PENGGUNAAN GROSS PROFIT MARGIN (GPM), RETURN ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Progam Studi Ilmu Administrasi Bisnis pada FISIP UPN “Veteran”
Jawa Timur
Oleh :
Rizky Maghfiroh Nanda Setyahafiz NPM. 0742010075
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
SURABAYA 2011
(2)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan judul “Penggunaan Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin dalam memprediksi pertumbuhan laba pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulisan laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar S1 Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eddy Poernomo, Drs, SE, MM selaku dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan pengarahan serta dorongan sejak awal hingga akhir penyusunan laporan skripsi ini.
Penyusunan laporan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Suparwati, Dra, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(3)
3. Bapak Nurhadi, Drs, M.Si, sebagai sekertaris Progdi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
5. Semua keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik materiil maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga terjadi kesempurnaan dalam penulisan laporan skripsi ini.
Surabaya, Juni 2011
(4)
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Landasan Teori... 9
2.2 Teori Manajemen Keuangan ... 9
2.2.1 Manajemen Keuangan ... 9
2.2.2 Manajemen Investasi ... 10
2.2.3 Laporan Keuangan ... 11
2.2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 11
2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 13
(5)
2.2.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 17
2.2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan ... 18
2.2.4.3 Metode Analisis Laporan Keuangan ... 19
2.2.5 Rasio Keuangan ... 20
2.2.5.1 Pengertian Rasio Keuangan ... 20
2.2.5.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan ... 21
2.2.5.3 Keunggulan Rasio Keuangan ... 25
2.2.5.4 Keterbatasan Rasio Keuangan ... 26
2.2.6 Laba ... 27
2.2.6.1 Pengertian Laba ... 27
2.2.6.2 Karakteristik Laba ... 28
2.2.6.3 Relevansi Konsep Laba ... 28
2.2.7 Arti Penting Pertumbuhan Laba ... 29
2.2.8 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba ... 30
2.2.9 Pengaruh Gross Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba 31 2.2.10 Pengaruh Return On Assets Terhadap Pertumbuhan Laba ... 32
2.2.11 Pengaruh Return On Equity Terhadap Pertumbuhan Laba ... 33
2.2.11 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba .. 33
2.3 Kerangka Berpikir ... 34
(6)
3.2.1 Populasi ... 40
3.2.2 Sampel ... 40
3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.3.1 Jenis Data ... 41
3.3.2 Sumber Data ... 42
3.3.3 Pengumpulan Data ... 42
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 42
3.4.1 Teknik Analisis ... 42
3.4.1.1 Uji Normalitas ... 42
3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik ... 43
3.4.1.3 Teknik Analisis Linier Berganda ... 46
3.4.2 Uji Hipotesis ... 47
3.4.2.1 Uji F ... 47
3.4.2.2 Uji T ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 52
4.1.1 PT Gudang Garam Tbk ... 52
4.1.2 PT HM Sampoerna Tbk... 54
(7)
4.3.2 Uji Multikolinieritas ... 63
4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 64
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 65
4.4 Hasil Analisis ... 66
4.4.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 66
4.4.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 68
4.5 Pengujian Hipotesis ... 69
4.5.1 Uji F (Uji Simultan)... 69
4.5.2 Uji t (Uji Parsial) ... 71
4.5.3 Uji Parsial Antara Variabel Gross Profit Margin (X1) Terhadap Variabel Pertumbuhan Laba (Y) ... 71
4.5.4 Uji Parsial Antara Variabel Return On Asset/ROA (X2) Terhadap Variabel Pertumbuhan Laba (Y) ... 73
4.5.5 Uji Parsial Antara Variabel Return On Equity (ROE) (X3) Terhadap Variabel Pertumbuhan Laba (Y) ... 74
4.5.6 Uji Parsial Antara Variabel Net Profit Margin (X4)Terhadap Variabel Pertumbuhan Laba (Y) ... 76
4.5.7 Koefisien Korelasi Parsial ... 77
4.6 Pembahasan... 78
(8)
(9)
Tabel 1.1 Tabel Laba Bersih Perusahaan Rokok tahun 2005-2010 ... 6
Tabel 3.1 Tabel Autokorelasi ... 44
Tabel 4.1 Tabel Gross Profit Margin Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode Tahun 2005-2010 ………...58
Tabel 4.2 Tabel Return On Assets Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode Tahun 2005-2010 ………...59
Tabel 4.3 Tabel Return On Equity Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode Tahun 2005-2010 ………...60
Tabel 4.4 Tabel Net Profit Margin Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode Tahun 2005-2010 ………...61
Tabel 4.5 Tabel Pertumbuhan Laba Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode Tahun 2005-2010 ………...62
Tabel 4.6 Tabel Hasil Uji Normalitas Model ………...63
Tabel 4.7 Tabel Variance Inflation Factor Variabel Bebas ……….64
Tabel 4.8 Tabel Nilai Durbin Watson ……….…………..……...66
Tabel 4.9 Tabel Hasil Analisis Linear Berganda ……….…….66
Tabel 4.10 Tabel Koefisen Korelasi dan Koefisien Determinasi ………..68
Tabel 4.11 Tabel Hasil Perhitungan Uji F ……….…………...69
(10)
(11)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka berpikir...35
Gambar 3.1 Kurva Uji F...48
Gambar 3.2 Kurva Uji t...50
Gambar 4.1 Terjadi Tidaknya Heterokedastisitas……….…65
Gambar 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji F...70
Gambar 4.3 Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X1...72
Gambar 4.4 Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X2...73
Gambar 4.5 Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X3...75
(12)
EQUITY (ROE), NET PROFIT MARGIN (NPM) DALAM MEMPREDIKSI
PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Aktivitas ekonomi senantiasa berputar dalam dua kelompok pasar. Pasar yang pertama disebut pasar barang, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. Pasar yang kedua disebut pasar faktor produksi, yang terdiri dari pasar lahan, pasar tenaga kerja dan pasar keuangan. Keberadaan pasar faktor produksi ini tentu saja adalah untuk mendukung keberadaan pasar barang. Namun, dalam perkembangan sistem ekonomi kapitalisme, terdapat pasar yang merupakan salah satu dari pasar faktor produksi yang mengalami perkembangan teramat pesat.
Kebutuhan informasi mengenai pertumbuhan laba bagi investor semakin meningkat, hal ini disebabkan investor ingin memperoleh laba dalam investasinya. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui dan menganalisa secara simultan dan parsial penggunaan Gross Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin dalam memprediksi pertumbuhan laba.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan rokok yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005-2010. Sedangkan sampel yang diambil sebagai obyek penelitian yaitu sebanyak tiga perusahaan dengan menggunakan teknik sampel purposive sampling. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
Data analisis menggunakan model regresi linier berganda dan untuk uji hipotesis menggunakan uji F sebagai uji simultan serta uji t sebagai uji parsial terhadap variabel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan setelah dilakukan penelitian, bahwa keempat variabel bebas yaitu Gross Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin tidak dapat digunakan sebagai predictor
(alat untuk memprediksi) terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan laba pada perusahaan rokok. Secara parsial, hanya variabel Return on Assets, Return on Equity
yang memiliki pengaruh signifikan, sehingga Return on Assets, Return on Equity ini dapat digunakan sebagai predictor (alat untuk memprediksi) terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan laba pada perusahaan rokok
Keyword : Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Net Profit Margin dan Pertumbuhan Laba.
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Aktivitas ekonomi senantiasa berputar dalam dua kelompok pasar. Pasar yang pertama disebut pasar barang, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. Pasar yang kedua disebut pasar faktor produksi, yang terdiri dari pasar lahan, pasar tenaga kerja dan pasar keuangan. Keberadaan pasar faktor produksi ini tentu saja adalah untuk mendukung keberadaan pasar barang. Namun, dalam perkembangan sistem ekonomi kapitalisme, terdapat pasar yang merupakan salah satu dari pasar faktor produksi yang mengalami perkembangan teramat pesat. Pasar tersebut tidak lain adalah pasar keuangan atau yang biasa dikenal dengan financial market. Pesatnya perkembangan pasar ini bahkan sampai mengakibatkan pasar ini terlepas dari induknya, kemudian menjadi pasar yang berkembang sendiri. Keberadaan pasar ini kemudian dikenal dengan pasar non riil, sebagai lawan dari pasar riil atau pasar barang.
Keberadaan pasar keuangan ini berkembang dengan sangat luas dan sangat kompleks, sehingga menjadi sebuah pasar yang berjalan dengan mekanisme atau sistem yang teramat rumit. Sistem ini kemudian dikenal dengan sistem finansial/keuangan (financial system).
(14)
Pasar menurut teori ekonomi pasar adalah segala hal yang mencakup berbagai pertemuan antara permintaan dan penawaran. Jika dalam pasar secara umum mencakup semua transaksi, maka di dalam pasar uang, yang ditransaksikan adalah hak untuk menggunakan uang (untuk dibelanjakan barang dan jasa) untuk jangka waktu tertentu.
Pasar sendiri di bedakan menjadi tiga yaitu pasar barang, pasar jasa dan pasar uang. Pasar barang adalah pasar yang menjual produk dalam bentuk barang.Pasar Jasa / Tenaga Pasar jasa adalah pasar yang menjual produknya dalam bentuk penawaran jasa atas suatu kemampuan. Jasa tidak dapat dipegang dan dilihat secara fisik karena waktu pada saat dihasilkan bersamaan dengan waktu mengkonsumsinya.Pasar Modal merupakan pertemuan pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang bisa menyediakan dana atau yang mempunyai kelebihan dana (lender). Kehadiran pasar modal memperbanyak pilihan sumber dana bagi perusahaan. Manfaat lebih lanjut dari adanya pasar modal adalah meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menentukan struktur modal yang optimal. Sementara itu, bagi para investor, pasar modal merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan dananya sebagai sumber pendapatan.
Salah satu produk dari pasar modal adalah saham, saham adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.
(15)
Pada umumnya para investor mengharapkan dua bentuk pengembalian dari pembelian saham yaitu yang pertama dalam bentuk
Capital Gain yang merupakan keuntungan yang di peroleh dari selisih harga saham pada saat dia beli dengan harga pasar saham pada saat dia menjual dan yang kedua dalam bentuk dividen. Deviden adalah bagian laba perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
Oleh karena itu informasi laba bagi para investor merupakan informasi yang sangat penting bagi investor, tidak hanya informasi laba di masa lalu dan sekarang tetapi juga prediksi laba masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan investor memerlukan perkiraan jumlah kas dari deviden yang mungkin diterimanya yang besarnya sangat tergantung pada jumlah laba yang diperolah perusahaan di masa yang akan datang.
Laba adalah selisih positif antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Economic decision theory menjelaskan bahwa tujuan pertama pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam pembuatan investasi, kredit dan keputusan sejenis secara rasional.
Theory of investment menjelaskan bahwa tujuan kedua dari pelaporan keuangan adalah untuk membantu investor, kreditor, dan pemakai lainnya
(16)
baik maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari deviden dan bunga dimasa yang akan dating, sehingga dengan kata lain investor dapat memprediksi besar laba yang diperoleh perusahaan di masa yang akan datang melalui laporan keuangan,yaitu dengan menggunakan rasio keuangan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memprediksi laba adalah dengan menggunakan rasio keuangan.
Penelitian ini untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas dapat memprediksi pertumbuhan laba. Rasio profitabilitas ini disebut juga sebagai rasio rentabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Rasio-rasio yang tergabung dalam rasio profitabilitas antara lain :
Gross Profit Margin (GPM), rasio ini menggambarkan efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Return on Assets (ROA), merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan
(17)
keuntungan bagi investor. Rasio ini juga merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam menjalankan kegiatan operasional. Semakin tingginya ratio ROA maka semakin baik posisi keuangan perusahaan.
Return on Equity (ROE), rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
Net Profit Margin (NPM), Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Objek dalam penelitian ini adalah pada perusahaan rokok dan menggunakan variabel dependen yaitu pertumbuhan laba dimaksudkan untuk menguji apakah apakah rasio keuangan dapat memprediksi pertumbuhan laba, khususnya dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM).
Didalam pasar modal terdapat banyak pilihan perusahaan bagi investor untuk berinvestasi. Dalam ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di sektor industri rokok. Terdapat 3 perusahaan yang berada dalam industri rokok yang sampai saat ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu : PT Gudang Garam Tbk, PT H.M Sampoerna dan PT Bentoel Investama Tbk.
(18)
Perusahaan rokok banyak memberikan kontribusi bagi negara yaitu berupa penyerapan tenaga kerja, beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa, sponsorship program lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, dan pembinaan atlet olahraga. Rokok mempunyai efek negative bagi kesehatan, berdasarkan statistik yang ada dari tahun ke tahun jumlah pengkonsumsi rokok semakin lama semakin meningkat. Untuk mengatasi hal itu pemerintah telah mengeluarkan himbauan serta larangan terhadap masyarakat. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai bentuk himbauan namun masih banyak penduduk Indonesia yang masih merokok, sehingga himbauan tersebut terkesan kurang efektif dalam menekan angka perokok di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari laba bersih yang diperoleh perusahaan rokok selama 5 tahun terakhir sebagai berikut :
Tabel 1.1 Laba Bersih Perusahaan Rokok tahun 2005-2010
(Dalam jutaan Rupiah)
Nama
perusahaan/Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
PT.Gudang Garam Tbk 1.889.864 1.007.822 1.443.585 1.880.492 3.455.702 415.000
PT.H.M Sampoerna 108.166 3.530.490 215.083 439.516 281.766 2.186.200 PT.Bentoel Investama
Tbk.
2.383.066 145.510 242.917 239.138 25.165 642.000
(Sumber Bursa Efek Indonesia Tahun 2010)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan rokok dari tahun ke tahun mengalami pergerakan secara
(19)
fluktuatif, baik secara meningkat maupun menurun. Oleh karena itu walaupun pemerintah telah melakukan himbauan terhadap para perokok ternyata tidak terdapat pengaruh yang berarti, pertumbuhan laba perusahaan lebih banyak di pengaruhi oleh faktor-faktor selain himbauan tersebut, dari sekian banyak faktor-faktor yang mungkin berpengaruh, peneliti mencoba untuk ingin mengetahui apakah rasio profitabilitas yang terdiri dari Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM.) dapat mempengaruhi pertumbuhan laba tersebut, sehingga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba pada periode berikutnya.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul di bawah ini.
“Penggunaan Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets
(ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dalam memprediksi pertumbuhan laba pada Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM) dapat memprediksi secara simultan terhadap pertumbuhan laba ?
(20)
2. Apakah Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM)dapat memprediksi secara parsial terhadap pertumbuhan laba ?
1.3Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisa secara simultan Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM.)dalam memprediksi pertumbuhan laba.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa secara parsial Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM.) dalam memprediksi pertumbuhan.
1.4Manfaat Penelitian 1. Praktis :
Diharapkan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan serta pertimbangan bagi bagi investor dalam melakukan pembelian saham, sehingga dapat memperoleh laba di kemudian hari dari pembelian saham tersebut.
2. Teoritis :
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi diperpustakaan dan dapat digunakan bagi penelitian selanjutnya. Khususnya yang berkaitan dengan penggunaan rasio profitabilitas.
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.2 Teori Manajemen Keuangan
2.2.1 Manajemen Keuangan
Menurut Suad Husnan ( 2004 : 4 ) manajemen keuangan merupakan semua kegiatan yang menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Orang yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai manajer keuangan.
Manajemen keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi -fungsi keuangan. Fungsi - -fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana ( raising of fund ) dan bagaimana menggunakan dana tersebut. Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjakan aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan. Sumber dari luar perusahaan berasal dari pasar modal, bisa berbentuk hutang atau modal sendiri.
Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat di definisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan
(22)
antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksi mumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting lai nnya yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut empat aspek yaitu :
1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan , serta segala hal yang berkaitan dengannya.
3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.
4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan.
2.2.2 Manajemen Investasi
Investasi dalam arti luas merupakan pengorbanan sejumlah uang saat ini untuk memperoleh sejumlah uang di masa akan datang. Menurut Sunariyah ( 2004 : 4 ) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut M. Fakhrudin ( 2001 : 195 ) dikatakan bahwa, investasi adalah komitmen dana dengan tujuan memperoleh pengembalian ekonomi selama
(23)
satu periode waktu, yang biasanya dalam bentuk arus kas periodic dan atau nilai akhir.
Definisi berikutnya adalah menurut Tandelilin ( 2001 : 37 ), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Suad Husnan ( 2004 : 18 ) menyatakan investasi adalah setiap penggunaan uang dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.
Menurut bentuknya investasi dibedakan menjadi investasi dalam aktiva finansial ( financial investment ) dan investasi dalam aktiva riil (
real investment ). Investasi dalam aktiva financial lebih merupakan kepemilikan hak klaim atau aktiva yang diwujudkan dalam bentuk dokumen legal yang kemudian disebut sebagai sekuritas ( surat berharga , sedangkan untuk investasi Dalam aktiva riil berupa aktiva berwujud yang tampak nyata ( bangunan, tanah ). Seorang investor yang menghendaki tingkat pengembalian yang tinggi, tentu akan menghadapi resiko yang tinggi pula. Untuk menyikapi hal tersebut, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan upaya diversifikasi yang tepat di antara bermacam – macam bentuk pilihan investasi yang ada.
2.2.3 Laporan Keuangan
2.2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak luar perusahaan.
(24)
Laporan ini memberikan suatu sejarah yang berkesinambungan yang dikuantifikasikan dalam satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban dari suatu perusahaan bisnis dan aktivitas yang mengubah dan sumber daya kewajiban ini. (Kieso, 2002:6).
Menurut Harahap (2002 : 105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan bias menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana perusahaan dalam periode tertentu.
Menurut Badirwan (2000 : 17), laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan yang dihasilkan melalui suatu proses akuntansi untuk suatu periode atau tanggal tertentu. (Lukviarman, 2006 : 13)
Pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari sebuah proses akuntansi yang nantinya digunakan sebagai sumber informasi oleh pihak-pihak yang
(25)
berkepentingan dalam hal pengambilan keputusan serta untuk melihat kondisi keuangan perusahaan.
2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (2000 : 17), laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan.
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.(SAK, 2007 : 3).
Laporan keuangan memiliki tujuan umum (Baridwan, 2000 : 4) dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informs keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan didalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
(26)
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanaman.
5. Untuk mengungkap sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijaksaan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.2.3.3 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut SAK (2007 : 2), pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
a) Investor. Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil penggembangan dari investasi tersebut.
b) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
c) Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
(27)
d) Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apabila jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e) Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan untuk informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan.
f) Pemerintah. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, sebagai dasar unuk menyususn statistic pendapatan nasional dan statistic lainnya.
g) Masyarakat. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran, serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.3.4 Unsur-unsur Laporan Keuangan
2.2.3.4.1 Neraca
Menurut Baridwan (2000 : 18), neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan usaha pada tanggal tertentu, keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang pasiva. Atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.
(28)
2.2.3.4.2 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dari biaya merupakan laba yabg diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. (Baridwan, 2000 : 30).
2.2.3.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas
Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pebayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. (SAK, 2007 : 1.13).
2.2.3.4.4 Laporan Arus Kas
Menurut Baridwan (2000 : 43), tujuan utama aliran kas adalah untuk menyajikan informasi relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode, untuk mencapai tujuan ini, aliran kas d klasifikasikan dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari kegiatan investasi, pembelanjaan (financinng), dan kegiatan usaha.
(29)
2.2.3.4.5 Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasann naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. (SAK, 2007 : 1.13)
2.2.4 Analisis Laporan Keuangan
2.2.4.1 Pengertian Analisis Keuangan
Menurut Astuti (2004 : 29), analisis laporan keuangan merupakan segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi.
Analisis keuangan dirancang bagi pengusaha, investor dan kreditor dimana kaharusan memahami bagaimana mengartikan serta menanalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu.
Analisis laporan keuangan (financial statement analiysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan
(30)
umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dari kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.(Wild, dkk, 2005 : 3)
2.2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2002 : 195), analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukakan sebagai berikut :
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implisit).
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern lapoan keuangan meupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan sperti untuk prediksi, peningkatan (rating).
(31)
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan.
g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h. Dapat membandinkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
i. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan,baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.
j. Bias juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
2.2.4.3 Metode Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sawir (2005 : 45), teknik analisis laporan keuangan ada dua yaitu Analisis Horizontal (Perbandingan laporan keuangan) dan Analisis Vertikal (per komponen).
Analisis horizontal adalah analisis dengan cara membandingkan Neraca dan Laporan Laba Rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan. Maksudnya memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam Neraca maupun Laporan Laba Rugi, sehingga dapat diperoleh gambaran selama bebrapa tahun terakhir apakah terjadi kenaikan atau penurunan.
(32)
Analisis vertikal adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari Neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu Laporan Laba Rugi dengan jumlah tertentu dari laporan laba rugi.
2.2.5 Rasio Keuangan
2.2.5.1 Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2002 : 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil membandingkan dari pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Teknik ini sangat lazim digunakan para analis keuangan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Rasio keuangan ini menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat dinilai secara tepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain sehingga dapat diperoleh informasi dan dapat memberikan penilaian.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan
(33)
terutama apabila angka rasio tersebut dibandinkan dengan angka ratio pembanding yang digunakan sebagai standard. (Munawir,2002 : 64)
2.2.5.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Menurut Sawir (2005 : 7), jenis-jenis rasio keuangan dibedakan menjadi lima kelompok dasar, yaitu :
1. Analisis Likuiditas Perusahaan
Analisis Likuiditas Perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. Dan analisis likuiditas pada umumnya menjadi perhatian pertama dari Analis Keuangan. Terdapat tiga macam rasio keuangan dalam analisis ini, yaitu :
a. Rasio Lancar
Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
b. Rasio Cepat
Rasio Cepat = (Akativa Lancar-Persediaan) / Hutang Lancar
c. Rasio Kas
Rasio Kas = (Kas + Sekuritas yang dapat dipasarkan) / Hutang Lancar
(34)
Analisa struktur keuangan merupakan bagaimana perusahaan mendanai aktivitasnya. Aktiva perusahaan yang pendanaannya dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham, sehingga seluruh sisi kanan dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Dalam analisis ini terdapat empat macam rasio keuangan, yaitu :
a. Rasio Hutang
Rasio Hutang = Total Hutang / Total Aktiva
b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas atau DER (Debt Equity Ratio)
DER = Total Hutang / Total Ekuitas
c. Rasio Laba terhadap Beban Bunga atau TIE (Time Interest Earning)
TIE = Earning Before Interest Taxes / Beban Bunga
d. Rasio Penetapan Beban Tetap = (laba sebelum pajak + beban bunga + kewajiban lease) / (beban bunga + kewajiban
lease)
3. Analisis Aktivitas Perusahaan
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pengendaliannya. Semua
(35)
rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Dalam analisis ini terdapat lima macam rasio keuangan, yaitu :
a. Rasio Perputaran Persediaan
Rasio Perputaran Persediaan (at cost) = Harga Pokok Penjualan / persediaan rata-rata
Rasio Perputaran Persediaan (at market) = penjualan / persediaan
b. Periode Penagihan Rata-Rata
Periode Penagihan Rata-Rata = Piutang / Penjualan Per Hari
c. Rasio Perputaran Modal Kerja
Rasio Perputaran Modal Kerja = Penjualan / Modal Kerja Bersih
d. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan / Aktiva Tetap
e. Rasio Perputaran Total Aktiva
Rasio Perputaran Total Aktiva = Penjualan / Total Aktiva
4. Profitability Ratio (Rasio Profitabilitas)
Rasio profitabilitas ini disebut juga sebagai rasio rentabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan
(36)
mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaba akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Menurut Rasio-rasio yang tergabung dalam rasio profitabilitas antara lain :
a. Gross profit Margin (Margin Laba Kotor)
Rasio ini mengukur efisiesi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemarnpuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
b. Return on Investment atau Return on Total Asset (Hasil Pengembalian atas Total Aktiva)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas penggunaan seluruh aktivanya dalam kegiatan operasinya. c. Return on Equity (Hasil Pengembaiian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham. baik saham biasa maupun saham preferen.
d. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
(37)
5. Analisis Penilaian Pasar
Rasio penilaian merupakan ukuran yang paling komprehensif untuk menilai hasil kerja perusahaan, dikarenakan rasio penilaian pasar mencerminkan kombinasi pengaruh resiko-resiko dan rasio pengembalian. Dalam analisis ini terdapat dua macam rasio keuangan, yaitu :
a. Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price Earning Ratio)
PER = Harga Saham / Laba per saham
b. Rasio Harga Pasar terhadap Nilai Buku atau Market to Book Ratio
Harga Pasar terhadap Nilai Buku = Harga Pasar / Nilai buku per saham
2.2.5.3 Keunggulan Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2000 : 298), analisis laporan keuangan memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca atau ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat risi dan rumit.
(38)
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
e. Menstandarisir size perusahaan.
f. Laba modal membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”.
g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
2.2.5.4 Keterbatasan Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2002 : 298), analisis laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui dalam penggunaan perhitungan. Keterbatasan tersebut ntara lain :
a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atas laporan keuangan juga menjaga keterbatasan teknik seperti :
1. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subyektif.
2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
(39)
3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio.
4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standart akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio.
d. Sulit jika ada data yang tidak singkron.
e. Jika dua perusahaan dibandingkan bias saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa terjadi kesalahan.
2.2.6 Laba
2.2.6.1 Pengertian Laba
Menurut Baridwan (1992 : 31), laba merupakan kenaikan modal yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dar suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode.
Laba adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. (Warren, dkk, 2005 : 2)
(40)
2.2.6.2 Karakteristik Laba
Menurut Belkaoui (1987 : 233), laba akuntansi memiliki karakteristik yaitu :
a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.
b. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode hubungan dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu tertentu.
c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengukuran pendapatan.
d. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada prinsip biaya.
e. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat dan sepadan.
2.2.6.3 Relevansi Konsep Laba
Menurut Belkaoui (1987 : 230), laba merupakan suatu pos dasar Laba adalah dasar bagi perpajakan dan pembagian kembali kekayaan dikalangan pribadi, dikatakan laba kena pajak dihitung sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan oleh dinas perpajakan pemerintah.
(41)
a. Laba dianggap sebagai pedoman bagi kebijakan dividend an penahan laba perusahaan, namun pengakuan alaba tidak menjamin bahwa dividen akan dibayar, karena perusahaan bias mengakui laba pada saat bersamaan tidak mempunyai dana untuk membayar dividen.
b. Laba pada umunya dipandang sebagai suatu investasi dan pedoman pengambilan keputusan, telah umum di hipotesakan bahwa para investor berusaha untuk memaksimaisasi pengambilan atas modal yang diinvestasikan, yaitu sepadan dengan tingkat resiko yang dapat diterima.
c. Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang membantudalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Kenyataannya nilai laba di masa lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan, terbukti berguna dalam meramalkan nilai mendatang dari kedua versi laba.
d. Laba bias dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi. Laba adalah suatu ukuran kepengurusan manajemen atas sumber daya suatu kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha suatu perusahaan.
2.2.7 Arti Penting Pertumbuhan Laba
Sebagaimana halnya seorang dokter mencoba mengetahui kondisi kesehatan sesesorang, begitu pula seorang manajer keuangan atau
(42)
pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam kaitannya dengan kondisi keuangan perusahaan. (Sawir, 2005 : 1)
Laba adalah kenaikan modal yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. (Baridwan, 2000 : 31)
Laba sebagai suatu pengukuran kinerja dan bagian dari laporan keuangan perusahaan, merefleksikan telah terjadinya proses peningkatan atau penurunan ekuitas dari berbagai sumber transaksi kecuali transaksi dari pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Konsep laba sama halnya dengan pendapatan bersih (net income), yaitu memasukkan hamper seluruh kejadian yang tercakup dalam pendaptan bersih dengan penekanan pada periode sekarang (present). Sehingga dapat dilakukan suatu penelitian dalam memprediksi perubahan laba dengan menggunakan rasio keuangan. (Takarini, 2003 : 254).
2.2.8 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
Economic decision theory menjelaskan bahwa tujuan pertama pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor dan pemakai lainnya baik sekarang maupun yang potensial dalam pembuatan investasi, kredit dan keputusan sejenis secara rasional. (Zainuddin, 1999 : 68)
(43)
Theory of investment menjelaskan bahwa tujuan kedua pelaporan keuangan adalah untuk membantu investor, kreditor dan pemakai laporan yang lainnya baik sekarang maupun potensial dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian penerimaan kas dari deviden dan bunga di masa yang akan datang. (Zainuddin, 1999 : 68)
Menurut Harahap (2008 : 298), rasio keuangan sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model pengambilan keputusan dan model prediksi. Salah satu cara memprediksi laba perusahaan adalah dengan menggunakan rasio keuangan. (Zainuddin, 1999 : 68). Rasio keuangan mempunyai tingkatan prediksi yang tinggi, maka tingkat kesalahannya kecil. (Meythi, 2005 : 260).
2.2.9 Pengaruh Gross Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba
Rasio dalam Gross Profit Margin ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba. (Harahap, 2002 : 306).
Seperti halnya Entity Theory yang dijelaskan oleh Harahap (2007 : 71). Entity Theory berorientasi pada income oriented atau income statement oriented. Pertanggung jawaban pada pemilik dilakukan dengan cara mengukur prestasi kegiatan dan prestasi keuangan yang ditujukan entitas atau perusahaan.
(44)
Construct rasio keuangan capital, assets, earning, dan liquidity
signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba untuk periode satu tahun kedepan. (Zainuddin, 1999 : 82).
Gross Profit Margin dalam rasio keuangan, menurut peneliti adalah salah satu cara dalam mengontrol pengeluaran biaya tetap dan biaya operasi serta menunjukkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba yang akan menutupi biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
2.2.10 Pengaruh Return on Assets Terhadap Pertumbuhan Laba
Adanya aktiva yang lebih besar dan pengelolaan yang produktif dimaksudkan untuk memperoleh laba, seperti halnya Fund Theory
(Harahap, 2007 : 72) yang menjadi perhatian adalah sekelompok aset yang ada dan kewajiban yang harus ditunaikan yang disebut fund yang masing-masing pos memiliki aturan dalam penggunaannya, dengan demikian teori
fund menganggap bahwa unit usaha merupakan sumber ekonomi (funds) dan kewajiban yang ditetapkan kepada pembatasan-pembatasan terhadap penggunaan aset.
Construct rasio keuangan capital, assets, earning, dan liquidity
signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba untuk periode satu tahun kedepan. (Zainuddin dan Jogiyanto, 1999 : 82).
Peneliti dalam penelitian yang sekarang ini menyebutkan bahwa
Return on Assets mempunyai tinkat prediksi pertumbuhan laba yang baik, karena dengan cara ini perusahaan mampu menstabilkan pendapatan dan
(45)
pengelolaan asset secara efektif dan efisien maka akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba pada perusahaan.
2.2.11 Pengaruh Return on Equity Terhadap Pertumbuhan Laba
Menurut Harahap (2002 : 304), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba, rasio yang menggambarkan laba disebut Operating Ratio. Dapat disimpulkan bahwa Return on Investment, Return on Equity dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam memprediksi laba pada perusahaan.
Construct rasio keuangan capital, assets earning, dan liquidity
signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba untuk periode satu tahun kedepan. (Zainuddin dan Jogiyanto, 1999 : 82).
Return on Equity adalah salah satu dari beberapa cara dalam rasio keuangan untuk memprediksi pertumbuhan laba yang signifikan dan selalu digunakan sebagai tolok ukur untuk menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba.
2.2.11 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba
Net Profit Margin, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan
(46)
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian sekarang meneliti tentang prediksi untuk mengukur pertumbuhan laba perusahaan pada umumnya dengan menggunakan rasio-rasio profitabilitas yang terdiri : Gross Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity dan Net Profit Margin.
Gross profit Margin (Margin Laba Kotor)
Rasio ini mengukur efisiesi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemarnpuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan.
Return on Investment atau Return on Total Asset (Hasil Pengembalian atas Total Aktiva)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas penggunaan seluruh aktivanya dalam kegiatan operasinya.
Return on Equity (Hasil Pengembaiian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham. baik saham biasa maupun saham preferen.
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
(47)
Berdasarkan uraian diatas, kerangka pikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 2.1 : Bagian Kerangka Berpikir
Gross Profit Margin
(X1)
ROA Pertumbuhan
(X2) Laba (Y)
ROE
(X3)
NPM
(X4)
(48)
2.4 Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya adalah kesimpulan yang bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori diatas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga Gross Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity dan
Net Profit Margin dapat memprediksi pertumbuhan laba secara simultan.
2. Diduga Gross Profit Margin, Return On Assets, Return On Equity dan
Net Profit Margin dapat memprediksi pertumbuhan laba secara secara parsial.
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada suatu penelitian didasarkan pada judul, permasalahan dan hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang dianalisis terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Gross Profit Margin (X1), Return On Assets(X2), Return On Equity (X3), Net Profit Margin (X4) sedangkan variabel terikatnya adalah Pertumbuhan Laba Perusahaan (Y).
Untuk mempermudah dalam melakukan pengukuran terhadap variabel tersebut, maka lebih baik kita mengulas masing-masing variabel yang ada dalama penelitian ini :
a. Variabel Bebas (X)
1. Gross Profit Margin atau gross margin rasio, yaitu rasio atau pertimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Sales – Cost of Good Sold Gross Profit Margin =
(50)
Skala yang digunakan skala rasio, sedangkan satuan pengukurannya adalah prosentase.
2. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam menjalankan kegiatan operasionalnya Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan satuan pengukurannya adalah persen (%).
Return On Assets dapat diformulasikan sebagai berikut:
Return On Assets 100%
Assets Total
Tax After Earning
× =
(Brigham dan Houston, 2006: 109)
3. Return On Equity (ROE), rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net equity) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Pengukurannya dalam prosentase dan pengukurannya memakai skala rasio.
(51)
Net Income
ROE =
Net Equity
(Syafri, 2008 : 305)
4. Net Profit Margin (NPM)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :
Earning After Tax Net Profit Margin =
Sales (Munawir, 2007 : 99)
b. Variabel Terikat (Y)
Pertumbuhan laba (sebagai variabel Y) diproduksi dengan earning before tax yang merupakan laba usaha sebelum dikurangi bunga modal dan pajak. Dihitung dalam skala rasio dengan teknik perhitungan.
Laba n – Laba n-1
Pertumbuhan Laba = x 100 %
Laba n-1 (Munawir, 2007 : 99)
(52)
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel 3.2.1Populasi
Menurut Sumarsono (2000 : 44), populasi merupakan kelompok yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakterisitik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.2.2Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itulah sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 44).
3.2.3Teknik Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itulah sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 44).
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Menurut Sumarsono (2002 : 52), purposive sampling adalah teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat
(53)
khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut yang merupakan representatif dari populasi. Adapun kriteria pengambilan sampel ini adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan Rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia.
b. Data laporan keuangan perusahaan Rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2005 sampai 2010..
c. Batas laporan keuangan menggunakan data yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010.
Peneliti tidak menggunakan data laporan keuangan perusahaan Rokok pada periode 2011 karena pada saat pengambilan data, data periode tersebut belum terbit.
Berdasarkan kriteria diatas, terdapat 3 perusahaan yang dijadikan sampel. Perusahaan rokok yang listing di BEI dari tahun 2005 sampai 2010 (selama 5 tahun ) yaitu :
1. PT Gudang Garam Tbk 2. PT H.M Sampoerna Tbk 3. PT Bentoel Investama Tbk
3.3Teknik Pengumpulan Data
3.3.1Jenis Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data sekunder. Peneliti menggunakan data dari PT Bursa Efek Indonesia. Data sekender merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti.
(54)
3.3.2Sumber Data
Sumber data berasal dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Data laporan keuangan diperoleh dari PT Bursa Efek Indonesia.
3.3.3Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi yaitu melihat, mempelajari, mengutip catatan dari dokumen yang ada pada laporan keuangan perusahaan Rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan berupa laporan keuangan mulai tahun 2005 sampai 2010 (selama 5 tahun).
3.4Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis
3.4.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distibusi data normal atau mendekati normal.
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
a. Jika dari nilai signfikansi (dari probabilitasnya) lebih kecil dari 5 % maka distribusi adalah tidak normal.
(55)
b. Jika dari nilai signfikansi (dari probabilitasnya) lebih besar dari 5 % maka distribusi adalah normal. (Sumarsono, 2004 : 43).
3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Syarat suatu persamaan regresi linear adalah bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji hipotesis tidak boleh bias., untuk menghasilkan keputusan yang BLUE,
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya 4 (empat) asumsi dasar (klasik) yaitu :
a. Uji normalitas b. Uji autokolerasi. c. Uji multikolinieritas. d. Uji heterokedastisitas. a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel independen, variabel dependen dan keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti diagonal, maka model tersebut memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Autokorelasi
Tujuan uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara korelasi pengganggu pada tahun
(56)
ini dengan periode tahun sebelumnya, untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi atau tidak, dapat digunakan uji Durbin Watson. (Ghozali, 2006 : 95).
Menurut Ghozali (2006 : 96), deteksi adanya autokorelasi adalah : Tabel 3.1 Tabel Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif, atau negatif
Tolak
No Decision
Tolak No decision Tidak ditolak
0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 - dl < d < 4 4 – du ≤ d ≤ 4 – di
du < d < 4 - du
(Sumber : Ghozali (2006 :96)) c. Multikolinieritas
Tujuan uji multikolinieritas adalah menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, karena dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Untuk mendeteksi apakah terjadi multikolinieritas atau tidak, dapat dilakukan uji multikolinieritas. (Ghozali, 2006 : 91).
Menurut Ghozali (2006 : 91), deteksi adanya multikolinieritas adalah multikolinieritas dapat dilihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
(57)
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur nilai variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama nilainya dengan VIF tinggi (karena VIF = 1 / tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
d. Heterokedastisitas
Tujuan uji heterokedastisitas adalah menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah uji Glejser. Adapun langkah-langkah uji Glejser :
a) Lakukanlah regresi keputusan = f (GPM, ROA, ROE, NPM) b) Dapatkan variabel residual (Ut)
(58)
d) Regresikan variabel (AbsUt) sebagai variabel terikat dan variabel kualitas GPM, ROA, ROE, NPM sebagai variabel bebas.
(Ghozali, 2001 : 72)
Apabila tidak satupun variabel bebas yang signifikan secara statistic mempengaruhi variabel terikat (AbsUt) yang ditandai dengan tingkat signifikan (sig) diatas 5%, maka model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas (Ghozali, 2001 : 73)
3.4.1.3 Teknik Analisis Linear Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis dalam bentuk regresi linier berganda dengan tiga variabel bebas dan satu variabel terikat dengan rumus sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 ++ b4X4 + e
(Sumber : Suharyadi, 2004: 508)
Keterangan :
Y = Pertumbuhan Laba
X1 = Gross Profit Margin (GPM)
X2 = Return On Assets (ROA)
X3 = Return On Equity (ROE)
X4 = Net Profit Margin (NPM)
(59)
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi
e = Standart Error
3.4.2 Uji Hipotesis 3.4.2.1 Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Prosedur dilakukannya uji F adalah sebagai berikut :
a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4= 0 tidak terdapat pengaruh antara X1, X2, X3 X4 terhadap pertumbuhan laba.
b. Dalam penelitian ini dugunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan derajat bebas (n – k - 1) dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel independen.
(60)
Gambar 3.1 Kurva Uji F
F tabel Sumber : Sugiyono, 2008
d. Dengan F hitung sebesar :
Fhit=
Keterangan :
R2 = koefisien korelasi berganda K = banyaknya variabel bebas
e. Menarik kesimpulan H0 ditolak :
-. Jika F hit > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti X1,X2, X3 dan X4memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap Y.
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho
(61)
-. Jika F hit ≤ F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti X1,X2,X3 dan X4 tidak memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap Y.
3.4.2.2 Uji T
Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji t dengan kriteria sebagai berikut :
a. H0 : b1 = b2 = b3 = b4= 0 tidak terdapat pengaruh antara X1,X2,X3 dan X4 terhadap pertumbuhan laba.
b. H1 : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠0 terdapat pengaruh antara X1,X2,X3 dan X4 terhadap pertumbuhan laba.
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan derajat bebas (n – k - 1), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.
(62)
Gambar 3.2 Kurva Uji T
Daerah penerimaan Ho
-t table t table
Sumber : Sugiyono, 2008
d. Perhitungan nilai t dengan menggunakan uji thitung dengan rumus :
thit=
Keterangan :
Bi = Koefisien regresi S ( bi ) = Standart error
e. Menarik kesimpulan H0 diterima atau H0 ditolak :
-. Jika t hit > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti X1,X2,X3 dan X4 memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Y.
Daerah penolakan Ho
Daerah penolakan Ho
(63)
-. Jika t hit ≤ t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti X1,X2,X3 dan X4 tidak memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Y.
(64)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 PT Gudang Garam Tbk
Perseroan semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap “Gudang Garam” Kediri,didirikan dengan akte Suroso SH, wakil notaries yang sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971 No. 10, diubah dengan akte-akte ini disetujui oleh Mentri Kehakiman dengan No. 31/1971 dan No 32/1971 tanggal 26 November 1971, dan diumumkan dalam tambahan No. 586 pada Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971. Anggaran dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dalam rangka penyesuaian dengan Undang- Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dilakukan dengan akte Wachid Hasyim SH, notaris Surabaya, tanggal 19 Juni 1997 No. 58 yang antara lain perubahan nama Perseroan menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk (PT Gudang Garam Tbk). Akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2.1873 HT.01.04.th.98 tanggal 19 Maret 1998, didaftarkan dengan No. TDP 13111300014 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Madya Kediri, agenda No.17/BH.13.11/VI/1998 tanggal 4 Juni 1998, dan diumumkan dalam tambahan No. 4426 pada Berita Negara No. 62 tanggal 4 Agustus1998.
(65)
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak dibidang Industri Rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perseorangan yang didirikan tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat Jl. Semampir 11/1 Kediri, Jawa Timur. Kantor perwakilan Jakarta di Jl. Jendral A.Yani 79 Jakarta dan Kantor perwakilan di Surabaya di Jl.Penggenal 7-15 Surabaya, Jawa Timur.
Dengan izin Mentri Keuangan No. Si-126/SHM/KMK.10/1990 tanggal 17 Juni 1990, Perseroan telah melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah 57.807.800 saham dengan nominal Rp.1000 (Rupiah penuh) per saham. Dengan surat PT Bursa Efek Surabaya No. 372/D-129/BES/VIII/90 tanggal 21 Agustus 1990 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Surabaya sebanyak 96.204.400 saham Perseroan sejak 27 Agustus 1990. Dengan surat PT Bursa Efek Jakarta No.S-204/BEJ/VI/92 tanggal 24 Juni 1992 telah disetujui untuk dicatatlam di Bursa Efek Jakarta sejumlah saham yang sama. Dengan surat PT Bursa Efek Surabaya No.48/EMTL/LIST/BES/V/94 tanggal 26 Mei 1994 dan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-359/BEJ.I.1/V/1994 tanggal 27 Mei 1994 telah dicatatkan lagi sejumlah 384.817.600 saham Perseroan dikedua Bursa tersebut sehingga seluruh saham Perseroan yang beredar saat itu telah dicatatkan yaitu 481.022.000 saham. Dalam tahun 1996 telah
(66)
dilakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp.1000 (Rupiah penuh) menjadi Rp.500 (Rupiah penuh) per saham dan penggeluaran suatu saham bonus untuk setiap saham yang beredar sehingga jumlah saham yang beredar bertambah dari 481.022.000 menjadi 1.924.088.000 dengan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-039/BEJ.I.2/0596 tanggal 24 Mei 1996 dan surat PT Bursa Efek Surabaya No. 31/EMT/LIST/BES/V/96 tanggal 27 Mei 1996 seluruh saham perseroan yang beredar, yaitu sebanyak 1.924.088.000 saham, telah dicatatkan dikedua bursa tersebut.
4.1.2 PT HM Sampoerna Tbk
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Perusahaan) didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, SH, No. 69. Akta Pendirian Perusahaan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/49/15 tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1964. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 18 Juni 2004 dari Dedy Syamri, SH Notaris pengganti Sutjipto, SH., sehubungan dengan penurunan modal ditempatkan dan disetor penuh (catatan 14), yang kemudian diubah dengan Akta No. 82 tanggal 15 Juli 2004 dari Aulia Taufani, SH., Notaris pengganti Sutjipto, SH. Perubahan anggaran dasar ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.
(67)
C-20646HT. 01. 04. TH. 2004 tanggal 16 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surabaya No.085/BH.13.01/Sept/2004 tanggal 8 Semptember 206HT. 01. 04. TH. 2004 tanggal 16 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surabaya No.085/BH.13.01/Sept/2004 tanggal 8 Semptember 2004.
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi antara lain industry dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan – perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna. Perusahaan berkududukan di Surabaya, dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No.18, Surabaya serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan dan Malang. Perusahaan juga memliki kantor operasional di Jakarta PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. dan anak perusahaan (bersama-sama disebut “Group”) memiliki kurang lebih 39.400 orang dan 40.000 orang karyawan tetap masing-masing pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004. Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran Umum sebanyak 27.0000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp.1000 (Rupiah Penuh) per saham melalui Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran sebesar Rp.2.600 (Rupiah penuh) per saham.
(68)
Pada tanggal 6 Pebruari 2009, Martin Gray King, Presiden Direktur mengundurkan diri sebagai direktur perusahaan. John Gledhill dinominasikan oleh PT Philip Morris Indonesia, pemegang saham mayoritas, sebagai pengganti Presiden Direktur. Presiden Direktur yang dinominasikan akan dimintakan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham yang akan diselenggarakan pada tahun 2009.
4.1.3 PT Bentoel Internasional Investama Tbk
PT Bentoel Internasional Investama Tbk, didirikan berdasarkan Akta No. 247 tanggal 11 April 1987 dari Misahardi Wilamarta SH notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-1219. HT. 01. 01 tahun 1989 tanggal 14 Februari 1989 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 10 November 1989 tambahan No. 2990/1989. Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir pada tahun 2001 berdasarkan Akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa perusahaan No. 102 tanggal 30 Mei dari Eliwaty Tjirta SH. notaris di Jakarta. Pemegang saham menyetujui peningkatan modal dasar perusahaan. Akta perusahaan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-01751. HT. 01. 04 tahun 2001 tanggal 8 Juni 2001 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 13 November 2001 tambahan No. 7129/ 2001.
(69)
Perusahaan berdomisili di Jakarta dan kantor besar beralamat di Menara Rajawali lantai 23 jalan Mega Kuningan Lot 51 Jakarta 12950. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan dan tujuan perusahaan antara lain adalah menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, industri, pembangunan, kehutanan dan jasa. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1980 yang pada saat itu bergerak dalam bidang industry rotan. Saat ini perusahaan bertindak sebagai induk perusahaan.
4.2 Data Hasil Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah laporan keuangan dari Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005 – 2010. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 3 perusahaan rokok yang listing di BEI dari tahun 2005 sampai 2010 (selama 5 tahun ) yaitu :
4. PT Gudang Garam Tbk 5. PT H.M Sampoerna Tbk 6. PT Bentoel Investama Tbk
Berikut data penelitian hasil ringkasan variabel penelitian yang meliputi perputaran piutang, perputaran persediaan, dan rentabilitas untuk 3 perusahaan rokok yang listing di BEI dari tahun 2005 sampai 2010 :
(70)
1. Gross Profit Margin (X1)
Gross Profit Margin atau gross margin rasio, yaitu rasio atau pertimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Tabel 4.1
Gross Profit Margin Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010
Tahun
Perusahaan PT Gudang Garam
Tbk (GGRM)
PT. H.M Sampoerna (SGRO)
PT Bentoel Investama (RMBA)
2005 0,21 0,30 0,20
2006 0,18 0,29 0,23
2007 0,18 0,29 0,22
2008 0,17 0,33 0,18
2009 0,21 0,33 0,18
2010 0.23 0.2 0.36
Sumber : IDX 2010, Data diolah, Lampiran 1
Berdasarkan pada tabel 4.1, Gross Profit Margin untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 0.23 pada tahun 2010 Begitu halnya dengan nilai Gross Profit Margin untuk PT. H.M Sampoerna, nilai tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan 2009 sebesar 0.33. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai Gross Profit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan nilai sebesar 0.36.
2. Return On Asset (ROA) (X2)
Return On Asset/ROA rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam menjalankan kegiatan
(71)
operasionalnya. Skala ukur yang digunakan adalah skala rasio dalam satuan persen (%).
Tabel 4.2
Return On Asset Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010
Tahun
Perusahaan PT Gudang Garam
Tbk (GGRM)
PT. H.M Sampoerna (SGRO)
PT Bentoel Investama (RMBA)
2005 8,54 19,97 5,87
2006 4,64 27,89 6,20
2007 6,03 23,11 6,29
2008 0,11 0,29 0,54
2009 0,17 0,18 0,20
2010 0,3 0,31 0,44
Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1
Berdasarkan pada tabel 4.2, Return On Asset untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 8.54 pada tahun 2005 dan 2005. Nilai Return On Asset untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 27,89. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai Return On Asset tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sebesar 6,29.
3. Return On Equity (ROE) (X3)
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net equity) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Pengukurannya dalam prosentase dan pengukurannya memakai skala rasio.
(72)
Tabel 4.3
Return On Equity (ROE) Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada Periode 2005 – 2010
Tahun
Perusahaan PT Gudang Garam
Tbk (GGRM)
PT. H.M Sampoerna (SGRO)
PT Bentoel Investama (RMBA)
2005 14,41 52,08 9,71
2006 7,66 62,00 12,22
2007 10,22 44,94 15,76
2008 0,17 0,40 0,14
2009 0,26 0,23 0,05
2010 0,19 0,62 0,10
Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1
Berdasarkan pada tabel 4.3, Return On Equity untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 14,41 pada tahun 2005. Nilai Return On Equity untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 62,00. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai Return On Equity tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sebesar 15,76.
4. Net Profit Margin (NPM) (X4)
Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.
Tabel 4.4
Net Profit Margin (NPM) Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010 Tahun
Perusahaan PT Gudang Garam
Tbk (GGRM)
PT. H.M Sampoerna (SGRO)
PT Bentoel Investama (RMBA)
2005 0,08 0,10 0,05
(73)
2007 0,05 0,12 0,05
2008 0,06 0,19 0,04
2009 0,10 0,15 0,41
2010 0,11 0,14 0,24
Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1
Berdasarkan pada tabel 4.4, Net Profit Margin untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 0,11 pada tahun 2010. Nilai Net Profit Margin untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 0,19. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai
Net Profit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan nilai sebesar 0,41.
5. Pertumbuhan Laba (Y)
Pertumbuhan Laba (Y) diproduksi dengan earning before tax yang merupakan laba usaha sebelum dikurangi bunga modal dan pajak. Dihitung dalam skala rasio dengan teknik perhitungan.
Tabel 4.5
Pertumbuhan Laba Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010 Tahun
Perusahaan PT Gudang Garam
Tbk (GGRM)
PT. H.M Sampoerna (SGRO)
PT Bentoel Investama (RMBA)
2005 0.05566 28.4431 -0.94569
2006 -0.4667 -33.6356 -0.9939
2007 0.4323 -0.9391 15.5941
2008 0.30265 1.0435 -0.01555
2009 0.83766 -0.3589 -0.89476
2010 -0.9999 6.7589 -0.97448
Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1
Berdasarkan pada tabel 4.4, pertumbuhan laba untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 0.83766 pada
(1)
4.6.2 Uji Parsial
4.6.2.1 Gross Profit Margin
Variabel Gross Profit Margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. Hal ini diketahui dari nilai t hitung sebesar -0.100 lebih kecil dari t tabel 2.1604 dan nilai sig sebesar 0.922 yang jauh lebih besar dari nilai 0.05. Maka hipotesis yang kedua, bahwa Gross Profit Margin dapat digunakan untuk memprediksi laba adalah tidak terbukti. Gross Profit Margin adalah cara perusahaan dalam mengontrol biaya tetap dan biaya operasi dan tidak memiliki pengaruh terhadap petumbuhan laba pada peusahaan.
4.6.2.2 Return On Asset
Variabel Return On Asset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. Hal ini diketahui dari nilai t hitung sebesar-2.324 lebih besar dari t tabel 2.1604 dan nilai sig sebesar 0.037 yang lebih kecil dari nilai 0.05. Maka hipotesis yang kedua, bahwa Return On Asset dapat digunakan untuk memprediksi laba adalah terbukti. Jadi untuk meningkatkan pertumbuhan laba, perusahaan perlu melakukan efektifitas dalam kegiatan operasional perusahaan serta mendayagunakan aktiva perusahaan dengan baik.
4.6.2.3 Return On Equity
Variabel Return On Equity secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. Hal ini diketahui dari nilai t hitung sebesar2.170 lebih besar dari t tabel 2.1604 dan nilai sig sebesar 0.049 yang lebih kecil dari nilai 0.05. Maka hipotesis yang kedua, bahwa Return On Equity dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
80
digunakan untuk memprediksi laba adalah terbukti. Jadi pengelolaan modal yang baik dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan laba
4.6.2.3 Net Profit Margin
Variabel Net Profit Margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. Hal ini diketahui dari nilai t hitung sebesar -0.750 lebih kecil dari t tabel 2.1604 dan nilai sig sebesar 0.46 yang jauh lebih besar dari nilai 0.05.Hal ini dikarenakan pajak yang dibayarkan setiap perusahaan berbeda dan tidak semua perusahaan membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. Maka hipotesis yang kedua, bahwa Net Profit Margin dapat digunakan untuk memprediksi laba adalah tidak terbukti.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara simultan setelah dilakukan penelitian, bahwa keempat variabel bebas yaitu GPM, ROA, ROE, dan NPM tidak dapat digunakan sebagai predictor (alat untuk memprediksi) terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan laba pada perusahaan rokok.
2. Secara parsial, hanya variabel ROA, ROE yang memiliki pengaruh signifikan, sehingga ROA, ROE ini dapat digunakan sebagai predictor (alat untuk memprediksi) terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan laba pada perusahaan rokok.
5.2 Saran
Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Investor dapat melihat variabel Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) sebelum melakukan pembelian saham suatu perusahaan,karena kedua variable tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba
81
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
82
2. Manajemen perusahaan hendaknya melakukan efisiensi dalam pengambilan keputusan sumber dana dan lebih berhati-hati agar dampaknya tidak merugikan perusahaan.
3. Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian yang sama, maka disarankan untuk menambah jumlah variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi Pertumbuhan Laba perusahaan selain Gross Profit Margin, Return On Asset/ROA, Return On Equity (ROE), Net Profit Margin, serta perlu ditambahkan lagi jumlah sampel, periode penelitian dan penyempurnaan pada item pengungkapan sosial. Periode penelitian yang lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang mendekati kondisi yang sebenarnya.
(5)
Baridwan, Zaki, 2000. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh. Yogyakarta : BPFE.
Belkaoui, Ahmed. 2000. Teori Akuntansi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Brigham dan Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Fakhrudin,M dan Sophian. S,2001, Metode Penelaian Pasar Modal dan Investasi, Penerbit : Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Denagn Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Syafri Sofyan, 2002. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
______, Syafri Sofyan, 2008. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Husnan, Suad, 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Penerbit UPP AMP YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
Kieso dan Weygant, 2002. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.
Lukviarman, Niki, 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Padang : Penerbit Andalas University.
Munawir, S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty.
Sawir, Agnes, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia.
Sugiyono, 2008,Metode Penelitian Bisnis, Jakarta : Penerbit Alabeta.
Suharyadi dan Purwanto S. K, 2004. Statistika untuk Ekonomi & Keuangan Modern. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Sumarsono, 2000. Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi. Surabaya : FE UPN ”Veteran”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
Sunariyah, 2004, Pengantar Pasar Modal, Edisi revisi keempat, Penerbit : UPP YKPN, Yogyakarta.
Syafri, Sofyan H. 2008. Analisisi Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers.
Tandelilin,2001, Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham, Penerbit : Wahana, vol 1, Agustus.
Wild, dkk. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
http://dhy-tha.blogspot.com/2010/06/pengertian-pasar-dan-macam-macam-pasar.html. di akses pada hari kamis, 17 maret 2011, pukul 09.30 WIB. http://ghazwan.abatasa.com/post/detail/9695/kerapuhan-sistem-finansial-kapitalis.