Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

7

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini difokuskan pada tindak tutur permohonan dan penolakan dalam percakapan bahasa Jepang. Sehubungan dengan tindak tutur, hal ini merupakan bagian dari sosiolinguistik. Menurut Nababan 1991:2 sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan variasi yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan sosial. Kemudian Fishman dalam Hasan 2001:75 menambahkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia yaitu penggunaaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial. Dari kedua teori tersebut, penulis menyimpulkan bahwa sosiolinguistik itu merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara berinteraksi dengan kelompok masyarakat lainnya sesuai dengan perbedaan sosial mereka. Tindak tutur menurut Schmidt dan Richard dalam Purba 2002:77 adalah segala tindak tutur yang dilakukan melalui berbahasa, segala yang kita lakukan ketika kita berbahasa. Tindak berbahasa yang dimaksud bisa seperti melaporkan, menyatakan, memohon, meminta, mengkritik, menolak, dan lain sebagainya. Kemudian Chaer dan Agustina 2004:50 mendefinisikan bahwa tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Austin dalam Chaer dan Agustina 2004:53 membagi tindak tutur menjadi tiga jenis bentuk tindakan yang kita lakukan dalam menyatakan sebuah tuturan, yaitu lokusi locutionary act, ilokusi illocutionary act, dan perlokusi Universitas Sumatera Utara 8 perlocutionary act. Tetapi tindak tutur yang berkaitan dengan skripsi ini adalah tindak tutur ilokusi. Masih pada Austin dalam Chaer dan Agustina, tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan, dan lain-lain. Searle 1983 dalam Rahardi 2009:17 menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni 1 asertif, 2 direktif, 3 ekspresif, 4 komisif, dan 5 deklarasi. Namun, yang menjadi salah satu tindak tutur yang akan dibahas pada skripsi ini adalah tindak tutur direktif dan tindak tutur komisif. Kemudian Yule 2006:91 menjelaskan bahwa tindak tutur direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Salah satu jenis tindak tutur yang termasuk dalam kelompok ini berupa perintah, pemesanan, memohon, dan pemberian izin. Sedangkan tindak tutur komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan dimasa yang akan datang. Salah satu jenis tindak tutur yang termasuk dalam kelompok ini berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Karena skripsi ini berkenaan dengan tindak tutur permohonan dan penolakan saja, maka penulis hanya akan membahas tindak tutur tersebut. Tindak tutur memohon dalam Yanti http:repository.unand.ac.id10319 mengemukakan bahwa permohonan adalah ungkapan penutur memohon kepada lawan tutur untuk melakukan sesuatu, karena penutur merasa benar-benar tidak bisa melakukan sesuatu dengan sendiri dan harus membutuhkan orang lain. Sedangkan dalam tindak tutur menolak, Kartomiharjo 1993:147 dalam Anggreni Universitas Sumatera Utara 9 mengemukakan bahwa penolakan adalah sebuah respon atau reaksi negatif yang diberikan untuk menjawab sebuah permintaan, ajakan, dan tawaran. Dalam mengungkapkan sebuah tindak tutur, kesantunan benar-benar berperan penting di dalamnya. Seperti pada skripsi ini, dalam mengungkapkan tindak tutur memohon dan menolak sebaiknya penutur dan lawan tutur memakai kesantunan yang disesuaikan dengan jarak sosialnya. Kesantunan itu sendiri pun memiliki definisi seperti yang dikatakan oleh Rahardi 2005 bahwa kesantunan adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para penutur dan hubungan peran mereka di dalam suatu masyarakat.

1.4.2. Kerangka Teori