Penokohan dan Perwatakan Unsur- unsur Drama

Surprise merupakan kejutan-kejutan tidak terduga yang dimunculkan dalam naskah drama. Jalinan cerita dalam naskah drama dikatakan menarik apabila terdapat surprise di dalamnya. Alur dapat dikatakan memiliki surprise apabila mengandung peristiwa yang menyimpang dan tidak pernah diduga oleh pembaca. Surprise biasanya diletakkan pada puncak cerita klimaks atau akhir cerita. Surprise dalam alur sekaligus menjawab ketegangan atau rasa keingintahuan pembaca terhadap nasib tokoh utama.

b. Penokohan dan Perwatakan

Waluyo 2002: 14 menyatakan bahwa susunan tokoh drama personae ialah daftar tokoh-tokoh yang bermain atau berperan dalam drama. Dalam susunan tokoh, yang terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan. Selanjutnya, menurut Pratiwi dan Siswiyanti 2014: 30 tokoh adalah pelaku atau lakon yang mengemban peristiwa dan menciptakan jalinan cerita yang padu. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penggambaran watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan penggambaran watak dan perkembangan lakon tetapi, sering juga terdapat dalam catatan samping. Watak tokoh digambarkan dalam tiga dimensi yaitu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial fisiologis, psikologis, dan sosiologis Waluyo, 2002: 17. Dimensi fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi psikologis meliputi mentalitas, ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan temperamen, dan intelektualitas. Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, agama, pandangan hidup, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hoby, bangsa, suku, dan keturunan Wiyatmi, 2009: 51. Sejalan dengan pendapat di atas, Pratiwi dan Siswiyanti 2014: 30 menyatakan bahwa tokoh tidak dapat dilepaskan dari watak. Watak akan terlihat pada ekspresi tokoh yang mencerminkan karakter psikisnya. Karakter psikis ini akan muncul pada kebiasaan atau sifat, sikap, dan perangai. Ketiga hal tersebut akan menjadi energi lahir dan batin dalam mengembangkan tokoh. Tokoh dapat dikatakan hidup apabila mampu menggerakkan cerita melalui watak sebagai rohnya. Watak adalah unsur dalam naskah drama yang mampu menggerakkan dan mengembangkan cerita. Watak inilah yang menggambarkan penokohan. Watak tokoh dapat dijelaskan secara langsung tersurat maupun tidak langsung tersirat. Watak tokoh yang dijelaskan secara langsung dituliskan pada awal cerita sebelum dialog pertama, sedangkan tidak langsung dituliskan melalui dialog atau tingkah laku tokoh yang mencerminkan karakternya. Watak atau karakter tokoh juga dapat disampaikan melalui cara berpakaian dan gambaran lingkungan kehidupan tokoh. Cara berpakaian tokoh akan mencerminkan karakter psikis, fisik, dan sosialnya karena cara berpakaian biasanya mencerminkan lingkungan sosial tempat tokoh hidup dan bersosialisasi. Selain itu, watak tokoh dapat ditunjukkan dengan perilaku dan pernyataan tokoh dalam dialog cerita, jalan pikiran tokoh, dan dialog tokoh lain mengenai tokoh tertentu Pratiwi dan Siswiyanti, 2014: 31-33. Waluyo 2002: 16 mengklasifikasikan tokoh dalam drama menjadi dua yaitu sebagai berikut. 1 Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita a Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Drama biasanya memiliki satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lain yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita. Selanjutnya, Pratiwi dan Siswiyanti 2014: 40 menjelaskan bahwa tokoh protagonis merupakan tokoh yang mengemban dan sebagai penyampai tema cerita. Pikiran, sikap, atau perilaku yang bernilai positif, arif, dan bahkan mulia merupakan ciri yang biasanya dimiliki oleh tokoh protagonis. Tema cerita diwujudkan oleh tokoh protagonis dalam wujud cita-cita dan prinsip hidup tokoh. Tokoh protagonis tidak harus dihadirkan secara individual namun, dapat juga dihadirkan secara kelompok atau individu yang didukung kelompok. Tokoh protagonis di dalam sebuah drama akan dihadapkan pada masalah dan kondisi yang pelik, sehingga membutuhkan kecerdasan, kebijakan, dan ketepatan dalam menentukan jalan keluar masalah. b Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang cerita. Drama biasanya memiliki satu tokoh utama yang menentang cerita dan dibantu beberapa tokoh lain yang menentang cerita. Lebih lanjut Pratiwi dan Siswiyanti 2014: 42 menyatakan bahwa tokoh antagonis adalah tokoh yang menghalau atau melawan tokoh protagonis dalam mengemban tema cerita. Tokoh antagonis identik dengan karakter tokoh yang tidak baik dan menentang tokoh protagonis. Tokoh antagonis memiliki watak yang jahat dan selalu berusaha menghalang-halangi tokoh protagonis dalam mencapai cita-cita atau keinginan mengubah nasib atau mewujudkan prinsip hidup pada akhir cerita. Akhir dari nasib tokoh antagonis bermacam-macam, misalnya kekalahannya dengan tokoh protagonis, tokoh antagonis yang sadar akan kesalahan yang dibuat dalam hidupnya, atau mempertanggungjawabkan kesalahannya kepada tokoh lain atau pihak yang berwajib. c Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu yang membantu tokoh protagonis maupun tokoh antagonis. 2 Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya a Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi dalam pertikaian atau konflik. Tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan antagonis. b Tokoh utama adalah tokoh yang mendukung atau menentang tokoh sentral. Tokoh utama sebagai medium atau perantara tokoh sentral. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang termasuk dalam tokoh utama. c Tokoh pembantu adalah tokoh yang memegang peran sebagai pelengkap atau tambahan dalam jalan cerita. Kehadiran tokoh pembentu hanya menurut kebutuhan cerita saja. Tidak semua lakon membutuhkan kehadiran tokoh pembantu.

c. Dialog percakapan