PENGEMBANGAN MODEL RANGKA MANUSIA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD BAKULAN.

(1)

i

PENGEMBANGAN MODEL RANGKA MANUSIA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV

SD BAKULAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Lia Pawestri NIM 11108244026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Do it now! Sometimes ‘Later’ becomes ‘Never’” (Popular Quote)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat. 2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta yang saya banggakan.


(7)

vii

PENGEMBANGAN MODEL RANGKA MANUSIA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV

SD BAKULAN Oleh Lia Pawestri NIM 11108244026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk model rangka manusia yang layak digunanakan dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Bakulan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development) yang mengacu pada model pengembangan Borg dan Gall. Penelitian dilakukan di SD Bakulan, Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul pada bulan November 2015. Penelitian dilakukan berdasarkan sepuluh langkah Borg dan Gall yang dimodifikasi menjadi sembilan langkah. Langkah-langkah tersebut adalah: 1) penelitian dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4) uji coba lapangan awal, 5) revisi produk, 6) uji coba lapangan utama, 7) revisi, 8) uji coba lapangan operasional, dan 9) revisi produk akhir. Media yang dikembangkan diuji kelayakannya dengan validasi oleh ahli materi dan ahli media. Media yang dikembangkan juga mendapat penilaian dari guru kelas. Subjek penelitian berjumlah 3 siswa saat uji coba lapangan awal, 9 siswa saat uji coba lapangan utama, dan 22 siswa saat uji coba lapangan operasional. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Setelah melalui sembilan langkah sistematis pengembangan Borg dan Gall, model rangka manusia kelas IV SD Bakulan layak digunakan dalam pembelajaran IPA materi rangka manusia berdasarkan hasil validasi ahli dan uji coba produk. Hasil ini tampak dari perolehan skor akhir validasi ahli materi 3,57 yang termasuk dalam kategori sangat baik dan perolehan skor akhir validasi ahli media 3,53 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil penilaian oleh guru memperoleh skor 3,54 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan awal memperoleh skor rata-rata 3,60 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan utama memperoleh skor rata-rata 3,48 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji coba lapangan operasional memperoleh skor rata-rata 3,52 yang termasuk dalam kategori sangat baik.

Kata kunci: Pengembangan, Model Rangka Manusia, IPA


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahkat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengembangan Model Rangka Manusia Pada Pembelajaran IPA Kelas IV SD Bakulan” dengan lancar. Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan.

4. Bapak P. Sarjiman, M. Pd., Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, saran, dan nasihat.

5. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd., Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan.

6. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, ahli materi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dalam perbaikan materi.

7. Bapak Deni Hardianto, M. Pd., ahli media yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dalam perbaikan media.


(9)

ix

8. Bapak Subadi, S. Pd., Kepala SD Bakulan atas bantuan, doa, dan dukungannya.

9. Ibu Siti Istiqomatul C., S. Pd., guru kelas IV SD Bakulan, serta siswa-siswa kelas IV SD Bakulan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 10. Bapak, Ibu, dan kakak tercinta, serta keluarga yang telah memberikan

dukungan materi, motivasi, dan doa selama proses kuliah sampai penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman kelas I dan sahabat seperjuangan di kampus yang telah memberikan bantuan serta motivasi selama penulisan skripsi.

12. Semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dukungan selama perancangan dan pembuatan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan dasar. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 13 Januari 2016 Penulis


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G.Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 7

H.Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Mengenai Pembelajaran IPA ... 11

1. Pembelajaran IPA ... 11

2. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator ... 13

3. Rangka Manusia ... 14

B.Kajian Mengenai Media Pembelajaran Tiga Dimensi ... 19


(11)

xi

2. Karakteristik Model ... 20

3. Jenis Model ... 20

4. Penggunaan Model ... 22

5. Pemilihan Model ... 23

6. Membuat Model ... 25

7. Prinsip Pembuatan Model ... 26

C.Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 33

D.Penelitian yang Relevan ... 35

E. Kerangka Pikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 38

B.Prosedur Pengembangan ... 38

C.Subjek Validasi dan Uji Coba Produk ... 43

1. Subjek Validasi Ahli ... 43

2. Subjek Uji Coba Pengguna ... 44

D.Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 52

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi ... 52

2. Perencanaan ... 53

3. Pengembangan Produk Awal ... 56

4. Uji Coba Lapangan Awal ... 76

5. Revisi Produk ... 78

6. Uji Coba Lapangan Utama ... 79

7. Revisi ... 81

8. Uji Coba Lapangan Operasional ... 81

9. Revisi Produk Akhir ... 83

B.Deskripsi Hasil Pengembangan Produk ... 84


(12)

xii

D.Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 90

B.Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator ... 13

Tabel 2. Prinsip Pembuatan Model dari Segi Materi ... 31

Tabel 3. Prinsip Pembuatan Model dari Segi Media ... 32

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Validasi untuk Ahli Materi ... 47

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Validasi untuk Ahli Media ... 48

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Guru Kelas IV ... 49

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Siswa ... 50

Tabel 8. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 51

Tabel 9. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap Pertama ... 60

Tabel 10. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap Kedua ... 68

Tabel 11. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap Pertama ... 69

Tabel 12. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap Kedua ... 75

Tabel 13. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 77

Tabel 14. Hasil Penilaian Oleh Guru Kelas ... 78

Tabel 15. Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 80

Tabel 16. Hasil Uji Coba Lapangan Operasional ... 82


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Rangka Kepala ... 14

Gambar 2. Rangka Badan ... 15

Gambar 3. Rangka Alat Gerak ... 16

Gambar 4. Kerangka Pikir ... 37

Gambar 5. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 39

Gambar 6. Perubahan Bentuk Tulang Belakang ... 60

Gambar 7. Perubahan Bentuk Ruas Tulang Belakang ... 61

Gambar 8. Perubahan Bentuk Struktur Rangka Tengkorak ... 61

Gambar 9. Perubahan Petunjuk Permainan ... 62

Gambar 10. Perubahan Bentuk Tulang Rusuk ... 64

Gambar 11. Perubahan Tulang Pergelangan Tangan dan Kaki ... 65

Gambar 12. Perubahan Bentuk Tulang Ibu Jari Kaki ... 65

Gambar 13. Tanda Penunjuk Bagian Tulang Sebelum Revisi ... 66

Gambar 14. Tanda Penunjuk Bagian Tulang Setelah Revisi ... 66

Gambar 15. Isi Dengan Dua Gambar Sumber Sebelum Revisi ... 67

Gambar 16. Isi Dengan Gambar Sumber Media Setelah Revisi ... 67

Gambar 17. Penambahan Nomor Pada Tulang Sesudah Revisi ... 68

Gambar 18. Perubahan Warna Tulang ... 70

Gambar 19. Perubahan Tampilan Permukaan Tulang ... 70

Gambar 20. Perubahan Peletakan Kawat Pada Tulang ... 71

Gambar 21. Perubahan Tampilan Kemasan ... 71

Gambar 22. Tampilan Warna Tulang Pada Buku Sebelum Revisi ... 72


(15)

xv

Gambar 24. Penomoran Tulang Setelah Revisi ... 73

Gambar 25. Perubahan Background dan Garis Pada Buku ... 74

Gambar 26. Perubahan Aksesoris dan Gambar Pada Buku ... 74

Gambar 27. Perubahan Warna dan Gambar Pada Kemasan ... 75

Gambar 28. Kegiatan Bermain Menyusun Rangka Manusia ... 76

Gambar 29. Kegiatan Mengidentifikasi Tulang ... 77

Gambar 30. Kegiatan Bermain Menyusun Rangka Manusia ... 79

Gambar 31. Kegiatan Mengidentifikasi Tulang ... 80

Gambar 32. Kegiatan Bermain Menyusun Rangka Manusia ... 82

Gambar 33. Kegiatan Mengidentifikasi Tulang ... 82


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Komponen Model Rangka Manusia ... 96

Lampiran 2. Hasil Validasi Materi Tahap I ... 103

Lampiran 3. Hasil Validasi Materi Tahap II ... 107

Lampiran 4. Hasil Validasi Media Tahap I ... 111

Lampiran 5. Hasil Validasi Media Tahap II ... 115

Lampiran 6. Hasil Evaluasi Oleh Guru ... 119

Lampiran 7. Data Angket Uji Coba Lapangan Awal ... 122

Lampiran 8. Data Angket Uji Coba Lapangan Utama ... 123

Lampiran 9. Data Angket Uji Coba Lapangan Operasional ... 124

Lampiran 10. Angket Evaluasi Siswa ... 125

Lampiran 11. Dokumentasi ... 127

Lampiran 12. Kelengkapan Surat Ijin ... 129


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam berserta isinya. Usaha manusia untuk mempelajari alam yaitu dengan melakukan penyelidikan ilmiah. Menurut Carin dan Sund dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.Kaligis (1993:4), IPA dimaknai sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh melalui pengamatan.

IPA menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan belajar IPA, diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2009 dalam SK dan KD Tingkat SD/MI).

Belajar IPA membutuhkan sarana. Salah satu sarana yang dibutuhkan adalah media. Media pembelajaran IPA sangat dibutuhkan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep saat belajar. Selain itu, Oemar Hamalik dalam Azhar Arsyad (2009: 15) menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.


(18)

2

Permasalahan yang sering ditemui adalah masih ada guru yang enggan menggunakan media saat mengajar. Hasil penelitian mengenai proses pembelajaran IPA khususnya penggunaan KIT IPA yang diperoleh Mohammad Imam Farisi (2011: 1) dalam fakta-fakta penelitian tentang profesi guru dan pengembangan profesi guru menyebutkan bahwa banyak diantara guru mengalami kesulitan dalam cara menggunakan KIT IPA dan kerenanya kurang difungsikan dalam pembelajaran di kelas, bahkan ada guru yang mengasumsikan penggunaan KIT IPA kurang efisien dari sisi waktu.

Permasalahan serupa yaitu guru menganggap bahwa menggunakan media akan menambah repot. Mengajar dengan menggunakan media memang butuh persiapan dan keterampilan. Banyak peralatan media masih tersimpan rapi di ruangan karena belum pernah dimanfaatkan dari awal. Beberapa guru enggan menggunakan media tersebut karena alasan gagap teknologi atau tidak dapat mengoperasikan peralatan tersebut. Namun apabila dicoba dan dipersiapkan dengan baik, media tersebut dapat digunakan kembali sehingga mengurangi kerepotan di kemudian hari.

Hasil penelitian yang dimaksudkan dalam paragraf sebelumnya merupakan hasil penelitian deskriptif oleh Iyoen Tansari, Sri Utami, dan Hery Kresnadi (2014) di SDN Kecamatan Pontianak Tenggara. Ada beberapa hal yang menjadi faktor utama mengapa media KIT dalam pembelajaran IPA kurang dimanfaatkan, yaitu karena kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan media KIT IPA dan kondisi media KIT IPA yang ada di sekolah dalam keadaan rusak sehingga tidak bisa digunakan.


(19)

3

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di SD Bakulan, yaitu salah satu SD yang terletak di Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul, masih kurang tersedianya alat peraga dan media-media pendidikan yang mendukung proses belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran IPA. Kepala SD Bakulan mengatakan bahwa terdapat alat peraga rangka manusia di sekolah, akan tetapi keadaannya sudah rusak dan tidak dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran. Sementara itu, guru kelas IV SD Bakulan menyatakan bahwa selama ini guru mengajarkan materi tentang rangka manusia hanya bersumber dari buku paket dan media gambar karena media rangka manusia yang rusak.

Dalam proses pembelajaran IPA materi rangka manusia tidak banyak mengalami kesulitan dikarenakan materi rangka manusia hanya sedikit. Akan tetapi jika ada alat peraga atau media yang baru dan berbeda akan menarik minat belajar siswa-siswa kelas IV SD Bakulan. Kurangnya antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPA diketahui berdasarkan wawancara dengan siswa kelas IV SD Bakulan tahun ajaran 2014/2015 yang menyatakan bahwa siswa lebih senang belajar dengan cara bekerja.

Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan media pembelajaran IPA, khususnya rangka manusia, maka perlu dilakukan pengadaan media pembelajaran rangka manusia. Pengembangan media juga menjadi sangat penting untuk mengatasi kekurangan media yang ada di SD Bakulan dan keterbatasan media jenis model torso dan rangka manusia yang telah ada di sekolah-sekolah lain. Oemar Hamalik (1994: 62) menyatakan bahwa sekalipun model sudah bisa dianggap mewakili benda asli, namun karena hanya benda tiruan saja memiliki


(20)

4

kekurangan dalam aspek-aspek tertentu disebabkan aspek besarnya benda, perubahan pengaruh luar, dan pada suatu saat sudah tak canggih lagi. Ukuran media yang besar menyebabkan media tersebut sulit untuk dipindahkan.

Hal inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk mengembangkan model rangka manusia yang berbeda dengan yang ada di sekolah pada umumnya. Rangka manusia yang biasa digunakan di sekolah-sekolah berukuran besar dan biasanya hanya terdapat satu rangka manusia. Dalam proses pembelajaran rangka manusia, biasanya rangka manusia tersebut harus dipindahkan ke dalam kelas atau proses pembelajarannya yang berpindah sesuai dengan keberadaan alat peraga rangka manusia tersebut. Hal tersebut menyebabkan alat peraga rangka manusia tersebut kurang efisien dari sisi ruang dan waktu.

Materi yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu rangka manusia merupakan salah satu materi yang terdapat dalam pembelajaran IPA. Materi ini terdapat pada pembelajaran SD kelas IV semester 1 pada kurikulum KTSP. Materi rangka manusia akan dikemas dalam suatu pembelajaran yang memanfaatkan media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman langsung. Angela dalam Suharjo (206: 36) mengemukakan bahwa anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain. Hal inilah yang menjadi pertimbangan untuk dikembangkannya media rangka manusia. Berdasarkan karakteristik siswa dan kondisi SD Bakulan diharapkan pengembangan model rangka manusia dapat mengatasi permasalahan dan menutupi kekurangan yang ada pada alat peraga rangka manusia.


(21)

5

Model rangka manusia ini cukup sederhana karena berukuran sedang dan dapat dibongkar pasang sehingga cukup efektif dan efisien untuk siswa belajar dengan cara berkerja dan mengoperasikan sendiri model rangka manusia tersebut. Model susun yang terdiri dari beberapa objek tulang yang sedikitnya bagian penting dari susunan tulang dikemas dalam ukuran sedang sehingga praktis digunakan siswa. Kegiatan pembelajaran yang dikemas dengan menggunakan model rangka manusia diharapkan dapat menambah motivasi dan antusiasme siswa, serta dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran IPA materi rangka manusia. Dengan demikian keberadaan model rangka manusia dapat berfungsi sebagai media pembelajaran yang dapat bermanfaat bagi siswa dan guru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah penelitian sebagai berikut.

1. KIT IPA belum dimanfaatkan secara maksimal karena kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan media dan kondisi media yang ada di sekolah dalam keadaan rusak.

2. Media rangka manusia yang sering digunakan di sekolah berukuran besar sehingga sulit untuk dipindahkan.

3. Belum adanya media pembelajaran rangka manusia yang ada di SD Bakulan. 4. Antusiasme belajar masih kurang karena disebabkan mata pelajaran IPA


(22)

6 C. Batasan Masalah

Dari identifikasi permasalahan yang telah diutarakan di atas, peneliti tidak meneliti secara keseluruhan masalah, akan tetapi permasalahan utama pada penelitian ini adalah kurang tersedianya media pembelajaran rangka manusia yang dapat menarik antusiasme belajar siswa. Upaya pemecahan masalah tersebut dilakukan dengan cara mengembangkan media rangka manusia untuk siswa kelas IV SD. Oleh karena itu, produk dalam penelitian ini berupa model rangka manusia pada materi manusia kelas IV SD Bakulan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan dengan pertanyaan “Bagaimana menghasilkan model rangka manusia yang layak digunanakan dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Bakulan?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan model rangka manusia yang layak digunanakan dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Bakulan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan, terutama dalam bidang pengembangan


(23)

7 media pendidikan sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Memfasilitasi siswa untuk mengenal rangka manusia melalui media yang lebih menarik.

2) Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.

3) Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. b. Bagi Guru

1) Membantu guru dalam menyajikan materi.

2) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 3) Memberikan inovasi dalam pembelajaran IPA. c. Bagi Sekolah

Memberikan solusi alternatif untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan media pembelajaran yang ada.

G. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dihasilkan dari pengembangan ini adalah media pembelajaran yang dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, terutama untuk pembelajaran IPA materi rangka manusia. Adapun penjelasan lebih lanjut terkait dengan spesifikasi dan bahan dari media tersebut akan peneliti sampaikan di bawah ini.

1. Produk model rangka manusia dikemas dalam kotak berukuran 50 cm x 40cm x 10 cm. Kemasan ini terbuat dari bahan kertas karton yang dilapisi dengan kain flanel dan di dalamnya terdapat spon yang telah dibentuk sesuai


(24)

8 dengan bentuk potongan-potongan tulang.

2. Satu set model rangka manusia terdiri dari dua komponen yaitu sebagai berikut.

a. Model rangka manusia

Model berupa potongan tulang yang dapat dirangkai utuh menjadi rangka manusia. Cara merangkai potongan tulang tersebut yaitu dengan memasangkann rangka badan pada tiang. Potongan tulang berbentuk replika tulang yang dapat membantu siswa dalam kegiatan identifikasi tulang, yaitu nama tulang dan letak tulang. Identifikasi jenis tulang juga dapat dilakukan siswa dengan menggunakan potongan tulang tersebut. b. Buku pedoman penggunaan

Model rangka manusia ini disertai dengan buku pedoman penggunaan yang dibuat dalam dua versi. Versi pertama adalah buku pedoman penggunaan media yang berisi: 1) pengenalan bagian model rangka manusia, 2) materi tulang penyusun rangka dan jenis tulang berdasarkan bentuknya, 3) petunjuk permainan menyusun rangka manusia, dan 4) petunjuk perawata. Versi kedua adalah buku petunjuk permainan menyusun rangka manusia yang berisi: 1) pengenalan bagian model rangka manusia dan 2) petunjuk permainan menyusun rangka manusia. 3. Model rangka manusia berbahan dasar kayu sengon didesain menyerupai

replika potongan tulang. Potongan tulang tersebut didesain agar dapat dirangkai menjadi rangka manusia yang utuh setinggi 70 cm. Rangka manusia tersebut dirangkai pada sebuah tiang yang terbuat dari salah satu


(25)

9

tiang X-banner yang diberdirikan setinggi 75 cm dengan tiga kaki yang terbuat dari paralon.

4. Buku pedoman penggunaan model rangka manusia didesain menggunakan

software CorelDRAW X7 dan dicetak pada kertas ivory 230 gram dan AP 120 gram berukuran 14,8 cm x 21 cm dengan pemilihan warna yang cerah. 5. Cara penggunaan model rangka manusia mudah dioperasikan karena hanya

memasangkan setiap bagian tulang satu dengan lainnya sehingga membentuk rangka manusia yang utuh. Penggunaan model rangka manusia dapat digunakan dalam bentuk kompetisi antar kelompok maupun digunakan secara mandiri oleh siswa.

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari timbulnya kesalahan persepsi terhadap istilah-istilah pokok dalam penelitian ini maka perlu dibatasi batasan istilah sebagai berikut. 1. Pengembangan adalah suatu penelitian untuk mempersiapkan dan

merencanakan secara seksama dalam memproduksi, memvalidasi, mengevaluasi, hingga mengemas produk dalam suatu bentuk fisik.

2. Model rangka manusia adalah tiruan bentuk dari rangka manusia. Model ini didesain untuk memasangkan potongan tulang yang satu dengan potongan tulang lainnya.

3. Pembelajaran IPA merupakan proses membelajarkan subjek didik dalam mempelajari peristiwa yang terjadi di alam ini melalui serangkaian proses ilmiah sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Pengembangan dalam konteks ini mengambil pokok bahasan rangka manusia.


(26)

10

Berdasarkan tiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan model rangka manusia merupakan suatu penelitian untuk mempersiapkan dan merencanakan secara seksama dalam memproduksi, memvalidasi, mengevaluasi, hingga mengemas model berupa tiruan bentuk dari media rangka manusia yang dapat dibongkar pasang sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang layak berdasarkan hasil validasi para ahli dan uji coba lapangan.


(27)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Mengenai Pembelajaran IPA 1. Pembelajaran IPA

Menurut Carin dan Sund dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.Kaligis (1993:4), IPA adalah suatu system of knowing atau sistem untuk mengetahui alam. IPA dianggap suatu kumpulan pengetahuan yang berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh melaui pengamatan. IPA dapat dipandang sebagai suatu proses untuk memahami gejala alam dan menghasilkan produk berupa teori-tori yang didapatkan melalui proses dan dengan sikap ilmiah. Mata pelajaran IPA adalah program yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah pada siswa.

Sementara itu Powler (Winaputra dalam Usman Samatowa, 2011: 3) mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi. Winaputra dalam Usman Samatowa (2011: 3) menambahkan bahwa tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, berupa kumpulan dari hasil


(28)

12

observasi, dan menghasilkan produk berupa teori-tori yang didapatkan melaui proses dan dengan sikap ilmiah.

IPA menjadi salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (Depdiknas, 2009 dalam SK dan KD Tingkat SD/MI)

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA, sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Sejalan dengan pendapat di atas, Usman Samatowa (2011: 4) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan IPA dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, yaitu digolongkan menjadi empat golongan sebagai berikut.

1) IPA merupakan dasar teknologi, sering disebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi adalah IPA.

2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis.

3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat


(29)

13 hafalan belaka.

4) Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan, yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara menyeluruh.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut. (Depdiknas, 2009 dalam SK dan KD Tingkat SD/MI)

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: benda cair,

padat, dan gas.

3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, manet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

5) Sains, Lingkungan Teknologi dan Masyarakat merupakan penerapan teknologi sains dan keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

2. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Kelas IV Semester 1

Materi pokok: Rangka manusia dan fungsinya (Depdiknas, 2009: 35 dalam Model Silabus Kelas IV)

Tabel 1. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Kelas IV Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Makhluk Hidup dan

Proses Kehidupan

1. Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan

fungsinya, serta pemeliharaannya

1.1 Mendeskripsikan

hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya 1.2 Menerapkan cara

memelihara kesehatan kerangka tubuh

1.3 Mendeskripsikan

hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya

1.4 Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera

 Menunjukkan bagian-bagian rangka manusia  Mengidentifikasi tulang

penyusun rangka manusia

 Mengelompokkan tulang berdasarkan jenisnya  Mendeskripsikan

hubungan struktur rangka dan fungsinya


(30)

14

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria pengembangan media mengacu pada beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

a. Kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi. b. Kesesuaian materi dengan Kompetensi Dasar. c. Kesesuaian materi dengan Tujuan Pembelajaran. 3. Rangka Manusia

Aprilia & Afifatul Achyar (2009: 5) menjelaskan bahwa tulang-tulang yang tersambung dan tersusun rapi dan teratur membentuk rangka. Rangka tubuh manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu rangka kepala, rangka penyusun badan, dan rangka penyusun anggota gerak.

a. Tulang-tulang Penyusun Rangka 1) Rangka Kepala

Gambar 1. Rangka Kepala

Tengkorak membentuk kepala dan rangka wajah. Tulang-tulang yang menyusun tengkorak bagian kepala adalah tulang dahi, tulang ubun-ubun, tulang tengkorak belakang, tulang pelipis, dan tulang baji. Adapun tulang-tulang yang menyusun rangka wajah, antara lain tulang mata,


(31)

15

tulang hidung, tulang pipi, rahang atas, dan rahang bawah. Jumlah seluruh tulang yang menyusun tengkorak adalah 29 ruas tulang. Adapun rangka kepala bagian belakang membentuk batok kepala. Disebut batok

karena memang bentuknya seperti batok kelapa. 2) Rangka Badan

Rangka badan bersambung-sambung, terdiri dari a) tulang belakang, b) tulang dada, c) tulang rusuk, d) gelang bahu, dan e) gelang panggul. Tulang belakang tersusun atas tulang-tulang pendek yang saling berhubungan. Tulang belakang tersusun atas 33 ruas tulang. Tulang-tulang yang menyusunnya antara lain:

a) 7 ruas tulang leher, b) 12 ruas tulang punggung, c) 5 ruas tulang pinggang,

d) 5 ruas tulang kelangkang yang bersatu, dan e) 4 ruas tulang ekor.


(32)

16

Tulang dada terletak di antara tulang rusuk. Tulang rusuk dan tulang dada membentuk rongga dada. Jika kamu ingin mengetahui letak tulang dada, tekanlah bagian tengah dadamu! Apakah ada bagian yang keras? Bagian yang keras itulah yang dinamakan tulang dada.

Tulang rusuk berfungsi untuk melindungi jantung dan paru paru. Tulang rusuk terdiri atas:

a) 7 pasang tulang rusuk sejati, b) 3 pasang tulang rusuk palsu, dan c) 2 pasang tulang rusuk melayang.

Bahu manusia tersusun atas dua tulang, yaitu tulang selangka dan tulang belikat. Sedangkan gelang panggul terletak pada badan bagian bawah. Gelang panggul tersusun atas tulang pinggul dan tulang kemaluan.

3) Rangka Alat Gerak

Rangka alat gerak terdiri dari lengan dan kaki. Untuk memudahkan mempelajarinya, kita kelompokkan menjadi dua bagian. Bagian tersebut adalah alat gerak atas dan bawah. Alat gerak atas berupa rangka lengan. Lihat Gambar 3. di bawah ini.


(33)

17 Rangka gerak atas terdiri dari:

a. tulang lengan atas, b. hasta,

c. pengumpil,

d. pergelangan tangan, e. telapak tangan, dan f. jari tangan.

Alat gerak bawah berupa rangka kaki. Rangka gerak bawah tersusun dari: a. tulang paha,

b. tempurung lutut, c. betis,

d. tulang kering, e. pergelangan kaki, f. telapak kaki, dan g. jari kaki.

b. Jenis Tulang Berdasarkan Bentuknya 1) Tulang Pipa

Tulang pipa memiliki bentuk utama seperti tabung dan berongga. Rongga pada tulang pipa berisi sumsum kuning yang banyak mengandung lemak sebagai cadangan makanan. Pada ujung-ujung tulang pipa yang menggembung terdapat rongga-rongga kecil yang berisi sumsum merah sebagai pembentuk sel-sel darah. Tulang paha termasuk ke dalam tulang pipa.

2) Tulang Pendek

Tulang pendek memiliki ukuran tulang yang pendek yang di dalamnya terdapat rongga-rongga kecil berisi sumsum merah. Tulang belakang, tulang pergelangan tangan, dan tulang pergelangan kaki termasuk ke dalam tulang pendek.


(34)

18 3) Tulang Pipih

Tulang pipih berbentuk pipih yang di dalamnya terdapat rongga-rongga kecil berisi sumsum merah sebagai tempat pembentukan sel-sel darah. Tulang rusuk, tulang dada, dan tulang tengkorak kepala termasuk ke dalam tulang pipih

c. Pembelajaran Rangka Manusia

Berikut ini beberapa contoh kegiatan siswa yang ada dalam buku paket IPA kelas IV. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai indikator dan tujuan yang sudah ditentukan.

Aktivitas 1 (Panut, Muchtar, dan Kasmuri, 2006: 7-8)

1) Siswa memperhatikan media rangka atau gambar rangka manusia. 2) Siswa menunjukkan bagian-bagian rangka tubuh manusia.

3) Siswa mengisi kolom-kolom kosong yang menunjukkan bagian-bagian rangka kepala, rangka badan, dan rangka anggota gerak

Aktivitas 2 (Rositawaty dan Aris Muharam, 2008: 9-10) 1) Siswa meniru gambar rangka manusia

2) Siswa mewarnai gambar bagian-bagian rangka manusia dengan aturan warna yang berbeda untuk setiap bentuk tulang yang berbeda. (misal: warna merah untuk tulang pipa, warna biru untuk tulang pipih, dan warna kuning untuk tulang pendek.

3) Siswa mengelompokkan tulang berdasarkan bentuknya.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran IPA materi rangka manusia tersebut dapat dijadikan sebagai referensi


(35)

19

pengembangan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang dikembangkan, yaitu dengan menguraikan materi pembelajaran mengikuti alur yang dilakukan siswa.

B. Kajian Mengenai Media Pembelajaran Tiga Dimensi

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 3) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran. Pertama, media grafis (media dua dimensi) seperti gambar, foto, grafik, bagan, atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model dan boneka. Ketiga, media proyeksi seperti slide, filmstrips, film, penggunaan OHP,dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

I Wayan (2007: 15) mengemukakan bahwa media tiga dimensi adalah media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional yang dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Menurut Moedjiono dalam I Wayan (2007: 15), media sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan:

a. Memberikan pengalaman secara langsung,

b. Penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme,

c. Dapat menunjukkan objek secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya,

d. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dan e. Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas.

Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah:

a. Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, b. Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar, dan c. Perawatannya rumit.


(36)

20

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 156) menambahkan bahwa media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka.

1. Pengertian Model

Model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya. Sedangkan boneka merupakan jenis model yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan. Hujair (2013: 129) juga berpendapat bahwa benda model dapat diartikan sebagai sesuatu yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi, sehingga meyerupai benda aslinya.

2. Karakteristik Model

Daryanto (2010: 31) menyebutkan bahwa ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan model, yaitu sebagai berikut.

a. Belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-penting saja. b. Dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu objek.

c. Siswa memperoleh pengalaman yang konkret. 3. Jenis Model

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 156) mengelompokkan model ke dalam enam kategori, yaitu sebagai berikut.

a. Model padat (solid model)

Model padat memperlihatkan bagian permukaan luar objek dan seringkali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan


(37)

21

utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya. Contoh dari model ini adalah model padat bentuk geometrik dan lapisan tanah.

b. Model penampang (cutway model)

Model penampang memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Contoh dari model ini adalah model penampang melintang lapisan bumi dan mesin-mesin.

c. Model susun (build-up model)

Model susunan terdiri dari beberapa bagian objek yang lengkap, atau sedikitnya suatu bagian penting dari objek itu. Contoh dari model ini adalah model susun tubuh manusia berupa torso.

d. Model kerja (working model)

Model kerja adalah tiruan dari suatu objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli dan mempunyai beberapa bagian dari benda yang sesungguhnya. Contoh dari model ini adalah tiruan timbangan dan alat optik.

e. Mock-up

Mock-up adalah suatu penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau sistem yang rumit. Susunan nyata dari bagian-bagian pokok itu diubah sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah dimengerti. Contoh dari model ini adalah mock-up drivotrainer untuk berlatih mengendarai mobil.


(38)

22 f. Diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya.

4. Penggunaan Model

Salah satu media pembelajaran IPA berbentuk tiga dimensi dan menyerupai benda aslinya yang dapat digunakan guru untuk membantu membelajarkan rangka manusia adalah torso. Menurut Widodo, dkk (2007), torso adalah model potongan tubuh manusia. Torso dapat memudahkan siswa untuk mempelajari anatomi tubuh manusia. Penggunaan model susun dari tubuh manusia ini diadaptasi untuk mengembangkan model susun rangka manusia.

Diadaptasi dari Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 164) mengenai penggunaan torso dalam pembelajaran, model rangka manusia membantu siswa dalam dua hal, yaitu sebagai berikut.

a. Model rangka manusia digunakan untuk menunjukkan posisi setiap tulang pada saat proses pembelajaran. Siswa dibagi dalam kelompok kecil untuk menggunakan model rangka manusia tersebut. Untuk mengulang kembali mengenai apa yang diketahui siswa mengenai penempatan tulang.

b. Untuk mengerjakan hal tersebut, siswa menebarkan tulang-tulang dan setiap siswa bergantian menyusun tiap potongan tulang tersebut menjadi rangka manusia yang utuh. Kemudian siswa secara singkat menyebutkan nama-nama tulang tersebut.


(39)

23

Berdasarkan kajian tentang model dari beberapa dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model rangka manusia termasuk ke dalam jenis model susun, yaitu susunan yang terdiri dari beberapa bagian tulang yang penting membentuk rangka manusia yang utuh yang merupakan tiruan dari torso berbentuk rangka manusia. Model rangka manusia ini memberikan pengamatan kepada siswa mengenai letak tulang sebenarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model rangka manusia sebagai media tiga dimensi memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan pengalaman secara langsung.

b. Penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme.

c. Dapat menunjukkan objek secara utuh secara konstruksi dengan menunjukkan posisi setiap tulang.

d. Penyimpanannya tidak memerlukan ruang yang besar karena didesain dengan ukuran media yang sedang.

e. Perawatannya tidak rumit.

Sementara itu, model rangka manusia mempunyai kelemahan tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah besar (kelompok besar).

5. Pemilihan Model

Pada dasarnya pertimbangan untuk memilih model sama halnya dengan memilih memilih media pembelajaran pada umumnya. Menurut Azhar Arsyad (2009: 75-76), ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, antara lain sebagai berikut.


(40)

24

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi.

c. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik.

Dick and Carey dalam Arief Sadiman (2015: 86) menyebutkan bahwa faktor utama dalam pemilihan media yaitu media yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan perilaku belajajarnya. Di samping itu, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, di antaranya sebagai berikut.

a. Ketersedian sumber setempat

Bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri.

b. Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya?

c. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media

Media dapat digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan.


(41)

25

d. Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Ada jenis media yang biayanya mahal, namun apabila dilihat kestabilan materi dan penggunaan yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang akan menjadi media yang murah apabila dibandingkan dengan jenis media yang lebih murah tetapi setiap waktu materinya berganti.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan model harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor pembelajaran yang berupa 1) tujuan pembelajaran dan 2) ketepatan isi pelajaran, dan faktor media yang berupa 3) ketersediaan sumber, 4) dana, tenaga, dan fasilitas, 5) keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan, dan 6) efektivitas biaya.

6. Membuat Model

Model sederhana dapat dibuat dari bahan kayu. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 177) menyebutkan bahwa kayu lunak seperti pinur putih, kayu merah, atau kayu ara bersifat kuat tetapi mudah digergaji, dipaku, dibor, serta ditatah. Sedangkan kayu-kayu keras seperti mahoni sangat sulit dikerjakan. Yang termudah dikerjakan adalah kayu balsa yang memiliki sifat sangat lunak dan ringan. Kayu balsa ini sering digunakan sebagai bahan untuk membuat kit-kit atau kerajinan tangan. Bahan-bahan potongan kecil dapat ditemukan di sekitar rumah dan akan sangat berguna karena semua potongan kecil kayu bisa digunakan untuk membuat model.


(42)

26 7. Prinsip Pembuatan Model

Prinsip pembuatan model mengacu pada prinsip pembuatan media pembelajaran pada umumnya. Badru Zaman dan Cucu Eliyawati (2010 dalam https://www.academia.edu/) menyebutkan ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran, yaitu sebagai berikut. a. Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multi guna.

Multiguna disini maksudnya adalah bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek perkembangan anak, misalnya aspek motorik, kognitif.

b. Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar dan murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa.

c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak.

Aspek keselamatan anak merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru sebagai pembuat media pembelajaran Bahan-bahan tertentu yang mengandung bahan kimia yang berbahaya perlu dihindari oleh guru. d. Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah

kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi.

Alat permainan konstruktif seperti balok-balok kayu merupakan salah satu contoh alat permainan yang cukup menarik dan menantang anak untuk berkreasi.


(43)

27 e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana.

Tiap media pembelajaran itu sudah memiliki fungsi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal.

Media pembelajaran yang dirancang harus memungkinkan anak untuk menggunakannya baik secara individual, digunakan dalam kelompok atau secara klasikal.

g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Tingkat perkembangan anak yang berbeda berpengaruh terhadap jenis permainan yang akan dibuat.

Sementara itu, Cecep Kustadi dan Bambang Sutjipto (2001: 104-104) menyatakan bahwa terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media pembelajaran sederhana. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kesederhanaan

Kesederhanaan mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visualisasi. Jumlah elemen yang lebih sedikir memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan.

b. Keterpaduan

Keterpaduan mengacu pada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual. Elemen-elemen-elemen tersebut harus berkaitan dan menyatu sebagai suatu keseluruhan, sehingga sajian visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal dan dapat membantu pemahaman


(44)

28 pesan serta informasi yang dikandungnya. c. Penekanan

Konsep yang disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang menjadi pusat perhatian siswa, dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan perspektif warna dan ruang, penekanan dapat diberikan pada unsur yang terpenting.

d. Keseimbangan

Bentuk yang dipilih menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan-keseimbangan, meskipun tidak seluruhnya simetris.

e. Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan perlu diperhatikan.

f. Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus. g. Tekstur

Tekstur merupakan unsur yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halus yang dapat digunakan untuk penekanan unsur, misalnya unsur warna. h. Warna

Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan, untuk membangun keterpaduan, mempertinggi tingkat realisme objek,


(45)

29

menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan respon emosional tertentu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan warna, yaitu 1) pemilihan warna khusus (merah, biru, dan sebagainya), 2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna dibandingkan dengan unsur lainnya dalam visual), dan 3) intensitas atau kekuatan warna untuk memberikan dampak yang diinginkan.

Untuk menunjang kemudahan dalam penggunaan media pembelajaran, diperlukan buku pedoman penggunaan media. Kriteria penilaian buku pedoman ini mengacu pada kriteri buku ajar. Sa’dun Akbar (2013: 39-40) menyatakan bahwa buku ajar yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut.

a. Akurat (akurasi)

Keakuratan dapat dilihat dari aspek: 1) kecermatan penyajian, 2) benar memaparkan hasil penelitian, dan 3) tidak salah mengutip pendapat pakar. b. Sesuai (relevansi)

Buku ajar yang baik memiliki kesesuaian antar kompetensi yang harus dikuasai dengan cakupan isi, kedalaman pembahasan, dan kompetensi pembaca.

c. Komunikatif

Isi buku mudah dicerna pembaca, sistematis, jelas, dan tidak mengandung kesalahan bahasa.

d. Lengkap dan Sistematis


(46)

30

pembaca, memberikan manfaat pentingnya penguasaan kompetensi bagi kehidupan pembaca, dan menguraikan materi secara sistematis.

e. Berorientasi pada Student Centered

Pendidikan dengan kurikulum KTSP membutuhkan buku ajar yang dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, terjadinya interaksi antar siswa dengan sumber belajar, merangsang siswa membangun pengetahuan sendiri, menyemangati siswa belajar secara berkelompok, dan menggiatkan siswa mengamalkan isi bacaan.

f. Kaidah bahasa benar

Buku ajar ditulis menggunakan ejaan, istilah, dan struktur kalimat yang tepat.

g. Terbaca

Keterbacaan tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat, serta panjang alineanya sesuai dengan pemahaman pembaca.

Secara keseluruhan, pembuatan model rangka manusia dapat dirangkum ke dalam prinsip segi materi dan segi media seperti pada tabel 2 dan 3 di bawaah ini.


(47)

31

Tabel. 2 Prinsip Pembuatan Media dari Segi Materi

Model Rangka Manusia Buku Pedoman

a. Materi yang dikemas dalam model rangka manusia disesuaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa yaitu:

1) siswa dapat menunjukkan bagian-bagian rangka manusia

2) siswa dapat mengidentifikasi tulang penyusun rangka manusia dan, 3) siswa dapat mengelompokkan tulang

berdasarkan bentuknya.

b. Bentuk tulang yang dibuat harus mewakili bentuk aslinya, yaitu disesuaikan dengan materi yang ada (prinsip akurasi).

c. Materi yang dikemas dalam model rangka manusia disesuaikan dengan karakteristik siswa SD kelas tinggi yang sedang belajar sambil bermain dengan cara berkerja dan

berkelompok

d. Kompetensi yang harus dikuasai siswa dapat dicapai dengan

menggunakan model rangka manusia. e. Model rangka manusia dapat

digunakan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, yaitu aspek motorik, kognitif, dan afektif (prinsip multiguna). f. Melalui aktivitas belajar sambil

bermain dengan cara bekerja, model rangka manusia dapat melatih koordinasi mata dan tangan siswa (aspek motorik) untuk menyusun potongan tulang menjadi rangka manusia yang utuh. Melalui kegiatan kelompok menyusun potongan tulang, model rangka manusia dapat melatih kerjasama antarsiswa (aspek afektif). Melalui serangkaian kegiatan menyusun rangka manusia dan

mengidentifikasi tulang, model rangka manusia dapat menjangkau pengetahuan siswa mengenai rangka manusia (aspek kognitif).

a. Materi yang disajikan disesuaikan dengan model rangka manusia yang dikembangkan, yaitu materi yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

b. Sistematika penyajian materi pada buku pedoman

penggunaan lengkap dan mengikuti alur alternatif kegiatan yang akan dilakukan siswa dengan menggunakan model rangka manusia (alur pada indikator).

c. Materi yang disajikan pada buku pedoman mudah dicerna oleh siswa (prinsip komunikatif)

d. Materi yang disajikan (petunjuk penggunaan dan permainan) mendorong terjadinya interaksi siswa dengan model rangka

manusia (prinsip berorientasi pada student centered). e. Struktur kalimat yang

digunakan tepat, sesuai dengan ejaan dan

pemahaman siswa (prinsip kaidah bahasa benar) f. Buku pedoman yang

disajikan dapat membantu siswa dalam proses

pembelajaran meng-gunakan model rangka manusia (sesuai dengan fungsi dan sarana).


(48)

32

Tabel 3. Prinsip Pembuatan Model dari Segi Media

Model Rangka Manusia Buku Pedoman

a. Bentuk pada tampilan fisik

mempengaruhi penilaian awal pada media (prinsip bentuk).

Bentuk kemasan dibuat menarik dengan cara membentuk kemasan dalam sesuai dengan bentuk tulang. Bentuk yang aneh mengikuti bentuk tulang dapat

membangkitkan minat dan perhatian siswa.

Bentuk rangka manusia yang telah utuh tersusun juga memberikan kesan menarik karena bentuknya yang berukuran sedang. b. Bentuk yang dipilih adalah bentuk tulang

yang memberikan persepsi seimbang, meskipun tidak semua bentuk dan ukuran simetris (prinsip keseimbangan).

c. Warna pada potongan tulang disesuaikan dengan warna tulang aslinya, yaitu warna putih (prinsip warna).

Hal ini digunakan untuk memberikan penekanan bahwa warna tulang adalah putih tulang.

d. Jumlah elemen yang ada pada model rangka manusia yang utuh tidak terlalu banyak, yaitu terdapat 17 potong

gabungan tulang (prinsip kesederhanaan). e. Bahan yang digunakan adalah kayu yang

bersifat keras sehingga tepat digunakan untuk tulang (prinsip ketepatan).

f. Kayu merupakan bahan yang tidak mudah pecah walaupun sifanya yang keras (prinsip ketahanan).

g. Media berbahan kayu aman digunakan oleh siswa (prinsip keamanan).

Bahan penunjang lainnya adalah kawat dan paralon. Kawat yang digunakan telah dihaluskan dan dilapisi dengan selotip kertas dan selotip plastik sehingga tidak menimbulkan kesan tajam.

h. Model rangka manusia mudah digunakan karena ukurannya yang kecil dan hanya menyusun potongan tulang menjadi rangka manusia yang utuh (media mudah dan praktis digunakan).

a. Komposisi warna yang sesuai pada buku

pedoman akan

menimbulkan kesan pemisahan, penekanan, menunjukkan persamaan dan perbedaan, dan menciptakan emosional tertentu (prinsip warna). b. Huruf yang sederhana

dan mudah dibaca oleh siswa akan menimbulkan kesan kesederhanaan pada jumlah elemen yang ada bada bacaan (prinsip kesederhanaan). c. Elemen-elemen pada

buku, seperti huruf, gambar, dan garis berkaitan dan menyatu

sebagai suatu

keseluruhan yang disajikan dalam suatu tata letak akan membantu pemahaman siswa. (prinsip keterpaduan).

d. Kertas yang digunakan untuk mencetak adalah kertas ivory dan kertas AP (prinsip ketepatan).


(49)

33

Model Rangka Manusia Buku Pedoman

i. Model rangka manusia dapat dioperasikan atau dimainkan oleh siswa dengan cara memasangkan setiap potong tulang. Contoh permainan konstruktif seperti ini menarik dan menantang untuk siswa (media dapat dimainkan).

j. Model rangka manusia dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok maupun individu.

C. Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Menurut Piaget dalam Rita Eka Izzaty (2008: 105) masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap berpikir konkret (usia 7-12 tahun), di mana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep samar-samar dan kurang jelas, sekarang menjadi lebih konkret. Kemampuan berpikirnya ditandai dengan adanya aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah yang bersifat konkret. Anak SD juga memerlukan jembatan penghubung untuk memahami sesuatu yang abstrak menuju sesuatu yang konkret.

Sementara itu, Angela dalam Suharjo (2006: 36) mengemukakan perkembangan dan belajar anak itu sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir anak itu berkembang secara sekuensial dari konkrit menuju abstrak.

2. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi.

3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.

4. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah.

5. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk beremati dengan yang lain.

6. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.


(50)

34

Karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan Basset, Jacka, dan Logan dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998: 12-13) adalah sebagai berikut.

1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.

2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira.

3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi, dan mencobakan usaha-usaha baru. 4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi

sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan.

5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.

6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Sementara itu, Rita Eka Izzaty (2008: 116-117) menyebutkan bahwa siswa kelas 4 SD termasuk dalam anak masa kelas tinggi yang mempunyai ciri khas sebagai berikut.

1. Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistik

3. Timbul minak kepada pelajaran-pelajaran khusus

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajaranya di sekolah

5. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Kegiatan bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis, dan sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan pengalaman berharga. Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang dilakukan secara berkelompok. Permainan konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk permainan yang juga disukai anak. (Rita Eka Izzaty, 2008: 114)


(51)

35

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model rangka manusia cocok digunakan oleh anak usia SD kelas 4 yang memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikirnya ditandai dengan adanya aktivitas mental seperti mengingat dan memecahkan masalah yang bersifat konkret.

2. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain.

3. Mereka belajar dengan cara bekerja.

4. Permainan yang disukai adalah permainan konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sudah pernah dilakukan oleh Andhini Murbarani (2014) dalam pengembangan media puzzle elektronik tentang rangka tubuh manusia pada mata pelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Jombatan V Jombang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media

puzzle elektronik yang telah dikembangkan telah memenuhi kriteria kelayakan pemakaian dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Kerangka Pikir

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang ikut mempengaruhi iklim dan kondisi belajar. Pada kenyataan di lapangan, mata pelajaran IPA khususnya materi rangka manusia masih menggunakan metode dan media konvensional sehingga berdampak pada keefektifan pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu diperlukan upaya untuk


(52)

36

memperbaiki proses belajar mengajar dengan mempergunakan media sebagai alat bantu mengajar.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat, dan motivasi siswa. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran akan membantu siswa meningkatkan pemahaman dan membantu guru untuk menyajikan materi dengan menarik. Hasil studi lapangan mengenai media pembelajaran IPA di SD Bakulan didapatkan bahwa tidak terdapat media rangka manusia sehingga proses pembelajaran materi rangka manusia hanya bersumber pada LKS dan gambar. Maka dari itu, diperlukan media yang mampu meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari pelajaran IPA materi rangka manusia.

Anak-anak terutama siswa SD lebih mudah belajar melalui sebuah permainan. Kegiatan seperti bermain serta peralatan bermain juga termasuk media pembelajaran akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Hal ini dikarenakan kegiatan bermain mengkondisikan siswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa dengan mudah. Siswa SD lebih mudah belajar melalui sebuah permainan. Pembelajaran dengan cara seperti ini sesuai dengan karakteristik siswa yang masih senang bermain. Melalui sebuah permainan belajar akan terasa menyenangkan bagi mereka. Peralatan bermain juga termasuk media pembelajaran, karena mengandung pesan-pesan yang nantinya akan diterima oleh


(53)

37

siswa saat bermain. Proses penerimaan pesan tersebut merupakan proses belajar yang dialami oleh siswa.

Model rangka manusia merupakan salah satu inovasi pengembangan media pembelajaran. Produk berupa model susun, yaitu potongan-potongan tulang yang terbuat dari kayu dan kawat kabel. Model rangka manusia ini berjumlah 17 potong yang terdiri dari 1 potong tulang tengkorak, 4 potong tulang badan, dan 12 potong tulang anggota gerak. Model rangka manusia ini juga dilengkapi dengan buku pedoman yang berisi materi rangka manusia dengan menggunakan model rangka manusia dan petunjuk permainan menyusun rangka manusia.

Untuk mengetahui kelayakan model rangka manusia, dilakukan tahap validasi dan uji coba untuk menghasilkan produk berupa media yang yang layak digunakan sebagai media pembelajaran. Secara sederhana, kerangka pikir pengembangan model rangka manusia digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Kerangka Pikir

 Tidak tersedianya media rangka manusia di SD Bakulan.

 Terdapat kekurangan pada media rangka manusia yaitu ukuran yang besar sehingga kurang efektif dan efiesien dari segi ruang dan waktu.

Dibutuhkan media sebagai alat bantu pembelajaran IPA materi rangka manusia kelas IV SD yang berbeda dari media rangka manusia yang ada.

Pengembangan model rangka manusia pada pembelajaran IPA kelas IV SD

 Model rangka manusia layak digunakan sebagai media pembelajaran IPA kelas IV SD.

 Proses pembelajaran IPA materi rangka manusia kelas IV lebih efektif dan menyenangkan.


(54)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian R&D atau Research and Development yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan poduk tersebut (Sugiyono, 2008: 297). Menurut Borg dan Gall (1983: 772), R&D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan menvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Dalam penelitian ini, produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran berupa model rangka manusia. Model rangka manusia pada pembelajaran IPA untuk siswa kelas IV SD yang sudah tervalidasi dan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran oleh para ahli.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini dilakukan untuk menghasilkan model rangka manusia yang layak digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah dasar. Prosedur langkah-langkah penelitian dan pengembangan dalam metode Research and Development (R&D) memiliki beberapa langkah. Borg & Gall (1983: 775-776) menyarankan sepuluh langkah yang harus dilakukan dalam penelitian dan pengembangan. Kesepuluh langkah tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Research and information collecting. 2. Planning.

3. Develop premilinary form of product. 4. Premillinary field testing.

5. Main product revision. 6. Main field testing.

7. Operational product revision. 8. Operational field testing.


(55)

39

9. Final product revision.

10. Dessemination and implementation.

Gambar 5. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Metode Research and Development (R&D) Borg and Gall (1983)

Konsep penelitian dan pengembangan pada dasarnya dilakukan sebagai upaya pengembangan yang disertai dengan upaya validasi untuk mencapai tujuan. Maka dari itu penelitian ini hanya dibatasi pada tujuan pengembangan produk yang telah tervalidasi, namun pada langkah ke-10 yaitu mendesiminasi produk tidak dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya dan kemampuan peneliti. Berdasarkan langkah-langkah pengembangan menurut Borg & Gall (1983), penelitian dan pengembangan model rangka manusia pada pembelajaran IPA kelas IV SD Bakulan, dilakukan dalam sembilan langkah sebagai berikut.

Penelitian dan Pengumpulan

Informasi

Diseminasi dan Implementasi

Uji Coba Lapangan Awal Pengembangan Produk Awal Perencanaan

Uji Coba Lapangan Operasional

Revisi Produk I

Revisi Produk II

Uji Coba Lapangan Utama

Revisi Produk Akhir


(56)

40 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Langkah pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan studi pendahuluan dan studi pustaka. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan di SD Bakulan dengan melakukan observasi pada proses pembelajaran IPA, khususnya pada materi rangka manusia. Kegiatan observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap keadaan media pembelajaran IPA. Selain itu juga dilakukan wawancara kepada guru kelas. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala dalam proses pembelajaran IPA dan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran IPA materi rangka manusia. Hasil observasi yang diperoleh dalam tahap ini dikumpulkan dan disusun menjadi data awal untuk mengatasi masalah yang ada.

Selain pengumpulan informasi dari lapangan, peneliti juga mengumpulkan informasi melalui hasil penelitian mengenai penggunaan media di beberapa daerah. Studi pustaka juga dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai media dan strategi pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada pembelajaran IPA materi rangka manusia kelas IV SD. Dari studi pendahuluan dan studi pustaka yang dilakukan, peneliti menentukan jenis media yang akan dikembangkan adalah model rangka manusia pada pembelajaran IPA kelas IV SD.

2. Perencanaan

Data-data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya akan dijadikan sebagai bahan kajian dalam pengembangan media. Media pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah pembelajaran IPA, khususnya materi rangka


(57)

41

manusia adalah model rangka manusia. Perencanaan pengembangan produk model rangka manusia meliputi.

a. Menentukan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model rangka manusia sesuai dengan SK, KD, dan indikator pada mata pelajaran IPA pokok bahasan rangka manusia.

b. Mendesain bentuk potongan tulang berbahan dasar kayu yang disesuaikan dengan bentuk replika tulang menggunakan peralatan kayu.

3. Pengembangan Produk Awal

Tahap ini mulai membuat media tiruan rangka manusia yang dikemas dalam bentuk tulang yang meliputi penyusunan pokok materi dan desain awal dikembangkan dengan membuat tulang dalam bentuk tiga dimensi. Produk divalidasi oleh ahli media dan ahli materi menggunakan angket validasi media model rangka manusia pada pembelajaran IPA.

Validasi dari sisi materi dilakukan oleh dosen IPA dari prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan validasi dari sisi media dilakukan oleh dosen dari prodi Teknologi Pendidikan. Setelah itu kegiatan yang dilakukan adalah revisi berdasarkan saran dari para ahli (validator). Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengantisipasi kesalahan pada pengguna. Tugas ahli materi adalah memberikan penilaian terhadap aspek kualitas pembelajaran dan isi materi. Sedangkan ahli media bertugas memberikan penilaian terhadap aspek kualitas tampilan potongan tulang. Jika dari validasi ahli media dan ahli materi masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, maka dalam tahap ini akan dilakukan revisi oleh peneliti sehingga dapat menghasilkan produk yang layak digunakan untuk anak SD.


(58)

42 4. Uji Coba Lapagan Awal

Media yang telah dikembangkan serta telah divalidasi kemudian diujicobakan. Uji coba lapangan awal dilakukan dengan cara mempresentasikan penggunaan media dihadapan guru kelas dan diujicobakan kepada 2 siswa kelas IV SD Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul. Dalam uji coba ini dilakukan pengamatan langsung dan dokumentasi (foto dan lembar evaluasi produk oleh guru kelas dan siswa kelas IV SD). Tahap ini bertujuan untuk mengetahui respon dan memperoleh masukan dalam revisi tahap selanjutnya pada produk model rangka manusia

5. Revisi Poduk Hasil Uji Coba Lapangan Awal

Dalam proses revisi produk model rangka manusia akan dilakukan diskusi dengan ahli dan pembimbing atas dasar hasil uji coba lapangan awal. Hasil revisi produk selanjutnya digunakan untuk melakukan uji coba lapangan utama.

6. Uji Coba Lapangan Utama

Uji coba lapangan utama dilakukan pada kelompok kecil yang melibatkan 9 siswa kelas IV SD Bakulan yang diambil secara acak. Uji coba ini bertujuan untuk memperoleh masukan guna menyempurnakan produk model rangka manusia yang dikembangkan. Seperti pada tahap sebelumnya, dalam tahap ini akan dilakukan pengamatan langsung dan dokumentasi hasil penilaian siswa. 7. Revisi Produk Hasil Uji Coba Lapangan Utama

Dalam proses revisi produk model rangka manusia akan dilakukan diskusi dengan ahli dan pembimbing atas dasar hasil uji coba lapangan utama. Hasil revisi produk selanjutnya digunakan untuk melakukan uji coba lapangan utama.


(59)

43 8. Uji Coba Lapangan Operasional

Uji coba lapangan operasional dilakukan kepada 22 siswa kelas IV SD Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul. Dalam pelaksanaan uji coba operasional dilakukan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran, selain itu uji coba ini dilakukan untuk memperoleh dokumentasi berupa foto dan angket penilaian siswa.

9. Revisi Produk Akhir

Data dari hasil uji coba lapangan utama dan uji coba kelompok operasional dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan produk akhir pengembangan model rangka manusia. Produk model rangka manusia dikatakan telah teruji validasinya dan dapat dikatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan apabila produk model rangka manusia tersebut telah melewati beberapa tahap revisi hingga akhir dan tidak ada revisi lagi. Dengan demikian model rangka manusia telah siap digunakan sebagai media pembelajaran pada materi sistem rangka tubuh manusia kelas IV SD.

C. Subjek Validasi dan Uji Coba Produk

Subjek penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu subjek validasi dan subjek uji coba.

1. Subjek Validasi Ahli

Subjek ahli terbagi dalam dua golongan, yaitu sebagai berikut. a. Ahli Materi

Ahli materi adalah orang yang menguasai suatu materi bidang tertentu, yaitu ditandai dengan latar belakang pendidikannya. Validasi dilakukan dengan


(60)

44

melakukan penilaian menggunakan angket validasi yang telah dibuat oleh peneliti tentang aspek relevansi, sajian, dan motivasi. Validator (ahli materi) juga memberikan komentar, masukan, dan saran guna penyempurnaan validasi sampai media yang dikembangkan siap diujicobakan.

b. Ahli Media

Ahli media adalah orang yang menguasai suatu bidang media pembelajaran, yaitu ditandai dengan latar belakang pendidikannya. Validasi dilakukan dengan melakukan penilaian menggunakan angket validasi yang telah dibuat oleh peneliti tentang aspek tampilan, bahan, dan pemakaian. Validator (ahli materi) juga memberikan komentar, masukan, dan saran guna penyempurnaan validasi media sehingga media siap digunakan dalam kegiatan uji coba.

2. Subjek Uji Coba Pengguna

Subjek uji coba pengguna produk model rangka manusia mencakup. a. Subjek uji coba lapangan awal

Subjek uji coba lapangan awal adalah kelompok kecil yang terdiri dari 3 siswa kelas IV SD Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul. Selain subjek uji coba terhadap siswa, media yang telah dikembangkan juga dipresentasikan kepada guru kelas. Kegiatan ini digunakan untuk mengungkap data tentang kelebihan dan kekurangan media.

b. Subjek uji coba lapangan utama

Subjek uji coba lapangan utama adalah kelompok besar yang terdiri dari 9 siswa kelas IV SD Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul. Kegiatan ini


(61)

45

digunakauntuk mengungkap data tentang kelebihan dan kekurangan media. c. Subjek uji coba lapangan operasioal

Subjek uji coba lapangan utama adalah 22 siswa kelas IV SD Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul. Kegiatan ini digunakan untuk mengungkap data tentang kemudahan dan kesulitan penggunaan media, kelebihan, dan kekurangan media, serta kebermanfaatan media dalam proses pembelajaran materi pokok rangka manusia.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada bulan Februari-Desember 2015 dengan uji coba lapangan dilakukan di SD Bakulan Jetis Bantul yang beralamatkan di Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul pada tanggal 24-26 November 2015.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti menggunakan hasil data yang diperoleh dari ahli materi, ahli media, siswa, dan guru. Lembar validasi diajukan kepada ahli dan pengguna untuk memperoleh data kuantitatif. Data digunakan untuk mengetahui ketepatan rancangan produk model rangka manusia sebagai media pembelajaran dari ahli media dan materi serta tanggapan dari pengguna (siswa dan guru) terhadap produk yang telah dikembangkan.

Untuk menganalisis data dari hasil validasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Lembar validasi yang telah diisi oleh responden, diperikasa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai dengan kode responden.


(62)

46

b. Mengkuantitatifkan jawaban setiap pertanyaan dengan memberikan skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan.

c. Membuat tabulasi data (hasil penelitian yang dirangkum dalam tabel). d. Menghitung persentase dari setiap aspek.

e. Persentase yang telah diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam tabel. Kisi-kisi lembar validasi dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan kajian pustaka mengenai kriteria pengembangan media yang telah dijelaskan pada bab II. Berikut ini adalah kisi-kisi untuk lembar validasi oleh ahli materi dan ahli media, serta kisi-kisi lembar evaluasi oleh siswa dan guru


(63)

47

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Validasi untuk Ahli Materi

Komponen Aspek Indikator Nomor

Butir

Model Rangka Manusia

Relevansi a. Kesesuaian materi yang dikemas dalam

model rangka manusia dengan

kompetensi yang harus dikuasai siswa

b. Bentuk tiruan potongan tulang

mewakili bentuk aslinya (disesesuaikan dengan ciri-ciri tulang pada materi rangka manusia)

c. Kesesuaian materi yang dikemas dalam

model rangka manusia dengan

karakteristik siswa SD kelas tinggi.

1

5

3

Sajian a. Terdapat beberapa alternatif kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model rangka manusia.

6

Manfaat a. Kemampuan media menjangkau aspek motorik.

b. Kemampuan media menjangkau aspek kognitif.

c. Kemampuan media menjangkau aspek afektif. 13 12 14 Buku Pedoman

Relevansi a. Kesesuaian materi yang dikemas dalam buku pedoman dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa.

2

Sajian a. Materi pada buku pedoman sesuai dengan model rangka manusia b. Materi disajikan secara sistematis

mengikuti alur alternatif kegiatan yang dilakukan siswa

c. Materi pada buku pedoman mudah dipahami oleh siswa (komunikatif). d. Materi pada buku pedoman mendorong

terjadinya interaksi antara siswa dengan model rangka manusia.

e. Kalimat dan bahasa yang digunakan pada buku pedoman sesuai dengan ejaan dan pemahaman siswa.

4 7

8 9

10

Manfaat a. Mempermudah siswa untuk

mempergunakan model rangka

manusia dalam proses pembelajaran


(64)

48

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Validasi untuk Ahli Media

Komponen Aspek Indikator Nomor

Butir

Model Rangka Manusia

Tampilan a. Kemenarikan kemasan

b. Kemenarikan model rangka manusia

c. Kesesuaian dan keseimbangan bentuk rangka manusia

d. Kesesuaian warna tulang dengan warna tulang sebenarnya

e. Komposisi warna pada kemasan sesuai

f. Tulang berjumlah 17 potong cukup

1 2 3, 4

6 7, 8

Bahan a. Ketepatan bahan yang digunakan b. Kekuatan/ketahanan

c. Keamanan bahan yang digunakan bagi siswa

11 12 14 Manfaat a. Kemudahan dan kepraktisan dalam

menggunakan media

b. Model rangka manusia dapat dimainkan siswa

c. Model rangka manusia dapat diaplikasikan dalam kegiatan berkelompok 15, 16 17 18 Buku Pedoman

Tampilan a. Komposisi warna pada buku pedoman sesuai

b. Keterbacaan huruf pada buku pedoman

c. Kesesuaian gambar dengan model rangka manusia

d. Kesesuaian tata letak sajian materi

7 5 9 10 Bahan a. Ketepatan bahan yang digunakan 13


(65)

49

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Guru Kelas IV

No Aspek Indikator Nomor

Butir

Jumlah Butir 1 Media a. Kemenarikan kemasan

b. Kemenarikan buku pedoman penggunaan media

c. Kesesuaian isi buku pedoman penggunaan media dengan media d. Kemiripan bentuk puzzle dengan

bentuk tulang

e. Ukuran dan bentuk potongan puzzle

tulang

f. Bentuk puzzle memperjelas materi yang ada

g. Kesesuaian warna dengan warna tulang 1 2 3, 4 5 6 7 8 1 1 2 1 1 1 1 2 Materi a. Kesesuaian materi dengan SK dan

KD

b. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran

c. Uraian materi pada petunjuk

penggunaan media mudah dipahami siswa

d. Kesesuaian isi petunjuk penggunaan media dengan media

9, 10 11 12, 13, 14 15, 16 2 1 3 2 3 Pembelajaran a. Mendorong siswa untuk

meng-aplikasikan isi petunjuk penggunaan media

b. Mendorong terjadinya interaksi siswa dengan media belajar c. Mendorong siswa belajar secara

berkelompok

d. Mendorong siswa untuk mengaplikasikan isi petunjuk penggunaan media

e. Kepraktisan dan kemudahan dalam mengoperasikan media

f. Kekuatan/ketahanan media g. Keamanan bahan yang digunakan

bagi siswa 17 18 19 20 21, 22 23 24 1 1 1 1 2 1 1


(66)

50

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Evaluasi untuk Siswa Kelas IV

No Aspek Indikator Nomor

Butir

Jumlah Butir 1 Materi a. Kemudahan materi

b. Kemenarikan materi c. Kebermanfaatan materi d. Motivasi belajar

e. Kebermanfaatan media

1 2 3 10 11 1 1 1 1 1 2 Media a. Bentuk dan ukuran menarik

b. Warna menarik c. Kemasan menarik

d. Kejelasan petunjuk penggunaan media

e. Kemudahan pemakaian media

4, 5 6 7 8 9 2 1 1 1 1

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian merupakan langkah penting dalam melakukan penelitian karena hasil penelitian akan terlihat. Perolehan data yang dihimpun dari angket hasil validasi ahli dan uji coba lapangan dianalisis dengan teknik deskripsi kuantitatif. Langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Menghitung skor total rata-rata setiap komponen menggunakan rumus:

Keterangan: = skor rata-rata

= jumlah skor = jumlah penilai 2. Menghitung rata-rata skor total dari tiap komponen.

3. Mengubah skor rata-rata menjadi bentuk kualitatif.

Pengubahan skor menjadi skala lima mengacu pada pengkategorisasian menurut Eko P. Widoyoko (2009: 238) berikut.


(67)

51

Tabel 8. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif (Skala 1-4)

No Rentang Skor Rerata Skor Kategori

1 X > Xi + 1,8 Sbi > 3,4 Sangat baik

2 Xi + 0,6 Sbi < X ≤ Xi + 1,8 Sbi > 2,8 – 3,4 Baik 3 Xi – 0,6 Sbi < X ≤ Xi + 0,6 SBi > 2,2 – 2,8 Cukup 4 Xi 1,8 Sbi < X ≤ Xi 0,6 SBi > 1,6 – 2,2 Kurang

5 X ≤ Xi – 1,8 SBi ≤ 1,6 Sangat kurang

Keterangan:

X = skor aktual (skor yang dicapai)

Xi = rerata skor ideal

= 1

/

2 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

SBi = simpangan baku skor ideal

= 1

/

6 (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)

Berdasarka tabel 6 di atas, maka produk pengembangan puzzle 3D rangka manusia dapat dinyatakan sebagai berikut. (Skala 1-4)

1. Sangat baik (A) apabila rata-rata skor yang diperoleh antara 3,4 sampai dengan 4,0.

2. Baik (B) apabila rata-rata skor yang diperoleh antara 2,8 sampai dengan 3,4. 3. Cukup (C) apabila rata-rata skor yang diperoleh antara 2,2 sampai dengan 2,8. 4. Kurang (D) apabila rata-rata skor yang diperoleh antara 1,6 sampai dengan 2,2. 5. Sangat kurang (E) apabila rata-rata skor yangdiperoleh antara 1 sampai dengan

1,6.

Media yang dikembangkan dikatakan layak apabila mendapatkan penilaian dari ahli materi, ahli media, guru, dan siswa minimal “baik”.


(68)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Model Rangka Manusia kelas IV dikembangkan berdasarkan model Borg dan Gall. Penelitian dan pengembangan model rangka manusia pada pembelajaran IPA kelas IV SD ini dilakukan dalam sembilan langkah sebagai berikut.

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Tahap pengumpulan informasi dilakukan melalui studi pendahuluan dan studi pustaka. Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap proses pembelajaran IPA di SD Bakulan, Patalan, Jetis, Bantul. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari 2015. Berdasarkan kegiatan observasi diperoleh data awal sebagai berikut.

a. Media KIT IPA kurang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. b. Tidak adanya media rangka manusia.

c. Pembelajaran IPA materi rangka manusia hanya bersumber pada LKS dan media gambar rangka manusia yang sudah tertempel di tembok kelas.

d. Siswa lebih senang belajar dengan bekerja.

e. Belum dikembangkannya media rangka manusia yang lebih praktis dan menarik.

Beberapa hal tersebut menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Selain melakukan studi pendahuluan, peneliti juga melakukan studi pustaka terhadap penggunaan media pembelajaran di daerah lain. Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai pembelajara IPA,


(1)

(2)

127 Lampiran 11. Dokumentasi

Desain Awal Produk

Uji Coba Lapangan Awal


(3)

128

Uji Coba Lapangan Operasional

Uji Coba Lapangan Operasional


(4)

129 Lampiran 12. Kelengkapan Surat Ijin


(5)

(6)

131