3. Komponen orientasi evaluatif, yakni keputusan dan praduga tentang
objek-objek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Hal ini berkaitan dengan
penilaian dan pendapat mengenai objek politik yang selalu melibatkan penerapan standard nilai terhadap objek dan kejadian politik kombinasi
standard dan kriteria nilai dengan informasi dan perasaan. Misalnya, seorang individu mengadakan evaluasi atau mengkritik sistem politik
sebagai tindak responsif terhadap tuntutan politik anggota masyarakat berdasarkan nilai atau ideologi demokrasi.
4. Bentuk-bentuk orientasi yang ada dalam suatu negara akan memepunyai
pengaruh besar terhadap cara dimana sistem politik berlangsung. Orientasi politik akan berpengaruh terhadp pembentukan tingkah laku individu
dalam peranan politik mereka. Menurut Dennis kavanagh 1982:11 budaya politik sebagai pernyataan untuk menyatakan lingkungan perasaan
dan sikap dimana sistem politik itu berlangsung. Menurut Almond dan Verba ada beberapa tipe budaya politik antara lain :
a. Budaya politik parochial
Budaya politik parokial adalah budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran
berpolitik, sekalipun ada menyerahkannya kepada pemimpin lokal seperti kepala suku. Pada budaya politik parokial umumnya tingkat
partisipasi dan kesadaran politik masyrakatnya masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kognitif, yaitu rendahnya tingkat
pendidikan atau pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan
Universitas Sumatera Utara
kesadaran mereka terhadap politik masih sangat kecil. Pada budaya politik ini, kesadaran obyek politiknya kecil atau tidak ada sama sekali
terhadap sistem politik. Budaya politik parokial biasanya terdapat
dalam sistem politik tradisional dan sederhana. Budaya politik parokial dapat ditandai dengan ciri – ciri seperti :
1 Apatis
2 Pengetahuan politik rendah
3 kesadaran dalam berpolitik rendah
4 Tidak peduli dan menarik diri dari kehidupan politik.
b. Budaya Politik Subjek kaula
Dalam tipe ini masyarakat mulai menunjukkan minat dan perhatiannya pada objek politik. Namun posisi masyarakat sebagai
subjek kaula bersifat pasif. Masyarakat menganggap bahwa posisinya sebagai subjek tidak akan menentukan apa – apa terhadap
perubahan politik. Mereka tidak memiliki kekuatan untuk memepengaruhi atau mengubah sistem. Dengan demikian mereka
menerima segala keputusan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang. Bahkan masyarakat menganggap bahwa keputusan pemerintah
bersifat mutlak, sehingga mereka harus menuruti keputusan pemerintah tersebut. Budaya politik subjek ini dapat ditandai dengan
ciri-ciri seperti : 1
Memiliki pengetahuan dalam bidang politik yang cukup 2
Partisipasi politik minim
Universitas Sumatera Utara
3 Kesadaran dalam berpolitik rendah.
c. Budaya Politik Partisipan
Masyarakat dengan budaya politik partisipan. Memiliki orientasi politik yang secara eksplisit ditujukan kepada sistem secara
keseluruhan, bahkan terhadap struktur, proses politik dan administratif. Tegasnya terhadap input maupun output dari sistem
politik itu. Dalam budaya itu seorang atau orang lain dianggap sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik, memiliki kesadaran terhadap
hak serta tanggungjawabnya. Masyarakat juga merealisasikan dan memepergunakan hak-hak politiknya secara aktif. . Dengan demikian,
masyarakat dalam budaya politik partsipan tidaklah menerima begitu saja keputusan politik. Hal itu karena masyarakat telah sadar bahwa
betapa kecilnya mereka dalam sistem politik, meskipun tetap memiliki arti bagi berlangsungnya sistem itu. Dengan keadaan ini masyarakat
memiliki kesadaran sebagai totalitas, masukan, keluaran dalam konstelasi sistem politik yang ada. Anggota-anggota masyarakat
partisipatif diarahkan pada peranan pribadi sebagai aktivitas masyarakat, meskipun sebenarnya dimungkinkan mereka menolak
atau menerima. Masyarakat dengan budaya politik partisipan dapat ditandai
dengan ciri-ciri seperti : a.
Pengetahuan tentang politk tinggi b.
kesadaran dalam berpolitik tinggi
Universitas Sumatera Utara
c. Partisipasi dalam berpolitik aktif
d. Kontrol Politik aktif
Selain ketiga tipe budaya politik diatas terdapat juga tipe - tipe budaya politik lain yang dikenal dengan istilah budaya politik campuran mixed
political cultures. Budaya politik campuran ini merupakan perpaduan dari tiga tipe budaya politik murni. Budaya politik campuran ini terdiri dari :
a. Kebudayaan subjek parokial