36 Kediri Tahun Pelajaran 20122013. Simpulan dari penelitian ini adalah 1
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai Jigsaw II dengan rerata marginal 78,145 lebih baik dibandingkan pembelajaran TPS yang
memiliki rerata marginal 74,138 dan pembelajaran langsung yang memiliki rerata marginal 68,531, 2 prestasi belajar matematika siswa
yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan rerata marginal 78,459 lebih baik dibandingkan kecerdasan emosional sedang dengan rerata
marginal 74,985 dan rendah dengan rerata marginal 66,042, 3 pada siswa yang dikenai pembelajaran langsung, Jigsaw II dan TPS prestasi belajar
matematika siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih baik dibandingkan kecerdasan emosional sedang dan rendah, serta kecerdasan
emosional sedang lebih baik dibandingkan kecerdasan emosional rendah, 4 pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedang dan
rendah prestasi belajar matematika siswa yang dikenai Jigsaw II lebih baik dibandingkan dengan prestasi siswa yang dikenai TPS dan pembelajaran
langsung, serta TPS lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SDN Percobaan 4
Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.
37
G. Definisi Operasional Variabel
1. Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosional anak Y merupakan kemampuan untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Kecerdasan
emosi ini akan diukur dengan menggunakan angket yang kisi-kisinya akan dibahas pada bab selanjutnya.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II X adalah model
pembelajaran yang memunculkan ketergantungan positif antar siswa dalam berkompetisi antar untuk meraih reward. Adapun langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, membaca, diskusi kelompok ahli,
laporan tim, tes, dan rekognisi tim.
38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Paradigma Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Pre-Experimental Design nondesign dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Menurut
Nana Sudjana 2011: 56 metode eksperimen mengkaji hubungan dua variabel atau lebih. Pada eksperimen, peneliti melakukan manipulasi
atau perlakuan tertentu pada variabel bebas dan melakukan
pengukuran sendiri terhadap variabel bebas dan terikat.
Menurut M. Iqbal Hasan dalam Mahmud 2011: 106 penelitian eksperimen ditandai oleh tiga hal penting, yaitu: 1 adanya manipulasi
terhadap objek penelitian untuk mengubah keadaan tertentu secara sistematis; 2 adanya observasi untuk mengamati dan mengukur hasil
manipulasi; 3 adanya kontrol yang mengendaliikan kondisi-kondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi.
Peneliti memilih menggunakan dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design dengan pertimbangan waktu, tenaga dan
biaya. Menurut Sugiyono 2009: 74 dalam tipe ini terdapat satu kelompok yang dipilih sebagai obyek penelitan dan tidak ada
kelompok kontrol sebagai pembanding. Pengukuran dilakukan dua kali pada kelompok tersebut yaitu pre test dan post test. Langkah-
langkah penelitian ini adalah dengan melakukan pre test kemudian dilanjutkan dengan pemberian treatment dan diakhiri dengan
pemberian post test, seperti desain berikut: