Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
36 b.
Date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak untuk menerima dividen.
c. Ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas
dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record. Pengertiannya, pada 4 hari sebelum record date, hak atas dividen tidak lagi ada pada saham dan
penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga pasar saham mempengaruhi kenyataan dan telah
berlalu dan akan turun kira-kira sejumlah dividen tersebut. d.
Date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayarkan dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham.
B. Kebijakan Deviden 1. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode mendatang.
Lukas Setia Atmaja 1994: 351 menyatakan: Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih
sesudah pajak EAT perusahaan: 1 dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen, dan 2 diinvestasikan kembali ke
perusahaan sebagai laba ditahan retained earning. Pada umumnya sebagai EAT earning after tax dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi
diinvestasikan kembali. Artinya, manajemen harus membuat keputusan tentang dividen, ini disebut kebijakan dividen dividend policy.
2. Kebijakan Dividen bagi Perusahan
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
37 Kebijakan dividen korporasi sangat penting untuk menjaga kepentingan
investor dan kepentingan korporasi dalam hal program keuangan dan capital budgeting korporasi, cash flow perusahaan, dan nilai modal saham perusahaan
Tampubolon, 2005:183. a.
Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham. Investor atau pemegang saham tidak mempunyai opini yang negatif tentang korporasi,
seandainya dividen dipotong karena keterkaitan antara potongan tersebut dengan persoalan keuangan korporasi. Dengan demikian kebijaksanaan
keuangan korporasi dari pihak manajemen harus mampu meyakinkan serta memberi jaminan akan tercapainya tujuan-tujuan bagi pemegang saham.
Apabila pemegang saham dikecewakan, maka pemegang saham akan melepaskakan saham-sahamnya dengan menjual yang pada gilirannya harga
saham di pasar bursa akan menurun. Ketidakpuasan pemegang saham akan menimbulkan kemungkinan pengendalian korporasi akan dilakukan orang-
orang diluar korporasi.
b. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital
budgeting korporasi tersebut. c.
Kebijakan dividen akan mempengaruhi cash flow korporasi. Suatu korporasi dengan likuiditas rendah akan dipaksa untuk membatasi pembayaran dividen.
d. Kebijakan dividen dapat menurunkan nilai modal saham korporasi karena
dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan utangmodal debtequity rasio korporasi.
3. Jenis Kebijakan Dividen
Menurut Indriyo dan Basri 2002:231, secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan ini, yaitu stable dividend
policy, fluctuating dividend policy, kombinasi stable dividend policy dan fluctuating dividend policy.
a. Stable Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang
dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi, besarnya dividen yang dibayarkan dalam
jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income. Apabila pada suatu saat kondisi perusahaan mengalami kerugian, pembayaran
dividen akan diambilkan dari cadangan stabilisasi dividen.
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
38
b. Fluctuating Dividend Policy. Pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang
dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan
dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau bisa dikatakan selalu
proporsional dengan tingkat keuntungannya.
c. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy. Pada
kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional
dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap
dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya didapatkan bagian dari keuntungan. Bagian dividen yang bersifat proporsional besarnya tidak
sama dengan dividen yang menggunakan kebijakan fluktuatif.
4. Teori Kebijakan Deviden
Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan deviden adalah smoothing theory, clientele effect theory, tax differential theory, dividend irrelevance theory,
bird in the hand theory, residual theory of dividens, teori signal atau isi informasi dividen information content of dividend.
a. Smoothing Theory
Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Ketika manajer diberi insentif yang didasarkan pada kinerja keuangan, hal ini dapat mendorong manajer menampilkan
kinerja yang lebih baik melalui rekayasa laba. Perataan penghasilan merupakan salah satu teknik manajemen laba yang dilakukan dengan menekan variabilitas
laba pada beberapa periode sehingga laporan laba memperlihatkan fluktuasi yang rendah atau dengan kata lain memperlihatkan laba perusahaan yang stabil.
Dengan laba yang stabil maka kemungkinan dividen yang dibagikan oleh perusahaan juga akan stabil karena dividen yang dibagikan merupakan bagian dari
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
39 laba yang dihasilkan perusahaan. Teori ini mengatakan bahwa jumlah deviden
bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan deviden tahun sebelumnya.
b. Clientele Effect Theory
Teori ini diungkapkan oleh Black and Scholes. Teori mengatakan bahwa kelompok clientele pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen,
karena dividen mempunyai tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain. Menurut teori ini dividen tertentu akan menarik segmen tertentu
kemudian tugas perusahaan manajemen keuangan adalah melayani segmen tersebut. Kebijakan dividen yang berubah-ubah akan mengacaukan efek klien
tersebut, menyebabkan harga saham berubah.
c. Tax Differential Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa dengan adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para
investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.
d. Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani dalam papernya Dividend Irrelevance Preposisition. Paper tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia pajak,
dan tidak diperhitungkannya biaya transaksi serta dalam kondisi pasar yang sempurna, maka kebijakan deviden tidak akan memberikan pengaruh apapun pada
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
40 harga pasar saham tersebut. Menurut MM kebijakan dividen sebenarnya tidak
relevan untuk dipersoalkan.
e. Bird inTthe Hand Theory
Teori ini mengatakan pembayaran dividen mengurangi ketidakpastian karena dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima di masa mendatang.
Gordon mengemukakan bird in the hand theory yang mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen a bird in the hand adalah lebih baik daripada saldo laba a
bird in the bush karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai deviden di masa depan it can fly away.
f. Residual Theory Of Dividens
Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: 1 mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan, 2 mempertimbangkan
target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi, 3 memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi
kebutuhan akan modal sendiritersebut semaksimal mungkin dan, 4 membayar dividen hanya jika ada sisa laba.
Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang
mempunyai NPV Net Present Value positif.
g. Teori Signal atau Isi Informasi Dividen Information Content Of Dividend
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen.
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
41 Ada argumen lain yang lebih masuk akal. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan
kenaikan penurunan harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya menurunnya dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan
perubahan saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dividen. Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi,
yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.
h. Agency Theory
Menurut teori ini konflik terjadi pihak-pihak yang berkaitan di perusahhan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan
perusahaan agar tujuan pemegang saham bisa tercapai., tetapi manajer bisa saja mempunyai agenda tersendiri yang tidak selalu konsisten dengn tujuan pemegang
saham, misalnya perusahaan mempunyai kelebihan kas dengan NPV positif free cash flow, yang didefenisikan sebagai kelebihan kas setelah semua investasi
dengan NPV positif didanai. Kas tersebut akan lebih baik jika dibagikan ke pemegang saham, dan pemegang saham akan memanfaatkan kas tersebut dengan
cara mererka tersendiiri. Selain itu digunakan juga teori keuangan. Teori keuangan akan menjelaskan
bagian yang akan dibagikan oleh perusahaan sebagai dividen bagi para pemegang saham.
i. Teori Keuangan
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
42 Menurut teori keuangan, dividen atau investasi kembali tidak sama dengan
laba setelah pajak. Dalam teori keuangan, jumlah dana yang bisa dibagikan sebagai dividen bisa dinyatakan sebagai berikut:
D = E + Penyusutan – Investasi pada A.T – Penambahan M.K Keterangan:
D = Dividen, E = Earning After Tax Laba Setelah Pajak,
A.T = Aktiva Tetap, M.K = Modal kerja.
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa dana yang bisa dibagikan sebagai dividen merupakan kelebihan dana yang diperoleh dari operasi perusahaan yaitu
E + penyusutan diatas keperluan investasi untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang yaitu investasi aktiva tetap dan modal kerja. Hanya saja, untuk
menyederhanakan analisis sering diasumsikan bahwa investasi pada aktiva tetap akan diambilkan dari dana penyusutan, dan modal kerja dianggap tidak berubah
sehingga tidak perlu menambah modal kerja. Apabila asumsi ini dipergunakan, maka bisa dimengerti kalau besarnya dividen ditentukan oleh laba setelah pajak
E dan maksimal dividen yang bisa dibagikan adalah sama dengan E. Itulah mengapa EAT digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang dibagikan
sebagai dividen.
5. Keputusan Dividen Dalam Praktek
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
43 Pada prakteknya, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bagi
perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen. Menurut Keown 2000: 621antara lain faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan
adalah pembatasan hukum, posisi likuiditas, tak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain, kemungkinan pendapatan diramalkan, kontrol kepemilikan,
inflasi.
a. Pembatasan hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan perusahaan. Batasan hukum ini ada dua kategori. Pertama,
pembatasan menurut undang-undang. Kedua, unik bagi tiap eprusahaan dan hasil dari batasan dalam kontrak utang dan saham preferen. Untuk
meminimumkan resiko, investor sering kali menerapkan aturan pembatasan atas manajemen sebagai syarat investasi mereka dalam perusahaan. Batasan
ini meliputi aturan bahwa dividen takkan diumumkan sebelum utang dibayar kembali. Perusahaan juga mungin disyaratkan mempertahankan jumlah modal
tertentu. Pemegang saham preferen bisa menuntut agar dividen biasa takkan dibayar jika saham preferen tidak dibayarkan.
b. Posisi likuiditas
Terbalik dengan pendapat umum, fakta bahwa perusahaan menunjukkan jumlah laba ditahan yang besar dalam neraca tak berarti kas tersedia untuk
pembayaran dividen. Posisi perusahaan saat ini dalam aset lancar, termasuk kas, pada dasarnya independen atas pos laba ditahan. Secara historis,
perusahaan dengan laba ditahan yang besar sukses dalam mengumpulkan kas dari operasi. Tapi dana ini biasanya kalau tidak diinvestasikan kembali dalam
perusahaan untuk periode pendek atau digunakan untuk membayar utang yang jatuh tempo. Maka perusahaan dapat sangat untung dan tetap tak memiliki
kas. Dividen tunai dibayarkan dengan kas, dan tidak dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas tersedia untuk pembayaran dividen. Maka,
posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh pada kemampuannya membayar dividen.
c. Tak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain.
Perusahaan bisa menahan laba untuk tujuan investasi atau membayar dividen danmenerbitkan utang baru atau sekuritas modal untuk mendanai investasi.
Untuk sebagian besar perusahaan kecil atau baru, pilihan kedua ini realistis. Perusahaan ini tak memiliki akses ke pasar modal, jadi mereka harus sangat
bergantung pada dana internal. Sebagai akibatnya, rasio pembayaran dividen
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
44 biasanya jauh lebih rendah untuk perusahaankecil atau baru daripada
perusahaan besar dan milik publik.
d. Kemungkinan pendapatan diramalkan.
Rasio pembayaran dividen perusahaan hingga suatu titik tergantung pada kemungkinan diramalkannya laba perusahaan sepanjang waktu. Jika
pendapatan berfluktuasi jelas, manajemen tak dapat bergantung pada dana internal untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Jika laba tak dihasilkan,
perusahaan bisa menahan jumlah yang lebih besar untuk memastikan bahwa uang tersedia saat dibutuhkan. Sebaliknya, perusahaan dengan tren
pendapatan yang stabil biasanya akanmembayar bagian yang besar dari pendapatannya dalam bentuk dividen. Perusahaan ini tak terlalu memerlukan
ketersediaan laba untuk memenuhi kebutuhan modal di masa depan.
e. Kontrol kepemilikan
Untuk banyak perusahaan besar, kontrol melalui pemilikan saham biasa bukan masalah. Tapi, bagi banyak perusahaan kecil dan menengah,
mempertahankan kontrol suara merupakan prioritas utama. Jika pemegang saham sekarang tak bisa berpartisipasi dalam penawaran baru, menerbitkan
saham baru tak menarik, dalam arti bahwa kontrol pemegang saham yang sekarang tak berarti. Pemilik mungkin lebih suka manajemen mendanai
investasi baru dengan utang dan melalui laba daripada melalui penerbitan saham biasa baru. Pertumbuhan perusahaan ini karenanya dibatasi dengan
jumlah modal utang yang tersedia dan oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
f. Inflasi.
Dalam periode inflasi, idealnya setelah aset tetap rusak dan usang, dana yang dihasilkan dari depresi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena harga
peralatan pengganti terus naik, dana depresiasi tak cukup. Ini membutuhkan retens laba yang lebih besar, yang berarti bahwa dividen harus terpengaruh
secara tak menguntungkan.
Tampubolon 2005:186 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut:
1 tingkat pertumbuhan korporasi company grow rate,
2 keterikatan dalam rapat restrictive convenant,
3 profitability,
4 stabilitas laba earning stability,
5 kontrol perbaikan maintenance control,
6 memahami pengungkit keuangan degrre of financial leverage,
7 kemampuan untuk kondisi eksternal ability to finance externally,
8 keadaan tak terduga uncertainity,
9 ukuran dan umur korporasi age and size.
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
45
6. Indikator Kebijakan Dividen
Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan ada dua macam. Pertama, hasil dividen dividend yield. Dividend yield adalah suatu
ratio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut Warsono,
2003:275:
Dividend yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa
investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran risiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya
dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi. Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah
ratio pembayaran dividen dividend payout ratioDPR. DPR merupakan ratio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang
saham biasa, dan secara sistematis dirumuskan sebagai berikut Warsono, 2003:27:
DPR lebih populer digunakan sebagai indikator kebijakan dividen dibandingkan dengan dividend yield.
Indah Agustina Manurung : Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik, 2009.
USU Repository © 2009
46
7. Macam-Macam Kebijakan Dividen Lainnya