Fungsi dan Makna Pasif

148 kauangkat, kaujual ; 3 dan bila persona ketiga maka digunakan akhiran –nya seperti Dia sudah membaca buku itu menjadi Buku itu sudah dibacanya. Bentuk pasif lainnya adalah penggunaan konfiks ke-an pada predikat seperti soal itu ketahuan oleh orang tuanya dan ter- seperti penumpang bus itu terlempar keluar .

d. Fungsi dan Makna Pasif

Orang Melayu Indonesia jauh lebih banyak menggunakan bentuk pasif daripada bentuk aktif. Van Wijk 1985: 83 menyatakan, adapun sebab orang Indonesia lebih menyukai menggunakan bentuk pasif daripada bentuk aktif adalah bahwa mereka biasanya lebih menekankan perbuatan atau objek perbuatan dibandingkan dengan subjek yang bertindak, sedangkan perbuatan atau objek tersebut lebih kuat tampil dalam pasif daripada dalam aktif. Pendapat ini menyiratkan adanya perbedaan makna dan fungsi antara klausa atau kalimat pasif dan klausa dan kalimat aktif. Klausa atau kalimat pasif digunakan untuk menekankan sesuatu yang dikerjakan, bukan pada pelaku pekerjaan tersebut. Selain itu, klausa atau kalimat pasif juga juga digunakan ketika pelaku pekerjaan tidak diketahui. Senada dengan pendapat ini, Hurford 1994: 155 menyatakan bahwa kalimat pasif digunakan untuk menghindari penyebutan pelaku perbuatan dan untuk memberikan penekanan tertentu. Misalnya dalam Kennedy was assasinated tidak disebutkan pelaku perbuatan, dan dalam John was run over by a bus ditekankan pada John yang sial, berbeda bila diungkapkan dalam kalimat aktif A bus ran over John. 149 Sementara itu, Lyons 1995: 369 menyatakan, makna bentuk pasif dan aktif adalah sama. Hubungan antara kalimat-kalimat aktif dan pasif yang sepadan itu secara tradisional diterangkan sebagai berikut: 1 objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif yang sepadan, 2 subjek kalimat aktif tidak harus dinyatakan bila diungkapkan dalam kalimat pasif. Perbedaan pendapat ini didasarkan pada perlu dan tidaknya agen pelaku dalam kalimat aktif dinyatakan dalam kalimat pasif. Untuk mendapatkan makna yang sepadan dalam pengubahan dari aktif ke pasif haruslah disertakan alasan-alasan khusus. Verhaar 2001: 214 menyatakan, alasan khusus itu misalnya untuk mengarahkan perspektif pada Argumen Pasien, atau untuk melatarbelakangkan atau malah melesapkan Argumen Pelaku. Misalnya digunakannya I was shot by him dari pada he shot me. Ada indikasi untuk memakai bentuk pasif bila tidak diketahui siapa yang menembak, atau bila identitas penembak tidak penting, atau bila I sudah menjadi subjek dalam konteks. Dalam bahasa Indonesia, perubahan kalimat aktif transitif cenderung menimbulkan pergeseran makna. Misalnya kalimat yang mengandung kata ingin. Tafsiran makna kalimat pasif yang berbeda dengan makna padanan kalimat aktif itu timbul karena kodrat kata ingin yang cenderung dikaitkan dengan unsur di sebelah kiri yang mendahuluinya. Misalnya Andi ingin mencium Tuti berbeda dengan Tuti ingin dicium Andi. 150 Makna atau arti pasif dapat pula bergabung dengan unsur lain seperti unsur ketaksengajaan Hasan Alwi, 1998: 348. Jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dan dalam kalimat pasif itu terkandung pula pengertian bahwa perbuatan yang dinyatakan oleh verba itu mengandung unsur yang tak sengaja, maka bentuk prefiks yang dipakai untuk verba bukan lagi di- melainkan ter-. Misalnya Penumpang bus itu dilempar keluar berbeda dengan Penumpang bus itu terlempar keluar .

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah penelitian pergeseran struktur klausa oleh Supana 2002 yang menganalisis pergeseran pada tataran klausa dalam penerjemahan buku Discourse Analysis karya Gillian Brown dan George Yule oleh I. Sutikno. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannya pada pergeseran kategori, yaitu pergeseran struktur klausa dan perubahan makna akibat pergeseran tersebut. Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Heni Sutrisni 2000 dengan judul “A Study on Translation Shifts of Noun Clauses from Language, Context, and Text by Ha lliday and Hassan into the Indonesian Version Bahasa, Konteks, dan Teks by Asruddin Bariori Tou . Dalam penelitian ini Sutrisni meneliti pergeseran yang ada pada hasil terjemahan Tao, dan ditemukan hasil bahwa terdapat pergeseran makna dan struktur. Dari kedua jenis pergeseran tersebut distribusinya dibagi dalam 3 kelompok, yaitu 1 klausa nominal