HIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS

Pasien-pasien yang menjalani hemodialisis reguluer sering bersamaan dengan hipertensi yang mengakibatkan pembesaran jantung kiri LVH. Salah satu faktor penyebab tersering keadaan tersebut adalah kelebihan volume cairan tubuh disamping penyebab lain seperti kelebihan garam ataupun hyperkinetic flow yang disebabkan anemia. 4 Dalam keadaan normal ginjal berperanan penting dalam mempertahankan keseimbangan volume cairan tubuh intra dan ekstraseluler tetap konstan agar sel berfungsi adekuat. Keseimbangan ini dipertahankan dengan mengatur ekskresi urin dan elektrolit sesuai dengan jumlah masukan dan produksi endogen tubuh. 3 Dalam konsep pressure-natriuresis, Guyton mengajukan pendapatnya mengenai dominannya peran fungsi ekskresi-volume ginjal dalam mengatur tekanan darah. Manusia pada umumnya mempunyai masukan garam, air, dan seluruh komponen cairan ekstra-selular. Bila tekanan darah meningkat maka pengeluaran akan melebihi masukan, dan volume cairan tubuh menurun sehingga tekanan darah kembali pada nilai awal. Bila tekanan ini di bawah nilai awal tersebut maka pengeluaran menurun sehingga pemasukan melebihi pengeluaran, dan tekanan darah meningkat lagi kenilai awal ataupun nilai imbang. Kemampuan mekanisme ginjal untuk mengembalikan tekanan darah ke Wika Hanida Lubis : Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hemodialisis Reguler, 2009 USU Repository © 2008 nilai imbang berjalan secara dinamik diantara pemasukan dan pengeluaran, dan merupakan ciri sistem kendali tekanan darah. Keadaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti neurohumoral, genetik dan kelainan ginjal yang mempengaruhi kemampuannya untuk mengeluarkan cairan dan garam. 11, 12,13 Terjadinya hipertensi disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal mengeluarkan jumlah cairan dan garam yang cukup dengan tekanan darah yang normal. Akibatnya adalah penumpukan cairan yang membuat tekanan darah meningkat. 4 Pada penderita penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan irreversibel sehingga sering terjadi keadaan kelebihan volume cairan tubuh oleh karena produksi urin yang berkurang. Sementara selama proses hemodialisis terjadi penarikan cairan sebanyak 1-4 liter cairan selama 4 jam. Oleh karena itu kepatuhan pasien dan efisiensi hemodialisis sangat dibutuhkan untuk mencegah keadaan kelebihan volume cairan tubuh. 5 Hipertensi dan penyakit ginjal kronik memiliki kaitan yang erat. Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal, sebaliknya penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi atau ikut berperan pada hipertensi melalui mekanisme retensi natrium dan air, pengaruh vasopresor dari sistem renin-angiotensin, dan mungkin pula melalui defisiensi prostaglandin. 4,7 Meskipun telah diketahui kelebihan volume cairan tubuh merupakan faktor utama terjadinya hipertensi dan LVH pada pasien yang menjalani hemodialisis reguler, penentuan status volume cairan tubuh pasien HD sering tidak adekuat Wika Hanida Lubis : Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hemodialisis Reguler, 2009 USU Repository © 2008 sehingga dibutuhkan metode lain selain penilaian klinis untuk menilai kelebihan volume cairan. 4 Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 mlmnt1,73 m 2. 3 Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju fitrasi yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik kedalam lima stadium. Stadium 1 dengan laju filtrsi glomerulus ≥ 90 mlmnt adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 dengan laju filtrasi glomerulus 60-89 mlmnt, kerusakan ginjal dengan penurunan ringan fungsi ginjal, stadium 3 dengan laju filtrasi glomerulus 30-59 mlmn,t kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal, stadium 4 dengan laju filtrasi glomerulus 15-29 mlmnt, kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 dengan laju filtrasi glomerulus ≤ 15 mlmnt adalah gagal ginjal. Pada stadium 5 penyakit ginjal kronik umumnya sudah membutuhkan tindakan terapi pengganti berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau tranplantasi ginjal. 14-16 Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure JNC 7 Tekanan darah diklasifikasikan atas: 15 Wika Hanida Lubis : Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien Hemodialisis Reguler, 2009 USU Repository © 2008 Tabel I. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC 7 Klasifikasi Tekanan Darah TDS mmHg TDD mmHg Normal 120 dan 80 Prahipertensi 120-139 atau 80-89 Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99 Hipertensi derajat 2 ≥ 160 atau ≥ 100 TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik Dalam proses hemodialisis, dua mekanisme yaitu difusi dan ultrafiltrasi digunakan untuk penyesuaian elektrolit dalam darah dan pengeluaran cairan tubuh dari cairan intravaskular, dan beberapa penelitian menemukan kontrol yang ketat antara asupan natrium dan ultrafiltrasi yang adekuat saat hemodialisis menyebabkan penurunan tekanan darah dan kebutuhan obat antihipertensi. 4

2.2. Cairan Tubuh

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Triceps Skinfold Thickness dengan Phase Angle yang Diukur dengan Bio Impedence Analysis sebagai Prediksi Mortalitas pada Pasien-Pasien Penyakit Ginjal Kronis dengan Hemodialisis regular

1 70 68

Hubungan Antara Lingkar Lengan Atas Dengan Phase Angle Sebagai Penanda Kualitas Hidup Yang Diukur Menggunakan Bio Electrical Impedance Analysis Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Reguler

0 61 77

Hubungan Antara Parameter Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis Dengan Kualitas Hidup Yang Diukur Dengan Sf-36 Pada Pasien Hemodialisis Reguler

1 62 79

Hubungan Antara Parameter Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bioelectrical Impedance Analysis Dan Kualitas Hidup Yang Dinilai Dengan SF-36 Pada Pasien Hemodialis Reguler

1 34 63

Hubungan Antara Parameter Volume Cairan Tubuh Yang Diukur Dengan Bio Impedance Analysis (BIA)Dengan Kualitas Hidup Yang Diukur Dengan Short Form -36 (Sf-36) Pada Pasien Gagal Jantung Nyha I Dan Ii

0 42 71

Hubungan Kombinasi Hemodialisis Hemoperfusi Dengan Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bia (Bioelectrical Impedance Analysis) Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 22

Hubungan Kombinasi Hemodialisis Hemoperfusi Dengan Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bia (Bioelectrical Impedance Analysis) Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 2

Hubungan Kombinasi Hemodialisis Hemoperfusi Dengan Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bia (Bioelectrical Impedance Analysis) Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 4

Hubungan Kombinasi Hemodialisis Hemoperfusi Dengan Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bia (Bioelectrical Impedance Analysis) Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 17

Hubungan Kombinasi Hemodialisis Hemoperfusi Dengan Status Nutrisi Yang Diukur Dengan Bia (Bioelectrical Impedance Analysis) Pada Pasien Hemodialisis Reguler

0 0 3