BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa secara simultan Pajak Daerah P, Retribusi Daerah R, Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan H, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah L berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah pada
kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial, variabel Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah, Retribusi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah D, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah H berpengaruh
secara positif. dan signifikan terhadap Kinerja keuangan pemerintah daerah D, dan variabel Lain-lain PAD berpengaruh negative dan signifikan terhadap Kinerja
keuangan pemerintah daerah di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini memiliki sedikit perbedaan dengan hasil penelitian
sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan perbedaan periode yang digunakan dalam penelitian, perbedaan sampel yang digunakan sebagai objek penelitian, dan
perbedaan rasio yang digunakan dalam variabel dependen. Namun secara umum, hasil penelitian mendukung bahwa PAD memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu:
1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah variabel-variabel independen
lain yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja pemerintah daerah. 2.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan rasio lainnya dalam mengukur kinerja pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Otonomi Daerah
Menurut UU No. 37 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya
disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan
pengertian ini, dapat diketahui bahwa otonomi daerah adalah kebijakan yang mengisyaratkan pentingnya kesadaran masyarakat lokal dalam proses
pembangunan. Proses pembangunan daerah melalui sistem otonomi daerah menjadi tanggung jawab seluruh komponen, mulai dari pemerintah dan setiap
perangkat daerah hingga seluruh masyarakat lokal tiap-tiap daerah. Otonomi merupakan penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah
daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan. Otonomi daerah dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat dapat merasakan
pertumbuhan pembangunan daerah. Kebijakan ini dilakukan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Halim 2001: 167
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi, yaitu
1. Kemampuan Keuangan Daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan
dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahannya. 2.
Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar Pendapatan Asli Daerah PAD dapat menjadi bagian sumber keuangan
terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar. Otonomi memungkinkan suatu daerah memperoleh lebih banyak bantuan
dana dari pusat. Bantuan dana tersebut bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan meningkatkan kinerja pemerintah daerah menjadi lebih baik.
Pembangunan daerah melalui otonomi juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal sehingga memperluas pilihan-pilihan yang dapat dilakukan
masyarakat lokal dalam meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, dan tenteram.
Ida 2000 menyatakan bahwa terdapat tiga esensi dari otonomi daerah. Pertama, pengelolaan kekuasaan berpusat pada tingkat lokal yang berbasis pada
rakyat. Kedua, dimensi ekonomi. Artinya, dengan otonomi daerah, maka setiap daerah diharapkan mampu menggali dan mengembangkan sumber-sumber
ekonomi yang ada di daerahnya. Kemampuan suatu daerah membiayai dirinya sendiri akan sedikit mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, dimensi budaya. Artinya, dengan otonomi daerah masyarakat lokal diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pengembangan kebudayaan lokal.
2.1.1.1 Asas dan Prinsip Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah sebagai implementasi pemberdayaan daerah dengan kewenangan yang luas, nyata dan memiliki tanggung jawab, terutama
dalam hal mengatur, memanfaatkan dan menggali berbagai sumber potensi yang terdapat di setiap daerah. Hakikat otonomi daerah adalah peningkatan pelayanan
dan kesejahteraan masyarakat. Dasar hukum pelaksanaan otonomi daerah yaitu: 1.
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2.
Ketetapan MPR RI Nomor XVMPR1998 mengenai Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, serta Pemanfaatan Sumber Daya
Nasional yang Berkeadilan, dan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Ketetapan MPR RI Nomor IVMPR2000 mengenai Rekomendasi
Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. 4.
UU No.32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah 5.
UU No.33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
1. Asas
Penyelenggaraan pemerintahan
berpedoman pada
Asas UmumPenyelenggaraan Negara, yang terdiri atas:
a. asas kepastian hukum
Universitas Sumatera Utara
b. asas tertib penyelenggara negara
c. asas kepentingan umum
d. asas keterbukaan
e. asas proporsionalitas
f. asas profesionalitas
g. asas akuntabilitas
h. asas efisiensi
i. asas efektivitas
Dalam menyelenggarakan
pemerintahan, Pemerintah
daerah menggunakanAsas Desentralisasi otonomi, Asas Tugas Pembantuan, dan Asas
Dekosentrasi sesuai denganperaturan perundang-undangan. a.
Asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah dan kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. b.
Asas Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah serta desa dan dari daerah ke desa guna melaksanakan berbagai tugas
tertentu yang disertai dengan pembiayaan, sarana, serta prasarana dan sumber daya manusia dengan kewajiban dalam melaporkan pelaksanaannya
dan dapat mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan tugas tersebut.
c. Asas Dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada
Gubernur yang dijadikan sebagai wakil pemerintah atau perangkat pusat daerah.
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip
Kebebasan otonomi yang diberikan terhadap pemerintah daerah merupakan kewenangan otonomi yang luas, nyata, dan dapat bertanggung jawab. Dalam
pelaksanaannya, otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang nyata, prinsip otonomi yang seluas-luasnya, serta berprinsip otonomi yang dapat
bertanggung jawab. Adapun prinsip otonomi daerah yaitu sebagai berikut: a.
Prinsip Otonomi Seluas-luasnya Daerah diberikan kebebasan dalam mengurus serta mengatur berbagai
urusaan pemerintah yang mencakup kewenangan pada semua bidang politik luar negeri, agama, keamanan, moneter, peradilan, serta fiskal nasional.
b. Prinsip Otonomi Nyata
Daerah diberikan
kebebasan dalam
menangani berbagai
urusan pemerintahan dengan berdasarkan tugas, wewenang, serta kewajiban yang
senjatanya telah ada dan berpotensi dapat tumbuh, hidup, berkembang, dan sesuai dengan potensi yang ada dan ciri khas daerah.
c. Prinsip Otonomi yang Bertanggung Jawab
Prinsip otonomi yang ada dalam sistem penyelenggaraannya harus sejalan dengan tujuan yang ada dan maksud dari pemberian otonomi, yang berdasar
untuk memberdayakan daerahnya masing-masing termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Otonomi Daerah
Secara konseptual, otonomi daerah dilandasi 3 tiga tujuan utama, yaitu: tujuan politik, tujuan administratif, serta tujuan ekonomi. Melalui tujuan politik,
Universitas Sumatera Utara
otonomi daerah dilaksanakan dalam rangka mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan DPRD. Melalui tujuan administratif, otonomi daerah
dilaksanakan agar adanya pembagian antara urusan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, termasuk sumber keuangan, pembaharuan manajemen
birokrasi pemerintahan daerah. Sedangkan tujuan ekonomi adalah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan otonomi daerah adalah: peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin lebih baik, pengembangan
kehidupan yang lebih demokrasi, keadilan nasional, dan pemerataan wilayah daerah. Selain itu, otonomi daerah bertujuan untuk pemeliharaan hubungan antara
pusat dengan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, mendorong pemberdayaan masyarakat, mengembangkan
peran serta fungsi dari DPRD.
2.1.2 Anggaran Pendapatan Bumi Daerah APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, APBD didefinisIkan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana satu pihak menggambarkan
perkiraan pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu dan dipihak lain menggambarkan
perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi
Universitas Sumatera Utara
pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. PP No. 71 tahun 2010 menyatakan bahwa anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara
sistematis untuk satu periode. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang dibahas dan disetujui oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. Berdasarkan Undang-Undang No 17 Tahun 2003 dan Standar Akuntansi
Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari : 1.
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu tahun
anggaran dan tak perlu dibayar lagi oleh pemerintah. Pendapatan daerah menurut UU No.17 Tahun 2003 Pasal 20 ayat 1 huruf a terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Daerah PAD
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2. Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah atau kewajiban yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah. Kelompok belanja terdiri atas: a.
Belanja pegawai
Universitas Sumatera Utara
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja modal
d. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
e. Bunga
f. Subsidi
g. Hibah
h. Bantuan sosial
i. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
j. Belanja tidak terduga
3. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan daerah
terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup hal-hal berikut ini :
a. SILPA tahun anggaran sebelumnya
b. Pencairan dana cadangan
c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Penerimaan pinjaman
e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman
Sedangkan, pengeluaran pembiayaan mencakup: a.
Pembentukan dana cadangan
Universitas Sumatera Utara
b. Penyertaan modal pemerintah daerah, termasuk investasi nirlaba
pemerintah daerah c.
Pemberian pinjaman Perubahan APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, dan distribusi. Semua Penerimaan dan
Pengeluaran Daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD. Surplus APBD dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran
Daerah tahun anggaran berikutnya. Penggunaan surplus APBD dimanfaatkan untuk membentuk Dana Cadangan atau penyertaan dalam Perusahaan Daerah
harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPRD.
2.1.3 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Keuangan daerah merupakan bagian integral dalam pengalokasian sumber- sumber ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas
ekonomi guna stabilitas sosial politik. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Peran keuangan daerah menjadi semakin penting dikarenakan
keterbatasan dana yang dapat dialihkan dalam bentuk subsidi dan bantuan. Peranan keuangan daerah dapat meningkatkan kesiapan daerah untuk mendorong
terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggungjawab. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tujuan
keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin tersedianya keuangan
Universitas Sumatera Utara
daerah guna pembiayaan pembangunan daerah, pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip, norma, asas dan standar akuntansi serta
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara kreatif melalui penggalian potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi. Pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan
good governance ini dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat terhadap keuangan daerah. Unsur-unsur pokok upaya
perwujudan good governance ini adalah transparency, fairness, responsibility dan accountability. Hal ini semakin penting dilakukan melalui pemberdayaan peran
lembaga-lembaga kontrol sebagai pengimbang kekuasaan pemerintah. Pengertian kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini adalah
tingkat pencapaian hasil kerja pemerintah dalam bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang telah ditetapkan melalui suatu kebijakan
atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam rasio keuangan daerah.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan, pembangunan,
dan pelayanan
masyarakat wajib
menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah
berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Pemerintah harus dapat membuat suatu pelaporan pengukuran kinerja performance measurement
berkaitan dalam proses pengelolaan pencapaian. Pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah adalah diantaranya: pertanggungjawaban pembiayaan
pelaksanaan dekonsentrasi, pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan, dan pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah
Universitas Sumatera Utara
APBD. Sedangkan, pertanggungjawaban keuangan pemerintah pusat tetap dalam bentuk pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN.
2.1.4 Pendapatan Asli DaerahPAD
Pendapatan Daerah
adalah hak
dan kewajiban
dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut PP RI No. 58 Tahun 2005. Menurut Halim 2004 : 67, sumber pendapatan daerah yaitu:
1. Pendapatan Asli Daerah PAD, yang terdiri dari:
a. Pajak Daerah
b.
Retribusi Daerah
c.
Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
membiayai kebutuhan daerah. Jenis-jenis Dana Perimbangan ini terdiri dari: a.
Bagi Hasil Pajak Buka Pajak, yang meliputi: 1
Bagi Hasil Pajak 2
Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam b.
Dana Alokasi Umum c.
Dana Alokasi Khusus, yang meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1 Dana Alokasi Khusus Reboisasi
2 Dana Alokasi Khusus Non Reboisasi
d. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi untuk
KabupatenKota e.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah, terdiri dari: 1
Bantuan Dana Kontijensi Penyeimbang dari Pemerintah 2
Dana Darurat Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.PAD bersumber dari:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Lain-Lain PAD yang Sah.
Dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan
menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan imporekspor.
2.1.4.1 Pajak Daerah
Pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dalam Undang-Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan daerah Perda.
Universitas Sumatera Utara
Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
investment. Semua jenis pajak diatur sesuai kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota masing-masing. Setiap daerah juga diberi kebebasan untuk
menciptakan pajak daerah lainnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sedangkan objek retribusi bergantung pada banyaknya pelayanan yang diberikan
pemerintah daerah pada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, pajak daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupatenkota. Adapun yang termasuk jenis pajak daerah yaitu:
1. Jenis pajak daerah Provinsi terdiri dari:
a. Pajak kenderaan bermotor
b. Bea balik nama kenderaan bermotor
c. Pajak bahan bakar kenderaan bermotor
d. Pajak air permukaan
e. Pajak rokok
2. Jenis pajak daerah KabupatenKota terdiri dari :
a. Pajak hotel dan restoran
b. Pajak hiburan
c. Pajak reklame
d. Pajak sarang burung walet
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C.
Universitas Sumatera Utara
g. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan PBB P2
h. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB
i. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
2.1.4.2 Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai
pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemerintah daerah melakukan setiap pungutan berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga
keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan
pemerintah kepada yang membutuhkan. Adapun jenis-jenis retribusi terdiri dari: 1.
Jenis retribusi daerah untuk Provinsi terdiri dari: a.
Retribusi Pelayanan Kesehatan b.
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah c.
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta d.
Retribusi Pengujian Kapal Perikanan 2.
Jenis retribusi daerah untuk KabupatenKota terdiri dari: a.
Retribusi Pelayanan Kesehatan b.
Retribusi Pelayan PersamapahanKebersihan c.
Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP d.
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil
Universitas Sumatera Utara
e. Retribusi Pelayanan Pemakaman
f. Retribusi Pelayanan Pengabuan Mayat
g. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum
h. Retribusi Pelayanan Pasar
i. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
j. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
k. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
l. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
m. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
n. Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan
o. Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan
p. Retribusi Jasa Usaha Terminal
q. Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir
r. Retribusi Jasa Usaha Tempat PenginapanPersanggrahanVilla
s. Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus
t. Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan
u. Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal
v. Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga
w. Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di atas Air
x. Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair
y. Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah
z. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
aa. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
Universitas Sumatera Utara
bb. Retribusi Izin Gangguan
cc. Retribusi Izin Trayek
2.1.4.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah
tersebut bertindak sebagai salah satu pemliknya. Jenis pendapatan ini meliputi: 1.
Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah 2.
Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank 3.
Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank 4.
Bagian Laba atas Penyertaan Modal Investasi
2.1.4.4 Lain-Lain PAD Yang Sah
Pendapatan ini merupakan pendapatan daerah yang berasal bukan dari pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis-jenis lain-lain pendapatan yang sah yaitu
meliputi: 1.
Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan 2.
Penerimaan Jasa Giro 3.
Penerimaan Bunga Deposito 4.
Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 5.
Penerimaan Ganti Rugi Atas Kerugian Kehilangan Kekayaan Daerah TP- TGR
2.1.5 Rasio Keuangan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Dalam mengadakan analisis
keuangan memerlukan ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan adalah rasio. Erich Helfert 2000:49 mengartikan rasio adalah suatu angka yang
menunjukkan hubungan suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Analisis rasio pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil
yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat pula
dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki suatu pemerintah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat
maupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi rasio keuangan Pemerintah Daerah tersebut terhadap Pemerintah Daerah lainnya.
Adapun hasil rasio keuangan ini akan digunakan sebagai tolak ukur dalam: 1.
Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membangun penyelenggaraan otonomi daerah.
2. Mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya. 4.
Mengukur kontribusi
masing-masing sumber
pendapatan dalam
pembentukan pendapatan daerah. 5.
Melihat pertumbuhan atau perkiraan perolehan pendapatan dan pengelolaan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Menurut Halim 2004:24 kinerja keuangan daerah atau kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan
untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Didalam penilaian indikator kinerja, ada empat tolak ukur penilaian kinerja keuangan
pemerintah daerah yaitu: 1.
Penyimpangan antara realisasi anggaran dengan target yang ditetapkan dalam APBD
2. Efisiensi Biaya
3. Efektivitas Program
4. Pemerataan dan Keadilan
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, asas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki
DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan keuangan daerah harus
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Adapun rasio keuangan yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah adalah Rasio Kemandirian, Rasio Upaya Fiskal, Rasio Desentralisasi Fiskal, Rasio Efektifitas
Pendapatan Asli Daerah, dan Rasio Pertumbuhan.
2.1.5.1 Rasio Kemandirian
Rasio Kemandirian keuangan daerah, atau disebut juga otonomi fiskal, adalah rasio yang menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam
membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan
yang diperlukan daerah.Rasio ini juga menggambarkan ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber dana eksternal. Rasio Kemandirian dapat
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Rasio Kemanoirian = Penoapatan Asli maerah
Bantuan Pemerintah Pusat atau Provinsi oan Pinjaman
Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi
Halim, 2007:233.Rasio kemandirian dapat dilihat dari besarnya pendapatan asli daerah bila dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain
pihak ekstern Widodo, 2001 : 262. Adapun pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, yaitu:
1. Bagi hasil pajak
2. Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam
3. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
4. Dana Darurat dan Dana Pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Ukuran Rasio Kemandirian
Sumber: Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim 2001:168
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi resiko kemandirian mengandung arti bahwa tingkat
ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan
bahwa timgkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.
2.1.5.2. Rasio Upaya Fiskal
Rasio upaya fiskal yaitu ukuran yang menunjukkan tingkat kemampuan daerah dalam mencapai target pendapatan asli daerah. Rasio Upaya Fiskal dapat
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
Rasio Upaya Fiskal = Total Penoapatan Asli maerah PAm
Total Anggaran Penoapatan Asli maerah PAm
Kemampuan Keuangan Rasio Kemandirian
Pola Hubungan
Rendah Sekali 0-25
Instruktif Rendah
25-50 Konsultatif
Sedang 50-75
Partisipatif Tinggi
75-100 Delegatif
Universitas Sumatera Utara
Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan target besarnya Pendapatan Asli Daerah PAD yang ingin dicapai dalam 1 satu tahun anggaran
dan ditetapkan berdasarkan kemampuan rasional yang ingin dicapai. Rasio Upaya Fiskal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan pemerintah daerah
dalam mencapai target pendapatan dalam 1 satu tahun. Semakin tinggi hasil rasionya, akan semakin terlihat bahwa upaya pemerintah daerahsemakin lebih
baik dan adanya perencanaan yang baik dalam mengelola pendapatan.
2.1.5.3 Rasio Desentralisasi Fiskal
Rasio Desentralisasi Fiskal adalah kemampuan pemerintah daerah dalamrangka
meningkatkan Pendapatan
Asli daerah
guna membiayai
pembangunan. Desentralisasi fiskal merupakan pemberian kewenangan kepada daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatan, hak untuk menerima transfer
dari pemerintah yang lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi Halim, 2007. Rasio Desentralisasi Fiskal dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : Rasio mesentralisasi Fiskal =
+,- .0 -1 +.
x100
Desentralisasi juga terkait dengan masalah sentralisasi dalam penyele- nggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Sentralisasi dan
desentralisasi di dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, pada dasarnya berkenaan dengan “delegation of authority” yang
dapat diukur dari sejauh mana unit-unit bawahan memiliki wewenang dan tanggung jawab di dalam proses pengambilan keputusan Widodo, 2001. Derajat
Desentralisasi Fiskal, khususnya komponen PAD dibandingkan dengan Total
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Daerah, menggunakan skala interval Anita W, 2001:22 dapat dilihat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Ukuran Rasio Desentralisasi Fiskal Skala Interval Rasio Desentralisasi
Fiskal Kemampuan Keuangan Daerah
0,00-10,00 Sangat Kurang
10,01-20,00 Kurang
20,01-30,00 Cukup
30,01-40,00 Sedang
40,01-50,00 Baik
50,00 Sangat Baik
Sumber : Wulandari 2001: 22
2.1.5.4 Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
Rasio Efektifitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi rill daerah Halim 2007:234. Menurut Mahsun 2006: 187, rasio efektivitas diukur dengan:
RasioEfekti8itas = RealisasiPenerimaanPAm
TargetPenerimaanPAmberoasarkanpotensiRiilmaerah
Dengan melakukan pengukuran rasio efektifitas, dapat diketahui apakah kinerja pemerintah dalam merealisasikan PAD sudah baik atau belum. Semakin
besar hasil rasio, maka dapat dikatakan bahwa pemerintah semakin mampu merealisasikan PAD secara efektif. Sebaliknya, bila semakin rendah hasil rasio
maka dapat dikatakan bahwa kinerja pemerintah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan belum efektif. Berikut adalah tabel pengukuran efektifitas keuangan
daerah:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Efektivitas Keuangan Daerah Efektivitas Keuangan Daerah Otonom
dan Kemampuan Keuangan Rasio Efektifitas
Tidak Efektif X 100
Efektif Berimbang X = 100
Efektif X 100
Sumber: Moh.Mahsun, 2006
2.1.5.5 Rasio Pertumbuhan
Menurut Ihyaul Ulum2009:33, rasio pertumbuhanGrowth ratio adalah ukuran yang menggambarkan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah
dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode lainnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing
komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapat perhatian Halim,
2007:241. Rasio Pertumbuhan dapat dinyatakan ke dalam rumus sebagai berikut:
Rasio Pertumbuhan Total Penoapatan = Realisasi penerimaan total penoapatan Xn − Xn − 1
Realisasi penerimaan total penoapatan Xn − 1
Apabila semakin tinggi nilai PAD, Total Pendapatan Daerah dan Belanja Pembangunan yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka
pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah tersebut telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu ke periode
yang berikutnya.Selanjutnya jika semakin tinggi nilai PAD, Total Pendapatan Daerah dan Belanja Rutin yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja
Pembangunan, maka pertumbuhannya adalah negatif.Artinya bahwa daerah yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan belum mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode yang satu ke periode yang berikutnya.
Untuk mengetahui pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintahan daerah, kita juga perlu mengetahui berapa kontribusi masing-masing komponen
Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi ini bisa ukur juga dalam bentuk rasio-rasio. Besar kecilnya kontribusi
masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah PAD ini untuk setiap tahunnya berbeda-beda. Pemerintah daerah juga sangat perlu dalam
memperkirakan hal ini. Dengan mengetahui pertumbuhan etiap komponen PAD, pemerintah daerah dapat merencanakan strategi-strategi apa saja yang bisa
dilakukan untuk mengantisipasi hal ini. Kontribusi yang dihasilkan oleh masing- masing komponen tersebut dapat diketahui dengan melakukan perhitungan
dibawah ini: 1.
Kontribusi Pajak Daerah terhadap Realisasi PAD, dapat dihitung dengan: Total Realisasi Pajak maerah
Total Realisasi Penoapatan Asli maerah PAm 2.
Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Realisasi PAD, dapat dihitung dengan:
Total Realisasi Retribusi maerah Total Realisasi Penoapatan Asli maerah PAm
3. Kontribusi Hasil Perusahaan dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
terhadap Realisasi PAD, dapat dihitung dengan: Total Realisasi Laba BUMm
Total Realisasi Penoapatan Asli maerah PAm
Universitas Sumatera Utara
4. Rasio penerimaan lain-lain yang sah terhadap PAD, dapat dihitung dengan:
Total Realisasi Penerimaan Lain − lain yang Sah Total Realisasi Penoapatan Asli maerah PAm
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai referensi pada penelitian ini antara lain:
1. Joko Pramono 2014
Penelitian yang dilakukan oleh Pramono diberi judul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Studi
Kasus Pada Pemerintah Kota Surakarta”. Variabel yang digunakan adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan dan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebagai variabel independen, dan Kinerja Keuangan sebagai variabel dependen.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio kemandirian memiliki pengaruh
sebesar 22,44 terhadap kinerja keuangan pemerintah. Rasio belanja memiliki pengaruh terhadap APBD sebesar 86,90, sedangkan rasio
belanja modal terhadap APBD sebesar 13,07. Rasio efektivitas sebesar 102,79, dan rasio efisiensinya 14,15 terhadap kinerja keuangan.
Pertumbuhan PAD sebesar 58,93, pendapatan naik 19,92. Belanja operasi naik 14,58 dan belanja modal naik 61,03. Kemampuan
pemerintah daerah dalam hal melunasi pinjaman masih mencukupi karena rasio DSCR sebesar 15,25 pada tahun 2010 dan 17,84 pada tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
2. Indah Yuliani Mone,H. Rahardjo Adisasmita, dan Mediaty 2014
Penelitian yang dilakukan oleh Mone, Adisasmita, dan Mediaty diberi judul “Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Ekonomi
Daerah di Kabupaten Pangkep”. Variabel yang digunakan adalah Pendapatan Daerah, Belanja dan Pembiayaan Daerah sebagai variabel
independen, dan Kinerja Keuangan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian yang diperoleh adalah bahwa pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja ekonomi daerah Kabupaten Pangkep. Akan tetapi, secara parsial pendapatan daerah berpengaruh positif dan signifikan, belanja daerah
berpengaruh positif dan tidak signifikan, serta pembiayaan daerah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan daerah.
3. Fidelius 2013
Penelitian yang dilakukan oleh Fidelius diberi judul “Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Manado”. Variabel
yang digunakan adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, dan Rasio Keuangan Daerah sebagai variabel
independen, dan Kinerja Keuangan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis rasio keuangan. Hasil penelitian ini
adalah Rasio kemandirian sangat rendah terhadap kinerja keuangan daerah, sedangkan rasio efektiftivitas cukup efektif, dan rasio aktivitas pemerintah
memperioritaskan dananya pada belanja operasi. Rasio pengelolaan belanja
Universitas Sumatera Utara
sudah sangat baik yaitu melebihi 100, disertai dengan pendapatan pemerintah daerah yang mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, dan rasio
pertumbuhan belanja operasi masih sangat tinggi bila dibandingkan rasio pertumbuhan belanja modal.
4. Cherrya Dhia Wenny 2012
Penelitian yang dilakukan oleh Wenny diberi judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Selatan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Dan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah sebagai variabel independen, dan Kinerja
Keuangan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan adalah Model regresi berganda. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah
Pendapatan Asli Daerah PAD secara simultan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan, Lain-lain PAD dominan mempengaruhi kinerja keuangan,
Pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahaan dan kekayaan daerah tidak dominan mempengaruhi kinerja keuangan.
5. Mentari Yosephen Sijabat, Choirul Saleh, Abdul Wachid 2012
Penelitian yang dilakukan Sijabat, Saleh, dan Wachid diberi judul “Analisis Kinerja Keuangan Serta Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Dan Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah Kota Malang Tahun Anggaran
2008-2012”. Variabel yang digunakan adalah Pajak Daerah, Retribusi
Universitas Sumatera Utara
Daerah, Hasil Perusahaan Dan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Lain- lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah sebagai variabel independen, dan
Kinerja Keuangan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini adalah kemampuan
keuangan daerah cenderung positif namun masih berada dalam kategori kurang mampu dengan rata-rata rasio DOF 13,67 dan IKR 18,01.
Tingkat kemandirian keuangan 16,43, efektifitas PAD 107,7, prioritas alokasi belanja masih pada belanja rutin, pertumbuhan rasio PAD,
Pendapatan dan belanja mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dan SILPA setiap tahun semakin meningkat.
6. Dian 2008
Penelitian yang dilakukan oleh Dian diberi judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten
Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara”. Variabel yang digunakan adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Belanja
Modal, dan Pinjaman Daerah sebagai variabel independen, dan Kinerja Keuangan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis statistik. Hasil penelitian ini adalah Pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan. Hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan, tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
7. Asha Florida 2007
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan Florida diberi judul “Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD,
dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sebagai variabel independen, dan kinerja keuangan sebagai variabel dependen. Metode analisis yang digunakan
adalah metode regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah PAD berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah Provinsi
Sumatera Utara, pajak daerah dan retribusi daerah mempengaruhi kinerja keuangan daerah, dan pembagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain
yang sah tidak mempengaruhi kinerja keuangan daerah.
Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu N
o Peneliti
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Metode
Analisis Hasil Penelitian
1 Joko
Pramono 2014
Analisis Rasio
Keuangan Untuk Menilai
Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah
Studi
Kasus Pada Pemerintah
Kota Surakarta
Dependen: Kinerja Keuangan
Independen: Pajak
Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Dan
Kekayaan Daerah
Yang Dipisahkan, Lain-
lain Pendapatan
Asli Daerah Yang Sah
Analisis Statistik
Rasio kemandiriannya
sebesar 22,44, rasio belanja
terhadap APBD
sebesar 86,90
rasio belanja
modal terhadap
APBD sebesar 13,07.
Rasio efektivitas
102,79, rasio
efisiensinya 14,15.
Pertumbuhan PAD sebesar
58,93, pendapatan
naik 19,92.
Kemampuan melunasi pinjaman
masih mencukupi karena rasio DSCR
17,84 2011.
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 N
o Peneliti
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Metode
Analisis Hasil Penelitian
2 Indah
Yuliani Mone,
dkk 2014
Pengaruh Pengelolaan
Keuangan Daerah
Terhadap Kinerja
Ekonomi Daerah
Di
Kabupaten Pangkep
Dependen: Kinerja Keuangan
Independen: Pendapatan
Daerah,
Belanja dan Pembiayaan
Daerah Regresi
Linier Berganda
Pendapatan daerah,
belanja daerah
dan pembiayaan daerah
secara simultan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kinerja ekonomi
daerah Kabupaten Pangkep.
Secara parsial pendapatan
daerah berpengaruh positif
dan signifikan, belanja
daerah berpengaruh positif
dan
tidak signifikan,
serta pembiayaan daerah
berpengaruh negatif
dan signifikan.
3 Fidelius
2013 Analisis
Rasio Untuk
Mengukur Kinerja
Pengelolaan Keuangan
Daerah
Kota Manado
Dependen: Kinerja Keuangan
Independen: APBD,
PAD, Rasio Keuangan
Daerah Analisis
Rasio Keuangan
1. Rasio
kemandirian sangat rendah
2. Rasio
efektiftivitas cukup efektif.
3. Pendapatan
mengalami pertumbuhan
setiap tahunnya
4. Rasio
pertumbuhan belanja operasi
masih sangat
tinggi dibandingkan
rasio pertumbuhan
belanja modal.
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 N
o Peneliti
Tahun Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Metode
Analisis Hasil Penelitian
4 Cherrya
2012 Analisis
Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah PAD
Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Pemerintah
Kabupaten dan Kota
Di
Propinsi Sumatera
Selatan Dependen:
Kinerja Keuangan Independen:
Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Dan Kekayaan
Daerah Yang Dipisahkan, Lain-
lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah Model
Regresi Berganda
1. Pendapatan Asli
Daerah PAD secara simultan
memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan
2. Lain-lain PAD
dominan mempengaruhi
kinerja keuangan
3. Pajak
daerah, retribusi daerah,
dan hasil
perusahaan dan kekayaan
daerah tidak
dominan mempengaruhi
kinerja keuangan
5 Mentari
Yosephin Sijabat,
dkk 2012
Analisis Kinerja Keuangan
Serta Kemampuan
Keuangan Pemerintah
Daerah Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah
Studi
Pada Dinas
Pendapatan Daerah
Dan Badan
Keuangan Dan Aset
Daerah Kota
Malang Tahun Anggaran
2008-2012 Dependen:
Kinerja Keuangan Independen:
Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan
Dan Kekayaan
Daerah Yang
Dipisahkan, Lain- lain
Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah Analisis
deskriptif Kemampuan
keuangan cenderung
positif namun
masih berada
dalam kategori
kurang mampu
dengan rata-rata rasio DOF
13,67 dan IKR 18,01.
Tingkat kemandirian
keuangan 16,43, efektifitas
PAD 107,7,
prioritas alokasi
belanja masih pada belanja
rutin, pertumbuhan rasio
PAD, Pendapatan
dan belanja mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif
setiap tahun
semakin meningkat.
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.4 N
o Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Hasil Penelitian
6 Dian
2008 Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah
PAD Terhadap Kinerja
Keuangan Pada
Pemerintah Kabupaten
Dan Kota Di Propinsi
Sumatera Utara Dependen:
Kinerja Keuangan Independen:
APBD, PAD,
Belanja Modal,
Pinjaman Daerah Analisis
statistik 1.
Pajak daerah,
retribusi daerah, dan
lain-lain pendapatan
asli daerah
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.
2. Hasil perusahaan
dan kekayaan
daerah yang
dipisahkan, tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan.
7 Asha
Florida 2007
Analisa Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah PAD
terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten
dan Kota di Propinsi
Sumatera Utara Dependen:
Kinerja Keuangan Independen:
Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Laba BUMD, dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah.
Model Regresi
Berganda 1.
PAD berpengaruh
secara simultan terhadap kinerja
keuangan pemerintah
Provinsi Sumatera Utara
2. Pajak
daerah dan
retribusi daerah
mempengaruhi kinerja
keuangan daerah
3. Pembagian laba
BUMD dan
penerimaan lain-lain
yang sah
tidak mempengaruhi
kinerja keuangan
daerah.
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual