Delisting dan Hakikat Bursa Efek

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR PUBLIK DALAM

PENGHAPUSAN PENCATATAN DELISTING SAHAM PADA KEGIATAN PASAR MODAL INDONESIA

A. Delisting dan Hakikat Bursa Efek

Masalah delisting banyak mendapat liputan dan bahasan oleh media massa. Delisting adalah dikeluarkannya saham dari daftar saham di Bursa Efek. Dengan sendirinya saham yang bersangkutan tidak diperdagangkan lagi di Bursa Efek. Pada umumnya dikatakan bahwa alasan utama dari delisting adalah tidak likuidnya efek yang bersangkutan. Artinya, frekuensi perdagangan dari efek yang bersangkutan sangat minimal. Gejala ini juga dikenal dengan istilah saham tidur. Tidak ditelaah lebih lanjut apa sebab saham tidur. 110 Kebanyakan orang yang berbicara dan diliput oleh media massa, termasuk para petinggi Bapepam dan Bursa Efek Jakarta BEJ maupun Bursa Efek Surabaya BES yang sekarang ini digabung menjdi BEI setuju bahwa saham harus di-delist kalau tidak likuid. Bursa Efek adalah sarana untuk jual beli saham, yang dibuat demikian rupa, sehingga para pemodal kecil dapat membelinya, dan dengan demikian ikut memiliki perusahaan. Dalam hal obligasi, para pemodal kecil itu juga supaya dapat ikut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang obligasinya dipilih. Stock exchange is 110 Graham Bannock, R. E. Baxter, dan Evan Davis, Op. Cit., hal. 368 Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 a market in which securities are bought and sold. Yang artinya adalah pasar bursa saham yaitu suatu pasar di mana surat-surat berharga dibeli dan dijual. 111 Masalah likuiditas tidak terpikirkan oleh para penggagas Bursa Efek. Mula- mula perusahaan memperluas usahanya dengan modal yang berasal dari laba ditahan. Dalam pertumbuhannya, kesempatan bisnis yang muncul membutuhkan modal ekuiti yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh pengusaha. Maka dia menarik orang lain untuk berpartisipasi dalam modal ekuiti. Partisipasi para pemilik modal ekuiti selalu terjadi langsung antara pemilik modal dan pengusaha yang menariknya sebagai partner usaha. Jelas bahwa banyak hambatannya. Antara pengusaha dan pemodal yang hendak ditarik olehnya sebagai partner harus saling percaya, dan saling mempunyai keyakinan bahwa mereka akan cocok untuk bekerja sama sebagai partner. Daya kreasi dan daya inovasi manusia akhirnya menemukan sarana dengan cara membuat bukti kepemilikan dalam bentuk saham-saham dengan denominasi yang kecil. Setelah itu didirikanlah tempat bertemunya para pembeli saham dan emiten yang menjual sahamnya. Hakikat investor membeli saham ketika itu adalah ikut serta dalam memiliki perusahaan, yang maksudnya adalah menikmati laba perusahaan dengan cara menerima dividen secara teratur. Dengan membuat 111 Ibid. Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 saham berdenominasi kecil, banyak orang dapat dilibatkan ikut serta dalam kepemilikan perusahaan. 112 Tahap berikutnya adalah alangkah baiknya kalau yang memiliki saham itu dapat menjual sahamnya dengan mudah dalam hal dia membutuhkan uang tunai. Maka saham-saham itu dibuat atas unjuk atau aan toonder, sehingga siapa saja yang memiliki dan dapat menunjukkan kepemilikannya atas saham dengan sendirinya adalah pemilik perusahaan. Yang primer adalah kepemilikan perusahaannya. Artinya, yang primer adalah keterlibatan sebagai pemilik yang akan menikmati deviden. Devidends is one basic reason for an investor to purchase the shares of a corporation. Or a distribution of cash or stock is ussualy referred to as a dividend. Devidends adalah satu alasan dasar untuk suatu investor untuk membeli saham dari suatu korporasi. Atau suatu distribusi tunai atau bursa biasanya dikenal sebagai suatu deviden. 113 Penentuan harga saham tidak dapat hanya didasarkan atas nilai bukunya saja, karena perusahaan mempunyai goodwill, yaitu kemampuannya membuat laba di masa mendatang. Maksud perusahaan didirikan adalah untuk selama-lamanya atau perpetual. Nilai kontan dari proyeksi laba yang perpetual ini yang ikut menentukan harga saham. Pemilik saham yang ingin menjual mempunyai harga yang menurutnya 112 Dikutip dari http:www.hamline.eduapakabarbasisdata1997040738.html, Op. Cit., hal.6 113 Robert W. Emerson, Op. Cit., hal. 276 Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 pantas, dan hanya dengan harga ini sebagai minimumnya dia bersedia menjual sahamnya. Pembeli juga mempunyai penilaiannya sendiri, yang hanya atas dasar harga ini sebagai maksimumnya dia bersedia membeli saham yang bersangkutan. Terjadilah interaksi antara permintaan dan penawaran, sehingga terbentuklah transaksi dan harga. Dengan demikian harga yang terbentuk pada setiap transaksi bisa naik turun. Harga yang naik turun ini menarik orang untuk berspekulasi. Lahirlah golongan spekulan, yang maksudnya berjual beli saham adalah untuk menikmati capital gain dengan berani mengambil risiko menderita capital loss. 114 Jadi membeli saham dengan maksud memiliki untuk selama-lamanya, secara fundamental berbeda dengan membeli saham dengan maksud dijual segera setelah harganya naik. Yang pertama lebih bersifat investasi, sedangkan yang kedua bersifat spekulasi. Maka ada yang berpendapat, bahwa spekulasi atau berjual beli saham untuk mengejar capital gain adalah penyimpangan, atau ekses yang tidak dapat dihindarkan dari tujuan semula, yaitu memberi kesempatan kepada pemodal kecil yang anonim untuk ikut serta dalam kepemilikan perusahaan. Juga memberi kesempatan kepadanya untuk dapat mencairkan uangnya lagi dengan mudah kalau dia membutuhkan uang. Likuiditas saham penting, tetapi sebatas 114 Dikutip dari http:www.hamline.eduapakabarbasisdata1997040738.html, Op. Cit., hal. 8 Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 kebutuhan mereka yang benar-benar terjepit membutuhkan uang, supaya dapat menjual sahamnya dengan cukup lancar. Bagaimana bisa menjaga atau meningkatkan likuiditas Bursa Efek kalau tidak ada kelompok manusia yang selalu akan bersedia membeli dan menjual saham asalkan harganya cocok baginya. Kelompok manusia ini muncul dengan sendirinya, karena mereka tidak bermaksud ikut memiliki perusahaan, melainkan ingin berjudi karena harga saham yang naik turun. Mereka adalah para spekulan profesional. Karena dianggap ekses, maka banyak yang risau ketika ekses ini menjadi dominan. Antara lain adalah Prof. Louis Loewenstein yang mengemukakan kerisauannya di dalam bukunya yang berjudul What is Wrong with Wall Street. Sebuah LSM berkedudukan di Swiss yang bernama Fondation pour le progres de lHomme juga menunjukkan kerisauannya dalam publikasinya yang berjudul Financial Markets : Impossible Mission. 115 Mereka merisaukan bahwa dominasi dan ulah para spekulan sudah demikian kebablasannya, sehingga spekulasi mempunyai kehidupan sendiri yang terlepas sama sekali dari isi dan kondisi dari perusahaan-perusahaan yang diwakili oleh saham-saham yang diperdagangkan. Louis Loewenstein mengatakan, perusahaan itu setiap harinya membuat laba secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit. Juga tidak diketahui berapa rugilaba setiap harinya. Tetapi beberapa kali 115 Ibid Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 sehari, sahamnya ditransaksikan dengan gaduh dan gegap gempita beserta fluktuasi harganya yang riuh rendah. 116 Mungkinkah bahwa saham yang dimiliki secara merata oleh ratusan ribu investor itu tidur, karena kinerjanya terlampau bagus, sehingga pemiliknya yang ratusan ribu itu merasa sayang menjualnya. Mereka mempertahankan kepemilikannya, karena dividen yang diterimanya secara teratur setiap tahunnya memberi return yang sangat memuaskan baginya. Justru saham yang demikian ini harus di-delist dari Bursa Efek. Likuiditas Bursa Efek memang sangat penting, tetapi sebenarnya adalah peyimpangan dari tujuan semula dari Bursa Efek. Likuiditas tidak akan besar kalau Bursa Efek tidak dihuni oleh banyak spekulan. Namun dominasi dan ulah para spekulan sudah demikian kebablasan, sehingga membuat pusing banyak ahli tanpa mengetahui bagaimana solusinya. 117 Mungkinkah perusahaan yang tidak ada kecuali di atas kertas mempunyai harga di Bursa Efek. Dan mungkinkah perusahaan kertas yang demikian ini saham-sahamnya diperdagangkan secara intensif sehingga sangat likuid. Hal tersebut sangat mungkin. Skandal seperti ini pernah terjadi di Kanada dan AS melalui perusahaan reksa dana International Overseas Sevices, yang merugikan cukup banyak investor Indonesia. 116 Ibid. 117 Ibid., hal. 9 Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 Jadi likuiditas sebagai hasil dari spekulasi intensif karena permainan naik turunnya harga adalah ekses dari Bursa Efek, tetapi ternyata ada gunanya. Maka kita manfaatkan. Tetapi tidak berarti bahwa kita lantas melupakan sama sekali hakikat Bursa Efek, dan lalu menjadikan likuiditas sebuah supremasi yang begitu mutlaknya, sehingga yang kurang likuid harus di-delist, dan emiten harus merekayasa membuat sahamnya likuid, dan sebagainya. 118 Sepanjang yang dapat penulis amati, tidak benar bahwa di luar negeri dan di negara-negara yang sudah maju, saham yang tidur di-delist. Banyak sekali saham yang sangat bagus dan tidur. Di sana istilahnya mutiara yang terpendam. Ini adalah makanan para analis yang sangat ahli, yang membelinya saham didasarkan atas analisa fundamental. Seseorang bisa menjadi milyuner, karena dia melakukan analisa perusahaan- perusahaan yang tidak likuid, yang biasanya juga undervalued. Lantas dia menghitung, kalau dia membeli saham yang bersangkutan dengan harga yang berlaku apakah deviden yang dia peroleh memadai? Tentu diteliti, apakah selama bertahun- tahun labanya stabil, dan apakah perilaku manajemen konsisten dalam membagi dividen. Cukup banyak yang memberikan return yang tinggi dari dividennya saja. Saham-saham yang demikian itu justru saham yang tidur, karena terpendam. Dengan membeli dan menahan saham yang demikian, investor tidak gugup kalau harga saham tidak naik atau bahkan jatuh. Dengan harga yang dia bayar, dia setiap 118 Ibid., hal. 10-12 Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 tahunnya sudah mendapat return yang sesuai dengan harapannya. Saham yang demikian itu adalah mutiara yang pada suatu hari akan dikenali dan ditemukan orang. Perdagangan akan menjadi ramai, dan harganya akan melonjak-lonjak. Guru besar saya menekuni saham-saham tidur yang seperti ini, dan setiap kali dia memperoleh kelebihan nilaiharga jual diatas nilaiharga beli yang biasa disebut dengan capital gain setelah sekian lamanya menikmati return yang memadai dari deviden yang diterimanya secara langgeng. Di Indonesia tidak boleh ada saham- saham yang demikian, karena akan di-delist semuanya. Bukankah ini sangat tragis, dan penjelmaan dari ketidakmengertian hakikat Bursa Efek. 119 Penulis setuju delisting kalau perusahaan sudah bangkrut. Kebangkrutannya diumumkan dengan melampirkan laporan keuangan. Lalu di-delist, supaya tidak ada yang terjerumus pada pembelian perusahaan kertas. Perusahaan yang sudah bangkrut, tetapi tidak diketahui oleh investor publik masih bisa likuid, harganya naik turun, sehingga melibatkan para pemain naik turunnya harga ketimbang melihat isi dan kondisi perusahaan. Dengan modal yang tidak terlampau besar kita bisa saja merekayasa transaksi sampai sahamnya likuid dan harganya berfluktuasi. Rekayasa semu seperti ini 119 Ibid. Mukhti : Perlindungan Hukum Bagi Investor Publik Dalam Penghapusan Pencatatan Delisting Saham Pada..., 2008 USU e-Repository © 2008 dianjurkan supaya dilakukan oleh emiten. Dikatakan bahwa emiten harus membuat sahamnya likuid. 120

B. Peluang dan Risiko Investasi Saham