yang sejajar akan memungkinkan DPRD Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi tawar menawar yang sama kuat dengan pemerintah. Dengan demikian, kesejajaran
posisi tersebutlah, maka tugas DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam mengawasi jalannya pemerintahan diharapkan dapat berjalan dengan baik.
4.8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Latar Belakang Pekerjaan, Pengalaman Politik dan Orientasi Politik
Dalam bagian ini akan dikaji beberapa hubungan antara tingkat pendidikan, latar belakang pekerjaan, pengalaman politik, dan orientasi yang dimiliki anggota
DPRD Provinsi Sumatera Utara melalui penyajian tabel-tabel silang.
4.8.1. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Orientasi Politik
Tabel 26. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Intensitas Mengurusi Masalah- Masalah Provinsi
Tingkat Pendidikan Intensitas
Mengurusi Masalah Provinsi
SLTA N
Akademi N
S1 N
S2 N
Total Rendah 1
100,00 0,00
1 5,88
0,00 2
9,09 Sedang 0
0,00 0,00
6 35,29
1 25,00
7 31,82
Tinggi 0 0,00
0,00 10
58,83 3
75,00 13
59,09 J u m l a h
1 100,00
0,00 17
100,00 4
100,00 22
100,00 Sumber: Kuesioner penelitian jawaban pertanyaan no. 7a dan 32b, 2006
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
Dari Tabel 26 terlihat bahwa perhatian anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara terhadap masalah-masalah yang berlingkup provinsi cukup tinggi. Tanpa
memandang tingkat pendidikannya, 13 anggota DPRD atau 59,09 mengaku 80 – 100 perhatiannya ditujukan untuk mengurusi masalah-masalah provinsi. Sedangkan
7 anggota DPRD atau 31,82 mengaku 40 – 60 perhatiannya ditujukan untuk mengurusi masalah-masalah nasional. Ini berarti, kelompok kedua, yakni 31, 82
mempunyai perhatian yang seimbang terhadap masalah provinsi dan kabupatenkota maupun masalah nasional. Hanya 2 anggota DPRD atau 9,09 yang mengaku
mempunyai perhatian yang rendah terhadap masalah-masalah provinsi dan lebih memperhatikan masalah-masalah di tingkat nasional atau kabupatenkota. Hal ini
dikarenakan, pada waktu-waktu tersebut daerah pemilihan anggota yang bersangkutan sedang menghadapi banyak masalah yang membutuhkan perhatian dan
keterlibatan mereka. Bila dilihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan orientasi anggota
DPRD terhadap kepentingan provinsi, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata pendidikan tidak sangat signifikan berhubungan dengan orientasi anggota
DPRD terhadap bangsa terutama di provinsi. Kalau kita lihat ternyata 1 orang setingkat sarjana S1 yang rendah orientasi kepentingan provinsi. Hampir mayoritas
yang berpendidikan sarjana S1, S2, S3 yang berorientasi ke kepentingan provinsi. Hanya, 1 orang yang berpendidikan SLTA yang rendah orientasi kepentingan
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
provinsi. Ini menunjukkan bahwa tidak begitu signifikan hubungan antara pendidikan dengan orientasi mereka terhadap kepentingan provinsi.
Tabel 27. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Kemandirian dalam Bertindak
Tingkat Pendidikan Pendapat tentang
Tindakan Harus Seizin Organisasi
Induk SLTA
N Akademi
N S1
N S2
N Total
Setuju 0 00,00
0,00 6
35,29 1
25,00 7
31,82 Kurang Setuju
1 100,00
0,00 10
58,82 1
25,00 12
54,55 Tidak Setuju
0,00 0,00
1 5,88
2 50,00
3 13,63
J u m l a h 1
100,00 0,00
17 100,00
4 100,00
22 100,00
Sumber: Kuesioner penelitian jawaban pertanyaan no. 7a dan 46, 2006 Dari Tabel 27 tersebut terlihat bahwa 7 anggota dari 22 orang yang menjadi
sampel atau 31,82 mengatakan bahwa segala tindakan atau manuver-manuver politik yang mereka lakukan harus diketahui dan seizin organisasi induknya, baik itu
fraksi maupun DPDDPW. Ini menunjukkan bahwa cukup besar anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara
yang kurang berani melakukan tindakan-tindakan kreatif dalam menjalankan tugas- tugas mereka. Ketergantungan mereka atas “restu” dan izin fraksi maupun
DPDDPW cukup tinggi. Sedangkan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara yang mengaku kurang setuju bila semua tindakan atau pernyataan-pernyataan baik sidang-
sidang maupun di media masa harus seizin organisasi induknya sejumlah 12 anggota
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
atau 54,55. Hanya 3 atau 13,63 yang mengaku aktivitas-aktivitasnya tidak perlu seizin organisasi induknya.
Bila persepsi ini dihubungkan dengan tingkat pendidikan mereka, maka terlihat bahwa terdapat hubungan, walaupun relatif kecil atau rendah antara tingkat
pendidikan mereka dengan persepsi kemandirian mereka. Seperti terlihat di kelompok berpendidikan SLTA menyatakan kurang setuju atas izin yang diberikan oleh
organisasi induknya. Di antara kelompok yang berpendidikan sarjana, S1 misalnya, 6 anggota atau
35,29 menyatakan harus seizin organisasi induknya, sedangkan 10 anggota atau 58,82 menyatakan kurang setuju dan bahkan 1 anggota atau 5,88 mengatakan tidak
perlu izin. Untuk yang berpendidikan S2 2 orang atau 50,00 yang menyatakan tidak setuju atas izin dari induk organisasi. Artinya, bahwa di kelompok sarjana, terdapat
tingkat kemandirian yang lebih tinggi dibanding kelompok yang berpendidikan SMA. Betatapun perbedaan angka tersebut tidak begitu besar, namun keadaan ini
menunjukkan bahwa asumsi yang mengatakan seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih bebas dalam bertindak, mendekati kebenaran.
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
Tabel 28. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pendapat Bahwa Tugas Anggota DPRD Harus Sejalan dengan Organisasi Induknya
Tingkat Pendidikan Tindakan Harus
Sejalan dengan Organisasi Induk
SLTA N
Akademi N
S1 N
S2 N
Total Setuju 1
100,00 0,00
14 82,35
3 75,00
18 81,82
Kurang Setuju 00,00
0,00 3
17,65 1
25,00 4
18,18 Tidak Setuju
0,00 0,00
0,00 00,00
0,00 J u m l a h
1 100,00
0,00 17
100,00 4
100,00 22
100,00 Sumber: Kuesioner penelitian jawaban pertanyaan no. 7a dan 48, 2006
Tabel 28 tersebut masih berhubungan dengan Tabel 27 setelah mengetahui
persepsi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara mengenai izin atau tidak dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, maka persepsi tersebut perlu dipertegas dengan
persepsi mereka terhadap kebijakan organisasi. Dalam Tabel 5.21, maka akan terlihat terjadi pergeseran persepsi. Dari 18 anggota DPRD atau 81,82 mengatakan bahwa
semua tindakan-tindakan harus sejalan dengan garis kebijakan induk organisasi. Pergeserannya adalah dari 15 anggota yang menyatakan kurang setuju dan
tidak setuju bahwa tindakannya tidak perlu seizin organisasi induk lihat Tabel 5.20, ternyata hanya 4 anggota yang menyatakan bahwa tindakan tersebut kurang setuju
agar sejalan dengan kebijakan induk organisasinya. Artinya, ada 11 anggota berpendapat bahwa betapapun tidak perlu izin induk organisasi, namun tindakan-
tindakan mereka harus sejalan dengan organisasi induknya.
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
Bila dibandingkan antara kelompok berpendidikan SLTA yang 1 anggota atau 100, dengan yang berpendidikan sarjana atau pascasarjana, maka akan tampak
perbedaan sebagai berikut. Kelompok SLTA menyatakan bahwa semua tindakannya harus seizin organisasi induknya. Sedangkan kelompok yang berpendidikan sarjana,
ada 3 anggota dari 17 anggota atau 17,65 yang mengatakan bahwa tindakan- tindakan mereka tidak perlu sejalan dengan organisasi induk, sedangkan yang setuju
ada 14 anggota atau 82,35. Bagi yang berpendidikan pascasarjana ada 3 anggota atau 75,00 yang menyatakan harus sejalan dengan organisasi induk dan 1 anggota
atau 25,00 yang menyatakan kurang setuju dengan itu. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi antara kelompok berpendidikan SLTA dengan sarjana dan
pascasarjana. Tabel 29. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pendapat tentang Fungsi
Utama DPRD Tingkat Pendidikan
Pendapat tentang Fungsi Utama
DPRD SLTA
N Akademi
N S1
N S2
N Total
Mitra Pemerintah 00,00
0,00 7
41,18 2
50,00 9
40,90 Pengawas
Pemerintah 1
100,00 0,00
10 58,82
2 50,00
13 59,10
J u m l a h 1
100,00 0,00
17 100,00
4 100,00
22 100,00
Sumber: Kuesioner penelitian pertanyaan no. 7a dan 57, 2006
Dari Tabel 29 terlihat bahwa 13 anggota DPRD atau 59,10 mengatakan bahwa fungsi utama DPRD adalah pengawas pemerintah. Posisi pengawas mengandaikan
hubungan antara 2 lembaga tersebut berjarak. Sedangkan sebagai mitra
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
mengandaikan bahwa hubungan tersebut seharusnya serasi. Terdapat 9 anggota atau 40,90 mengatakan bahwa fungsi utama DPRD adalah sebagai mitra pemerintah.
Bila pandangan ini dihubungkan dengan tingkat pendidikan anggota DPRD maka akan terlihat bahwa responden yang berpendidikan SLTA berpendapat bahwa
fungsi utama DPRD adalah sebagai pengawas pemerintah. Sedangkan kelompok berpendidikan sarjana yang berpendapat bahwa DPRD Provinsi Sumatera Utara
sebagai mitra pemerintah sejumlah 7 orang atau 41,18. Sedangkan 10 anggota atau 58,82 mengatakan bahwa anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara adalah
pengawas pemerintah. Untuk kelompok pascasarjana yang berpendapat anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara adalah mitra pemerintah sebanyak 2 anggota atau
50,00 dan angka yang sama juga menyatakan pengawas pemerintah. Di sini letak perbedaan antara kelompok SLTA, sarjana dan pascasarjana.
Namun, dari sisi hubungan pendidikan dengan persepsi mereka tentang fungsi utama DPRD, maka akan kelihatan kurang konsisten.
Isfan F. Fachruddin: Studi Perwakilan Politik Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Periode 2004-2009. USU e-Repository © 2008.
4.8.2. Hubungan Pengalaman Politik dan Orientasi Politik