Rasio Perputaran Modal Kerja WCTO Rasio Lancar CR Rasio Kecukupan Kas CTR Hasil Analisis Regresi Berganda

75 Rata-rata dari ketiga variabel independen dan variabel dependen pada ketiga perusahaan rokok di Indonesia.Rata-rata Rasio tiap perusahaan berikut ini didapatkan dari jumlah nilai setiap variabel dibagi banyaknya variabel tiap tahunnya.Selanjutnya, hasil rasio rata-rata perusahaan rokok di Indonesia diperoleh dari jumlah rasio rata-rata variabel pada tiap perusahaan dibagi banyaknya perusahaan rokok.Agar terlihat jelas mengenai perkembangan Rasio ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.18 Rasio Rata-rata variabel penelitian pada Perusahaan Rokok di Indonesia Perusahaan WCTO CR CTR ROI PT. HM Sampoerna 7.075 183.3475 4.76875 26.72125 PT. Gudang Garam 3.3325 203.9813 2.5925 9.35375 PT. Bentoel Investama 5.25125 237.695 7.165 4.7175 Rasio rata-rata Perusahaan Rokok di Indonesia 5.219583 208.3413 4.842083 13.5975 Sumber : Data diolah, 2013

a. Rasio Perputaran Modal Kerja WCTO

Rasio rata-rata tingkat perputaran modal kerja perusahaan rokok di Indonesia adalah sebesar 5,22 kali. PT. HM Sampoerna dan PT. Bentoel Investama memiliki rasio rata-rata perputaran modal kerja diatas rasio rata-rata perusahaan rokok di Indonesia, dengan rasio tertinggi pada PT. HM Sampoerna Tbk. yaitu sebesar 7,075 kali.

b. Rasio Lancar CR

Universitas Sumatera Utara 76 Likuiditas perusahaan rokok di Indonesia cukup baik karena nilai rasio rata- ratanya sebesar 208,34 200. Likuiditas rata-rata tertinggi adalah pada PT. Bentoel Investama yaitu sebesar 237,69, sedangkan likuiditas terendah adalah PT. HM sampoerna dengan rasio rata-rata sebesar 183,34.

c. Rasio Kecukupan Kas CTR

Rasio rata-rata Kecukupan Kas perusahaan rokok di Indonesia adalah sebesar 4,84. Rasio kecukupan kas rata-rata yang tertinggi terdapat pada PT. Bentoel Investama sebesar 7,165 dan rasio kecukupan kas rata-rata yang terendah terdapat pada PT. Gudang Garam yaitu sebesar 2,59.

d. Rasio Profitabilitas ROI

Rasio Rata-rata Profitabilitas perusahaan rokok di Indonesia adalah sebesar 13,597. Dengan rasio tertinggi pada PT. HM sampoerna sebesar 26,72 dan rasio terendah pada PT. bentoel Investama yaitu sebesar 4,7175. 4.4Pengujian Asumsi Regresi 4.4.1 Uji Multikolineritas Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya. Adanya Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor VIF. Jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance dibawah 1 maka model terbebas dari Universitas Sumatera Utara 77 multikolinearitas. Berikut ditunjukkan hasil uji perusahaan Rokok di Indonesia dengan menggunakan SPSS 18. Tabel 4.19 Uji Multikolinieritas Perusahaan Rokok di Indonesia Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant WCTO .721 1.387 CR .777 1.287 CTR .843 1.187 a. Dependent Variable: ROI Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari ketiga variabel pada perusahaan rokok go publik tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance ketiga variabel dibawah angka 1. Maka dapat disimpulkan bahwa pada ketiga variabel dalam penelitian ini yaitu Perputaran Modal Kerja WCTO, Rasio Lancar CR dan Rasio Kecukupan Kas CTR tidak terjadi multikolinieritas antara ketiga variabel.

4.4.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu apabila datanya time series atau korelasi antara tempat berdekatan apabila cross sectional. Universitas Sumatera Utara 78 Adapun uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson D-W stat dengan ketentuan sebagai berikut : 1. 1,54 DW 2,46 maka tidak ada autokorelasi. 2. 1,21 DW 1,54 atau 2,46 DW 2,79 maka tidak dapat disimpulkan. 3. DW 1,21 atau DW 2,79 maka terjadi auto korelasi. Tabel 4.20 Uji Autokorelasi Perusahaan Rokok di Indonesia Model Summary b Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change .685 13.772 3 19 .000 1.590 a. Predictors: Constant, CTR, CR, WCTO b. Dependent Variable: ROI Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan hasil olah data diatas maka diketahui bahwa nilai DW adalah sebesar 1,590.Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

4.4.3 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Pengujiannya gejala heteroskedasitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika titik-titik pada scatter plot tersebut membentuk pola tertentu yang teratur misal bergelombang, melebar Universitas Sumatera Utara 79 kemudian menyempit, maka dapat diindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedasitas pada ketiga perusahaan rokok yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Grafik 4.10 Uji heteroskedasitas Perusahaan Rokok di Indonesia Berdasarkan scatter plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah maupun diatas angka 0 pada sumbu Y. hanya.Maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedasitas. Universitas Sumatera Utara 80

4.4.4 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya: 1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal menyerupai lonceng, regresi memenuhi asumsi normalitas. 2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut adalah gambar yang memperlihatkan hasil uji normalitas pada ketiga perusahaan rokok yang ditunjukkan secara berurut. Uji ini dilakukan menggunakan pengolahan data SPSS 18.0 dengan proses plot area. Universitas Sumatera Utara 81 Grafik 4.11 Uji Normalitas Perusahaan Rokok di Indonesia Dari hasil uji diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal membuat pola gelombang yang teratur.Maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual untuk model regresi ini telah normal dan memenuhi asumsi normalitas dimana distribusi datanya normal.

4.5 Pengujian Hipotesis

Dalam menguji hipotesis digunakan analisis regresi linear berganda, karena variabel bebasnya lebih dari satu yakni terdiri dari variabel Working Capital Turn Over X1, Current Ratio X2 dan Cash to Revenue Ratio X3. Universitas Sumatera Utara 82

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi R

2 Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.Nilai R 2 terletak antara 0 sampai dengan 1 0 ≤ R2 ≤ 1.Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari analisis data pada perusahaan rokok di Indonesia diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.21 Uji Koefisien Determinasi R 2 Perusahaan Rokok di Indonesia. Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate dimension0 1 .828 a .685 .635 6.54220 a. Predictors: Constant, CTR, CR, WCTO Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan hasil pengujian diatas diketahui bahwa nilai R square adalah 0,685. Artinya, sebesar 68,5 Return on Investment ROI dari ketiga Perusahaan Rokok di Indonesia dipengaruhi oleh variasi ketiga variabel independen yang digunakan, yaitu Working Capital Turn Over, Cash to Revenue Ratio dan Current Ratio. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model penelitian.Dengan demikian, hubungan ketiga variabel sangat kuat berpengaruh terhadap ROI karena nilai R square mendekati angka 1. Universitas Sumatera Utara 83

4.5.2 Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat .Dalam uji ini kita melihat pengaruh variabel WCTO X1, Current Ratio X2, dan Cash to Revenue Ratio X3 bersama-sama terhadap variabel independen ROI. Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5 α= 0,05. Jika sig ά 0,05, maka H0 diterima H1 ditolak. Jika sig ά 0,05, maka H0 ditolak H1 diterima. Hipotesis berbunyi : H0 : tidak ada pengaruh perubahan CR, CTR dan WCTO terhadapROA. H1 : minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO, CTR dan CR terhadap ROI. Berikut hasil uji dari pada data perusahaan rokok di Indonesia : Tabel 4.22 Uji F pada Perusahaan Rokok di Indonesia ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1768.381 3 589.460 13.772 .000 a Residual 813.208 19 42.800 Total 2581.588 22 a. Predictors: Constant, CTR, CR, WCTO b. Dependent Variable: ROI Sumber : Data diolah, 2013 Universitas Sumatera Utara 84 Pada tabel menunjukkan angka hasil uji F menghasilkan F hitung sebesar 13,772. Sementara itu nilai pada tabel distribusi nilai F pada taraf signifikansi adalah sebesar 0,00. Dengan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 artinya antara WCTO, CR dan CTR memiliki pengaruh linear dan sangat kuat terhadap ROI. Dengan kata lain, variabel- variabel independen ini secara simultan dan signifikan memengaruhi variabel dependen. Hal ini sekaligus menjawab hipotesis, dimana ada pengaruh secara simultan antara variabel Working Capital Turnover, Current Ratio dan Cash to Revenue Ratio terhadap ROI dan dari hasil yang diperoleh didapatkan pengaruh yang sangat besar dan signifikan yaitu taraf signifikasi sebesar 0,000 dengan F hitung sebesar 13,772.

4.5.3 Uji T

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas WCTO, CR, dan CTR terhadap Return on Investment ROI. Jika sig ά 0,05, maka H0 diterima H1 ditolak. Jika sig ά 0,05, maka H0 ditolak H1 diterima. H0 : tidak ada pengaruh perubahan CR, CTR dan WCTO terhadap ROI. H1 : minimal ada satu pengaruh pada perubahan proporsi WCTO, CTR dan CR terhadap ROI. Berikut ditunjukkan hasil olah data menggunakan SPSS untuk uji t dari ketiga perusahaan rokok di Indonesia : Universitas Sumatera Utara 85 Tabel 4.23 Uji T pada Perusahaan Rokok di Indonesia Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -7.342 8.809 -.833 .415 WCTO 4.138 .705 .890 5.867 .000 CR .002 .033 .007 .050 .960 CTR .477 .296 .226 1.612 .123 a. Dependent Variable: ROI Sumber : Data diolah, 2013 Berdasarkan data hasil olahan SPSS pada perusahaan rokok Indonesia di atas, maka diperoleh penjelasan sebagai berikut: 1. Variabel Working Capital Turn Over WCTO mendapatkan statistik uji t = 5,867 dengan signifikansi 0,048. Koefisien hasil uji t dari WCTO menunjukkan tingkat signifikansi 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan 0,05 5, maka dapat disimpulkan bahwa WCTO berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi Return on Investment ROI. Artinya, tingkat perputaran modal kerja lebih cepat maka profit yang diterima oleh perusahaan rokok yang go-public di Indonesia akan meningkat dan sebaliknya bila tingkat perputaran modal kerja lebih lama maka profit yang diterima oleh perusahaan akan menurun. 2. Variabel Current Ratio CRmenunjukkan statistik uji t = 0,50 dengan signifikansi 0,960. Koefisien hasil uji t dari CR Universitas Sumatera Utara 86 menunjukkan tingkat signifikansi 0,960 yang lebih besar dibandingkan dengan 0,05 5. Maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio CR tidak secara parsial berpengaruh terhadap Return on Investment ROI pada taraf α=5. Hasil ini bertolak belakang dengan teori yang ada, seharusnya semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi pula profitabilitas yang didapatkan.Hal ini disebabkan oleh penambahan hutang lancar yang menyebabkan naiknya nilai kewajiban lancar sehingga dapat menyebabkan turunnya profitabilitas. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekadini 2010, yakni Current Ratio berbanding terbalik dengan Profitabilitas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni saat mencapai tingkat likuiditas yang tinggi, perusahaan terlalu fokus pada kewajiban melunasi hutang dan mengabaikan investasi yang seharusnya menambah keuntungan. Sedang di satu sisi saat berhasil mengurangi kewajibannya, total aktiva bertambah, dan memberi peluang bagi datangnya profitabilitas yang lebih besar karena digunakan sebagai penambah dana investasi dan deposito perusahaan. 3. Variabel Cash to Revenue Ratio CTR mendapatkan statistik uji t = 1,612 dengan signifikansi 0,123. Koefisien hasil uji t dari CTR menunjukkan tingkat signifikansi 0,123 yaitu lebih besar dibandingkan dengan 0,05 5, maka dapat disimpulkan Universitas Sumatera Utara 87 bahwa CTR tidak berpengaruh secara parsial terhadap Return on Investment ROI pada taraf α=5. Hasil ini bertentangan dengan teori, dimana seharusnya semakin tinggi rasio kecukupan kas maka perusahaan tidak memiliki hambatan dalam memperoleh profit.Penelitian mengenai kas perusahaan dilakukan oleh Yuyun Nuril Laila 2009 yang membahas tentang perputaran kas perusahaan terhadap profitabilitas.

4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda

Pembuatan persamaan regresi berganda dapat dilakukan dengan menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandardized coefficient beta. Berikut hasil persamaan regresi berganda pada perusahaan Rokok di Indonesia berdasarkan data pada tabel 4.23 : Y = -7,342 + 4,138X 1 + 0,002X 2 + 0,477X 3 Dari persamaan regresi di atas maka dapat diinterpretasikan beberapa hal, antara lain: 1. Nilai konstanta persamaan di atas adalah sebesar -7,342. Angka tersebut menunjukkan tingkat Return on Investment ROI yang diperoleh oleh perusahaan bila tingkat WCTO, CR, dan CTR diabaikan. Artinya ketika ketiga variabel diabaikan maka tingkat perolehan profitabilitas perusahaan bernilai negatif rugi. 2. Variabel Working Capital Turn Over WCTO memiliki nilai koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 4,138. Nilai koefisien positif menunjukkan bahwa WCTO terhadap jumlah ROI berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa Universitas Sumatera Utara 88 nilai ROI akan mengalami peningkatan sebesar koefisien pengali dari WCTO, dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan. 3. Variabel Current Ratio memiliki nilai koefisien regresi yaitu sebesar 0,002. Hal ini berarti nilai ROI akan mengalami peningkatan sebesar koefisien pengali dari CR, dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain dianggap konstan. 4. Variabel Cash to Revenue Ratio memiliki nilai koefisien regresi yaitu 0,477.Nilai koefisien regresi ini menunjukkan bahwa CTR berpengaruh positif dan terhadap ROI. Hal ini berarti nilai ROI akan mengalami peningkatan sebesar faktor pengali dari CTR, dengan asumsi bahwa variabel independen yang lain dianggap konstan.

4.7 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2004-2011

1 92 100

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 255 82

Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

2 63 76

Analisis Hubungan Rasio Modal Kerja Dan Hutang Dengan Rentabilitas Ekonomi Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia

0 21 95

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Yang Go-Publik di Indonesia

0 31 103

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 38 88

Pengaruh Rasio Leverage Dan Rasio Intensitas Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Automotive Yang Go-Public Di Bursa Efek Indonesia

2 29 114

Pengaruh Modal Kerja dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 33 60

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konseptual 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia

0 0 18

KATA PENGANTAR - Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Rokok Di Indonesia (Studi Kasus Pada Industri Rokok Go-Public Yang Listing Dibursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2004-2011

0 0 14