dari Pakistan terjadi pada setiap awal tahun dan akhir tahun. Pada tahun 2001 permintaan mandarin impor dari Pakistan sebesar 28.284 ton. Pada tahun 2002 menurun menjadi 17.611 ton atau menurun sebesar 37,73 persen dari tahun 2001. Menurun sebesar 48,47 persen dari tahun 2002, permintan impor mandarin tahun 2003 menjadi sebesar 9.075 ton. Pada tahun 2004 meningkat sebesar 56,77 persen dari tahun 2003 menjadi 14.226 ton. Terjadi penurunan kembali pada tahun 2005 sebesar 53,09 persen dari tahun 2004 menjadi sebesar 15.619 ton.

b. Peramalan Permintaan Impor Mandarin dari Pakistan