Strategi komunikasi organiassi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

RAHMAT HIDAYAT

NIM. 105018200731

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rahmat Hidayat

Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 16 Juli 1987

NIM : 105018200731

Jurusan/Prodi : KI-Manajemen Pendidikan Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI

DI SMP MUHAMMADIYAH 17 REMPOA CIPUTAT Dosen Pembimbing : 1. Akbar Zainudin, MM

2. Nurdelima Waruwu, M.Pd

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 24 Juli 2010

Mengetahui Mahasiswa Ybs.

Ketua Program Studi,

Materai 6000

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd Rahmat Hidayat


(3)

nomor induk mahasiswa 105018200731. Jurusan Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas.

Jakarta, 14 Juli 2010

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Akbar Zainudin, MM NIP.

Dra. Nurdelima Waruwu, M.pd NIP. 19671020 200112 2 001


(4)

DI SMP MUHAMMADYAH 17 REMPOA CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

RAHMAT HIDAYAT 105018200731

Di bawah bimbingan :

Dosen Pembimbing I

Akbar Zainudin, MM

NIP.

Dosen Pembimbing II

Dra. Nurdelima Waruwu, M.pd

NIP. 1967 1020 200112 2001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010


(5)

17 Rempoa Ciputat” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada, 20 Agustus 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd). pada jurusan/prodi KI-Manajemen Pendidikan.

Jakarta, September 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil

NIP : 19560530 198503 1 002

Tanggal ...

Tanda Tangan ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Mu’arif SAM, M.Pd

NIP : 19650717 199403 1 005

... ...

Penguji I

Mudjahid AK. M.Sc

NIP : 19470714 196510 1 001

... ...

Penguji II

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil

NIP : 19560530 198503 1 002

... ...

Mengetahui: Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada


(6)

i

SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi oganisasi (vertikal, horizontal, dan diagonal) di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat. Masalah penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi organisasi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat selama 8 bulan dari bulan November 2009 sampai bulan Juli 2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis setiap data yang diperoleh, kemudian dilaporkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, kelompok guru yang berjumlah 25 orang sebagai responden dan dokumentasi/arsip sekolah.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara dan menyebarkan angket tentang strategi komunikasi organisasi, angket terdiri dari 30 butir pernyataan yang disebarkan kepada guru-guru, sedangkan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah.

Dari hasil penelitian tentang strategi komunikasi organisasi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat belum menunjukkan adanya penetapan strategi komunikasi organisasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan anggota organisasi dan pelaksanaannya mayoritas anggota masih berdasarkan kemampuan individualis. Contohnya, setiap komunikasi terkait kebijakan pimpinan, wakil kepala sekolah dapat memutuskan dan menyampaikannya kepada anggota lainnya. Kebijakan pimpinan sebagai sebagai keputusan pimpinan seharusnya pimpinan langsung yang menyampaikan dan bawahan yang melaksanakan serta merealisasikan keputusan pimpinan.


(7)

ii skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik pada waktu yang telah direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini, yaitu ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Rusdy Zakaria, M.Ed. M.Phil dan Bapak Drs. Muarif SAM M.Pd, selaku ketua jurusan Kependidikan Islam dan ketua program studi Manajemen Pendidikan.

3. Dosen pembimbing yang selalu memberikan motivasi dan arahannya dalam menyusun skripsi ini, yaitu Bapak Akbar Zainudin, MM dan Ibu Dra. Nurdelima W, M.Pd.

4. Dosen Pembimbing Akademik Drs. Syauki, dan Kepada seluruh dosen-dosen jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah banyak membantu dalam pemberian ilmu pengetahuan dan motivasinya selama proses perkuliahan sampai akhir studi saya.

5. Kedua orang tua saya, Bapak H. Selih dan Ibu Hj. Nafsiah yang tidak pernah berhenti memberikan Do’a, kasih sayang, dukungan dan motivasi dalam perjalanan hidup saya serta kepada kakak-kakak saya, yaitu Drs. Munafis, Aliyati, Nafsin, Nasori, Sariya Erni Widiawati dan Nahiful Khodir serta seluruh kakak ipar saya tanpa terkecuali yang selalu memberikan Do’a dan dukungannya.

6. Kawan-kawan satu perjalanan sebagai mahasiswa KI-Manajemen pendidikan, yaitu Ujang Syahid. Rizki Mubarok, Kairul Soleh, Alimudin, Mardany, Dadang Riva’i, Nasirudin Muadz, Iyas Sulastri, Siti Musyaropah, Siti Eva Syafiyah, Nia Fauziah, Damayanti, Afifah, Umi Syaroh Salamah,


(8)

Uni Zahra, Ridwan Afandi dkk. yang secara langsung maupun tidak langsung telah ikut serta membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada kawan-kawan di dalam dan luar UIN Syahid, yaitu Malik Jamaludin, Anisa, Hilda Rizqiani, Ismi Lutfiah, seluruh kader HMI Komisariat Tarbiyah serta Dewi Nurzakiah dan keluarga, Ismatullah, Ahmad Fahrudin, Tedy, Veni Marthia Desi, Nurwita Permana, dkk.

8. Terima kasih kepada seluruh stakeholder SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat, khususnya kepada Bapak Mahrudin, SE selaku kepala sekolah dan guru-guru yang sudah meluangkan waktu untuk peneliti dalam mengumpulkan data serta kepada Bapak Drs. Sobari dan Drs. Sayuti S yang selalu setia memberikan informasi terbaru selama proses penelitian. Tak lupa penulis juga mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan skripsi ini ada yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat mendo’akan kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dengan tulus dalam penyusunan skripsi ini semoga menjadi amal shalih yang akan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.

Jakarta, 20 Agustus 2010 Penulis,


(9)

iv

DAFTAR ISI

Abstraksi ……… i

Kata pengantar ……….……… ii

Daftar isi ……….………….. iv

Daftar tabel ………..…………. vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .………... 1

B. Identifikasi Masalah ..………. 4

C. Pembatasan Masalah ……….. 5

D. Perumusan Masalah ………..………. 5

E. Manfaat Penelitian ………. 5

BAB II : KAJIAN TEORI A. Pengertian Strategi Komunikasi Organisasi ……….... 6

1. Pengertian Strategi ………. 6

2. Pengertian Komunikasi ……….. 8

3. Pengertian Organisasi ..………...…………... 10

B. Jaringan Komunikasi Organisasi ………. 13

1. Komunikasi Vertikal ………. 13

a. Pengertian komunikasi vertikal ……….…………... 13

b. Bentuk komunikasi vertikal ...……….……….... 16

c. Fungsi komunikasi vertikal ……..……….. 19

d. Tujuan komunikasi vertikal ………..……….. 21

2. Komunikasi Horizontal ………...…………. 22

a. Pengertian komunikasi horizontal ……….……...….. 22

b. Bentuk komunikasi horizontal ………..………... 24

c. Fungsi komunikasi horizontal ……….….……… 25


(10)

3. Komunikasi Diagonal ……… 28

a. Pengertian komunikasi diagonal ..……….………... 28

b. Bentuk komunikasi diagonal …………..….………… 30

c. Fungsi komunikasi diagonal ……… 31

d. Tujuan komunikasi diagonal ……… 32

C. Implementasi Strategi Komunikasi Organisasi………... 33

1. Mengenal lingkungan organisasi ………..………. 34

2. Pesan ..……….……….….. 34

3. Media ……….……….………….….. 35

4. Jaringan ……….………..…... 36

5. Umpan Balik ……….. 36

6. Evaluasi ……….. 37

7. Pedoman komunikasi yang baik ……… 37

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ... 42

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ………..……… 42

C.

Metode Penelitian ……… 42

D. Sumber Data. ………..….. 43

E.

Teknik Pengumpulan Data ……….……….. 44

F.

Instrumen Penelitian ….………..………….. 44

G. Teknik Analisis Data ….………...……… 47

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 17 ... 49

1. Sejarah ... 49

2. Visi dan misi ... 50

3. Tujuan ... 50


(11)

B. Deskripsi Data ... 51

1. Deskripsi wawancara ... 51

2. Deskripsi angket ... 52

C. Interpretasi Data ... 72

1. Strategi komunikasi vertikal ………..……..…….. 72

2. Strategi komunikasi horizontal ………..… 73

3. Strategi komunikasi diagonal ………..…………..…. 73

4. Efektivitas komunikasi Organisasi di- SMP Muhammadiyah 17 ……… 74

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 75

B. Saran ………... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

vii

Tabel 2 : Komunikasike bawah. ……….. 18 Tabel 3 : Tujuan komunikasi vertikal dan mekanisme. ……… 22 Tabel 4 : Komunikasi Mendatar. ……….. 25 Tabel 5 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Kepala Sekolah. ………… 45 Tabel 6 : Kisi-kisi instrumen Strategi Komunikasi Organisasi.……… 45 Tabel 7 : Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat. ….. 51 Tabel 8 : Kepala sekolah melakukan komunikasi kepada-

bawahannya dengan intensif. ……… 53 Tabel 9 : Kepala sekolah menginstruksikan tugas secara langsung-

kepada yang bersangkutan. ………... 54 Tabel 10 : Kepala sekolah melakukan monitoring saat pelaksanaan program. .. 54 Tabel 11 : Kepala sekolah melakukan komunikasi ke bawah-

jika terdapat perubahan kebijakan. ……… 55 Tabel 12 : Kepala sekolah menyampaikan informasi kepada bawahannya-

jelas dan mudah dipahami. ……… 56 Tabel 13 : Kepala sekolah dalam mengambil keputusan-

melakukan musyawarah. ………... 56 Tabel 14 : Saya mengkomunikasikan masalah pekerjaan yang belum dipecahkan- dengan atasan. ………..…. 57 Tabel 15 : Saya suka memberikan opini/solusi kepada atasan untuk-

kemajuan organisasi. ……….…… 58 Tabel 16 : Saya melaporkan hasil tugas, langsung menghadap-

kepala sekolah. ... 58 Tabel 17 : Saya memperhatikan intonasi dan gerak tubuh dalam berberbicara. 59 Tabel 18 : Saya melakukan komunikasi dengan sesama guru. ………. 60 Tabel 19 : Saya memperoleh informasi setiap komunikasi dengan-

sesama guru. ………. 60 Tabel 20 : Saya menyeleksi setiap pesan yang masuk. ………. 61


(13)

Tabel 21 : Saya melihat koordinasi terjalin antara pimpinan/anggota-

departemen. ……….………….. 62 Tabel 22 : Saya melihat kerja sama terjalin antar departemen dalam-

organisasi. ………. 62 Tabel 23 : Saya suka melakukan komunikasi dengan teman yang-

berbeda tingkat kedudukannya. ……….…..……. 63 Tabel 24 : Saya suka meminta bantuan pekerjaan dengan teman yang-

berbeda tingkat kedudukan. ……….…. 64 Tabel 25 : Dalam rapat, saya menghargai perbedaan pendapat orang lain. …... 64 Tabel 26 : Saya menemukan persamaan persepsi saat komunikasi dengan staf. 65 Tabel 27 : Kepala sekolah dalam menyampaikan informasi-

umum, menggunakan media rapat. ………..…………. 66 Tabel 28 : Saya melakukan komunikasi ke atas menggunakan media tertulis. . 66 Tabel 29 : Saya medapatkan informasi menyamping melalui-

media konferensi. ………. 67 Tabel 30 : Saya medapatkan informasi menyamping melalui-

papan pengumuman. ……… 68 Tabel 31 : Sayamenjadikan struktur organisasi sebagai strategi dalam-

komunikasi internal. ………..……… 68 Tabel 32 : Saya malaksanakan komunikasi sesuai struktur organisasi. .……… 69 Tabel 33 : Kepala sekolah menyampaikan informasi umum-

sesuai struktur organsasi. ……….. 70 Tabel 34 : Saya memberikan umpan balik saat melakukan komunikasi. ….….. 70 Tabel 35 : Saya mendapatkan gagasan baru saat terjadi umpan balik. …….….. 71 Tabel 36 : Saya melakukan tindak lanjut pesan yang dianggap penting. …..…. 72 Tabel 37 : Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah program di-


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam bentuk komunikasi, baik komunikasi visual, verbal dan non verbal, formal dan non formal, komunikasi langsung dan tidak langsung, gambar atau sandi pun yang diinterpretasikan memiliki maksud dalam menyampaikan pesan dapat disebut komunikasi. Dari berbagai macam komunikasi yang digunakan, dimaksudkan agar setiap orang yang menjadi lawan interaksi dapat memahami maksud dari komunikasi yang disampaikan sehingga sampai pada tujuan yang diharapkan.

Dalam lembaga Pemerintah maupun lembaga swasta memerlukan komunikasi secara baik dan terus menerus, karena salah satu alat ukur efektivitas dan efisiensi suatu lembaga atau organisasi adalah seberapa baiknya komunikasi dilakukan. Komunikasi ini dapat memberikan informasi secara baik dan diterima oleh personal maupun kelompok menghasilkan suatu perubahan sikap dan tindakan dalam melakukan pekerjaan. Misalnya, dalam pelaksanaan rapat anggota organisasi, komunikasi sangat dibutuhkan, dalam mencapai suatu titik kemufakatan bersama untuk pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk mencapai tujuan lembaga atau organisasi.

A. B. Susanto, dalam bukunya Manajemen Aktual, komunikasi merupakan sarana untuk memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu


(15)

permasalahan dan untuk pengambilan keputusan. Komunikasi juga berfungsi untuk menyatakan ekspresi emosional.1

Komunikasi sebagai salah satu aspek penting bagi anggota organisasi memerlukan perhatian dan perencanaan yang tepat dari manajemen puncak. Oleh sebab itu, perlu adanya pegelolaan infomasi yang baik dengan strategi komunikasi yang tepat sebagai langkah mencapai tujuan organisasi.

Pentingnya strategi untuk organisasi khususnya pada aspek komunikasi membentuk eksistensi baik organisasi dimata anggota organisasi dan masyarakat, karena semua rencana atau program dilakukan dengan baik mengacu pada langkah-langkah yang ditetapkan pimpinan untuk kemajuan organisasi atau lembaga. Kebutuhan untuk mencapai tujuan yang baik biasanya dimiliki organisasi yang ingin terus berkembang. Oleh sebab itu, perlu adanya perencanaan yang matang dan siap mengendalikan tantangan.

Terdapat beberapa jaringan komunikasi baik yang satu arah maupun banyak arah yang dapat digunakan organisasi sebagai strategi untuk membantu proses komunikasi yang terkendali tergantung kebutuhan yang dibutuhkan individu, organisasi maupun lembaga untuk mencapai tujuan. Ketercapaian tujuan organisasi adalah tanggung jawab seluruh stakeholder yang terlibat di dalam organisasi dan yang bertanggung jawab memimpin pun harus memperhatikan kesejahteraan anggotanya sebagai pelaku strategi komunikasi.

Melihat pentingnya strategi komunikasi untuk membantu perkembangan organisasi yang melibatkan seluruh stakeholder dalam mencapai visi dan misi dari lembaga tersebut. Maka komunikasi yang baik harus terjalin antara seluruh aspek yang terlibat dalam organisasi untuk menjalin kerjasama. Komunikasi yang baik bukan ajang untuk menjatuhkan antara anggota satu dengan yang anggota lainnya, bukan ajang untuk menindas atau mendiskriminasikan antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Banyak yang salah mengartikan komunikasi dalam organisasi, misalnya penyampaian pesan untuk menjatuhkan lawan bicara atau

1 A.B. Susanto, Manajemen Aktual Topik-topik Aktual Manajemen dalam Riak Perubahan, (Jakarta: PT. Grasindo, 1997), h. 73.


(16)

untuk mendiskriminasikan relasi yang dianggap berbahaya dalam satu naungan organisasi.

Kesalahan dalam penyampaian pesan dapat menghancurkan citra setiap organisasi, konflik yang disebabkan karena kesalahan komunikasi dapat menyebabkan seluruh anggota organisasi menghadapi tekanan dan terjadi ketidak seimbangan proses perjalanan roda organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sikap ingin menang sendiri yang disebabkan oleh egoisme seorang anggota organisasi sangat mempengaruhi komunikasi yang disampaikan sehingga berdampak pada menurunya kinerja anggota yang terlibat dalamnya.

Untuk mencapai komunikasi yang efektif dan terarah, pemimpin organisasi harus mampu menetapkan arah dan tujuan organisasi khususnya dalam komunikasi. Semakin intensif komunikasi di dalam organisasi akan membentuk budaya organisasi dan kerjasama yang baik, dan untuk mencapai itu semua memerlukan seorang pemimpin yang professional sebagai pemilik otoritas tertinggi di dalam organisasi.

Permasalahan ini terjadi di banyak organisasi, termasuk di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat. Lembaga ini adalah lembaga pendidikan swasta di bawah naungan yayasan. Banyak yang perlu diperbaiki dalam lembaga pendidikan ini, seperti pemimpin yang kurang konsisten, perlunya efisiensi struktur organisasi, transparansi anggaran, strategi komunikasi antar satkeholder

yang terlihat masih belum jelas, dan lain-lain.

Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa permasalahan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan organisasi di lembaga pendidikan tersebut, diantaranya:

Pertama, komunikasi yang dilakukan kepala sekolah kepada para bawahannya atau sebaliknya sering terhambat karena kurangnya waktu kehadiran pimpinan pada proses kegiatan belajar mengajar, selayaknya pimpinan sekolah-sekolah lain. Ke dua, komunikasi yang dilakukan untuk pengambilan keputusan, setelah disepakati bersama, ternyata dalam praktek tidak sesuai seperti yang telah diputuskan dan etika menghormati sesama anggota organisasi masih minim.


(17)

Ke tiga, egoisme dalam pelaksanaan rapat untuk mencapai kemufakatan sering berujung dengan perbedaan persepsi yang terbawa sampai keluar rapat, sehingga dalam menjalankan strategi dan sistem organisasi bersifat individualis dan perlu proses yang agak lama untuk menstabilkannya kembali.

Ke empat, struktur organisasi sebagai suatu media komunikasi yang masih belum jelas terlihat garis koordinasi antara pimpinan sampai anggota paling bawah. Apabila garis koordinasi sudah cukup jelas, seorang pemimpin dapat mengendalikan komunikasi sebagai proses organisasi dengan menggunakan strategi dan alat yang tepat untuk mencapai komunikasi yang baik.

Ke lima, komunikasi dari salah satu ketua bidang pembantu kepala sekolah dalam melapokan hasil audit atau laporan terkait efisiensi organisasi yang telah terlaksana sering mendelegasikan dengan bawahan, yang seharusnya kewenangan ketua bidang menghadap pimpinan sekolah untuk melaporkannya.

Ke enam transparansi anggaran yang terdapat dalam sekolah tersebut masih sentralistik yang dikelola oleh seorang bendahara sekolah dengan kendali pimpinan. Tidak semua orang dalam organisasi dapat tahu data riil anggaran sekolah serta ketua bidang pembantu kepala sekolah yang mengeluh karena sikap pimpinan yang sulit mengalokasikan anggaran untuk bidang-bidang yang lebih kecil, seperti angaran untuk kegiatan OSIS (IPM dalam sebutan siswa/i Muhammadiyah) yang butuh proses lama.

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi organisasi yang ada dan bagaimana pelaksanaannya di sekolah tersebut. Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang

Strategi Komunikasi Organisasi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa

Ciputat”.

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar bekalang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Komunikasi organisasi yang dilakukan kepala sekolah masih belum intensif.


(18)

2. Terdapat inkonsistensi anggota organisasi dalam hasil putusan rapat pimpinan sekolah.

3. Struktur organisasi yang terdapat di sekolah masih belum menunjukkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas.

4. Keengganan anggota organisasi dalam penyampaian pesan kepada kepala sekolah.

5. Komunikasi dalam pengalokasian anggaran sekolah sering tidak sampai kepada guru dan karyawan.

6. Penetapan strategi komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal masih masih belum terlaksana secara maksimal.

C.

Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk itu, peneliti membatasi masalah pada strategi komunikasi organisasi, yaitu pada jaringan komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal pada aspek guru di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat.

D.

Perumusan Masalah

Dari identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis memberikan rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penetapan dan pelaksanaan strategi komunikasi organisasi di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat?

E.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, semoga bermanfaat bagi penulis sendiri untuk menambah pengetahuan tentang strategi komunikasi organisasi di lembaga pendidikan, dan untuk lembaga pendidikan (sekolah) diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif untuk membangun strategi komunikasi organisasi yang tepat dan baik. Serta bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan data ilmiah dalam mengadakan penelitian selanjutnya.


(19)

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

PENGERTIAN STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI

Langkah setiap lembaga maupun perubahan individu atau kelompok untuk mencapai organisasi yang terus berkembang lebih baik membutuhkan komunikasi yang intensif dari pimpinan puncak samapi anggota paling bawah di dalam organisasi. Komunikasi yang dilakukan dengan baik dan tepat sebagai landasan dalam melakukan inovasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Jadi untuk mencapai tujuan yang terarah, salah satunya adalah organisasi memiliki strategi dan melakukan pengelolaan informasi yang terdapat di dalam organisasi agar lebih terarah dan bermanfaat untuk individu, kelompok dan organisasi.

1.

Pengertian Strategi

Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi.1

Dari pengertian strategi di atas dapat penulis pahami, strategi sebagai suatu prioritas dan cara untuk mencapai tujuan dari organisasi, cara yang digunakan mengacu pada misi untuk mencapai visi organisasi. Dalam melaksanakan

1 Michael Allison dan Jude Kaye, Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), Edisi 1, h. 3.


(20)

strategi perlu melibatkan seluruh stakeholder organisasi sehingga terjadi kebersamaan dan konsistensi bagi para anggota organisasi untuk menjalankan strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai visi dan misi organisasi.

Sebelum strategi ditetapkan, para pelaku strategi harus mengetahui arah tujuan yang ingin dicapai sebagai landasan awal dalam perencanaan strategi yang tepat dan relevan dengan visi misi dan tujuan organisasi.

Keseluruhan proses perencanaan strategis dapat disarikan dengan menjawab tiga pertanyaan berikut:

1. Di mana posisi organisasi saat ini?

2. Arah mana yang ingin ditempuh organisasi? 3. Bagaimana organisasi akan ke sana?2

Pimpinan organisasi sebagai seorang yang memiliki otoritas tertinggi, juga seorang arsitektur organisasi. Semua kendali, wewenang, kebijakan dan keputusan dimiliki oleh pemimpin. Pofesionalisme dalam menempatkan sumber daya yang tepat untuk mencapai tujuan dengan strategi, sistem, dan struktur yang jelas dapat membantu untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, anggota organisasi yang ada dibekali beberapa elemen yang dibutuhkan dan dijalin bersama.

Dari kelima elemen arsitektur dalam organisasi yang perlu dijalin bersama, dapat membantu proses organisasi sebagai suatu instansi yang memiliki tujuan jangka panjang maupun tujuan jangka menengah atau pendek. Jadi, seluruh yang terlibat dalam kegiatan organisasi harus memiliki strategi yang tepat dan terarah untuk mencapai tujuan bersama.

Pentingnya strategi bagi organisasi sebagai poses pencapaian tujuan memerlukan perhatian dari seluruh aspek individu yang memiliki kedudukan sebagai pelaku startegi. Menurut Fred R. David. Dalam buku Manajemen Strategis terdapat beberapa pendapat dari para ahli terkait strategi:

Jika kita ketahui di mana kita berada dan bagaimana kita akan mencapai tujuan kita, kita mungkin dapat melihat arah kita berjalan-dan jika hasil

2 Nevizond Chatab, Diagnostic Management Metode Teruji Meningkatkan Keunggulan Organisasi, (Jakarta: Serambi, 2007), h. 185-186.


(21)

yang terlihat tidak sesuai, maka buatlah perubahan segera. (Abraham Lincoln).

Tanpa strategi, perusahaan seperti kapal tanpa kendali, berputar-putar dalam lingkaran. Seperti pengemis, tidak memiliki tempat yang ingin dituju. (Joel Ross dan Michael Kami).3

Pelaksanaan perencanaan strategi sebagai pedoman arah individu, kelompok maupun organisasi dapat membantu efesiensi visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai. Lebih berfariasi strategi yang direncanakan, maka semakin mempermudah organisasi dalam mecapai tujuan. Oleh sebab itu, walaupun banyaknya fariasi strategi yang digunakan perlu adanya penetapan konkrit yang menjadi ciri khas strategi setiap organisasi, kelompok maupun individu.

2.

Pengertian Komunikasi

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu

communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.4

Apabila kita lihat dari segi istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yang berarti bersama-sama. jika kita akan mengadakan interaksi dengan orang lain, maka kita harus menentukan terlebih dahulu suatu sasaran sebagai dasar untuk memperoleh pengertian yang sama, baik dalam bentuk pemberitahuan atau pertukaran informasi antara dua orang atau lebih.

Usaha komunikasi untuk memproleh informasi dari interaksi antara dua orang atau lebih sehingga terdapat umpan balik yang efektif, memerlukan proses komunikasi yang tepat, Raymond S. Ross (1983 : 8) mengungkapkan, komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari fikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.5

3 Fred R. David, Strategic Management -Manajemen Strategis Konsep-, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), edisi 10, h. 3.

4 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), h. 5. 5 Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi..., h. 6


(22)

Proses penyampaian pesan yang berawal dari rencana yang difikirkan, pemilihan simbol sampai pengiriman pesan yang disampaikan oleh pengirim baik langsung atau tidak langsung dengan media yang tepat untuk memudahkan penerima dalam menginterpretsikan interpretasi sehingga terjadi umpan balik, membuat komunikasi berjalan dengan baik. dan komunikasi juga dapat disebut suatu bentuk penyampaian pesan baik secara lisan maupun tertulis dengan maksud agar lawan bicara dapat mengerti dari komunikasi yang ditransmisikan sehingga dapat mempengaruhi prilaku lawan bicaranya dan terjadi timbal balik.

Setiap pesan yang disampaikan secara verbal maupun non verbal harus jelas, beretika dan mampu menyesuaikan tempat serta melihat siapa lawan interaksi. Seperti yang diugkapkan Onong Uchjana Efendy. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua pihak.6

Terdapat berbagai bentuk komunikasi yang dapat digunakan dalam menyampaikan buah fikiran komunikator dengan bantuan berbagai media yang semakin lama semakin berkembang mengikuti perubahan zaman. Semakin modern perubahan zaman maka semakin mudah manusia menjalin komunikasi sebagai suatu hubungan untuk membangun kebersamaan dan sangat membantu organisasi dalam menjaga koordinasi dan kerjasama untuk mengawasi proses organisasi dari jarak yang jauh.

Shannon dan Weaver (1949) berpendapat bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang selalu mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.7

Ketidak sadaran dan bentuk komunikasi yang di lakukan dalam interaksi sesama manusia tidak hanya terbatas komunikasi verbal. seperti yang di

6 Onong Uchjana Efendy, Human Relations dan Public relations, (Bandung: Mandar Maju, 1993), h. 13.


(23)

ungkapkan Shannon dan Weaver di atas memang sangat membantu untuk efektifnya komunikasi. Semakin banyak pesan yang masuk, maka semakin besar pemenuhan kekurangan yang terdapat pada individu, kelompok atau organisasi.

Pemimpin dapat membangun kebersamaan seluruh bawahannya dengan menjalin dan menjaga arus komunikasi antara seluruh anggota, Komunikasi yang membangun kebersamaan dapat dilakukan dalam lingkup perorangan maupun kelompok dalam rapat-rapat atau komunikasi non formal. Komunikasi seperti ini juga dapat mempererat tali silaturrahmi antar anggota organisasi dan adanya rasa saling menghargai antara sesama anggota.

Gode (1959 : 5) memberi pengertian sebagai berikut: “It is a process that makes common to or several what was the monopoly of ane or some”.

(komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh satu atau beberapa orang)8.

Dari beberapa definisi yang diungkapkan di atas, pemahaman penulis terkait komunikasi, yaitu komunikasi yang direncanakan dan dilakukan berawal dari ide yang difikirkan atau suatu perasaan yang dirasakan lalu diteruskan dengan menggunakan media dan simbol-simbol yang tepat dengan maksud untuk mempermudah pengirim pesan (komunikator/sender) dalam menyampaikan pesan kepada objek penerima pesan (komunikan/reseiver), dan penerima dapat memahami maksud dari fikiran dan simbol-simbol yang di terimanya untuk di terjemahkan dan di jadikan umpan balik.

3.

Pengertian Organisasi

Untuk melihat lebih jelas terkait organisasi dan menilik lebih jauh apa sebenarnya organisasi itu. Trewatha dan Newport, menyajikan definisi berikut tentang sebuah organisasi. “sebuah organisasi dapat kita nyatakan sebagai sebuah struktur sosial, yang didesain guna mengkoordinasi kegiatan dua orang


(24)

atau lebih, melalui suatu pembagian kerja, dan hirarki otoritas, guna melaksanakan pencapaian tujuan umum tertentu.9

Definisi yang dikemukakan menekankan dua macam pertimbangan. Hal pertama adalah adanya suatu kelompok yang terdiri lebih dari satu orang yang bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan pencapaian sasaran-sasaran organisasi. Adapun yang kedua bertumpu pada tujuan dalam hal pengkombinasian kekuatan-kekuatan yang ada untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh individu-individu yang bekerja secara terpisah. Dengan adanya kebersamaan antara lebih dari dua orang yang memiliki tujuan yang sama, maka akan terjadi pengorganisasian dan pembagian kerja untuk mencapai tujuan yang menjadi tumpuan harapan organisasi. Tanpa tujuan, organisasi tidak ada alasan sama sekali bagi eksistensi suatu organisasi untuk maju dan berkembang.

Dari kedua Aspek dalam suatu organisasi, berkaitan dengan kerangka kerja atau strukturnya. Salah satu elemen penting dari struktur adalah koordinasi dan pembagian kerja kepada para anggota organisasi, maksudnya adalah suatu spesialisasi kerja di mana kegiatan-kegiatan yang serupa atau memiliki kesamaan dalam proses pada umumnya dikelompokan ke dalam kesatuan-kesatuan fungsional atau kesatuan-kesatuan-kesatuan-kesatuan kegiatan. Masing-masing kesatuan-kesatuan atau fungsinya diserahkan kepada seorang manajer atau seorang supervisor yang bertanggung jawab sebagai pemimpin pada bidangnya yang menciptakan dan mengendalikan arus komunikasi di dalam organisasi.

Pengertian lain terkait organisasi, di ungkapkan oleh Arni Muhammad, ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pambagian kerja dan fungsi hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu, yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain

9 J. Winardi, Manajemen Prilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2004), edisi revisi, cet. 2, h. 53.


(25)

menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.10

Koordinasi dalam organisasi adalah salah satu aspek yang terdapat dalam organisasi, koordinasi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan dapat dikendalikan dengan strategi komunikasi melalui jenjang atau wewenang yang telah ditentukan dan struktur organisasi sebagai salah satu bagian yang menghubungkan komunikasi kerja antara departemen dan anggota organisasi.

Selain terdapat bagian-bagian yang disebutkan di atas, dalam organisasi juga terdapat beberapa bagian lain yang mendukung proses berjalannya organisasi yang efektif, seperti adanya administrasi yang terdiri dari beberapa bagian yang mendukung jalannya roda organisasi. misalnya administarsi yang terdapat di sekolah, banyak bidang yang mendukung proses pendidikan seperti bidang keuangan, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, bidang administrasi umum, dan lain-lain. Semua bidang tersebut saling terkait antara satu bidang dengan bidang yang lain. Maka dari itu, Schein dapat mengatakan organisasi sebagai suatu sistem yang utuh dan saling terkait satu sama lain.

Selanjutnya Kochler (1976) mengatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Lain lagi pendapat Wright (1977); dia mengatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.11

Dari ketiga pengertian yang diungkapkan Arni Muhammad lebih bersifat pada organisasi sebagai suatu sistem yang terencana antara sesama anggota organisasi serta orang yang terlibat di dalamnya masing-masing memiliki tujuan dan di satukan ide-ide para anggota untuk mencapai misi organisasi. Bagi yang terlibat dalam organisasi diberikan hierarki dan tanggung jawab masing-masing sebagai tanggung jawab kerja untuk perkembangan organisasi, agar organisasi lebih terarah, maka dibentuk struktur sebagai pengendali koordinasi antara sesama anggota organisasi maupun koordinasi keluar.

10 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 23. 11 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 23-24.


(26)

B.

JARINGAN KOMUNIKASI ORGANISASI

Di dalam organisasi pemerintah maupun swasta terdapat jenjang-jenjang jabatan yang menyebabkan adanya anggota organisasi yang memimpin dan yang dipimpin, maka di dalam organisasi tidak saja terjadi komunikasi antara anggota organisasi yang sama status atau jabatannya, tetapi juga antara anggota organisasi yang memimpin dan yang dipimpin, dan berbeda fungsi dan kedudukannya. Komunikasi internal terbagi menjadi tiga kegiatan, yaitu komunikasi vertikal

(vertical communication), komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi diagonal (diagonal communication).12 Komunikasi internal ini yang akan disajikan selanjutnya.

1.

Komunikasi Vertikal

a. Pengertian Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication) adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik (two way trafic communication).13

Komunikasi vertikal dalam organisasi sangat memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perjalanan organisasi. Komunikasi dari puncak pimpinan kepada bawahan sangat diperlukan dalam merelevansikan apa yang menjadi tujuan organisasi yang akan dilakukan oleh bawahan. Semakin jelas dan intens komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kesalah pahaman pesan pada pelaksanaan tugas yang disampaikan oleh pimpinan.

Biasanya komunikasi vertikal dilaksanakan sesuai pada rantai perintah atau pelaksanaan komunikasi ini dilakukan sesuai tingkat struktur, dari tingkat lebih tinggi ke tingkat bawah, maksud dari komunikasi ini untuk

12 Onong Uchjana Efendy. Human Relations…, h. 18. 13 Onong Uchjana Efendy. Human Relations…, h 18.


(27)

memberi informasi, instruksi, penilaian dan nasehat. Seperti yang diungkapkan T. Hani Handiko,

Komunikasi vertikal terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi kebawah (downward

communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir

ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.14 Definisi lain yang memiliki kesamaan maksud diungkapkan oleh Husain Umar dalam bukunya “Desain Penelitian MSDM dan Prilaku Karyawan”. Komunikasi vertikal atau dapat disebut juga komunikasi ke atas maupun ke bawah. Komunikasi ke bawah yaitu komunikasi dari atasan ke bawahan. Ia dapat berupa pengarahan, perintah, indroktrinasi, inspirasi, dan evaluasi.15

Maksud utama yang diungkapkan T. Hani Handoko yang penulis pahami hanya sebagai informasi untuk disampaikan dan dilaksanakan sesuai instruksi yang diberikan oleh atasan, tetapi pengertian komunikasi yang diungkapkan Husain Umar lebih kepada penyampaian informasi atau perintah yang mengharuskan adanya pengaruh yang besar dari hasil komunikasi yang dilaksanakan. Doktrin yang diungkapkan sebagai suatu penekanan keharusan terjadinya feed back yang efektif dan monitoring serta evaluasi adalah salah satu bentuk perhatian yang sangat besar dalam komunikasi, efektif atau tidak efektifnya komunikasi dari atasan kepada bawahan dapat ditentukan dari evaluasi.

Komunikasi ke bawah biasanya tidak selalu berjalan lancar, karena dipengaruhi dari berbagai faktor, antara lain sebagai berikut :

1. Keterbukaan

Misalnya, seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi karyawan guna penyempurnaan produksi tetapi tidak

14 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1984), Edisi 2, h. 280. 15 Husain Umar, Desain Penelitian MSDM dan Prilaku Karyawan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 43.


(28)

mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.

2. Kepercayaan pada pesan

Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka.

3. Pesan yang berlebihan

Banyaknya pesan yang dikirim secara tertulis maka sulit bagi karyawan untuk mereaksi pesan tulisan tersebut dan bisa jadi pesan yang dianggap penting saja yang dibaca dan yang lain dibiarkan. 4. Timing

Timing atau ketepatan waktu pengirim pesan mempengaruhi

komunikasi ke bawah. Pengiriman pesan dilakukan pada waktu yang tepat dan disesuaikan dengan keadaan yang tepat agar saling menguntungkan.

5. Penyaringan

Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semuanya diterima, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.16

Hendaknya faktor-faktor diatas sebagai bahan pertimbangan dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada bawahan agar terjadi umpan balik yang tepat sehingga tercapai maksud yang diinginkan dari informasi yang disampaikan.

Manajemen dalam organisasi juga tidak seharusnya memfokuskan perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah saja, tetapi juga komunikasi antara bawahan dengan atasan (komunikasi ke atas/upward

communication). Komunikasi ini juga penting bagi puncak pimpinan

sebagai pusat informasi.

Yang dimaksud komunikasi ke atas adalah pesan yang mengaliar dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi.17 Komunikasi yang dilakukan dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dilakukan sebagai bentuk perhatian bawahan terhadap manajemen organisasi dalam proses peaksanaan pekerjaan. Dalam proses pelaksanaan program apabila tidak adanya komunikasi dari bawahan kepada atasan, maka sulit bagi atasan untuk

16 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 110-112 17 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 116.


(29)

mengetahui keadaan yang sedang terjadi atau sulit bagi bawahan dalam mengambil keputusan, karena kekurangan informasi.

Definisi komunikasi ke atas yang memiliki kesamaan diungkapkan juga oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules:

komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dalam sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak, mungkin berkomunikasi ke atas, yaitu setiap bawahan dapat mempunyai alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari pada dia.18

Walaupun komunikasi ke atas jarang terjadi antara bawahan dengan atasan, biasanya organisasi menyediakan kotak saran dan panitia penampung keluhan para bawahan maupun penyampaian ide atau kritik yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan.

Komunikasi ke atas penting dilakukan untuk membantu organisasi dalam melaksanakan program untuk mencapai visi dan misi dari organisasi. Komunikasi ini sangat berkontribusi tinggi selain sebagai penyampai informasi, komunikasi ini juga dapat dilakukan sebagai evaluasi kinerja pimpinan tentang keluhan maupun kepuasan yang dirasakan oleh bawahan sebagai anggota organisasi yang memiliki tanggung jawab membangun organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Bentuk komunikasi Vertikal

Organisasi yang memiliki betuk komunikasi yang jelas dan terarah membuat seluruh stakeholder merasa memiliki pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan ini akan membuat anggota organisasi merasakan kedekatan antara manajemen puncak dengan bawahan maupun sebaliknya. Dalam komunikasi vertikal, bentuk komunikasi yang biasanya dilakukan adalah seperti kebijaksanaan “pintu terbuka”, sistem komunikasi informal, survey sikap, dewan manajemen karyawan, atau dewan inspektur

18 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi (strategi meningkatkan kinerja perusahaan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), cet. 1 h. 189.


(30)

jendral dirancang untuk memudahkan komunikasi ke atas ke manajemen puncak.19

Kebijaksanaan atasan dalam membuka jaringan komunikasi yang disampaikan bawahan, semakin efisien bagi atasan dalam mengambil keputusan dari komunikasi yang didapatkannya dan seluruh kekurangan dalam proses pengorganisasian pun akan terkendali. Keterbukaan pimpinan dalam komunikasi juga akan membantu dalam membangun hubungan vertikal antara atasan dengan bawahan, saran, kritik, opini, keluhan, dan sebagainya yang disampaikan bawahan kepada atasan sebagai salah satu tanda perhatian bawahan kepada organisasi dan apabila terjadi umpan balik dari atasan, akan menjadi keputusan dan strategi baru yang harus dijalankan.

Moekijat mengklasifikasikan komunikasi vertikal kedalam dua bentuk, lisan dan tertulis dengan media yang terkait dengan tugas. (Lihat tabel. 1 dan 2).

Terkait bentuk komunikasi vertikal, Arni Muhammad mengklasifikasikannya ke dalam beberapa tipe, Secara umum komunikasi ke bawah dapat dikalsifikasikan atas lima tipe, yaitu :

1. Instruksi Tugas

Instruksi tugas/pekerjaan, yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya.

2. Rasional

Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan dan tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objek organisasi.

3. Ideologi

Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional.

4. Informasi

Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan instruksi dan rasional.


(31)

5. Balikan

Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaan. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengeritik pekerjaanya, berarti pekerjaanya sudah memuaskan. Tetapi jika pekerjaanya kurang baik, balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan.20

Tabel 1. Komunikasi Ke Atas21

Lisan Tertulis

1. Laporan berhadapan langsung dan percakapan.

2. Wawancara. 3. Telepon.

4. Konferensi pertemuan. 5. Urusan sosial.

6. Saluran serikat sekerja.

1. Laporan.

2. Surat perseorangan. 3. Keberatan.

4. Sistem saran.

5. Penyelidikan sikap dan keterangan.

6. Publikasi serikat sekerja. Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut.22

Tabel 2.

KomunikasiKe Bawah23

Lisan Tertulis

1. Instruksi pribadi.

2. Pelajaran, konpensasi, pertemuan panitia.

3. Wawancara, pembimbingan

1. Instruksi dan perintah. 2. Surat dan memo.

3. Papan bulletin.

20 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi …, h. 108-109.

21 Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja dan hubungan Kerja, (Bandung: Pionir Jaya, 1991), cet 3, h. 156.

22 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 110. 23 Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja…, h. 156.


(32)

4. Telepon, bioskop, slide.

5. Urusan social, termasuk kegiatan serikat sekerja.

6. Bunyi peluit, bel dan sebagainya. 7. Obrolan, kabar angin.

4. Poster.

5. Buku pegangan dan buku pedoman.

6. Laporan tahunan. 7. publikasi serikat kerja. Semakin besar kebijakan manajemen puncak dalam membuka komunikasi vertikal, maka semakin merasakan kepuasan bagi bawahan berada dalam organisasi yang mengikatnya karena dapat menyampaikan pesan dan mendapatkan umpan balik secara langsung dari atasan, walaupun ada dampak yang perlu disikapi manajemen karena sistem keterbukaan pesan yang sampai pun akan banyak, kebijaksanaan dan kecerdasan pimpinan akan membentuk komunikasi yang efektif.

c. Fungsi Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal dalam organisasi, bagi atasan sangat berfungsi dalam mengendalikan kinerja bawahan dan bagi bawahan sangat berguna dalam menyampaikan aspirasi dan solusi yang dimiliki dalam membangun hubungan untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Katz dan Khan, 1966 yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Paules, ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan : (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission).24

Informasi yang disampaikan kepada bawahan dari atasan sangat berfungsi bagi organisasi dan bagaimana bawahan melakukan pekerjaan sesuai instruksi tugas dan cara kerja yang diberikan atasan, bawahan pun akan mengetahui sistem, kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik dalam organisasi.

Pengetahuan ini sangat penting bagi bawahan sebagai anggota organisasi dan sebagai pelaksana untuk tercapainya tujuan organisasi.


(33)

Selain bawahan perlu tahu apa yang terdapat dalam organisasi, informasi yang disampaikan oleh atasan dapat membantu bawahan mengetahui sejauh mana kinerja yang dilakukannya dan informasi yang dikomunikasikan secara intensif oleh atasan sangat mempengaruhi pasikologis bawahan dan mereka pun merasa dihargai serta merasa memiliki organisasi yang mengikatnya.

Selain komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan pun suatu hal yang penting di dalam organisasi.

Fungsi utama komunikasi ke atas (upward communication) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas.25

Informasi yang dilakukan ke tingkat atas dibutuhkan organisasi setiap proses pecapaian tujuan berjalan, setiap komunikasi yang dilakukan ke atas secara bertahap akan membawa manajemen ke dalam suatu hubungan kerja yang erat dan setiap informasi yang disuplai ke atas pimpinan organisasi harus secepatnya memberikan keputusan apa yang dikomunikasikan bawahan sebagai bentuk umpan balik untuk ditindak lanjuti.

Fungsi komunikasi pun dikemukakan oleh Merhaeni Fajar, beliau mengemukakan beberapa fungsi dari komunikasi antara bawahan mengirim pesan kepada atasan. Fungsi arus komunikasi dari bawahan ke atas ini adalah:

a. Menyampaikan informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan.

b. Menyampaikan informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.

c. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.

d. Menyampaikan keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaan.26

25 T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 280.

26 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 122-123.


(34)

Biasanya yang dikomunikasikan bawahan adalah terkait pekerjaannya yang sudah di kerjakan atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi bawahan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Saran dan kritik biasanya disampaikan bawahan kepada atasan untuk perbaikan-perbaikan manajerial kemudian menjadi keputusan bagi pimpinan.

d. Tujuan Komunikasi Vertikal

Tujuan dari komunikasi vertikal ini sangat berpengaruh pada proses berjalannya roda organisasi untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Atasan maupun bawahan sama-sama membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan masing-masing, tanpa adanya komunikasi antara atasan dengan bawahan, maka sulit bagi keduanya dalam menjalankan proses organisasi.

Tujuan komunikasi ke bawah dilakukan untuk memberikan informasi berhubungan dengan pekerjaan. Sering yang di komunikasikan ialah informasi rutin tentang apa yang diharapkan dari pekerjaan, dan kemudahan-kemudahan apa yang tersedia.27

Dengan adanya komunikasi yang dilakukan secara rutin dari atasan kepada bawahan yang terkait dengan pekerjaan, maka akan membantu dan mempermudah bawahan dalam melaksanakan pekerjaan dan akan meminimalisir terjadinya kesalahpahaman dalam melaksanakan tugas yang harus mereka kerjakan.

Untuk mencapai tujuan komunikasi vertikal yang efektif, Udai Pareek mengklasifikasikan tujuan komunikasi dengan mekanismenya. (lihat tabel 3)

Intensitas komunikasi yang dilakukan antara atasan dengan bawahan sebagai bentuk tolok ukur komunikasi vertikal untuk melihat hasil seberapa efektif komunikasi yang dilakukan selama proses dan seberapa cepat efektifitas umpan balik yang dilakukan oleh penerima pesan.

27 Uday Pareek, Prilaku Organisasi (Pedoman ke arah pemahaman proses komunikasi antar pribadi dan motivasi kerja), (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1994), h. 104.


(35)

Tabel 3.

Tujuan komunikasi vertikal dan mekanisme28

Tujuan Mekanisme

Komunikasi Ke bawah

1. Penyebaran informasi rutin

2. Penyebaran informasi prosedural

3. Sosialisasi

4. Memberikan informasi

berhubungan dengan pekerjaan 5. Umpan balik

6. Pembinaan karyawan

Komunikasi Ke Atas

1. Pengendalian 2. Umpan Balik

3. Pemecahan Persoalan

4. Ide-ide untuk perbaikan 5. Katarsis dan pembangunan

kelompok

Surat edaran, papan pengumuman, majalah dinding.

Surat edaran, buku penuntun, pedoman.

Penerbitan khusus, ceramah, rapat. Percakapan.

Percakapan, memo.

Percakapan, rapat-rapat kelompok.

Informasi berkala, laporan khusus. Daftar pertanyaan, wawancara. Rapat-rapat berkala, prosedur keluhan.

Kotak usul, wawancara. Rapat-rapat tinjauan.

2.

Komunikasi Horizontal

a. Pengertian Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, misalnya antara anggota staf dengan anggota staf, pegawai tingkat menengah


(36)

dengan tingkat menengah atau pegawai rendahan dengan yang berpangkat rendah pula.29

Hubungan komunikasi horizontal yang sifatnya mendatar yang dilakukan anggota organisasi pada tingkatan kedudukan atau jabatan yang sama. Komunikasi ini tidak sama dengan komunikasi vertikal yang bersifat lebih formal. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh anggota organisasi lebih banyak pada situasi tidak formal, misalnya perbincangan pada jam istirahat membicarakan masalah pribadi, pekerjaan, dan komunikasi ini jarang dilakukan pada saat formal, dan biasanya pada saat formal dilakukan dalam pekerjaan yang membutuhkan koordinasi dengan bidang (departemen) lain.

Departemen yang terdapat dalam organisasi butuh koordinasi yang terus menerus dan berkesinambungan, karena setiap departemen memiliki kaitan dan sangat mendukung berjalannya departemen lainnya yang berada di dalam internal organisasi. Misalnya dalam lembaga pendidikan, komite sekolah (dapat juga di sebut departemen ke humasan), dalam mempublikasikan lembaga harus tau arah tujuan lembaga dan melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan bidang kesiswaan tentang perkembangan siswa di lembaga tersebut.

T. Hani Handoko memberikan definisi yang cukup singkat dan memiliki maksud yang sama seperti definisi di atas, yaitu Komunikasi lateral atau horizontal meliputi hal-hal berikut:

a) Komunikasi di antara dalam kelompok kerja yang sama.

b) Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama30

Komunikasi antara sesama anggota organisasi yang memiliki otoritas jabatan yang sama tidak hanya terjadi antara departemen dan antara bawahan lain departemen, tetapi juga komunikasi horizontal terjadi antara satu kelompok di dalam satu departemen. Komunikasi horizontal dalam

29 Onong Uchjana Efendy, Human Relations…, h. 20. 30 T. Hani Handoko, Manajemen..., h. 282.


(37)

departemen yang memiliki kedudukan yang sama biasanya terjadi dalam pelaksanaan kerja tim.

Dalam kerja tim sangat membutuhkan komunikasi horizontal yang intensif, karena tercapainya tujuan tim dilakukan bersama-sama sesama anggota dan membangun inisiatif anggota untuk mencapai tujuan bersama. Tanpa adanya komunikasi sesama anggota tim, sulit bagi kelompok, bagi departemen ataupun bagi organisasi untuk mencapai tujuan.

b. Bentuk Komunikasi horizontal

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah.31 Bentuk koordinatif pada dasarnya adalah berawal dari konsep struktur yang terdapat di dalam organisasi dan dilakukan pembagian kerja sebagai kebijakan pimpinan organisasi untuk mempermudah anggota organisasi dalam bekerja dan menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk verbal, tetapi biasanya komunikasi ini lebih sering menggunakan bentuk komunikasi lisan dan jarang menggunakan komunikasi tertulis, karena setiap masalah atau kesulitan yang dikomunikasikan secara tertulis, sulit bagi reseiver dalam menginterpretsikan pesan yang diterima untuk dijadikan umpan balik.

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, terdapat beberapa komponen dasar yang penting di dalam komunikasi, yaitu terdapat pengirim pesan, isi pesan, penerima pesan sehingga terjadi umpan balik. Apabila dalam penyelesaian masalah dilakukan dengan tertulis, penerima sulit memahami maksud dan intonasi pesan yang disampaikan, dan bagi penerima dalam memberikan umpan balik bisa saja terjadi respon yang tidak relevan dengan yang dimaksudkan pengirim pesan.

Pesan yang disampaikan dalam bentuk tertulis memang kurang efektif dilakukan dalam penyelesaian masalah, tetapi komunikasi tertulis dalam


(38)

komunikasi horizontal dapat dilakukan, kecuali terkait tentang informasi dalam bentuk umum dan media komunikasi horizontal yang dapat digunakan seperti di bawah ini.

Tabel 4.

Komunikasi Mendatar32

Lisan Tetulis 1. Kuliah, konferensi, pertemuan

panitia. 2. Telepon.

3. Urusan sosial, termasuk kegiatan serikat kerja. 4. Kabar angin.

1. Surat, memo, laporan.

2. Papan pengumuman dan poster. 3. Buku pegangan dan buku

pedoman.

4. Laporan tahunan. 5. Publikasi serikat kerja.

Menjalin komunikasi horizontal yang dapat dilaikukan sesama anggota organisasi maupun informasi yang didapatkan secara umum, semata-mata untuk memperlancar proses berjalannya organisasi untuk mencapai harapan bersama dan kepuasan individu. Dengan melaksanakan komunikasi yang intensif dan ketepatan dalam memilih media horizontal adalah salah satu bentuk kreatifnya seorang komunikator.

c. Fungsi Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal dalam organisasi pemerintah, organisasi sosial maupun organisasi swasta sangat dibutuhkan, karena komunikasi ini sangat berfungsi bagi seluruh anggota organisasi, baik bagi manajemen puncak, anggota organisasi tingkat menengah, maupun anggota tingkat paling bawah.

Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.33

32 Moekijat, Manajemen Tenaga Kerja…, h. 156. 33 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi…, h. 121.


(39)

Pengarahan komunikasi yang sifatnya horizontal sangat mempermudah anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah pekerjaan maupun masalah lain yang dimilikinya. Pembagian tugas maupun mempermudah pelaksanaan pekerjaan sesama tingkatan dalam satu departemen sangat membantu apabila dikomunikasikan secara intensif. Setiap masalah dapat terselesaikan apabila dikomunikasikan dengan cepat dengan sesama anggota setingkat sehingga tidak harus semua masalah pekerjaan sampai pada manajemen puncak.

Selain mempermudah koordinasi dalam penyelesaian tugas-tugas, komunikasi horizontal juga berfungsi sebagai penambah ilmu pengetahuan yang didapat dari teman satu tingkatan. Informasi sesama anggota organisasi dalam satu tingkatan yang dilakukan sangat bermanfaat bagi anggota baru maupun anggota lama. Pertukaran pengetahuan atau pertukaran informasi akan membuat anggota organisasi semakin kreatif dalam melaksanakan tugas dan lebih dewasa dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Husain Umar dalam bukunya Desain Penelitian MSDM dan Prilaku

Karyawan mengungkapkan fungsi utama komunikasi kesamping

adalah untuk melakukan kerjasama dan proaktif pada tingkat mereka sendiri, di dalam bagian atau antar bagian lain yang bertujuan untuk memecahkan berbagai masalah maupun menceritakan pengalaman mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Sarana yang dapat dimanfaatkan, misalnya adalah gugus kendali.34

Komunikasi dalam menjalin hubungan sesama anggota organisasi memang tepat dilakukan dalam komunikasi horizontal, karena dalam komunikasi ini sesama anggota individu lebih terbuka dalam mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sikap keterbukaan yang dilakukan sesama anggota organisasi sehingga terjadi kedekatan emosional membentuk kerjasama yang baik antara sesama anggota divisi dalam satu departemen atau kerjasama dengan divisi yang memiliki kesamaan


(40)

tingkatan dalam departemen lain seingga membuat anggota organisasi lebih proaktif dalam melaksanakan pekerjaannya.

Komunikasi horizontal, selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, juga menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.35 Banyak masalah dapat terselesaikan dengan adanya komunikasi horizontal, baik masalah pribadi yang dimiliki anggota organisasi terkait pribadi, pekerjaan atau yang terkait koordinasi, pekerjaan, kenyamanan, keamanan, dan sebagainya yang dubutuhkan anggota di dalam organisasi. Seluruh anggota yang setingkat atau departemen yang ada dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila orang-orang dalam departemen tersebut membangun komunikasi horizontal dengan baik dan layak dalam mencapai tujuan organisasi.

d. Tujuan Komunikasi Horizontal

Membangun komunikasi horizontal merupakan salah satu bentuk proses pencapaian misi dan visi organisasi serta mambentuk kerjasama yang erat antara sesama anggota dalam satu departemen atau departemen lain yang memiliki jabatan atau kedudukan yang sama dalam organisasi. Suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan mempermudah departemen dalam menyelesaikan pekerjaan yang memiliki tujuan dan mendekatkan pada efektivitas untuk mencapai tujuan dari organisasi. Apabila komunikasi tidak berjalan secara berkesinambungan dan terus menerus, maka sulit bagi organisasi untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh para anggota organisasi dalam melaksanakan proses pencapaian visi dan misi.

Tujuan dari komunikasi horizontal adalah untuk mengetahui tugas-tugas yang akan dilaksanakan, berbagi informasi antara sesama anggota, penyelesaian masalah anggota organisasi, dan lain sebagainya yang masih terkait hubungan komunikasi mendatar.


(41)

Arni Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi mengungkapkan beberapa tujuan tertentu dari komunikasi horizontal, sebagai berikut:

1. Mengkoordinasikan tugas-tugas.

2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas.

3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama.

4. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya.

5. Menjamin pemahaman yang sama.

6. Mengembangkan sokongan interpersonal.36

Koordinasi dalam komunikasi horizontal ini dapat membantu anggota organisasi lebih terbuka kepada para anggota organisasi lainnya dan kedekatan antara departemen pun akan meminimalisir terjadinya kesalahan komunikasi, karena banyaknya waktu untuk tatap muka atau bahkan kedekatan emosional akan terjalin antara sesama anggota organisasi. Menghilangkan atau meminimalisir terjadinya masalah komunikasi anggota adalah sebuah tujuan tecapainya efektivitas organisasi. Komunikasi ini juga berfungsi untuk mempermudah para anggota yang setingkat untuk mendekatkan emosional pada anggota di satu bidang atau pada bidang lainnya yang memiliki tingkat kedudukan yang sama dan kedekatan yang sudah terjalin, pemimpin harus menjaga jalinan komunikasi yang baik para anggota dan meminimalisir konflik antar anggota organisasi untuk menyamakan visi dan misi demi mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi.

3.

Komunikasi Diagonal

a. Pengertian Komunikasi Diagonal

Hubungan antara seluruh individu yang terdapat di dalam internal organisasi selain menggunakan bentuk komunikasi vertikal dan horizontal, dapat pula menggunakan komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal juga memiliki kontribusi yang cukup tinggi di dalam organisasi walaupun


(42)

terkadang komunikasi ini terjadi diluar dari perencanaan komunikasi organisasi.

Komunikasi diagonal yang sering juga dinamakan komunikasi silang

(cross communication) adalah komunikasi dalam organisasi antara

seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukan dan bagian.37 Sebagai contoh, komunikasi yang berlangsung antara guru mata pelajaran dengan staf tata usaha.

Komunikasi silang antara anggota organisasi yang memiliki tingkatan bawah pada satu departemen dengan anggota organisasi pada departemen lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan diatur dalam struktur formal. Walaupun fungsi dan tugas pelaku komunikasi ini berbeda, tetapi sangat membantu proses komunikasi organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.

Definisi lain yang memiliki kesamaan diungkapkan juga oleh Warsanto. Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang berlangsung antara pegawai pada tingkat kedudukan yang berbeda pada tugas atau fungsi yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak yang lain.38

Setiap tugas yang didelegasikan oleh pimpinan puncak organisasi kepada setiap departemen memiliki sifat atau fungsi yang berbeda. Oleh sebab itu, setiap pimpinan departemen pun memberikan instruksi kepada bawahannya sesuai pada wewenang yang diberikan pimpinan puncak kepada masing-masing departemen. Setiap departemen memiliki tugas masing-masing untuk dikerjakan anggotanya dan untuk mengerjakan tugas itu perlu dikomunikasikan oleh pimpian departemen kepada bawahannya. Biasanya ada bawahan yang memiliki tugas dari atasannya dan bawahan juga mengetahui tugas pada departemen lain karena masih dalam satu sistem organisasi. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan dari jenjang yang berbeda antara bawahan depertemen dengan pimpinan

37 Onong Uchjana Efendy, Human Relations…, h. 21.


(43)

departemen lain akan terjadi komunikasi, biasanya komunikasi ini terjadi pada saat-saat tertentu dan dapat terjadi pada waktu yang tidak direncanakan. Komunikasi ini jarang terjadi atau bahkan tidak pernah berlangsung secara bersama-sama dalam bentuk formal antara seluruh bawahan departemen dengan pimpinan departemen lain.

Komunikasi yang dilakukan perorangan biasanya banyak terjadi dalam komunikasi diagonal ini yang bersifat menyilang antara berbeda kedudukan dan departemen. Semua itu dapat teradi karena setiap departemen memiliki tujuan yang sama, mengacu pada visi dan misi dan diatur di dalam sistem organisasi. Jadi organisasi tidak hanya membutuhkan komunikasi secara vertikal maupun horizontal saja tetapi juga membutuhkan komunikasi diagonal juga untuk membantu departemen lain bagi anggota lain dalam menyampaikan opininya atau keluhannya untuk disampaikan kepada manajemen puncak.

b. Bentuk Komunikasi Diagonal

Berdasarkan definisi di atas, dapat penulis pahami mengenai bentuk komunikasi diagonal. Yaitu, memotong secara penyilang dan berbeda antara fungsi dan tugas yang dimiliki para pelaku komunikasi dagonal. T. Hani Handoko mengungkapkan, komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf.39

Hubungan komunikasi diagonal yang dilakukan secara memotong sebagai bentuk interaksi menyilang antara bawahan dengan atasan yang berbeda fungsi dan tugasnya. Komunikasi ini dilakukan untuk efisiensi pelaksanaan pekerjaan antara anggota yang berbeda tingkat dan kedudukan. Karena perbedaan fungsi dan tugas apa lagi dalam organisasi yang besar, yang memiliki struktur yang semakin banyak departemen dan bawahan, maka akan semakin sering terjadi komunikasi diagonal.


(44)

Sering terjadinya komunikasi diagonal maka tidak menutup kemungkinan berpeluang konflik antara anggota dalam organisasi. Seperti yang diungkapakan T.Hani Handoko di atas, komunikasi diagonal sering terjadi sebagai hasil hubungan antara departemen lini dan staf, karena fungsi dan wewenang lini sebagai pelaksana teknis dan staf spesalis sebagai pemberi saran dan memberikan rekomendasi bukan memerintah lini.

Pada hal ini sering terjadi konflik yang dikarenakan kurangnya pemahaman tentang fungsi yang di tempatinya, dan apabila konflik terjadi maka tidak menutup kemungkinan komunikasi diagonal berlangsung kepada pimpinan tidak melalui staf spesialis.

Komunikasi diagonal juga dapat terjadi diluar perencanaan komunikasi organisasi, seperti yang diungkapkan Onong Uchjana Efendy. Beliau mengungkapkan interaksi yang terdapat dalam komunikasi ini tidak sekaku seperti pada komunikasi vertikal dan juga tidak terlalu menunjukkan keakraban seperti komunikasi horizontal. Oleh sebab itu, wajar apabila komunikasi diagonal berlangsung secara tidak formal dalam pesta perayaan, rekreasi atau pada waktu istirahat.40

Ketidak kakuan bisa saja terjadi pada komunikasi ini apabila terjadi di luar dari waktu formal, ungkapan di atas pun menyatakan komunikasi ini lebih pada bentuk bukan formal seperti pada acara-acara pesta perayaan, saat-saat istirahat, rekreasi, dan di luar kondisi formal, jadi wajar saja apabila masuk pada kategori tidak formal, karena interaksi pada acara atau pada kegiatan tersebut di luar dari perencanaan dan struktur formal organisasi. Apabila komunikasi ini dilakukan untuk mengkomunikasikan masalah pribadi terkait kebijakan manajemen puncak dan terdengar oleh manajemen puncak (grapevine), maka bisa terjadi masalah internal dan terdapat tekanan psikologis pada pengirim pesan (sender).

c. Fungsi Komunikasi Diagonal

Dari definisi dan bentuk di atas dari hasil analisis dapat penulis ambil pengertian fungsi dari komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal


(45)

memiliki fungsi sebagai pembantu para anggota yang paling bawah dalam mengapresiasikan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh manajemen dan dibutuhkan oleh anggota untuk kelancaran dan kenyamanannya dalam bekerja.

Terkadang sulit bagi bawahan untuk berkomunikasi langsung dengan pimpinan departemen atau manajemen puncak, sehingga sebagai alternatif, komunikasi ini dilakukan dengan manajemen pengganti (pimpinan atau staf spesialis departemen lain) untuk disampaikan kepada pimpinan departemen atau manajemen puncak.

Komunikasi ini juga berguna untuk mempermudah komunikasi antara staf dan lini dalam penyelesaian tugas yang didapat dari atasan staf untuk disampaikan ke lini dan lini menyampaikan pesan kepada staf untuk diteruskan kepada atasan staf baik pesan terhadap keluhan dan terkait kebutuhan produksi ataupun yang terkait pekerjaan yang dilakukan oleh lini.

Komunikasi diagonal berfungsi juga sebagai media silaturrahmi dalam membangun kebersamaan antara bawahan dengan atasan pada departemen yang berlainan tugas dan fungsi. Semakin erat hubungan seluruh anggota organisasi maka semakin besar kemungkinan organisasi mengalami kemajuan yang signifikan.

d. Tujuan Komunikasi Diagonal

Setiap komunukasi yang dilakukan baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal, masing-masng memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda, yaitu untuk mendapatkan informasi yang terdapat dalam organisasi sebagai landasan seluruh anggota organisasi dari manajemen puncak samapai bawah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi.

Adanya komunikasi diagonal untuk membantu seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas yang harus diselesaikan, dan kepuasan pengirim pesan bisa mendapatkan umpan balik yang tepat dari penerima pesan. Semua itu sebagai salah satu tujuan dari komunikasi.


(46)

Seluruh anggota yang terlibat dalam pencapaian visi misi organisasi butuh masukan-masukan dan pengetahuan dari seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh sebab itu, pentingnya komunikasi diagonal dalam organisasi dan tingginya intensitas pelaksanaan komunikasi diagonal sesuai perencanaan walaupun terkadang terjadi di luar perencanaan komunikasi, dapat membantu efektifnya pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi.

Adanya jaringan komunikasi diagonal di dalam organisasi dapat dijadikan sebagai landasan pembelajaran antara pelaksana komunikasi. Seperti anggota di dalam organisasi dapat mengetahui dan mengenal fungsi serta tugas yang dilakukan pada depertemen lain yang berbeda fungsi dan kedudukannya. Ini sebagai suatu pengetahuan bawahan untuk membangun inisiatif kerjasama antara satu kesatuan yang berlainan di dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan komunikasi diagonal pada khususnya, tujuan komunikasi organisasi dan tujuan institusi yang diharapkan pada umumnya.

C.

IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI

Mengenai pengertian startegi komunikasi organisasi dan bentuk komunikasi organisasi seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu kiranya ada penerapan strategi komunikasi organisasi. Dalam dunia yang ketat dan penuh persaingan ini, setiap individu maupun organisasi harus memiliki prinsip dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuan yang jelas, apalagi di dalam organisasi haruslah terdapat berbagai macam alternatif strategi di setiap bidang atau departemen. Dengan menggunakan strategi yang tepat, maka setidaknya dapat meminimalisir hambatan yang berdampak besar.

Dalam melaksanakan strategi komunikasi organisasi, selain pelaksanaan bentuk komunikasi, perlu juga melaksanakan beberapa langkah untuk mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan.


(1)

12. Saya menerapkan semuanya, baik komunikasi verbal maupun non verbal karena komunikasi ini dapat membantu pemahaman penerima pada pesan yang saya sampaikan.

13. Semua garis komunikasi (vertikal, horizonatal, diagonal) ada di dalam organisasi sekolah ini, walaupun tidak secara nyata digambarkan dalam struktur tetapi pelaksanaannya menggunakan sistem departemen.

14. Karena di dalam struktur tidak terdapat garis komunikasi, maka para anggota organisasi melaksanakan komunikasi formal menggunakan sistem departemen.

15. Sebelum melakukan evaluasi biasanya saya melakukan monitoring kegiatan yang dilaksanakan walaupun memang kegiatan monitoring belum intensif, misalkan pada kegitan Ujuan Nasional (UN) dan saya melakukan evaluasi kegiatan setiap tahun satu sampai dua kali, kecuali para panitia pelaksana kegiatan, setiap selesai acara selalu ada evaluasi. Biasanya saya melakukan evaluasi program yang saya komunikasikan sebelumnya berada di luar sekolah bersama-sama dengan anggota organisasi.

Jakarta, 24 Mei 2010

Interviewer Interviewee


(2)

ANGKET STRATEGI KOMUNIKASI ORGANISASI

A. Keterangan

1. Angket ini dibuat hanya untuk keperluan karya ilmiah semata.

2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih salah satu dan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan perasaan dan pengalaman Bapak/Ibu anggota organisasi sekolah. Alternatif jawaban: Selalu, Sering, Kadang-kadang atau Tidak Pernah.

3. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu sebagai anggota organisasi sekolah.

B. Pernyataan-Pernyataan.

1. Kepala sekolah melakukan komunikasi kepada bawahannya dengan intensif.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

2. Kepala sekolah menginstruksikan tugas secara langsung kepada yang bersangkutan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

3. Kepala sekolah melakukan monitoring saat pelaksanaan program.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

4. Kepala sekolah melakukan komunikasi ke bawah jika terdapat perubahan kebijakan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

5. Kepala sekolah menyampaikan informasi kepada bawahannya jelas dan mudah dipahami.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

6. Kepala sekolah dalam mengambil keputusan melakukan musyawarah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

7. Saya mengkomunikasikan masalah pekerjaan yang belum dipecahkan dengan atasan.


(3)

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah 8. Saya suka memberikan opini/solusi kepada atasan untuk kemajuan

organisasi.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

9. Saya melaporkan hasil tugas, langsung menghadap kepala sekolah.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

10. Saya memperhatikan intonasi dan gerak tubuh dalam berberbicara.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

11. Saya melakukan komunikasi dengan sesama guru.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

12. Saya memperoleh informasi setiap komunikasi dengan sesama guru. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

13. Saya menyeleksi setiap pesan yang masuk.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

14. Saya melihat koordinasi terjalin antara pimpinan/anggota departemen. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

15. Saya melihat kerja sama terjalin antar departemen dalam organisasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

16. Saya suka melakukan komunikasi dengan teman yang berbeda tingkat kedudukannya.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

17. Saya suka meminta bantuan pekerjaan dengan teman yang berbeda tingkat kedudukan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah 18. Dalam rapat, saya menghargai perbedaan pendapat orang lain.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

19. Saya menemukan persamaan persepsi saat komunikasi dengan staf. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah


(4)

20. Kepala sekolah dalam menyampaikan informasi umum, menggunakan media rapat.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

21. Saya melakukan komunikasi ke atas menggunakan media tertulis.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

22. Saya medapatkan informasi menyamping melalui media konferensi, a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

23. Saya medapatkan informasi menyamping melalui papan pengumuman. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

24. Saya menjadikan struktur organisasi sebagai strategi dalam komunikasi internal.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

25. Saya malaksanakan komunikasi sesuai struktur organisasi.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

26. Kepala sekolah menyampaikan informasi umum sesuai struktur organsasi. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

27. Saya memberikan umpan balik saat melakukan komunikasi.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

28. Saya mendapatkan gagasan baru saat terjadi umpan balik.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

29. Saya melakukan tindak lanjut pesan yang dianggap penting.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak Pernah

30. Kepala sekolah melakukan evaluasi setelah program disampaikan dan direalisasikan.


(5)

Data pimpinan, wakil dan staf/Pegawai di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat

No Nama Jabatan

1 Drs. H. masir Dikdasmen/Komite 2 Mahrudin, S.E. Kepala Sekolah 3 Drs. Sayuti Sutrisna PKS Bid. Kurikulum 4 Drs. Sobari PKS Bid. Kesiswaan 5 Drs. H. Ahmad Mulyadi PKS Bid. Ismuba 6 Aslih Rosi Kepala Tata Usaha 7 H. M. Musa Noor Sarana-Prasarana 8 Rosmaida Tumanggor Bendahara 9 Moch Fachri Farid Administrasi

10 Yulia Yasin Piket

11 Saikin Kebersihan

12 Nur Edi Kebersihan


(6)

Data Guru-guru di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa Ciputat

No. Nama Bid. Study Keterangan

1 Drs. Sayuti Sutrisna IPS Honor/GTY

2 Drs. H. Ahmad Mulyadi IPS Honor/GTY

3 Amir Mahmud, S.Pd. PPKN Honor/GTY

4 Hj. Ina Sunarsih, S.Pd. B. Indonesia DPK

5 Hj. Latifah, S.Pd. Pend. Agama DPK

6 Kamaludin Rais Komputer Honor

7 Diana Dewi, S.Pd. B. inggris DPK

8 Drs. Bustomi B. Arab Honor/PNS

9 Didah Nuriyatin, S.Pd B. Inggris Honor

10 Nurdin Abdullah, BA. IPA Honor

11 Tatang Setiawan, S.Pd. Matematika Honor

12 H. Adam Suyatmo, S.T. IPA Honor

13 Noor Mu’zizah s.Pd. Conversation Honor

14 Rosmawati T, S.Pd. B. Indonesia Honor/PNS

15 Nurida Sihotang, S.Pd. Pend. Agama Honor

16 Syarifah S.Pd. B. Inggris Honor/PNS

17 Sohril Penjas Honor/PNS

18 Dra. Nur Syafa’ah B. Indonesia Honor/PNS

19 Hamdi Ramawi, S.Pd Matematika Honor

20 Maryadi, S.E. KKM Honor

21 Amran Syahid IPA Honor/PNS

22 Sholihin Kertakes Honor

23 Edy Setiawan IPS Honor

24 Elfardas Penjas Honor