Analisis Dinamika Sosial Pasar Tradisional Onan Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara Fungsi Sosial Pasar Tradisional Dalam Kehidupan Masyarakat

(1)

ANALISIS DINAMIKA SOSIAL PASAR TRADISIONAL ONAN SIPAHUTAR KECAMATAN SIPAHUTAR

KABUPATEN TAPANULI UTARA

Fungsi Sosial Pasar Tradisional dalam kehidupan masyarakat

SKRIPSI OLEH:

ULI ROYANI

020901005

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

ABSTRAK

Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan hubungan dan kerja sama dengan sesama manusia lainnya dan selalu hidup berkelompok. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya setiap individu berinteraksi dengan individu lain atau lingkungan sekitar. Untuk mencapai hal tersebut, manusia menggunakan tempat (space) yaitu pasar. Ada dua jenis pasar yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modren, dan pasar yang saya teliti adalah Pasar Tradisional Sipahutar. Pasar harus dapat memenuhi tuntutan waktu, baik fisik maupun nuansa kegiatannya. Kegiatan di pasar melibatkan masyarakat pembeli dan penjual, mereka saling membutuhkan satu sama lain. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Bagaimanakah Fungsi Sosial Pasar Tradisional dalam kehidupan masyarakat dengan menganalisis Dinamika Sosial di “Onan Sipahutar” Kecamatan Sipautar Kabupaten Tapanuli Utara

Penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi yaitu dengan mengamati langsung ke lapangan perilaku seseorang selama beberapa waktu dan mencatat penemuan yang memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian mendeskripsikan Pasar Tradisional Sipahutar memiliki beberapa fungsi, diantaranya : (1) Fungsi ekonomi, yaitu pasar adalah suatu mekanisme antara membeli dan menjual barang dan jasa pada sebuah harga yang mengarah pada titik keseimbangan. (2) Fungsi sosial, yaitu pasar digunakan sebagai tempat pertemuan sesama kawan, sahabat, berkenalan dengan orang dari tempat lain, bertemu dengan pacar, sebagai pusat informasi dan bahkan untuk menvari pacar. (3) Fungsi budaya, yaitu pasar digunakan sebagai tempat pertunjukan budaya, meskipin tidak dilakukan secara intens. Pertunjukan budaya biasanya hadir dalam bentuk pertunjukan dalam menjual obat-obat tradisional. (4) Fungsi politik, yaitu pasar sebagai pusat keramaian digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan atribit-atribut politik terhadap masyarakat.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya yang senantiasa dilimpahkan. Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan dalam pengetahuan, pengalaman dan kelemahan-kelemahan lainnya, namun semua itu tidaklah menjadi penghalang karena bantuan dari banyak pihak. Penulis menyadari pengerjaan dan penyelesaian dari skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral maupun materi. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik.

2. Bapak Dr. Badaruddin, M. Si selaku ketua Departemen Sosiologi yang telah membantu mengarahkan penulis dalam hal penyusunan proposal skripsi. 3. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku sekretaris Departemen Sosiologi yang telah

memberikan masukan positif bagi penulis pada saat sidang skripsi.

4. Kedua orang tua saya : M.Tampubolon dan D. Pardede, atas cinta kasih yang melahirkan, merawat dan membesarkan saya yang tidak pernah berhenti untuk mendidik, memperhatikan dan memotivasi saya dalam segala hal. Pengorbanan dan kasihmu tidak akan pernah sirna dari hidup saya dan tidak


(4)

dapat di balas, biarlah kasih karunia-Nya yang membalaskan semua kepada Ayah dan Ibu yang tercinta, saya menyanyangi kalian.

5. Bapak Drs. Henry Sitorus, MA. Selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan perhatian selama proses pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Eliston Lumban Tobing, S. Sos selaku Camat Sipahutar, yang telah mengizinkan saya untuk mengadakan penelitian dan Bapak A. Simanjuntak bagian pemerintahan Kantor Camat Sipahutar.

7. Bapak A. Panjaitan selaku PERPAS Sipahutar yang menemani penulis terjun kelapangan Pasar Sipahutar dalam wawancara dengan para informan. Terimakasih buat Bapak semoga panjang umur dan bantuan Bapak tidak akan pernah saya lupakan.

8. Para pegawai jurusan dan pendidikan, yang membantu proses penyelesaian studi dalam administrasi di Departemen dan Pendidikan.

9. Teman-temanku satu stambuk 2002 ada Masli, Ana Arit, Julasni, Horhosana, Avanti, Sariomas, Beni, Noven, Roy, Bornok, Pinta, Wati, Siska, Kusrinayanti, dan kawan-kawan yang tidak dapat disebut satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini.

10. Sahabat-sahabatku yang memberi dukungan dan motivasi bagi saya yang setiap saat selalu ada: Yanti, Rohana, Rola, Melda Purba, Uli anak UNIMED moga kita selalu bersama.


(5)

11. Terimakasih buat B’bram yang selama ini membantu dan menemani penulis dalam penyelesaian dan pengerjaan skripsi ini.

12. Teman-temanku Moses, Erik, Rein, B’Juandi yang selalu memberiku semangat, motivasi, dan perhatian selama pengerjaan skripsi ini……….doaku dimanapun kita berada semoga selalu ingat.

13. Sahabat dan Adik-adik stambuk ada Ferdinan, Helna, lola, Yeni dkk yang tidak dapat disebut satu persatu tetap semangat yach….

14. Keluarga Nanguda di Sipahutar ada B’Jamot, Santa, Leo yang memberi bantuan/dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Kiaranya kasih Tuhan selalu memberkati keluarga Nanguda.

15. Saudara-saudaraku keluarga Tampubolon yang kucintai K’chris, B’Santo, adikku Chandar, Siska, Alex kecilku cepat besarya dan jangan bandel ama mama dan papa serta abang iparku. Terimakasih buat doa dan dukungan yang kalian berikan bagiku sungguh berarti. Kiranya kasih karunia Tuhan melimpah bagi kita semua.

16. Teman-teman satu kost (Meli, Ida, Ricky, Rio, Dina dan elfrida) sukses selalu. 17. Kepada seluruh Informan yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan

kerja sama yang baik dengan memberikan informasi yang begitu berharga.

Medan, juni 2007


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...………..i

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI……….v

DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………..…1

1.2. Runusan Masalah………..…..5

1.3. Tujuan Penelitian………...6

1.4. Manfaat Penelitian………..….6

1.5. Defenisi Konsep………...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….………....9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………...18

3.2. Lokasi Penelitian………18

3.3. Teknik Pengumpulan Data……….19

3.4. Unit analisis dan Informan……….20


(7)

3.6. Jadwal Kegiatan……...………...22

3.7. KeterbatasanPenelitian………...………....….…….…..23

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian……….….……….24

4.2 .Letak Geografis……….…..……….25

4.3 .Gambaran Umum Penduduk……….…….………..25

4.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin…………..…...….26

4.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia……….…....…27

4.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……….….…..28

4.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan………..………29

4.4. Sarana Umum Kecamatan Sipahutar………...……30

4.4.1. Sarana Pendidikan………...…..30

4.4.2. Sarana Transportasi dan Komunikasi………...….31

4.5. Profil Informan……….….…..35

4.6. Karakteristik Pasar Tradisional Sipahutar……….….….44

4.7. Pasar Tradisional Sipahutar dan Fungsinya Bagi Masyarakat….….…..50

4.7.1. Fungsi Ekonomi………...……....50

4.7.2. Fungsi Sosial…………...….…….57

4.7.3. Fungsi Budaya……...…….……..63

4.7.4. Fungsi Politik………...……...…65


(8)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan………...……….79 5.2. Saran………....……….81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………26

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia………27

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...28

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan………29

Tabel 5. Jumlah dan keadaan Sarana Pendidikan………...31

Tabel 6. Jumlah Kendaraan Bermotor………32

Tabel 7. Keadaan Sarana Umum……….33

Tabel 8.Harga Barang Kebutuhan rumah Tangga di Pasar Tradisional Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara………56


(10)

ABSTRAK

Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan hubungan dan kerja sama dengan sesama manusia lainnya dan selalu hidup berkelompok. Untuk dapat memenuhi kebutuhannya setiap individu berinteraksi dengan individu lain atau lingkungan sekitar. Untuk mencapai hal tersebut, manusia menggunakan tempat (space) yaitu pasar. Ada dua jenis pasar yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modren, dan pasar yang saya teliti adalah Pasar Tradisional Sipahutar. Pasar harus dapat memenuhi tuntutan waktu, baik fisik maupun nuansa kegiatannya. Kegiatan di pasar melibatkan masyarakat pembeli dan penjual, mereka saling membutuhkan satu sama lain. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Bagaimanakah Fungsi Sosial Pasar Tradisional dalam kehidupan masyarakat dengan menganalisis Dinamika Sosial di “Onan Sipahutar” Kecamatan Sipautar Kabupaten Tapanuli Utara

Penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi yaitu dengan mengamati langsung ke lapangan perilaku seseorang selama beberapa waktu dan mencatat penemuan yang memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian mendeskripsikan Pasar Tradisional Sipahutar memiliki beberapa fungsi, diantaranya : (1) Fungsi ekonomi, yaitu pasar adalah suatu mekanisme antara membeli dan menjual barang dan jasa pada sebuah harga yang mengarah pada titik keseimbangan. (2) Fungsi sosial, yaitu pasar digunakan sebagai tempat pertemuan sesama kawan, sahabat, berkenalan dengan orang dari tempat lain, bertemu dengan pacar, sebagai pusat informasi dan bahkan untuk menvari pacar. (3) Fungsi budaya, yaitu pasar digunakan sebagai tempat pertunjukan budaya, meskipin tidak dilakukan secara intens. Pertunjukan budaya biasanya hadir dalam bentuk pertunjukan dalam menjual obat-obat tradisional. (4) Fungsi politik, yaitu pasar sebagai pusat keramaian digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan atribit-atribut politik terhadap masyarakat.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan hubungan dan kerja sama dengan sesama manusia lainnya, namun itu saja tidak cukup karena manusia masih memerlukan hubungan dengan yang lainnya yaitu alam sekitar. Disebut sebagai manusia sosial maka manusia itu akan selalu hidup berkelompok. Melalui kerja sama dengan kelompoknya itulah manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak manusia itu ada. Banyak hal yang menjadi pendorong terhadap usaha pemenuhan kebutuhan tersebut, diantaranya dorongan-dorongan yang bersifat alamiah, baik dorongan untuk mempertahankan kelompok. Semua dorongan itu akan terlihat dalam bentuk hasrat, kehendak dan kemauan, apakah manusia itu secara pribadi atau dalam bentuk kelompok sosial. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut setiap individu harus berinteraksi dengan individu lain atau lingkungan sekitar. Usaha untuk mencapai hal tersebut manusia menggunakan tempat untuk memenuhi kebutuhannya di samping sarana yang lain yaitu pasar.

Pasar adalah sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik kerakyatan yang lekat dengan dimensi sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai tumpuan kehidupan dari generasi ke generasi, tren pasar harus dapat memenuhi tuntutan waktu, baik fisik maupun nuansa kegiatannya. Kegiatan di pasar melibatkan masyarakat baik selaku pembeli maupun penjual saling membutuhkan satu sama lainnya. Keberadaan pasar


(12)

pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat agar bisa memenuhi berbagai keinginan yang dibuthkan bagi kelangsungan hidup.

Evers (1997 :82) menyebutkan bahwa menurut teori ekonomi, pasar ialah suatu mekanisme antara membeli dan menjual barang dan jasa pada sebuah harga yang mengarah pada titik keseimbangan. Pengertian tersebut hanya dilihat dari sudut ekonomi semata. Menurut Evers (1997 :82) adalah menarik untuk melihat semua proses tersebut dan juga mengkaji langkah-langkah perluasan ekonomi pasar terhadap aspek ekonomi, masyarakat, dan budaya. Dengan kata lain, pasar dapat dilihat sebagai sebuah fenomena budaya dan mempunyaimakna sendiri.

Dengan demikian, perkembangan suatu pasar dapat dijadikan sebagai suatu indicator terjadinya perubahan dalam masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari sejarah suatu masyarakat tanpa pasar hingga ke suatu masyarakat yang berorientasi pasar (atau dari pasar tradisional ke pasar modern). Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Polanyi (1957), bahwa pasar adalah satu institusi ekonomi terpenting danmerupakan suatu jalan hidup komunitas untuk transformassi, sosial, budaya dan politik.

Melihat fenomena perkembangan pasar di Indonesia saat ini, khususnya di kota-kota besar (sebagian ibu kota propinsi) maka kita akan menemukan dua jenis pasar yang saling berkompetensi merebut konsumen yaitu “pasar tradisional” dan “pasar modern”. Proses evolusi pasar melalui transformasi sebagaimana dikemukakan oleh Polanyi (1957), tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pasar-pasar tradisional yang ada tetap bertahan dan pasar-pasar modern seperti swalayan, departemen store,


(13)

super market, dan mini market muncul secara instan tanpa melalui proses evolusi dari pasar tradisional. Kegiatan pasar sebagai salah satu cara hidup dapat menjadi salah satu symbol prestise bagi actor pasar (pembeli). Orang yang berbelanja di pasar tradisional dianggap memiliki prestise lebih rendah dari orang yang berbelanja di pasar modern. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern dari pada orang yang berbelanja di pasar tradisional.

Dilihat dari keberadaannya, pasar terbagi menjadi dua yaitu pasar niskala dan pasar nyata. Sementara itu dari karakteristiknya, secara garis besar terdapat dua tipe pasar, yaitu pasar tradisional dan pasar modern Kanarji (2004).

Secara sosiologis, menurut Geertz, pengertian pasar nyata sebenarnya tidak hanya menyangkut aspek-aspek ekonomis proses jual beli barang saja, tetapi pasar merupakan pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup. Dan dari sudut arus barang dan jasa, ciri khas pasar yang paling menonjol adalah barang yang diperjual belikan.

Pasar tradisional yang ada di pedesaan (kota-kota kecil) sekaligus merupakan pasar local (local market) dari masyarakat yang bersangkutan. Bagaimanapun, pasar tradisional sebagai pasar local menyediakan komoditi-komoditi untuk pasar modern (contohnya komoditi kulit manis, kopi, karet, dan minyak nilam) dan sebaliknya pasar modern memasukkan pula komoditi mereka ke dalam pasar local (contohnya alat-alat elektronik dan fashion). Adanya keterkaitan antara pasar local dan pasar modern tidak terlepas dari kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi komunikasi dan transfortasi. Adanya produk-produk baru dari pasar modern dengan mudah dan cepat dapat diketahui oleh konsumen (orang-orang desa sebagai


(14)

konsumen pasar local) melalalui media televise (TV) dan medis lainnya. Kemajuan teknologi komunikas (Parabola, VCD) yang merambah ke desa-desa telah membawa dampak perubahan dalam gaya hidup masyarakat pedesaan. Keadaan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan Effendi (1999:54), bahwa penetrasi informasi local, nasional dan internasional adalah krusial dalam menentukan sejauh mana suatu kominitas local telah mengalami perubahan dari orientasi local menjadi global. Lebih jauh Effendi (1999:155) mengemukakan bahwa fenomena TV dan antenna parabola dalam ketertarikan dalam menerima informasi global dan program-program hiburan merupakan respon local secara langsung terhadap suatu pasar global.

Kompeksnya dinamika pasar tidak terlepas dari para aktornya. Kendati demikian orang-orang yang berada di pasar tidak selalu menjadi penjual dan pembeli. Karena itu dapat dirinci orang yang berada di pasar dapat menjadi penjual, pembeli, pengunjung dan pelanggan. Tiap desa yang mempunyai pasar tradisional mempeunyai waktu yang tetap untuk pekannya. Bisa sekali dalm seminggu atau dua kali dalam seminggu dan biasanya berbeda-beda harinya dengan desa yang lain. Dan di Sipahutar ini, pecan terjadi sekali dalam seminggu yaitu pada hari senin. Biasanya yang diperjual belikan untuk keperluan dapur, yaitu sayuran, ikan, beras, minyak tanah, minyak goring, dan sebaganya. Namun pada saat tertentu dan biasanya disebut pecan besar (onan besar),maka barang-barang yang diperjual belikan akan bertambah, misalnya pakaian, alat-alat elektronik dan lain-lain.

Konsep pasar secara harfiah, di dalam bahasa batak disebut Onan. Begitu juga dengan di desa Sipahutar ini. Onan sebagai suatu institusi ekonomi merupakan


(15)

institusi sosial yang menghubungkan antar huta. Konsep sa onan (satu pasar) mempunyai arti bahwa masyarakat yang berada dalam lingkungan onan (pasar) yang sama berkewajiban untuk memelihara keamanan sa onan. Istilah penjual dalam onan di desa ini adalah parengge-rengge dan kebanyakan yang menjadi parengge-rengge adalah inang-inang (wanita). Dan bahasa yang digunakan ketika berinteraksi dalam onan ini adalah bahasa batak.

Pasar menjadi tempat pertemuan sesama kawan, sahabat, tempat grumpi, menjadi pusat informasi, berkenalan dengan orang dari tempat lain, mencari pacar dan lain-lain, telah lama ditemukan di desa ini. Sehingga peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang Fngsi Pasar di Desa Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah :.Bagaimanakah Fungsi Sosial Pasar Tradisional dalam kehidupan masyarakat Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara dan Apa karakteristik dari pasar tradisional ini?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah ;

1. Untuk mengetahui bagaimana Fungsi Sosial pasar tradisional pedesaan di Desa Sipahutar yang berlangsung sekali dalam seminggu, yaitu pada hari senin.

2. Untuk mengetahui karakteristik dari pasar tradisional ini.

1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis

Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir peneliti melalui karya ilmiah, sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Data-data yang diperoleh nantinya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.


(17)

1.6. Defenisi Konsep

Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Onan : Dalam hal ini yang dimaksud dengan onan adalah sebutan pasar pada pasar tradisional yang ada di Desa penelitian in, yaitu Desa Sipahutar Kabupaten tapanuli Utara

Parengge-rengge : Dalam hal ini yang dimaksud dengan parengge-rengge adalah sebutan bagi penjual/pedagang yang ada di Desa Sipahutar.

Fungsi sosial pasar : Dalam hal ini yang dimaksud fungsi sosial pasar adalah selain pasar digunakan sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual, pasar juga digunakan sebagai tempat nongrong/mangkal, sebagi tempat rekreasi, tempat informasi, tempat untuk mencari teman, cari pacar atau jodoh dan lainnya.

Fungsi ekonomi pasar : Dalam hal ini pasar adalah suatu mekanisme antara membeli dan menjual barang dan jasa pada sebuah harga yang mengarah pada titik keseimbangan.

Fungsi budaya pasar : Dalam hal ini yang dimaksud fungsi budaya pasar adalah pasar dijadikan sebagai arena untuk memperkenalkan suatu budaya daerah tertentu, misalnya dalam bentu tari-tarian atau seni suara atau memajang simbol-simbol budaya tertentu.

Fungsi politik pasar : Dalam hal ini yang dimaksud fungsi politik pasar adalah pasar sebagai pusat keramaian digunakan sebagai wahana untuk memperkenalkan atribut-atribut politik terhadap masyarakat luas serta dijadikan instrument mempengaruhi


(18)

orang lain mengikuti kemauan politik kelompok yang bersangkutan untuk tujuan perekrutan anggota.

Interaksi : Hubungan timbal balik antara pembeli ,penjual, dan pengunjung yang terjadi di Onan Sipahutar Kecamatan Sipahutar.

Pembeli : Orang yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tak mempunyai tujuan (ke) dimana akan membeli.

Pengunjung : Orang yang datang ke lokasi pasar tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau jasa. Mereka ini adalah orang-orang yang menghabiskan waktu luangnya di pasar tradisional ini.

Penjual : Orang yang menjual barang dagangannya baik kebutuhan sekunder dan primer kepada konsumen.

Pasar tradisional : Tempat bertemunya pembeli/pengunjung dan penjual atau terjadinya interaksi antara pembeli dan penjual barang kebutuhan primer maupun sekunder yang masih menggunakan system tawar menawar dan umumnya pasar ini tidak tertata rapi, becet dan kotor.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam transformasi system ekonomi pasar, dikenal adanya dualisme system ekonomi pasar yaitu “pasar tradisional” dan “pasar modern”. Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, volume barang relative kecil, bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, kotor, berlakunya system harga luncur, dan interaksi berlangsung secara real (Slamet, 2003:3). Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa pasar tradisional masih cenderung kearah kegiatan ekonomi yang subsistensi. Sedangkan pasar modern yang dicirikan oleh organisasi pasar yang lebih kompleks, volume barang yang tinggi, kepastian harga, dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti lokasi yang mahal, penyejuk udara, iringan musik, transaksi elektronik (ATM dan kartu kredit, dan tersedianya tempat parker yang luas (Effendi, 1999). Ciri lain dari pasar modern sekaligus cirri kapitalis adalah selalu berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Stanton (dalam Umar 2003:8) mengemukakan bahwa pasar merupakan sekumpulan orang yang ingin memuaskan keinginan yang ada uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi disini dapat dilihat bagaimana individu berinteraksi melakukan aktifitas yang berhubungan dengan uang. Para pembeli dapat memuaskan keinginannya dengan membuat nilai uang menjadi berarti/bernilai, dalam hubungannya dengan nilai uang memberikan basis bagi perkembangan pasar.


(20)

Sumitro Djojohadikusumo (dalam studi fungsi pelayanan pasar dalam rangka penilaian terhadap strategi alokasi dana pembangunan pasar) menyebutkan unsur-unsur pasar adalah sebagi berikut :(1) tempat berdagang (2) penjual (3) pembeli (4) perantara (bila ada) (5) aktivitas jual beli (6) aktivitas pengiriman/pergerakan barang (7) tersedianya jasa (8) tersedianya barang (9) waktu (10) perjanjian yang mendukung.

Dari hasil penelitian Geertz, menemukan adanya praktek bahwa tawar-menawar tyang tidak ada habis-habisnya antara pembeli dan penjual bukan Cuma bersebab dari tidak adanya pembukuan yang lengkap tetapi karena proses tawar-menawar seperti itu yang terefleksi semacam ada kegigihan, adu kekerasan syaraf dan ajang adu pengalaman. Bisa memberikan keasyikan tersendiri masing-masing pihak.

Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari system kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominant perannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah. (Yulita, Dwi;1999)

Pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama, yakni sebagai tempat pembelanjaan yang menyediakan dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat, namun antara keduanya memiliki perbedaan dalam kelas mutu pelanyanan. Menurut Ibrahim (1979), secara umum pasar dari sisi sosial


(21)

ekonomi dibedakan pengertiannya secara cultural, administrasi dan fungsional. Pengertian-pengertian tersebut adalah :

1. Secara Kultural, pasar adalah tempat kegiatan perdagangan eceran berbagai jenis barang dan jasa tanpa memandang apakah tempat itu disediakan secara resmi atau tidak oleh pemerintah setempat.

2. Secara Administrasi, pasar adalah tempat kegiatan perdagangan eceran yang dibedakan atas pasar resmi dan tidak resmi, tidak diakui secara hukum, namun keberadaannya (secara defacto) tetap dipungut biaya retribusi.

3. Secara Fungsional, pasar adalah tempat berbelanja barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan oleh penduduk secara keseluruhan, tempat bekerja (berdagang) dan memberikan pendapatan kepada pedagang dan sebagai fasilitas perkotaan yang memberi pendapatan bagi pemerintah kota.

Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

No Karakteristik Pasar tradisional Pasar Modern 1 Pengelolaan - Dikelola oleh pemerintah kota

(Dinas/PD.Pasar)

- Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki perseorangan bersifat tradisional

- Dikelola oleh suatu perusahaan (grup atau perseorangan)

- Pengelolaan secara profesional

2 Organisasi - Ada koperasi pedagang pasar - Ada organisasi pengelolaan

manejemen yang jelas 3 Kondisi fisik

tempat usaha

- Bangunan temporer, semi permanent atau permanent

- Kebersihan tidak terjaga

- Bangunan permanen umumnya dilengkapi dengan


(22)

fasilitas-dengan baik

- Gang antar kios terlalu sempit - Fasilitas parkir tidak memadai

fasilitas memadai

-Kebersihan dan kenyamanan konsumen

lebih diutamakan -Pengaturan rak barang cukup baik

4 Barang - Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari

- Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar

- Penataan barang seadanya

- Barang yang dijual hamper sama dengan pasar tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol

- Mutu barang terjamin - Barang ditata

berdasarkan jenisnya - Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen 5 Hubungan penjual

dan pembeli

-Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli

-Terjadi proses tawar-menawar

- Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas

- Transaksi bersifat ekonomis dan efisien 6 Waktu kegiatan - Pada umumnyadimulai dari

pukul 06.00 s.d 18.00 Wib

- Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib

7 Mekanisme peroleh komoditas

- Diperoleh melalui pasar induk - Memiliki akses langsung ke produsen 8 Lokasi - Tumbuh tanpa perencanaan,

lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau

- Strategi lokasi dipertimbangkan dengan matang

Damsar menjelaskan bahwa pasar merupakan salah satu yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi. Berfungsinya lembaga pasar sebagai institusi ekonomi yang menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang (Damsar, 2002:101)

Pasar tradisional merupakan institusi ekonomi yang memiliki unsure dan peran sentral dalam berbagai kegiatan ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan


(23)

masyarakat setempat dan sekitarnya. Menurut Dewey (Elida, Linda;2005) pasar berperan sebagai tempat pengumpulan hasil usaha tani, dan sebagai tempat pembagian barang konsumsi local. Agar pasar dapat menjadi dinamis maka harus ada pelaku (aktor) pasar dimana masing-masing actor pasar tersebut menjalankan fungsi dalam rangka bekerjanya system pasar secara keseluruhan. Namun demikkian, menurut Majid (1988:308), di dalam pasar terdapat tiga unsur penting yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni, penjual, pembeli dan barang.

Geertz (1989) mengatakan :

Hubungan antara para pedagang dan antara pedagang dengan langganan bersifat sangat spesifik : ikatan komersil sama sekali dipisahkan dari ikatan-ikatan sosial persahabatan, ketetanggaan, bahkan kekerabatan adalah satu hal, perdagangan adalah hal lain, dan pendekatan pada kegiatan ekonomi terlepas dari hunbungan pribadi, penuh perhitungan dan rasionalistis yang kadang-kadang dianggap sebagai ciri khas masyarakat yang telah maju perekonomiannya. (Supomo, 1989:49)

Pertemuan antara penjual dan pembeli menimbulkan transaksi jual beli. Ini bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk pasar akan membeli barang, tetapi ada yang sekedar datang untuk main saja, ingin bertemu dengan seseorang, ingin mendapatkan informasi baru, ingin menikmati hiburan dan sebagainya (Evers 1997:79-86). Keadaan itu menunjukkan bahwa pasar (pasar tradisional) tidak hanya menjalankan fungsi ekonomi, tetapi juga menjalankan fungsi sosial, fungsi budaya dan juga fungsi pilotik.


(24)

2.1. Fungsi Pasar 2.1.1. Fungsi Ekonomi

Sebagai pusat penjualan, maka pasar dapat dipahami sebagai arus barang dan jasa, serta sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut (Geertz, 1981:31). Dari sudut arus barang dan jasa ciri khas pasar tradisional; yang paling menonjol adalah jenis barang yang diperjualbelikan seperti bahn pangan, sandang dan sebaginya, yaitu barng-barang yang tidak besar sehingga mudah diangkut dan disimpan. Hasil-hasil produk pertanian untuk kebutuhan sehari-hari merupakan komoditi yang paling banyak diperjual belikan di pasar tradisional, walaupun tidak menutup kemungkinan ditemukannya jenis-jenis barang lainnya yang bersifat tahan lama, perabot rumah tangga, dan bahan material untuk bangunan rumah. Hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya pasar tradisional tersebut.

Sebagai pusat ekonomi, maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat. Pasar akan menjadi sangat ramai ketika hasil produksi pertanian masyarakat sekitar membaik, dan menjadi sepi ketika paceklik menimpa petani. Hal ini tidak lain disebabkan sebagian besar sumber ekonomi konsumen adalah berasal dari pertanian.

2.1.2. Fungsi Sosial

Pasar tradisional di samping berfungsi sebagai pusat ekonomi, berfungsi pula sebagai tempat pertemuan sosial. Sebagaimana dikemukakan Evers (1997:84-85),


(25)

pasar merupakan lokasi pertemuan antara sesama kawan, sahabat karib, berkenalan dengan orang dari tempat lain, mencari pacar dan lain-lain. Pasar juga menjadi pusat jasingan sosial dan informasi yang luar biasa

Pengunjung pasar cukup berfariasi, terdiri dari berbagai lapisan masyarakat. Pertemuan pengunjung di pasar di samping untuk menjual produk pertanian dan membeli barng-barang kebutuhan hidup rumah tangga (keluarga), dijadikan pula sebagai tempat pertemuan dengan seseorang yang berasal dari desa yang berbeda, baik yang ada hubungan keluarga maupun yang tidak sama sekali (Majid, 1989:315). Khusus pada pasar mingguan, pasar merupakan tempat yang paling mudah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan keluarga yang berlainan desa. Mendapatkan barang yang lengkap dan murah, sekaligus bertemu dengan keluarga dan kerabat dari desa lain menjadikan pasar tradisional mingguan wajib dikunjungi. Effendi (1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasar mingguan merupakan arena bertemunya sanak keluarga ynag berasal dari desa yang berbeda. Biasanya para sanak keluarga membuat kesepakatan bersama tentang tempat dimana mereka dapat bertemu pada setiap hari pasar mingguan. Lokasi yang dijadikan tempat bertemu biasanya berupa warung makanan atau warung yang dijadikan sebagai tempat langganan mereka berbelanja.


(26)

2.1.3. Fungsi Budaya

Pasar tradisional sebagai pusat keramaian sekaligus berfungsi sebagai tempat pertunjukan budaya. Pasar dijadikan sebagai arena untuk memperkenalkan suatu budaya daerah tertentu. Melalui pasar, budaya di komersialkan, dalam arti pertunjukan budaya dimanfaatkan oleh sekelompok orang sebagai sumber pendapatan. Ada sekelompok orang yang mengorganisir penampilan budaya, apakah itu dalam bentuk tar-tarian atau seni suara yang sengaja ditampilkan pada saat pasar berlangsung dan mengutip banyaran dari pengunjung baik dalam bentuk karcis (tiket) masuk maupun secara sukarela dari para pengunjung

Pada satu sisi, pasar tradisional berperan positif untuk mengembangkan dan memperkenalkan berbagai ragam budaya yang ada di tanah air Indonesia, bahkan juga berbagai ragam budaya dari luar negri. Di sisi lain, pasar tradisional berperan negative, dalam hal masuknya budaya luar yang tidak sesuai dengan norma-norma dan tradisi masyarakat setempat. Perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya di kalangan kaum muda dapat dilihat melalui pasar. Berbagai budaya asing yang dapat merusak moral kaum muda seperti VCD, juga telah merambah ke desa-desa melalui perantaraan pasar tradisional. “Cara berpakaian, yang menurut Amaluddin (1989) merupakan salah satu indicator dari gaya hidup juga mengalami perubahan di pedesaan” terjadi pergeseran cara berpakaian dari yang bersipat tradisional menjadi modern sebagai symbol prestise sosial.


(27)

2.1.4. Fungsi Politik

Daerah yang dijadikan lokasi pasar tradisional biasanya juga sekaligus sebagai pusat pemerintahan desa (lokal). Berbagai kebijakan pembangunan pedesaan, termasuk keberadaan pasar tradisional tidak terlepas dari pengaruh politik berbagai kelompok masyarakat, antara lain : kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok kepentingan tertentu, dan juga dari pemerintah sendiri (Effendi, 1999)

Pengutipan pajak pasar oleh pemerintah local dari para pedagang, merupakan salah satu contoh adanya kebijakan pemerintah lokal terhadap keberadaan pasar (Effendi, 1999). Dalam pelaksanaan pengutipan retribusi tersebut sering terjadi konflik antara pedagang dengan pejabat pemerintah terutama dalam hal besarnya retribusi yang harus dibayar oleh pedagang. Sumber konflik lain diantaranya adalah pengutipan-pengutipan lain yang tidak jelas aturannya. Dengan demikian, pasar dapat menjadi sarana munculnya penyalahgunaan kekuasaaan.

Pasar sebagai pusat keramaian juga sering digunakan sebagi wahana untuk memperkenalkan atribut-atribut politik terhadap masyarakat luas. Pusat-pusat perkumpulan (organisasi) yang bersifat politik juga biasanya ditemui di pasar (Evers, 1997). Institusi pasar yang ramai juga menjadi strategis untuk dijadikan instrument mempengaruhi orang lain mengikuti kemauan politik kelompok yang bersangkutan untuk tujuan perekrutan anggota.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan melihat persoalan yang terjadi terhadap subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainnya) dengan mengkaitkan fakto-faktor yang ada, dengan menggunakan penelitian jenis ini maka akan lebih diketahui bagaimana sebenarnya Fungsi Sosial Pasar Tradisional Dalam kehidupan masyarakat Sipahutar. Oleh karena itu, dengan menggunakan jenis penelitian ini maka sangat membantu peneliti untuk mencari jawaban atas rumusan masalah yang ada dan dilakukan secara mendalam.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian peneliti adalah Desa sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapunuli Utara. Dengan alasan pemilihan desa tersebut karena peneliti melihat bahwa data yang akan dikumpulkan akan lebih mudah didapat, karena telah terjalin hubungan sebelumnya dengan para informan (orang-orang yang berada di pasar tradisional ini di Desa Sipahutar) yang memudahkan proses interaksi saat penelitian.


(29)

3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, yang menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer, diperoleh melalui :

a. Observasi , yaitu mengamati perilaku seseorang selama beberapa waktu dan mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis. Dalam hal ini observasi adalah mengamati kegiatan pembeli, penjual, pengunjung yang ada di Pasar Tradisional Sabungan Nihuta serta mengamati keadaan, lokasi, dan kondisi pada saat pasar berlangsung.

b. Wawancara mendalam, yaitu suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi secara lisan dari informan, dengan berhadapan muka antara pewawancara dengan informan, dengan tujuan untuk memperoleh data yang menjawab suatu permasalahan penelitian. Dalam hal ini peneliti ingin mewawancarai langsung informan, bagaimanakah Fungsi Sosial Pasar Tradisional dalam kehidupan masyarakat Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.


(30)

2. Data sekunder diperoleh melalui :

• Dokumentasi, yaitu data dan informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan, baik melalui buku-buku dokumen dan tulisan yang berhubungan dengan penelitian tentang fungsi pasar tradisional pedesaan. Dalam penelitian ini juga akan dilengkapi dengan foto-foto selama penelitian berlangsung.

3.4. Unit Analisis dan Informan 3.4.1. Unit Analisis

Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah : Pembeli, penjual, pengunjung, tokoh masyarakat dan masyarakat desa sipahutar yang memiliki pengetahuan tentang Fungsi Sosial Pasar Tradisional.

3.4.2. Informan

Adapun yang menjadi informaan penelitian ini adalah :

• Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam hal ini informan kunci yang dimaksud adalah tokoh masyarakat dan masyarakat Sipahutar.


(31)

• Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini yang dimaksud informan utama adalah pembeli, penjual dan pengunjung.

• Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam hal ini yang dimaksud informan tambahan adalah orang-orang yang jauh dari lokasi penelitian tetapi mengetahui dan memilik pengetahuan tentang fungsi sosial pasar tradisional di Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.

3.5. Interpretasi Data

Data yang didapatkan dari berbagai tehnik pengumpulan data tersebut dikumpulkan untuk dianalisis. Data yang diperoleh yakni melalui catatan lapangan, gambar atau fhoto-fhoto serta hasil wawancara yang telah dikumpulkan diuraikan/dikategorikan dan memilah-milah sesuai dengan hasil yang diperoleh dari hasil penelitian.


(32)

3.6. Jadwal Kegiatan

KEGIATAN Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6

Pra

Penelitian Penyusunan

Proposal Perbaikan

Proposal

Persiapan :

Pengurusan

Izin

Penyiapan Instrumen

PenelitianPenelitian : Wawancara

dan

Observasi di

Lapangan Pasca

Penelitian : Analisis DataPenyusunan


(33)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dari beberapa kali penelitian dilapangan, peneliti menemukan beberapa kesulitan-kesulitan, diantaranya adalah :

1. Peneliti sulit melakukan wawancara kepada para informan, sehingga peneliti harus melihat situasi dan kondisi yang tepat. Misalmya peneliti harus melakukan wawancara pada informan pedagang pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.30 Wib karma siangnya para pedagang sibuk melayani pembeli/pelanggan mereka, tapi ada juga informan pedagang yang memberikan waktu luangnya kepada peneliti ketika mereka diwawancarai pada saat melayani pembeli atau pelanggan.

2. Sulit dalam wawancara ketika para informan kadang-kadang memberikan jawaban dengan bahasa batak yang kurang dimengerti oleh peneliti walaupum sebenarnya peneliti dalam kesehariannya menggunakan bahasa batak.


(34)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian

Sebelum onan baru diresmikan, pasar tradisional terletak di Desa Sipahutar I dengan sebutan onan lama, tapi seiring berjalannya waktu jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat semakin beragam dan meningkat mengakibatkan lokasi onan lama harus dipindahkan, karena tidak dapat menampung warga masyarakat maupun aktivitas pasar. Di lokasi pasar sekarang dulunya adalah tempat tempat tinggal masyarakat yang pada saat itu masih dihuni 12 kepala rumah tangga (rumah). Menurut tokoh masyarakat terbentuknya pasar adalah karena rasa hibah masyarakat kepada pemerintah dan warga tidak menerima imbalan ganti rugi. Namun lama-kelamaan pemerintah memberikan bantuan tempat tinggal/rumah kepada masyarakat yang dulunya dihuni oleh 12 kepala rumah tangga tersebut. Onan Sipahutar diresmikan pada tanggal 5 Desember 1988 oleh Bupati KDH TK II Tapanuli Utara Bapak Drs. G. Sinaga. Dulunya Onan Sipahutar terletak di Desa Sipahutar I dengan sebutan onan lama dan sekarang menjadi onan baru yang letaknya di Desa Sabungan Nihuta I. Pada saat peresmian pasar tersebut masyarakat Sipahutar mengadakan acara/pesta dengan penyembelihan 2 ekor kerbau dan masyarakat yang hadir disana adalah seluruh masyarakat dari kecamatan Sipahutar.


(35)

4.2. Letak Geografis

Posisi Sipahutar berada pada wilayah Kecamatan Sipahutar. Tinggi dari permukaan laut 1000 s/d 1500 meter, dengan letak astronomis Lintang Utara 02o

01

– 02

o

14

dan

Bujur Timur 98o57’ – 99o16’. Luas wilayah Kecamatan Sipahutar adalah 408,22 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan siborong-borong

-

Sebelau Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pangaribuan

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tarutung

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

Jarak antara Kantor Camat ke Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Utara adalah 26km. Lahan pada wilayah Kecamatan Sipahutar mayoritas digunakan untuk lahan pertanian, seperti tanaman kopi, tanaman nenas, tanaman kemenyam, tanaman padi, tanaman jagung, tanaman kacang tanah, tanaman sayur-sayuran, tanaman buah-buahan dan lain-lain.

4.3. Gambaran Umum Penduduk

Berdasarkan data demografis (kependudukan) di Kecamatan Sipahutar diperoleh jumlah penduduk 21.990 jiwa dengan jenis kelamin laki-laki 1.086 orang dan perempuan 10.904 oarang. Penduduk tersebut tersebar di 22 Desa yang ada di Kecamatan Sipahutar.


(36)

4.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Desa Jumlah Penduduk

(jiwa)

Laki-laki (Lk) Perempuan (Pr)

1 Onan Runggu I 1.159 640 555

2 Sipahutar III 814 404 410

3 Siabal-abal I 1.645 858 787

4 Siabal-abal II 1.819 902 917

5 Aek Nauli II 1.056 525 531

6 Aek Nauli III 1.504 750 754

7 Aek Nauli I 1.003 510 493

8 Sabungan Nihuta V 689 350 339

9 Siabal-abal III 1.122 525 597

10 Sipahutar II 518 259 259

11 Sipahutar I 1.063 534 529

12 Onan Runggu III 1.419 719 700

13 Onan Runggu II 1.364 688 676

14 Onan Runggu IV 503 272 231

15 Sabungan Nihuta I 942 489 453

16 Sabungan Nihuta II 1.214 612 602

17 Sabungan Nihuta III 442 212 230

18 Sabungan Nihuta IV 754 388 366

19 Tapian Nauli II 1.090 550 540

20 Tapian Nauli III 460 228 232

21 Tapian Nauli I 790 398 392

22 Siabal-abal IV 620 309 311

Jumlah 21.990 11.086 10.904

Sumber : Kecamatan Sipahutar Dalam Angka 2006; BPS Kabupaten Tapanuli Utara 2007.

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat di Desa Siabal-abal II, Siabal-abal I, Aek nauli III, Onan Runggu III, Onan Runggu II, Sabungan Nihuta II, dan Onan Runggu I, sedangkan yang berpebdudukan sedang terdapat di desa Siabal-abal III, Tapian Nauli II, Sipahutar I, aek Nauli II, Aek Nauli I, Sabungan Nihuta I, dan Sipahutar III, sedangkan desa-desa yang


(37)

berpendudukan kecil terdapat di 7 desa yaitu Desa Sabungan Nihuta III, Tapian Nauli III, Onan Runggu II, Sipahutar II, Siabal-abal IV, sabungan Nihuta I dan Sabungan Nihuta IV.

4.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Tabel 2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

No Kelompok umur jumlah %

1 0-9 5.575 25.5

2 10-19 5.431 24.7

3 20-29 2.264 10.4

4 30-39 2.315 10.6

5 40-49 2.349 10.7

6 50-59 1.735 7.9

7 60-69 1.199 5.6

8 70-79 982 4.6

21.990 100

Sumber : Kecamatan Sipahutar Dalam Angka 2006, BPS Kabupaten Tapanuli Utara 2007

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa manyoritas penduduk Kecamatan Sipahutar berusia antara 0-19 tahun. Ini menunjukkan bahwa penduduk pada usia tersebut banyak membantu orang dewasa bekerja dalam mengolah lahan pertanian, menjual jasa dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemudian tabel di atas juga menunjukkan bahwa usia penduduk Sipahutar mayoritas berada pada usia produktif yakini usia 20-49 tahun. Penduduk yang berusia produktif yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.


(38)

4.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mayoritas penduduk Kecamatan Sipahutar bermata pencaharian sebagai petani, selain itu mata pencaharian penduduk diantaranya sebagainya pedagang, pengusaha besar/sedang, pengrajin/industri kecil, buruh bangunan, pegawai negri sipil, abri dan Peternak. Ini dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencharian

No Pekerjan uum Jumlah/Kk

1 Petani 6.320

2 Pedagang 26

3 Pengusaha sedang/besar 6 4 Pengrajin/industri kecil 5

5 Buruh bangunan 40

6 Pegawai Negri 70

7 TNI 4

8 Peternak 3.975

Jumlah 10.442

Sumber : Kantor Camat Sipahutar 2007.

Umumnya masyarakat yang bertani menanam tanaman seperti tanaman padi, jagung, kacang tanah, sayur-sayuran, buah ( jeruk, alpukat, jambu biji, jambu air, pepaya, pisang dan lainnya ), kopi, nenas, dan juga kemenyan. Dan masyarakat peternak umumnya memelihara ternak kerbau, babi, ayam, itik/bebek dan lainnya.


(39)

4.3.4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Dari data yang di peroleh ditemukan bahwa masyarakat Kecamatan Sipahutar memiliki tingkat pendidikan yang berbedabeda, ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 Belum Sekolah 2.738 12,41

2 Tidak tamat sekolah 632 2,86

3 Tamat SD 8.000 36,25

4 Tamat SLTP 4.000 18,12

5 Tamat SLTA 5.000 22,65

6 Tamat AKDEMI 1.200 5,44

7 Tamat Perguruan Tinggi 500 2,27

jumlah 22.070 100

Sumbe : Kantor Camat Sipahutar 2007.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan di Kecamatan Sipahutar adalah Tamat SD dengan jumlah 8.000 orang (36,25 %), dan diikuti dengan tamatan SLTA sebanyak 5.000 orang (18,12%). Ini menandakan bahwa Masyarakat Sipahutar masih kurang perhatian bagi pendidikan.


(40)

4.4. Saranan Umum Kecamatan Sipahutar

Sarana merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian tujuan. Bagaimana baiknya suatu rencana, tanpa didukung oleh adanya sarana, maka tujuan dari perencanaan itu akan sulit tercapai. Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat, maka di Kecamatan Sipahutar ini tersedia berbagai sarana dan prasarana. Seperti yang akan dipaparkan di bawah ini :

4.4.1. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan tentunya seseorang itu dapat meningkatkan pendapatannya. Sarana pendidikan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Sipahutar adalah sebagai berikut :

Tabel 5

Jumlah dan Keadaan Sarana Pendidikan

No Sekolah Humlah Keadaan

1 SD Negri 39 Baik

2 SMP Negri 5 Baik

3 SMP Swasta 3 Baik

4 SMA Negri 1 Baik

5 SMK Swasta 2 Baik

jumlah 50 Baik


(41)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Kecamatan Sipahutar sudah memadai jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara, karena di daerah ini sudah terdpat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Kejuruan. Namun demikian masih banyak penduduk dari Kecamatn Sipahutar ini yang melanjutkan sudinya ke kecamatan lain atau tingkat Kabupaten untuk mencari mutu pendidikan yang dinilai lebih baik dari yang ada di Kecamatan Sipahutar ini. Hal ini terbukti banyaknya siswa/pelajar yang bersekolah di luar Kecamatan Sipahutar.

4.4.2. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Kecamatan Sipahutar telah mempunyai sarana transportasi yang baik terutama sarana pengangkutan darat yang menghubungkan antar desa. Hal ini terlihat dari jalan-jalan di Kecamatan Sipahutar yang didominasi jalan aspal. Jalan aspal ini menghubungkan antar desa yang satu dengan desa yang lain. Kemudian jumlah kendaraan di Kecamatan Sipahutar ini sudah memadai ini dapat dilihat dari banyaknya transportasi di Desa ini, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat untuk sarana pengangkutan. Seperti tabel di bawah ini :


(42)

Tabel 6

Jumlah Kendaraan Bermotor

No Sarana Transportasi jumlah

1 Angkutan Umum 34

2 Mobil Pribadi 18

3 Truk 20

4 Sepada Motor 588

jumlah 660

Sumber : Kecamatan Sipahutar Dalam Angka 2006, BPS Kabupaten TAPUT 2007.

Tabel di atas menunjukkan sarana transportasi sepeda motor telah ditemui di setiap desa, dan pemilikan sepada motor yang paling banyak terdapat di Desa Siabal-abal sebanyak 50 buah, Sipahutar II sebanyak 45 buah, SiSiabal-abal-Siabal-abal I sebanyak 42, Siabal-abal III sebanyak 37, Onan runggu II sebanyak 33, Sipahutar I sebanyak 30, Sabungan nihuta I sebanyak 29, Aek nauli II sebanyak 28, Sipahutar III sebanyak 28 dan Onan runggu I sebanyak 27 buah. Dan pemilikan sepeda motor yang paling rendah adalah di Desa Siabal-abal II sebanyak 8 buah. Dan untuk pemilikan angkutan umum banyak terdapat di Desa Onan runggu I, Siabal-abal II, dan Sipahutar I masing-masing 5 buah. Dan untuk pemilikan truk yang terbanyak terdapat di Desa Sipahutar I sebanyak 5 dan Sipahutar II sebanyak 3 buah.

Sarana komunikasi seperti TV, radio, ataupun Hp sudah bukan barang langka diKecamatan Sipahutar ini, bahkan penduduk yang mempunyai parabola, VCDpun sudah cukup banyak. Begitu juga dengan surat kabar sudah ada di Kecamatan


(43)

Sipahutar ini. Adapun surat kabar yang menjadi langganan masyarakat yakni harian Sinar Indonesia Baru (SIB).

4.4.3. Sarana Umum Kecamatan Sipahutar

Di Kecamatan Sipahutar telah terdapat sarana umum yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Adapun sarana umum yang dimaksud adalah :

Tabel 7

Keadaan Sarana Umum

No Sarana Umum Jumlah Keadaan

1 Kantor Pos 1 Baik

2 Kantor Polisi 1 Baik

3 Mesjid 1 Baik

4 Gereja 94 Baik

5 Wartel 8 Baik

6 Posyandu 31 Baik

7 Pasar Tradisional 1 Baik

8 Puskesmas 1 Baik

9 Polindes 22 Baik

Jumlah 13 7 Baik

Sumber : Kecamatan Sipahutar Dalam Angka 2006, BPS Kabupaten TAPUT 2007.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa semua sarana umum di Kecamatan Sipahutar ini masih berfungsi baik dan dipergunakan oleh masyarakat. Sarana kantor pos dan kantor polisi terdapat di desa Sipahutar I. Sarana mesjid terdapat di desa


(44)

Sipahutar II. Sarana gereja terdapat di setiap desa dan gereja yang paling banyak terdapat di desa Siabal-abal I sebanyak 10, Siabal-abal II sebanyak 8, Sabungan nihuta sebanyak 8, Aek nauli I sebanyak 7 dan Tapian nauli II sebanyak 7. sementara untuk sarana posyandu terdapat di desa Onan runggu I, Sipahutar III, Siabal-abal I, Siabal-abal II, Aek nauli III, Siabal-abal III, Onan runggu II, Sabungan nihuta I, dan Tapian nauli masing-masing 2 buah dan desa selebihnya memiliki masing-masing 1 buah. Sarana polindes masing-masing desa memiliki 1 buah. Dengan adanya sarana dan fasilitas tersebut menjadikan Kecamatan Sipahutar ini semakin cepat berkembang.

4.5. Profil Informan

4.5.1. Bapak JM. Hutagalung

Informan ini sebagai pengunjung tetap di Pasar Tradisional Sipahutar. Kriteria Bapak JM. Hutagalung sebagai informan karena peneliti menganggap bahwa sumber/informasi tentang fungsi pasar tradisional dapat peneliti dapatkan, selain itu juga Bapak JM. Hutagalung memiliki wawasan yang luas tentang masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

Bapak hutagalung (69) adalah sosok Bapak yang periang walaupun demgan usia yang cukup tua dan wajah yang keriput tapi bapak ini masih seperti anak muda. Bapak yang tamatan SMP ini pernah bekerja di BPS pada tahun 1966-2004 di Desa


(45)

Sabungan Nihuta II dan sekarang setelah pensiun keseharian bapak ini disibukkan dengan bertani. Walaupun kadang-kadang dia akan pergi ke kedai sambil minum kopi untuk menghilangkan rasa lelah dan kesepian Bapak Hutagalung.

Dua tahun setelah ditinggal istri membuat Bapak ini harus mengerjakan pekerjaan rumah dengan sendiri misalnya dari menyapu rumah, mencuci kain bahkan untuk memasak karna Bapak ini hanya sendirian tinggal dirumah tanpa ada anak bahkan cucu sekalipun di rumah. Maklum Bapak yang memiliki 6 anak ini yaitu 4 orang laki-laki dan 2 orang perempuan pergi ke kota dan bekeja disana. Tiap Bulan Bapak ini akan menerima kiriman dari anak-anaknya dan itu membuat Bapak ini senang walaupun Bapak ini tinggal sendirian tapi bukan berarti seluruh uang yang dikiim anak-anaknya untuk Bapak Hutagalung tapi Bapak ini akan membagikannya sebagian ke saudara-saudaranya yang dekat dengan Bapak Hutagalung.

Setiap hari senin Bapak ini tidak akan pernah absent datag ke Onan Sipahutar/Pasar Sipahutar. Di pasar Bapak ini akan bertemu dan berkumpul dengan rekan-rekannya yang membawa keasyikan tersendiri dan menghilangkan rasa lelah ataupun rasa stress setelah seminggu bekerja di ladang. Bapak hutagalung akan berangkat dari kampungnya Desa Sabungan Nihuta ke Pasar Sipahhutar pada pukul 09.00 wib dan akan pulang pukul 13 s/d 14.00 wib karena bagi Bapak ini waktu 3 sampai 4 jam waktu yang sudah cukup untuk berbincang-bincang atau sekedar gobrol dengan rekan Bapak Hutagalung. Bapak Hutagalung bertemu dengan rekan-rekannya telah mempunyai tempat khusus dan biasanya adalah tempat kedai yang tersedia minuman tehnya, kopi bahkan tuak minuman khas orang batak.


(46)

4.5.2. Ibu N. Simanjuntak

Informan ini adalah salah satu pedagang di pasar tradisional Sipahutar. Ibu N. Simanjuntak sebagai informan utama dalam penelitian ini dengan kriteria bahwa Ibu N. Simanjuntak (pedagang) terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti dan memiliki pengetahuan tentang fungsi pasar tradisioanal bagi masyarakat Sipahutar.

Ibu Simanjuntak (34) yang memiliki 3 orang anak ini bekerja sebagai guru di salah satu SMPN di Sipahutar dan pekerjaan sampingan adalah membantu suaminya Bapak GS. Silitonga yang bekerja sebagai pedagang di pasar Sipahutar. Keluarga Bapak dan Ibu Simanjuntak ini tinggal di Sipahutar I. Pada saat wawancara ibu ini selalu seyum dan sesekali menyapa para pembeli dan kelihatannya Ibu ini adalah orang yang ramah dan baik dan ini cocok untuk menarik perhatian orang agar berbelanja di tempat Ibu Simanjuntak. Mengasuh dan mengurus anak-anak tidak membuat Ibu Simanjuntak kesusahan bahkan bahkan kerepotan, bahkan Ibu Simanjuntak mulai dari sekarang telah menanamkan disiplin dan kerja keras bagi anak-anak mereka agar nantinya dapak membahagiakan kami orang tuanya kelak tua nanti dikala kami tidak bias bekerja dan mengharapkan anak-anak kami kata Ibu Simanjuntak.

Harga barang dan kebutuhan yang semakin tinggi membuat Ibu simanjuntak dan Bapak susah memperoleh barang untuk dijual dan ketika barang sudah ada, dan menjual kepada warga masyarakat/pembeli harus mengambil keuntungan yang sedikit pula. Ibu Simanjuntak mengatakan yang jelas barang kami laku dan langganan semakin banyak, dari pada harga tinggi dan membelipun sedikit, akan


(47)

membuat kami tambah pusing dan barang yang kami jualpun tidak akan berubah mode padahal masayarakat Desa membutuhkan harga yang tidak terlalu tinggi dan barangnya bagus. Dengan segala usaha dan kemampuan yang dimiliki oleh Bapak Silitonga dan Ibu simanjuntak ini terus berjuang bagaimana agar jualan mereka laku dan pendapatan mereka bertambah, agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan kalau bisa dan ada keluarga Ibu Simanjuntak akan menabungnya dimana nanti ketika ada keperluan mendadak dan sangat penting kami bisa langsung mengambilnya, kata Ibu Simanjuntak

4.5.3. Bapak M.Simanjuntak

Informan ini sebagi pengunjung di pasar tradisional Sipahutar, dijadikan informan karena Bapak M. Simanjuntak pengunjung tetap di pasar tradisional ini, sebagai tokoh masyarakat dan memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Dan informasi yang diinginkan oleh peneliti didapat dari Bapak M. Simanjuntak.

Bapak M.Simanjuntak (75) ini tinggal di Lumban Lobu Tapian Nauli I. Bapak ini memiliki 10 orang anak yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Banyak anak bukan berarti membuat kesusahan dan kerepotan bagi Bapak ini tapi saat ini Bapak Simanjuntak senang karena beberapa anak-anaknya selalu mengirim uang kepada Bapak Simanjuntak. Bapak Simanjuntak ini pernah bekerja di LKMD selama 5 tahun dan ketua sinode gereja GKPI Sipahutar. Bapak Simanjuntak telah


(48)

lama ditinggal istri dan dan sekarang Bapak ini tinggal bersama anak dan menantunya beserta dua orang cucunya. Dimana cucu yang paling besar selalu bersama Bapak Simanjuntak kemanapun pergi. Bahkan saat diwawancarapun Bapak Simanjuntak selalu bersama dengan cucunya (laki-laki). Setiap hari onan/pasar Bapak Simanjuntak selalu datang walaupun hanya sekedar ngobrol dan kumpul bersama rekan-rekan.

Bapak Simanjuntak tak bisa lepas dengan minuman tuak katanya ini udah merupakan hobi yang tidak bisa dilepas. Sambil ngobrol-ngobrol dengan sesama rekan membicarakan cara menanam tanaman yang baik dan hasil panen yang memuaskan serta masalah yang lainnya sangat dinikmati Bapak Simanjuntak ini.

4.5.4. Ibu R.Sihombing

Informan ini sebagai pedagang di pasar tradisional Sipahutar, memiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti menjadikan Ibu R. Sihombing menjadi informan utama dalam penelitian ini. Peneliti mendapatkan jawaban permasalahan yang diteliti di pasar tradisional Sipahutar ini, dengan wawancara mendalam.

Ibu (35) yang memiliki 5 anak ini, 2 perempuan dan 3 laki-laki kesehariannya adalah berdagang. Berdagang sebagai matapencaharian telah dilakoni Ibu Sihombing ini sejak tahun 1993. Bertempat tinggal di Siborong-borong bukan hal yang sulit baginya setiap hari senin pergi ke Sipahutar untuk menjual barang dagangan namun bagi Ibu ini, adalah hal yang membuat semangat untuk anak-anak dan bagi keluarga. Ibu Sihombing yang pendidikan terakhirnya SMA menanamkan bagi jumat di Doloksanggul. Bagi Ibu Sihombing pasar merupakan tempat yang memberikan rejeki


(49)

sekaligus menambah kenalan dan akhirnya akan akrap seperti keluarga. Sabar dan senyum adalah modal bagi Ibu Sihombing untuk menarik perhatian para pembeli/pengunjung, karena pembeli/pengunjung menginginkan orang yang ramah ketika berbelanja di tempat yang ia mau. Barang-barang yang dijual Ibu Sihombing adalah kain, sarung, ulos batak, kebaya, seragam sekolah dan lainnya. Dimana barang-barang tersebut ia peroleh dari Siantar dan Medan.

4.5.5. Bapak RH. Silitonga

Informan ini sebagi pedagang di pasar tradisional sipahutar, lamanya sebagi pedagang di pasar tradisional membuat peneliti mendapatkan informasi yang banyak tentang masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

Bapak RH. Silitonga (51) yang bertempat tinggal di Lumban Tanjung Sipahutar I ini, memiliki 4 orang anak yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan. Bapak sihombing yang bekerja sebagai pedagang di Sipahutar telah cukup lama yaitu hampir 23 tahun. Wajah yang pucat dan capek menandakan bahwa Bapak Silitonga ingin istirahat melepaskan rasa lelahnya. Berjualan adalah pekerjaan bagi Bapak Silitonga karena kesehariannya disibukkan dengan bertani. Menanam kopi, cabe, padi dan ubi di lading membawa Bapak ini dapat menyekolahkan anak-anak mereka hingga sampai kuliah. Barang dagangan yang mulai berkurang kata Bapak Silitongan disebabkan karena kurangnya modal dan untung yang terkumpul hasil dari penjualan harus dikirim untuk kebutuhan pendidikan anak mereka. Menyekolahkan


(50)

anak-anak sampai kejenjang yang lebih tinggi adalah tanggung jawab kami sebagai oranng tua, kata Bapak Silitonga.

Adapun istri dari Bapak Silitonga ini,adalah Ibu Simanjuntak. Ibu ini juga bekerja sebagai pedagang di Sipahutar. Bapak Silitonga juga bilang penjualannya berkurang karena disebabkan pedagang-pedagang baru telah banyak datang ke Desa Sipahutar dan ini membuat kami kehilangan para pembeli.

4.5.6. Bakkit Pardede

Informan ini sebagai pengunjung di pasar tradisional Sipahutar, dijadikan sebagai informan karena Bakkit telah cukup lama sebagai pengunjung di pasar tradisional Sipahutar ini, dan aktivitas apa yang dikerjakan Bakkit dan pengunjung lainnya dapat diterangkan oleh informan ini, dan informasi yang didapatkan dari Bakkit sebagai penguat data-data yang didapat dalam penelitian ini.

Pria kelahiran tahun 1986 ini berasal dari Desa Parlombuan atau Desa Sabungan Nihuta III. Bakkit yang tamatan SD ini selalu dating ke Pasar sipahutar. Pasar baginya adalah tempat cari teman, cari pacar, tempat ngumpul bersama teman-teman sekaligus sebagai temapt yang dapat menenangkan hati dan menghilangkan rasa lelah, karena selain hari senin yaitu hari selasa sampai sabtu Bakkit harus bekerja diladang yaitu, merawat,membersihkan atau menyiangi dan memetik buah kopi, selain itu Bakkit juga harus membantu keluarga maktuanya karena Bakkit tinggal di tempat saudara dari orang tua laki-laki.


(51)

Melihat dari perawakannya bahwa Bakkit ini adalah orang yang baik, mudah bergaul dan banyak memiliki teman. Dari Desa Parlombuan Bakkit terlebih dahulu membuat janji ke teman-temannya bahwa mereka akan kumpul di pasar Sipahutar, dan ketika berangkat ke Pasar Sipahutar mereka akan sama-sama. Setiba di Pasar Sipahutar Bakkit dan teman-temannya akan bercerita tentang wanita yang mereka inginkan, cara merawat kopi agar berbuah banyak dan bangus, saling menilai sesame teman mana yang berperilaku baik atau buruk. Yang menjadi ciri khas Bakkit dan teman-teman bahkan pria yang dating ke Pasar Sipahutar adalah minum tuak.

4.5.7. Ibu T.Pardede

Informan ini sebagai pembeli di pasar tradisional Sipahutar, sebagai orang yang dihormati/tokoh masyarakat menjadikan Ibu ini sebagai informan utama, karena peneliti menganggap bahwa informasi yang diberikan Ibu T. Pardede dapat menjawab permasalahan peneliti yang diteliti di pasar tradisional Sipahutar.

Ibu Pardede bersuamikan Bapak J. Sihombing ini tinggal di Parlombuan, Ibu ini memiliki 7 orangn anak yaitu 4 orang anak perempuan dan 3 orang anak laki-laki. Sebagai pembeli di pasar Sipahutar, Ibu ini telah memiliki banyak langganan dan orang Sipahutarpun cukup banyak mengenal Ibu ini. Ibu Pardede sebagai pembeli di Pasar Sipahutar, juga sebagai pedagang kelontong di kampungnya. Setiap hari senin Ibu Pardede wajib akan pergi ke pasar karena selain membeli perlengkapan rumah dan kebutuhan lainnya Ibu Pardede juga menjual hasil tanamannya, yaitu kopi. Ibu Pardede ini akan menjualnya langsung ke toke, dan di pasar inni ada tempat khusus


(52)

para toke menerima warga yang menjual hasi tanaman mereka, yang dimaksud disini adalag biji kopi yang sudah digiling,dan dikeringkan. Tawar menawarpun akan berlangsung antara yang menjual dan toke dan ketika harga cocok, toke akan memberikan uang harga dari biji kopi tersebut. Ibu Pardede yang ketika diwawancarai mengatakan capek kalau udah hari senin, banyak yang mau dibeli belum lagi pupuk untuk tanaman dan titipan tetangga karena mereka tidak bisa pergi ke pasar Sipahutar. Terlihat dari perawakan Ibu ini adalah orang yang baik terlihat dari seyuman dan ramah menyapa orang yang dikenalnya di Pasar Tradisional Sipahutar ini.

4.5.8. Rinto Simanjuntak

Pemuda ini sebagai informan pengunjung di pasar tradisional Sipahutar, karena pengunjung tetap di pasar tradisional Sipahutar peneliti menjadikannya sebagai informan utama. Memiliki wawasan yang luas tentang permasalahan yang diteliti atau memiliki wawasan yang luas tentang situasi dan kondisi pasar tradisional Sipahutar membuat peneliti mendapatkan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

Pria kelahiran tahun 1982 ini, bertempat tinggal di Sabungan Nihuta. Pergi ke pasar adalah sesuatu hal yang tidak bias dilepaskannya, karena menurut pemuda ini pasar adalah tempat segalanya baginya. Karena di pasar pemuda ini bisa berkumpul dengan teman-temannya, cari teman baru khususnya wanita, bisa melepaskan rasa lelah dan stress. Setiap hari senin pemuda ini dan kawan-kawannya berkumpul di pasar dan telah memiliki tempat yang khusus untuk pertemuan mereka. Dan disini


(53)

mereka akan saling tukar informasi, diskusi dan tidak lupa dengan minum tuak sambil bernyanyi-nyanyi atau dikenal dengan sebutan marmitu. Pemuda ini mengatakan setiap hari senin sudah khusus baginya tidak kerja di ladaing tetapi untuk hari esok pemuda ini akan kembali bekerja di ladang.

Sebagai anak yang paling besar di rumah, pemuda ini harus bertanggung jawab dengan kebutuhan adik-adiknya, karena Ayah mereka sudah meninggal dan Ibu mereka sebagai petani hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari saja.

4.6. Karakteristik Pasar Tradisional Sipahutar

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, maka yang menjadi karakteristik Pasar Tradisional Sipahutar ini adalah :

Pada pukul 06.00 pagi di pasar tradisional ini telah banyak melakukan aktivitas., baik sebagai pedagang maupun pembeli. Sebagai pedagang maka mereka akan mengatur dan memilah-milah dagangan mereka dan sebagai pembeli mereka akan melihat-lihat berbagai barang yang akan mereka butuhkan. Pasar tradisional ini berlangsung sekali dalam seminggu yaitu pada hari senin dan di pasar ini masyarakat akan berdatangan dari segala desa yang ada di Kecamatan Sipahutar. Situsi pasar akan ramai menjelang jam 12 – 14 wib dan akan sepi ketika jam menunjukkan jam 16 ke atas, karena penduduk telah berpulangan ke desa masing-masing. Namun dalam a. Waktu kegiatan :


(54)

hari-hari tertentu, misalnya hari menjelang masuk sekolah, hari menjelang Natal dan Tahun Baru pasar ini akan ramai dikunjungi. Pembeli maupun pedagang dari daerah/desa lain berdatangan ke pasar tradisional Sipahutar.

b. Kondisi fisik tempat usaha :

Pada Pasar Tradisional ini ditemukan bangunan permanent yaitu dimana kondisi fisik tempat usaha pedagang dari beton/semen keseluruhan, dan bangunan semi permanent maksudnya adalah kondisi fisik tempat usaha para pedagang setengah beton dan setengah kayu artinya lantai dari semen dan tiangnya /penyangga dari kayu dan kalau papan/kayu maksudnya adalah bangunan fisik usaha pedagang itu terbuat dari kayu/papan dan sama sekali tidak ada semennya. Biasanya bangunan yang kondisi fisiknya permanent ditempati pedagang yang dagangannya perabot rumah tangga (kursi,lemari), penjahit, penjual alat-alat motor/kreta, penjual pupuk, apotik, tukang mas, dan sebagian pedagang makanan ringan. Untuk pedagang yang memiliki kondisi fisik tempat usaha semi permanent ditempati para pedagang yang jenis dagangannya adalah kain, sepatu, ulos batak, kelontong, penjual bumbu jadi, pecah belah dan lain-lain. Sementara untuk pedagang yang memiliki kondisi fisik tempat usaha papan/kayu ditempati para pedagang tukang jam tangan, pedagang jualan daging, pedagang kain bekas, pedagang ikan kering, sebagian pedagang kelontong dan lain-lain.


(55)

- Kebersihan tidak terjaga dengan baik.

Maksudnya bahwa di pasar tradisional ini masih banyak tumpukan-tumpukan sampah yang berserakan atau sampah yang belum dibakar, kondisi yang becet, dan terlalu kotor selalu ditemui di pasar ini apalagi ketika datang hujan mengenangi jalan-jalan pasar yang membuat kesulitan dan tidak yaman bagi pembeli atau pengunjung. - Gang antar kios terlalu sempit.

Ini dapat dilihat dari jarak antara pedagang yang satu dengan pedagang lain yang saling berhadapan hanya memiliki kurang lebih 1 meter, sehingga ketika para pembeli/pengunjung lewat mereka saling bersentuhan, dan saat puncak keramaian pembeli akan berdesakan.

- Fasilitas parkir tidak memadai.

Ini dapat dilihat dari bercampurnya antara pedagang dan mobil yang diparkirkan dan belum adanya tempat khusus pemarkiran. Walaupun demikian antara pedagang dan pemarkir menjalin hubungan yang baik tidak adanya perilaku yang ingin mengambil keuntungan sepihak, karena pada masyarakat ini mengutamakan kenersamaan dan saling tolong-menolong.

- Tempat pembuangan sampah yang belum memadai/tidak tersedia.

Ini dapat dilihat dari berseraknya sampah dimana-mana dan pembuangan sampah (khusus) belum ada/tersedia. Padahal setiap hari onan pengurus pasar selalu mengutip retribusi dari setiap kios, balairung dan lapak-lapak. Dimana setiap kios dan lapak harus membayar diantara Rp.700 – 2.000 dan balairung Rp.4.000 per bulan.


(56)

- Kurangnya perhatian dari pengelola pasar, yang membuat para penjual di Pasar Tradisional ini merasa dirugikan karena pada saat hujan kondisi pasar sangat becek, kotor, dan air tergenang hingga para pembeli/pengunjung sulit melewati dagangan mereka

c. Barang yang dijual :

- Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari- hari, seperti syur-mayur, cabe, garam, beras, minyak makan, minyak tanah, ikan kering, ikan basa, buah dan lain-lain.

- Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi.

Ini bisa dilihat dari jenis dagangan yang dijual para pedagang. Misalnya sayur-mayur, ubi kayu dan lain sebagainya. Karena pedagang sayur-mayur umumnya menanam sendiri.

- Harga relatif murah dan dan dapat ditawar.

Ikatan-ikatan komersil sama sekali dipisahkan dari ikatan-ikatan sosial, persahabatan, ketetanggan bahkan kekerabatan adalah satu hal, sementara perdagangan adalah hal lain, dan pendekatan pada kegiatan ekonomi terlepas dari hubungan pribadi. Umumnya pedagang mengutamakan hubungan sosialnya dari pada keuntungan yang besar dan ketika hari sudah sore harga barang-barang keperluan dapur seperti cabe, tomat, sayur dan lainnya akan relatif lebih murah, karna barang tersebut tidak tahan lama disimpan.


(57)

- Berlakunya sistem bayar besok (utang) bagi pembeli yang langganan.

Maksudnya ketika pembeli (langganan) membeli barang kebutuhan pada seorang pedagang yang sudah lama dikenal, ia akan mendapat keringanan untuk menbayar harga setengahnya untuk minggu depan karena pembeli tidak sanggup membayar sekaligus atau pembeli masih membeli keperluan yang paling dibutuhkan. Tindakan seperti ini adalah bentuk dari saling tolong-menolong antara pedagang dan pembeli yang bertujuan untuk mepererat hubungan diantara mereka, dan adanya kepercayaan (trust) sikap saling percaya-mempercayai antara pedagang dan pembeli yang melahirkan hubunngan sosial yang kuat dan erat.

- Penataan barang yang seadanya.

Ini dapat dilihat dari penataan barang dagangan pedagang yang menggabungkan jenis dagangan yang satu dengan jenis dagangan yang lain, misalnya sayur-mayur digabung dengan dagangan pecah belah.

d. Hubungan pembeli dan penjual

Adanya kominikasi ketika pembel menbeli dan sipenjual menawarkan barang dagangannya. Tanpa interaksi mustahil barang dagangan mereka akan laku terjual. Transaksi yang terjadi pada pasar tradisional ini juga memperlihatkan bahwa institusi pasar ini tidak terlepas dalam kaitannya dengan hubungan-hubungan sosial. Dapat saja terjadi sipenjual (pedagang) tidak mendapatkan keuntungan apa-apa ketika ia

:


(58)

menjual barang dagangannya kepada seseorang, yang kebetulan teman akrabnya dulu di desa.

- Terjadi proses tawar-menawar.

Ini dapat dilihat ketika pembeli membeli barang dagangan sipedagang. Pembali dan sipedagang akan merasa puas ketika harga yang ditawarkan sesuai dengan keinginan mereka. Tindakan ekonomi tidak semata-mata didasarkan pada suatu motivaasi mencari keuntungan semata, tetapi juga mempertimbangkan aaspek-aspek sosial lainnya, misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan kedaerahan, dan lainnya.

e. Adanya kebiasaan/tradisi dari masyarakat Sipahutar pergi ke pasar bukan hanya untuk membeli keperluan/kebutuhan sehari-hari tetapi ada juga hanya sekedar dating, ngobrol dengan teman, ketemuan, diskusi bahkan mencari pacar. Ini sudah lama berlangsung dan para informan mengatakan sejak pasar ada, tradisi ini sudah ada.

f. Kurangnya pengelolaan Pasar TradisionalSipahutar.

Ini dapat dilihat dari adanya kutipan dari setiap pedagang kepada petugas pasar, tapi sarana dan prasarananya masih kurang memadai misalnya kamar mandi/WC, tempay sampah yang kurang dan parit yang kurang jelas salurannya kemana.


(59)

4.7. Pasar Tradisional Sipahutar dan Fungsinya Bagi Masyarakat

Pada masyarakat pedesaan, pasar mempunyai peranan penting dalam roda perekonomiannya. Dalam memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam baik kebutuhan sekunder maupun kebutuhan primer, orang tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan secara sendirian, karena kemampuan orang adalah terbatas, sesuai dengan keahlian yang dimilikinya dan produksi apa yang dihasilkannya.

Dalam pergaulan hidup yang sederhana diwaktu dulu, masyarakat menghasilkan sendiri apa yang dibutuhkan oleh mereka. Antara golongan masyarakat satu dengan lainnya terjadilah tukar menukar dijalankan secara langsung antara barang jenis yang satu dengan jenis barang lainnya. Hal demikian mengalami banyak kesulitan, karena mungkin barang yang akan dipertukarkan itu tidak dibutuhkan lagi oleh orang yang dituju sebagai lawannya bertukaran.

Meskipun keberadaan Pasar Tradisional Sipahutar menjalankan fungsi ekonomi bagi masyarakat sekitarnya, namun terikut pula berbagai berbagai fungsi lainnya yang diperankan oleh pasar tersebut. Pada sub bab berikut akan dipaparkan beberapa fungsi Pasar Tradisional Sipahutar bagi masyarakat sekitarnya.

4.7.1. Fungsi Ekonomi

Evers (1997:82) menyebutkan bahwa menerut teori ekonomi, pasar ialah suatu mekanisme antara membeli dan menjual barang dan jasa pada sebuah harga yang mengarah pada titik keseimbangan.Pasar bagi suatu kelompok masyarakat adalah pranata da tempat bertemunya para produsen dan konsumen. Dengan


(60)

pengertian lain dapat dikatakan, bahwa pasar merupakan wadah atau arena saling bertemunya para penjual dan pembeli. Sesuai dengan fungsinya, pasar makin lama makin berkembang. Dalam perkembangan selanjutnya, pasar tumbuh dan berkembang menjadi pusat kegiatan ekonomi atau pusat pertemuan antar penduduk dari berbagai daerah yang jangkauannya luas.Dalam kegiatan yang berkaitandengan pasar tersebut, barang yang diperjualbelikan tidak hanya terbatas pada barang-barang keperluan sehari-hari atau kebutuhan pokok saja.

Suatu pasar dapat terjadi karena sesuatu hal secara kebetulan dan karena sesuatu hal yang direncanakan. Di pasar berdatangan berbagai calon dan jenis pembeli dan penjual. Mereka menyediakan, memasarkan, dan menjual hasil produksi berupa hasil-hasil produksi pertanian, peternakan, kerajinan rumah tangga bahkan menyediakan barang-barang yang sudah langka peredarannya.

Di pasar Sipahutar ini kita dapati aneka macam barang kebutuhan seperti kebutuhan sekarang, kebutuhan masa yang akan datang, kebutuhan orang tua, kebutuhan anak muda, jenis makanan, bahan makanan, jenis perabot rumah, alat angkutan, resep makanan dan makanan kelezatan, bahan bangunan barang dan bahan pangan, sandangdan papan, jenis ternak dan tenun (ulos batak), peralatan rumah tangga, peralatan kantor dan lain-lain.

Dari penjuru desa para pedagang, calon pembeli dan penjual serta warga masyarakat yang masih dapat menjangkau kejauhan letak pasar, berbondong-bondong datang ke pasar Sipahutar ini. Ada yang datang dengan sepeda motor, mobil dan ada pula yang datang dengan berjalan kaki. Dari Desa tempat tinggal mereka banyak yang


(61)

membawa dan menawarkan barang dagangan hasil produksi pertanian, peternakan, hasil hutan dan hasil kerajinan rumah tangga. Seperti Ibu Pardede dalam wawancara menyebutkan:

“Setiap hari senin saya akan ke pasar sipahutar dan membawa hasil tanaman kopi saya dan saya akan menjual dengan harga yang telah disepakati dan uang itulah yang akan saya pergunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga dan uang sekolah anak-anak saya”.

(Wawancara di lapangan, April 2007)

Pasar tradisional Sipahutar merupakan salah satu pasar yang dianggap paling lengkap menyediakan barang bagi pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Bagi para pembeli yang bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, maka pasar tersebut juga menjadi tempat bagi penjualan hasil produksi mereka, tawar menawar harga terjadi di tempat ini. Bila ada kesesuaian harga maka transaksi jual beli akan berlangsung.

Uang hasil penjualan produksi pertanian dan ternak tersebut, sebagian digunakn untuk membeli barang-barang kebutuhan, baik kebutuhan pangan, maupun kebutuhan-kebutuhan pertanian dan peternakan. Untuk kebutuhan pangan, seperti beras, gula, kopi, cabai, tomat, bawang dan sebagainya umumnya mereka beli di pasar tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang informan pembeli, berikut ini:


(62)

“Saya biasanya membelinya untuk kebutuhan seminggu, sehingga tidak perlu lagi belanja di kampung saya kecuali ada yang kurang atau lupa membelinya di pasar. Membeli disini (Pasar Sipahutar) barangnya lebih bagus dan bisa memilih, serta harganya lebih murah”.

(Wawancara di lapangan dengan Ibu T.Pardede, April 2007)

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Pasar Sipahutar mempunyai ekonomi yang cukup substansial bagi masyarakat sekitarnya, namun demikian di sisi yang lain, warung-warung kelontong di desa-desa menjadi sulit berkembang, kecuali warung kopi, yang merupakan tradisi tempat mangkal kaum lelaki, baik tua maupun muda sekedar minum secangkir kopi, the manis atau minum tuak. Warung kelontong yang ada di desa-desa hanya diminati oleh penduduk yang tidak pergi ke Pasar Sipahutar karena berbagai hal seperti, sakit, uang cuma sedikit, atau kesibukan akan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Tapi tak jarang pula penduduk desa menitip kepada teman/tetangga untuk membeli keperluan sehari-hari meraka.

Seperti Ibu T.Pardede dalam wawan cara menyebutkan:

”Setiap hari senin atau setiap kali saya mau ke pasar, tetangga saya selalu menitip keperluan mereka walaupun kadang-kadang sebenarnya itu sulit untuk saya, karena selain repot, capek/lelah dan banyaknya yang harus saya beli, tapi yang namanya satu kampung kita harus saling membantu dan disisi lain itu menjadi pererat hubungan kami sekampung”.

(wawancara di lapangan, April 2007)

Lain halnya dengan para pedagang, bekerja pada pasar tradisional tidak begitu melelahkan. Hal ini terbukti dari jawaban informan yang menyatakan:


(63)

“Berdagang uda pekerjaan kami dan dari sini kami bisa makan dan mencukupi kebutuhan keluarga, rasa capek atau lelah pasti ada tapi tidak membuat kami kecapean, kami hanya memanggil para pengunjung/pembeli dan melempar senyum agar mereka datang ke tempat kami untuk melihat barang dagangan kami dan kalau ada yang cocok mudah-mudahan mereka beli”.

(Wawancara di lapangan dengan Bapak RH. Silitongan, April 2007)

Memang dari hasil pengamatan peneliti, terlihat bahwa tenaga yang dikeluarkan para informan tidak terlalu banyak, karena mereka bekerja hanya menjajakan dan menawarkan dagangan mereka di Balairung, lapak atau kios mereka saja, dengan kata lain para pengunjung/pembeli yang mendatangi mereka. Mereka lebih banyak mengeluarkan kata-kata ketimbang pergerakan. Para pengunjung/pembeli lebih banyak melakukan pergerakan dengan memilih dan mencoba barang-barang yang akan mereka beli. Dalam hal inilah diperlukan keramahan dan ketrampilan para pedagang dalam berbicara dan merayu para pengunjung/pembeli dengan menggunakan kata-kata yang manis dan sopan agar mau membeli barang dagangan mereka.

Pasar Tradisional Sipahutar juga menjalankan fungsi ekonomi sebagai penyedia berbagai jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Terdapat berbagai mcam bentuk jasa ada di pasar tersebut, antara lain, jasa buruh angkat barang, jasa service berbagai barang elektonik, jasa kecantikan (pangkas dan salon), jasa angkutan, jasa servis kendaraan dan sebagainya. Namun demikian, ketersediaan jasa tersebut masih


(64)

relatif sedikit, meskipun menurut salah seorang informan, ketersediaan jasa tersebut sudah jauh meningkat bila dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.

“Misalnya saja kereta, sekarang ini kereta udah menjadi kebutuhan setiap keluarga, taulah dek di desakan kalau mau pergi kemana-mana jauh dan untuk keperluan mendadak kita ga tau harus berbuat apa, dengan adanya kereta akan mempermudah setiap keluarga. Dan kalau kereta saya mengalami kerusakan atau ban yang kempes saya bisa langsung memperbaikinya di bengkel kereta”.

(Wawancara di lapangan dengan Bapak JM. Hutagalung, April 2007)

Keadaan ini sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat, dan biasanya ketersediaan pelayanan jasa akan semakin banyak, karena orang yang membutuhkan juga semakin banyak.

Pada pasar tradisional juga, para pedagang tidak hanya berasal dari Sipahutar saja tetapi para pedagang ada yang datang dari Tarutung, Siborong-borong, Balige dan Pangaribuan. Seperti wawancara dengan informan sebagai berikut:

“Saya bertempat tinggal di Siborong-borong dan bagi saya bukan hal yang sulit untuk datang ke pasar tradisional Sipahutar ini berdagang. Setiap hari senin saya akan jualan disini dan membawa barang dagangan saya. Saya dibantu 4 pekerja hingga membuat saya tidak kewalahan dalam mengangkat barang dan melayani para pengunjung/pembeli, dan nanti jam 5 sore kami akan tutup dan mulai menyusun barang-barang untuk pulang ke siborong-borong”.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, maka ditemukan beberapa kesimpulan yang dapat dilihat sebagai berikut :

1. Kecamatan Sipahutar mempunyai sebuah pasar tradisional yang dibuka sekali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin.

2. Adapun barang-barang yang diperdagangkan pada pasar tradisional ini umumnya adalah barang-barang dapur/kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah-buahan, sayur-sayuran, telur, daging dan lain-lain

3. Harga barang-barang pada pasar tradisional Sipahutar umumnya lebih murah bila dibandingkan dengan harga di pasar lain untuk barang yang sama, misalnya harga sayur-sayuran, sehingga pasar tradisionalini selalu ramai dikunjungi oleh para pembeli.

4. Bekerja pada Pasar Tradisional Sipahutar ini tidaklah membutuhkan banyak tenaga, yang dibutuhkan hanya ketrampilan dalam menawarkan barang-barang dagangannya. Mereka hanya duduk ditempat atau di kios-kios mereka


(2)

ngrumpi, mengobrol dan berdiskusi. Jadi otomatis perasaan mereka tampak senan dalam menjalankan pekerjaan mereka di Pasar Tradisional Sipahutar. 5. Meskipun pasar merupakan salah satu unsur utama dari ekonomi, teryata

pasar tradisioanal sipahutar tidak hanya menjalankan fungsi ekonomi, tetapi juga fungsi social, fungsi politik dan fungsi budaya.

6. Keberadaan pasar tradisional sipahutar sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa yang ada di sekitar sipahutar untuk itu keberadaan pasar perlu ditingkatkan dan dipertahankan.

7. Pasar sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat Sipahutar yang dijadikan sebagai tempat gobrol, cari pacar, buang suntuk/stress, sebagai tempat rekreasi dan sebagainya.

8. Eksistensi pasar tradisional melekat pada masyarakat Sipahutar, ini dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial yang terjalin diantara para aktor pasar. Para aktor pasar tidak hanya mengadakan hubungan sosial di pasar aja tetapi diluar pasarpun hubugan sosial ini berlanjut.

9. Keberadaan pasar tradisional Sipahutar ini juga membawa dampak bagi masyarakat Sipahutar, yakni : meningkatkan perdagangan di Desa ini dan terjadinya perubahan dalam bahasa dan gaya hidup masyarakat Sipahutar.


(3)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas, maka terdapat beberapa saran yang perlu diperhatuikan dalam Pasar Tradisional Sipahutar ini, yaitu :

1. Dalam melakukan pembangunan sarana dan prasarana Pasar Tradisional Sipahutar harus mempertimbangkan keberadaan pasar tersebut, bukan hanya dari aspek ekonomi semata, tetapi juga dari aspek sosial, aspek budaya dan aspek politik.

2. Perlu adanya ketegasan tegas dari pemerintah setempat untuk melarang para penjual CD agar tidak menjual CD bajakan dan filim porno yang merusak moral masyarakat setempat khususnya muda-mudi.

3. Perlu diperhatikan pembuangan sampah agar dibuang pada tempatnya, karena akan merusak pemandangan pasar tradisional ini dan pengelola pasar seharusnya lebih memperhatikan para penjual agar menggelar dagangan mereka di tempat yang sudah diatur.

4. Pengelola pasar agar lebih melihat dan memperhatikan keberadaan pasar tradisional sipahutar ini,agar lebih tertata dengan baik dan tidak mengganggu para pembeli/pengunjung datang ke pasar ketika hujan datang karena akan menghambat para pembeli/pengunjung membeli kebutuhan sehari-hari atau


(4)

tempat interaksi area sosial masyarakat baik dari anak-anak, remaja, dewasa, orang tua ataupun tua.

6. Agar perubahan yang terjadi dalam masyarakat Sipahutar tidak memudarkan nilai-nilai dan norma yang telah ada di Desa Sipahutar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Budhisantoso. 1990. Keswadaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogjakarta : Aditya Media

Badaruddin. 2001. Pasar Tradisional Pedesaan: Suatu Kajian Sosiologis. Bandung Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada

Elida, Linda. 2005. Pasar Tradisional Panyabungan di Kabupatean Mandailing Natal Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan. (Laporan Penelitian) Evers, Hans Dieter. 1997. ‘Globalisasi dan Kebudayaan Ekonomi Pasar’. Dalam Prisma No.5 Jakarta. LP3ES

Geertz. Cliford. 1989. Penjaja dan Raja : Perubahan sosial dan modernisasi ekonomi di dua kota Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Harahap, Basyarl. 1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Suatu pendekatan terhadap perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing. Jakarta

Karnaji. 2004.”Pranata Ekonomi”. Dalam J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed). Sosiologi teks Pengantar dan Terapan. Cetakan Pertama. Jakarta. Prenda Media Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :PT.Alumni Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Soetandyo, Bagong, dkk. 1992. Wanita dan Pasar Tradisional. Surabaya. Pusat Studi


(6)

Zubeirsyah, Drs. H. S dan Dr Hj. Nurhayati Lubis. 2002. Bahasa Indonesia dan Teknik penyusunan Karangan Ilmiah. Medan : USU PRESS

Internet

Yulita, Dwi. 1999. Kajian Persaingan Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan Berdasarkan Perilaku Berbelanja di Kotamadya Bandung. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjama, Universitas Sumatera Utara.

Tesis

Ibrahim, Syahrul. 1979 “Studi Fungsi Pelayanan Pasar Dalam Rangka Penilaian Terhadap Strategi Alokasi Dana Pembangunan Pasar di Kota Bandung. (Tidak diterbitkan)

Simbolon, M. Ali. 2005. Evaluasi Tingkat Pengelolaan Pasar Tradisional dan Analisis Tingkat Kepedulian Pedagang terhadap Kebersihan Lingkungan Kota Medan. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjama, Universitas Sumatera Utara.