2.5 Pengertian Pengembangan Sistem Job Performance Appraisal dengan
Metode Checklist
Sesuai dengan landasan teori tentang arti pengembangan, sistem, job performance appraisal, dan metode checklist, dapat disimpulkan Pengembangan
Sistem Job Performance Appraisal dengan metode checklist berarti proses pembangunan secara bertahap suatu sistem proses mengevaluasi seberapa baik
karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar menggunakan metode checklist yang mana penilai memberi tanda
pernyataan yang paling representatif dari karakteristik dan kinerja karyawan dengan alat penilaian kinerja yang menggunakan daftar pernyataan atau kata-kata
yang mana masing-masing pernyataan tersebut diberi bobot nilai dan besarnya bobot nilai tergantung dari tingkat kepentingan perilaku tersebut terhadap
suksesnya suatu pekerjaan.
2.6 Konsep Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem system development dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau
memperbaiki sistem yang telah ada Jogiyanto, 2005 : 35.
2.7 Metodologi Pengembangan
Metodologi adalah suatu kumpulan atau metode sistem, dasar aturan untuk mengatur ketertiban dalam pengembangan sistem informasi atau manajemen
sistem informasi Brown, 2002 : 35.
Metodologi adalah sebuah pendekatan yang dibuat dalam melaksanakan penelitian, dimana di dalamnya terdapat rangkaian langkah-langkah dalam
melakukan penelitian dan hasilnya Fitrianah, 2005 : 2. Metodologi pengembangan sistem menyediakan pedoman yang mengikuti
secara lengkap setiap aktivitas di siklus hidup pengembangan sistem. Siklus hidup pengembangan sistem adalah suatu proses secara keseluruhan yang terdiri dari
proses pembangunan, penyebaran, penggunaan, dan perubahan pada sistem informasi Satzinger, 2009 : 38. Dalam siklus hidup pengembangan sistem
SDLC terdiri dari pendekatan ramalan predictive approach dan pendekatan penyesuaian adaptive approach Satzinger, 2009 : 39. Berikut ini merupakan
penjelasan dari pendekatan SDLC : a
Pendekatan ramalan adalah pendekatan siklus hidup pengembangan sistem yang menganggap pengambangan projek dapat direncanakan dan
diorganisir dalam tingkat yang lebih tinggi dan sistem informasi baru dapat dikembangkan ke dalam rencana. Dalam pendekatan metodologi ini
terdiri dari model waterfall. b
Pendekatan penyesuaian adalah pendekatan siklus hidup pengambangan sistem yang sangat fleksibel yang menganggap bahwa project tidak bisa
direncanakan secara lengkap tetapi harus dimodifikasi dalam pengembangannya. Dalam pendekatan SDLC jenis ini terdiri dari model
spiral, prototype, dan iterasi.
Gambar 2.8 Perbedaan dari pendekatan siklus hidup pengembangan sistem
Metodologi pengembangan sistem atau aplikasi terdiri dari model, perangkat, dan teknik yang khusus. Berikut ini merupakan gambar komponen
yang berhubungan dalam metodologi.
Gambar 2.9 Arsitektur metodologi Model merupakan representasi aspek yang paling penting digambarkan
dalam dunia nyata. Dalam hal ini aplikasi dianggap sebagai model yang nyata dalam mengembangkannya dalam rincian rancang bangun informasi yang
dibutuhkan untuk mengembangkan suatu aplikasi. Model digunakan dalam
pengembangan sistem terdiri dari input, output, proses, data, objek, interaksi objek, lokasi, jaringan, dan alat. Kebanyakan model digambar dengan
menggunakan diagram dan grafik. Contoh model yang digunakan pada pengembangan sistem seperti flowchart, Data Flow Diagram DFD, UML
diagram Satzinger, 2009 : 50. Perangkat merupakan pendukung perangkat lunak yang membantu dalam
membuat model yang dibutuhkan dalam aplikasi. Perangkat secara sederhana menerjemahkan model ke dalam program. Contoh perangkat yang digunakan
dalam pengembangan sistem yaitu IDE Integrated Development Environment seperti Eclipse dalam pengembangan aplikasi ini dan perangkat pemodelan visual
Satzinger, 2009 : 51. Teknik merupakan kumpulan pedoman yang membantu dalam analisis
yang lengkap dari aktivitas pengembangan sistem. Teknik terdiri dari langkah- langkah perintah untuk membuat sebuah model. Beberapa contoh teknik seperti
teknik wawancara dengan pengguna, teknik pemodelan data Satzinger, 2009: 51. Dalam sebuah perencanaan perangkat lunak diperlukan model-model
proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak berdasarkan sifat aplikasi dan proyeknya, metode dan alat bantu yang dipakai, dan kontrol serta penyampaian
yang dibutuhkan. Ada beberapa model dari proses perangkat lunak, yaitu: Model Sekuensial LinearWaterfall, Prototipe, RAD Rapid Application Development,
Evolusioner, Formal Pressman, 2002: 27. Beberapa metode dan perbedaannya dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.1 Perbandingan antar metode pengembangan sistem
Metode Kelebihan Kekurangan
Penggunaan Secara Umum
Sequential Linier Waterfall
oleh winston W Royce
pada tahun 1970 Metode ini baik
digunakan untuk kebutuhan yang
sudah diketahui dengan baik.
Iterasi yang sering terjadi
menyebabkan masalah baru bagi
pelanggan, sulit menentukan
kebutuhan secara eksplisit.
Bekerja dengan baik pada proyek
skala kecil.
Prototype Metode ini efektif
dengan mendapatkan
kebutuhan dan aturan yang jelas
dan pelanggan bisa langsung
melihat sistem yang sebenarnya.
Pengembangan terkadang
membuat implementasi
sembarang, karena ingin working
version selesai dengan cepat
Prototyping dapat
bekerja dengan baik jika ada
kerjsama yang baik antara
pengembang dengan pengguna.
RAD Metode ini lebih
cepat dari waterfall
jika kebutuhan dan
batasan proyek sudah diketahui
dengan baik dan bisa untuk
dimodularisasi. Karena proyek
dipecah menjadi beberapa bagian,
maka dibutuhkan banyak orang
untuk membentuk suatu tim, karena
komponen- komponen yang
sudah ada, fasilitas-fasilitas
Cocok untuk aplikasi ang tidak
mempunyai resiko teknis yang tinggi.
RAD cocok untuk proyek yang
memiliki SDM yang baik dan
sudah berpengalaman.
pada tiap komponen belum
tentu digunakan seluruhnya
sehingga kualitas program bisa
menurun. Incremental
Fleksibel dan mudah untuk
dikelola dan pengujian yang
mudah. Semua kebutuhan
tidak dikumpulkan pada tahap awal
sehingga menimbulkan
masalah serta sulit untuk mengukur
progress karena tidak ada
milestone. Cocok untuk
aplikasi yang kebutuhannya
telah diidentifikasi dengan baik.
Iterative Fase desain,
pengkodean, pengujian lebih
cepat. Butuh waktu yang
banyak untuk menganalisis dan
terlalu banyak langkah yang
dibutuhkan model. Hanya cocok
untuk software berskala besar.
Spiral Model ini
digunakan untuk skala besar,
membutuhkan konsiderasi
langsung terhadap resiko teknis,
Resiko utama tidak ditemukan,
maka masalah bisa muncul kemudian,
sehingga membutuhkan
kemampuan Hanya cocok
untuk software berskala besar.
sehingga dapat mengurangi
terjadinya resiko yang lebih besar.
manajemen dan perkiraan resiko
yang cukup tinggi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Waterfall untuk mengembangkan sistemnya. Di dalam bukunya, Pressman 2001 : 78
menjelaskan model ini bisa juga disebut dengan linear sequential model, menggunakan pendekatan sistematis dan sekuensial dalam pengembangan
aplikasi, dimulai melalui proses analisis, desain, pengkodean dan ujicoba.
Gambar 2.10 Model Waterfall Model waterfall tersusun atas aktivitas- akivitas berikut ini :
1. Analysis Analisis
Hal pertama yang harus dilakukan dalam tahap analisis adalah komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait mulai dari mengidentifikasi dan
mendefinisikan permasalahan, menentukan keperluan untuk semua elemen dan aplikasi.
Pengetahuan ini terasa perlu ketika aplikasi harus berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti perangkat keras, manusia dan basis data.
2. Design Perancangan
Perancangan menentukan
bagaimana suatu aplikasi menyelesaikan apa
yang harus diselesaikan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan model dari aplikasi. Maksud pembuatan model ini adalah untuk memperoleh
pengertian yang lebih baik terhadap aliran data dan kontrol, proses-proses fungsional, tingkah laku operasi dan informasi-informasi yang terkandung
di dalamnya. Perancangan dilakukan mulai dari tingkat global sampai ke tingkat rincian
tertentu. Pada tahap ini dilakukan beberapa aktivitas, seperti pemodelan proses serta pemodelan data.
3. Code Pengkodean
Code atau pengkodean adalah tahap dimana aplikasi yang telah dianalisis dan dirancang mulai diterjemahkan ke dalam bahasa mesin melalui bahasa
pemrograman. Jika rancangan dibuat secara detil maka pengkodean akan menjadi aktivitas yang cepat. Pada tahap ini lakukan pengkodean program
dan juga antarmuka program. 4.
Test Ujicoba Ketika pengkodean telah selesai dilakukan selanjutnya aplikasi harus diuji
coba. Proses uji coba di fokuskan terhadap tiga aktivitas yakni logika internal aplikasi, pemastian bahwa semua perintah yang ada telah dicoba,
dan fungsi eksternal, untuk memastikan bahwa dengan masukan tertentu suatu fungsi akan menghasilkan keluaran sesuai dengan yang dikehendaki.
2.8 Alat Bantu Pemodelan Sistem