Landasan Hukum Asuransi Syariah

b. Hadits 1. Dalam praktik asuransi mempunyai tujuan membantu orang lain dari kesusahannya dengan cara memberikan ganti rugi berupa dana, untuk meringankan penderitaannya,dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, mengatakan bahwa: ْﻦَﻣ ْﻦَﻋ َجﱠﺮَﻓ ِبَﺮُﻛ ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ﺎَﯿْﻧ ﱡﺪﻟا ْﻦِﻣ ًﺔَﺑْﺮُﻛ ُﮫْﻨَﻋ ُﷲا َجﱠﺮَﻓ , هاور ِﮫْﯿِﺧَأ ِنْﻮﻋ ْﻲِﻓ ُﺪْﺒَﻌْﻟا َماَدﺎَﻣ ِﺪْﺒَﻌْﻟا ِنْﻮَﻋ ْﻲِﻓ ُﷲاَو ,ِﺔَﻣﺎَﯿِﻘْﻟا ِمْﻮَﯾ ِبَﺮُﻛ ﻢﻠﺴﻣ “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia suka menolong saudaranya” HR. Muslim dari Abu Hurairah. 2. Pada operasional asuransi syari’ah, sangat dilarang adanya hal-hal yang diharamkan oleh agama, seperti dilarangnya riba, maisir, gharar, riswah dan maksiat. Hadist yang diriwayatkan Tirmidzi mengatakan bahwa: َﻠَﻋ َنْﻮُﻤِﻠْﺴُﻤْﻟاَو ﺎًﻃْﺮَﺷ ﺎﱠﻟِا ْﻢِﮭِﻃوُﺮُﺷ ﻰ .ﺎًﻣاَﺮَﺣ ﱠﻞَﺣَأ ْوَأ ﺎًﻟﺎَﻠَﺣ َمﱠﺮَﺣ يﺬﻣﺮﺘﻟا هاور فﻮﻋ ﻦﺑ وﺮﻤﻋ ﻦﻋ “Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” HR. Tirmidzi dari Amr bin ‘Auf. c. Perundang-undangan 7 1. Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 426KMK.062003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Peraturan inilah yang dapat dijadikan dasar untuk mendirikan asuransi syariah sebagai mana ketentuan Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “Setiap pihak dapat melakukan usaha asuransi atau usaha reasuransi berdasarkan prinsip syariah …” ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah tercantum dalam pasal 3-4 mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh izin perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah, pasal 32 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional, dan pasal 33 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi dan erusahaan reasuransi dengan prinsip syariah. 2. Fatwa DSN-MUI No. 21DSN-MUIX2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, dikatakan bahwa Asuransi Syariah ta’min, takaful, atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara 7 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Perasuransian Syariah Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, Cet.Ke-4, hal. 142-143 sejumlah orang pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. 8 Kemudian Fatwa DSN-MUI No. 51DSN-MUIIII2006 tentang Akad Mudharabah Musyarakah pada Asuransi Syariah, dikatakan bahwa akad Mudharabah Musyarakah adalah perpaduan dari akad Mudharabah dan akad Musyarakah, perusahaan asuransi sebagai Mudharib menyertakan modal atau dananya dalam investasi bersama dana peserta, modal atau dana perusahaan asuransi dan dana peserta diinvestasikan secara bersama-sama dalam portofolio kemudian perusahaan asuransi sebagai Mudharib mengelola investasi dana tersebut, hasil dari investasi tersebut dibagi antar perusahaan asuransi sebagai mudharib dengan peserta sebagai shahibul mal sesuai dengan nisbah yang disepakati. Fatwa DSN-MUI No. 52DSN-MUIIII2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah, yaitu salah satu bentuk akad Wakalah dimana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta, dengan imbalan pemberian ujrah fee. Fatwa DSN-MUI No. 53DSN-MUIIII2006 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi dan Reasuransi Syariah, Akad tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi dan semua bentuk akad yang dilakukan antar 8 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009, h. 99. peserta pemegang polis, akad tabarru’ dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial. 3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424KMK.062003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah tercantum dalam Pasal 15-18 mengenai kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah. 4. Keputusan Direktur Jenderal Keuangan Nomor Kep. 4499LK2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah. Berdasarkan peraturan ini, jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah terdiri dari: a. Deposito dan sertifikat deposito syariah b. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia c. Saham syariah yang tercatat dibursa efek d. Obligasi syariah yang tercatat dibursa efek e. Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah f. Unit penyertaan reksadana syariah g. Penyertaan langsung syariah h. Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi i. Pembiayaan kepemilikan tanah danatau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahahjual beli dengan pembayaran ditangguhkan j. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabahbagi hasil k. Pinjaman polis

3. Manfaat Asuransi

9 Sebagaimana diatur dalam Undang-undang No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, maka asuransi syariah atau takaful terdiri dari Takaful Keluarga Asuransi Jiwa dan Takaful Umum Asuransi Kerugian. a. Takaful Keluarga Pada Takaful Keluarga ada tiga scenario manfaat yang diterima oleh peserta, yaitu klaim takaful akan dibayarkan kepada peserta takaful apabila: 1. Peserta meninggal dunia dalam masa pertanggungan sebelum jatuh tempo, maka ahli waris akan menerima pembayaran klaim sebesar jumlah angsuran premi ditambah bagian keuntungan dari hasil investasi. 2. Peserta masih hidup sampai pada selesainya masa pertanggungan, dalam hal ini peserta akan menerima seluruh angsuran premi ditambah dengan bagian keuntungan dari hasil investasi dan kelebihan dari rekening 9 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Perasuransian Syariah Di Indonesia, hal. 152-157 khusustabarru’ peserta apabila dikurangi biaya operasional perusahaan dan pembayarn klaim masih ada kelebihan. b. Takaful Umum Pada klaim takaful, manfaat akan dibayarkan kepada peserta yang mengalami musibah yang menimbulkan kerugian harta bendanya sesuai dengan perhitungan kerugian yang wajar. Dana pembayaran klaim takaful diambil dari kumpulan pembayaran premi peserta.

B. Strategi Pemasaran

1. Pengertian Strategi Pemasaran

Katastrategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategas” stratos: militer dan Ag: Memimpin yang berarti sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang pada zaman dahulu, dimana jendral sangat dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang. 10 Strategi merupakan “perhitungan” mengenai rangkaian kebijaksanaan dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan. 11 Istilah strategi hampir selalu dikaitkan dengan arah, tujuan dan kegiatan jangka panjang.Strategi juga dikaitkan dalam penentuan posisi suatu organisasi dengan mempertimbangkan lingkungan sekitarnya. Pernyataan strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus “bersaing”, “melawan” siapa, dan untuk maksud 10 Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach, Jakarta: PT. Grafindo Utama, 2003, hal.19 11 Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaya, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: PT Karya Unipress cet Ke-6 h.13 purpose apa. 12 Strategi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan rencana yang terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, dalam pencapaian suatu tujuan organisasi perlu alternative strategi yang dipertimbangkan dan dipilih, strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi yang akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut. Apabila mendengar kata pemasaran, seringkali dikaitkan oleh banyak pihak dengan penjualan sales, iklan promosi, atau produk.Namun sebenarnya pemasaran tidaklah sesempit yang diidentikan oleh banyak orang. Pemasaran lebih merupakan suatu seni menjual produk, sehingga pemasaran adalah proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk sampai dengan setelah produk tersebut terjual. Menurut pendapat Philip Khotler menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses social yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. 13 Pemasaran juga dapat dipahami sebagai suatu rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang didasarkan pada riset pasar, penilaian, perencanaan produk, promosi, perencanaan penjualan dan distribusi secara spesifik. Secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses social yang merancang dan menawarkan sesuatu yang 12 M. Ismail Yusanto dan M.K Widjajakusuma, Management Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Bayan, 2003, h.3-5 13 Philip Khotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium I, Jilid Ke satu, Jakarta: Pehallindo, 2002, hal-9