Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Asahan Crumb Rubber Lanjutan No
Bagian PosisiJabatan
Jumlah Orang
5 Produksi
Ka. Produksi 1
Sup. Produksi 2
Mandor 10
Operator 200
Helper 5
Administrasi 22
6 Manajer
Ka. Pabrik 1
Accounting 3
Personalia 3
Total 286
Jam kerja produksi terdiri atas 2 shift kerja dengan perincian sebagai berikut :
Shift I : 1. Jam 08.00-12.00 WIB Kerja
2. Jam 12.00-13.00 WIB Istirahat 3. Jam 13.00-17.00 WIB Kerja
Shift II : 1. Jam 17.00-21.00 WIB Kerja
2. Jam 21.00-22.00 WIB Istirahat 3. Jam 22.00-00.00 WIB Kerja
Karyawan yang bekerja melebihi kerja normal atau kerja shift dihitung sebagai kerja lembur. Hari minggu merupakan hari libur bagi perusahaan.
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Asahan Crumb Rubber
2.5.4. Sistem Pengupahan Fasilitas Lainnya
Pembayaran upah pada karyawan PT. Asahan Crumb Rubber dilakukan sekali setiap bulan. Bagi karyawan yang bekerja di luar jam kerja normal akan
diberikan upah lembur. Perusahaan memberikan sarana penunjang berupa perumahan, kesehatan, pendidikan, olahraga, koperasi serta fasilitas lainnya.
1. Kesehatan
Perusahaan memberikan perawatan dirumah sakit untuk 1 orang istri dan maksimal 3 orang anak.
2. Fasilitas Kerja
Perusahaan memberikan pakaian kerja, sarung tangan, helm dan alat pengaman kepada regu produksi.
3. Jaminan Sosial
Perusahaan mengikutsertakan seluruh staf dan karyawan pada BPJS Ketenagakerjaan.
4. Dana Pensiun
Perusahaan memberikan dana pensiun dan asuransi kepada staf dan karyawan untuk batas usia 55 tahun keatas.
5. Pemberian Tunjangan
Perusahaan memberikan tunjangan berupa THR atau Tahun Baru sebesar 1 bulan gaji.
6. Perumahan Karyawan
Perusahaan memberikan fasilitas rumah kepada staf.
7. Makanan
Perusahaan memberikan satu kali jatah makanan dan minuman secukupnya kepada karyawan setiap harinya, serta ekstra bubur kacang hijau dan susu
setiap hari senin dan kamis. 8.
Koperasi Karyawan Perusahaan juga mendirikan koperasi yang dikelola oleh karyawan dibawah
pengawasan perusahaan. 9.
Training Setiap setahun sekali diadakan training kepada seluruh staf dan karyawan
mengenai pengaruh kebisingan, pemeriksaan boiler, undang-undang ketenagakerjaan, pengaruh lokasi kerja, pengaruh keadaan kerja.
2.6. Proses Produksi
2.6.1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan oleh PT. Asahan Crumb Rubber berasal dari perkebunan rakyat afdeling yang berupa karet kering Sheet, Lumps, dan Bale
yang berada di wilayah Sumatera Utara, dimana karet yang dipergunakan adalah pohon karet yang tumbuh di perkebunan rakyat yang berada di Sumatera Utara
dan diambil oleh supplier yang memasoknya untuk perusahaan karet.
2.6.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi maupun produk akhir yang berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan
bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Plastik
Plastik digunakan untuk: a.
Membungkus getah bale. b.
Membatasi antara lapisan getah bale pertama dan selanjutnya. c.
Mempacking getah untuk jenis SWRINKWRAPE. 2.
Pallet Pallet kayu digunakan untuk alas peralatan getah bale yang mana 1 pallet
terdiri 36 bale.
2.6.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi dimana keberadaan bahan penolong ini tidak mengurangi nilai
tambah produk yang dihasilkan tersebut dan tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan penolong yang digunakan adalah air. Air digunakan sebagai bahan
penolong paling utama dalam proses pencucian karet cacahan diproses hammer mill, demikian juga dengan proses gilingan.
2.6.4. Uraian Proses
PT. Asahan Crumb Rubber menghasilkan produk berupa karet setengah
jadi dengan uraian proses sebagai berikut:
1. Pencucian
Bahan baku yang diperoleh dari masyarakat berupa getah karet dimasukkan ke dalam bak pencucian terlebih dahulu untuk memisahkan kotoran ataupun
sampah-sampah yang melekat pada getah karet tersebut. 2.
Pencacahan Getah karet yang sudah dicuci kemudian dibawa ke mesin breaker I
menggunakan bucket conveyor untuk dicacah pada mesin breaker I hingga menjadi bentuk yang lebih kecil. Setelah dicacah getah tersebut dialirkan ke
bak sirkulasi I untuk dicuci dengan cara disemprot menggunakan air yang deras. Setelah dari bak sirkulasi I dimasukkan ke dalam mesin breaker II
untuk dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil. Kemudian hasil cacahan dari mesin breaker II dimasukkan ke dalam bak sirkulasi II untuk dicuci dengan
cara disemprot menggunakan air yang deras. Selanjutnya hasil cacahan getah tersebut dibawa ke mesin hammer mill menggunakan conveyor untuk dicacah
menjadi cacahan-cacahan yang berdiameter kecil dan kemudian hasil cacahan yang dialirkan kedalam bak sirkulasi III dan IV untuk memisahkan kotoran-
kotoran yang menempel pada hasil akhir cacahan menjadi lebih bersih 3.
Penggilingan Hasil cacahan karet setelah dari bak sirkulasi IV dibawa ke mesin gilingan I
menggunakan bucket conveyor untuk dilakukan proses penggilingan pertama. Selanjutnya hasil penggilingan pertama dibawa ke mesin gilingan II
menggunakan conveyor ban untuk dilakukan penggilingan kedua. Hasil penggilingan kedua selanjutnya dibawa ke mesin cutter menggunakan
conveyor ban untuk dipotong sebanyak 20 bagian dan dikenal dengan istilah karet selendang. Karet selendang dicuci kembali di dalam bak cutter untuk
menghilangkan kotoran. Bahan tersebut dibawa ke mesin gilingan III dengan menggunakan conveyor ban untuk proses penggilingan ketiga. Proses
penggilingan dilakukan sampai pada penggilingan keenam pada mesin gilingan VI. Hasil gilingan karet selendang kemudian digulung oleh operator
dengan alat penggulungan secara manual. Kemudian hasil gulungan ditimbang dengan menggunakan timbangan.
4. Penjemuran
Setelah proses penggilingan hasil karet selendang kemudian dijemur selama kurang lebih 7 hari untuk mendapatkan kualitas karet kering yang baik. Pada
proses penjemuran ini dilakukan pemeriksaan tanggal pengiriman, jenis produksi SIR, type kemasan, costumer dan ukuran nomor lot oleh bagian
quality control. Blangket
yang telah dijemur selama 7 hari diturunkandiangkat dari tempat penjemuran, dimana penurunan blangket
berdasarkan instruksi mandor crumb dan diperiksa kebersihannya secara visual. Selanjutnya blangket yang sudah diturunkan dipotong kembali sesuai
standar lalu dimasukkan ke dalam bak cutter untuk dicuci agar bersih dari kotoran-kotoran yang menempel pada blangket tersebut.
5. PengeringanDryer
Blangket yang sudah dipotong dan dicuci kemudian disusun dalam continer box untuk dimasakdikeringkan di dalam dryer sampai kering. Bale yang
sudah kering di dalam dryer dibongkar lalu diletakkan di atas meja bongkar. Lalu bale diperiksa kualitasnya secara visual.
6. Penimbangan
Bale ditimbang seberat 35 ± 0,05Kg. Kemudian dipress untuk membentuk bandala balok. Lalu bandala ditimbang dan diperiksa kerataan
permukaannya oleh operator finishing. 7.
PackingPengemasan Proses selanjutnya yaitu mengemas crumb yang dilakukan oleh operator
packing. Dimana selama proses pengemasan juga diperhatikandiperiksa kerapiannya. Selanjutnya crumb yang sudah dikemas disusun pada pallet di
gudang penyimpanan sebelum dikirim ke konsumen.
2.7. Mesin dan Peralatan
2.7.1. Mesin Produksi
Mesin produksi yang digunakan di PT Asahan Crumb Rubber dapat dilihat pada lampiran 4.
2.7.2. Peralatan Peralatan yang digunakan oleh PT. Asahan Crumb Rubber adalah sebagai
berikut: 1.
Timbangan digital yang berfungsi sebagai penimbang produk SIR. 2.
Lift angkat kereta gulung
2.8. Utilitas
Utilitas dalam suatu pabrik merupakan unit pembantu produksi yang tidak teribat secara langsung sebagai bahan baku, tetapi penunjang proses agar
produksi dapat berjalan lancar. Utilitas PT. Asahan Crumb Rubber dapat dirincikan sebagai berikut :
1. Tenaga Listrik
Tenaga listrik digunakan untuk menggerakkan electromotor mein-mesin dan sumber penerangan untuk pabrik maupun ke rumah-rumah. Sumber listrik yang
digunakan adalah PLN dan generator dengan daya 1029 kVA. 2.
Penyediaan Air Pemakaian air untuk proses pengolahan crumb rubber merupakan hal yang
paling penting. Untuk itu dalam pendirian pabrik karet selalu dicari lokasi yang potensi airnya dapat mencukupi kebutuhan pabrik. Air digunakan perusahaan
untuk proses pengolahan di lantai produksi, bahan tambahan, bahan pencuci di labarotarium, bahan pendingin dan perawatan mesin-mesin.
2.9. Safety and Fire Protection
PT. Asahan Crumb Rubber sangat mengutamakan keselamatan pekerja. PT. Asahan Crumb Rubber tidak hanya memberikan jamsostek dan jaminan
pemeriksaan berkala tetapi juga memberikan perlindungan saat pekerja ada di pabrik dengan memberi peralatan pelindung seperti masker, penutup kepala,
sepatu boots, sarung tangan, dan baju pelindung.
Perusahaan menyediakan racun api, mesin pompa, penyemprot air dan fire extinguisher untuk mengatasi kebakaran. Fire extinguisher terdapat di setiap
departemen agar ketika terjadi kebakaran dapat langsung diatasi oleh orang yang sedang berada di daerah sekitar.
2.10. Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Asahan Crumb Rubber dalam proses produksinya relatif kecil karena residu dari proses masih dapat digunakan
kembali. Limbah yang berasal dari bagian produksi yang ada pada umumnya berupa sisa larutan pembersih dan air pencucian. Air dan larutan kimia yang
digunakan untuk membersihkan cetakan dinetralisir terlebih dahulu di dalam waste water treatment, kemudian dinetralisir hingga pH normal.
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Theory of Constraints TOC
Theory of Constraints TOC pertama kali diperkenalkan oleh oleh Eliyahu Moshe Goldratt dalam buku The Goal: A Process of Ongoing
Improvement 1985. Buku The Goal merupakan suatu novel bisnis tentang bagaimana mengatasi hambatan barriers untuk menghasilkan uang making
money. Teori ini menjelaskan bagaimana memulai secara berhasil dengan menekankan masalah produktivitas dan mutu yang kronis.
1
TOC menantang manajer berpikir kembali beberapa asumsi dasar bagaimana mencapai tujuan organisasi mereka, tentang apa yang dipertimbangkan
manajer dengan tindakan yang produktif, dan tentang tujuan dari manajemen biaya. TOC memahami dan mengelola kendala-kendala, kemudian
mensubordinasikan semua sumber daya yang bukan merupakan kendala nonconstroing resources dari organisasi terhadap kebutuhan dari kendala
TOC merupakan suatu filosofi sistem manajemen. Kebanyakan organisasi hanya mengalami sedikit kendala yang mendasar. TOC menganjurkan bahwa
manajer harus fokus secara efektif pada pengelolaan kapasitas dan kapabilitas dari kendala-kendala tersebut, apabila mereka ingin memperbaiki kinerja dari
organisasi mereka.
1
Amin Widjaja Tunggal, 2003, “Theory Of Constraint TOC Dan Throughput Accounting“, Jakarta : Harvarindo Hal 1-3
utamanya. Hasilnya adalah optimisasi system total dari sumber daya. TOC memberikan suatu pandangan yang unik dan focus dalam mengidentifikasi produk
dan jasa yang akan memaksimalkan nilai tambah kepada pelanggan dan kemampuan organisasi. Konsep TOC berlaku bagi organisasi besar dan kecil, dan
perusahaan-perusahaan dalam sector usaha.
3.1.1. Prinsip Theory of Constraints TOC
Keberhasilan penerapan TOC akan ditentukan oleh keberhasilan penerapan 10 prinsip dasar TOC :
1. Seimbangkan aliran produksi, bukan kapasitas produksi.
2
2. Tingkat utilitas non bottleneck tidak ditentukan oleh potensi stasiun kerja
tersebut tetapi oleh stasiun kerja bottleneck atau sumber kritis lainnya. Hanya stasiun kerja yang mengalami bottleneck yang perlu dijalankan dengan utilitas
100 . 3.
Aktivitas tidak selalu sama dengan utilitas. Menjalankan bottleneck dapat mengakibatkan bertumpuknya work in process buffer dalam jumlah yang
berlebihan. 4.
Satu jam kehilangan pada bottleneck merupakan satu jam kehilangan sistem keseluruhan.
5. Satu jam penghematan pada non bottleneck merupakan suatu khayalan belaka
tidak berarti. 6.
Bottleneck mempengaruhi throughput dan inventory.
2
Firman Ardiansyah E. 2013. Penjadwalan Produksi Menggunakan Pendekatan Theory Of Constraints Di Line Perakitan Sepeda Motor. Fakultas Teknik Universitas Stikubank
Semarang.