1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan  jumlah  penduduk  dan  peningkatan  kesejahteraan  masyarakat adalah bagian dari suatu perubahan lingkungan yang akan menimbulkan beberapa
perubahan  ikutan,  antara  lain  harus  terpenuhinya  kebutuhan  pokok  manusia. Kebutuhan dasar pokok manusia dalam mencapai kehidupan yang sejahtera antara
lain  makan,  pakaian  dan  tempat  tinggal.  Kebutuhan  dasar  pokok  tersebut tergambar  dengan  jelas  diperlukannya  lingkungan  fisik  dan  lingkungan  sosial
yang memadai. Dengan  lingkungan  fisik  dan  lingkungan  sosial  yang  memadai,  keserasian
dan  keselarasan  hubungan  antar  manusia  dengan  lingkungan  fisik  dan  sosial ekonomi  tersebut  akan  berperan  penting  dalam  pemenuhan  kebutuhan  manusia
menuju  kesejahteraan  hidupnya,  sehingga  hubungan  antara  manusia  dengan lingkungannya menjadi sangat pentingKoesnadi Hardjasoemantri, 2005
Hubungan  antara  manusia  dengan  lingkungan  fisik  dalam  rangka pemenuhan  kebutuhan  hidup,  manusia  memerlukan  sarana  dan  prasarana
pendukung  yang  memadai, sarana  dan  prasarana  pendukung  untuk  aktivitas  di kantor memerlukan perabot perkantoran yang memadai, untuk penyimpanan arsip,
dokumen  dan  data penting  secara  aman.  Untuk  mendukung  aktivitas  di  rumah sakit  diperlukan  perabot  yang  dirancang  sesuai  dengan  kebutuhan  rumah  sakit,
seperti  tempat  tidur  rumah  sakit,  almari  dan  meja  penyimpan  obat  untuk  pasien.
2
Untuk  sarana  pendukung  aktivitas  di  pabrik,  di  bengkel memerlukan  sarana  dan alat  bantu  kerja  yang  disesuaikan  dengan  lingkup  pekerjaan  seperti  almari  besi
untuk  menyimpan  alat  kerja,  almari untuk  menyimpan  pakaian  kerja  dan sebagainya.
ATMI  adalah  kependekan  dari  Akademi  Teknik  Mesin  Industri,  institusi pendidikan  yang  menyelenggarakan  pendidikan  ahli  madya  di  bidang  teknik
mesin  industri  dan  memiliki  unit  produksi  yang  menghasilkan  produk-produk berupa  barang  dan  jasa,  ATMI  berdiri  tahun  1968  dengan  tujuan  untuk
menghasilkan  lulusan  yang  trampil  di  bidang  teknik  manufaktur  yang  sangat dibutuhkan oleh dunia industri.
Tenaga trampil yang diharapkan mampu menjembatani antara tenaga lulusan universitasinstitut  teknologi  dengan  tenaga  pelaksana  yang  kurang  trampil  yang
jumlahnya melimpah pada saat itu. ATMI  mengimplementasikan  kurikulum  pendidikan  dan  pelatihan  berbasis
produksi  production  based  educational  and  training  dengan  komposisi perbandingan  antara  pendidikan  praktek  dengan  teori adalah  67  : 33,  jumlah
jam  tatap  muka  praktek  lebih  banyak  dibanding  jumlah  jam  tatap  muka  teori. Pendekatan  sistem  pendidikan  dan  pelatihan  berbasis  PBET  memerlukan  sarana
dan  prasarana  pendukung  pendidikan  praktek  yang harus  disesuaikan  dengan perkembangan  teknologi  di  industri  atau  bahkan  lebih  baru.  Peralatan  praktek
mahasiswa  yang  dipergunakan  memerlukan  biaya  investasi  yang  tinggi  dan memiliki  keterbatasan  umur  pakai  karena  perkembangan  teknologi.  Untuk  itu
3
sarana pendidikan praktek harus dipergunakan sesuai fungsinya secara benar dan efisien  oleh  para  mahasiswa  untuk  praktek  mengerjakan  benda-benda  produksi
yang  nyata.  Benda-benda  produksi  yang  dikerjakan  oleh  mahasiswa  memberi pengalaman nyata sebagai media pembelajaran untuk membekali para mahasiswa,
sehingga  setelah  lulus  pendidikan,  siap  untuk  bekerja  dan  berproduksi.  Benda- benda hasil praktek produksi yang dikerjakan mempunyai keterbatasan ragam dan
tingkat kesulitan yang belum seluruhnya dapat memenuhi kompetensi yang harus dimiliki  oleh  para  lulusan.  Untuk  memenuhi  tuntutan  tersebut  diperlukan  biaya
investasi  yang  tinggi  tetapi  disisi  lain  harus  tidak  membebani  biaya  pendidikan mahasiswa.
Tahun  1975  ATMI  mengembangkan unit  produksi untuk  pengerjaan  plat dan  las,  yang  mampu  menghasilkan  produk-produk  standar  seperti  almari  besi,
almari arsip, perabot untuk rumah sakit, perabot untuk sekolah dan perbengkelan. Produk standar yang diproduksi sebagian besar menggunakan bahan baku berupa
lembaran plat sheet metal dengan ketebalan dari 0,8 sampai dengan 6 mm. Unit produksi  dikelola  secara  industri  terbagi  dalam  beberapa  bagian  unit  kerja
diantaranya penerimaan  pesanan,  perancangan  produk,  penyiapan  bahan  baku, penyiapan  alat-alat  kerja  dan  dokumen  pengerjaan.  Proses  fabrikasinya  dimulai
dari  pemotongan  plat,  pembuatan  lubang,  penekukan,  pengelasan,  pencucian, pengecatan, perakitan dan pengepakan.
Pencucian  logam  adalah  salah  satu  proses  penting  untuk  membersihkan kotoran  yang  melekat  pada  permukaan  logam  sebelum  dilakukan  proses
4
pengecatan. Kotoran yang melekat permukaan logam diantaranya berupa minyak, debu, karat yang disebabkan karena proses oksidasi yang terbawa oleh bahan baku
maupun  yang  terjadi  selama  proses  pengerjaan.  Proses  pencucian  permukaan logam dilaksanakan beberapa tahapan proses perlakuan surface treatment, yaitu
pembersihan  minyak  dan  pelumas  tahap  pre-degreasing  dan  degreasing, pembilasan dengan air bersih, tahap pra kondisi untuk permukaan logam surface
conditioning, tahap  pelapisan  dengan  fosfat  phosphating  yang  bertujuan  untuk menjaga  kualitas  permukaan  logam  dari  percepatan  terjadinya  karat  dan  untuk
meningkatkan  daya  lekat  cat  pada  permukaan  logam,  tahap  akhir  adalah pencucian  dengan  air.  Dalam  pencucian  logam  ini  dihasilkan  air  limbah  yang
berasal dari limpasan over flow air bilasan dari setiap tahap. Air  limpasanair  limbah  dari  proses  pencucian dialirkan  ke  saluran
pembuangan,  atau  saluran  drainase  dalam  area  kampus,  air  limbah  yang  keluar dari  kampus  akan  bercampur  dengan  air  limbah  rumah  tangga dan  air  irigasi
dalam  selokan  yang  berada  di  pinggir  jalan  Duwet,  jalan  Duwet  adalah  jalan perbatasan  antara  Kodya  Surakarta  dengan  Kabupaten  sukoharjo,  aliran  air
akhirnya masuk ke sungai Kleco. Air  limbah  buangan  industri Makarim,  1981:  35  dapat  mempengaruhi
kualitas air. Apabila air limbah tersebut disalurkan ke aliran sungai, maka kualitas air  sungai  akan  dipengaruhi  sifat buangan  air  limbah.  Kalau  jumlah  bahan
buangan  tersebut  melampaui  daya  adaptasi lingkungan,  maka  akan  terjadi penumpukan  bahan  buangan  yang  dapat  merusak ekosistem.  Sesungguhnya,
5
lingkungan alam  mempunyai  kemampuan untuk menerima limbah dalarn jumlah tertentu  tanpa  mengakibatkan  kerusakan  yang  berarti.  Sungai dapat  menerima
sejumlah  limbah  dan  masih  mampu  menetralkan  diri.  Namun,  bila jumlah  zat pencemar  tersebut  meningkat,  maka  pada  suatu  tertentu  sungai  tersebut
terpatahkan daya dukungnya dan kemampuan untuk menetralkan dirinya tidak ada lagi, air akan mengalami penurunan kualitas.
Penurunan  kualitas  air  tanah  dapat  juga  disebabkan  oleh  masuknya  bahan- bahan  pencemar yang  dikeluarkan  oleh  industri  ke  tanah  maupun  ke  dalam
selokan dan sungai di sekitarnya. Beberapa jenis bakteri dan bahan partikel kecil biasanya  mencemari  air  permukaan dan  dapat  tersaring  oleh  tanah  sehingga
menjadi  cukup  bersih  di  dalam  air  tanah.  Akan  tetapi,  bilamana  pencemarannya sangat berat dan melebihi kapasitas filtrasi tanah terhadap air yang tercemar, maka
daya filtrasi tanah akan menurun. Adanya  pembangunan  industri,  dapat  menyebabkan  dampak  positif  dan
dampak negatif.  Dampak  positif  yaitu  dihasilkannya  suatu  produk  dalam  rangka pemenuhan kebutuhan  manusia.  Sedangkan  dampak  negatifnya  ada1ah  adanya
limbah yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya dan dapat mengakibatkan penurunan kualitas tanah dan pencemaran air yang dapat membahayakan sumber
daya perairan, membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas perairan dan merusak kualitas air, terutama pada lingkungan pertanian jika limbah tersebut
dibuang ke badan sungai dan digunakan untuk irigasi pertanian.
6
Peningkatan  jumlah  produksi  akan  diikuti  dengan  peningkatan  kebutuhan bahan baku plat. Peningkatan kebutuhan bahan baku plat baja yang akan diproses
akan  diikuti  juga  dengan  kebutuhan  bahan  kimia  untuk  proses  pelapisan permukaan  pretreatment  process.  Pada  proses  pelapisan  permukaan  diperlukan
sejumlah air, dan setelah proses pelapisan diperlukan juga air bersih untuk proses pembilasan  water  rinse,  proses  pembilasan  bertujuan  untuk membersihkan  sisa
larutan phosphat yang tersisa pada permukaan logam. Setelah proses pembilasan, sisa larutan phosphat dari permukaan logam akan larut dam bercampur dengan air
bilasan,  sehingga  airnya  terkontaminasi  dan  menjadi  air  limbah. Peningkatan jumlah  produksi,  disertai  dengan  peningkatan  kebutuhan  air  tanah  sebagai  air
baku  proses pretreatment,  dan  akhirnya  air  limbah  yang  dihasilkan  juga  akan mengalami peningkatan.
Dengan mengacu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004  tentang  Baku  Mutu  Air  Limbah,  air  limbah  yang  dihasilkan  oleh  bengkel
industri  ATMI  belum  ada  ketetapan  khusus  parameter  air  limbahnya,  maka peneliti mengambil angka parameter baku mutu air limbah dari daftar dalam Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Industri dan Kegiatan Lainnya Yang Belum Ada Baku  Mutunya  untuk  dibandingkan  dengan  nilai  pengujian air  limbah  bengkel
produksi ATMI. Penurunan  kualitas  air  tanah  yang  disebabkan  oleh  masuknya  bahan-bahan
pencemar  yang  dikeluarkan  dari  bengkel  produksi ke  tanah  maupun  ke  dalam saluran  pembuangan  dan  sungai  di  sekitarnya  akan  dibuktikan  dengan  cara
7
membandingkan  hasil  pengujian  air  tanah  dangkal  atau  air  sumur  dengan  baku mutu  air  bersih  yang  ditetapkan  dalam  Peraturan  Menteri  Kesehatan  RI  No.
416MENKESPERIX1990  tentang  Syarat-syarat  dan  Pengawasan  Kualitas  Air Minum dan Air Bersih.
Atas  dasar  pemikiran  di  atas  mendorong  minat  peneliti  untuk  mengadakan penelitian  terhadap  kualitas  air  limbah  bengkel  produksi  di  ATMI  Surakarta,
pengaruhnya  terhadap  air  tanah  dangkal  disekitarnya  dan  kemungkinan penyebaran yang terjadi melalui infiltrasi dan aliran air tanah sampai dengan jarak
200  meter,  air  sumur  dangkal  yang  ada  dalam  radius  itu diambil  sebagai  air sampel untuk diuji parameter pencemarannya.
Hasil  penelitihan  diharapkan  menjadi  bahan  pertimbangan  upaya  tindakan pengelolaan,  pengendalian  dan  pencegahan  terjadinya  kemungkinan  pencemaran
air limbah menyebar semakin luas ke wilayah sekitar ATMI Surakarta.
B. Perumusan Masalah