26
2.6. Kurikulum Dokter Muslim FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Yang menjadi pembeda antara pendidikan dokter di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan pendidikan dokter di fakultas kedokteran lainnya
adalah terdapatnya kurikulum Dokter Muslim yang diaplikasikan kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dokter muslim adalah dokter yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pendalaman ilmu kedokteran dan mampu mengintegrasikan seluruh proses
aplikasi keilmuannya dengan didasarkan pada prinsip akidah, syariah dan akhlak sehingga atas kesadaran diri sebagai seorang muslim, mampu memaknai profesi
dokter sebagai ibadah sedangkan nilai dan ajaran Islam diwujudkan dalam perilaku dan akhlak islami pada kehidupan sehari-hari.
13
Standar Kompetensi Dokter Muslim SKDM 2.6.1. Area Kompetensi
Area kompetensi dokter muslim meliputi: 1. Akidah
Adalah keyakinan iman yang kokoh kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab- kitab, Rasul, Hari Kemudian serta Qada dan Qadar yang disimpulkan dalam
tiga bidang pengetahuan terhadap dasar keimanan ma’rifat al mabda’,
perantara ma’rifat al wositoh dan hari kemudian ma’rifat al sam’iyata
ma’ad. 2. Syariah
Adalah jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang kemudian lebih popular disebut fiqh dan selanjutnya kemudia dijabarkan dalam empat bidang yaitu
ibadat, mu’amalat, munakahat dan jinayat. 3. Akhlak
Adalah tuntutan bagi seorang muslim dalam berhubungan kepada Allah, dirinya, manusia dan seluruh alam semesta. Setiap muslim hendaklah
melakukan perilaku terpuji Akhlaq al mahmudah dan meninggalkan perilaku tercela aklaq al mazmumah.
27
Area kompetensi SKDM tersebut dalam penjabarannya terintegrasi dalam tujuh area kompetensi dokter yang tertuang dalam SKDI seperti yang tercantum
diatas. Area akidah dalam SKDM terintegrasi dalam penjabaran tujuh kompetensi SKDI yang berkenaan dengan potensi manusia, area syariah akan berkaitan
dengan aspek hukum sedangkan persoalan etika dokter diintegrasikan dengan area akhlak SKDM.
13
2.6.2. Komponen Kompetensi Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya menurut konsep ukhuwah
dalam Islam: mengucapkan “Assalamu’alaikum”, menyapa dengan ramah,
bersikap empati terhadap beban psikologis keluarga, ikut memikirkan serta memberikan jalan keluar terhadap persoalan baik finansial maupun meningkatkan
rasa kesabaran mereka. 1. Berkomunikasi dengan sejawat sebagai sesma yang berfungsi sebagai
khilafah: mengembangkan semangat persaudaraan, saling menolong, memberi saran, belajar.
2. Berkomunikasi dengan masyarakat menurut kelompok agamanya: sesama muslim ukhuwah Islamiyah, sesama warga bangsa ukhuwah watoniah
dan sebagai sesama umat manusia ukhuwah basyariah. 3. Berkomunikasi dengan profesi lain dengan cara saling menolong
ta’awun, saling belajar kelebihan dari orang lain.
13
2.6.3. Penjabaran Kompetensi - Kompetensi inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain
dengan didasarkan pada siddiq, amanah, tabligh dan fathanah. - Lulusan dokter muslim mampu:
Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya. 1.
Bersambung rasa dengan pasien dan keluaganya. -
Mengucapkan “Assalamu’alaikum” atau menjawab ucapan salam pasien dan keluarganya,
28
- Memberikan
situasi yang
nyaman bagi
pasien dengan
menggunakan pendekatan melalui bahasa-bahasa Islam, -
Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya yang dilakukan secara tulus, ikhlas dan amanah,
- Mendengarkan dengan aktif penuh perhatian dan memberi waktu
yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien melalui sikap yang bersahabat dan
kekeluargaan, -
Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun harapannya dengan menggunakan bahasa yang proporsional
dengan berpedoman kepada nilai akidah dan akhlak, -
Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu dengan menjauhi
sikap melakukan ghibah, -
Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan
dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan berlandaskan kepada nilai ibadah.
2. Mengumpulkan informasi
- Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam
menggali informasi move from open to closed question properly dengan tutur kata yang lembut hilm,
- Meminta penjelasan dari pasien pada pertanyaan yang kurang
dimengerti secara ramah dan santun, -
Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa
lalu dengan berpedoman pada sikap tarahum dan tawadlu’,
- Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien dengan
menuntut pola berpikir pasien menggunakan pembicaraan sesuai dengan tingkatan kecerdasan sesuai dengan Hadist Rasul:
29
“Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan derajat akal mereka.”,
- Tidak memberikan nasihat maupun penjelasan yang prematur saat
masih mengumpulkan data dengan cara yang bijak dan santun. 3.
Memahami perspektif pasien -
Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya dengan tetap mengajak pasien selalu
berpedoman kepada prinsip akidah dan ibadah bahwa semua kekuasaan adalah milik Allah dan manusia hanya mampu berusaha,
- Melakukan
eksplorasi terhadap
kepentingan pasien,
kekhawatirannya dan harapannya melalui pendekatan prinsip akidah dengan cara yang bijaksana,
- Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi
pasien marah, takut, malu, sedih, bingung, euforia, maupun pasien dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis
dengan tetap berpedoman kepada prinsip akhlak mulia, -
Mampu merespon verbal maupun bahasa nonverbal dari pasien secara profesional dengan penuh kesabaran,
- Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma
setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang profesional dengan tetap
mengacu kepada realitas kemajemukan manusia yang harus didekati melalui prinsip akhlak mulia,
- Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti pasien
termasuk bahasa daerah setempat sesuai dengan umur, tingkat pendidikan
ketika menyampaikan
pertanyaan, meringkas
informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan dan prognosis serta mengaitkannya dengan ayat-ayat Al-Quran dan
mengutip hadist Rasul yang berkenaan serta kata-kata yang mengandung hikmah.