Pengertian Perkawinan Tinjauan Tentang Perkawinan Membentuk Keluarga Bahagia

13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Tinjauan Tentang Perkawinan Membentuk Keluarga Bahagia

3.1.1. Pengertian Perkawinan

Di Indonesia pengaturan hukum yang berkaitan dengan perkawinan telah diatur dalam bentuk perundang-undangan negara yang khusus berlaku bagi warga negara Indonesia. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 sebagai peraturan pelaksanaannya merupakan sumber hukum materil dari perkawinan yang masih berlaku sampai sekarang. Sedangkan sumber hukum formal yang mengatur tentang perkawinan ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama. Dan sebagai aturan pelengkapnya adalah Kompilasi Hukum Islam sebagaimana telah ditetapkan dan di sebarluaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Nikah atau kawin menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut majasi mathaporic atau arti hukum adalah akad perjanjian yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita. Ramulyo 2002: 1. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 menjelaskan definisi perkawinan sebagai berikut : Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan Pasal 2 dan 3 Kompilasi Hukum Islam mendefinisikan : Perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Secara bahasa perkawinan itu merupakan Az-zawaaj, Az- zawaaj dalam bahasa arab yang menunjukan arti: bersatunya dua perkara, atau bersatunya ruh dan badan untuk kebangkitan. Sebagaimana firman Allah „azza wa jalla yang artinya : Dan apabila ruh-ruh dipertemukan dengan tubuh. Q.S At-Takwir:7 dan firman- Nya tentang nikmat bagi kaum mukminin di surga, yang artinya mereka disatukan dengan bidadari : Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik lagi bermata jeli Q.S Ath-Thuur:20 Karena perkawinan menunjukkan makna bergandengan, maka disebut juga Al-Aqd, yakni bergandengan atau bersatunya antara laki-laki dengan perempuan, yang selanjutnya diistilahkan dengan zawaaja. Dasar Pernikahan dalam Al Quran :                     32. Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak berkawin dari hamba- hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui. [1035] Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.                                 3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka kawinilah seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. [266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja. Sedangkan secara syar‟i perkawinan itu ialah ikatan yang menjadikan halalnya bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan, dan tidak berlaku, dengan adanya ikatan tersebut, larangan-larangan syari‟at Hosen, 1971:65. Lafadz yang semakna dengan AzZuwaaj adalah An-Nikaah; sebab nikah itu artinya saling bersatu dan saling masuk. Ada perbedaan pendapat di antara para ulama tentang maksud dari lafadz An-Nikaah yang sebenarnya. Apakah berarti perkawinan atau jima. Selanjutnya, ikatan pernikahan merupakan ikatan yang paling utama karena berkaitan dengan dzat manusia dan mengikat antara dua jiwa dengan ikatan cinta dan kasih sayang, dan karena ikatan tersebut merupakan sebab adanya keturunan dan terpeliharanya kemaluan dari perbuatan keji. Kan’an, 2007: 2.

3.1.2. Tujuan Perkawinan