Pengaruh pembelajaran berbasis pendidikan karakter terhadap prestasi belajar siswa pada materi himpunan di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.
Albertus Adhitya Nawang Christiyanto. 2016. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Himpunan Di Kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis pendidikan karakter (2) apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan sesudah mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter (3) apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan berbasis pendidikan karakter dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan tanpa berbasis karakter.
Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta pada bulan Oktober-Desember 2015 semester gasal tahu ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta. Sampel penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah subjek dari kelas VII A dan VII B yang berjumlah 6 orang. Sampel penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Data diambil dengan metode angket, tes, dan wawancara. Pengolahan data menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji paired sample t test, dan uji independent sample t test.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa (1) siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran berbasis pendidikan karakter (2) pendidikan karakter berhasil membuat peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dimana dengan uji paired sample t test diperoleh nilai –t hitung < -t tabel (-2,672 < -2,056) dan P Value (0,013 < 0,05) maka rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi setelah mendapatkan pendidikan karakter. Sedangkan pada kelas kontrol mengalami penurunan hasil belajar dimana diperoleh nilai t hitung > t tabel (5,279 > 2,052) dan P Value (0,00 < 0,05) (3) melalui uji independent t test diperoleh t hitung < t tabel (1,467 < 2,006) dan P Value (0,148 > 0,05) maka tidak terdapat perbedaan antara rata-rata nilai kelas ekperimen dengan kelas kontrol.
Kata Kunci : Himpunan, Pendidikan Karakter, Hasil Belajar Matematika. ABSTRACT
Albertus Adhitya Nawang Christiyanto. 2016. Influence of Character Building by Learning Mathematics Towards The Study Achievement for The Students of Class VII Pangudi Luhur Junior High School, Boro Yogyakarta on the Topic of Sets in the Academic year 2015/2016. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
(2)
by learning mathematics (2) whether there was any difference in study achievement before and after the learning process based on character building (3) whether there was any difference in study achievement between group of students with learning process based on character building and group of students with learning process not based on character building.
This research was conducted in Pangudi Luhur Junior High School Boro Yogyakarta. The population in this study was the set of seventh grade students of Pangudi Luhur Junior High School Boro Yogyakarta. The sample in this study consisted of students of Class VII A as the experimental class and class VII B as a contol class. Data were taken by the questionnaire method, test method, and interview. The processing of the data in this study used kolmogorov-smirnov test for normality, paired sample t test, and independent sample t test. Based on the research that has been done, it was concluded that (1) students gave positive responses towards the learning process based on character building (2) implementation of character building by learning mathematics has succeed to produce better learning outcome for the experimental class ((the result by paired sample t test is –t count < t table (2,672 < -2,056) and P Value (0,013 < 0,05)). It means that the experimental class average value was higher after the implementation of character building. Meanwhile the control class gained a drop in the learning achievement ((the result was as follows t count > t table (5,279 > 2,052) and P value (0,00 < 0,05)) (3) through independent sample t test it was obtained t count < t table (1,467 < 2,006) and P value (0,148 > 0,05). It means that there wasn’t any difference between the learning achievement of the experimental class and the control class.
(3)
i
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR BORO YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2015/2016
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Albertus Adhitya Nawang Christiyanto NIM : 091414086
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
iv MOTTO
“Seseorang yang berjalan kedepan bagaikan mengenakan kaca mata kuda, dia akan fokus kedepan tetapi hanya pandangannya saja, telinganya tetap akan mendengarkan ucapan orang-orang di sekitarnya, meskipun nadanya
menjatuhkan” (Albertus Adhitya)
“Waktu memang tidak bisa diulang, tetapi setiap orang masih punya waktu untuk menggantinya”
(Albertus Adhitya)
“Suatu waktu manusia pasti melihat kebelakang dan tersadar kalau pengadilan adalah dirinya sendiri”
(7)
v
Halaman Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus
Ayahku Andreas Pariman dan Ibuku Christina
Riswanti
Adikku Ignatius Dayu Dwi Budi Christyawan
Sahabat-
h
“MA SU”
Orang-orang yang ada di kehidupanku selama ini
Diriku Sendiri
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Agustus 2016 Penulis,
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Albertus Adhitya Nawang Christiyanto
Nomor Mahasiswa : 091414086
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR BORO YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2015/2016
Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 22 Agustus 2016 Yang menyatakan
(10)
viii ABSTRAK
Albertus Adhitya Nawang Christiyanto. 2016. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Himpunan Di Kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis pendidikan karakter (2) apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan sesudah mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter (3) apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan berbasis pendidikan karakter dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan tanpa berbasis karakter.
Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta pada bulan Oktober-Desember 2015 semester gasal tahu ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta. Sampel penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah subjek dari kelas VII A dan VII B yang berjumlah 6 orang. Sampel penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol. Data diambil dengan metode angket, tes, dan wawancara. Pengolahan data menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji paired sample t test, dan uji independent sample t test.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa (1) siswa memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran berbasis pendidikan karakter (2) pendidikan karakter berhasil membuat peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dimana dengan uji paired sample t test diperoleh nilai –t hitung < -t tabel (-2,672 < -2,056) dan P Value (0,013 < 0,05) maka rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi setelah mendapatkan pendidikan karakter. Sedangkan pada kelas kontrol mengalami penurunan hasil belajar dimana diperoleh nilai t hitung > t tabel (5,279 > 2,052) dan P Value (0,00 < 0,05) (3) melalui uji independent t test diperoleh t hitung < t tabel (1,467 < 2,006) dan P Value (0,148 > 0,05) maka tidak terdapat perbedaan antara rata-rata nilai kelas ekperimen dengan kelas kontrol.
(11)
ix ABSTRACT
Albertus Adhitya Nawang Christiyanto. 2016. Influence of Character Building by Learning Mathematics Towards The Study Achievement for The Students of Class VII Pangudi Luhur Junior High School, Boro Yogyakarta on the Topic of Sets in the Academic year 2015/2016. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This study aimed to investigate (1) how were the student’s responses to the character building by learning mathematics (2) whether there was any difference in study achievement before and after the learning process based on character building (3) whether there was any difference in study achievement between group of students with learning process based on character building and group of students with learning process not based on character building.
This research was conducted in Pangudi Luhur Junior High School Boro Yogyakarta. The population in this study was the set of seventh grade students of Pangudi Luhur Junior High School Boro Yogyakarta. The sample in this study consisted of students of Class VII A as the experimental class and class VII B as a contol class. Data were taken by the questionnaire method, test method, and interview. The processing of the data in this study used kolmogorov-smirnov test for normality, paired sample t test, and independent sample t test.
Based on the research that has been done, it was concluded that (1) students gave positive responses towards the learning process based on character building (2) implementation of character building by learning mathematics has succeed to produce better learning outcome for the experimental class ((the result by paired sample t test is –t count < -t table (-2,672 < -2,056) and P Value (0,013 < 0,05)). It means that the experimental class average value was higher after the implementation of character building. Meanwhile the control class gained a drop in the learning achievement ((the result was as follows t count > t table (5,279 > 2,052) and P value (0,00 < 0,05)) (3) through independent sample t test it was obtained t count < t table (1,467 < 2,006) and P value (0,148 > 0,05). It means that there wasn’t any difference between the learning achievement of the experimental class and the control class.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur terhadap cinta kasih Tuhan atas karunia dan berkah yang telah diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.
Di dalam penyusunan skripsi ini banyak kendala yang dihadapi peneliti, namun semua itu mampu diselesaikan penulis dengan baik karena ada dukungan dan motivasi yang diberikan kepada penulis dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih oleh penulis disampaikan kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;
2. Bapak Dr. Marcelinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA;
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika;
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi;
5. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan mendukung penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma;
6. Br. Yohannes Sumardi selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang bruder pimpin;
(13)
xi
7. Bapak Yohannes Dedy Setyawan S.Pd., selaku guru pelajaran matematika atas kesediaannya untuk membantu dan selalu memberikan masukankepada peneliti.
8. Siswa kelas VII SMP Pangudi Lohor Boro Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016;
9. Kedua orangtuaku serta adikku atas dukungan, doa, semangat, dan cinta kasih;
10. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2009, terimakasih atas kesempatan untuk bisa mengenal kalian;
11. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca khususnya bagi para calon guru matematika.
Yogyakarta, 22 Agustus 2016 Penulis
Albertus Adhitya Nawang C
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HHALAMAN PERSEMBAHAN... ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Pembatasan Istilah ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Sistematika Penelitian ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. Kajian Teoritis ... 10
B. Kerangka Berpikir ... 22
C. Hipotesis ... 23
BAB III Metode Penelitian ... 25
(15)
xiii
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
D. Fokus Penelitian ... 27
E. Sistematika Penelitian ... 27
F. Perumusan Variabel ... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ... 28
H. Instrumen Penelitian ... 31
I. Uji Instrumen ... 31
J. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV DESKRIPSI, PEMBAHASAN, DAN ANALISA DATA HASIL PENELITIAN ... 36
A. Pelaksanaan Penelitian ... 36
B. Latar Belakang SMP Pangudi Luhr Boro ... 36
C. Pendidikan Karakter di SMP Pangudi Luhur Boro ... 38
D. Hasil Observasi ... 41
E. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter di dalam Kelas ... 46
F. Analisis Data ... 61
G. Pembahasan ... 77
H. Keterbatasan Penelitian ... 79
BAB V Penutup ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN ...
(16)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kriteria Subjek Penelitian ... 26
Tabel 3.2. Kriteria Penelitian ... 30
Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Kelas VII A ... 61
Tabel4.2. Deskripsi Data Nilai Kelas VII B ... 63
Tabel 4.3. Uji Normalitas Kelas VII A ... 64
Tabel 4.4. Uji Normalitas Kelas VII B ... 65
Tabel 4.5. Hasil Uji Paired Sample T-Test Kelas VII A ... 66
Tabel 4.6. Hasil Uji Paired Sample T-Test Kelas VII B ... 69
Tabel 4.7. Hasil Uji Independent Sample T-Test Kelas VII A dengan kelas VII B ... 71
(17)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.Proses Triangulasi Data ... 30
Gambar 3.2.Komponen-Komponen Analisis Data ... 35
Gambar 4.1. Siswa Menjawab Pertanyaan Guru ... 48
Gambar 4.2. Siswa Memberikan Kritik Pada Temannya ... 49
Gambar 4.3. Siswa Mengerjakan Soal Berkelompok ... 50
Gambar 4.4. Siswa Bertanya Pada Guru ... 50
Gambar 4.5. Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru ... 52
Gambar 4.6. Mengerjakan Soal Dari Buku Paket ... 52
Gambar 4.7. Guru Bertanya Kepada Siswa ... 55
Gambar 4.8. Siswa Mengerjakan Soal Berkelompok ... 56
Gambar 4.9. Siswa Bertanya Kepada Guru ... 56
Gambar 4.10.Siswa Memperhatikan Guru ... 58
(18)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Surat Keterangan Penelitian ... 85
Lampiran B : Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 86
Lampiran C : Lembar Validasi Lembar Pengamatan Kepala Sekolah ... 87
Lampiran D : Lembar Validasi Lembar Pengamatan Guru ... 89
Lampiran E : Lembar Validasi Lembar Pengamatan Ahli ... 91
Lampiran F : Lembar Validasi Tes Hasil Belajar 1 ... 93
Lampiran G : Lembar Validasi Tes Hasil Belajar 2 ... 95
Lampiran H : Soal Tes Hasil belajar 1 ... 97
Lampiran I : Soal Tes Hasil Belajar 2 ... 98
Lampiran J : Jawaban Tes Hasil Belajar 1 ... 100
Lampran K : Jawaban Tes Hasil Belajar 2 ... 106
Lampiran L : Tabel Deskripsi Data Nilai ... 112
Lampiran M : Tabel SPSS Uji Normalitas ... 113
Lampiran N : Tabel SPSS Paired Sample T-Test ... 114
Lampiran O : Tabel SPSS Hasil Uji Independent Sample T-Test ... 116
Lampiran P : Transkrip Wawancara Subjek ... 117
Lampiran Q : Transkrip Wawancara Kepala Sekolah ... 119
Lampiran R : Transkrip Wawancara Guru ... 120
Lampiran S : Foto-Foto Penelitian ... 122
Lampiran T : Angket Subjek ... 124
Lampiran U : Angket Guru ... 126
Lampiran V : RPP Pendidikan Karakter ... 129
Lampiran W : RPP Konvensional ... 130
(19)
xvii
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara masalah pendidikan tentunya tidak terlepas dari lembaga yang menjadi inti dari dari pendidikan itu sendiri, yaitu lembaga pendidikan dimana anak dididik untuk menggali seluruh kemampuannya. Lembaga pendidikan memiliki peranan besar dalam membentuk karakter siswa.
Lembaga pendidikan sebagai lembaga akademik dengan tugas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu,pengetahuan, teknologi, dan seni. Dimana dalam hal ini tujuan penyelenggaraan pendidikan, sejatinya tidak hanya mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter.
Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik , dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena itu, “muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behavior” (Lickona, 1991:21).
(21)
Secara praktis, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya (Ratna Megawangi, 2004:95).
Salah satu kriteria keberhasilan penerapan pendidikan karakter adalah prestasi akademis para siswa. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan akan memiliki dampak langsung pada prestasi belajar.
Pembelajaran matematika sangat menarik untuk dihubungkan dengan pendidikan karakter karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Untuk membekali peserta didik menjadi seorang penguasa teknologi yang mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidaklah cukup hanya dengan membekali penguasaan kognitif saja, namun diperlukan pembentukan karakter peserta didik.
Karakteristik mata pelajaran matematika antara lain adalah menuntut kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan inovatif serta menekankan pada penguasaan konsep dan algoritma disamping pemecahan masalah. Menurut Soedjadi “nilai-nilai yang terkandung dalam matematika meliputi kesepakatan, kebebasan, konsisten dan kesemestaan” (Suyitno,
(22)
2011:23). Karakteristik mata pelajaran matematika dan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika tersebut dapat ditumbuhkan pada proses pembelajaran dengan pemilihan metode dan materi yang tepat. “Ciri umum matematika yaitu: (1) Objek matematika adalah abstrak; (2) Matematika menggunakan simbul-simbul yang kosong dari arti; (3) Berpikir matematika dilandasi aksioma; dan (4) Cara menalarnya adalah deduktif” (Hudojo dalam Juhartutik, 2012: 18).
Dari yang kita lihat, selama ini guru belum banyak menumbuhkan pendidikan karakter kepada siswa, sehingga banyak siswa yang belum menyadari karakter yang seharusnya terbentuk. Mereka lebih suka mencontek atau bertanya kepada siswa lain sewaktu mengerjakan soal, takut bertanya kepada guru jika belum paham tentang materi yang diajarkan, menyepelekan tugas atau pekerjaan rumah dan banyak siswa yang berbicara dengan teman-temannya selama proses pembelajaran berlangsung. Di lain hal siswa juga dituntut untuk mencapai KKM yang diwajibkan sekolah yakni 70. Kekurangan dari sisi karakter siswa dapat berimbas pada prestasi belajar siswa secara langsung. Oleh karena itu, pendidikan karakter khususnya sikap percaya diri, kejujuran serta tanggung jawab sangat penting dalam pembelajaran Matematika, sehingga dalam proses pembelajaran rasa percaya diri, disiplin serta tanggung jawab diharapkan dapat muncul dan dimiliki oleh setiap siswa dan pada akhirnya berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Permasalahan yang ada dalam pendidikan saat ini yaitu lebih mengutamakannya pada aspek kognitif dari pada afektif. Peneliti menduga
(23)
terdapat pengaruh positif pembelajaran berbasis karakter terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti mencoba meneliti dampak pendidikan karakter pada peningkatan prestasi belajar siswa. Materi yang diajarkan adalah teori himpunan kelas VII SMP karena bertepatan dengan waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini, peneliti memilih SMP Pangudi luhur Boro Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena sejak tahun 2004 di sekolah tersebut telah dicanangkan program pelaksanaan pendidikan karakter akan tetapi dampaknya belum pernah diteliti.
Sehingga didasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul skripsi mengenai “PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI HIMPUNAN KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR BORO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 ”.
B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa hal penting yang akan diungkap dalam skripsi ini yaitu kajian pengembangan pendidikan karakter, pengembangan pembelajaran matematika, dan kajian pendidikan terintegrasi. Ketiganya dapat diposisikan sejajar dan memiliki keserasian. Melihat uraian di bagian pendahuluan, maka perlu dirumuskan beberapa masalah guna memberikan fokus kajian yang terarah, sebagai berikut :
(24)
1. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis pendidikan karakter pada materi himpunan di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter dengan sesudah mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter pada materi himpunan di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016? 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan berbasis pendidikan karakter dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan tanpa berbasis pendidikan karakter di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?
C. Batasan Masalah
Seperti yang telah peneliti uraikan diatas bahwa pendidikan karakter memiliki peran terhadap pembelajaran di dalam kelas yaitu membentuk karakter siswa sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara langsung. Melihat dari keterbatasan dana, waktu, dan kemampuan peneliti maka dalam penelitian ini hanya akan diteliti pelaksanaan pembelajaran berbasis pendidikan karakter pada kelas VII saja. Dengan demikian ada dua variabel yaitu subjek yang menerima pembelajaran berbasis pendidikan karakter dan subjek yang menerima pembelajaran konvensional.
(25)
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menjelaskan bahwa tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana tanggapan siswa setelah mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter pada materi himpunan di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. 2. Mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar siswa sebelum
mendapatkan pemebelajaran berbasis pendidikan karakter dengan sesudah mendapatkan pembelajaran berbasis pendidikan karakter pada materi himpunan di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.
3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan berbasis pendidikan karakter dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan tanpa berbasis pendidikan karakter di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.
E. Pembatasan Istilah
Dalam skripsi ini peneliti menetapkan pembatasan istilah. Istilah-istilah yang digunakan antara lain:
(26)
Pengaruh adalah suatu efek yang dihasilkan dari pengaplikasian atau penerapan suatu metode atau langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter adalah suatu sistem nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang insani.
3. Hasil Belajar
Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam penelitian di masa yang akan datang dan pengembangan ilmu pengetahuan.
b. Memberikan rekomendasi kepada para peneliti untuk melakukan penelitian sejenis secara lebih luas, intensif, dan memudahkan.
(27)
c. Hasil penelitian dapat menjadi sumber referensi untuk mengembangkan sekolah dan terutama pendidikan karakter siswa. 2. Manfaat Praktis
a. Menjadikan masukan bagi para guru di SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta sebagai bahan untuk menentukan kebijakan dalam pendidikan karakter siswa.
b. Bagi para guru, hasil penelitian dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan koreksi dan pembenahan terhadap berbagai kekurangan dalam melakukan tugasnya secara professional.
c. Bagi kepala sekolah dapat bermanfaat dalam meningkatkan pembinaan dan supervisi kepada guru secara lebih efektif dan efisien.
d. Bagi siswa dapat bermanfaat sebagai pemacu semangat siswa dalam mengembangkan karakter mereka dan potensi dalam bidang matematika.
e. Bagi peneliti agar mampu mengaplikasikan hasil penelitiannya apabila kelak menjadi guru.
F. Sistematika Penelitian
Secara umum skripsi ini terdiri dari 5 bab dengan beberapa sub bab didalamnya. Berikut ini adalah runtutan sistematika penulisan skripsi secara lengkap:
(28)
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
2. Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi tentang pendekatan pembelajaran, pendidikan karakter, pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika, integrasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika, matematika dan karakter, pembelajaran matematika yang membangun karakter, dan materi himpunan.
3. Bab III
Pada bab ini berisi jenis penelitian, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, fokus penelitian, sistemasi penelitian, perumusan variabel, teknik pengumpulan data, uji instrumen, dan teknik analisis data.
4. Bab IV
Pada Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, latar belakang sekolah, pendidikan karakter di sekolah, hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter, analisis data, pembahasan, dan keterbatasan penelitian.
5. Bab V
(29)
10 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritis 1. Karakter Siswa
Karakter saat ini tengah menjadi perbincangan yang menarik pembahasan dalam setiap bidang khususnya dalam bidang pendidikan karena pendidikan merupakan tempat transformasi ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi, sebagai orang yang terlibat dalam dunia pendidikan tentu harus memahami apa yang dimaksud dengan karakter. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk/ jelek. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral (Wynne dalam Sutjipto, 2011:504).
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang baik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter
(30)
merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena karakter sesungguhnya adalah kepribadian yang ternilai (personality evaluated). (Gordon W.Allport dalam Sri Narwanti, 2011:2).
Nilai-nilai karakter berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/ hukum, etika akademis, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokan menjadi lima nilai utama yaitu, nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan, serta kebangsaan (Zainal Aqib dan Sujak (2011:6-8).
2. Pendidikan Karakter
Menurut Sri Narwanti (2011:14), pendidikan karakter adalah suatu sistem nilai-nilai penanaman dan pendalaman karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang insani.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:4) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut
(31)
dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.
Menurut Koesoema (Sutjipto, 2011:508), pendidikan karakter diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dan menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain. Dalam konteks pembelajaran didalam kelas, guru dan murid sesungguhnya sedang berinteraksi dengan materi yang mereka pelajari. Pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran (Kemdiknas, 2011:34).
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:7) fungsi pendidikan karakter adalah:
a. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.
b. Perbaikan: memperkuat kiprah penidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.
(32)
c. Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
3. Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi mata Pelajaran Matematika yang didalamnya terdapat 5 (lima) tujuan mata pelajaran matematika maka ada beberapa nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika diantaranya sebagai berikut:
a. Disiplin: Karakter disiplin dapat terbentuk dalam mempelajari matematika, karena dalam matematika peserta didik diharapkan mampu mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam belajar matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan tertib dalam menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep. Dalam matematika konsep-konsep tersebut tidak boleh dilanggar karena dapat menimbulkan salah arti. b. Jujur: Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan
pengamatan (induktif) walaupun pada tahap-tahap awal contoh-contoh khusus dan ilustrasi geometris diperlukan, tetapi untuk generalisasi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Karakter yang dapat membentuk jiwa seseorang, bahwa seseorang tidak akan mudah percaya pada isu-isu yang tidak jelas sebelum ada
(33)
pembuktian. Kepribadian yang terbentuk diharapkan adalah sesorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya, karena selalu dapat menunjukkan pembuktian dari setiap perkataan dan tindakannya.
c. Kerja Keras: Karakter yang ingin dibentuk adalah tidak mudah putus asa. Belajar matematika, seseorang harus teliti, tekun dan telaten, dalam memahami yang tersirat dan tersurat. Ada kalanya seseorang keliru dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil yang benar, maka seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali (looking back) apa yang telah dikerjakan secara runut dengan teliti, tidak mudah menyerah terus berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban yang benar.
d. Kreatif: Seseorang yang belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan persoalan ada yang dapat menyelesaikan dengan cara yang panjang, namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan singkat. Bila seseorang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang tersebut akan terbiasa memunculkan ide yang kreatif yang dapat membantunya menjalani kehidupan secara lebih efektif dan efisien. lanjutannya terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah kondisi masalah sebelumnya.
(34)
e. Rasa ingin tahu: Memunculkan rasa ingin tahu dalam matematika akan mengakibatkan seseorang terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus berupaya menggali informasi-informasi terkait lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikannya kaya akan wawasan dan ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan, perbedaan dan analogi, sehingga diharapkan mampu menjadi a good problems solver (mampu menyelesaikan masalah dengan baik).
f. Mandiri: Dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi tantangan, berbagai permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta didik harus mampu memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.
g. Komunikatif: Matematika merupakan suatu bahasa, sehingga seseorang harus mampu mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun tulisan, sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain.
h. Tanggung Jawab: Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang terbentuk dalam mempelajari matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
(35)
4. Integrasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika Mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada setiap mata pelajaran degan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada peserta didik akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga diharapkan setiap peserta didik mampu menginternalisasikan nilai-nilai itu ke dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku
Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika tetap harus berlandaskan pada nilai-nilai universal. Melalui kegiatan pembelajaran ini, guru dapat mengembangkan nilai-nilai karakter seperti jujur, demokrasi, bertanggungjawab, mandiri, disiplin, kerjakeras, kreatif, rasa ingin tau dan sebagainya. Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:
a. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya .
(36)
b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan.
c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu kedalam RPP. Nilai-nilai yang dicantumkan seperti nilai tanggung jawab saat mengerjakan soal dalam kelompok.
d. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. e. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami
kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
5. Matematika dan Karakter
Matematika sebagai ilmu memiliki ciri yaitu (1) memiliki objek abstrak, (2) bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola pikir deduktif, (4) memiliki simbol-simbol yang kosong arti, (5) memperhatikan semesta pembicaraan, dan (6) konsisten dalam sistemnya (Soejadi, 2000:21). Dalam matematika, terdapat objek abstrak yang meliputi fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Beberapa objek diatas didasari pada pola pikir deduktif, dimana mencari sesuatu dari hal umum ke hal yang khusus. Matematika berkecimpung dalam dengan simbol-simbol kosong yang tidak terikat pada satu objek tertentu. Ini memungkinkan matematika dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu yang relevan.
(37)
6. Pembelajaran Matematika Yang Membangun Karakter
Selama ini konsep pemahaman akan ilmu matematika dilakukan hanya melalui pengenalan rumus serta konsep-konsep secara verbal. Selain itu selama proses pembelajaran hampir seluruhnya didominasi oleh metode ceramah mekanistik, dimana guru menjadi pusat perhatian kelas. Pembelajran matematika seolah-olah digunakan hanya untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa saja. Siswa tidak dapat berkembang dan disetting menjadi alat penghasil sesuatu.
Guru beranggapan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang hanya harus diajarkan sesuai dengan kurikulum tanpa ada tujuan lain yang ke arah humanistik. Hal seperti ini yang harus dirubah dimana kreatifitas siswa tidak lagi dikekang tapi dibiarkan mengalir.
Sejatinya matematika humanistik telah dikembangkan oleh Plato atau Euclid yang mengkaitkan matematika dengan keindahan, kreatifitas, dan imaji matematika. Matematika humanistik mengarahkan siswa pada pendidikan yang menyenangkan, menantang, sekaligus kegiatan penemuan (Hablund,1998:74)
Beberapa ciri umum pembelajaran matematika humanistik menurut Hablund yaitu:
a. Menempatkan siswa sebagai penemu bukan hanya penerima fakta-fakta dan prosedur.
b. Memberi kesempatan siswa untuk saling membantu dalam memecahkan masalah dan pemecahannya lebih mendalam.
(38)
c. Belajar berbagai macam cara dalam menyelesaikan masalah.
d. Menunjukkan bahwa matematika adalah suatu penemuan dengan usaha keras.
e. Menggunakan teknik penilaian tidak hanya melihat daripada kemampuan mengingat saja
f. Menggunakan masalah-masalah menarik dan pertanyaan terbuka. g. Mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap ide-ide besar
matematika.
h. Membantu siswa melihat matematika sebagai studi terhadap pola-pola, termasuk keindahan dan kreatifitas.
i. Membantu siswa mengembangkan sikap percaya diri, mandiri, dan penasaran.
j. Mengajarkan materi yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Hasil Belajar
Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar (Hudoyo, 1990:1). Indikator keberhasilan proses belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan seseorang sebagai bukti hasil belajar. Meskipun bermacam-macam setiap penampilan tersebut didasai oleh ciri yang berupa kemampuan dan kecakapan.
(39)
Kegiatan belajar dikatakan berhasil apabila dapat menacapai hasil yang optimal. Untuk melihatnya diperlukan adanya penilaian atau evaluasi. Setelah kegiatan evaluasi maka akan diperoleh hasil belajar.
Tes hasil belajar berguna untuk mengukur penguasaan materi pelajaran yang diikuti siswa selain itu juga untuk melihat tingkat keberhasilan suatu metode pembelajaran yang digunakan.
8. Materi Himpunan di SMP
Himpunan adalah kumpulan benda-benda atau obyek (konkret maupun abstrak) yang mempunyai kesamaan sifat tertentu, didefinisikan dengan jelas. Anggota suatu himpunan harus terdefinisi dengan jelas, dalam arti bahwa untuk setiap obyek selalu dapat ditentukan secara tegas apakah obyek tersebut anggota himpunan itu atau tidak.
Himpunan semua obyek yang termasuk lingkup pembicaraan disebut himpunan semesta atau semesta wacana, yang dilambangkan dengan � atau �.
Benda-benda yang termasuk dalam suatu himpunan disebut anggota, elemen, atau unsur dari suatu himpunan. Jika suatu obyek merupakan anggota dari himpunan , maka dapat dinyatakan dengan notasi , dan bila suatu objek bukan merupakan anggota dari himpunan dapat dinyatakan dengan notasi
Suatu himpunan dikatakan merupakan himpunan bagian dari himpunan dinyatakan dengan notasi ⊆ , jika setiap anggota himpunan juga merupakan anggota dari himpunan
(40)
Dua buah himpunan dan dikatakan sama dengan notasi = , jika setiap anggota himpunan adalah anggota himpunan dan setiap anggota himpunan adalah anggota himpunan . Dengan kata lain,
= jika ⊆ dan ⊆ . Jika ⊆ dan ≠ , maka disebut himpunan bagian sejati dari , dengan notasi ⊂ . Suatu himpunan yang anggota-anggotanya juga merupakan himpunan biasanya disebut keluarga himpunan. Jika adalah suatu himpunan, maka himpunan kuasa dari himpunan yang dilambangkan dengan �( ), adalah keluarga semua himpunan dari , yaitu:
� = {�|� ⊆ }
Perhatikan bahwa jika himpunan memuat elemen, maka himpunan kuasa dari memuat 2 elemen.
Operasi himpunan adalah aturan yang menghasilkan himpunan dari suatu atau lebih himpunan yang diketahui. Operasi dengan satu himpunan disebut operasi uner, sedangkan operasi dengan dua buah himpunan disebut operasi biner. Operasi komplemen adalah operasi uner, sedangkan gabungan, irisan, selisih, selisih simetrik dan daerah kartesius adalah operasi biner.
Komplemen dari himpunan dalam semesta � dengan notasi adalah himpunan semua anggota semesta yang bukan anggota himpunan
, yaitu
(41)
Gabungan dua buah himpunan dan , dengan notasi , adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan atau himpunan , yaitu
= { | }
Irisan dua buah himpunan dan , dengan notasi , adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan dan sekaligus anggota himpunan , yaitu:
= { | }
Bila =∅, maka dan disebut dua buah himpunan yang saling lepas. Misalnya, himpunan dan komplemennya adalah saling lepas, sebab ′ =∅.
Selisih dua buah himpunan dan , dengan notasi − , adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan tetapi bukan anggota himpunan , yaitu:
− = { | }
Pada umumnya, − tidak sama dengan − .
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori diatas secara teoritis pembelajaran berbasis pendidikan karakter memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
(42)
positif terhadap lingkungannya. Seorang siswa yang menerima pembelajaran berbasis pendidikan karakter secara teoritis akan lebih mudah memahami pembelajaran materi himpunan.
Pendidikan karakter memiliki andil besar dalam mengembangkan potensi belajar siswa dalam hal ini memiliki dampak langsung terhadap prestasi belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memiliki dugaan bahwa pembelajaran berbasis pendidikan karakter memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71). Berdasarkan masalah yang diangkat oleh peneliti maka dalam hal ini penelti mengangkat 2 hipotesis yaitu:
Hipotesis pertama
Ho : Prestasi belajar pada tes akhir tidak lebih baik dari prestasi belajar pada tes awal.
H1 : Prestasi belajar pada tes akhir lebih baik dari prestasi belajar pada tes awal.
Hipotesis kedua
Ho : Prestasi belajar kelompok eksperimen tidak lebih baik dari kelompok kontrol.
(43)
Kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan berbasis pendidikan karakter, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran himpunan tanpa berbasis pendidikan karakter.
(44)
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kali ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dimana ada pendekatan kualitatif sebagai data pendukung. Data kuantitatif berupa angka hasil belajar siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro dan data kualitatif merupakan data angket dan data hasil wawancara dengan siswa, guru, dan kepala sekolah.
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimental karena data yang dihasilkan dari penelitian berupa angka dan penggunaan eksperimen yang diajukan oleh peneliti sebagai metode pembelajaran guru. Penelitian ini akan melihat secara nyata bagaimana perbandingan pembelajaran berbasis pendidikan karakter dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada materi himpunan kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta .
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas atau karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini sendiri adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Pangudi Luhur Boro yang
(45)
berjumlah 55 siswa dimana siswa dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas VII A yang berjumlah 27 siswa dan kelas VII B yang berjumlah 28 siswa. Dalam penelitian ini kelas VII A akan menjadi kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 sampel. Sampel pertama adalah sampel yang digunakan peneliti untuk penelitian kuantitatif. Sampel ini adalah siswa kelas VII A dan siswa kelas VII B secara keseluruhan. Pada kondisi awal kedua kelas memiliki perbedaan dari sisi prestasi akademis. Kelas VII B memiliki prestasi akademis lebih baik dari kelas VII B. Menurut guru kelas kondisi ini memang sengaja dibentuk untuk mempermudah fokus mengajar guru. Sampel kedua adalah sampel yang digunakan peneliti untuk penelitian kualitatif yang terdiri atas 6 subjek. Berikut tabel kriteria sampel penelitian kualitatif yang dibuat oleh peneliti:
No Subjek Prestasi Akademis 1 Subjek I Baik 2 Subjek II Sedang 3 Subjek III Kurang 4 Subjek IV Baik 5 Subjek V Sedang 6 Subjek VI Kurang
(46)
Subjek dengan kriteria baik adalah subjek yang mendapat predikat nilai diatas 80. Subjek dengan kriteria sedang adalah subjek yang mendapat predikat nilai antara 70 sampai 80. Sedangkan subjek dengan kriteria kurang adalah subjek dengan predikat nilai dibawah KKM yakni dibawah 70.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat peneilitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur Boro Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2015 sampai Desember 2015.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada kegiatan pembelajaran matematika berbasis pendidikan karakter pada materi himpunan kelas VII di SMP Pangudi Luhur Boro yang meliputi perencanaan, strategi, metode, pendekatan, media dan evaluasi yang digunakan.
E. Sistematika Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan observasi ke sekolah, wawancara terhadap kepala sekolah, guru pengampu pelajaran matematika (merangkap wakil kepala sekolah bagian kurikulum) dan beberapa peserta didik. Peneliti kemudian berdiskusi dengan guru pengampu kelas untuk melihat secara nyata pengaruh pembelajaran berbasis karakter dengan cara memperikan perlakuan berbeda pada kelas VII A dan kelas VII B. Kelas VII A mendapatkan
(47)
pembelajaran berbasis karakter dan kelas VII B mendapatkan pembelajaran konvensional. Setelah melalui tahapan pembelajaran berbasis pendidikan karakter peneliti melakukan tes untuk melihat pengaruh pembelajaran berbasis karakter terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
F. Perumusan Variabel
Dalam penelitian kali ini peneliti menetapkan dua variabel. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Perlakuan Pengukuran
Eksperimen X Tes
Kontrol Y Tes
Tabel 3.2. Variabel Penelitian Keterangan:
X : Penerapan pembelajaran berbasis pendidikan karakter. Y : Penerapan Pembelajaran secara konvensional.
G. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan studi lapangan (field research) untuk pengumpulan data, dimana data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian di lapangan. Untuk teknik yang digunakan diantaranya:
(48)
Metode observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan yang cara pengambilannya melalui mata tanpa ada alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2005:175). Untuk melakukan observasi peneliti melakukannya secara spontan denagn memusatkan perhatian terhadap objek tertentu menggunakan alat indera. Observasi berperan penting untuk melihat keadaan sesungguhnya di lapangan dan membantu peneliti dalam menyusun instrumen yang diperlukan.
j. Wawancara
Kegiatan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 1990:135). Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, guru pengampu mata pelajaran matematika (merangkup waka bagian kurikulum), dan siswa kelas VII yang meyangkut pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah khususnya dalam pelajaran matematika. 3. Tes
Tes adalah suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang atau anak yang ingin diselidiki atau responden. Tes digunakan untuk melihat hasil prestasi belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran berbasis karakter dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran berbasis karakter.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti diantaranya dokumen berupa tulisan, foto, dan rekaman suara. Dokumentasi tulisan berupa tulisan yang terkait dengan proses pembelajaran didalam kelas seperti RPP dan
(49)
silabus yang berbasis karakter serta lembar penilaian yang digunakan guru mata pelajaran matematika. Untuk foto sendiri berupa foto kegiatan pembelajaran didalam kelas, foto sudut-sudut sekolah, dan beberapa inventaris sekolah. Bukti rekaman juga disertakan saat peneliti melakukan wawancara dengan perangkat sekolah yang terkait erat hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan karakter di kelas VII SMP Pangudi Luhur Boro.
5. Triangulasi Data
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi berarti suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Moleong, 2004:330). Saat peneliti mengumpulkan data dengan cara triangulasi maka peneliti sekaligus menguji kredibilitas data melalui berbagai sumber data (Sugiyono, 2008:241). Pemeriksaan terhadap kredibilitas data dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara atau dengan data pengamatan yang sudah ada atau dengan isi suatu dokomen yang berkaitan (Moleong, 1990:178) .
(50)
Proses triangulasi data dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Proses Triangulasi Data Sumber: Sugiyono (2008:270)
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen yaitu angket pengetahuan siswa tentang pendidikan karakter dan tes hasil belajar siswa. Angket berupa poin-poin yang mencakup kegiatan belajar siswa didalam kelas yang terkait pendidikan karakter (terlampir) sedangkan tes hasil belajar berupa soal-soal uji pemahaman siswa terhadap materi himpunan (terlampir).
I. Uji Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahian suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan beragam metode. Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi data untuk melihat validitas instrumen. Saat peneliti mengumpulkan data dengan cara triangulasi maka peneliti sekaligus menguji kredibilitas data melalui berbagai sumber data (Sugiyono, 2008:241). Pemeriksaan terhadap kredibilitas data dapat dilakukan dengan
Wawancara Observasi
(51)
membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara atau dengan data pengamatan yang sudah ada atau dengan isi suatu dokomen yang berkaitan (Moleong, 1990:178) .
J. Teknik Analisis Data
Proses analisis data adalah proses menelaah semua yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Moleong, 1990:190).
Peneliti melakukan beberapa langkah uji analisis data yaitu: 1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji one sample Kolmogorov-Smirnov dengan signifikasi 0,05. Data berdistribusi normal jika signifikasi lebih dari 0,05.
2. Uji Paired Sample T Test
Uji ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang berpasangan (berhubungan). Berarti sebuah sampel namun mendapatkan perlakuan berbeda.
Langkah-langkah program SPSS:
Masuk program SPSS.
Klik Variable View pada SPSS data editor.
(52)
Pada kolom Label tuliskan nilaites1 dan nialites2.
Buka Data View.
Ketikkan daftar nilai siswa.
Klik Analyze - Compare Means - Paired Sample T Tes.
Klik variable nilaites1 kemudian klik variable nilaites2 masukkan ke kotak paired variables.
Klik Ok
3. Uji Independent Samples T Test
Uji ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.
Langkah-langkah program SPSS:
Masuk Program SPSS.
Klik Variable View pada SPSS data editor.
Pada kolom Name ketik nilaites dan pada baris kedua ketik kelas.
Pada kolom Decimal ganti menjadi 0.
Pada kolom Label ketik nilai tes dan pada baris kedua ketik kelas.
Pada kolom Values untuk kelas klik kotak kecil, pada value ketik 1, pada value label ketik kelas A, lalu klik add. Pada value ketik 2, pada value label klik kelas B lalu klik add. Klik ok.
Buka Data View dan ketikkan data sesuai variabelnya (pada variabel kelas ketik angka 1 atau 2, 1 menunjukkan kelas A 2 menunjukkan kelas B.
(53)
Klik variabel nilai tes dan masukkan dalam kotak Test Variable, kemudian klik variabel kelas dan masukkan dalam Grouping Variable, kemudian klik Define Group, Group 1 ketik 1 dan Group 2 ketik 2, continue lalu klik ok.
Sedangkan untuk data pendukung berupa data kualitatif dilakukan dengan pengolahan data menurut Miles dan Huberman (1992:16) pengolahan data dilakukan dalam empat tahapan yaitu:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat semua data secara holistik (dalam bentuk yang utuh) dan apa adanya sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara.
2. Reduksi Data
Reduksi data berarti pengurangan pemusatan perhatian data dengan kata lain menyederhanakan data-data yang muncul dari hasil pengamatan yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi bias yang mungkin terjadi pada saat pengolahan data sehingga hasil penelitian lebih optimal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini berupa angka dan data deskriptif pendukung seperti hasil wawancara dan angket. Penyajian data yang berupa deskriptif dilakukan secara naratif sesuai konsep Miles dan Huberman (2008:338) yaitu “The most frequent form of display data qualitative research data in the past has been narrative text.”
(54)
4. Verifikasi atau Pengambilan Keputusan
Dalam menarik kesimpulan terdapat berbagi kendala di antaranya kemungkinan kesimpulan yang terasa kabur atau kurang keabsahannya. Untuk mencegah hal tersebut dilakukan tindakan verifikasi dengan mencari data-data lain yang dapat mendukung kesimpulan tersebut serta melakukan pengecekan kembali terhadap data-data yang telah diperoleh. Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa tiap-tiap proses saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Penyajian data perlu dilihat kembali apakah ada kemungkinan data yang kurang atau tertinggal. Disinilah kecermatan dari peneliti dituntut sebagai “Instrumen Utama” dalam setiap proses pengolahan data.
Gambar 3.2. Komponen-Komponen Analisis Data Sumber: Milles dan Hubberman (1992:20)
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan dan Verifikasi
(55)
36 BAB IV
DESKRIPSI, ANALISA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Boro pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari bulan Oktober sampai dengan Desember. Kegiatan observasi dilakukan pada Rabu, 28 Oktober 2015 pada pukul 07.00 di kelas VII A dan dilanjutkan pada pukul 08.20 di kelas VII B. Sedangkan kegiatan pengamatan pelaksanaan pendidikan karakter dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama di dalam kelas dilaksanakan pada pertemuan pertama Rabu, 4 November 2015 pada pukul 07.00. Dilanjutkan pertemuan kedua Kamis 5 November 2015 pada pukul 09.20. Tahap kedua dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pertemuan pertama pada Rabu, 11 November 2015 pada pukul 07.00 dan pertemuan kedua pada Kamis, 12 November 2015 pada pukul 09.20.Dalam kegiatan observasi dan penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer yang memiliki kompetensi dalam pendidikan matematika.
B. Latar Belakang SMP Pangudi Luhur Boro
SMP Pangudi Luhur Boro adalah sebuah sekolah dengan semangat Katolik yang terletak di pedesaan Boro Kalibawang Kulon Progo Yogyakarta yang secara geografis berada di antara perbukitan menoreh dan berada persis di sebelah gereja paroki Santa Theresia Liseux Boro. SMP Pangudi Luhur Boro berdiri pada tanggal 6 Oktober 1954 yang dirintis oleh Br. Otto de Bruins pada tanggal 1
(56)
Agustus 1955. Yayasan Pagudi luhur dilindungi oleh “Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Dosa 8 Desember” dan sekolah dilindungi oleh“Bunda Maria Yang Terkandung Tanpa Dosa 1 Agustus.” Sekolah ini berada kurang lebih 32 kilometer dari pusat kota Yogyakarta dan berada dibawah naungan yayasan pangudi luhur yang berpusat di Semarang. Meskipun jauh dari pusat kota SMP Pangudi Luhur diakui sebagai salah satu SMP terbaik di Kulon Progo. Saat ini SMP Pangudi Luhur Boro memiliki akreditasi A dan dipimpin oleh Br. Dr. Yohannes Sumardi., S.Pd.,
SMP Pangudi Luhur memiliki dasar Pancasila dan UUD 1945 dengan semangat “Iman-Harapan dan Kasih serta Nilai-nilai kristiani dengan mengutamakan kepada mereka yang Miskin, Lemah, dan Berkekurangan.” Visi SMP Pangudi Luhur Boro dituangkan dalam 3 butir :
1. Menyelenggarakan pendidikan iman-harapan dan cinta kasih serta nilai-nilai kristiani melalui paguyuban, kekeluargaan, persaudaraan sejati dalam pendidikan, pengajaran dan pembinaan hidup sederhana dan hati yang tulus.
2. Mengutamakan perhatian secara intensif kepada option for the poor atau kepada yang lemah, miskin dan berkekurangan.
3. Berupaya membantu perkembangan dan pertumbuhan kepada kaum muda menjadi pribadi manusia secara utuh.
(57)
1. Mewujudkan spiritualitas evangelisasi baru dalam suasana kekeluargaan, paguyuban dan semangat inovatif-kreatif dan proaktif.
2. Untuk mendampingi kaum muda supaya memiliki atau memperoleh keunggulan religiusitas, humanitas, sosialitas dan intelektualitas yang dipadukan melalui pendidikan, pengajaran, dan pembinaan secara serasi-selaras dan seimbang.
3. Pencapaiannya dengan proses pembentukan suasana kekeluargaan-persaudaraan sejati antara pihak sekolah-orang tua-siswa dan alumni dan masyarakat sekitar pengguna jasa pendidikan pangudi luhur.
4. Sinergis integral dalam hal interaksi antara individual dengan lingkungan pembelajar antara lain: learning something-learning to do-learning how to learn-learning to be and life long education.
SMP Pangudi Luhur Boro memiliki tujuan institusional yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa/peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi menuju pada pribadi yang beriman, bertakwa, bermoral, bernalar, bermutu, berjiwa merdeka dan demokratis dalam praktik kehidupan menggereja, berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
C. Pendidikan Karakter di SMP Pangudi Luhur Boro
SMP Pangudi Luhur Boro memiliki ciri khas tersendiri dalam menjalankan pendidikan karakter di sekolah. Sebagai sekolah dengan identitas Katolik, SMP Pangudi Luhur Boro berusaha mewujudkan suasana kekeluargaan di sekolah yang dijiwai dengan semangat kebebasan dan cinta kasih injili dengan tidak saling
(58)
membedakan. Dimensi religius Katolik dapat dilihat pada iklim dan suasana sekolah secara keseluruhan, misalnya hubungan guru dengan murid, hubungan antar guru sendiri, suasana kebersamaan yang diwarnai dengan rasa persaudaraan, perhatian, keakraban, kegembiraan, saling menghargai dan keramah-tamahannya. Meskipun sekolah menanamkan ajaran cinta kasih kristus sebagai pedoman karakter siswa akan tetapi sekolah tidak membeda-bedakan siswa yang memiliki keyakinan lain. Sekolah tetap berusaha menanamkan ajaran cinta kasih dengan tetap menghormati keyakinan siswa tersebut.
Pendidikan karakter di sekolah telah diterapakan sejak awal berdirinya sekolah pada tahun 1955 melalui semangat identitas Katolik. Dengan situasi yang terus berubah mulai tahun 1997 dari direktorat sekolah swasta mulai dicanangkan adanya MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Maka pada tahun ajaran 2001/2002 SMP Pangudi Luhur Boro ditunjuk oleh Departemen Pendidikan Kabupaten menjadi salah satu sekolah perintis MPMBS yang mengintegrasikan siswa-guru-orangtua siswa-masyarakat.
Tujuan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur Boro diarahkan kepada posisi siswa sebagai subyek didik dan pusat pelayanan yaitu menciptakan kaum muda yang memiliki kepribadian yang tangguh dan unggul dalam iman serta cerdas dan berkarakter berdasarkan spiritualitas Allah adalah kasih.
Ada 2 jalur utama dalam melaksanakan pendidikan karakter yang pertama terpadu melalui kegiatan pembelajaran dan yang kedua terpadu melalui kegiatan ekstrakurikuler.
(59)
Pendidikan karakter melalui pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai dan proses internalisasi nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik melalui proses pembelajaran. Pada intinya peserta didik selain menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, dan menyerapnya menjadi perilaku. Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dalam memulai kegiatan belajar mengajar guru selalu mengawalinya dengan berdoa. Kegiatan berdoa juga dilakukan setiap jam 12 siang (doa malaikat Tuhan) yang dipandu melalui pengeras suara.Sebelum memulai pelajaran siswa tidak lupa mengucapkan salam kepada guru kelas.
Pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler dipandang sangat relevan dan efektif dalam mewujudkan nilai-nilai karakter seperti nilai religius, disiplin, kejujuran, kerja keras, rasa ingin tahu, kreatif, bertanggung jawab, dan mandiri. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah antara lain pramuka, jurnalistik dan fotografi, voli, badminton, tenis meja, sepak bola, futsal, karate, vokal grup, gitar akustik, band, klub bahasa Inggris, dan klub science. Banyak nilai-nilai karakter yang dapat diterapkan melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Dari kegiatan pramuka dapat diterapkan nilai disiplin, cinta tanah air, kepedulian sosial dan keberanian. Sedangkan kegiatan olahraga seperti sepakbola dapat menanamkan budaya hidup sehat, meningkatkan rasa tanggung jawab, disiplin, kerjasama, dan kerja keras. Kegiatan ekstrakurikuler di bidang musik dapat meningkatkan kreatifitas, bahkan rasa ingin tahu siswa. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler diatas dimaksudkan agar siswa juga dapat mengembangkan sisi non-akademis dalam
(60)
dirinya dan melihat minat siswa itu sendiri. Adapun di lain hal secara tidak langsung ada kontribusi positif kedalam sisi akademis siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler diatas.
D. Hasil Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti melalui pengamatan didalam kelas maupun kegiatan diluar kelas (ekstrakurikuler). Hasil observasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Hasil Observasi di Dalam Kelas
Pemaparan tentang pendidikan karakter telah dilaksanakan secara menyeluruh di sekolah melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar sekolah. Akan tetapi pada praktiknya belum dilakukan secara intens dan mengena terutama pada saat jam pelajaran di dalam kelas. Dalam hal ini ada beberapa poin yang perlu diperhatikan:
a. Kesiapan Guru dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran guru telah melakukan tahapan pembelajaran yang tepat seperti menyampaikan apersepsi dan membimbing siswa. Akan tetapi pelaksanaan pendidikan karakter belum terlihat jelas seperti yang tertuang dalam Permendiknas no 22 tahun 2006 terkait standar isi seperti pemberian motivasi, melihat kejujuran siswa, dan melihat kemandirian siswa. Sejalan dengan RPP yang digunakan guru yang sebetulnya mengarah kepada pendidikan karakter.
(61)
Kelengkapan pembelajaran sudah sangat lengkap mulai dari meja, kursi, papan tulis, presensi siswa, tabel jadwal pelajaran, dan suasana yang mendukung untuk pembelajaran.dalam kelas.
c. Pendidikan Karakter
Dalam kondisi awal kedua kelas telah mendapatkan pemaparan tentang pendidikan karakter namun tidak intens. Pembelajaran dilakukan secara konvensional seperti pada umumnya yang dilakukan oleh guru-guru. Guru menunjukkan pendidikan karakter melalui kegiatan berdoa bersama, menjaga ketertiban kelas, dan kerja sama meskipun belum nampak optimal secara keseluruhan.
2. Kegiatan Pembelajaran di Dalam Kelas
Berikut adalah deskripsi kegiatan belajar mengajar di kedua kelas dengan cara konvensional.
a. Pelajaran di Kelas VII A
Kegiatan belajar dilakukan pada pukul 07.00 pagi. Guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh seorang siswa. Guru memberikan materi tentang himpunan. Guru menjelaskan kepada siswa apa itu himpunan. Dalam hal ini guru memberikan contoh kepada siswa bahwa anak-anak didalam kelas adalah contoh himpunan anak kelas VII A di SMP PL Boro. Guru menenekankan bahwa ciri suatu himpunan harus memiliki karakteristik yang jelas. Kemudian guru memberikan contoh yang bukan merupakan himpunan seperti kumpulan orang kaya itu bukan merupakan himpunan karena karakteristiknya kurang jelas dan persepsi orang tentang patokan orang kaya
(62)
berbeda-beda. Siswa nampak ada yang memperhatikan namun masih ada yang sedikit ribut.
Guru kemudian mengajak siswa memberikan contoh himpunan lagi yang ada di sekitar mereka. Siswa secara serentak menyebutkan contoh himpunan di sekitar mereka. Guru melanjutkan materi tentang pengertian irisan himpunan dan gabungan himpunan. Setelah dirasa cukup guru memberikan contoh soal di papan tulis dan mengajak siswa mengerjakan soal bersama-sama.
Setelah memberikan contoh soal guru mengajak siswa mengerjakan soal di buku paket secara mandiri. Disini guru sempat meninggalkan kelas karena sedang ada tamu. Setelah guru kembali, guru mengajak siswa untuk membahas soal bersama-sama. Terlihat ada beberapa siswa yang bertanya dengan cara maju ke depan kelas.
Pelajaran diakhiri dengan guru yang memberikan tugas dari buku paket dan akan dikoreksi pada pertemuan selanjutnya.
b. Pelajaran di kelas VII B
Kegiatan pelajaran dimulai pada pukul 08.20. Pelajaran dimulai dengan mengingatkan kembali siswa tentang materi sebelumnya yaitu irisan dan gabungan himpunan. Guru menuliskan di papan tulis tentang contoh-contoh irisan dan gabungan dalam himpunan. Dari pengamatan peneliti pemberian materi di kelas VII B satu langkah lebih cepat dibandingkan kelas VII A.
Setelah dirasa cukup mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya. Guru melanjutkan materi ke selisih himpunan. Guru memberikan materi di papan tulis dan terlihat beberapa siswa melakukan pencatatan di buku masing-masing.
(63)
Dari yang peneliti amati siswa di kelas VII B mempunyai kecenderungan lebih aktif dibandingkan kelas VII A. Hal ini juga berdasarkan pengakuan guru kelas bahwa siswa di kelas VII B sedikit unggul dari sisi akademis. Misalnya saja saat guru ditengah-tengah menerangkan materi ada siswa yang langsung bertanya. Guru melanjutkan pelajaran dengan mengajak siswa melihat buku paket matematika dan mengajak siswa mengerjakan soal dari situ. Guru memberi waktu siswa 15 menit untuk mengerjakan soal yang ada. Peneliti sempat mengamati bahwa siswa langsung mengerjakan yang diperintahkan oleh guru kelas.
Setelah selesai mengerjakan ternyata waktu jam pelajaran telah berakhir dan guru meminta siswa untuk mempelajari lagi materi yang sudah diberikan di rumah masing-masing.
3. Kesimpulan Kondisi Awal Pembelajaran
Dari kondisi awal pembelajaran dapat dilihat beberapa kesimpulan yang dapat peneliti ambil, yaitu:
a. Guru belum menerapkan pendidikan karakter secara simultan dan intens. Dalam konteks awal guru telah mencanangkan pendidikan karakter dalam pembelajaran di dalam kelas seperti yang tertuang dalam RPP yang digunakan, akan tetapi praktiknya belum begitu terlihat jelas hanya beberapa nilai yang diterapkan seperti religiusitas melalui doa bersama disiplin melalui ketepatan waktu dan selebihnya belum telihat jelas.
(64)
b. Prestasi belajar kedua kelas berbeda. Dari kondisi awal dapat dilihat bahwa kelas VII B memiliki kecenderungan lebih baik dari sisi akademis dibandingkan kelas VII A (daftar nilai terlampir).
c. Kondisi subjek penelitian I, II, III cukup kondusif dalam menerima pelajaran (kelas VII A) begitupun dengan subjek IV, V, dan VI (kelas VII B). Dari sini dapat disimpulkan pemaparan materi dan motivasi belajar cukup berimbang dan tidak ada perlakuan khusus. d. Kondisi kedua kelas sama. Dalam hal ini dapat dilihat dari sarana
dan prasarana pengajaran yang lengkap serta keadaan siswa yang cukup berimbang dari sisi kondusifitas. Dilihat dari saat pengajaran suasana kelas tidak bising atau adanya gangguan dari siswa itu sendiri maupun luar kelas.
E. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter di dalam Kelas
Setelah melihat kondisi awal pembelajaran peneliti dan guru melakukan diskusi singkat tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan di dalam kelas. Setelah itu peneliti mengupayakan usaha untuk melaksanakan pendidikan karakter secara lebih intens di kelas VII A. Usaha yang dilakukan olehpeneliti antara lain meminta guru untuk menerapkan nilai karakter yang dirasa kurang saat pembelajaran sebelumnya. Tidak hanya itu peneliti juga mengupayakan kepada guru kelas untuk menggunakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat. Di bawah ini akan peneliti deskripsikan kegiatan pembelajaran di kelas VII A
(65)
sebagai kelas subjek penelitian yang akan menerima pembelajaran berbasis pendidikan karakter dan untuk kelas kontrol VII B menerima pembelajaran konvensional seperti biasa sehingga tidak perlu dideskripsikan kegiatan belajar mengajarnya. Sedangkan materi yang diajarkan adalah materi teori himpunan yang merupakan materi pengulangan dimana siswa telah diajarkan tentang teori himpunan sebelumnya. Penerapan pembelajaran berbasis pendidikan karakter di kelas VII A didekripsikan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pembelajaran Tahap I a. Pertemuan Pertama
Kegiatan belajar dimulai pukul 07.00 pagi. Dimulai dengan guru yang masuk ke kelas tepat waktu yaitu pada pukul 06.55. Guru menunjukkan sikap disiplin dengan datang ke kelas tepat pada waktunya. Sebelum memulai pelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa bersama dengan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa. Dari hal ini guru menerapkan sikap religius dalam pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk menyiapkan buku pelajaran dan perlengkapannya. Di awal pelajaran guru mengingatkan kembali materi terakhir tentang gabungan dan irisan himpunan. Guru memberikan permisalan gabungan himpunan melalui hal-hal yang ditemui sehari-hari. Misalkan di kandang Adi terdapat Ayam, Bebek, dan Itik sedangkan di kandang Sri ada Angsa dan Kalkun gabungan dari dua kandang itu adalah? Guru bertanya kepada siswa apa jawabannya. Siswa ingin menjawab serentak tapi guru mengingatkan bagi siswa yang ingin menjawab agar tunjuk jari. Dari hal ini dapat dilihat bahwa guru ingin mengembangkan sikap berani dan percaya diri dalam diri siswa.
(66)
Gambar 4.1. Siswa menjawab pertanyaan guru
Setelah siswa menjawab guru memberikan contoh soal mengenai irisan himpunan. Guru meminta siswa maju ke depan kelas tanpa ada paksaan. Siswa sendiri yang berinisiatif menjawab pertanyaan guru. Siswa menuliskan di depan kelas misalkan
= {1, 3, 5} dan = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} irisan dari himpunan A dan B adalah
= {1, 3, 5}. Ketika siswa mengerjakan didepan kelas beberapa siswa ada yang ribut sendiri guru langsung menenangkan dan memberi pengertian.
Setelah siswa selesai menjawab pertanyaan guru mengajak siswa lain melihat pekerjaan temannya sudah tepat atau belum.
(67)
Gambar 4.2. Siswa lain memberikan kritik pada temannya
Ada hal menarik saat kegiatan pembelajaran didalam kelas. Dalam beberapa kesempatan guru menyelipkan cerita motivasi kepada siswa ketika siswa mulai terlihat tidak bersemangat. Pada kesempatan itu guru menceritakan tentang seorang anak yang mengalami lumpuh namun mampu berprestasi dalam hal akademis. Guru ingin menunjukkan bahwa kekurangan tidak menjadi penghalang bagi setiap orang untuk mencapai cita-citanya. Dari yang peneliti amati, siswa juga mulai lebih aktif ketika sudah ada temannya yang maju ke depan kelas. Pembelajaran dilanjutkan dengan latihan soal yang diberikan oleh guru kelas. Guru meminta siswa untuk mengerjakannya secara berkelompok dengan anggota 2 orang. Guru memberikan batasan waktu 15 menit untuk mengerjakan soal.
(68)
Gambar 4.3. Siswa mengerjakan soal berkelompok
Setelah siswa mengerjakan soal guru bersama-sama mengajak siswa mengoreksi jawaban mereka. Disini guru mengajarkan nilai kejujuran dengan mengajak siswa mengoreksi jawaban secara mandiri. Setelah selesai mengoreksi jawaban siswa guru bertanya tentang kesulitan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal. Beberapa siswa bertanya langsung kepada guru tentang kesulitan mereka.
(69)
Pelajaran diakhiri dengan mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan dari pelajaran di hari itu.
b. Pertemuan Kedua
Pelajaran dimulai pada pukul 11.20. Sebelum dimulainya pelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama. Guru mengajak siswa untuk tenang karena masih ada beberapa siswa yang ribut sendiri. Setelah diingatkan situasi kelas menjadi agak tenang dan siswa mulai memperhatikan guru. Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa untuk mengingat kembali materi terakhir tentang gabungan dan irisan himpunan. Guru memberikan penjelasan tentang selisih himpunan di papan tulis. Selisih dua buah himpunan dan , dengan notasi − , adalah himpunan semua elemen dalam semesta yang merupakan anggota himpunan tetapi bukan anggota himpunan .Setelah memberikan penjelasan guru memberikan contoh soal selisih himpunan dan mengajak siswa mengerjakannya bersama-sama.
(1)
(2)
Lampiran V
(3)
Lampiran W
RPP Konvensional
(4)
Lampiran X
(5)
T1 T2 T1 T2 1 A. FERDIAN HENDRA PRATAMA L
40
70
1 A .ALAM BAYU ABISATYA L50 45
2 AGUSTINUS WINARTO L40
70
2 A. APRINATA IBI BADIN L70
65
3 ANDREAS AWAN TYAS CAHYONO L30
40
3 AGATHA ELLIN LOUEDHESTA WIJAYA P60 55
4 BENEDICTA GIGIH WIDYA H P70
65
4 AGUSTINA HARDIANI PRIMA PUTRI P70
65
5 CHAECILIA HANA TYAS ASIH P75
70
5 AGUSTINUS TRI NUGROHO L80 80
6 DOMINIKUS RIZKY ARI SETIAWAN L80
90
6 ANNA YUNITA RAHMA PUTRI P60 55
7 F.X. ADVEN SURYA L80
90
7 ANTONIUS EDI SETIAWAN L70
65
8 HE.ERYAN CAHYO NUGROHO L50
70
8 ANTONIUS JONATHAN KAREL W. L75 75
9 HENDRY WIBAWA L50
70
9 C. PUJI DIANTARI P70
65
10 INTAN RATNA OKTA SARI P70
90
10 CAECILIA TRI RAHAYU P85 85
11 ISAAC JAGUES BRIAN EKA SAPUTRA L60
70
11 F. ADI WICAKSANA L70
65
12 LOUIS DANI BAGAS ANDARA L70
75
12 FX. ANANG YULIYANTO L70
65
13 LUSIANA TAMI P65
70
13 GABRIELLA DYAH PITALOKA P70
65
14 M. INDAH PERMATASARI P70
80
14 IGNATIUS ARIEL BHIMA CHRISTO L75 75
15 MARIA SHELVY KUSUMAWATI P70
70
15 KRESENSIA LARAS PRAMESTHI P90 90
16 MARIA VEBI VERNIA P70
70
16 LEVINA PUTRI SANTOSO P90 90
17 MARTINA DEWI PRIHANTINA P80
70
17 M. SEPTI YANVERNIA P80 80
18 MM SINTIA WARDAYANI P70
75
18 MAREL CROSSCITAN B. L75 70
19 PETRUS WAHYU SETYAWAN L60
70
19 MARIA SRIWAHYUNI P60 55
20 RAKADITYA PRADEWA W. L60
65
20 MEGA PUSPITA SARI P70
65
21 ROSALIA DIAN HESTY K P95 100
21 NUGROHO L80 80
22 SANDY DWI WIBOWO L90
90
22 SELLA KURNIAWATI P70
65
23 THERESIA SRI WIJAYANTI P95 100
23 STEPANUS TEGUH NOVIANTO L70
65
24 V. MELISA DENNA MARIA ANGELA P90
75
24 STEPANUS WINARNO L60 65
25 WELLY RISKATIAWANTO L80
65
25 VILANOVA YEYEN NADIAWATI P80 80
26 WENANSIUS ADI PRASETYO L70
65
26 VINCENCIUS VALLEN VRENTHALER L70
65
(6)
27 WILHELNIA ICHE IRAUNAWATI P