Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi faktorisasi suku Aljabar di kelas VIII B
PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PADA MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR DI KELAS
VIII B SEMESTER GASAL
SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN TAHUN AJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Agnes Rina Kusumaningtyas (091414010)
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
(2)
i
PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PADA MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR DI KELAS
VIII B SEMESTER GASAL
SMP PANGUDI LUHUR 1 KLATEN TAHUN AJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Agnes Rina Kusumaningtyas (091414010)
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ Tuhan Tak Selalu
Mengabulkan Yang Kita Minta
Tapi Pasti
Memberi Yang Kita
Perlukan “
Dengan
penuh
rasa
syukurku
persembahkan karya ku ini untuk :
Tuhan Yesus
Bapak Fx. Suweno dan Ibu
MM. Sri Rahayu yang tidak
pernah lelah berdoa untukku
Saudara-saudaraku
dan
sahabat-sahabatku
yang
sangat berarti dalam hidupku
(6)
(7)
(8)
vii
ABSTRAK
Agnes Rina Kusumaningtyas. 2014. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran Matematika pada Materi F aktorisasi Suku Aljabar di Kelas VIII B Semester Gasal SMP Pangudi Luhur 1 Klaten Tahun Ajaran 2013/2014. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi hasil belajar dan tingkat keterlibatan siswa pada topik pembelajaran Faktorisasi Suku Aljabar dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif STAD.
Populasi dari penelitian ini adalah kelas VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dengan sampel kelas VIII B yang berjumlah 37 siswa. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013/2014 dengan materi faktorisasi suku aljabar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan observasi. Metode tes dilakukan dengan dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa sedangkan metode observasi dilakukan untuk memperoleh data keterlibatan siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tes hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang mencapai KKM pada kuis-1, kuis-2, dan tes hasil belajar masing-masing 75%, 86,5%, dan 64,9%. Sedangkan hasil penelitian tentang keterlibatan siswa ini diperoleh pertemuan 1 dari keterlibatan 31 siswa yang hadir termasuk dalam kriteria rendah dengan total frekuensi keterlibatannya 148. Hasil pertemuan 2 yang diperoleh dari keterlibatan 37 siswa yang hadir termasuk dalam kriteria cukup dengan total frekuensi keterlibatannya 231. Pertemuan 3 dari keterlibatan 36 siswa yang hadir termasuk dalam kriteria cukup dengan total frekuensi keterlibatannya 177. Pertemuan 4 dari keterlibatan 37 siswa yang hadir termasuk dalam kriteria cukup dengan total frekuensi keterlibatannya 241. Dan pertemuan 5 dari keterlibatan 37 siswa yang hadir termasuk dalam kriteria tinggi dengan total frekuensi keterlibatannya 184.
(9)
viii
ABSTRACT
Agnes Rina Kusumaningtyas. 2014. The Use of Cooperative Learning Model Type STAD in the Learning Mathematics of Algebra factorization at Class VIII B Odd Semester SMP Pangudi Luhur 1 Klaten 2013/2014. Department of Mathematics Education and Natural Sciences, Faculty of Teachers training and Sciences Education, Sanata Dharma University.
The purpose of this research is to know how high the learning out comes of the students of Algebra factorization by using cooperative learning model type STAD and to know the level of students involvement.
Population of this research are the students at class VIII SMP Pangudi Luhur 1 Klaten with sample at class VIII B that consist of 37 students. The research was held in First Semester Academic Year 2013/2014 with the material of Algebra factorization. The data collection was conducted using test method and observation method. The test method is to obtain the data of the student learning out comes and the observation method is to obtain the data of the student invovelment.
Based on the result and discussion, the student learning outcomes using cooperative learning type STAD on quiz-1, quiz-2, and student achievement test are 75%, 86,5%, and 64,9%. On the other hand, the research result on the students involment in the first meeting from 31 students involment included in low criteria, the involment frequency was 148. The result in the second meeting which was got from 37 students involment included qualify criteria was 231. The result in the third meeting which was got from 36 students included in a qualify criteria, the total of involment frequency was 177. The result in the fourth meeting which was got from 37 students involment included in high criteria, the total of frequency was 241. And the result in the fifth meeting from 37 students involment included in high criteria , the total of frequency was 184.
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat yang dilimpahkan Allah Bapa sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Matematika.
2. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan sabar selalu membimbing dan memberikan kritik, saran dan
masukan yang membangun dalam penyelesaian skripsi.
3. Segenap Dosen, Staf dan Karyawan Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya dosen-dosen Program Studi
Pendidikan Matematika, yang telah memberikan dukungan dan
fasilitas demi kelancaran dan terselesaikannya skripsi ini.
4. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Fx Suweno dan Ibu MM Sri
Rahayu, serta kakakku dan keluarga kecilnya yang selalu memberikan
semangat dan doa dari awal hingga akhir penulis tidak pernah putus
(11)
x
5. Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah memberikan
ijin untuk melakukan penelitian.
6. Ibu S. Setyawati Triastuti, S.Pd. selaku guru Matematika SMP
Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah membantu dan membimbing
penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah.
7. Semua guru SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah mendukung
penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah.
8. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Klaten yang telah
bekerja sama dengan baik selama pelaksanaan penelitian.
9. Teman-teman yang selalu memberi keceriaan, Chatarina Yustietyas
Ariani, Yuni Wijayanti, Agnes Christyati, Ely Cahyati, Agata Lystia
Dewi, dan semua teman-teman Pendidikan Matematika angkatan ’09 yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10.Yohanes Nikko Sintony, yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
berbagai macam bantuan kepada penulis dari awal hingga akhir
penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
11. Serta semua pihak yang telah memberi masukan, doa, dan dukungan
kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi banyak
pihak.
(12)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Batasan Istilah ... 4
F. Tujuan Penelitian ... 6
G. Manfaat Penelitian ... 6
H. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Belajar ... 8
B. Keterlibatan Siswa ... 10
C. Hasil Belajar ... 11
(13)
xii
1. Definisi Konseptual Pembelajaran Kooperatif ... 13
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif ... 14
3. Apek - Aspek Pembelajaran Kooperatif ... 15
4. Metode – Metode Pembelajaran Kooperatif ... 18
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29
F. Faktorisasi Suku Aljabar ... 32
1. Pengertian Bentuk Aljabar ... 32
2. Pengertian Suku, Variabel, Koefisien, dan Konstanta Bentuk Aljabar ... 32
3. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar... 33
4. Operasi Perkalian pada Bentuk Aljabar ... 34
5. Perpangkatan pada Bentuk Aljabar ... 35
6. Pembagian pada Bentuk Aljabar ... 36
7. Faktor – Faktor Suku Aljabar ... 37
8. Faktorisasi Bentuk x2 2xy y2 ... 39
9. Faktorisasi Bentuk Selisih Dua Kuadrat ... 40
10.Faktorisasi Bentuk ax2bxc ... 41
G. Kerangka Berfikir ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 44
D. Variabel Penelitian ... 45
E. Bentuk Data ... 45
F. Metode Pengumpulan Data ... 46
G. Instrumen Penelitian ... 46
1. Lembar Observasi ... 46
2. Tes Hasil Belajar ... 47
(14)
xiii
1. Analisis Hasil Observasi Keterlibatan Siswa ... 48
2. Analisis Hasil Belajar Siswa ... 50
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 52
B. Tabulasi Data ... 60
C. Analisis Data ... 67
D. Pembahasan ... 77
1. Hasil Belajar ... 77
2. Keterlibatan Siswa ... 78
BAB V A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 82
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan-Perbedaan Mendasar Antara Kelompok Kooperatif dan
Kelompok Kecil ... 16
Tabel 2.2 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional ... 17
Tabel 3.1 Kisi – Kisi Observasi Keterlibatan Siswa ... 46
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 47
Tabel 3.3 Jumlah Siswa yangTerlibat dalam Setiap Pertemuan dan Frekuensi Keterlibatan ... 48
Tabel 3.4 Distribusi Keterlibatan Setiap Siswa pada Pertemuan ... 49
Tabel 3.5 Kriteria Efektivitas Keterlibatan Siswa ... 49
Tabel 3.6 Kriteria Skor Kemajuan Individual ... 50
Tabel 3.7 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 51
Tabel 4.1 Daftar Nilai Siswa Selama Penelitian ... 60
Tabel 4.2 Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 1 ... 61
Tabel 4.3 Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 2 ... 50
Tabel 4.4 Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 3 ... 64
Tabel 4.5 Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 4 ... 65
Tabel 4.6 Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 5 ... 66
Tabel 4.7 Frekuensi dan Jumlah Siswa yang Terlibat pada Pertemuan 1 .... 67
Tabel 4.8 Kriteria Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 1 ... 68
Tabel 4.9 Kriteria Keterlibatan Seluruh Siswa pada Pertemuan 1 ... 68
Tabel 4.10 Frekuensi dan Jumlah Siswa yang Terlibat pada Pertemuan 2 .... 68
Tabel 4.11 Kriteria Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 2 ... 68
Tabel 4.12 Kriteria Keterlibatan Seluruh Siswa pada Pertemuan 2 ... 69
Tabel 4.13 Frekuensi dan Jumlah Siswa yang Terlibat pada Pertemuan 3 .... 69
Tabel 4.14 Kriteria Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 3 ... 69
Tabel 4.15 Kriteria Keterlibatan Seluruh Siswa pada Pertemuan 3 ... 70
Tabel 4.16 Hasil Belajar Siswa pada Kuis-1 ... 70
(16)
xv
Tabel 4.18 Frekuensi dan Jumlah Siswa yang Terlibat pada Pertemuan 4 .... 71
Tabel 4.19 Kriteria Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 4 ... 72
Tabel 4.20 Kriteria Keterlibatan Seluruh Siswa pada Pertemuan 4 ... 72
Tabel 4.21 Frekuensi dan Jumlah Siswa yang Terlibat pada Pertemuan 5 .... 72
Tabel 4.22 Kriteria Keterlibatan Siswa pada Pertemuan 5 ... 73
Tabel 4.23 Kriteria Keterlibatan Seluruh Siswa pada Pertemuan 5 ... 73
Tabel 4.24 Hasil Belajar Siswa pada Kuis-2 ... 73
Tabel 4.25 Hasil Belajar Kuis-2 Seluruh Siswa ... 74
Tabel 4.26 Skor Kemajuan Individu dan Penghargaan Kelompok ... 75
Tabel 4.27 Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 76
Tabel 4.28 Hasil Belajar Seluruh Siswa ... 77
Tabel 4.29 Rata – Rata Hasil Belajar Secara Keseluruhan ... 77
Tabel 4.30 Persentase Ketuntasan Belajar Secara Keseluruhan ... 77
Tabel 4.31 Keterlibatan Siswa pada Setiap Pertemuan ... 79
(17)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Daftar Anggota Kelompok ... 84
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 85
Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) ... 92
Lampiran A.4 Kunci Jawaban LKS 1 ... 94
Lampiran A.5 Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) ... 96
Lampiran A.6 Kunci Jawaban LKS 2 ... 99
Lampiran A.7 Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) ... 101
Lampiran A.8 Kunci Jawaban LKS 3 ... 103
Lampiran A.9 Soal dan Kunci Jawaban Kuis-1 ... 104
Lampiran A.10 Soal dan Kunci Jawaban Kuis-2 ... 105
Lampiran A.11 Soal Tes Hasil Belajar ... 106
Lampiran A.12 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar ... 107
Lampiran B.1 Tabel Distribusi Keterlibatan Siswa ... 110
Lampiran B.2 Analisis Validitas Tes Hasil Belajar ... 115
Lampiran B.3 Realibilitas Tes Hasil Belajar ... 125
Lampiran B.4 Hasil Kerja Siswa ... 127
Lampiran B.5 Lembar Observasi Keterlibatan Siswa ... 150
Lampiran B.6 Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa ... 151
Lampiran B.7 Penghargaan Kelompok ... 162
Lampiran C.1 Dokumentasi ... 164
Lampiran C.2 Surat Keterangan Setelah Penelitian ... 166
(18)
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang banyak ditakuti
oleh siswa pada umumnya. Hal ini dikarenakan matematika bersifat
abstrak cenderung sulit diterima dan dipahami oleh siswa sehingga
mengakibatkan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran matematika
cukup rendah. Namun matematika sebagai salah satu ilmu dasar,
mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi.
Matematika juga dapat digunakan untuk bekal terjun dan bersosialisasi
dalam masyarakat. Misalnya orang yang telah mempelajari matematika
diharapkan bisa menyerap informasi secara lebih rasional dan berpikir
secara logis dalam menghadapi situasi di masyarakat. Oleh karena itu
matematika perlu diajarkan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD
sampai perguruan tinggi.
Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang
terjadi ketika masing – masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama (Johnson, Johnson &
Smith,1991). Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif,
atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat
melupakan apa yang telah diberikan. Pada zaman dahulu kala, para guru
(19)
bekerja sama dalam tugas – tugas kelompok tertentu, dalam diskusi atau debat kelompok, atau dalam bentuk – bentuk kerja kelompok, atau dalam kegiatan pelajaran tambahan berkelompok lainnya. Metode ini biasanya
bersifat informal, tidak berstruktur dan dan hanya digunakan pada saat – saat tertentu saja.
SMP Pangudi Luhur 1 Klaten merupakan salah satu sekolah
yayasan favorit yang ada di Klaten. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu guru matematika di sana, tidak sedikit siswa yang masih belum
berpartisipasi pada saat pembelajaran berlangsung. Kebiasaan bersikap
pasif dalam pembelajaran mengakibatkan siswa takut dan malu untuk
bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Selama ini
guru sudah berusaha untuk mengaktifkan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, salah satunya dengan membagi siswa dalam kelompok – kelompok. Mungkin untuk beberapa siswa yang memiliki daya serap
tinggi berpikir bahwa pembelajaran dengan metode kelompok hanya
membuang waktu saja. Akan tetapi dengan metode ini siswa tidak hanya
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, melainkan siswa juga dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap kelompoknya juga. Salah satu alternatif
pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) .
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
(20)
tujuan bersama lainnya. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan
untuk bekerja sama, berbagi pendapat, pengetahuan, pengalaman,
mendengarkan siswa lain, memberi kontribusi pada tugas yang
dibebankan, saling termotivasi, bertanggungjawab dan pada saat yang
sama dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Sumaryanto 1998:256).
Menurut Suherman dkk (2003:260) inti dari metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah guru menyampaikan materi, kemudian para
siswa bergabung dalam kelompoknya yang beranggotakan 4–5 orang untuk menyelesaikan soal – soal yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok
pada guru.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti melihat beberapa persoalan,
antara lain:
Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
Siswa tergolong pandai, tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang mampu dalam mengikuti pelajaran
Masih ada siswa yang cenderung diam ketika mengalami kesulitan
Siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda - beda
(21)
C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan tersebut dalam identifikasi masalah,
maka peneliti membatasi pada
1. Masalah yang diteliti pada pemanfaatan metode pembelajaran
Kooperatif tipe STADdi kelas.
2. Subyek penelitian siswa SMP Pangudi Luhur 1 Klaten kelas VIII
semester 1 Tahun ajaran 2013/2014.
3. Materi yang dipakai adalah Faktorisasi Suku Aljabar.
4. Hasil belajar siswa yang peneliti amati hanya pada aspek kognitif
berupa skor yang dilihat dari hasil ketuntasan belajar matematika siswa.
D. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi hasil belajar siswa pada topik pembelajaran Faktorisasi
Suku Aljabar dengan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif
STAD?
2. Seberapa tinggi tingkat keterlibatan siswa kelas VIII SMP Pangudi
Luhur 1 Klaten dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
E. Batasan Istilah
Dengan judul skripsi yang peneliti ajukan, untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda maka ada batasan beberapa istilah sebagai
(22)
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team-Achievement Division), para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda – beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru memulai dengan menyampaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya,
semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri – sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling
membantu. Tim yang mendapat skor tertinggi akan mendapat
penghargaan.
3. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika yang dimaksud adalah kegiatan belajar
mengajar matematika di sekolah menengah pertama.
4. Faktorisasi Suku Aljabar
Dalam bab ini memuat materi mengenai operasi, tambah, kurang,
kali, bagi, dan pangkat pada bentuk aljabar; cara menentukan faktor
pada suku aljabar; serta cara menguraikan bentuk aljabar ke dalam
faktor – faktornya. Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.
5. Arti Judul
Berdasarkan dari batasan istilah, maka maksud judul dari penelitian
(23)
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menempatkan siswa dalam
kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 siswa di kelas VIII B
SMP Pangudi Luhur 1 Klaten Tahun Ajaran 2013/2014 pada topik
Faktorisasi Suku Aljabar melalui tes hasil belajar dan tingkat
keterlibatan siswa selama pembelajaran.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa.
2. Untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa di kelas dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai calon guru, peneliti dapat menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas yang sesuai dengan
tuntutan pendidikan saat ini yaitu pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
2. Bagi Guru
Memberi masukan bagi guru serta dapat membuat pembelajaran
yang menantang dan menarik bagi siswa sehingga siswa merasa senang
(24)
3. Bagi Siswa
Menambah keaktifan siswa dan dapat belajar dalam berinteraksi
sosial dengan bekerja sama dalam sebuah tim.
H. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini terdiri dari 5 bab, yaitu:
1. Bab I yaitu pendahuluan, mengulas tentang latar belakang, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah,
tujuan dan manfaat dilaksanakan penelitian.
2. Bab II yaitu kajian teori, mengulas tentang pengertian belajar,
keterlibatan siswa, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, makna dari
pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi faktorisasi belajar,
kerangka berfikir dan sistematika penulisan skripsi ini.
3. Bab III yaitu metode penelitian, mengulas tentang jenis penelitian,
waktu dan tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, variabel
penelitian, bentuk data yang digunakan, metode pengumpulan data,
instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
4. Bab IV mengulas tentang pelaksanaan penelitian, tabulasi data, analisis
data, dan pembahasan hasil penelitian.
(25)
8 BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Belajar
Setiap ahli psikologi memberi definisi dan batasan yang
berbeda-beda, akibatnya terdapat keragaman di dalam menjelaskan dan
mendefinisikan makna belajar. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli
psikologi tentang pengertian belajar (dalam Suyono dan Hariyanto
2011:9). Witherington (1952) menyatakan bahwa belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola – pola respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan. Pendapat yang hampir sama dinyatakan oleh
Crow dan Crow dan juga Hilgard. Menurut Crow dan Crow (1958)
(dalam Suyono dan Hariyanto 2011:12) belajar merupakan diperolehnya
kebiasaan – kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah
dipelajarinya, sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote learning,
belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by heart, di luar kepala, tanpa mempedulikan makna. Rote learning merupakan lawan dari meaningful learning, pembelajaran bermakna.
Berkaitan dengan pengaruh pengalaman terhadap belajar, terdapat
beberapa definisi para penganut empirisme tentang belajar. Menurut
(26)
proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1990 :
709) belajar sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan atau ketrampilan melalui studi, pengalaman atau karena diajar.
Pengaruh aliran behavorisme bahkan terlihat kuat dalam
implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga
dalam Buku Perangkat Pembelajaran KTSP SMA (2009) belajar
didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mengharapkan perubahan
tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Lebih dijelaskan lagi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber
atau objek belajar, baik yang secara sengaja dirancang maupun yang tidak
sengaja dirancang tetapi dimanfaatkan.
Ketika pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan berkembang
maka definisi belajar juga menyesuaikan diri. Belajar secara umum dapat
dimaknai sebagai suatu proses perubahan perilaku akibat interaksi individu
dengan lingkungannya. Driver and Bell (1986) (dalam Suyono dan
Hariyanto 2011:13) mendefinisikan belajar adalah suatu proses aktif
menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan
membangun hubungan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan
fenomena yang sedang dipelajari.
Berdasarkan teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segala aktifitas yang mengacu pada perubahan tingkah laku melalui setiap
(27)
interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan pengetahuan, pemahaman
maupun ketrampilan baru yang didapat dari pengalaman.
B. Keterlibatan Siswa
Edgar Dale (dalam Dimyati & Mudjiyono 2006:45) dalam
penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman
langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggungjawab
terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh
John Dewey (dalam Dimyati & Mudjiyono 2006:46) dengan “learning by doing”–nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Maka dari itu, bagi siswa terlibat aktif dalam setiap proses
pembelajaran sangatlah penting. Karena dengan terlibat secara aktif
mereka memperoleh ilmu yang mereka cari. Berdasarkan dua pendapat di
atas, maka yang dimaksud dengan keterlibatan dalam penelitian ini adalah
keikutsertaan dalam melakukan atau berbuat sesuatu secara aktif untuk
(28)
kelompok, meliputi: bertanya, memberi alternatif penyelesaian, memberi
tanggapan, menarik kesimpulan.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley (dalam
Nana Sudjana, 1989:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan
cita – cita. Masing – masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne (dalam Nana
Sudjana, 1989:22) membagi lima kategori hasil beajar, yakni (a) informasi
verbal, (b) ketrampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e)
ketrampilan motoris.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana,
1989:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni:
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
(29)
2. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan
internalisasi.
3. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a)
gerakan refleks, (b) ketrampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan ketrampilan
kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori,
antara lain ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita – cita. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah
afektif yang berkenaan dengan sikap, ranah psikomotoris yang berkenaan
dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
D. Pembelajaran Kooperatif
1. Definisi Konseptual Pembelajaran Kooperatif (dalam Miftahul Huda, 2012:29)
(30)
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran
harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara
kelompok – kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota – anggota yang lain.
2. Parker (1994)
Mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana
pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam
kelompok – kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.
3. Artz dan Newman (1990)
Mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai small grup of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi
suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu
tujuan bersama).
Berdasar teori di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri
dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda – beda.
(31)
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat pembelajaran kooperatif menurut Sadker dan Sadker (1997) (dalam Miftahul Huda, 2012:66) adalah meningkatkan
ketrampilan kognitif dan afektif siswa, selain itu pembelajaran
kooperatif juga memberikan manfaat – manfaat besar lain seperti berikut :
a. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur – struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini
khususnya berlaku bagi siswa – siswa SD untuk mata pelajaran matematika.
b. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan
memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih
besar untuk belajar.
c. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada
teman – temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses
belajar mereka nanti.
d. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa
terhadap teman – temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda – beda.
(32)
3. Aspek – Aspek Pembelajaran Kooperatif (dalam Miftahul Huda, 2012:78)
a. Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil dan diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling
memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi
tersebut.
b. Level kooperasi
Kerja sama dapat diterapkan dalam level kelas (dengan cara
memastikan bahwa semua siswa di ruang kelas benar – benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan
cara memastikan bahwa semua siswa di sekolah benar – benar mengalami kemajuan secara akademik).
c. Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama
lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain,
saling menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling
menyimak penjelasan masing – masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada
yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di
(33)
d. Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu.
Penekanannya biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan
akademik setiap individu siswa – bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah.
Beberapa orang menganggap pembelajaran kooperatif
sebagai “sekadar” belajar kelompok. Padahal pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok, bahakan dalam beberapa hal lebih
dari sekadar belajar kelompok. Tabel berikut ini merefleksikan
pembacaan detail Ellis dan Whalen tentang perbedaan – perbedaan mendasar antara pembelajaran kooperatif dan belajar kelompok kecil.
Tabel 2.1 Perbedaan – Perbedaan Mendasar Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil
(dalam Miftahul Huda, 2012:80)
Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil
Interdependensi positif
(ketergantungan positif). Siswa
“tenggelam atau berenang bersama”
(sink or swim together). Interaksi verbal berhadap – hadapan.
Tidak ada interdependensi. Siswa bekerja sama hanya untuk kesuksesan sendiri. Bahkan, tak jarang mereka mencocokkan jawaban mereka dengan jawaban teman – temannya hanya untuk memperoleh nilai yang maksimal bagi diri mereka sendiri. Akuntabilitas individu. Setiap anggota
kelompok harus menguasai materi pelajaran
Sekadar ikut – ikutan. Beberapa siswa membiarkan saja jika ada teman satu kelompoknya bekerja sendiri, sementara mereka tinggal mencopy-paste-nya jika sudah selesai.
Guru mengajarkan ketrampilan – ketrampilan sosial yang dibutuhkan siswa untuk dapat bekerja sama secara efektif.
Ketrampilan sosial tidak diajarkan secara sistematis.
Guru memonitor perilaku siswa. Guru tidak secara langsung
mengobservasi perilaku siswa. Mereka bahkan seringkali terlalu intervensi dalam kerja kelompok. Selama proses diskusi antarsiswa, tak jarang guru mengerjakan tugas – tugas lain (seperti menyiapkan pengajaran berikutnya, menulis sesuatu atau hal – hal lain), tanpa memperhatikan perilaku siswa dalam proses diskusi
(34)
tersebut.
Sebelum beranjak pada sesi
berikutnya, di akhir pertemuan guru memberikan feedback tentang perilaku
– perilaku siswa selama pembelajaran kooperatif.
Tidak ada feedback. Tidak ada diskusi lanjutan tentang perilaku siswa selama berkelompok. Jika toh ada, guru terkadang hanya berkomentar seperti,
“Bagus!”, “Lain kali, coba lebih baik lagi!”, dan sebagainya.
Berikut ini merupakan tabel perbedaan pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran tradisional (diadaptasi dari Johnson & Johnson,
1986).
Tabel 2.2 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional (dalam Miftahul Huda, 2012:83)
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional Interdependensi positif (ketergantungan
positif) dengan prosedur – prosedur yang terstruktur jelas (positive interdependence with structured)
Tidak ada interdependensi positif (no positive interdependence).
Akuntabilitas individu atas pembagian kerja kelompok (a clear accountability
for their individual’s share of the group
work).
Tidak ada akuntabilitas atas pembagian kerja kelompok (no accountability for
individual share of the group’s work).
Relatif menekankan kelompok yang terdiri dari siswa – siswa dengan level
kemampuan yang berbeda
(heterogeneous ability grouping).
Cenderung menekankan kelompok yang terdiri dari siswa – siswa dengan level kemampuan yang setara (homogeneous ability grouping).
Saling berbagi peran kepemimpinan (sharing of leadership roles).
Jarang menunjuk pemimpin kelompok (few being appointed or put in charge of the group).
Masing – masing anggota saling menshare tugas pembelajaran dengan anggota yang lain (sharing of the appointed learning task).
Masing – masing anggota jarang yang membantu anggota yang lain untuk belajar (each seldom responsible for
others’ learning ).
Bertujuan memaksimalkan
pembelajaran setiap anggota kelompok
(aiming to develop each member’s
learning to the maximum).
Fokus hanya untuk menyelesaikan tugas (focusing only on accomplishing the assigments).
Menjaga relasi kerja sama yang baik (maintaining of good working relationship).
Acap kali mengabaikan relasi kerja sama yang baik (frequent neglect of good working relationship).
Mengajarkan ketrampilan bekerjasama yang efektif (teaching of collaboratr skills).
Menganggap semua siswa bisa bekerja sama dengan baik (assuming that students already have the required skills).
Observasi guru pada kualitas teamwork siswa (teachers of collaborate skills).
Jarang ada observasi dari guru (little teacher observation).
(35)
Merancang prosedur – prosedur yang jelas dan mengalokasikan waktu yang memadai untuk pemrosesan kelompok (structuring of the procedures and time for the processing).
Jarang merancang prosedur dan
mengalokasikan waktu untuk
pemrosesan kelompok (rare structuring of procedures and time for the processing)
4. Metode – Metode Pembelajaran Kooperatif
Slavin (dalam Miftahul Huda, 2012:114-118) membagi
metode – metode pembelajaran kooperatif dalam 3 kategori yaitu:
a. Metode Student Team Learning
Dalam metode ini terdapat tiga konsep yang mendasari
yaitu : penghargaan kelompok (team reward), tanggung jawab
individu (individual accountability), dan kesempatan yang sama untuk sukses (equal opportunities for success).
Metode – metode Student Team Learning ini meliputi:
1) Student Team – Achievement Divisions (STAD)
Metode yang dikembangkan oleh Slavin ini
melibatkan “kompetisi” antar kelompok. Siswa dikelompokkan
secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis.
Pertama – tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman – teman satu kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis – kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok
mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai
maksimal dalam dalam kuis jika kelompok mereka ingin
(36)
2) Team-Games-Tournaments (TGT)
Dikembangkan oleh Slavin dan rekan – rekannya, penerapan TGT mirip dengan STAD dalam hal komposisi
kelompok, format instruksional, dan lembar kerjanya. Dalam
metode ini, teknis pelaksanaannya mirip dengan STAD. Setiap
siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3
orang yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen), yang
setiap minggunya harus diubah. Sama seperti STAD, dalam
TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi
terlebih dahulu bersama dengan anggota – anggota yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game ini akan menentukan skor kelompok mereka masing – masing.
3) Jigsaw II (JIG II)
Dalam metode ini setiap kelompok disajikan
informasi yang sama. Kemudian, masing – masing kelompok menunjuk satu orang anggota yang dianggap ahli untuk
bergabung dengan kelompok lagi, yang sering dikenal dengan
“kelompok ahli”. Dalam “kelompok ahli” ini, setiap anggota
saling berdiskusi untuk memahami materi lebih detail tentang
informasi tersebut. Setelah itu, mereka kembali ke kelompoknya
(37)
dari informasi tersebut kepada teman – teman satu kelompoknya. Setelah itu, setiap anggota diuji secara individual
melalui kuis. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil kuis
ini akan menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok
mereka.
b. Metode Supported Cooperative Learning
Metode pendukung lain (Supported Cooperative Learning)
digagas oleh beberapa peneliti, termasuk oleh penggagas metode
Jigsaw pertama kali Aronson (1975), modifikasi Jigsaw III oleh Kagan (1990), dan dua “spesialis” yang sudah banyak mempublikasikan buku seputar pembelajaran kooperatif, David
Johnson dan Robert Johnson (dalam Miftahul Huda, 2011:119-128).
Metode ini meliputi :
1) Learning Together (LT) – Circle of Learning (CL)
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil. Masing – masing kelompok diminta untuk menghasilkan satu produk kelompok (single group product). Guru bertugas mengawasi kelompok – kelompok ini berdasar lima elemen kooperatif : interpedensi positif, akuntabilitas individu, interaksi
langsung, ketrampilan – ketrampilan sosial, dan pemrosesan kelompok. Dalam LT/CL, penghargaan (reward) biasanya
(38)
diberikan atas dasar performa masing – masing anggota dan kelompok mereka.
2) Jigsaw (JIG)
Dalam metode Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan
dalam “kelompok ahli”. Setelah masing – masing anggota menjelaskan bagiannya masing – masing kepada teman – teman satu kelompoknya, mereka mulai bersip untuk diuji secara
individu (biasanya dengan kuis). Guru memberikan kuis kepada
setiap anggota kelompok untuk dikerjakan sendiri – sendiri, tanpa bantuan siapapun. Skor yang diperoleh setiap anggota dari
hasil kuis individu ini akan menentukan skor yang diperoleh
kelompok mereka. Akan tetapi dalam metode ini tidak ada
reward khusus yang diberikan atas individu maupun kelompok yang mampu menunjukkan kemampuannya untuk bekerja sama
dan mengerjakan kuis.
3) Jigsaw III (JIG III)
Metode Jigsaw III khusus diterapkan di kelas
bilingual. Tidak ada perbedaan yang menonjol antara JIG I, JIG
II, dan JIG III dalam tata laksana dan prosedurnya masing – masing. Di sini kelas bilingual dipahami sebagai kelas yang di
dalamnya terdapat para pembelajar bahasa inggris dari berbagai
(39)
diterapkan di kelas bilingual, maka JIG III pada umumnya
menggunakan bahasa inggris untuk materi, bahan, lembar kerja
dan kuisnya.
4) Cooperative Learning Structures (CLS)
Metode Cooperative Learning Structures (CLS) lebih dikenal sebagai Metode Struktural Pembelajaran
Kooperatif, CSL dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990)
yang di dalamnya berisi struktur – struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
5) Group Investigation (GI)
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil. Masing – masing kelompok diberi tugas atau proyek yang berbeda. Dalam kelompoknya, setiap anggota berdiskusi dan
menentukan informasi apa yang akan dikumpulkan, bagaimana
mengolahnya, bagaimana menelitinya, dan bagaimana
menyajikan hasil penelitian di depan kelas.
6) Complex Instruction (CI)
Dalam metode ini siswa ditempatkan dalam
kelompok – kelompok kooperatif dengan komposisi yang beragam (baik kemampuan, etnik, maupun bahasa). Guru
(40)
proyek yang akan mereka kerjakan. Setiap anggota kelompok
harus dilibatkan dan dimaksimalkan.
7) Team Accelerated Instruction (TAI)
Dalam metode TAI siswa dikelompokkan
berdasarkan kemampuannya yang beragam. Masing – masing kelompok terdiri dari 4 siswa dan ditugaskan untuk
menyelesaikan materi pembelajaran atau PR tertentu. Setiap
kelompok diberi serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakan
bersama – sama. Poin – poin dalam tugas dibagikan secara berurutan kepada setiap anggota (misalnya, untuk materi
matematika yang terdiri 8 soal, berarti empat anggota dalam
setiap kelompok harus saling bergantian menjawab soal – soal tesebut). Semua anggota harus saling mengecek jawaban teman
– teman satu kelompoknya dan saling memberi bantuan jika dibutuhkan. Setelah itu masing – masing anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota lain. Skor tidak hanya
dinilai oleh sejauh mana siswa mampu menjalani tes itu, tetapi
juga sejauh mana mereka mampu bekerja secara mandiri (tidak
menyontek). Setiap minggu guru menjumlahkan ada berapa
banyak soal yang bisa dijawab oleh masing – masing kelompok. Penghargaan (reward) diberikan kepada kelompok yang mampu menjawab soal – soal dengan benar lebih banyak dan mampu menyelesaikan PR dengan baik. Guru memberikan poin
(41)
tambahan (extra point) kepada individu siswa yang mampu memperoleh nilai rata – rata pada ujian final.
8) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Metode ini dikembangkan oleh Stavens, dkk. (1987)
dan dirancang untuk mengakomodasi level kemampuan siswa
yang beragam, baik melalui pengelompokan heterogen
(heterogeneous grouping) maupun pengelompokan homogen
(homogeneous grouping. Dalam CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil, baik homogen maupun heterogen. Pertama – tama, mereka mengikuti serangkaian instruksi guru tentang ketrampilan membaca dan menulis,
kemudian praktik, lalu pra-penilaian, dan kuis. Setiap kelompok
tidak bisa mengikuti kuis hingga anggota – anggota di dalamnya menyatakan bahwa mereka benar – benar siap. Penghargaan
(reward) diberikan kepada kelompok yang anggota – anggotanya mampu menunjukkan performa yang meningkat
dalam aktifitas membaca dan menulis.
9) Structured Dyadic Methods (SDM)
Dalam metode ini, satu siswa bertindak sebagai
“guru” dan siswa lain berperan sebagai “siswa”. Biasanya,
mereka diminta untuk mempelajari prosedur – prosedur tertentu atau meringkas informasi – informasi penting dari sebuah buku.
(42)
c. Metode – Metode Informal
Tidak sedikit guru menerapkan aktivitas – aktivitas kooperatif dalam metode pengajaran tradisionalnya. Aktivitas – aktivitas ini biasanya tidak selalu berkaitan dengan metode – metode pembelajaran kooperatif seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Ada banyak aktivitas pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
dari metode – metode tersebut dan lebih dikenal dengan metode – metode informal (informal methods) (Slavin, 1995). Berikut ini adalah beberapa metode informal pembelajaran kooperatif yang
paling banyak digunakan.
1) Spontaneous Group Discussion (SGD)
Jika siswa diminta untuk duduk berpasangan atau
berkelompok, kita akan lebih mudah menginstruksikan mereka
untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu, seperti mencari makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, atau
memecahkan masalah. Dikenal dengan istilah Spontaneous Group Discussion karena diskusi kelompok ini tidak direncanakan sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan.
Teknik pelaksanaannya pun sederhana, yaitu meminta siswa
untuk berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. Setelah itu,
guru memanggil kelompok itu satu per satu untuk
(43)
bisa dilaksanakan beberapa menit atau sepanjang jam pelajaran.
Akan tetapi meskipun spontan, diskusi kelompok ini tetap
mengharuskan guru untuk memerhatikan lima elemen
pembelajaran kooperatif: interpedensi positif, akuntabilitas
individu, interaksi promotif, ketrampilan sosial, dan pemrosesan
kelompok.
2) Numbered Heads Together (NHT)
Dalam metode ini, pertama – tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok. Masing – masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor
(baca;anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru
tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi
selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil.
Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa
benar – benar terlibat dalam diskusi tersebut.
3) Team Product (TP)
Metode ini dinamakan Team Product karena setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu.
Misalnya guru meminta siswa berkelompok untuk menulis
sebuah esai, menggambar mural, mengerjakan tugas, membuat
presentasi di depan kelas, mendaftar solusi – solusi alternatif tentang masalah – masalah tertentu, atau menganalisis puisi. Semua hal yang dilakukan oleh setiap kelompok haruslah
(44)
berbentuk produk, baik itu abstrak maupun konkret. Untuk
memastikan adanya tanggungjawab individu, guru dapat
memberikan peran atau tugas yang berbeda – beda pada masing
– masing anggota dalam setiap kelompok untuk menciptakan satu produk kelompok.
4) Cooperative Review (CR)
Metode ini biasanya dilaksanakan beberapa hari
menjelang ujian. Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok kecil untuk saling mengajukan pertanyaan – pertanyaan reviu (review options), yakni pertanyaan – pertanyaan yang mencerminkan poin – poin utama dari materi pelajaran. Setelah itu, mereka diminta untuk menuliskan
pertanyaan – pertanyaan itu, lalu mengajukannya kembali pada kelompok yang lain. Baik kelompok yang mengajukan
pertanyaan maupun kelompok yang mampu menjawab
pertanyaan tersebut dengan benar akan mendapat poin khusus.
Begitu pula, kelompok lain yang mampu menjawab pertanyaan
tersebut dengan tambahan informasi baru jugga akan
memperoleh poin istimewa.
5) Think-Pair-Share (TPS)
Metode yang sederhana, namun sangat bermanfaat
ini dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari
(45)
duduk berpasangan. Kemudian guru mengajukan satu
pertanyaan/masalah kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk
berpikir sendiri – sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya
dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu
konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka
berdua. Setelah itu guru meminta setiap pasagan untuk
menshare, menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa – siswa yang lain di ruang kelas.
6) Discussion Group (DG) – Group Project (GP)
Dalam metode DG dan GP, kelompok diskusi dan
proyek kelompok dirancang untuk mengerjakan tugas
pembelajaran atau proyek – proyek tertentu. Misalnya saja mereka ditugaskan untuk membuat sebuah laporan. Untuk tugas
seperti ini, guru harus memastikan bahwa setiap anggota
kelompok mendapatkan tugas mengerjakan masing – masing bagian dari laporan tersebut. Jika tugas tersebut ternyata tidak
bisa dibagi – bagi, setidaknya mereka mendapatkan peran yang berbeda – beda (misalnya ada yang berperan sebagai penulis, presentator, dan pencari bahan). Tidak boleh ada satu atau
(46)
tugas/proyek tersebut sepenuhnya, sementara anggota – anggota yang lain hanya hitchhiking (ikut – ikutan).
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (dalam Robert Slavin 2005:143)
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan – kawan dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui
penyajian verbal maupun tertulis.
STAD (Student Team-Achievement Divisons) terdiri atas lima komponen utama yaitu:
1. Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama – tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti
yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh
guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya
presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi
tersebut haruslah benar – benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar – benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis – kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
(47)
2. Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar – benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul
untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Tim adalah
fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang
ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk
tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya.
3. Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru
memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua priode praktik tim,
para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak
diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.
Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya.
4. Skor kemajuan individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dicapai
(48)
baik dari sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin
yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada
siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka
terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata –
rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang
sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan
skor awal mereka.
5. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata – rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk
menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Langkah – Langkah dalam Metode STAD (dalam Sugiyanto 2010:44) 1. Para siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim,
masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
2. Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
(49)
3. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan
ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi
tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu
meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
F. Faktorisasi Suku Aljabar
(disarikan dari Marsigit 2009:8 dan Dewi Nuharini 2008:4) 1. Pengertian Bentuk Aljabar
Bentuk aljabar adalah suatu bentuk yang melibatkan variabel,
koefisien, dan konstanta yang disertai maupun tidak disertai sejumlah
berhingga operasi hitung.
Contoh: 5x, 8x2,x2 x1, dst
2. Pengertian Suku, Variabel, Koefisien dan Konstanta Bentuk Aljabar
1) Suku
Suku adalah variabel beserta koefisiennya atau konstanta pada
bentuk aljabar yang dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
a) Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh
(50)
Contoh: 3x, 4a2, -2ab, ...
b) Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu
operasi atau jumlah atau selisih.
Contoh: a2+2, x+2y, 3x2-5x, ...
c) Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua
operasi jumlah atau selisih.
Contoh: 3x2+4x-5, 2x+2y-xy, ...
2) Variabel
Variabel adalah lambang pengganti suatu bilangan yang belum
diketahui nilainya dengan jelas. Variabel disebut juga peubah.
Variabel biasanya dilambangkan dengan huruf kecil a,b,c,...,z
Contoh: variabel bentuk aljabar 5x34x adalah x
3) Koefisien
Koefisien pada bentuk aljabar adalah faktor konstanta dari suatu
suku pada bentuk aljabar.
Contoh: koefisien x dari 2x2+6x-3 adalah 6.
4) Konstanta
Konstanta adalah bilangan yang tidak memuat variabel.
Contoh: konstanta bentuk aljabar 5x3 2y8 adalah 8.
3. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan pada Bentuk Aljabar
Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk – bentuk aljabar dapat dilakukan pada suku – suku sejenis. Definisi dari suku
(51)
sejenis adalah suku – suku dengan variabel dan pangkat variabel yang sama.
Cara untuk melakukan penjumlahan dan pengurangan
bentuk aljabar adalah sebagai berikut.
1) Mengelompokkan suku – suku sejenisnya terlebih dahulu.
2) Menjumlahkan atau mengurangkan suku – suku sejenis tersebut sehingga diperoleh hasil penjumlahan atau pengurangan.
Contoh:
1) Menjumlahkan 3x5dan 12x
Penyelesaian:
3x dan 12x merupakan suku – suku sejenis. Dengan demikian,
3x5
12x 3x12x
515x5
2) Mengurangkan 7xx2 3 dan y2 6x1
Penyelesaian:
x
7 dan 6x serta 3 dan -1 merupakan suku – suku sejenis. Dengan demikian,
(7 3) ( 6 1)
7 6
3 12 2 2
2
x y x y x x x
x
y2x2x4
4. Operasi Perkalian pada Bentuk Aljabar
Mengingat kembali sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan :
m n
am an a (52)
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan tadi dapat pula
diperluas menjadi:
ab
ac ab
a ab
ca2abacbc a2
bc abcContoh soal:
1) 2
x3 Penyelesaian:
3 2 2(3) 2 x x2x6
2)
a8 a3 Penyelesaian:
a8 a3
a2
83
a24a25a24
3) 3
x5 5 x3 3x155x15
35x1515 8x5. Perpangkatan pada Bentuk Aljabar
Perpangkatan adalah bentuk perkalian berulang suatu bilangan.
n
p dapat dijabarkan seperti berikut.
suku n
p p
p p
.
...
(53)
Misalnya: 22 224
52 2 5252 555554 Contoh soal:1)
xy
2Penyelesaian:
x y
xy
x y
2
2
2y xy yx
x
2 2
2xy y x
2)
xyz
2Penyelesaian:
2 2
z y x z
y
x
xy
2 2 x y
z z2
x2 2xyy2
2xz2yzz2 x2 y2z22xy2xz2yz6. Pembagian pada Bentuk Aljabar
1) Pembagian dengan Suku Tunggal
Pembagian dengan suku tunggal adalah pembagian bentuk aljabar
dengan bentuk aljabar suku satu.
(54)
Pembagian dengan suku banyak adalah pembagian bentuk aljabar
dengan bentuk aljabar suku dua atau lebih misalnya
n2 5n24
:
n3Contoh soal:
a)
xy4 3x2yxy3
:xPenyelesaian:
xy4 3x2yxy3
:yx xy y x
xy4 3 2 3
x xy x y x x
xy4 3 2 3
3 4
3xy y y
b)
xy4 3x2yxy3
:xyPenyelesaian:
xy4 3x2yxy3
:xyxy xy y x
xy4 3 2 3
xy xy xy y x xy
xy4 3 2 3
2 3
3x y y
7. Faktor – Faktor Suku Aljabar
Memfaktorkan bentuk aljabar adalah mengubah suatu
bentuk penjumlahan maupun pengurangan suku-suku aljabar menjadi
bentuk perkalian faktor-faktornya yang ekuivalen.
(55)
1) Mencari faktor persekutuan setiap suku
2) Membagi bentuk aljabar tersebut dengan faktor persekutuan
setiap suku
Contoh soal:
a) 6b8
Penyelesaian:
Faktor persekutuan dari 6b dan 8. Kamu telah mengetahui bahwa
FPB dari 6 dan 8 adalah 2, kemudian membagi setiap suku dengan
FPB tersebut.
b b
3 2 6
4 2 8
Jadi, 6b82
3b4
b) 28x12yPenyelesaian:
Faktor persekutuan dari 28x dan 12y. FPB dari 28x dan 12y adalah
4, kemudian membagi setiap suku dengan FPB tersebut.
x x
7 4 28
y x
3 4 12
Dengan demikian, 28x12y4
7x3y
(56)
Penyelesaian:
Faktor persekutuan dari x dan 2 2x. FPB dari x dan 2 2x adalah x, kemudian membagi setiap suku dengan FPB tersebut. Diperoleh
x x x
2
dan 2 2 x
x
Jadi, x2 2xx
x2
8. Faktorisasi Bentuk 2 2
2xy y x
Faktorisasi dari bentuk x2 2xyy2 adalah sebagai berikut.
2 2 2 2 22 x y y x
y
x
x22xy y2
Sedangkan faktorisasi dari x2 2xy y2 adalah sebagai berikut.
2 2 2 2 22 x y y x
y
x
x2 2xy y2
Pemfaktoran bentuk 2 2
2xy y
x memperlihatkan bahwa suku kedua merupakan dua kali akar kuadrat suku pertama dan akar kuadrat suku
ketiga.
Contoh soal:
1) x2 6x9
Penyelesaian: 2 2 2 2 3 9 2 9
6
x x x
x
(57)
2) x214x49
Penyelesaian:
2 2 2
2
7 49
2 49
14
x x x
x
27
x
3) 9a230a25
Penyelesaian:
2 2 22
5 25 9 2 3 25 30
9a a a a
3a5
29. Faktorisasi Bentuk Selisih Dua Kuadrat
Bentuk x2 y2 dinamakan bentuk selisih dua kuadrat. Faktorisasi dari x2 y2 adalah x2 y2
xy
xy
. Hal ini dapat dibuktikan dengan uraian berikut.
xy
xy
x y
x xy
y x2 xyxyy2
x2y2
Jadi, bentuk aljabar
xy
xy
merupakan faktor dari 2 2y x . Contoh soal:
1) 4x24y2
(58)
2 2
2 2
4 4
4x y x y
4
xy
xy
2) 49m264Penyelesaian:
2 2 28 7
64
49m m
7m8
7m8
3) 36m225
m4
2Penyelesaian:
2 2
2 24 5 6
4 25
36m m m m
6m5
m4
6m5
m4
6m5m20
6m5m20
11m20
m20
10. Faktorisasi Bentuk ax2bxc
1) Faktorisasi bentuk ax2bxc dengan a 1
Faktorisasi bentuk x2 bxcadalah
x p
xq
denganq p
b dan c pq.
2) Faktorisasi bentuk ax2bxc dengan a 1
Langkah – langkah melakukan faktorisasi bentuk ax2bxc
dengan a 1 adalah sebagai berikut. a) Mengubah bentuk ax2bxcmenjadi
(59)
p q
x c ax px qx cax2 2 dengan pqbdan c
a q
p .
b) Bentuk aljabar ax2 pxqxc dapat kamu sebagai jumlah
dua bentuk aljabar, yaitu ax2 px dan qxc
c) FPB suku-suku ax2dan px . Kemudian, mengubah ax2 px
dalam bentuk hasil kali faktor-faktornya suku-suku
d) Menentukan FPB suku-suku qx dan c. Kemudian, mengubah
c
qx dalam bentuk hasil kali faktor-faktornya. e) Setelah melakukan langkah (3) dan (4) diperoleh
2 2
1 2 2
1 2 b x a b b x a x a c bc
ax
a1xb1
a2xb2
Dengan a a2 a
1 dan
a1b2
a2 b1
bBentuk dapat kamu pandang sebagai jumlah dua bentuk
aljabar, yaitu dan
Contoh soal:
1) x2 7x12
Penyelesaian:
Nilai bpada x2 7x12 adalah 7. Adapun nilai c pada
12 7
2
x
x adalad 12. Dengan demikian, kamu harus mencari suatu nilai p dan q dengan ketentuan p+ q = 7 dan
q
p = 12. Kamu peroleh nilai p dan q yang dimaksud berturut-turut adalah 3 dan 4.
(60)
Dapat ditulis, x27x12
x3 x4
2) x2 4
Penyelesaian:
Nilai b pada x2 4 adalah 0. Adapun nilai c pada x2 4
adalah -4. Dengan demikian, kamu harus mencari nilai p
dan q dengan ketentuan pq0 dan pq4. Diperoleh nilai p dan q adalah 2 dan -2. Dapat ditulis
2
2
4
2
x x x
G. Kerangka Berfikir
Model pembelajaran kooperatif melibatkan siswa bekerja
dalam kelompok – kelompok kecil yang terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi untuk memecahkan atau
menyelesaikan suatu masalah bersama. Dalam model pembelajaran
kooperatif sangat ditekankan kerja sama dan kebersamaan dalam
kelompok.
Dengan pembelajaran kooperatif STAD, siswa dapat
berpartisipasi lebih aktif serta memanfaatkan kemampuan dan ketrampilan
matematika secara menyeluruh dalam kelompoknya. Seiring dengan
proses pembelajaran yang berlangsung, akan memotivasi siswa untuk
belajar lebih giat sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil
(61)
44 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kuantitatif, di mana peneliti mencoba menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keterlibatan siswa dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten kelas
VIII B pada topik pembelajaran Faktorisasi Suku Aljabar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - September 2013
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten dengan alamat Jalan
Dr. Wahidin Sudirohusodo No 28 Klaten.
C. Subyek dan Objek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pangudi
Luhur 1 Klaten yang berjumlah 37 siswa. Sedangkan objeknya adalah
pemanfaatan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Kelas ini termasuk kelas yang cukup aktif, di dalamnya terdiri dari 19 siswa
(62)
matematika di kelas ini merupakan guru wali kelas VIII B. Saat guru sedang
memberikan materi siswa selalu memperhatikan guru tanpa ada yang menulis
atau mencatat terlebih dahulu. Guru memperkenankan siswa untuk mencatat
materi setelah beliau selesai menjelaskan. Hal ini dibiasakan oleh guru agar
siswa dapat berkonsentrasi penuh saat beliau memberi materi.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti.
Adapun kedua variabel itu adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab timbulnya variabel dependen (variabel terikat).
Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada topik pembelajaran Faktorisasi
Suku Aljabar.
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel independen
(variabel bebas). Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini
adalah hasil belajar dan keterlibatan siswa.
E. Bentuk Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data keterlibatan
(63)
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Data keterlibatan siswa, dikumpulkan melalui observasi dimana observer
mengamati hal – hal yang berkaitan dengan keterlibatan dalam pembelajaran.
2. Data hasil belajar siswa diambil melalui tes hasil belajar yang diperoleh
siswa selama mengikuti pembelajaran.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan antara lain:
1. Lembar Observasi / pengamatan
Berikut ini adalah tabel pengamatan keterlibatan siswa yang digunakan
dan diisi oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Instrumen ini berisi mengenai keterlibatan siswa dalam hal bertanya,
memberi alternatif penyelesaian, memberi tanggapan, menarik
kesimpulan.
Tabel 3.1 Kisi - Kisi Observasi Keterlibatan Siswa
No Aspek
Keterlibatan Hal yang Diamati
Siswa Jmlh
Siswa
Frek 1 2 3 4 5
1 Bertanya
Mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai materi ataupun pekerjaan kelompok
Mengajukan pertanyaan
kepada teman satu
kelompok mengenai
materi ataupun pekerjaan kelompok
(64)
2
Memberi alternatif penyelesaian
Membantu teman satu
kelompok dalam
mengerjakan soal latihan Membantu teman satu
kelompok dalam
memahami materi
3 Memberi
tanggapan
Mengajukan pendapat/ide dalam dalam memahami
materi maupun
mengerjakan soal
Menanggapi hasil
pekerjaan kelompok lain Menanggapi pertanyaan
yang diajukan oleh teman maupun guru
4 Menarik
Kesimpulan
Mencermati ide gagasan
yang diterima dan
diproses baik dari guru maupun dari teman. Membuat
kesimpulan/rangkuman hasil diskusi kelompok
dalam bentuk lisan
maupun tertulis.
Jumlah skor Frek %
2. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar berupa soal yang disusun sesuai dengan materi
yang telah diberikan selama pembelajaran.
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Soal Tes Hasil Belajar
SK KD Indikator
Aspek Penilaian Pemahaman
Prinsip
Aplikasi/
Penerapan Analisis
Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus Menentukan faktor-faktor suku aljabar
Siswa dapat menghitung pemfaktoran suku bentuk aljabar dengan hukum distributif Siswa dapat
menghitung pemfaktoran 3 (1a,1b,1c) 2 (2a,2b)
(65)
bentuk 2 2 2xy y x dan
2 2
2xy y x Siswa dapat
menghitung pemfaktoran bentuk selisih dua kuadrat Siswa dapat menghitung pemfaktoran bentuk
c bx ax2
3 (3a,3b,3c)
2 (4a,4b)
Keterangan:
3(1a,1b,1c) : terdapat 3 soal dengan nomor 1a,1b,1c 2(2a,2b) : terdapat 2 soal dengan nomor 2a, 2b 3(3a,3b,3c) : terdapat 3 soal dengan nomor 3a, 3b, 3c 2(4a,4b) : terdapat 2 soal dengan nomor 4a, 4b
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Hasil Observasi Keterlibatan Siswa (Kartika Budi, 2001:53)
Tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran ini dianalisis dari
hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap data
akan diungkapkan jumlah maupun frekuensi menurut jenis
keterlibatannya pada setiap pertemuan.
Untuk analisis tersebut dipergunakan data sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Pertemuan dan Frekuensi Keterlibatannya
No Aspek
Keterlibatan Hal yang Diamati
Siswa Jmlh
Siswa Frek 1 2 3 4 5
1
Bertanya
Mengajukan pertanyaan
kepada teman satu
kelompok mengenai
materi ataupun pekerjaan kelompok
2
Memberi alternatif penyelesaian
Membantu teman satu
kelompok dalam
mengerjakan soal latihan Membantu teman satu
(66)
kelompok dalam memahami materi
3 Memberi
tanggapan
Mengajukan pendapat/ide dalam dalam memahami
materi maupun
mengerjakan soal
Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh teman maupun guru
4 Menarik
Kesimpulan
Mencermati ide gagasan
yang diterima dan
diproses baik dari guru maupun dari teman. Membuat
kesimpulan/rangkuman hasil diskusi kelompok
dalam bentuk lisan
maupun tertulis. Jumlah skor
Frek %
Tabel 3.4 Distribusi Keterlibatan Setiap Siswa pada Pertemuan
Kode Siswa
Yang Terlibat
Hal yang Diamati Keterlibatan
A B C D Jumlah Frek
Jumlah
Keterlibatan siswa dapat digolongkan menjadi 5 kriterium yaitu
keterlibatan siswa yang sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat
rendah.
Tabel 3.5 Kriteria Efektivitas Keterlibatan Siswa (Kartika Budi, 2001:53)
% Keterlibatan Efektivitas
≤ 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
Sangat rendah Rendah
Cukup Tinggi Sangat tinggi
Setelah diperoleh data keterlibatan siswa masing – masing, maka dapat dihitung presentase keterlibatan siswa secara menyeluruh, yaitu
(67)
% 100
s t
J J k
Keterangan:
k = presentase keterlibatan siswa secara keseluruhan
t
J = jumlah siswa yang terlibat sesuai kriteria
s
J = jumlah siswa keseluruhan
2. Analisis Hasil Belajar Siswa
Data yang diambil dari penelitian ini diperoleh dari hasil belajar
siswa yang berupa skor. Adapun analisis datanya adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Skor Kemajuan Individual
Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka
berdasarkan skor kuis mereka. Berdasarkan temuan perubahan skor
yang terjadi di kelas, maka kriteria skor kemajuan individual dalam
Slavin, 2005:159 dimodifikasi sebagai berikut.
Tabel 3.6 Kriteria Skor Kemajuan Individual
Skor Kuis Poin Kemajuan
14
x 5
18 14
x 10
49
18x 20
49
x 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 Keterangan: x adalah selisih skor akhir dan skor awal
b. Kriteria Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan kelompok didasarkan pada
perolehan skor kemajuan individu yang dihitung berdasarkan selisih
(68)
Tabel 3.7 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata – rata Tim Predikat
15
5 x Tim Baik 25
15 x Tim Hebat 30
25x Tim Super
(Sumber: Ratumanan 2002, dalam Paul Eggen dan Don Kauchak 2012)
Hasil belajar yang digunakan adalah berupa skor yang berasal dari
nilai tes akhir. Untuk melihat ketuntasan siswa, maka nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum)
dari sekolah yaitu 76%. Siswa akan dikatakan tuntas jika nilainya lebih
(69)
52 BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian campuran kuantitatif-
kualitatif di mana peneliti meneliti keterlibatan pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data-data
mengenai hasil observasi keterlibatan siswa dan hasil belajar matematika
menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD.
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal
yang diperlukan diantaranya adalah:
a. Membuat instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan
instrumen untuk pengumpulan data.
b. Meminta ijin penelitian di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten
c. Bertemu dengan guru bidang studi matematika kelas VIII
d. Mempersiapkan observer yang akan membantu peneliti dalam
pengambilan data
e. Melakukan uji tes hasil belajar terlebih dahulu sebelum tes tersebut
(1)
Wawancara Siswa 5
Peneliti : “Halo Dik?” Siswa E : “Ya, halo.”
Peneliti : “Apakah Anda merasa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika dengan metode STAD?”
Siswa E : “Ya, saya merasa lebih bersemangat.” Peneliti : “Bisa diberikan alasannya?”
Siswa E : “Ya karena kan berkelompok dengan teman-teman sebaya, jadi lebih
enak gitu belajarnya.”
Peneliti : “Ya. Kemudian apakah dengan metode tersebut lebih mudah
menyerap materi dalam pembelajaran matematika di kelas? ”
Siswa E : “Ya, karena kalau berkelompok itu bisa lebih tau pendapat dari teman
-temannya begitu, jadi kita itu dapat menyerap lebih mudah.”
Peneliti : “Oh begitu. Lalu apakah Anda dapat bekerjasama dengan baik dengan teman-teman satu kelompok?”
Siswa E : “Ya, bisa bekerjasama.”
Peneliti : “Kemudian apakah masing-masing anggota terlibat dalam
mengerjakan tugas kelompok?”
Siswa E : “Ya itu tergantung kalau dia mau bekerjasama dengan baik ya paling
dia mau, tapi kalau nggak mau itu ya kayak males gitu lho.”
Peneliti : “Kalau untuk pengalaman kemarin gimana?”
Siswa E : “Ya seru sih, bersama teman-teman bisa presentasi di depan kelas gitu, bisa bercanda-canda dalam belajarnya itu, jadi nggak kayak
tegang banget gitu.”
Peneliti : “Oh ya. Untuk teman-teman satu kelompok, kemarin mau diajak
bekerjasama?”
Siswa E : “Oh kalau kelompok saya itu mau semua.” Peneliti : “Oh yaudah gitu saja Dik, makasih ya.” Siswa E : “Ya, sama-sama.”
(2)
(3)
(4)
LAMPIRAN C.1
Suasana saat Diskusi Kelompok
(5)
Siswa saat Menerima Penghargaan Kelompok
(6)