PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK SISWA SMA KELAS X SEMESTER II.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Selain itu matematika juga digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai penunjang, seperti Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Soedjadi (1999: 138) matematika adalah salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007: 723), matematika didefinisikan sebagai sebuah ilmu tentang bilangan, yang didalamnya mempelajari tentang hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan perguruan tinggi. Seiring dengan perkembangan zaman, matematika tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran wajib di sekolah saja, melainkan matematika dipandang sebagai sebuah ilmu yang mendasari berbagai macam ilmu. Selain itu, Matematika merupakan salah satu sarana yang dapat membekali seseorang dalam berbagai macam kemampuan seperti berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan dalam bekerja sama untuk memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu


(2)

2

berubah, tidak pasti, dan kompetitif (BSNP, 2006: 125). Itulah alasan penting mengapa matematika perlu diajarkan disetiap jenjang sekolah.

Kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama akan terwujud ketika pembelajaran dalam kelas sudah bermakna. Belajar bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti (Heruman, 2008: 5).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa pembelajaran matematika sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat


(3)

3

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran di atas, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran matematika. Pemahaman matematika merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. (Widjajanti, 2009: 404) menyatakan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah kepada siswa memungkinkan siswa lebih analitis di dalam mengambil keputusan. Sementara itu, NCTM (2000: 4) menyebutkan bahwa memecahkan masalah bukan saja suatu sasaran belajar matematika, melainkan alat utama untuk melakukan belajar. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika disemua jenjang. Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika penting dimiliki oleh siswa, agar sesuai dengan tujuan dari pembelajaran matematika sekolah.

Dalam pembelajaran matematika di sekolah khususnya di SMA, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan bukanlah perkara yang mudah, banyak sekali kendala yang ditemui, misalnya seperti masih digunakannya sistem menghafal rumus dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Hal ini menyebabkan siswa hanya bisa menggunakan rumus tanpa memahami konsep, sehingga pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna dan hasil belajar siswa yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan. Ini juga dikarenakan pembelajaran


(4)

4

masih banyak terpusat pada guru dan cenderung mengutamakan matematika sebagai sebuah alat yang siap pakai dan mengabaikan matematika sebagai kegiatan manusia (R. Soedjadi, 2007: 7). Hal ini mengakibatkan siswa terlihat kurang aktif dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Dari hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika juga mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika. Fakta-fakta itu menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah belum terwujud sempurna. Salah satu faktor kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah karena rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep serta pemecahan masalahnya dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan. Sehingga salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah menguasai landasan kependidikan yaitu seorang guru harus mampu memilih, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber belajar (Rusman, 2012: 72).

Hasil analisis kurikulum yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Ngemplak, menunjukkan kurikulum yang digunakan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Dimana materi trigonometri menjadi salah satu pokok bahasan yang harus dipelajari siswa di kelas X semester genap. Standar kompetensinya adalah menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam


(5)

5

pemecahan masalah. Kompetensi dasarnya adalah (1) melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri (2) merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas (3) menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri, dan penafsirannya. Trigonometri sangat berguna bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuan mereka ketika akan memasuki jenjang perguruan tinggi sesuai dengan minat mereka, karena tidak hanya digunakan di cabang ilmu lain seperti fisika, kimia, geografi, dan teknik.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Ngemplak. Perangkat pembelajaran yang digunakan kurang dapat memfasilitasi siswa dalam memahami konsep materi trigonometri secara mandiri. Meskipun guru sudah menjalankan tugasnya dengan baik, namun ditemukan beberapa permasalahan yaitu siswa belum mampu memahami secara matang konsep materi trigonometri dengan baik dan kurangnya sarana yang berupa perangkat pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi trigonometri dengan baik. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk mendukung pembelajaran matematika berjalan dengan baik, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif membangun


(6)

6

pengetahuannya, salah satunya dengan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan penemuan terbimbing. Tujuan dari penggunaan LKS ini membantu siswa secara aktif dalam kegiatan penemuan untuk menemukan maupun memahami konsep materi yang diajarkan. Salah satu materi yang harus dikuasai siswa kelas X Sekolah Menengah Atas adalah trigonometri. Di SMA Negeri 1 Ngemplak belum ada LKS trigonometri yang mendukung proses pembelajaran matematika pada materi trigonometri. Hal ini didukung oleh pernyataan menurut Al. Krismanto (2008: 2), yang menyatakan bahwa kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran sering dijumpai adanya kesulitan dalam membelajarkan trigonometri. Hal ini karena guru lebih terbiasa dengan menyajikan rumus-rumus yang banyak dijumpai dalam trigonometri secara instan, sehingga pembelajaran trigonometri menjadi kurang bermakna. Hal ini menjadikan adanya anggapan di lapangan bahwa materi trigonometri cenderung kurang menarik dan sukar bagi siswa. Salah satu kesulitan siswa dalam mempelajari trigonometri misalnya dalam mengubah nilai trigonometri sudut istimewa di setiap kuadran. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dapat mengkonstruksi pengetahuan siswa dalam memahami konsep trigonometri yang ditinjau dari aspek valid, praktis, dan efektif.

Memperhatikan uraian di atas, maka peneliti perlu melakukan penelitian yang berfokus pada tema “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Trigonometri Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing


(7)

7

Untuk Siswa SMA kelas X Semester II”. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan RPP yang dikembangkan harus memiliki dasar pendekatan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan disini adalah pendekatan yang dapat memfasilitasi siswa untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Salah satu pendekatan yang relevan adalah pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing, dalam hal ini guru bertugas sebagai fasilitator dan pembimbing siswa. Metode penemuan terbimbing merupakan metode dimana siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri, dengan prinsip tersebut guru sebagai fasilitator membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep tertentu. Menurut Elliot, Kratochwill, Cook, et al. (2000: 337) penemuan terbimbing tidak hanya menyebabkan siswa mengatur materi untuk menentukan keteraturan dan hubungan tetapi juga untuk menghindari kegiatan yang pasif. Hal ini diperkuat dengan penelitian Effendi (2012: 8) bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dari pada siswa yang menggunakan metode konvesional. Langkah-langkah metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika agar pelaksanaan dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan jelas.


(8)

8

2. Siswa menyusun, memproses, mengorganisir dan menganalisis data dari guru. Sedangkan guru hanya membimbing sejauh yang diperlukan saja.

3. Siswa membuat prakiraan dari hasil analisis.

4. Untuk meyakinkan kebenaran hasil prakiraan siswa, guru dan siswa bersama-sama memeriksanya.

5. Siswa menyusun kesimpulan dari hasil prakiraan tersebut. 6. Setelah selesai guru memberikan latihan soal, untuk memeriksa

hasil kesimpulan siswa (Depdiknas, 2006: 16).

Sehingga melalui metode penemuan terbimbing mampu memfasilitasi kemampuan siswa dalam memahami konsep serta memecahkan masalah matematika.

Dalam hal ini terdapat model pengembangan sistem pembelajaran yang akan dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu model Define, Design, Develop, Disseminate (4D) dan model Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation (ADDIE). Namun, model pengembangan yang dipilih oleh peneliti adalah ADDIE.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa belum mampu memahami konsep pada materi trigonometri dengan baik.


(9)

9

2. Diperlukan sarana untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing (guided discovery) .

3. Diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya materi trigonometri yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), dari beberapa Kompetensi Dasar dengan pendekatan penemuan terbimbing. Materi yang dipilih dalam penelitian ini hanya dibatasi pada materi trigonometri untuk siswa SMA kelas X.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka didapat rumusan masalah, yaitu bagaimana kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dalam penggunaannya pada pembelajaran materi Trigonometri dengan pendekatan penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas X Semester II?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, yaitu menghasilkan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) pada materi trigonometri menggunakan pendekatan penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas


(10)

10

X Semester II yang ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berupa pengembangan perangkat pembelajaran pada materi trigonometri dengan pendekatan penemuan terbimbing untuk siswa SMA kelas X semester II ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran ini dalam proses pembelajaran.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan Trigonometri melalui pendekatan penemuan terbimbing. b. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar,

seperti mengajukan pertanyaan, mengamati, menyelidiki, melakukan demonstrasi, dan diskusi.

c. Dapat memanfaatkan LKS yang dihasilkan sebagai salah satu perangkat pembelajaran pendamping buku pokok matematika yang dapat digunakan baik dikelas maupun dirumah.

3. Bagi sekolah

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang


(11)

11

diperoleh. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama untuk meningkatkan kualitas sekolah agar lebih baik. 4. Bagi peneliti

Menambah wawasan peneliti mengenai pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.


(12)

12 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Matematika dan Pembelajaran Matematika a. Matematika

Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno ( α atau máthēma) yang berarti studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Secara khusus ( α ατ ὴ τ χ atau mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun KBBI, 2007: 723) matematika diartikan sebagai: “ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”. Matematika digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan antara bilangan, himpunan, objek, dan konsep baik secara visual, simbolik, lisan maupun dengan tulisan. Matematika tidak hanya sekedar penerapan keterampilan numerasi dasar semata, melainkan juga merupakan kendaraan utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif bagi manusia (Muijs dan Reynolds, 2008: 333).

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga


(13)

13

mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan yang timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Matematika juga merupakan serangkaian metode untuk menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa.

b. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang berbeda, namun memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan lainnya terutama dalam proses pendidikan. Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada penekanan masalah di dalamnya. Belajar merupakan sebuah proses dimana siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengan memasukkan apa yang diperoleh dari luar kedalam pikirannya sehingga mampu memberikan makna melalui pengalaman yang nyata (Rusman, 2012: 193). Sedangkan pembelajaran adalah upaya yang yang dilakukan secara sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007: 81).


(14)

14

1) Tahap perencanaan pembelajaran

Perencanaan merupakan suatu proses yang terencana sebagai dasar untuk melakukan kegiatan dimasa mendatang. Perencanaan pembelajaran sangat penting dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media, sumber dan evaluasi.

Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2003: 54). Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran selain sebagai alat kontrol juga berguna sebagai pegangan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Seorang guru haruslah memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru sebelum mengajar hendaknya menyusun perencanaan pembelajaran yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Tahap pelaksanaan pembelajaran

Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru. Pada pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya mengatur kondisi yang mempengaruhi pembelajaran, antara lain tentang isi,


(15)

15

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.

3) Tahap pengevaluasian dan tindak lanjut

Menurut Muhibbin Syah (2003: 141) menyatakan bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilakukan oleh guru yaitu sebagai berikut:

a) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil penelitian.

b) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan.

c) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberikan bahan materi pokok yang akan dibahas pada pelajaran selanjutnya. c. Pembelajaran Matematika SMA

Pembelajaran matematika merupakan proses komunikasi antar siswa dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir agar siswa memiliki kemampuan matematis yang baik. Siswa harus mampu berperan aktif, langsung terlibat, dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri oleh karena itu yang harus dilakukan guru adalah menjadi fasilitator bagi siswa sehingga membuat kegiatan pembelajaran berhasil.


(16)

16

Menurut Soedjadi (1999: 173), tidak semua siswa yang menerima matematika akhirnya tetap menggunakan dan menerapkan yang telah dipelajarinya. Sehingga guru memiliki peran yang sangat penting agar siswa mampu mengembangkan sikap dan kemampuan intelektualnya dalam belajar matematika. Guru harus mampu mendesain secara kreatif pembelajaran matematika sedemikian sehingga, dalam belajar matematika siswa dapat berhasil.

Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SMA/MA meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut:

1) Aljabar 2) Geometri 3) Trigonometri 4) Kalkulus

5) Statistika dan peluang

Pembelajaran matematika harus mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi peran utama dalam proses pembelajaran, tetapi siswa yang harus berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga permasalahan matematika yang disajikan secara abstrak mampu dikaitkan dengan konteks dunia nyata. Tujuannya agar siswa mampu memahami permasalahan dan mampu mengaplikasikan dalam permasalahan yang berbeda.

Jadi pembelajaran matematika di SMA tidak hanya memberikan siswa materi dengan memberikan rumus-rumus tanpa mengetahui


(17)

17

asal-usulnya namun menekankan pada pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika agar mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah didapatkan pada kehidupan sehari-hari.

2. Perangkat Pembelajaran Matematika dan Penyajiannya a. Pengertian Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, media, petunjuk, dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Nazarudin (2007: 113) perangkat pembelajaran adalah persiapan yang disusun oleh guru agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan memperoleh hasil yang diharapkan. Sedangkan Andy Rusdi (2008) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Trianto (2009: 22) perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar siswa.

Jadi perangkat pembelajaran adalah sejumlah media yang dipersiapkan dan telah disusun sedemikan rupa yang digunakan oleh guru dan siswa untuk melakukan proses pembelajaran di kelas sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif guna mencapai


(18)

18

tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dan LKS.

b. Macam-macam Perangkat Pembelajaran 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

a) Pengertian

Menurut Supinah (2008: 26) RPP adalah suatu prosedur dan pengorganisasian pembelajaran yang digunakan untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi. RPP merupakan suatu panduan langkah-langkah yang akan digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar yang disusun dalam bentuk skenario pembelajaran (Trianto, 2009: 214). Lingkup rencana pembelajaran paling sedikit mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau lebih.

b) Prinsip Pengembangan RPP

Menurut Mulyasa (2009: 222) cara pengembangan RPP dalam garis besaranya sebagai berikut:

(1) Mengisi kolom identitas

(2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan

(3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan


(19)

19

(4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan

(5) Mengidentifikasikan materi standar berdasarkan materi pokok

(6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan

(7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Berikut akan dijabarkan satu persatu.

(a) Pendahuluan, dalam hal ini guru perlu menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis, mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang hendak dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi.

(b) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik yang berpartisipasi aktif, serta


(20)

20

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

(c) Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

(8) Menentukan sumber belajar yang digunakan

(9) Menyusun kriteria penilaian, contoh soal, dan teknik penskoran

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) a) Pengertian

Menurut Azhar Arsyad (2011: 78), LKS merupakan lembar kegiatan bagi siswa dalam kegiatan intrakulikuler maupun kokulikuler untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tertentu. LKS sebagai salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar (Hendro dan Kaligis: 1993: 41).

LKS merupakan lembaran yang digunakan siswa untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang


(21)

21

dipelajarinya seperti melakukan pengamatan, mengidentifikasikan bagian-bagian, melakukan pengukuran, dan mencatat data hasil pengamatan. Aktivitas yang dikerjakan dalam LKS harus sesuai dengan KD yang akan dicapai sehingga siswa dapat menemukan dan membangun konsepnya sendiri.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah sekumpulan lembaran yang disusun sedemikian rupa yang berisi informasi serta instruksi yang digunakan oleh siswa agar dapat mengerjakan suatu kegiatan pembelajaran secara mandiri dengan mengembangkan proses berpikir siswa.

b) Manfaat LKS

Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992: 40), antara lain:

(1) Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “guru sentris” menjadi “siswa sentris”.

(2) Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau kelompok kerja.


(22)

22

(3) Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya. (4) Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk

mencapai sasaran belajar.

c) Syarat Lembar Kegiatan Siswa yang Baik

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang baik harus memenuhi syarat (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992: 41-46) sebagai berikut:

(1) Syarat-syarat Didaktik

LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya kegiatan belajar mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu:

(a) Memperhatikan adanya perbedaan individual (b) Tekanan pada proses untuk menemukan

konsep-konsep

(c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa

(d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa


(23)

23

(e) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran

(2) Syarat-syarat Konstruksi

Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat, dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa.

(a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa

(b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas

(c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa

(d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka (e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar

kemampuan keterbacaan siswa

(f) Menyediakan ruang yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS

(g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek


(24)

24

(h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata

(i) Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun yang cepat

(j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi

(k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya

(3) Syarat-syarat Teknis

Syarat ini menekankan pada penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar, dan penampilannya dalam LKS. Syarat teknis penyusunan LKS sebagai berikut:

(a) Tulisan

 Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau Romawi  Gunakan huruf tebal yang agak besar

untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah

 Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris

 Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa


(25)

25

 Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi

(b) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS

(c) Penampilan

Penampilan LKS yang menarik akan membuat siswa tertarik untuk belajar menggunakan LKS.

d) Langkah-langkah Penyusunan LKS

Dalam penyusunan LKS diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Dikmenum, 2008: 23-24):

(1) Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan menentukan urutan LKS yang akan dibuat. Urutan LKS sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.


(26)

26

Penentuan judul LKS berdasarkan pada kompetensi dasar materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.

(3) Penulisan LKS

Penulisan LKS dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

(a) Merumuskan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai

(b) Merancang media

(c) Menentukan bentuk penilaian (d) Menyusun materi, dan

(e) Struktur LKS secara umum sebagai berikut: - Judul

- Petunjuk belajar (petunjuk siswa) - Kompetensi yang akan dicapai - Informasi pendukung

- Tugas-tugas, langkah-langkah kerja, dan - Penilaian

c. Kualitas Perangkat Pembelajaran

Nieveen (1999: 126-127) menyatakan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan haruslah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. Berikut merupakan penjelasan dari aspek yang akan digunakan dalam pengembangan LKS pada penelitian ini.


(27)

27 1) Aspek Kevalidan

Perangkat pembelajaran dikatakan valid menurut Nieveen (1999) dapat dilihat dari:

a) Apakah kurikulum atau model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada state-of-the art pengetahuan;

b) Apakah berbagai komponen dari perangkat pembelajaran terkait secara konsisten antara yang satu dengan lainnya. Jika perangkat pembelajaran memenuhi semua pernyataan di atas, maka perangkat pembelajaran dapat dikatakan valid. Dalam penelitian ini, validator akan memberikan penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan. Apabila memenuhi semua pernyataan di atas maka hasil penilaian validator menyatakan bahwa perangkat pembelajaran layak digunakan dengan revisi atau tanpa revisi.

Kelayakan dinilai dari empat aspek kelayakan yang ditentukan oleh BSNP yang meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan.

2) Aspek Kepraktisan

Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika guru dan siswa mempertimbangkan perangkat pembelajaran mudah digunakan. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika para responden menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat


(28)

28

digunakan dalam pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil angket respon siswa.

3) Aspek Keefektifan

Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa berhasil dalam proses pembelajaran dan terdapat kekonsistenan antara kurikulum, pengalaman belajar siswa, dan pencapaian proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, perangkat pembelajaran dikatakan efektif ditunjukkan dengan tes hasil belajar yang sesuai dengan KKM.

3. Materi Trigonometri

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu trigon yang berarti segitiga dan metro yang berarti ukuran, jadi trigonometri dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran dalam segitiga (Smith, 1953: 600). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 1211), Trigonometri diartikan sebagai bagian dari matematika yang mempelajari tentang ilmu ukur sudut dan batasa-batasan dalam segitiga. Jadi dapat disimpulkan bahwa Trigonometri adalah bagian dari ilmu matematika yang mempelajari tentang hubungan antara sisi dan sudut suatu segitiga serta fungsi dasar yang muncul dari relasi tersebut.

Trigonometri diberikan di sekolah menengah karena trigonometri merupakan ilmu yang sangat penting dan erat kaitannya dalam kehidupan siswa. Aplikasi trigonometri dalam kehidupan mencakup segala bidang, diantaranya adalah kimia, fisika, astronomi, geografi, teori musik,


(29)

29

elektronik, ekonomi, teknik, medis, dan lain sebagainya. Selain itu diharapkan dengan materi trigonometri di tingkat SMA mampu memberikan bekal pengetahuan yang cukup bagi siswa ketika melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Standar kompetensi dan Kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai siswa pada materi trigonometri adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Materi Trigonometri Berdasarkan Standar Isi

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menggunakan perbandingan,

fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.

1. Melakukan manipulasi

aljabar dalam

perhitungan teknis yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri.

2. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri


(30)

30

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri, dan penafsirannya

a. Sudut dan pengukurannya

Dalam materi ini sudut merupakan materi prasyarat yang harus dikuasi siswa sebelum mempelajari materi trigonometri. Pada umumnya, ada dua ukuran yang digunakan untuk menentukan besar sudut yaitu derajat dan radian. Hubungan satuan derajat dengan satuan radian, bahwa satu putaran penuh sama dengan 2� .

b. Perbandingan trigonometri

1) Perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku a) Pengertian sinus (sin), cosinus (cos), dan tangen (tan)

sin�= � � �

� � � � � cos� = � � �� �

� � � � �

tan� = � � �


(31)

31

� = � � � � �

� � �

sec�= � � � � �

� � �� �

cot� = � � �� �

� � �

b) Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa Dengan menggunakan teorema phytagoras dan penggunaan sinus (sin), cosinus (cos), tangen (tan), cosecant (csc), secant (sec), dan cotangen (cot) siswa dapat menemukan nilai-nilai perbandingan trigonometri pada sudut-sudut istimewa.

Tabel 2 merupakan nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut istimewa.

Tabel 2. Nilai Perbandingan Trigonometri untuk Sudut-Sudut Istimewa

� 0° 30° 45° 60° 90°

sin� 0 1

2 1 2 2 1 2 3 1

cos� 1 1

2 3 1 2 2 1 2 0

tan� 0 1

3 3

1 3 Tidak terdefinisi A


(32)

32 csc� Tidak

terdefinisi

2 2 2

3 3

1

sec� 1 2

3 3

2 2 Tidak terdefinisi cot� Tidak

terdefinisi

3 1 1

3 3

Tidak terdefinisi

2) Rumus perbandingan trigonometri

a) Perbandingan trigonometri di Kuadran I sin� = cos 90°− �

cos� = sin 90°− � tan� = cot 90°− �

b) Perbandingan trigonometri di Kuadran II sin 180°− � = sin�

cos 180°− � = −cos� tan 180°− � =−tan�

c) Perbandingan trigonometri di Kuadran III sin 180° +� =− sin�

cos 180° +� = − cos� tan 180° +� = tan�

d) Perbadingan trigonometri di Kuadran IV sin 360°− � =− sin�


(33)

33 tan 360°− � =− tan� c. Persamaan trigonometri sederhana

sin�= sin� �1 = �+ . 360°

�2 = 180°− � + . 360°, ∈ � �

cos� = cos�

�= ±�+ . 360°, ∈ � � tan�= tan�

�= ±�+ . 180°, ∈ � � d. Grafik fungsi trigonometri

Pada materi ini siswa diharapkan mampu menggambar grafik fungsi sinus, cosinus, dan tangen.

e. Koordinat polar

Koordinat polar dapat dinyatakan �( ,�), pada koordinat cartesius P adalah ( cos�, sin�)

f. Identitas trigonometri

Identitas adalah persamaan yang dipenuhi oleh setiap konstanta. Untuk menerapkan identitas trigonometri, siswa harus mengingat rumus-rumus trigonometri yang sudah dipelajari.

g. Aturan Sinus, Aturan Cosinus, dan Luas Segitiga 1) Aturan sinus

� = � = �


(34)

34 2 = 2+ 22 cos 2 = 2+ 22 cos 2 = 2+ 22 cos

h. Luas Segitiga

1) Luas segitiga dengan dua sisi dan satu sudut diketahui

� ∆ =1

2 sin

� ∆ =1

2 sin

� ∆ =1

2 sin

2)Luas segitiga dengan sebuah sisi dan dua buah sudut diketahui

� ∆ =

2. sin . sin 2 sin

� ∆ =

2. sin . sin 2 sin

� ∆ =

2. sin . sin 2 sin

3) Luas segitiga dengan ketiga sisinya diketahui

� ∆ = − − ( − )

4. Pendekatan Penemuan Terbimbing

Salah satu model belajar yaitu model dari Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (2011: 79) yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran adalah belajar penemuan. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Dalam belajar penemuan, siswa belajar melalui partisipasi aktif untuk menemukan


(35)

35

konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman. Namun menurut Bruner belajar penemuan murni memerlukan waktu sehingga ia menyarankan agar penggunaan metode penemuan hanya diimplementasikan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan pengarahan atau yang disebut penemuan terbimbing. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis D. (2011: 103) belajar dengan penemuan terbimbing akan membuat pengetahuan yang didapat bertahan lama, dan lebih mudah diingat dibandingkan dengan belajar dengan cara lain.

Strategi dalam penemuan terbimbing disajikan dengan mengadakan mengadakan contoh-contoh pada siswa, kemudian guru memandu mereka saat siswa menemukan pola. Selama pembelajaran, guru masih perlu memberikan susunan, dan bimbingan untuk memastikan bahwa abstraksi yang sedang dipelajari sudah akurat dan lengkap.

Menurut Setiawan (2008: 31) terdapat dua macam penemuan yaitu penemuan murni dan penemuan terbimbing. Pada penemuan murni ini dianggap kurang tepat untuk siswa sekolah atau menengah karena masalah ditemukan oleh siswa dan jalan penemuannya. Oleh karena itu dipilihlah penemuan terbimbing untuk diterapkan di siswa sekolah atau menengah yang lebih bermanfaat dalam pembelajaran matematika. Selain itu penemuan terbimbing dapat meningkatkan minat siswa untuk mempelajari matematika (Herman Hudojo, 2003: 113).


(36)

36

Didalam model penemuan terbimbing, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya. Berikut merupakan penjelasannya.

a. Strategi Penemuan Induktif

Menurut Cooney & Davis dalam Markaban (2006: 11) Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan atau fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumentasi itu. Untuk mengambil kesimpulan dalam strategi penemuan induktif ini perlu berhati-hati karena fakta yang benar dan dapat dipercaya belum tentu membuktikan dalil untuk mendukung.

b. Strategi Penemuan Deduktif

Dalam strategi penemuan deduktif ini, siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa ke arah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran (Markaban, 2006: 13). c. Strategi Penemuan Induktif-Deduktif

Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajaran dan pemahaman konsep diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati,


(37)

37

membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika.

Dalam pembelajaran dengan cara penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengkondisikan kelas untuk kegiatan seperti memecahkan masalah, investigasi, pembuktian maupun kegiatan lainnya. Disini siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat bereksperimen menggunakan intuisi mereka untuk mencoba-coba (trial and error) dan kemudian menarik kesimpulan. Guru sebagai fasilitator dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilannya yang sudah dipelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.

Markaban (2006: 16) agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif maka langkah yang perlu dilakukan oleh guru matematika sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data yang cukup.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut.


(38)

38

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukan.

d. Bila dipandang perlu konjektur yang telah dibuat siswa diperiksa oleh guru.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaikanya diserahkan kepada siswa.

f. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa hasil penemuan itu benar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penemuan terbimbing dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Guru memberikan perumusan masalah dengan jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa melakukan kegiatan, misalnya mencoba-coba , membuat diagram, mengumpulkan data, membuat tabel, menentukan pola menyusun dugaan, mencari data dari buku pegangan lain yang dapat mendukung proses penemuan dan proses penyusunan kesimpulan. Dalam hal ini, guru membimbing melalui pertanyaan-pertanyaan sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.


(39)

39

c. Siswa menyusun prakiraannya dari hasil analisis yang dilakukannya. Guru membimbing dengan memeriksa alur proses penemuan siswa untuk meyakinkan bahwa pemikiran siswa ini benar.

d. Setelah diperoleh kepastian tentang kebenaran pemikiran siswa tersebut, siswa menyatakan secara lisan hasil prakiraannya yang kemudian oleh siswa disajikan atau dipresentasikan.

e. Setelah siswa menemukan apa yang dicari, sebaiknya guru menyediakan latihan soal untuk memeriksa apakah hasil penemuan siswa tersebut benar.

Melihat pendekatan penemuan terbimbing tersebut menurut Marzano (1992) dalam Markaban (2006: 16) terdapat kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari pendekatan penemuan terbimbing adalah sebagi berikut:

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan)

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.


(40)

40

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut: a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

5. Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing pada Materi Trigonometri kelas X SMA Semester II

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya yang dimaksud perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada materi Trigonometri adalah suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP yang disesuaikan dengan komponen-komponen RPP dan LKS yang disesuaikan dengan syarat-syarat didaktik, konstruksi, dan teknis yang disusun berdasarkan langkah-langkah penemuan terbimbing. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan konsep dan prinsip-prinsip melalui materi trigonometri yang diajarkan.

Pada penelitian ini tidak semua topik trigonometri dapat menggunakan penemuan terbimbing. Hanya beberapa topik saja yang dapat menggunakan penemuan terbimbing, yaitu pengukuran sudut, perbandingan fungsi trigonometri, persamaan sederhana trigonometri, menggambar grafik fungsi trigonometri, dan koordinat polar.


(41)

41 B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini akan dikemukakan penelitian yang relevan dan sesuai dengan penelitian ini, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Rahmawati (2013) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing pada siswa SMP kelas VII” menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu RPP memenuhi kriteria kelayakan “sangat baik”, dan LKS memenuhi kriteria kelayakan “sangat baik”. Aspek kepraktisan dari hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa implementasi 8 LKS menyatakan bahwa perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) layak berdasarkan aspek kepraktisan dengan revisi. Aspek keefektifan perangkat yang dihasilkan, dengan KKM 74 persentase ketuntasan di SMPN 4 Yogyakarta adalah 75% dan di SMPN 15 Yogyakarta adalah 67,65% sehingga perangkat pembelajaran yang dihasilkan efektif untuk kedua sekolah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rani Puspitasari (2012) dengan penelitian berjudul “Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar untuk Kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret” menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan pada penelitian memenuhi kriteria sangat valid untuk RPP, dengan skor 78.5%, dan untuk LKS memperoleh skor 77.2%.


(42)

42

Berdasarkan pada kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan penemuan terbimbing mampu memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif dalam penggunaannya pada kegiatan pembelajaran.


(43)

43 C. Kerangka Pikir Penelitian

Gambar. 1 Bagan Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika di SMA, trigonometri bukanlah materi yang mudah untuk dipelajari. Banyak kendala yang dihadapi, seperti memecahkan permasalahan dalam trigonometri siswa masih sebatas menghafal rumus yang diberikan oleh guru tanpa memahami

Keberhasilan Pembelajaran Trigonometri

Mengembangkan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan penemuan terbimbing pada

materi trigonometri untuk siswa kelas X SMA semester II

1. Kegiatan pembelajaran kurang bermakna, karena siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep trigonometri.

2. Siswa kurang aktif dan kurang antusias dalam pembelajaran

Perubahan Pada Diri Siswa

1. Siswa masih sebatas menghafal rumus yang diberikan guru tanpa memahami konsep 2. Perangkat pembelajaran yang digunakan

memfasilitasi siswa untuk belajar berupa LKS kurang dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

Ditandai oleh

Ditemukan masalah

Akibatnya


(44)

44

konsep yang ada. Hal ini menyebabkan siswa hanya mampu menggunakan rumus matematika tanpa mengetahui asal-usul rumus tersebut dan ini menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang bermakna dan hasil prestasi belajar siswa rendah. Hal ini juga dikarenakan LKS yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran hanya berisi latihan-latihan soal sehingga menjadikan siswa kurang aktif dan kurang antusias. Selain itu kemampuan guru dalam memilih, mengembangkan dan memanfaatkan sumber belajar masih kurang.

Pembelajaran trigonometri akan berhasil jika siswa mampu berperan aktif dalam membangun pemahamannya sendiri. Sehingga perlu adanya pengembangan perangkat pembelajatan yang mampu memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam menemukan konsep sendiri.

Untuk itu agar siswa mampu berperan aktif dalam membangun pemahamannya sendiri, dibutuhkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing yang dinilai dapat memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya, yaitu dengan guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk berperan aktif dalam menemukan konsep sendiri. Sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan sebagai refleksi dari permasalahan tersebut. Akan tetapi perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing ini belum dikembangkan, hal ini menjadi latar belakang penelitian ini. Sehingga hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan penemuan


(45)

45

terbimbing pada pokok bahasan trigonometri untuk siswa SMA kelas X yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif serta yang paling terpenting adalah siswa mampu memahami kegiatan belajarnya tanpa harus bergantung pada penjelasan dari guru sepenuhnya.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana indikator materi trigonometri yang dikembangkan ? 2. Bagaimana rancangan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan

LKS yang dikembangkan ?

3. Bagaimana tingkat kevalidan, kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran yang berupa RPP dan LKS yang telah dikembangkan?


(46)

62 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian pengembangan. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan penemuan terbimbing pada materi trigonometri. Tahap-tahap yang digunakan dalam pengembangan ini adalah ADDIE yaitu Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Berdasarkan penelitian pengembangan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

1. Analysis (Analisis)

Tahap analisis pada penelitian pengembangan ini meliputi analisis kurikulum, analisis kebutuhan, dan analisis karakteristik siswa.

a. Analisis Kurikulum

Dalam tahap ini diperoleh hasil analisis kurikulum matematika pada materi Trigonometri untuk SMA kelas X yang mengacu pada kurikulum KTSP yang meliputi identifikasi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Kegiatan Pembelajaran, Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu, dan Sumber Belajar yang digunakan. Hasil analisis kurikulum tercantum dalam silabus mata pelajaran matematika yang telah tersedia


(47)

63

pada pokok bahasan Trigonometri yang telah tersedia dalam kurikulum KTSP.

Selanjutnya, kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus tersebut dijabarkan dalam indikator-indikator pencapaian kompetensi yang akan digunakan sebagai acuan dalam perancangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. b. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan di salah satu sekolah yang menggunakan kurikulum KTSP, yaitu SMA Negeri 1 Ngemplak. Selama observasi dalam kegiatan pembelajaran matematika, guru menggunakan buku mata pelajaran matematika yang diterbitkan oleh Piranti. Jika dilihat dari masalah yang disajikan, dan berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa di SMA Negeri 1 Ngemplak, mereka menyebutkan bahwa dalam buku tersebut hanya menyajikan konsep dan rumus-rumus saja tanpa memberikan langkah awal dalam menemukan suatu konsep dalam materi trigonometri khusunya. Guru matematika juga menyediakan LKS yang diperoleh dari salah satu penerbit swasta untuk digunakan oleh siswa sebagai bahan ajar pendukung. Namun pada kenyataannya, LKS tersebut juga kurang membantu siswa memahami materi seutuhnya karena LKS tersebut menyajikan


(48)

64

rumus-rumus trigonometri secara instan tanpa penjelasan proses menemukan rumus-rumus terssebut.

Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa siswa dan guru membutuhkan perangkat pembelajaran yang dapat menangani masalah tersebut sehingga mendukung pembelajaran matematika yang efektif dan efisien. Perangkat pembelajaran yang dapat membangun pola berpikir siswa yang aktif yaitu dengan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan materi trigonometri dengan pendekatan penemuan terbimbing.

c. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis karakterisitik siswa pada penelitian ini adalah analisis karakteristik siswa kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak sebagai pengguna LKS yang dikembangkan. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan guru matematika SMA Negeri 1 Ngemplak dan melalui obseravsi kegiatan pembelajran matematika berlangsung. Usia peserta didik pada tingkat SMA berkisar antara 15-17 tahun. Pada tahap ini siswa dapat melakukan penalaran secara abstark dan logis, serta memiliki pemikiran yang idealis. Berdasarkan hasil wawancara denngan guru matematika SMA Negeri 1 Ngemplak didapatkan informasi bahwa pada dasarnya peserta didik kelas X sudah mampu menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat abstrak,


(49)

65

akan tetapi dalam pembelajaran matematika tidak akan bermakna jika hanya disajikan rumus-rumus instan tanpa diketahui prosesnya sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar matematika. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan penemuan terbimbing. Dalam pendekatan ini, siswa mendapat bimbingan dari guru berupa petunjuk secara lisan maupun tulisan dalam menemukan suatu gagasan yang kemudian dituangkan dalam bentuk lembar kegiatan siswa.

2. Design (Perancangan)

Pada tahap ini dilakukan tahap perancangan perangkat pembelajaran yang berupa rancangan awal RPP dan LKS. Pada tahap ini, peneliti juga menyusun instrumen yang akan digunakan untuk menilai perangkat pembelajaran yang dikembangkan selanjutnya instrumen divalidasi oleh validator instrumen.

a. Perancangan RPP

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perancangan RPP ini, yaitu menyusun rancangan kerangka RPP menggunakan model penemuan terbimbing dengan mengacu pada standar proses.


(50)

66

- Pada kegiatan intinya terdapat proses menemukan dimana siswa dengan bantuan LKS dapat menemukan hubungan-hubungan, maupun menemukan konsep trigonometri untuk sudut sinus,cosinus, dan tangent. - Pada kegiatan penutup siswa dapat menyimpulkan dan

merangkum atau meringkas hasil penemuan mereka secara individu.

Berikut merupakaan urutan-urutan penulisan dalam RPP yang terdiri dari:

1) Identitas RPP 2) Standar Kompetensi

3) Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi 4) Tujuan Pembelajaran

5) Materi Pembelajaran

6) Metode Pembelajaran yang Digunakan 7) Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar 8) Kegiatan Pembelajaran

9) Penilaian Hasil Belajar b. Perancangan LKS

Pada perancangan LKS peneliti menyusun rancangan kerangka LKS menggunakan model penemuan terbimbing melalui induktif maupun deduktif yang sesuai dengan aspek syarat didaktis, aspek syarat teknis. Aspek kualitas isi materi


(51)

67

dan penyajiannya sesuai dengan langkah-langkah penemuan terbimbing yaitu dengan mengumpulkan buku referensi dan gambar-gambar yang relevan dengan materi trigonometri yang digunakan dalam menyusun perangkat.

Berikut merupakan urutan penulisan LKS yang terdiri dari:

1) Penyusunan peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS disusun untuk menentukan jumlah dan urutan LKS yang berdasarkan pada Kompetensi Dasar serta indikator pencapaian materi dengan memperhatikan materi prasyarat sesuai dengan LKS yang akan ditulis. Adapun hasil penyusunan peta kebutuhan LKS dapat dilihat di lampiran A1.

2) Menentukan Judul LKS

LKS yang dikembangkan memiliki judul “Lembar Kegiatan Siswa dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Trigonometri SMA Kelas X Semester 2”. Penyusunan judul LKS berdasarkan pada peta kebutuhan dan penyusunan judul kegiatan-kegiatan dalam LKS berdasarkan pada kompetensi dasar, indikator pencapaian materi, dan materi pokok. Oleh karena itu, LKS dalam penelitian ini terdiri dari 1 materi pokok yang terbagi dalam 9 kegiatan yaitu:


(52)

68 Bab : Trigonometri

TOPIK 1 : Pengukuran Sudut

TOPIK 2 : Definisi perbandingan trigonometri TOPIK 3 : Definisi fungsi perbandingan trigonometri TOPIK 4 : Perbandingan fungsi trigonometri pada sudut Khusus

TOPIK 5 : Perbandingan sudut berelasi

TOPIK 6 : Persamaan Sederhana Trigonometri TOPIK 7 : Menggambar Grafik Fungsi Trigonometri TOPIK 8 : Koordinat Polar

TOPIK 9 : Identitas Trigonometri

TOPIK 10 : Aturan Sinus, Aturan Cosinus, dan Luas Segitiga

Topik 11 : Sudut elevasi dan depresi 3) Penulisan LKS

4) Perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 5) Menentukan Alat Penilaian

Penilaian yang digunakan untuk mengukur kefektifan penggunaan LKS yang berupa soal-soal latihan berbentuk uraian disetiap akhir kegiatan, penugasan individu dan proyek individu


(53)

69

Materi yang disusun telah tercantum dalam bagian kajian teori materi trigonometri. Dalam tahap penyusunan materi peneliti juga mengumpulkan referensi sumber belajar terkait materi dan penulisan LKS. Berikut merupakan referensi yang dipilih dan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan LKS.

(1) Al. Krismanto. (2008). Pembelajaran Trigonometri SMA. Yogyakarta: PPPTK Matematika.

(2) BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMA/MK. Jakarta: Depdiknas. (3) Mulyati, Yanti, dkk. 2008. Matematika untuk SMA

dan MA kelas X. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.

(4) Agung. (2015). Pembuktian Rumus Luas Segitiga. Diunduh, dari https://kimiamath.wordpress.com. Pada tanggal 26 September 2016, pukul 21:07 WIB

a) Struktur LKS

Bagian LKS dibagi menjadi tiga yaitu bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal terdiri dari judul , tujuan LKS. Bagian isi terdiri dari keseluruhan kegiatan inti yang dilakukan siswa untuk mendapatkan pengetahuan sesuai SK/KD materi trigonometri. Sedangkan bagian akhir terdiri dari kesimpulan dan latihan soal.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, peneliti akan mengembangkan kerangka penulisan dalam


(54)

70

kegiatan yang dijabarkan menggunakan pendekatan penemuan terbimbing. Berikut kerangka rancangan LKS

c. Perancangan dan Validasi Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran

Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari lembar penilaian perangkat pembelajaran, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, angket respon siswa, tes hasil belajar. Instrumen yang disusun adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan nilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Adapun hasil tahap perancangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Lembar Penilaian RPP

Lembar penilaian RPP disusun dengan standar penulisan RPP menurut Permendiknas nomor 41 Tahun 2007.

-Nama LKS -Nama Materi

-Tujuan Pembelajaran -Kegiatan Inti

(pengumpulan dan pengolahan data) -Kesimpulan -Latihan Soal


(55)

71

Tabel 15. Indikator Penilaian RPP

No Indikator Peniliaan Banyaknya Butir

1 Identitas RPP 9

2 Alokasi Waktu 2

3

Pencapaian Materi dan Tujuan Pembelajaran

5

4 Materi Pembelajaran 5 5 Pendekatan Pembelajaran 6

6

Media/Sumber Pembelajara

3

7 Kegiatan Pembelajaran 7 8 Penilaian Hasil Belajar 5

Jumlah Butir 42

Kisi-kisi, deskripsi, lembar penilaian RPP dapat dilihat pada lampiran B1-B3

2) Lembar Penilaian LKS

Lembar penilaian LKS disesuaikan dengan komponen evaluasi. Berikut rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan yang digunakan dalam lembar penilaian LKS.

Tabel 16. Aspek Penilaian LKS


(56)

72

I Kelayakan Isi 20

2 Kelayakan Penyajian 12

3 Kelayakan Bahasa 8

4 Kelayakan Grafika 24

Jumlah Butir 64

Kisi-kisi, deskripsi, lembar penilaian LKS dapat dilihat pada Lampiran B4-B12

3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanakan pembelajaran disesuaikan dengan RPP yang dikembangkan. Tabel. 17 merupakan rincian aspek penilaian dan jumlah butir pernyataan yang digunakan dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Tabel. 17 Aspek Penilaian Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

No Aspek Penilaian Banyaknya

Butir

1 Kegiatan Pendahuluan 7

2 Kegiatan Inti 2

3

Pemanfaatan sumber belajar/ media dalam pembelajaran

2

4

Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran


(57)

73

No Aspek Penilaian Banyaknya

Butir 5

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

3

6 Penutupan Pembelajaran 5

Jumlah Butir 21

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan pedoman penilaian lembar tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.13 – B.14

4) Angket Respon Siswa

Angket respon siswa disusun berdasarkan aspek kebermanfaatan dan kemudahaan penggunaan perangkat pembelajaran. Angket respon siswa ini terdiri dari dua macam pernyataan, yaitu pernyataan bernilai positif dan pernyaaatan bernilai negatif. Tabel 18 merupakan rincian aspek peniliaan dan jumlah butir pernyataan yang digunakan dalam angket respon.

Tabel. 18 Aspek Penilaian Angket Respon Siswa

No Komponen No. Butir

1.

Kesesuaian Materi dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing

9 (+)

2. Kelayakan Bahasa 2 (+) dan 2 (-) 3. Kelayakan penyajian 2 (+) 4. Kelayakan Grafika

3 (+) dan 3 (+)


(58)

74

Jumlah Butir 21

Kisi-kisi , angket respon siswa, dan pedoman angket tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.15 – B.17

5) Tes Hasil Belajar

Dalam merancang tes hasil belajar langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat kisi-kisi yang akan dijadikan acuan berdasarkan hasil analisis kurikulum. Kisi-kisi tes hasil belajar telah tercantum dalam Lampiran B.18. selanjutnya peneliti membuat soal tes hasil belajar dengan memperhatikan indikator ketercapaian kompetensi. Tes hasil belajar serta penilaian tes telah tercantum dalam lampiran B.19 – B. 20.

Instrumen penilaian perangkat pembelajaran ini telah divalidasi oleh dosen ahli pembelajaran dan dinyatakan valid serta layak digunakan untuk pengambilan data dengan beberapa revisi pada beberapa pernyataan. Adapun dosen yang ditunjuk sebagai dosen ahli validator adalah Ibu Eminugroho Ratna Sari,M.Sc selaku dosen ahli validator lembar penilaian RPP dan LKS, Lembar angket respon siswa, dan tes hasil belajar. Dosen Validator Ahli Materi Ibu Nur Insani, M.Sc selaku dosen validator ahli materi RPP dan LKS serta dosen validator Ahli Media Bapak Nur Hadi Waryanto, S.Si., M.Eng selaku dosen validator ahli media LKS.


(59)

75 3. Development (Pengembangan)

Setelah membuat rancangan perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian, tahap selanjutnya adalah pengembangan. Pada tahap pengembangan ini meliputi pengembangan rancangan perangkat pembelajaran RPP dan LKS, penyuntingan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan cara mengkonsultasikan RPP dan LKS yang telah dikembangkan kepada dosen pembimbing, kemudian memperbaiki RPP dan LKS tersebut sesuai masukan dan saran dari dosen pembimbing. Kemudian pada tahap validasi perangkat pembelajaran, pada tahap ini dilakukan validasi oleh validator yang terdiri dari dosen ahli dan guru matematika SMA kelas X untuk memperoleh penilaian, masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS.

Berikut merupakan hasil produk yang dikembangkan a. Pengembangan RPP

RPP dikembangkan dengan mengacu pada prinsip dan komponen yang terdapat pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Struktur penulisan RPP terdiri dari identitas, standar kompetensi, (SK), kompetensi dasar (KD), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Pada pengembangan RPP ini terdapat 13 pertemuan untuk tiga kompetensi dasar. Dan pada


(60)

76

kegiatan pembelaajaran terdapat pengumpulan data yang digunakan untuk menemukan materi yang dipelajari.

b. Pengembangan LKS

LKS dikembangkan dengan memperhatikan komponen evaluasi LKS yang meliputi kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan penemuan terbimbing. Berikut merupakan penjelasan hasil kegiatan yang dilakukan pada tahap pengembangan berdasarkan penjabaran kerangka LKS pada tahap sebelumnya.

(1) Cover LKS

Cover LKS terdapat di awal halaman. Cover LKS terdiri atas judul, pendekatan yang digunakan, kurikulum materi, gambar pendukung, sasaran LKS berupa kelas, dan semester pengguna, nama penulis, dan kolom identitas pemilik LKS. Identitas pemilik LKS terdiri dari nama dan kelas. Gambar 2 merupakan tampilan sampul LKS.


(61)

77

Gambar 2. Tampilan Desain Cover LKS (2) Kata Pengantar

Kata pengantar berisi ungkapan rasa syukur atas tersusunnya LKS. Pada bagian kata pengantar ini juga diucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu penyusunan LKS.

Gambar 3. Tampilan Desain Kata Pengantar (3) Lembar Kegiatan Siswa


(62)

78

Lembar kegiatan siswa pada pengembangan LKS ini terdiri dari sebelas topik yaitu TOPIK 1 : Pengukuran Sudut, TOPIK 2 : Definisi perbandingan trigonometri, TOPIK 3 : Definisi fungsi perbandingan trigonometri, TOPIK 4 : Perbandingan fungsi trigonometri pada sudut Khusus, TOPIK 5 : Perbandingan sudut berelasi, TOPIK 6 : Persamaan Sederhana Trigonometri, TOPIK 7 : Menggambar Grafik Fungsi Trigonometri, TOPIK 8 : Koordinat Polar, TOPIK 9 : Identitas Trigonometri, TOPIK 10 : Aturan Sinus, Aturan Cosinus, dan Luas Segitiga, Topik 11 : Sudut elevasi dan depresi

Setiap LKS disusun dengan memperhatikan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan berbasis penemuan terbimbing, maka dengan begitu LKS dikembangkan dengan bagian-bagian LKS sebagai berikut.:

- Judul LKS

Judul LKS ditulis dalam bentuk seperti pada tampilan berikut ini, yang berisi Nama Materi, dan nama LKS .

- Tujuan Pembelajaran - Kegiatan Inti

Pada bagian ini, terdapat kegiatan inti untuk menemukan suatu penyelesaian dari suatu permasalahan yang diberikan. Dan terdapat kegiatan mengumpulkan data serta mengolah


(63)

79

data agar diperoleh suatu kesimpulan yang menjadi tujuan pembelajaran.

(4) Latihan Soal

Latihan merupakan bagian yang berisi soal terkait kompetensi pengetahuan materi yang telah dipelajari, hal ini berguna sebagai evaluasi pembelajaran harian.

(5) Kesimpulan

Pada bagian ini peserta didik diberikan ruang untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari berkaitan dengan rumus atau pola yang telah ditemukan dengan langkah yang runtut. Sehingga siswa dapat mengerti apa yang dipelajari.

(6)Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi tentang informasi identitas buku yang digunakan sebagai buku acuan atau referensi pengembangan LKS.

c. Validasi Perangkat Pembelajaran

Pada tahap ini perangkat pembelajaran matematika yaitu RPP dan LKS yang telah dikembangkan sebelumnya divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Validasi ini digunakan untuk mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran sebelum dilakukannya uji coba. RPP divalidasi oleh satu dosen ahli materi yaitu Ibu Nur Insani, M.Sc. serta satu guru matematika kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak yaitu Bapak Supartono,S.Pd. Sedangkan LKS divalidasi oleh satu dosen ahli materi yaitu Ibu Nur Insani,M.Sc, satu dosen ahli media yaitu Bapak


(64)

80

Nur Hadi Waryanto, S.Si.,M.Eng, serta satu guru matematika kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak yaitu Bapak Supartono,S.Pd. Tabel 19-20 merupakan hasil dari penilaian RPP dan LKS para ahli.

Tabel 19. Hasil Analisis Data Penilaian RPP Hasil Analisis Data Penilaian RPP

Rata-Rata Total 160,5

Kriteria Kevalidan RPP Valid

Hasil analisis data penilaian RPP oleh ahli materi dan guru matematika dapat dilihat pada Lampiran D. 1.

Tabel 20. Hasil Analisis Data Penilaian LKS Hasil Analisis Data Penilaian LKS

Rata-Rata Total 229

Kriteria Kevalidan LKS Valid

Hasil analisis data penilaian LKS oleh ahli materi, ahli media, dan guru dapat dilihat pada Lampiran D. 2.

Hasil validasi kemudian dianalisis dan ditindaklanjuti sesuai komentar dan saran ahli materi, dan ahli media sebelum dilakukan uji coba di sekolah. Hasil validasi perangkat pembelajaran dari penilai menunjukkan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan valid dan layak diujicobakan dilapangan dengan revisi yang sesuai saran dan komentar yang diberikan.

d. Revisi Perangkat Pembelajaran

Revisi yang dilakukan pada tahap ini memperhatikan saran dan komentar validator yang telah dilakukan.

1) Revisi RPP


(65)

81 2) Revisi LKS

Berikut merupakan deskripsi hasil revisi dari ahli materi dan ahli media.

a) Revisi LKS oleh Ahli Materi

Revisi LKS berdasarkan saran yang diberikan oleh ahli materi adalah sebagai berikut.

(1)Kata Pengantar

Terdapat kesalahan pada penulisan kata pengantar sehingga ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki. Gambar 9 merupakan tampilan kata pengantar.

Gambar 9. Tampilan Kata Pengantar Setelah Direvisi (2)Fitur LKS

Fitur LKS disajikan pada bagian awal LKS beserta informasi terkait penjelasan fitur LKS tersebut karena pada tahap awal belum disajikan.


(66)

82

Gambar. 10 merupakan tampilan fitur LKS

Gambar 10. Tampilan Fitur LKS Setelah Direvisi

(3) Peta Konsep

Gambar 11. Tampilan Peta Konsep Setelah Direvisi b) Revisi LKS oleh Ahli Media

Revisi LKS berdasarkan saran yang diberikan oleh ahli media adalah sebagai berikut.


(67)

83

(1)Cover LKS

Ilustrasi gambar perlu diperbaiki dengan ilustrasi yang lebih mempresentasikan trigonometri. Hasil revisi Cover LKS dapat dilihat pada Gambar 12-13.

Gambar. 12 Tampilan Cover Sebelum Direvisi

Gambar 13. Tampilan Cover LKS Setelah Direvisi (2)Penambahan Cover Punggung LKS


(68)

84

Hasil penambahan Cover belakang LKS dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Tampilan Cover Belakang LKS 4. Implementation (Implementasi)

Tahap implementasi pada penelitian ini merupakan proses uji coba produk dan analisis data hasil uji coba produk yang dikembangkan. Berikut ini hasil dari setiap tahap implementasi.

a. Uji Coba Produk

Uji coba perangkat pembelajaran matematika ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ngemplak. Uji coba perangkat pembelajaran matematika dilakukan terhadap peserta didik kelas XB SMA Negeri 1 Ngemplak yang berjumlah 31 siswa dan 1 guru matematika SMA Negeri 1 Ngemplak. Proses uji coba dilakukan pada tanggal 30 Maret 2016 – 4 Mei 2016. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 21.


(69)

85

Tabel 21. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba

No Materi Kelas/Waktu

1 Pengukuran Sudut XB

Rabu, 30 Maret 2016 2 Perbandingan Trigonometri

Pada Segitiga Siku-Siku dan Sudut Istimewa

XB

Sabtu, 9 April 2016 3 Perbandingan Trigonometri

Kuadran I & II dan Sudut Relasinya

XB

Rabu, 13 April 2016 4 Perbandingan Trigonometri

Kuadran III & IV Dan Sudut Relasinya

XB

Sabtu, 16 April 2016 5 Menggambar Grafik Fungsi

Trigonometri

XB

Rabu, 20 April 2016 6 Latihan Soal Menggambar

Grafik Fungsi Trigonometri XB

Sabtu, 23 April 2016 7

Persamaan Trigonometri XB

Rabu, 27 April 2016 8

Koordinat Kutub XB

Rabu, 4 Mei 2016 9

Tes Hasil Belajar XB

Sabtu, 7 Mei 2016

Pada tahap ini peneliti hanya mengujicobakan beberapa LKS, dikarenakan waktu yang tidak memadai yaitu LKS Topik 1 – Topik 6. Secara umum proses pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru membuka dan mempersiapkan siswa untuk memulai pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membaca doa bersama, dan menyanyikan lagu wajib sebelum memulai


(1)

97

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah memenuhi aspek kualitas jika dilihat dari segi kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dengan kualifikasi minimal baik. berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan tersebut serta terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan yang dilakukan menghasilkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan penemuan terbimbing pada materi trigonometri untuk peserta didik kelas X SMA yang valid, praktis, dan efektif.

C. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini terbatas pada satu materi pokok saja yaitu trigonometri 2. Masih terdapat kesalahan didalam perangkat pembelajaran yang

dikembangkan, sehingga terkadang membuat siswa menjadi bingung 3. Pada saat dilakukan uji coba semua kegiatan dapat terlaksana dengan

baik, akan tetapi waktu yang tersedia tidak mencukupi. Sehingga tidak semua latihan soal dapat dikerjakan disekolah dan dilanjutkan dirumah 4. Siswa belum terbiasa untuk belajar matematika dengan pendekatan


(2)

98 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, pengembangan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) dinyatakan valid oleh dua dosen dan salah satu guru matematika dengan memenuhi kriteria minimal baik. Penilaian RPP oleh satu dosen ahli materi dan guru matematika mendapatkan skor rata-rata 160,5 dengan skor maksimal 176,4 dengan kualifikasi valid, sedangkan penilaian LKS oleh dua dosen yaitu dosen ahli materi dan dosen ahli media serta satu guru matematika mendapatkan nilai skor rata-rata 229 dengan skor maksimal 247,74 dengan kualifikasi valid.

Berdasarkan Hasil Tes Belajar siswa, aspek keefektifan dilihat dari persentase banyak siswa kelas XB SMA N 1 Ngemplak yang tuntas sebesar 90% dengan persentase maksimal 100% dan termasuk dalam kriteria baik.

Kemudian aspek kepraktisan perangkat pembelajaran dilihat dari hasil skor angket respon oleh siswa dan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang menunjukkan skor rata-rata 78,23 untuk angket respon siswa dengan skor maksimal 83,94 dengan kualifikasi praktis. Selain itu, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan klasifikasi sangat baik dengan persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran mencapai 86,4% dengan skor maksimal 100%.


(3)

99 B. SARAN

Berikut ini merupakan saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan temuan dari peneliti yang dilakukan.

1. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan penemuan terbimbing pada materi trigonometri untuk siswa kelas XB SMA yang dikembangkan telah memenuhi kriteria yang baik dengan kriteria valid, praktis, dan efektif sehingga dapat digunakan siswa ataupun guru dalam menunjang kegiatan pembelajaran trigonometri di kelas.

2. Perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan dalam penelitian ini masih terbatas satu materi pokok yaitu trigonometri. Oleh karena itu, bagi peneliti lain dapat melakukan pengembangan perangkat pembelajaran serupa sesuai dengan prosedur yang sama dengan prosedur yang digunakan dalam penelitian ini dengan pokok bahasan lain.


(4)

100

DAFTAR PUSTAKA

Al. Krismanto. (2008). Pembelajaran Trigonometri SMA. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Andy Rusdi. (2008). Perangkat Pembelajaran. Diunduh, dari

http://www.anrusmath.wordpress.com. Pada tanggal 10 Desember

2015, pukul 22:58 WIB.

Azhar Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

SMA/MK. Jakarta: Depdiknas.

. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. D. Mulyasa. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Sebuah Panduan

Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Jenderal Pendidikan Menengah dan Umum.

Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran Matermatika. Jakarta: Depdiknas.

. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas.

Dikmenum. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat.

Effendi,L.A.2012. Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol.13 No.2 Oktober 2012. Halaman 1-10.

Eko Putro, Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Elliot, S.N., Kratochwill, R.T., Cook, L.J., et al. (2000). Educational psychology: effective teaching, effective learning. New York: The Mc Graw Hill Companies, Inc.

Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis. (1992). Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.


(5)

101

. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Herman Hudojo. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA-UPI.

Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

M. Ngalim Purwanto. (2004). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen pendidikan nasional pusat pengembangan dan penataran guru matematika.

Mira Rahmawati. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Garis dan Sudut dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing pada Siswa SMP kelas VII. Skripsi. UNY.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Muijs, D., & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi. Penerjemah: helly Prajitno S & Sri Mulyantini S. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran Implementasi Konsep Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yegyakarta: Teras.

NCTM. (2000). Principles and Standard for School Mathematics. Reston: National Council of Teachers of Mathematics.

Nieveen, N. 1999. “Prototype to reach product quality. Dalam Van den Akker,

J.,Approaches and tools in educational and training (hlm.126 -135). Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

R, Soedjadi. (1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

R, Soedjadi. (2007). Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.


(6)

102

Rani Puspita. (2012). Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Metode Penemuan Terbimbing pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar untuk kelas VIII SMP Negeri 2 Pleret. Skripsi. UNY.

Ratna Wilis Dahar. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiawan. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kerja Kependidikan Matematika.

Shadiq, Fadjar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Slavin, Robert. E. (2011). Educational Psychology: Theory and Practice (Psikologi Pendidikan). Penerjemah: Marianto Samosir. Jakarta: PT Indeks.

Smith, D.E. (1953). History of Mathematics. New York: Dover Publications.

Sugihartono. et al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.

Supinah. (2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Tim Penyusun KBBI. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka.

Trianto, (2009). Medesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Djamilah Bondan Widjajanti. (2009). Kemampuan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 402-415: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Yuni Yamsari. (2010). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pasca Sarjana X ITS. Institut Teknologi Sebelas Maret.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SMA KELAS X.

11 79 403

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LOGIKA UNTUK SMA KELAS X.

2 5 61

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI TURUNAN UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER II.

0 0 52

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI KELAS X DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING.

1 0 37

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SMA KELAS X SEMESTER 2 PADA MATERI PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING.

0 2 68

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI TRIGONOMETRI UNTUK PESERTA DIDIK KELAS XI SMA.

0 2 17

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA INTERAKTIF BERBANTUAN GEOGEBRA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN UNTUK SISWA SMA KELAS XI.

0 2 16

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Materi Prisma dan Limas untuk Siswa SMP Kelas VIII Semester II.

0 1 468

Pengembangan perangkat pembelajaran pada materi relasi dan fungsi untuk siswa kelas III dengan pendekatan penemuan terbimbing.

0 2 342

View of PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEKS PROSEDURAL KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS X SMA

0 0 10