Tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan penerapan turunan dengan model pembelajaran kuantum (Quantum Learning).

(1)

viii

ABSTRAK

Agata Rista Andriani, 061414052. 2011. Tingkat Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam Pembelajaran Matematika pada Sub Pokok Bahasan Penerapan Turunan dengan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Quantum Learning, untuk mengetahui keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajar siswa, dan untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif). Dalam penelitian ini, data dari catatan lapangan, dokumentasi, dan lembar pengamatan dianalisis secara kualitatif deskriptif, sedangkan hasil tes dianalisis secara kuantitatif.

Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan subyek penelitian enam siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XI IPS4 tahun ajaran 2010/2011 dan obyek penelitian yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, terdapat dua bentuk data, yaitu data keaktifan dan data prestasi siswa. Data keaktifan siswa didapat dari pengamatan yang dicatat dalam lembar pengamatan dan didukung dengan rekaman kegiatan pembelajaran serta hasil wawancara.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) tingkat keaktifan siswa kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan model

Quantum Learning cukup tinggi; 2) keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajar siswa yaitu siswa yang tinggi tingkat keaktifannya mendapat hasil yang baik pada tesnya, dan juga sebaliknya, siswa dengan tingkat keaktifan yang rendah, hasil tes yang didapat juga yang kurang baik, 3) hasil belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Quantum Learning yaitu cukup baik, siswa cukup memahami sub pokok bahasan penerapan turunan.


(2)

ix

ABSTRACT

Agata Rista Andriani, 061414052. 2011. The Activeness Level and Students’ Learning Result Class XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta School Year 2010/2011 in Learning Mathematics in Topic of Derivative Application by Quantum Learning Model. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out students’ activeness in learning Mathematics by Quantum Learning Model, to find out its relevancy between students’ activeness and students’ learning result, and to find out students’ learning result after following learning activity using Quantum Learning Model. This research used mixed approach (qualitative descriptive and quantitative approach). In this research, field’s data, documentation, and observation sheets were analyzed qualitative descriptively, whereas test result was analyzed quantitatively.

This research was conducted in April to May 2011 in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta with its six students of class XI IPS4 in the academic year 2010/2011 as subjects and the research object is students’ activeness in the learning process. In this research, there are two types of data. They are students’ activeness and achievement data. Students’ achievement data were obtained from observations written in observation sheets and supported by the record of learning activities and interviews.

The results of this research are: 1) the activeness level of students class XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in learning Mathematics by Quantum Learning Model is high enough; 2) the relevancy between students’ activeness and result of students’ learning is students who have high activeness level get good test result, on the other hand, students with low activeness level get worse test result., 3) students’ learning result after following Mathematics learning activities by Quantum Learning Model is quite good, the students quite understand the topic of derivative application.


(3)

TINGKAT KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS4 SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN PENERAPAN TURUNAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KUANTUM (QUANTUM LEARNING)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Agata Rista Andriani NIM. 061414052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(4)

i

TINGKAT KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS4 SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN PENERAPAN TURUNAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KUANTUM (QUANTUM LEARNING)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Agata Rista Andriani NIM. 061414052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011


(5)

(6)

(7)

iv

H

ALAMAN

P

ERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya sederhana ini untuk yang tersayang :

♥ Bapak dan IbuBapak dan Ibu Bapak dan IbuBapak dan Ibu Curahan kasih sayang tangan Tuhan bagiku yang tidak terbalaskan

♥ Octavianus Rico Aditya PutraOctavianus Rico Aditya PutraOctavianus Rico Aditya PutraOctavianus Rico Aditya Putra Cahaya kasih yang setia menyinari & menghangatkan hatiku dalam duka & bahagia

♥ Kakak Kakak Kakak Kakak –––– kakakkukakakkukakakkukakakku ((((MasMasMasMas FerryFerryFerryFerry++++Mba TMba TMba TMba Tutiuti &utiuti&&& Mba ArMba ArMba ArMba Arumum+umum+++Mas IwanMas IwanMas IwanMas Iwan)))) Warna kehidupan yang mengisi lembaran waktu dalam suka dan duka

♥ KeponakankuKeponakanku KeponakankuKeponakanku (Natanael Egar Dhairyanara Dipta Sanjaya) (Natanael Egar Dhairyanara Dipta Sanjaya)(Natanael Egar Dhairyanara Dipta Sanjaya) (Natanael Egar Dhairyanara Dipta Sanjaya) Tawa kecil yang selalu menghilangkan kejenuhanku

♥ SahabatSahabatSahabatSahabat----sahabatsahabatsahabatsahabat JMC “Jetis Music Club”JMC “Jetis Music Club”JMC “Jetis Music Club” JMC “Jetis Music Club” (Randy, Novi, Rio, Deo, Kunti, Angga) (Randy, Novi, Rio, Deo, Kunti, Angga)(Randy, Novi, Rio, Deo, Kunti, Angga) (Randy, Novi, Rio, Deo, Kunti, Angga) Keceriaan yang melarutkan segala kekhawatiranku

♥ SahabatSahabatSahabatSahabat----sahabatku para calon gurusahabatku para calon gurusahabatku para calon gurusahabatku para calon guru (Titi, Iphi, Hery, Wawan) (Titi, Iphi, Hery, Wawan)(Titi, Iphi, Hery, Wawan) (Titi, Iphi, Hery, Wawan) Perjuangan kita takkan sia-sia

♥ Almamaterku tercintaAlmamaterku tercintaAlmamaterku tercintaAlmamaterku tercinta Masa-masa indah yang tak terlupakan dan akan selalu kukenang


(8)

v

MOTTO

MOTTO

MOTTO

MOTTO

“Jadil

“Jadil

“Jadil

“Jadilah orang besar dengan ide biasa

ah orang besar dengan ide biasa

ah orang besar dengan ide biasa

ah orang besar dengan ide biasa

tetapi selalu mendapat matahari,

tetapi selalu mendapat matahari,

tetapi selalu mendapat matahari,

tetapi selalu mendapat matahari,

daripada menjadi

daripada menjadi

daripada menjadi

daripada menjadi orang biasa dengan ide besar

orang biasa dengan ide besar

orang biasa dengan ide besar

orang biasa dengan ide besar

yang tak pernah mendapat matahari”

yang tak pernah mendapat matahari”

yang tak pernah mendapat matahari”

yang tak pernah mendapat matahari”

[

Mario Teguh

]

““

“Tidak penting berapa kali kita gagal,

Tidak penting berapa kali kita gagal,

Tidak penting berapa kali kita gagal,

Tidak penting berapa kali kita gagal,

yang penting adalah bagaimana kita bangkit

yang penting adalah bagaimana kita bangkit

yang penting adalah bagaimana kita bangkit

yang penting adalah bagaimana kita bangkit”

””


(9)

(10)

(11)

viii

ABSTRAK

Agata Rista Andriani, 061414052. 2011. Tingkat Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam Pembelajaran Matematika pada Sub Pokok Bahasan Penerapan Turunan dengan Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Quantum Learning, untuk mengetahui keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajar siswa, dan untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif). Dalam penelitian ini, data dari catatan lapangan, dokumentasi, dan lembar pengamatan dianalisis secara kualitatif deskriptif, sedangkan hasil tes dianalisis secara kuantitatif.

Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan subyek penelitian enam siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XI IPS4 tahun ajaran 2010/2011 dan obyek penelitian yaitu keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, terdapat dua bentuk data, yaitu data keaktifan dan data prestasi siswa. Data keaktifan siswa didapat dari pengamatan yang dicatat dalam lembar pengamatan dan didukung dengan rekaman kegiatan pembelajaran serta hasil wawancara.

Hasil dari penelitian ini adalah: 1) tingkat keaktifan siswa kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika dengan model

Quantum Learning cukup tinggi; 2) keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajar siswa yaitu siswa yang tinggi tingkat keaktifannya mendapat hasil yang baik pada tesnya, dan juga sebaliknya, siswa dengan tingkat keaktifan yang rendah, hasil tes yang didapat juga yang kurang baik, 3) hasil belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Quantum Learning yaitu cukup baik, siswa cukup memahami sub pokok bahasan penerapan turunan.


(12)

ix

ABSTRACT

Agata Rista Andriani, 061414052. 2011. The Activeness Level and Students’ Learning Result Class XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta School Year 2010/2011 in Learning Mathematics in Topic of Derivative Application by Quantum Learning Model. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out students’ activeness in learning Mathematics by Quantum Learning Model, to find out its relevancy between students’ activeness and students’ learning result, and to find out students’ learning result after following learning activity using Quantum Learning Model. This research used mixed approach (qualitative descriptive and quantitative approach). In this research, field’s data, documentation, and observation sheets were analyzed qualitative descriptively, whereas test result was analyzed quantitatively.

This research was conducted in April to May 2011 in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta with its six students of class XI IPS4 in the academic year 2010/2011 as subjects and the research object is students’ activeness in the learning process. In this research, there are two types of data. They are students’ activeness and achievement data. Students’ achievement data were obtained from observations written in observation sheets and supported by the record of learning activities and interviews.

The results of this research are: 1) the activeness level of students class XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta in learning Mathematics by Quantum Learning Model is high enough; 2) the relevancy between students’ activeness and result of students’ learning is students who have high activeness level get good test result, on the other hand, students with low activeness level get worse test result., 3) students’ learning result after following Mathematics learning activities by Quantum Learning Model is quite good, the students quite understand the topic of derivative application.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan rahmat yang dianugerahkan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai dengan lancar tanpa bantuan, saran, dan nasehat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan segala bantuan, saran, dan nasehatnya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika dan dosen penguji yang telah membantu penulis dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan karyawan yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.


(14)

xi

6. Ibu Dra. Rr. Sri Esti Budi S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

7. Siswa-siswa kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun 2010/2011, atas kerjasamanya.

8. Kedua orangtua: Bapak R.Sutaryono dan Ibu Fransisca Siti Suryati, yang selalu memberikan kasih sayang, kesabaran, dan perhatian selama ini. 9. Octavianus Rico Aditya Putra, yang telah memberikan kasih sayang,

kesabaran, semangat, bantuan, dan dukungan selama ini.

10.Kakak-kakak dan keponakan, yang telah memberikan dukungan.

11.Teman-teman di Pendidikan Matematika angkatan ’06, terima kasih atas segala kenangan yang diberikan kepada penulis.

12.Teman-teman OMK Paroki Santo Albertus Magnus atas penghiburan yang diberikan di sela-sela kepenatan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam hal isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna untuk perkembangan pendidikan dan bagi para pembaca.


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Quantum Learning ... 5

B. Keaktifan Siswa ... 12

C. Penerapan Turunan Fungsi ... 14


(16)

xiii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 22

D. Perangkat Pembelajaran ... 22

E. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 25

G. Validitas ... 27

H. Metode Analisis Data ... 28

I. Keabsahan Data ... 29

J. Rencana Penelitian ... 30

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 32

1. Perencanaan ... 32

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Hasil Penelitian ... 33

3. Analisis Hasil Penelitian ... 40

B. Rangkuman Hasil Analisis ... 51

C. Kontribusi dan Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

3.1 Kisi-kisi LKS 1 23

3.2 Kisi-kisi LKS 2 23

3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa 25

3.4 Kisi-kisi Lembar Wawancara 27

3.5 Kisi-kisi Soal Tes 27

3.6 Kerangka Analisis Wawancara 28


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

4.1 Guru memberikan info tentang manfaat turunan 33 4.2a Siswa mendiskusikan soal yang diberikan oleh guru 34 4.2b Siswa mendiskusikan soal sebagai latihan awal 34 4.3a

Siswa menuliskan hasil diskusi mereka

35

4.3b 35

4.3c 36

4.4a Siswa menuliskan hasil pekerjaannya 36

4.4b Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya 37

4.5 YSP menanyakan soal nomor 2 38

4.6a

YSP menjelaskan hasil pekerjaannya 39

4.6b 39

4.7a ADS menuliskan hasil pekerjaannya 39


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan

Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa 1

Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa 2 Lampiran A.4 Lembar Soal Tes

Lampiran A.5 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 Lampiran A.6 Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 Lampiran A.7 Kunci Jawaban Soal Tes

Lampiran A.8 Powerpoint

Lampiran B.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Lampiran B.2 Pedoman Wawancara Siswa

Lampiran B.3 Transkripsi Hasil Wawancara

Lampiran B.4 Daftar Nilai Hasil Tes/Kuis Individu

Lampiran C Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran tidak lepas dari peran guru. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam menciptakan pengajaran yang efektif. Menurut Hamalik (2003), pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, mereka memperoleh pengetahuan pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Zaini (2008), bahwa ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Namun berdasarkan penelitian Shoenfield dan Taylor dalam Yuwono (2001) dilaporkan bahwa siswa kurang aktif terlibat dalam pembelajaran terutama dalam pemecahan masalah. Padahal menurut Zaini (2008), ketika siswa pasif dalam pembelajaran, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.

Oleh sebab itu diperlukan metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif terlibat dalam pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal yaitu metode Quantum Learning. Hal tersebut dikemukakan oleh Vos-Groenendal dalam DePorter (2000)


(21)

bahwa hasil menunjukkan bahwa siswa-siswa yang mengikuti SuperCamp (sebuah program percepatan Quantum Learning) mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi (aktif), dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri.

Berdasarkan hal-hal di atas tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kuantum (Quantum Learning). Oleh karena itu, peneliti mengambil penelitian ini dengan judul “Tingkat Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA Tahun

Ajaran 2010/2011 dalam Pembelajaran Matematika pada Sub Pokok

Bahasan Penerapan Turunan dengan Model Pembelajaran Kuantum

(Quantum Learning)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan : 1. Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran kuantum (Quantum Learning)? 2. Bagaimana keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajar siswa? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan

pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kuantum (Quantum Learning)?


(22)

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya keterbatasan penulis, maka pada penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu:

1. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini ialah Turunan Fungsi, khususnya Penerapan Turunan Fungsi (nilai Maksimum dan Minimum). 2. Hasil penelitian diterapkan sebatas untuk para siswa kelas XI IPS4 di

SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011, karena penelitian dilakukan di kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan hasil penelitian tersebut belum tentu sesuai untuk sekolah lain.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kuantum (Quantum Learning),

2. Untuk mengetahui keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajar siswa,

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum (Quantum Learning).


(23)

E. Manfaat Penelitian

Peneliti memiliki harapan, bahwa hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yaitu :

1. Bagi Guru

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru matematika dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar menarik minat belajar siswa.

2. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi guru bidang studi lain agar memberikan variasi metode pengajarannya.


(24)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Quantum Learning

1. Pengertian Quantum Learning

Quantum Learning adalah pembelajaran yang menyelaraskan berbagai interaksi dalam proses pembelajaran menjadi cahaya yang dapat melejitkan prestasi siswa dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat dan melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran (DePorter, 2001 :5).

Pengertian Quantum Learning atau pembelajaran kuantum dapat dipahami melalui tiga hal yaitu (1) quantum, (2) pemercepatan belajar, (3) fasilitasi. Pembelajaran kuantum adalah pembelajaran yang menyelaraskan berbagai interaksi yang berada di dalam dan di sekitar momen belajar, sehingga kemampuan dan bakat alamiah dari siswa berubah menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Pemercepatan belajar adalah menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah secara sengaja dengan mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, penyajian yang efektif dan keterlibatan aktif. Fasilitasi berarti memudahkan segala hal, termasuk penyediaan alat-alat bantu yang memudahkan siswa untuk belajar (DePorter, 2000 : 34).


(25)

2. Prinsip dan Asas Utama Quantum Learning

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap bagian memberikan sugesti positif ataupun negatif (DePorter dan Hernacki, 1999: 14).

Menurut DePorter (2000: 34), asas utama dalam mempraktikkan

Quantum Learning, yaitu Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksud dari asas tersebut yaitu guru diharapkan dapat membawa dunia siswa ke dunianya dalam arti menyesuaikan diri dengan cara atau kemampuan berpikir para siswanya, kemudian guru mengantarkan dunianya ke dunia siswa dalam arti guru menyajikan materi yang menarik bagi siswa dan sesuai dengan kemampuan berpikir mereka.

Dalam mempraktikkan Quantum Learning juga menggunakan lima prinsip (DePorter, 2000: 36). Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Segalanya Berbicara

Prinsip Segalanya Berbicara mengandung pengertian bahwa segala sesuatu di ruang kelas “berbicara” atau mengirim pesan tentang belajar. Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran. Setiap detail mengabarkan sesuatu—tentang diri dan sikap guru terhadap hal


(26)

mengajar dan belajar. Sebab itu dalam proses pembelajaran, guru wajib menggubah kelas menjadi “komunitas belajar”—masyarakat mini yang setiap detailnya telah digubah secara saksama untuk mendukung belajar optimal—dari cara mengatur bangku, menentukan kebijakan kelas, hingga cara merancang pengajaran.

b. Segalanya Bertujuan

Prinsip ini mengandung arti bahwa semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengubah kelas menjadi komunitas belajar mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi maksimal.

c. Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah memperoleh informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang mereka pelajari. Pada prinsip ini, guru sebelum menyajikan materi pelajaran harus memberi kesempatan siswa untuk mengalami atau mempraktekkan sendiri, seperti memberikan tugas atau kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.

d. Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung resiko, sehingga ketika siswa mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan belajar, siswa patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa dalam pembelajaran, guru


(27)

harus mengakui setiap usaha siswa, baik usaha yang sudah tepat atau yang belum.

e. Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan

Perayaan merupakan pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Bentuk perayaan dalam

Quantum Learning misalnya pujian, bernyanyi bersama, atau pesta kelas yang sederhana.

3. Kerangka Pembelajaran dalam Quantum Learning

Penyajian materi dalam Quantum Learning menerapkan kerangka pembelajaran sebagai berikut (DePorter, 2000 : 128) :

a. Tumbuhkan

Pada proses pembelajaran, guru harus mampu untuk menumbuhkan minat, dan motivasi siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKu” (AMBAK), dan memanfaatkan kehidupan siswa.

b. Alami

Kegiatan ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah, sehingga sesuatu yang semula abstrak menjadi lebih konkret atau nyata.


(28)

c. Namai

Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, ketrampilan berpikir, dan strategi belajar. Pada kegiatan ini, guru menyampaikan materi dengan menyediakan kata kunci, konsep, model, atau rumus.

d. Demonstrasi

Kegiatan ini dilakukan untuk memberi siswa peluang menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka untuk menunjukkan bahwa mereka mampu.

e. Ulangi

Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan pengulangan materi yang telah diberikan. Hal ini untuk menunjukkan bahwa siswa benar-benar tahu.

f. Rayakan

Perayaan yang dimaksud dalam Quantum Learning bukan berupa pesta besar atau pemberian hadiah yang mahal, melainkan penghargaan untuk usaha dan partisipasi yang sudah dilakukan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun keinginan siswa meraih kesuksesan.


(29)

4. Teknik-teknik Pembelajaran dalam Quantum Learning

Dalam Quantum Learning, ada beberapa pilihan teknik pembelajaran ( dalam http://www.buning_pap.staff.uns.ac.id/files/2010/05/quantum-learning.doc ), yaitu :

a. Peta konsep (mind map)

Peta konsep merupakan teknik mencatat yang efektif, karena lebih menunjukkan ide-ide pikiran dalam bentuk gambar atau grafik. Menurut Nacy Murgilulier yang dikutip Rose dan Nicholl, sebelum belajar kita memvisualisasikan dalam bentuk gambaran atau grafik. b. Teknik memori

Teknik memori adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak. Dalam teknik ini perlu meningkatkan efektivitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi. Cara ini sangat efektif karena otak kita menyimpan gambar dan makna. Daya ingat dapat ditingkatkan dan otak suka dengan hal yang bersifat :

1) Ekstem berlebihan/tidak masuk akal 2) Penuh warna

3) Multi sensor 4) Lucu

5) Melibatkan emosi

6) Melibatkan irama atau musik 7) Tindakan aktif


(30)

8) Gambar tiga dimensi dan hidup/aktif 9) Menggunakan asosiasi

10)Imajinasi 11)Simbol

12)Nomor dan urutan

Namun teknik ini memiliki hambatan yaitu orang tua atau guru menganggap konyol jika siswa berfikir tidak masuk akal.

c. Teknik rangkai kata

Teknik ini menggunakan cara menyambung atau merangkai kata menjadi cerita yang mudah dihafalkan. Syarat yang harus dilakukan yaitu :

1) Cerita berisi aksi atau tindakan,

2) Hindari perubahan bentuk karena akan mengacaukan urutan kata yang dihafal dan kurang menarik bagi otak,

3) Jangan menambah objek lain,

4) Cerita dibuat sependek mungkinkarena akan semakin baik dan efektif,

5) Bayangkan gambar dari objek cerita. d. Teknik plesetan kata

Teknik plesetan kata yaitu menggantikan kata sulit yang ingin dihafal dengan kata lain yang bunyinya mirip atau lucu.


(31)

e. Sistem pasak lokasi

Sistem pasak lokasi yaitu teknik mengakses dan mengaktifkan memori semantik dan episodik. Saat kita berusaha menghafal, kita mengaktifkan memori semantik. Informasi yang kita dapat kemudian dicantolkan pada lokasi yang berarti mengaktifkan memori episodik. Dalam memilih lokasi seharusnya yang sudah dikenal agar tidak salah mengingat apa yang masuk dalam memori. Jumlah lokasi tergantung pada kata yang ingin dihafal. Untuk menentukan kekuatan informasi pada memori tergantung pada dua hal yaitu :

1) Seberapa baik kita menentukan alur lokasi (harus urut), 2) Seberapa baik visualisasi yang dilakukan.

f. Teknik akrostik (jembatan keledai)

Teknik ini merupakan teknik belajar dengan cara mengambil huruf depan atau kata kunci dari materi yang ingin diingat dan kemudian digabungkan hingga menjadi singkatan atau kata/kalimat lucu.

B. Keaktifan Siswa

Secara harafiah, aktif berarti giat, sedangkan keaktifan berarti kegiatan atau kesibukan (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988). Dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus bersikap aktif sesuai dengan peran siswa sebagai subjek pembelajaran.

Menurut Sardiman (2000: 93), aktivitas diperlukan dalam belajar karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku,


(32)

melakukan kegiatan. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Macam-macam keaktifan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa antara lain :

1. Visual Activities (Aktivitas Visual), seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities (Aktivitas Lisan), seperti menyatakan , merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities (Aktivitas Mendengarkan), seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato, music, dan pidato.

4. Writing Activities (Aktivitas Menulis), seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin.

5. Drawing Activities (Aktivitas Menggambar), seperti menggambar, membuat garis, membuat grafik, peta, dan diagram.

6. Motor Activities (Aktivitas Motorik), seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak. 7. Mental Activities (Aktivitas Pikiran), seperti menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities (Aktivitas Perasaan), seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup, dan senang.


(33)

Keaktifan siswa tidak lepas dari peranan guru sebagai pembimbing dan fasilitator agar siwa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Menurut Bruner dalam Sri Esti (2002), peranan guru harus menciptakan situasi, di mana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa.

C. Penerapan TurunanFungsi

1. Pengertian Fungsi

Definisi (Purcell, 1987 : 48) :

Sebuah fungsi f adalah suatu padanan yang menghubungkan tiap obyek

x dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah hasil fungsi tersebut.

2. Pengertian Turunan Fungsi

a. Fungsi kontinu pada satu titik Definisi (Purcell, 1987 : 95):

Fungsi f dikatakan kontinu di ∈ [ , ] jika dipenuhi ketiga hal berikut :

i. Fungsi f terdefinisi di c, yaitu ( ) ada, ii. lim f(x)

c

x→ ada, iii. limf(x) f(c)

c


(34)

b. Fungsi kontinu pada interval Definisi (Purcell, 1987 : 98):

i. Fungsi f dikatakan kontinu pada selang terbuka (a,b) jika fungsi

f kontinu di setiap titik pada (a,b).

ii. Fungsi f dikatakan kontinu pada selang tertutup [a,b] jika fungsi

f kontinu pada selang terbuka (a,b), kontinu kanan di a, dan kontinu kiri di b.

c. Turunan fungsi

Misalkan f fungsi yang kontinu pada daerah asal D, maka turunan fungsi dari f (Purcell, 1987 : 115) adalah fungsi lain f'yang nilainya pada sembarang bilangan c adalah :

h c f h c f c f h ) ( ) ( lim ) ( ' 0 − + = → asalkan limit ini ada.

3. Rumus Turunan Fungsi

a. Jika ( ) = , maka ( ) = 0

b. Jika ( ) = , maka ( ) =

c. Jika ( ) = , maka ( ) =

d. Jika ( ) = ( ) ± ( ), maka ( ) = ( ) ± ( )

e. Jika ( ) = ( ). ( ), maka ( ) = ( ). ( ) + ( ). ( )

f. Jika ( ) = ( )

( ), ( ) ≠ 0, maka ( ) =

( ). ( ) ( ). ( ) ( ( ))


(35)

4. Nilai Stasioner Fungsi

Suatu fungsi dikatakan naik pada selang I jika ( ) < ( ), untuk setiap < , dan dikatakan turun pada selang I jika ( ) > ( ), untuk setiap > . Dengan demikian, pada saat ( ) = 0 fungsi tersebut tidak naik dan tidak turun atau dikatakan fungsi stasioner.

Definisi nilai stasioner sebagai berikut :

Jika suatu fungsi " = ( ) kontinu dan diferensiabel di = dan

( ) = 0, maka fungsi tersebut memiliki nilai stasioner di = , yaitu

( ).

Dari definisi tersebut, jika pada = berlaku ( ) = 0, maka fungsi tersebut memiliki titik stasioner di ( , ( )).

5. Penerapan Turunan Fungsi

Nilai stasioner suatu fungsi menggambarkan adanya nilai minimum atau maksimum suatu fungsi atau dikenal ekstrim fungsi. Penelusuran ekstrim fungsi berkaitan dengan penerapan turunan suatu fungsi. Dalam kehidupan di sekitar kita, dapat dijumpai berbagai penerapan turunan fungsi. Kinematika dalam fisika dan maksimum keuntungan serta minimum biaya dalam ekonomi merupakan contoh permasalahan ekstrim fungsi.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyajikan permasalahan dalam model matematika adalah sebagai berikut :

a. Nyatakan semua besaran atau faktor yang terlibat dalam permasalahan dalam suatu variabel matematika.


(36)

b. Nyatakan suatu rumusan dari variabel-variabel tersebut dalam hubungan tertentu sebagai representasi masalah.

c. Tentukan variabel yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan sebagai fungsi dari variabel lainnya.

d. Tentukan nilai maksimum atau minimum yang diperoleh pada model yang dibentuk dari langkah-langkah sebelumnya.

Berikut salah satu contoh penyelesaian permasalahan ekstrim fungsi. Contoh : Seorang pengrajin mainan anak mampu menjual sebanyak

2005 − 15 unit setiap minggunya. Jika biaya yang dikeluarkan adalah 2400 + 25 dan harga jual setiap unit adalah x (dalam ratusan rupiah), tentukan harga jual setiap unit mainan tersebut agar diperoleh keuntungan maksimum dan tentukan tingkat produksinya!

Jawab :

Biaya produksi (( ) = (2400 + 25 ) ratus rupiah, harga x ratus rupiah, dan penjualan sebanyak )( ) = 2005 − 15 unit/ minggu.

Keuntungan yang diperoleh yaitu selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi :

*( ) = (2005 − 15 ) − (2400 + 25 ) *( ) = 2005 − 15 − 2400 − 25


(37)

Keuntungan akan maksimum jika *( ) = 0, yaitu

*( ) = 0

1980 − 30 = 0 30 = 1980

=1980 30 = 66

Tabel :

59 63 65,5 … 66 … 66,5 69 72

*( ) 62205 62805 62936 … 62940 … 62936 62805 62400 Sehingga harga jual per unit adalah Rp 6.600,00.

Banyak mainan yang diproduksi dalam satu minggu :

)(66) = 2005 − 15(66) )(66) = 2005 − 990 = 1015

Jadi, pada tingkat produksi 1015 unit dan harga jual Rp 6.600,00 setiap unit, maka pengrajin akan memperoleh keuntungan maksimum.

D. Kerangka Berpikir

Keaktifan merupakan kunci dalam mempelajari matematika, karena dalam mempelajari matematika bukan hanya membutuhkan hafalan dan pendengaran, melainkan juga membutuhkan keaktifan, seperti mencatat, mengerjakan soal-soal, aktif bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan, dan sebagainya. Pembelajaran matematika juga dikatakan efektif jika siswa diberikan kesempatan untuk belajar sendiri atau melakukan


(38)

aktivitas sendiri, dengan kata lain siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Metode Quantum Learning merupakan metode yang memungkinkan siswa secara optimal berpartisipasi dalam pembelajaran, karena dalam setiap langkah penyajian materi dalam metode ini melibatkan aktivitas siswa. Dalam Quantum Learning penyajian materi terdiri dari enam langkah yaitu (1) penumbuhan minat siswa dengan cara memuaskan AMBAK dari materi pelajaran tersebut; (2) pemberian pengalaman langsung kepada siswa sebelum penyajian, dengan cara memberi mereka tugas dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki; (3) penyampaian materi dengan menggunakan multimedia, seperti menggunakan gambar, poster, atau jembatan keledai; (4) adanya demonstrasi dari siswa, memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka; (5) pengulangan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, karena pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!”; (6) penghargaan terhadap setiap usaha, karena memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang sudah dilakukan oleh siswa.

Ada beberapa penelitian yang terkait dengan metode Quantum Learning, antara lain penelitian yang dilakukan Widyastantyo (2007) dan Wulandari (2009). Hasil penelitian Widyastantyo (2007) menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran dengan menerapkan metode


(39)

Quantum Learning berdampak positif bagi siswa yaitu siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan, hasil penelitian Wulandari (2009) menunjukkan bahwa penggunaan metode Quantum Learning dalam pembelajaran ekonomi dapat meningkatkan partisipasi siswa, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, serta penggunaan metode Quantum Learning dapat menjadi satu hal baru dan menarik bagi siswa.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penggunaan metode Quantum Learning diharapkan dapat membuat siswa ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Dengan demikian, prestasi belajar siswa akan baik dan siswa dapat memperoleh manfaat dari proses pembelajaran tersebut.


(40)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006: 6). Sedangkan penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menunjukkan angka-angka untuk dianalisis.

Dalam penelitian ini, data dari catatan lapangan, dokumentasi, dan instrumen pengamatan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Sedangkan hasil tes dianalisis secara kuantitatif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, Jalan Jendral Sudirman 87, Yogyakarta. Waktu penelitian ini adalah April-Mei 2011.


(41)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah enam siswa kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel yang digunakan sebagai subyek penelitian diambil dengan cara memilih salah satu kelas untuk pelaksanaan penelitian kemudian dari 22 siswa dambil secara acak dengan menggunakan lotre.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil tes siswa kelas XI IPS4 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika.

D. Perangkat Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan berbagai perangkat pembelajaran yang bertujuan untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran matematika menggunakan metode Quantum Learning. Perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Berikut dijelaskan mengenai perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat oleh peneliti sebagai pedoman kegiatan bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. RPP dibuat berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan


(42)

Pendidikan (KTSP) 2006 serta disesuaikan dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode Quantum Learning.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua LKS. Penyusunan setiap LKS berdasarkan pedoman penyusunan masalah (kisi-kisi) LKS. Berikut ini merupakan pedoman penyusunan masalah (kisi-kisi) masing-masing LKS :

a. LKS 1: Penerapan Turunan Fungsi

Tujuan : Siswa dapat memahami dan menyatakan masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi aljabar

Tabel 3.1 Kisi-kisi LKS 1

No. Soal Kisi-kisi

1.a Menyatakan besaran atau faktor yang terdapat dalam soal ke dalam suatu variabel matematika

1.b Menyatakan rumusan variabel-variabel tersebut dalam hubungan tertentu sebagai representasi masalah

1.c Menentukan kedua bilangan agar perkalian keduanya maksimum 2.a Menyatakan besaran atau faktor yang terdapat dalam soal ke dalam

suatu variabel matematika

2.b Menyatakan rumusan variabel-variabel tersebut dalam hubungan tertentu sebagai representasi masalah

2.c Menentukan harga jual mainan agar diperoleh keuntungan maksimum dan menentukan tingkat produksinya

3.a Menyatakan besaran atau faktor yang terdapat dalam soal ke dalam suatu variabel matematika

3.b Menyatakan rumusan variabel-variabel tersebut dalam hubungan tertentu sebagai representasi masalah

3.c Mencari ukuran kotak agar volumenya maksimum dan menentukan volume kotak tersebut

b. LKS 2: Penerapan Turunan Fungsi

Tujuan : Siswa dapat menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi aljabar

Tabel 3.2 Kisi-kisi LKS 2

No. Soal Kisi-kisi

1 Menentukan selisih dari dua bilangan agar hasil kali antara kuadrat bilangan pertama dengan kuadrat bilangan kedua diperoleh hasil yang maksimum


(43)

2 Menentukan panjang dan lebar dari persegi panjang agar diperoleh luas persegi panjang yang maksimum

3 Mencari lama waktu yang diperlukan agar proyek tersebut selesai dikerjakan dengan biaya minimum

4 Menghitung panjang sisi persegi yang dibuang agar diperoleh volume kotak maksimum dan menghitung volume kotak

5 Menghitung panjang sisi persegi yang dibuang agar diperoleh volume kotak maksimum dan menghitung volume kotak

E. Bentuk Data dan Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data keaktifan siswa dan data prestasi siswa.

1. Data keaktifan siswa. Data ini dikumpulkan melalui : a. Pengamatan

Pengamatan digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dengan mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, untuk membantu proses pengamatan, digunakan kamera yang menghasilkan data deskriptif untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 1999 : 165). Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa dan dilakukan di luar jam pelajaran.

2. Data prestasi belajar siswa

Data ini diambil melalui hasil kuis, digunakan untuk melihat apakah dengan siswa aktif di kelas prestasinya pun juga akan memuaskan.


(44)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian dengan metode tertentu untuk pengumpulan data.

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa

Lembar pengamatan memuat indikator-indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Berikut merupakan kisi-kisi instrumen pengamatan yang digunakan penilai :

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa

No. Soal Kisi-kisi

1 Sikap siswa yang berkaitan dengan Visual Activities (Aktivitas Visual) 2.a dan 2.b Sikap siswa yang berkaitan dengan Oral Activities (Aktivitas Lisan) 3.a dan 3.b Sikap siswa yang berkaitan dengan Listening Activities (Aktivitas

Mendengarkan)

4 Sikap siswa yang berkaitan dengan Writing Activities (Aktivitas Menulis)

5 Sikap siswa yang berkaitan dengan Drawing Activities (Aktivitas Menggambar)

6 Sikap siswa yang berkaitan dengan Motor Activities (Aktivitas Motorik)

7 Sikap siswa yang berkaitan dengan Mental Activities (Aktivitas Pikiran)

8.a dan 8.b Sikap siswa yang berkaitan dengan Emotional Activities (Aktivitas Perasaan)

Berikut adalah acuan yang berhubungan dengan beberapa indikator yang terdapat dalam lembar pengamatan keaktifan siswa yang digunakan pengamat agar kecenderungan munculnya subjektivitas dalam mengamati siswa dapat diminimalisir :

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memperhatikan atau memerhatikan berarti melihat lama dan teliti, mengamati, dan menilik.


(45)

b. Siswa mendengarkan (penjelasan guru ataupun pertanyaan teman) Secara tidak langsung, ciri-ciri orang yang mendengarkan yaitu, Pertama, terjadi eye contact. Dengan eye contact, maka konsentrasi pendengar menjadi penuh dan terpusat. Kedua, gerak tubuh (body language) pendengar akan terlihat mengikuti apa yang dibicarakan, misalnya dengan anggukan atau gelengan kepala, atau sunggingan senyum, atau gerakan tangan atau anggota tubuh yang lain, yang pada dasarnya mengiyakan atau menyatakan ketidak setujuan dengan apa yang dijelaskan. Ketiga, mengutarakan pendapatnya terhadap apa yang disampaikan, baik pendapat yang bernada setuju atau tidak setuju. (dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/30/membaca-dengan-empati/ )

c. Siswa menaruh minat terhadap pembelajaran

Berdasarkan pendapat Crow and Crow dapat diambil pengertian bahwa individu yang mempunyai minat terhadap pembelajaran, maka akan terdorong untuk memberikan perhatian terhadap pembelajaran tersebut (Johny Killis, 1988). Ciri-ciri orang yang berminat adalah orang yang memiliki catatan pelajaran lengkap, selalu hadir di kelas, sering mengajukan pertanyaan, dan sebagainya. (dalam

http://cepiriyana.blogspot.com/) 2. Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti kepada beberapa siswa, untuk mengetahui pendapat mengenai pembelajaran matematika menggunakan


(46)

metode Quantum Learning. Kisi-kisi pertanyaan dalam wawancara dengan guru dan siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Wawancara

No. Soal Kisi-kisi

1 Pendapat siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode Quantum Learning

2 Pendapat siswa mengenai kesulitan yang mereka alami 3 Pendapat siswa mengenai keaktifan siswa selama pembelajaran 4 Saran-saran atau masukan dari siswa mengenai pelaksanaan

pembelajaran

5 Pendapat siswa mengenai pengerjaan tes

3. Soal Tes

Soal tes disusun sesuai dengan materi yang dipelajari yaitu Penerapan Turunan Fungsi. Soal tes berbentuk essay atau uraian, yaitu sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata (Arikunto, 1984: 161). Tes berupa kuis yang diadakan setelah sub-pokok bahasan Penerapan Turunan Fungsi selesai dipelajari. Tes disusun berdasarkan kurikulum 2006 untuk kelas XI program IPS.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Tes

No. Soal Kisi-kisi Soal Tes

1 Mencari dua bilangan agar hasil kali dua bilangan tersebut diperoleh hasil sebesar-besarnya

2 Menentukan jumlah dua bilangan agar hasil kali kuadrat bilangan pertama dengan kuadrat bilangan kedua diperoleh hasil yang maksimum

3 Mencari laba maksimum dengan menggunakan konsep penerapan turunan (nilai maksimum / minimum)

4 Menentukan ketinggian maksimum yang dicapai bola

5 Menentukan nilai x agar persentase produk tidak cacat maksimum

G. Validitas

Proses validasi dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan validitas pakar. Validitas pakar dalam penelitian ini yaitu dengan meminta bantuan ahli untuk menelaah apakah instrumen penelitian yang diajukan telah memadai


(47)

atau belum. Instrumen penelitian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di mana penelitian dilaksanakan.

H. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, data tersebut kemudian dianalisis.

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa dianalisis menurut indikator-indikator keaktifan siswa dengan cara mengidentifikasi nampak tidaknya setiap aktivitas siswa kemudian dibandingkan dengan rekaman video, untuk mendukung lembar pengamatan aktivitas siswa.

2. Wawancara

Hasil rekaman wawancara ditranskripsi, kemudian dianalisis menurut pertanyaan yang diajukan kepada siswa. Berikut menunjukkan kerangka analisis wawancara :

Tabel 3.6 Kerangka Analisis Wawancara

No Pertanyaan Analisis

1 Pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan metode Quantum Learning

Dianalisis apakah menurut siswa pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih dapat mengajak mereka untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran

2 Pendapat siswa mengenai kesulitan dalam proses pembelajaran

Dianalisis apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran 3 Pendapat siswa mengenai keaktifan siswa

dalam pembelajaran matematika

Dianalisis apakah siswa merasa bahwa keaktifan itu penting atau tidak 4 Saran atau masukan siswa mengenai

pembelajaran matematika dengan metode

Quantum Learning

Dianalisis untuk mengetahui keterbatasan penelitian khususnya dalam proses pembelajaran

5 Pertanyaan mengenai pengerjaan tes Analisis dilakukan untuk masing-masing siswa menurut hasil pekerjaan. Dari wawancara ini diharapkan dapat diketahui bagaimana siswa menjawab soal tersebut


(48)

3. Analisis hasil tes

Evaluasi terhadap hasil tes dilihat melalui jawaban-jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan dalam tes berupa uraian yang diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui pola berpikir siswa dan mengarahkan siswa untuk aktif ketika mengerjakannya.

Skor untuk masing-masing soal yang benar adalah 10, pemberian skor disesuaikan dengan jawaban siswa yaitu sempurna atau tidaknya jawaban. Misalnya 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali, 2 jika siswa sekedar menulis soal, 3-8 jika ada pola pengerjaan dan mengarah benar dan 9 jika ada kesalahan perhitungan tetapi siswa sudah mengerjakan dengan langkah-langkah yang benar. Jadi skor disesuaikan dengan sempurna tidaknya jawaban.

I. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa dan wawancara. Untuk mengetahui baik tidaknya instrumen, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006 : 330). Sesuatu di luar data itu berupa hasil wawancara dan rekaman video. Setelah hasil lembar pengamatan diperoleh, kemudian peneliti membandingkan/melengkapi data dengan rekaman video maupun dari hasil wawancara.


(49)

J. Rencana Penelitian

Penelitian dilakukan pada satu kelas yang telah dipilih. Pembelajaran dengan metode Quantum Learning dilakukan selama tiga pertemuan. Penelitian ini melibatkan satu sampai dua orang pengamat dan satu orang yang bertugas merekam kegiatan pembelajaran dengan metode Quantum Learning. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menjelaskan tugas apa saja yang harus dilakukan oleh pengamat dan orang yang merekam.

Pada pertemuan pertama, penyampaian materi dilakukan sesuai dengan kerangka pengajaran pada metode Quantum Learning, yaitu enam langkah, mulai dari menumbuhkan minat dengan menginformasikan manfaat dari pembelajaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun bidang ilmu lain, pemberian soal agar siswa menggunakan pengalaman (pengetahuan) yang sudah mereka miliki atau dapatkan, penyampaian materi dengan teknik-teknik dalam Quantum Learning atau multimedia seperti powerpoint, poster, kemudian memberi kesempatan siswa mendemonstrasikan apa yang sudah mereka dapatkan dari penyampaian materi, pengulangan demonstrasi siswa agar menunjukkan bahwa mereka benar-benar tahu, hingga perayaan kepada setiap siswa yang sudah berani menunjukkan ke“tahu”an mereka yaitu berupa pujian, tepuk tangan, dan sebagainya.

Pada pertemuan kedua, pembelajaran dimulai dengan langkah pengulangan, yaitu memberi soal dan siswa mengerjakan, karena pemberian soal merupakan “gerbang” menuju keaktifan siswa. Kemudian, langkah


(50)

selanjutnya yaitu pemberian penghargaan kepada setiap siswa yang sudah mau berusaha dan bersedia maju mengerjakan di papan tulis.

Setelah penyampaian materi dilaksanakan selama dua pertemuan, pada pertemuan ketiga diadakan tes (kuis).


(51)

32

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Perencanaan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan beberapa perencanaan dan persiapan, agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. Perencanaan dan persiapan yang dilakukan antara lain :

a. Menentukan materi pembelajaran yang sejalan dengan permasalahan yang muncul dan sejalan dengan metode Quantum Learning.

b. Menyusun instrumen penelitian berupa instrumen pengamatan keaktifan siswa (instrumen pengamatan keaktifan siswa dapat dilihat pada lampiran B.1).

c. Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode Quantum Learning. RPP ini disusun dalam 3 pertemuan seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3 (dapat dilihat pada lampiran

A.1).

d. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal tes yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Isi 2006. LKS terdiri dari LKS 1 dan LKS 2 (dapat dilihat pada lampiran A.2 dan A.3). Sedangkan soal tes siswa berupa uraian (dapat dilihat pada


(52)

e. Melaksanakan observasi untuk memilih kelas yang akan digunakan untuk penelitian.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Hasil Penelitian

Pengamatan hasil penelitian ini berdasarkan pengamatan dari hasil rekaman video, rekaman wawancara, dan lembar pengamatan.

a. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 08.30 sampai dengan pukul 10.15. Pada awal pertemuan, guru memperkenalkan diri terlebih dahulu. Guru memanggil 5 siswa dan meminta mereka membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Setelah siswa membentuk kelompok masing-masing, guru memulai pelajaran dengan memberikan info tentang tujuan belajar matematika dan manfaat dari belajar turunan (konsep TUMBUHKAN dalam

Quantum Learning).

Gambar 4.1 Guru memberikan info tentang manfaat turunan

Kemudian siswa dibagikan LKS dan diminta mendiskusikan soal-soal tersebut dengan teman-teman dalam kelompok masing-masing sebagai latihan awal (konsep ALAMI) seperti tampak pada gambar 4.2a dan gambar 4.2b. Siswa hanya diminta untuk


(53)

mengerjak diminta u dilihat pa diminta un siswa ber berkeliling dalam me

Gambar 4

Gamba

Tern soal yang guru untu Guru dala kelas, te

jakan bagian a) dan b) saja untuk setiap nomor untuk menyelesaikan soal tersebut (contoh s pada lampiran A.2). Pada soal bagian a) da untuk mengubah soal cerita menjadi kalimat m berdiskusi dengan anggota kelompok masin ling untuk membantu kelompok yang meng

engerjakan soal tersebut.

ar 4.2a Siswa mendiskusikan soal yang diberikan oleh gu

bar 4.2b Siswa mendiskusikan soal sebagai latihan awal

ernyata sebagian besar siswa mengalami kesul ng berupa cerita. Kemudian siswa secara spon

tuk meminta penjelasan mengenai soal yang ti alam menjelaskan soal yang dibagikan tida

tetapi dalam kelompok masing-masing.

or soal dan belum h soal LKS dapat dan b) ini, siswa t matematika. Saat sing-masing, guru ngalami kesulitan

guru

al

sulitan memahami pontan memanggil tidak dimengerti. dak dalam forum Setelah siswa


(54)

mendiskusikan soal yang diberikan oleh guru, guru menyampaikan materi tentang bagaimana menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan penerapan turunan dengan menggunakan powerpoint yang di dalamnya terdapat teknik akrostik (jembatan keledai) yang merupakan salah satu teknik pembelajaran dalam Quantum Learning

(konsep NAMAI). Kemudian guru bersama dengan siswa membahas soal yang sudah diberikan dengan meminta beberapa siswa untuk menuliskan hasil diskusi mereka di papan tulis.

Gambar 4.3 Siswa menuliskan hasil diskusi mereka (a)


(55)

(c)

Setelah siswa menuliskan hasil diskusi mereka masing-masing di papan tulis, guru kemudian menjelaskan bagaimana mengerjakan bagian c) dengan menerapkan konsep turunan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencoba mengerjakan bagian c) tersebut. Setelah beberapa menit guru berkeliling, ternyata ada salah satu siswa yang sudah mencoba mengerjakan. Kemudian sebelum pelajaran berakhir anak tersebut bersedia maju menuliskan dan menjelaskan hasil pekerjaannya tersebut.


(56)

Gambar 4.4b Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya

b. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2011 pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.30. Pada awal pertemuan yang kedua ini, guru memulai dengan permainan yang sederhana untuk sekedar pemanasaan otak. Permainannya yaitu mencari sebanyak mungkin benda daur ulang yang dapat dibuat dari tutup botol minuman ( coca-cola, fanta, atau sprite). Permainan ini bertujuan untuk membuat anak berpikir kreatif, meskipun hasil pemikiran siswa-siswa cenderung aneh, seperti “kecrekan”, gantungan kunci, dan lain sebagainya. Ternyata permainan ini mendapat respon yang cukup baik dari siswa.

Setelah guru mengadakan permainan sederhana, guru membagikan lagi LKS untuk latihan dan siswa diminta mengerjakan sambil berdiskusi dengan teman. Selama siswa mengerjakan LKS, guru berkeliling untuk membantu bila ada siswa yang mengalami kesulitan. Saat guru berkeliling, cukup banyak yang bertanya mengenai soal LKS, salah satunya YSP yang menanyakan soal no 2, seperti pembicaraan berikut :


(57)

Peneliti : “Iya.”

YSP : “Terus dicari kelilingnya dulu ketemu = 2 + 2 = 16, terus diubah-ubah ketemu -nya ( ) kan?”

Peneliti : “Iya. Terus itu kan bisa disederhanakan kan? Biar gampang ngitungnya.”

YSP : (tampak bingung)

Peneliti : “Itu lho, 16 dibagi 2 kan jadi 8, terus 2 dibagi 2 jadi . Jadi, -nya 8 − .”

YSP : “Oh ya,,ya.”

Gambar 4.5 YSP menanyakan soal nomor 2

Kemudian guru berkeliling kembali untuk membantu siswa lain yang mengalami kesulitan. Namun beberapa menit kemudian YSP memanggil guru dan bertanya kembali.

Dari pembicaraan dan kejadian tersebut, tampak bahwa YSP memiliki keingintahuan yang cukup besar dan tingkat keaktifan yang tinggi. Hal tersebut juga terbukti ketika YSP bersedia saat guru memintanya untuk maju dan menuliskan hasil pekerjaannya, serta menjelaskan kepada teman-temannya (gambar 4.6).


(58)

Gambar 4.6 YSP menjelaskan hasil pekerjaannya (a)

(b)

Selain YSP, ada beberapa siswa yang bersedia maju untuk menuliskan hasil pekerjaannya dan menjelaskan hasil pekerjaannya tersebut sebelum bel tanda pelajaran usai, salah satunya seperti pada gambar 4.7a dan 4.7b.


(59)

Gambar 4.7b ADS menjelaskan hasil pekerjaannya

3. Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian ini berupa analisis instrumen pengamatan dan analisis hasil wawancara.

a. Analisis Instrumen Pengamatan

Berdasarkan hasil dari instrumen pengamatan (dapat dilihat pada

lampiran B.1), maka dapat dirangkum dalam bentuk tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.1 Rangkuman Instrumen Pengamatan

No. Nama

Siswa Keaktifan

Pertemuan

1 2

1. CAW Visual

Activities Rendah Rendah Oral

Activities Tidak ada Tidak ada Listening

Activities Rendah Rendah Writing

Activities Sangat rendah Sangat rendah Drawing

Activities - -

Motor

Activities Tidak ada Sangat rendah Mental

Activities Sangat rendah Sangat rendah Emotional


(60)

2. ADS Visual

Activities Sedang Sedang Oral

Activities Tinggi Tinggi Listening

Activities Sedang Tinggi Writing

Activities Tinggi Tinggi Drawing

Activities - -

Motor

Activities Sedang Tinggi Mental

Activities Sedang Tinggi Emotional

Activities Tinggi Tinggi

3. JTB Visual

Activities Sedang Rendah Oral

Activities Tinggi Rendah Listening

Activities Sedang Sedang Writing

Activities Sangat tinggi Tinggi Drawing

Activities - -

Motor

Activities Sedang Rendah Mental

Activities Sedang Sedang Emotional

Activities Tinggi Sedang

4. STH Visual

Activities Tinggi Rendah Oral

Activities Sedang Sedang Listening

Activities Tinggi Sedang Writing

Activities Tinggi Tinggi Drawing

Activities - -

Motor


(61)

Mental

Activities Tinggi Sedang Emotional

Activities Sedang Sedang

5. YWT Visual

Activities Tinggi Tinggi Oral

Activities Tinggi Sedang Listening

Activities Tinggi Tinggi Writing

Activities Tinggi Tinggi Drawing

Activities - -

Motor

Activities Tinggi Tinggi Mental

Activities Sangat tinggi Sedang Emotional

Activities Sedang Sedang

6. YSP Visual

Activities Tinggi Rendah Oral

Activities Sedang Tinggi Listening

Activities Sedang Sedang Writing

Activities Rendah Tinggi Drawing

Activities - -

Motor

Activities Sedang Tinggi Mental

Activities Sedang Tinggi Emotional

Activities Tinggi Tinggi

b. Analisis Hasil Tes Siswa

Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan metode Quantum Learning, guru mengadakan tes prestasi belajar dalam bentuk kuis. Kemudian hasil pekerjaan siswa dievaluasi


(62)

dan dianalisis sesuai dengan metode analisis hasil tes pada Bab III, sehingga didapatkan rata-rata hasil tes siswa secara keseluruhan yaitu 64,77.

c. Analisis Hasil Wawancara

Hasil wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditranskripsi oleh peneliti dan dapat dilihat pada lampiran B.3. Sebagian hasil transkripsi wawancara akan dijelaskan beserta analisisnya sesuai dengan pedoman wawancara pada Bab III. Namun karena suatu alasan, hanya 4 orang siswa yang bersedia diwawancara, berikut ini akan ditampilkan transkripsi dari sebagian hasil wawancara dengan 4 orang siswa, yaitu CAW, ADS, JTB, dan YSP :

1) Hasil wawancara siswa ketika diajukan pertanyaan bagaimana pendapatnya mengenai pembelajaran menggunakan metode

Quantum Learning dengan sub pokok bahasan penerapan turunan dapat dilihat dalam transkripsi berikut :

CAW : “Menarik sih,,tapi kadang ya kurang jelas dikit,,paling ya,,karena muridnya banyak yang rame”

ADS : “Ya gimana ya,,enak sih, lebih nge-dong, soalnya kan pakai komputer, lebih jelas, kalau biasanya kan cuma di materi, tulis, ngerjain soal, dinilai, selesai. Kalau yang kemarin lebih jelas, ada yang lain.”

JTB : “Asyik sih,Mbak,,cuma mbak ngajarnya suaranya kurang keras dibandingin sama murid-muridnya tuh,,ya tau sendiri kan,,ribut. Aku sendiri kadang suka pecah konsentrasi.” YSP : “Kalau menurut saya pembelajaran yang kemarin itu kalau

dilihat itu ya sedikit gampang susah. Maksudnya gampang susah itu apa ya,,kurang ada, cara-caranya tu kurang jelas. Jadi nggak seperti rumus yang ada.”

Berdasarkan transkripsi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan penerapan


(63)

turunan dengan metode Quantum Learning cukup menarik. Hal ini dapat dilihat dari penilaian positif CAW, ADS, dan JTB di dalam transkripsi di atas. Selain penilaian positif, terdapat pula masukan-masukan, seperti yang diungkapkan salah satu siswa yang merasa kurang jelas mengenai pembelajaran yang dilaksanakan dan ada pula yang merasa kurang bisa mendengarkan suara peneliti saat mengajar. Point penilaian positif yang membuat mereka merasa tertarik pada pembelajaran yaitu lebih pada adanya media pembelajaran (seperti powerpoint, LCD, laptop, dan sebagainya), selain itu terdapat pula info tentang manfaat matematika dan penerapan turunan.

2) Hasil wawancara siswa ketika diajukan pertanyaan mengenai letak kesulitan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dalam transkripsi berikut :

CAW : “Sebetulnya kemarin sih memang ada sedikit yang agak susah, tapi dah lumayan.”

ADS : “Kalau sulit itu enggak, bingung iya. Soalnya soal cerita.” “Iya, soalnya pakai diketahuinya apa,,apa,,apa, kalau biasanya kan udah dikasih angka,,ini angka, kerjain. Jadi, udah dalam bentuk angka itu nggak pakai cerita-cerita, langsung ngerjain, kalau aku malah lebih nge-dong pakai angka.”

JTB : “Jujur,,dari dulu aku emang kalau matematika aku selalu mengalami kesulitan, matematika aku payah.”

YSP : “Ya emang agak sulit, maksudnya sulit itu karena kurangnya kayak,,kurangnya langsung ke murid gitu lho, nggak ada sosialisasi ke murid, jadi cuma kasih soal terus didiemin aja gitu, membingungkan.”

Berdasarkan transkripsi di atas dapat disimpulkan bahwa letak kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami


(64)

soal cerita, karena siswa lebih mudah bila diberikan soal yang sudah diketahui rumus pengerjaannya dan soal dalam bentuk angka-angka yang sudah diketahui, kemudian siswa hanya tinggal mengerjakannya saja. Selain itu, siswa juga merasa kesulitan ketika diminta mencoba soal yang belum pernah diajarkan dengan maksud agar siswa dapat mengalami “tantangan” yang akan mereka terima selanjutnya.

3) Hasil wawancara siswa ketika diajukan pertanyaan bagaimana pendapatnya mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dalam transkripsi berikut :

CAW : “Ya,,penting.” “Ya biar belajar berkomunikasi, kan kalau nggak dong”

ADS : “Ya dong, harus.” “Ya, coba kalau nggak aktif, Mbak, pikirin, misal yang ngerjain cuma satu, yang lain tidur, kalau suruh ngumpulin, masa yang satu dipinjem yang lain kan repot sendiri.”

JTB : “Penting” “Kayak nglatih, gimana yah, jadi kita bukan yang pasif gitu, bisa nambah nilai juga, terus nglatih diri kita bisa lebih,,jadi kita tahu mana,,kita salah apa nggak, kalau pasif kan kita nggak bakal tahu.”

YSP : “Ya penting, kalau siswanya nggak aktif, ya pembelajarannya nggak serius, nggak ada yang menanggapi.”

Berdasarkan transkripsi di atas dapat disimpulkan semua siswa setuju bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika itu penting. Dalam transkripsi di atas terdapat sejumlah alasan mengapa para siswa setuju mengenai pentingnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu point yang dapat diambil antara lain bahwa keaktifan dalam proses pembelajaran dapat melatih siswa dalam berkomunikasi, bisa menambah nilai, mengetahui kemampuan siswa dalam memahami


(65)

materi, dan keaktifan juga mempengaruhi suasana pembelajaran di dalam kelas.

4) Hasil wawancara siswa ketika diminta memberikan saran atau masukan siswa mengenai pembelajaran matematika dengan metode Quantum Learning pada sub pokok bahasan penerapan turunan dapat dilihat dalam transkripsi berikut :

CAW : “Kalau pakai LCD kan kayak sudah tertulis, kita lihat angka, lho kok bisa kayak gitu, jadi walaupun pakai LCD, diterangkan sedikit lah kok bisa jadi kayak gitu.”

ADS : “Apa ya,,lebih mendalami siswa,,jadinya gimana ya,,seperti ya kayak nganggap siswa itu temen, temen bisa diajak ngomong, jadi kalau ada yang rame bilang, “Hei, dengerin dulu dong, kita begini,,begini,,begini..”, harus gimana ya, harus berani gimana ya, walaupun susah, harus begitu.” JTB : “Sarannya sih, Mbaknya suaranya lebih kenceng” “Kayak

kemarin itu kan pakai LCD, itu udah enak. Nggak monoton.” YSP : “Jadi, masukannya kalau pembelajaran matematika kayak

gitu, enaknya kalau disamping, gimana ya, disamping murid sama gurunya itu nyambung, jadi, enak diajak kerjasama, jadi ya lebih baiknya tu kalau sama murid tu jangan terlalu,,over didiemin. Jangan terlalu cuek. Komunikasi antara murid sama guru gitu.”

Berdasarkan transkripsi di atas saran yang diberikan siswa yaitu mengenai teknis pelaksanaannya dimana walaupun sudah menggunakan LCD, siswa ingin lebih dijelaskan bagaimana menyelesaikan suatu soal, kemudian siswa ingin dianggap seperti teman oleh guru, lalu suara peneliti yang kurang keras sehingga salah satu siswa kurang dapat berkonsentrasi dalam belajar karena konsentrasi terpecah, serta siswa ingin agar guru tidak cuek kepada siswa, dalam arti menjaga komunikasi dengan siswa.


(66)

5) Hasil wawancara siswa mengenai tes yang sudah mereka kerjakan. a) CAW

Hasil wawancara dengan CAW mengenai tes yang sudah dikerjakan dapat dilihat dalam transkripsi berikut ini :

Peneliti : “Sekarang saya mau tanya-tanya tentang hasil pekerjaanmu kemarin, tolong jelaskan hasil pekerjaanmu, nomor 1 dan 2 saja tolong dijelaskan kenapa kok bisa seperti ini.”

CAW : “Aku lupa soalnya.”

(Diam sambil memandangi hasil pekerjaannya) “Nomor 1..”

(Diam lagi dan memandangi hasil pekerjaannya sambil memainkan plastik)

“Emang rumusnya gini. Pertamanya gitu” Peneliti : “Ooo..sesuai rumus.”

CAW : “Tapi ya ga tahu.” Peneliti : “Terus yang nomor 2.”

CAW : “Jadi ini tu dianggap biaya produksi, harganya sekian, terus ini penjualannya. Ditanyain penjualannya kan. Penjualannya ditanyain, terus, ya itu lah caranya, nanti hasilnya,,ya itulah, bingung,,bingung.”

Berdasarkan transkripsi di atas, peneliti melihat bahwa CAW belum dapat menguasai sub pokok bahasan penerapan turunan. CAW tidak dapat menjelaskan hasil pekerjaannya. Dari hasil pengamatan pada waktu tes dilaksanakan, CAW tidak mengerjakan sendiri tes tersebut, tetapi melihat dan menyalin hasil pekerjaan temannya, namun karena waktu tes sudah habis, CAW tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya. b) ADS

Hasil wawancara dengan ADS mengenai tes yang sudah dikerjakan dapat dilihat dalam transkripsi berikut ini :

Peneliti : “Kemarin kan kamu sudah ngerjain soal kan, saya mau tanya-tanya sedikit, yang nomor 3 dulu, yang ini kok bisa, terus ini kok bisa dibagi 4 gimana?”

ADS : “Kan ini kan, soalnya apa sih,Mbak? Lupa aku.” Peneliti : “Ini-ini soalnya.”


(67)

ADS : “Nah ini kan percobaan pelemparan bola vertikal, ketinggian yang dicapai bola di atas permukaan tanah pada saat detik dinyatakan dengan ini, ini kan detiknya, dicari pakai turunan segala kan. Pakai 0, kan maksimum, ketinggian,,udah kan, nah ketemunya -nya 4. Terus kapan bola tersebut mencapai ketinggian maksimum, berapa ketinggian maksimum, lha ini kan ketinggian maksimumnya ini.” Peneliti : “Yang mana?”

ADS : “Jadi -nya tak masukin dulu kan, ketemu 256. Tak bagi 4 jadi 64, jadi ketinggian maksimumnya itu 64 meter, jadi naiknya tu 64 meter, ke atasnya 4 detik”

Peneliti : “Ngangkatnya pada waktu -nya 4 gitu. Ooo, terus?” ADS : “Udah gitu.”

Peneliti : “Ini kok dibagi 4? Kenapa?”

ADS : “Soalnya kalau 256 kan,,piye yo,,aku wingi lali e,Mbak. Kan pakai nalar nggak mungkin kan 256 meter, makanya tak bagi 4.”

Peneliti : “Oke, oke, sekarang yang nomor 2 tu kok bisa memakai cara yang ini gimana?”

ADS : “Soalnya kan yang ini kan kayak yang di kertas biru kemarin. Petunjuk, laba adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya total produksi. Lha ini kan biaya total produksi kan ini, terus tak turunin, terus kan harga jualnya ini, kan dah ketemu -10 kan,Mbak. Terus tak masukin ke sini, ketemunya kan 65, total produksinya,,eh iya kan,,iya nggak sih? Iya kan? Terus itu, tak masukin ke sini, ini kan biaya total produksinya ini. Hasil penjualannya ini. Tak masukin biar ketemu total produksinya sama penjualannya. Penjualannya itu dikali 40. Terus tak kurangi. Gitu.”

Berdasarkan transkripsi di atas, peneliti melihat bahwa ADS sudah menguasai sub pokok bahasan penerapan turunan, akan tetapi agak kesulitan ketika diminta menjelaskan. Kemudian pada soal mengenai laba maksimum, ADS masih bingung walaupun sudah ada petunjuk, dan ADS mengasumsikan bahwa soal yang diberikan pada pertemuan sebelumnya sama dengan soal yang diberikan untuk tes.

c) JTB

Hasil wawancara dengan JTB mengenai tes yang sudah dikerjakan dapat dilihat dalam transkripsi berikut ini :


(68)

Peneliti : “Sekarang saya mau tanya mengenai hasil pekerjaan kamu, tolong jelaskan sejauh kamu tahu saja.”

JTB : “Yang..mana..?”

Peneliti : “Yang nomor 1, 3, dan 2 saja.”

JTB : “Banyak banget,Mbak..Nomor 1, 3, sama 2 ya.” (sambil tertawa)

“Soalnya mana,Mbak?” Peneliti : “O iya, ini.”

JTB : “Yang ini aku ikut rumusnya,Mbak. Rumusnya kan udah begini kan waktu kemarin. + = 20. Jumlah bilangannya, terus dipindahin, pindah ruas -nya,,eh,, = 20 − . -nya jadi minus. ( ) sama dengan ini,,minus,,eh salah ya? Salah ya,Mbak?”

Peneliti : “Harusnya apa itu?” JTB : “Plus..eh..”

Peneliti : “Kalau pertanyaannya apa? Hasil apa itu?”

JTB : “Eeee..perkalian antara bilangan pertama dengan bilangan kedua. Ooh,,ini kali ya..jadi ini salah?”

Peneliti : “Ya sudah, nggak apa-apa. Terus..”

JTB : “20 kurang , kali ,,lho,,iya..? pangkat 2. Trs sama dengan 20,,ini salah juga ya,Mbak?”

Peneliti : “Lha ini kan soalnya kalau ini minus, kok yang ini bisa hasilnya 20 − . Yang ini bener, tapi nggak konsisten dari sini.”

JTB : “O iya ya..”

Peneliti : “Jadi cuma salah ininya aja.” JTB : “Salah tandanya.”

Peneliti : “Ya sudah, sekarang lanjut aja yang nomor 3. Sampai sini sudah bener, tapi ini kok seperti ini?”

JTB : “28 kali 4 ya,,bentar ya,Mbak. Ee, apa ya, 128 dari sininya, terus dikali, detiknya, iya soalnya gini, dimasukin angkanya,Mbak. 128 kali -nya 4, terus dikurangi 16 kali 4 pangkat 2. Terus hasilnya kan 512 terus dikurang 256. Terus,,ini salah ya..? dibagi 4,,aku juga bingung,Mbak. Dibagi 4 sama dengan 64 ketinggian maksimalnya. Emang mestinya diapain,Mbak?”

Peneliti : “Persamaan ketinggiannya apa sih? Ini kan? Cuma ini aja kan? Berarti..?”

JTB : “Udah sampai sini aja, nggak usah pakai ini.” Peneliti : “Iya, sekarang yang nomor 2. Kenapa seperti itu?” JTB : “Gimana ya,Mbak?” (sambil tertawa)

Peneliti : “Itu kan sudah ada petunjuknya? Apa petunjuknya masih bikin bingung juga?”

JTB : “Kalau ini bener-bener aku nggak ngerti,Mbak. Aku cuma ngikutin kayak yang di atas-atasnya. Terus waktunya udah kepepet kan,Mbak. Jadinya udah ngawur-ngawur aja.

Berdasarkan transkripsi di atas, peneliti melihat bahwa JTB sudah cukup menguasai sub pokok bahasan penerapan turunan, hanya kurang teliti dalam mengerjakan. Kemudian JTB merasa kesulitan pada soal tentang laba maksimum,


(1)

4. Y : “Nyaman.”

5. P : “Apa kamu mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran yang sudah kita lakukan bersama kemarin? Kalau merasa kesulitan, berikan contoh konkret kesulitan yang kamu alami.”

6. Y : “Ya emang agak sulit, maksudnya sulit itu karena kurangnya kayak,,kurangnya langsung ke murid gitu lho, nggak ada sosialisasi ke murid, jadi cuma kasih soal terus didiemin aja gitu, membingungkan.” 7. P : “Menurutmu, keaktifan siswa di kelas itu penting nggak?”

8. Y : “Ya penting, kalau siswanya nggak aktif, ya pembelajarannya nggak serius, nggak ada yang menanggapi.”

9. P : “Jadi, cuma satu arah, guru yang aktif gitu ya?” 10. Y : “Iya.”

11. P : “Ada saran-saran atau masukan mengenai proses pembelajaran kemarin nggak?”

12. Y : “Jadi, masukannya kalau pembelajaran matematika kayak gitu, enaknya kalau disamping, gimana ya, disamping murid sama gurunya itu nyambung, jadi, enak diajak kerjasama, jadi ya lebih baiknya tu kalau sama murid tu jangan terlalu,,over didiemin. Jangan terlalu cuek. Komunikasi antara murid sama guru gitu.”

13. P : “Oh ya,,ya, sekarang yang terakhir saya mau tanya-tanya tentang ini, yang kemarin sudah dikerjain. Tolong jelaskan yang ini, kok bisa seperti ini?”

14. Y : “Aku tu ngerjainnya tu kan nurut yang ada Mbaknya kasih tahu kertas-kertasnya itu, yang suruh ngerjain sama kayak contohnya seperti itu, jadi kalau nggak ya aku pakai cara-cara yang itu. Yang ini ditambah ini, abis itu diputer-puter angkanya, dibalik sini terus dibagi, ketemu -nya. Ya gitu, abis nyari -nya selesai, ya tinggal -nya tadi selesai dimasukin ke yang ini. Sudah, ngikutin soalnya suruh ngapain. Udah gitu aja.”

15. P : “Oo,,ya, oke, yang nomor berikutnya, ni yang nomor 4 itu pertanyaannya kan kemarin hanya, tentukan nilai -nya berapa agar presentase produk tidak cacatnya maksimum kan, terus kenapa ada tambahan lagi?”

16. Y : “Tambahannya, soalnya aku baca soalnya tu juga nggak ngerti, aku cuma patokannya tu cuma angka-angkanya, dan baca soalnya tu aku bingung.”

17. P : “Oo,,jadi kalau baca soal cerita tu masih bingung?”

18. Y : “Iya, baca soalnya ni muter-muter, suruh ngapain sih, nggak dikasih cara-cara yang jelas, ya cuma dikasih angka terus suruh ngitung, nah ngitungnya seadanya, ya pakai cara-cara yang kemarin sudah diajarin. Ni kan setiap soal kan berbeda-beda, yang bikin bingung itu. Jadi ngitung seadanya yang ada di soal itu, angka-angkanya tu diapain biar ketemu jawabannya. Dah gitu.”


(2)

DAFTAR NILAI

HASIL TES / KUIS INDIVIDU

NO. NAMA SISWA NILAI TES

1 Artando Doni Sadewa 80

2 Onesiforus 68

3 Sekar Arum Sari 65

4 Dweysa Wahabi Anas 75

5 Yesi Widyati Tanaya 73

6 Blasius Filemon Kantu 60

7 Riana Wulandari 63

8 Yedida Sadewa Putra 88

9 Ida Bagus Eka Putra W 65

10 Lilis Eka Kurnia Dewi 65

11 Sri Sunu Widyaningsih 55

12 Atmaka Kosala Labdajaya 50

13 Gatot Wikanto 50

14 Paskalis Ari Prihantoro 53

15 Alvina Dewi Nugraheni 75

16 Christa Adhi Wibowo 50

17 Silis Setianingsih 73

18 Christanto Adi Hermawan 58

19 Gregorius Ardian Dwi Munandar 73

20 Rhamadhany Permana P 68

21 Jessica Threskeia Baiin 68


(3)

LAMPIRAN C

SURAT IJIN PENELITIAN DAN SURAT KETERANGAN

TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika|b:Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/2003

0 11 80

Analisa pengaruh hasil belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal fisika: Studi pengaruh hasil belajar pokok bahasan getaran pada siswa kelas 2 semester III di SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2002/200

0 13 80

Pengaruh model pembelajaran elaborasi metode PQ4R terhadap hasil belajar matematika siswa

1 11 138

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

1 10 200

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran project based learning (pjbl) dan konvensional pada pokok bahasan lingkaran kelas viii smp n 3 Tanjung Morawa tahun ajaran 2017-2018 - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 162

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29