Pengaruh luas lahan, penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik, jam kerja dan pengalaman budidaya terhadap produksi teh di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulaonprogo

(1)

i

PENGARUH LUAS LAHAN, PENGGUNAAN PUPUK

ORGANIK, PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK, JAM

KERJA DAN PENGALAMAN BUDIDAYA TERHADAP

PRODUKSI TEH DI DESA PAGERHARJO KECAMATAN

SAMIGALUH KABUPATEN KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh : ERLINA NIM : 121324024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya tulis ini untuk

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu

mendengarkan doa ku dan yang telah menyelamatkan hidup

ku.

Bapak dan mama ku yang selalu memberikan cinta dan kasih

sayangnya serta doa yang selalu diberikan untuk ku.

Saudara ku abang, kakak dan adek ku yang selalu memberikan

semangat serta motivasi.

Kekasih ku tercinta yang tak henti-hentinya memberikan

cinta dan kasih sayangnya.

sahabat-sahabat ku yang telah banyak membantu,

trimakasih karena sudah menjadi sahabat terbaik ku.

Dan kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma.


(5)

v

MOTTO

Di dalam hidup semua ada waktunya, ada waktunya kita menabur,

ada juga waktunya kita menuai mungkin dalam hidup badai datang

menyerbu mungkin doamu bagai tak terjawab namun bersabarlah

menanti karena semua akan indah pada waktunya.

Hidup akan indah jika dijalani dengan iklas.

Kegagalan bukanlah akhir dari kesuksesan melainkan

kegagalan adalah awal dari keberhasilan seseorang.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

PENGARUH LUAS LAHAN, PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK, PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK, JAM KERJA DAN PENGALAMAN BUDIDAYA TERHADAP PRODUKSI TEH DI DESA PAGERHARJO KECAMATAN SAMIGALUH KABUPATEN KULON

PROGO

ERLINA

Universitas Sanata Dharma 2017

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh luas lahan, penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik, jam kerja, dan pengalaman budidaya terhadap produksi teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2016. Populasi penelitian ini sebanyak 50 petani teh dan sampel sebanyak 44 petani. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan mengunakan wawancara. Data terdiri dari hasil produksi teh, luas lahan, jumlah penggunaan pupuk organik, jumlah penggunaan pupuk anorganik, jam kerja dan periode pengalaman budidaya. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh positif luas lahan terhadap hasil produksi teh, (2) ada pengaruh positif jumlah penggunaan pupuk organik terhadap hasil produksi teh, (3) ada pengaruh positif jumlah penggunaan pupuk anorganik terhadap hasil produksi teh, (4) ada pengaruh positif jam kerja terhadap hasil produksi the dan, (5) tidak ada pengaruh periode pengalaman budidaya terhadap hasil produksi teh.

Kata kunci: luas lahan, pupuk organik, pupuk anorganik, jam kerja, pengalaman budidaya, hasil produksi.


(9)

ix ABSTRACT

THE EFFECT OF LAND VASTNESS, USE OF ORGANIC FERTILIZERS, USE OF INORGANIC FERTILIZERS, WORKING HOURS AND EXPERIENCE ON CULTIVATION IN PRODUCTING TEA IN PAGERHARJO SUBDISTRICT,

SAMIGALUH, KULON PROGO ERLINA

Sanata Dharma University 2017

This study aims to examine and analyze the effect of land vastness, use of organic fertilizers, use of inorganic fertilizers, working hours, and experience on cultivation in producing tea in Pagerharjo Subdistrict, Samigaluh, Kulon Progo.

This research is a correlational study. The study was conducted on August-September 2016. The research population was 50 tea farmers. The research sample covered 44 tea farmers taken by using random sampling technique. Data were collected by interviews. The data consists of tea production number, land vastness, the number of organic fertilizers, the number of inorganic fertilizers, working hours, and cultivation experience period. The data were analyzed by using multiple regression analysis.

The results showed that: (1) there is positive effect of land vastness to the number of tea production, (2) there is positive effect of quantity of organic fertilizer usage to the number of tea production, (3) there is positive effect of quantity of inorganic fertilizers usage to the number of tea production, (4 ) there is positive effect of working hours to the number of tea production, and (5) cultivation experience period has no significant effect on number of tea production.

Keywords: land vastness, organic fertilizers, inorganic fertilizers, working hours, cultivation experience period, tea production


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan rahmat-Nya praktikan dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Luas Lahan, Penggunaan Pupuk Organik, Penggunaan Pupuk Anorganik, Jam Kerja, dan Pengalaman Budidaya Terhadap Produksi Teh di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan, program studi Pendidikan Ekonomi bidang keahlian khusus Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa sekripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Ed., Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(11)

xi

4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan dan dorongan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc dan Pak Dr. C. Teguh Daloyono Dosen Penguji saat saya ujian pendadaran, yang telah memberikan masukan agar skripsi ini jadi lebih baik.

6. Mbak Titin yang memberikan informasi dan membantu dalam kelancaran penulisan skripsi.

7. Kedua orang tua saya, bapak P. Jaid dan ibu Noberta Kartina tercinta atas segala doa, dukungan, kasih sayang serta cintanya, motivasi, perhatian, kesempatan dan semanggat yang diberikan dengan tulus selama ini.

8. Kekasih hati saya Boni Fasius Mandalahi yang telah memberikan semangat, waktu, cinta dan kasih sayang yang diberikan dengan tulus selama ini.

9. Abang saya Pita Lianus, kaka saya Tiawati dan adek saya Melati yang selalu memberi saya semangat cinta dan doa untuk saya.

10.Pak Teguh selaku kepala dukuh di Nglinggo Barat dan sekaligus memegang Nglinggo timur yang telah mendampingi dan membantu penulis selama pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung.

11.Masyarakat dusun Nglinggo Barat yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.


(12)

xii

12.Masyarakat dususn Nglinggo Timur yang telah membantu penulis dalam pelaksananan penelitian.

13.Seluruh masyarakat yang berada di Desa Pagerharjo yang telah membantu penulis dalam pelaksananan penelitian

14.Sahabat-sahabat terdekat saya Cipluk Wido Rini, Fransisca Crsti. A dan Krisna yang telah memberikan semangat, motivasi, dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

15.Teman-teman seperjuangan saya anak brodol yaitu Anggi, Vidia, Cipluk, Cristy, Nina, Adit, Daniel, Agus, Gardika, dan Hendry yang telah memberiakan semangat dan motivasi kepada penulis.

16.Seluruh angkatan Pendidikan Ekonomi Angkatan 2012 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsiini masih sangat jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Penulis,


(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9


(14)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Hasil Produksi ... 12

1. Pengertian Hasil Produksi ... 12

2. faktor-faktor Produksi ... 13

3. fungsi produksi ... 17

B. Luas Lahan ... 18

C. Pupuk ... 21

1. Pupuk Organik ... 25

2. Pupuk Anorganik ... 27

D. Jam Kerja ... 29

E. Pengalaman Budidaya ... 30

F. Penelitian Terdahulu ... 33

G. Kerangka Berpikir ... 35

H. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Populasi dan Sampel ... 39

E. Variabel Penelitian dan Operasional ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Sumber Data ... 47

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 47

I. Uji Prasyarat ... 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Linieritas ... 49

J. Uji Asumsi Klasik ... 50

1. Uji Multikolinieritas ... 50

2. Uji Heteroskedastisitas ... 52


(15)

xv

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 55

A. Desa Pagerharjo ... 55

B. Sarana dan Prasarana Ekonomi ... 56

C. Kesenian dan Kebudayaan ... 58

D. Kesejahteraan Sosial ... 59

E. Kesehatan ... 60

F. Ketenagakerjaan ... 60

G. Pendidikan ... 61

H. Pertanian ... 62

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Karakteristik Responden... 68

B. Deskripsi Data ... 71

1. Luas Lahan ... 72

2. Pupuk Organik ... 73

3. Pupuk Anorganik ... 74

4. Jam Kerja ... 75

5. Pengalaman Budidaya ... 76

6. Hasil Produksi ... 77

C. Analisis Uji Prasyarat ... 78

D. Uji Asumsi Klasik ... 81

E. Pengujian Hipotesis ... 84

F. Pembahasan ... 87

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

C. Keterbatasan ... 104


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Teh di Indonesia ... 2

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Tabel Krejci... 41

Tabel 3.2 Hasil Produksi ... 42

Tabel 3.3 Luas Lahan ... 44

Tabel 3.4 Pupuk Organik ... 44

Tabel 3.5 Pupuk Anorganik ... 45

Tabel 3.6 Jam Kerja ... 46

Tabel 3.7 Pengalaman Budidaya ... 46

Tabel 3.8 Kisi-kisi Uji Coba Instrument Penelitian ... 48

Tabel 4.1 Jumlah Kesenian di Desa Pagerharjo ... 58

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Pendidikan ... 61

Tabel 5.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

Tabel 5.2 Responden Berdasarkan Usia... 69

Tabel 5.3 Jumlah Data Pendidikan... 70

Tabel 5.4 Deskriptif Statistik ... 71

Tabel 5.5 Deskriptif Data Luas Lahan ... 72

Tabel 5.6 Deskriptif Data Pupuk Organik... 73

Tabel 5.7 Deskriptif Data Pupuk Anorganik... 74

Tabel 5.8 Deskriptif Data Jam Kerja... 75

Tabel 5.9 Deskriptif Data Pengalaman Budidaya ... 76

Tabel 5.10 Deskriptif Data Hasil Produksi ... 77

Tabel 5.11 Hasil Uji Normalitas ... 78

Tabel 5.12 Hasil Uji Linieritas ... 79

Tabel 5.13 Hasil Uji Multikolinieritas ... 82

Tabel 5.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 83

Tabel 5.15 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda ... 84


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Pedoman Wawancara ... 107

LAMPIRAN 2

Rekapitulasi Data Responden ... 109

LAMPIRAN 3

Uji Normalitas ... 111

LAMPIRAN 4

Uji Linieritas ... 112

LAMPIRAN 5

Uji Asumsi Klasik ... 113

LAMPIRAN 6

Uji Regresi Linier Berganda ... 114

LAMPIRAN 7

Surat Ijin Penelitian ... 116 Surat Ijin Penelitian Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta ... 117 Surat Ijin Penelitian Pemerintah Kabupaten Kulon Progo ... 118


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian di sektor pertanian dan sektor perkebunan. Sektor ini merupakan dasar kehidupan ekonomi manusia. Perkebunan yang ada di negara-negara berkembang merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki potensial yang begitu besar, karena sektor perkebunan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pertumbuhan dan pembangunan perekonomian nasional. Peranan sektor perkebunan di dalam bidang perekonomian adalah menyediakan kesempatan kerja dan mampu berkontribusi dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) agar dapat meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sektor pertanian juga berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan baik lewat ekspor komoditas maupun produksi barang substitusi impor (balittri.litbang.pertanian.go.id).

Salah satu sektor perkebunan yang memiliki potensial yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi adalah perkebunan teh. Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar (Ditjenbun.deptan.go.id). Tingkat produksi teh di Indonesia pada tahun


(20)

2009 mencapai 120 ribu ton, yang dapat memenuhi sekitar 5,8% kebutuhan dunia dengan luas kebun 148 ribu hektar.

Teh adalah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Teh di Indonesia telah dimulai sejak abad ke-18 dan komoditas teh pernah tercatat sebagai penghasil devisa negara yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Indoesia saat ini merupakan produsen teh terbesar ketujuh di dunia dan Indonesia juga tercatat menjadi urutan ke-6 sebagai eksportir teh dunia setelah Kenya, India, Sri Langka dan Vietnam (balittri.litbang.pertanian.go.id).

Tabel 1.1

Data Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan teh di Indonesia Tahun 2011 - 2015

no Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015*

1 Luas Areal (Ha)

123.938 122.206 122.035 118.899 118.441 2 Produksi

(Ton)

150.776 145.575 145.460 154.369 154.389 3 Produktivi

ts (kg/ha)

1.477 1.467 1.465 1.683 1.689 Sumber dari : Direktorat Jendral Pertanian

Berdasarkan data dari direktorat jendral pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.1 dari segi areal perkebunan, Indonesia memiliki luas lahan perkebunan teh pada tahun 2011 sebesar 123.938 ha, tahun 2012 luas lahan sebesar 122.206 ha, tahun 2013 sebesar 122.035, tahun 2014 sebesar 118.899 ha dan di tahun 2015 jumlah luas lahan sebesar 118,441, dan rasio antara volume produksi teh dengan luas areal perkebunan yang ada menujukan produktivitas teh di Indonesia pada tahun2011–2013 terakhir mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2014–2015 jumlah produksi


(21)

dan produktivitas teh mengalami kenaikan sebesar 6.12% akan tetapi luas lahan yang dimiliki dalam lima tahun terakhir mengalami penurunan. produksi teh ini menurun di sebabkan karena perkebunan teh di Indonesia sebagian besar dimiliki oleh perkebunan rakyat dengan persentase luas lahan sebesar (46%) (balittri.litbang.pertanian.go.id). Hasil produksi teh di Indonesia mengalami penurunan karena kebanyakan petani kecil tidak dapat memanfaatkan lahan dengan baik sehingga hal tersebut dapat menyebabkan produksi teh menurun, petani juga kekurangan kemampuan berupa pengetahuan dalam mengembangkan tanaman teh dan petani juga kekurangan keahlian untuk mengoptimalkan produksi teh, Luas lahan perkebunan teh yang ada di Indonesia terbagi menjadi tiga bagian yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Nasional, dan Perkebunan Swasta. Dari ketiga perkebunan tersebut, Perkebunan Inti Rakyat sangat mendominasi dengan luas lahan 56.092 hektar (ditjenbun.pertanian.go.id). Perkebunan teh yang ada di Indonesia sebagian besar merupakan perkebunan rakyat. Salah satu perkebunan teh rakyat yang ada di Indonesia yaitu, berada di daerah Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Desa Pagerharjo yang merupakan salah satu desa di Indonesia yang berpotensi dalam meningkatkan hasil produksi teh Indonesia, dengan luas lahan perkebunan di tahun 2013 mencapai 136 hektar dan penduduknya kebanyakan berprofesi sebagai petani teh. Petani teh yang ada di Desa Pagerharjo dapat memproduksi teh sebesar 66 ton per tahun. Pada tahun 2014 produksi teh yang ada di Kecamatan Samigaluh


(22)

mengalami penurunan dengan luas lahan 130 hektar dan produksi teh sebesar 63 ton per tahun dan pada tahun 2015 produksi teh kembali mengalami penurunan dengan luas lahan yang masih tersisa sebesar 122 hektar, masyarakat mampu memproduksi teh sebanyak 64 ton per tahun (Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Teh 2013–2015). Mulai dari tahun 2013–2015 perkebunan teh di desa Pagerharjo sudah mengalami penurunan luas lahan sebesar 14 hektar dengan penurunan produksi di tahun 2013–2014 sebesar 3 ton dan ditahun 2014–2015 mengalami kenaikan sebesar 1 ton (Ditjenbun Pertanian 2013-2015).

Hal ini disebabkan oleh luas lahan yang ada di Desa Pagerharjo dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan, dan jumlah pupuk organik yang digunakan oleh petani sedikit sehingga produksi teh di Desa Pagerharjo tidak maksimal, sedangkan untuk pupuk anorganik masih ada petani memupuk tanaman teh tidak sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan, jam kerja yang digunakan petani teh masih sedikit sehingga hasil produksi yang diperoleh juga sedikit karena untuk memetik teh diperlukan waktu yang lama agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan pengalaman budidaya yang diperoleh petani itu kebanyakan dari petani itu belajar sendiri cara menanam dan mengembangkan serta merawat teh sehingga ada beberapa tanaman itu tidak menghasilkan. Apabila luas lahan teh yang ada di Desa Pagerharjo ini memiliki area perkebunan yang luas maka produksi teh yang dihasilkan akan meningkat, sebaliknya jika luas area panen perkebunan teh sempit maka akan


(23)

berpengaruh terhadap hasil produksi sehingga produksi teh yang dihasilkan akan menurun.

Selain luas lahan, penggunaan pupuk juga berpengaruh pada peningkatan hasil produksi teh. Pada saat ini petani teh menginginkan produksi teh meningkat, petani teh telah mengunakan pupuk agar dapat meningkatkan produksi yang lebih besar. Bagi tanaman, pupuk sama seperti makanan pada manusia. Pupuk digunakan untuk tumbuh, hidup dan berkembangnya tanaman teh. Pupuk mengandung zat atau unsur hara. Kandungan hara dalam tanaman berbeda-beda, tergantung pada jenis pupuk yang digunakan, jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah, dan pengelolaan tanaman (Rosmarkam & Yuwono, 2002). Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik (buatan), bila ditambahkan kedalam tanah maupun tanaman maka akan menambah unsur hara. Pemupukan adalah cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain seperti bahan-bahan kapur, bahan-bahan organik, pasir ataupun tanah liat kedalam tanah. Jadi pupuk berupa bahannya, sedangkan pemupukan adalah upaya pemberian unsur hara kedalam tanah dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pengunaan pupuk harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan luas lahan. Cara pemupukan yang baik adalah pemupukan harus dilakukan dengan dosis yang tepat, cara yang tepat, dan tepat waktu. Jika pemupukan tidak disesuaikan dengan luas lahan dan tingkat kesuburan tanah maka


(24)

produktivitas teh akan menurun dan hasil produksi teh tidak maksimal (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997 : 81).

Faktor lain yang mempengaruhi hasil produksi teh adalah jam kerja. Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan atau malam hari. Jam kerja petani merupakan salah satu kunci keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan perkebunan teh di suatu wilayah dengan hasil produksi yang maksimal sesuai dengan target yang akan dicapai. Jam kerja petani yang dimaksud di sini adalah waktu yang digunakan petani melakukan pemetikan daun pucuk teh. Jika petani melakukan pemetikan daun pucuk teh kurang dari 7 jam maka produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Petani juga perlu mengatur waktu dalam merawat tanaman, pemupukan dan perawatan lahan teh agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal.

Faktor selain jam kerja adalah pengalaman budidaya, pengalaman adalah pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh selama periode tertentu. Pengalaman merupakan kemampuan seseorang yang di pengaruhi oleh keterampilan seseorang dalam membudidayakan tanaman dan keterampilan yang didapat dari lamanya pengalaman yang diperoleh petani selama ia bekerja sebagai petani. Pengalaman budiaya menujukan penglaman yang diperoleh dalam menghadapi masalah yang terjadi selama petani bekerja, sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang efektif dan produktif. Pengalaman tidak hanya menghasilkan pekerjaan yang efektif dan produktif saja tetapi juga mampu menghasilkan produk


(25)

teh yang berkualitas dan dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih baik. Salah satu pengalaman yang diperlukan dalam membudidayakan tanaman teh adalah dengan menanam pohon pelindung diantara dua barisan tanaman teh. Fungsi pohon pelindung dapat mengatur intensitas penyinaran matahari, suhu, kelembaban udara, angin, menambah unsur hara dan bahan organik, menekan tumbuhan gulma dan memperbaiki struktur tanah yang berguna untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh.

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Luas Lahan, Penggunaan Pupuk Organik, Penggunaan Pupuk Anorganik, Jam Kerja, dan Pengalaman Budidaya Terhadap Produksi Teh Di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo”.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah yang penulis lakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo. Kontribusi ini tidak hanya mencakup pada luas lahan saja, tetapi dilihat juga dari pupuk yang digunakan oleh para petani, jam kerja yang digunakan petani dan pengalaman budidaya para petani. Penelitian ini hanya dilaksanakan di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.


(26)

C. Rumusan Masalah

1. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap peningkatan produksi teh di Desa Pagerharjo?

2. Apakah penggunaan pupuk organik berpengaruh terhadap peningkatan produksi teh di Desa Pagerharjo?

3. Apakah penggunaan pupuk anorganik berpengaruh terhadap peningkatan produksi teh di Desa Pagerharjo?

4. Apakah jam kerja berpengaruh terhadap peningkatan produksi teh di Desa Pagerharjo?

5. Apakah pengalaman budidaya berpengaruh terhadap peningkatan produksi teh di Desa Pagerharjo?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah luas lahan berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan pupuk organik berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan pupuk anorganik berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo.

4. Untuk mengetahui apakah jam kerja berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo.


(27)

5. Untuk mengetahui apakah pengalaman budidaya berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petani Teh

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para petani dan pengambil kebijakan untuk dapat mengetahui mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi teh dan dengan adanya penelitian ini peneliti berharap petani dapat lebih giat lagi mengembangkan tanaman teh agar produksi teh di Desa Pagerharjo dapat meningkat.

2. Bagi Penulis

Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Luas Lahan, Pupuk Organik, Pupuk Anorganik, Jam Kerja dan Pengalaman Budidaya Terhadap Produksi Teh di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo” yang dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya, tetapi penelitian selanjutnya dapat mengunakan variabel yang berbeda dan tempat yang berbeda.


(28)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional ini bertujuan untuk mengetahui variabel apa saja yang akan diteliti dan sebagai ukuran atau batasan dalam penelitian. Adapun batasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Luas lahan

Luas lahan adalah area pertanian yang digunakan oleh para petani untuk membudidayakan teh yang dihitung dalam satuan m2 dan data diperoleh dari hasil wawancara.

2. Pupuk

Pupuk di sini dibagi menjadi ke dalam dua bagian yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan petani dalam jangka waktu satu tahun agar dapat meningkatkan kesuburan tanah tanaman teh dengan satuan kg dan data diperoleh dari hasil wawancara. 3. Jam kerja

Jam kerja yaitu waktu yang digunakan petani pada saat melakukan perawatan teh, pemupukan teh, pemetikan pucuk daun teh dalam satu tahun dengan satuan jam dan data diperoleh dari hasil wawancara. 4. Pengalaman budidaya

Pengalaman budidaya yaitu menunjukkan berapa lama petani bekerja sebagai petani teh dan data diperoleh dari hasil wawancara.


(29)

5. Hasil produksi

Hasil produksi yaitu total hasil perkebunana teh yang dihasilkan oleh petani dalam jangka waktu satu tahun pada suatu area perkebunan dengan satuan kg dan data diperoleh dari hasil wawancara.


(30)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Produksi

1. Pengertian Hasil Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan kata lain produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan yang juga disebut faktor-faktor produksi menjadi keluaran (output) sehingga nilai dari suatu barang tersebut dapat bertambah. Sedangkan hasil produksi didefinisikan sebagai tambahan jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dipakai sebagai input (Gilarso, 2003: 233).

Produksi teh adalah usaha yang khas yang menuntut manajemen dengan keterampilan tinggi dan teknik produksi yang cangih dengan mengunakan peralatan-peralatan yang modern agar dapat meningkatkan produksinya (James, 1992: 116).

Hasil produksi teh merupakan hasil teh yang diperoleh petani dalam satu kali panen (Siagian, 2014: 74). Produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi yang disebut input dengan hasil produksi yang disebut output (Sudarsono, 2004: 21). Dari input yang tersedia suatu sektor perkebunan ingin mendapatkan penghasilan yang


(31)

maksimum sesuai dengan tingkat teknologi yang tersedia. Dalam usaha tani pada setiap akhir panen akan menghitung keuntungan yang diperoleh secara umum petani menginginkan hasil panen yang lebih besar dari yang sebelumnya.

2. Faktor-faktor Produksi Teh

Dalam proses produksi perkebunan yang dilakukan petani teh, sebagaimana yang dikemukakan oleh Kautsky dalam Hasyim, 1998, lahan menjadi modal produksi penting karena di atas lahan itulah kegiatan komoditas penghasil dimulai dan kemudian lahan menjadi sumber penghasilan rumah tangga petani. Begitu juga struktur penghasilan petani dikaitkan dengan status sosial petani (berdasarkan penguasaan lahan), tampak bahwa peranan lahan dalam bentuk pengelolaan usaha tani sangat menonjol pada status petani pemilik yaitu sebesar 72% (Fajar, dkk. 2008: 131).

Faktor-faktor yang mepengaruhi produksi teh yaitu luas lahan, pupuk organik, pupuk anorganik, jam kerja dan pengalaman budidaya. Luas lahan berpengaruh dalam meningkatkan hasil produksi teh. Petani perlu merawat lahan agar lahan yang ditanami teh akan tetap subur dan menghasilkan daun teh yang maksimal. Perawatan lahan yang perlu dilakukan oleh petani seperti melakukan penyiangan lahan, karena jika lahan tidak dirawat maka hasil produksi teh yang diperoleh petani sangat sedikit dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh petani (Herman, dkk. 2009: 134).


(32)

Faktor produksi berikutnya yaitu pupuk organik dan anorganik. Petani dapat mengunakan pupuk yang dapat menyuburkan tanah dan memberikan nitrogen pada tanaman teh. Petani perlu mengunakan pupuk KCL dan UREA karena pupuk tersebut mengandung 46% nitrogen dan protein yang dapat mempercepat produksi teh serta dapat meningkatkan hasil produksi teh (APPI, 1997: 81).

Selain luas lahan dan pupuk, ada dua faktor lain yang berperan penting dalam meningkatkan hasil produksi yaitu jam kerja dan pengalaman budidaya. Jam kerja adalah waktu yang digunakan oleh petani teh untuk melakukan perawatan lahan, perawatan tanaman teh seperti (pemberian pupuk dan penanaman pohon pelindung di sekitar area tanaman teh) dan pemetikan daun teh. Petani dapat mengunakan jam kerja secara maksimal agar hasil produksi teh yang didapat oleh petani menjadi lebih maksimal.

Pengalaman budidaya adalah pengalaman yang diperoleh para petani selama ia bekerja sebagai petani teh, sehingga semakin lama pengalaman yang didapatkan oleh petani maka akan berpengaruh terhadap hasil produksi yang didapat. Oleh karena itu Petani yang memiliki pengalaman lebih lama maka pengalaman yang diperoleh sudah lebih banyak dibandingkan dengan petani yang pengalamanya hanya sedikit sehingga para petani yang sudah lebih berpengalaman akan mengerti bagaimana cara merawat teh dengan baik dan keterampilan dalam memetik daun teh juga pasti sudah lebih baik serta


(33)

mengetahui tehnik memetik daun teh dengan cepat. Karena untuk memanen daun teh ini sangat diperlukan tehnik yang baik agar dapat menghasilkan produksi yang lebih besar.

Selain ke empat faktor di atas yang mempengaruhi hasil produksi teh adalah jenis bibit teh. Tanaman teh yang memiliki nama latin Camellia sinensis (L) O. Kuntze ini mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, yaitu sebagai salah satu komoditas penghasil devisa negara serta dapat menyediakan lapangan kerja bagi penduduk yang berada di wilayah di mana tanaman teh dibudidayakan. Sampai saat ini permintaan teh di dalam negri masih cukup signifikan karena didorong oleh minat konsumen dalam mengkonsumsi teh masih cukup besar serta memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditas teh di masa yang akan datang (Rahmat dan Herdi, 2015: 1).

Sebagian besar petani teh menanam teh dengan cara pembibitan tidak dengan cara stek, sehingga tingkat produktivitasnya menurun. Produktivitas tanaman teh dalam satuan kg teh per hektar, per tahun sangat ditentukan oleh mutu benih atau bahan tanaman yang digunakan. Untuk memperoleh tanaman teh yang berproduksi tinggi, maka harus menggunakan benih atau klon unggul bersertifikat yang di rekomendasikan oleh pusat penelitian atau balai penelitian teh.

Terdapat jenis benih teh yang banyak diproduksi di Indonesia yaitu benih teh dengan biji atau stek daun. Adapun kriteria atau standar yang


(34)

harus diperhatikan oleh konsumen untuk memperoleh benih-benih tersebut antara lain (Ita dan Nasikun, 1990: 38):

a. Benih teh dengan biji

Benih diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan biji teh yang digunakan juga harus besar karena besar kemungkinan teh tersebut dapat tumbuh dengan baik. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan biji yang telah jatuh di bawah pohon sebaiknya segera disemaikan agar bibit tersebut tidak terserang hama.

b. Benih teh dengan stek daun

Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal). Stek berasal dari induk yang ditanam di kebun induk ( (MP) Multiplication Plant). Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o kearah luar dan memiliki 1 helai daun, jumlah stek dari stekers antara 2-5 stek/stekers diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).

Untuk memperoleh bahan tanaman teh yang bermutu baik, maka harus diperhatikan baik proses pengadaan maupun standar mutu benih yang digunakan. Jika semua standar mutu pada setiap tahapan kegiatan telah diterapkan, diharapkan masa tanaman belum menghasilkan


(35)

menjadi lebih singkat dan produksi yang dihasilkan dapat meningkat. Dari segi produksi sebaiknya tanaman teh diperbanyak dengan stek daun karena lebih cepat perkembangannya.

3. Fungsi Produksi Teh

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menujukan hubungan antara tingkat output dan tingkat (dan kombinasi) penggunaan input-input (Boediono, 2010: 64). Fungsi produksi menujukan hubungan teknis antara besarnya hasil/keluaran yang dapat diperoleh dari bermacam-macam jumlah dan kombinasi input faktor produksi tertentu, dengan tingkat perkembangan teknologi tertentu (Gilarso, 2003: 233). Fungsi produksi menujukan bagaimana permintaan konsumen akan output atau hasil produksi menjadi permintaan produsen akan input faktor-faktor produski.

Menurut Putong, (2015: 7), fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Hubungan teknis yang dimaksud adalah bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan mengunakan faktor produksi seperti teknologi dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal.

Dalam bidang perkebunan produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi lain yaitu tanah, pupuk, jam kerja, pengalaman budidaya. da nada juga faktor produksi lain yang berpengaruh terhadap produksi teh yang dapat meningkatkan


(36)

produktivitas teh teh yaitu obat hama dan tenaga kerja. Tujuan petani memproduksi teh adalah mengubah pemasukan petani menjadi pengeluran untuk menghasilkan teh (Damanik, 2012: 134). Produksi teh meningkat karena pengaruh dari luas lahan, penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik, jam kerja dan pengalaman budidaya.

B. Luas Lahan

Tanah merupakan salah satu faktor produksi terpenting dalam perkebunan, karena tanah merupakan tempat untuk menetukan besar kecilnya hasil-hasil produksi yang diperoleh. Tanah merupakan tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi itu keluar. Dalam perkebunan, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan yang paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima tanah dibandingkan faktor-faktor yang lainnya. Sebagai faktor yang cukup menentukan bagi tanaman teh, tanah yang dibutuhkan adalah tanah subur tidak bercadas dan masih menyimpa zat-zat organik. Umumnya tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi di mana tanahnya sering dinamakan tanah vulkanis muda. Sifat-sifat tanah yang subur ini harus tetap dipertahankan demi kelangsungan pertumbuhan tanaman. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi letak kebun maka makin baik pula kualitas teh yang dihasilkan, bukan berarti bahwa tanaman teh tidak bisa hidup di dataran rendah hanya saja bahwa jika ditanam di dataran rendah maka mudah terkena penyakit dan daunnya


(37)

mudah rusak oleh rayap dan akan banyak diperlukan tanaman pelindung (Setiawati dan Nasikun, 1991: 31 - 33).

Menurut Dudun A. Sudarma dan Zhudi Sri Wibowo dalam Setiawati dan Nasikun, (1991: 31), tanah yang serasi untuk tanaman teh adalah tanah yang memiliki keserasian sifat-sifat seperti struktur kedalaman efektif tanah untuk tingkat tinggi dan sifat kimia yang terkandung didalam tanah. Luas lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani dalam usaha penanaman teh, dengan tidak mempertimbangkan status kepemilikannya dalam status hektar (Mudakir, 2007: 6).

Menurut Soekartawi (1990: 4), lahan dapat dibedakan dengan tanah. Lahan banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan untuk usaha pertanian maupun perkebunan. Sedangkan tanah belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran lahan pertanian sering dinyatakan dengan hektar. Tetapi bagi petani-petani di pedesaan seringkali masih menggunakan ukuran tradisional.

Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu faktor prduksi yang merupakan pabriknya hasil perkebunan yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhdap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan. Soekartawi (1993) menyatakan bahwa bukan berarti semakin luas lahan perkebunan maka semakin efisien lahan tersebut bahkan lahan yang sangat luas dapat terjadi inefesien yang disebabkan oleh :


(38)

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempenagruhi efisien usaha tani tersebut.

3. Terbatasnya persedian modal untuk membiayai usaha perkebunan tersebut.

Sebaliknya dengan lahan yang luasnya relatif sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Tanah memiliki sifat tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga sifatnya langka (Mubyarto, 1998: 89). Lahan perkebunan merupakan penentu dari pengaruh komoditas perkebunan. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang ditanami maka semakin besar pula jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Ukuran lahan perkebunan dapat dinyatakan dengan hektar.

Selama tahun 2006 – 2013 kenaikan luas lahan berkontribusi 20% - 30% terhadap pertumbuhan produksi (BUMN, 2014). Luas lahan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses produksi usaha perkebunan. Dalam usaha perkebunan, petani yang memiliki lahan yang sempit dapat mengakibatkan tingkat produksi yang dihasilkan akan menjadi kurang makismal karena hasil produksi yang diperoleh lebih sedikit


(39)

dibandingkan dengan lahan yang jauh lebih luas. Semakin sempit lahan perkebunan yang dimiliki oleh para petani, maka semakin sedikit pula hasil produksi usaha perkebunan yang diperoleh.

Tetapi apabila usaha perkebunan dijalankan dengan disiplin maka kepemilikan lahan usaha perkebunan yang sempit akan mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Luas lahan akan mengakibatkan hasil produksi menjadi tidak maksimal apabila petani kurang melakukan perawatan pada lahan seperti pemberian pupuk organik maupun pupuk anorganik pada lahan, memberi penyiangan pada lahan dan pemberian pohon pelindung agar teh dapat berkembang dengan baik. Hal ini dapat dilakukan petani agar lahan yang dimiliki selalu tetap terjaga kelestariannya, subur dan layak untuk ditanami.

C. Pupuk

Peraturan pemerintahan No 8 Tahun 2001, bahwa pupuk merupakan salah satu sarana produksi yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi dan mutu hasil budidaya tanaman. Untuk memenuhi standar dan menjamin efektifitas pupuk, maka pupuk yang diproduksi harus berasal dari formula hasil rekayasa yang telah diuji mutu dan efektifitasnya. Dalam PP No 8 Tahun 2001 pasal 1 pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.


(40)

Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk mendorong peningkatan produksi, dengan adanya pemupukan maka kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat dipenuhi (Chairani Hanum, 2008: 487).

Tanaman teh membutuhkan unsur hara untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Pemupukan dalam perlindungan tanaman teh bukan berperan langsung untuk memberantas pathogen, tetapi berperan dalam meningkatkan kesehatan tanaman teh (Hidayat, dkk 2004: 133). Penggunaan pupuk dalam pengendalian penyakit teh memberikan banyak keuntungan yaitu penghematan biaya, tenaga dan waktu dibandingkan dengan penggunaan fungisida. Selain itu, pemberian pupuk juga akan berpengaruh pada peningkatan produksi tanaman teh (Basuki, 2002: 133). Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung lahan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman teh. Oleh karena itu pemupukan harus dilakukan pada waktu, dosisi, jenis, dan pelaksanaan yang tepat. Waktu pemupukan terbaik yaitu pada kondisi di mana jumlah curah hujan antara 60 – 200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara dari pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai secara keseluruhan. Sedangkan lebih dari 200 mm/inggu sebagian akan larut terbawa aliran air. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010: 35).

Pusat penelitian teh dan kina telah merekomendasikan pemupukan teh berdasarkan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan). Untuk mengoptimalkan serapan hara oleh tanaman


(41)

diperlukan dosis yang tepat. Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat menunjang produktivitas yang ingin dicapai (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 : 36 ).

Kebun teh yang terdapat pada lahan yang kurang subur atau tanpa pemberian pupuk akan menyebabkan tanaman teh menjadi tidak subur dan pertumbuhan daun pucuk teh lebih lambat atau hasil produksi teh menjadi tidak maksimal. Sebaliknya jika tanaman teh yang diberikan pupuk nitrogen (KCL dan UREA) dalam dosis yang terlalu tinggi juga akan menghambat pembungaan dan pembuahan (Restu, 2008 : 16 ).

Dalam skripsi Himawan (2011) Dalam pemupukan dikenal istilah pemupukan langsung ke tanah dan pemupukan melalui daun. Pemupukan melalui tanah umumnya diberikan dalam bentuk butir, tepung, atau larutan. Pemupukan melalui daun biasanya hanya dilakukan dalam sekala kecil misalnya pembibitan. Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan melalui empat cara yaitu langsung ditabur di atas permukaan tanah dibawah tajuk pohon, seperti cara pertama tetapi tanahnya dicangkul ringan, pupuk ditanam dalam beberapa lubang di sekitar pohon, dan pupuk disebar dalam alur atau parit dangkal di sekitar pohon atau memanjang sepanjang barisan tanaman. Dari keempat cara diatas cara pertama merupakan cara yang terurai. Cara ketiga dan keempat merupakan cara paling aman ditinjau dari risiko kemungkinan hilangnya hara-hara melalui erosi permukaan tanah karena hanyut oleh hujan.


(42)

Penggunaan pupuk adalah salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman. Di antara berbagai hara utama, unsur N adalah yang paling banyak digunakan. Unsur nitrogen memberikan pengaruh cepat dan nyata terhadap hasil pucuk daun teh, unsur fosfat berpengaruh sangat kecil dan kalium tidak memberikan reaksi apapun pada perkembangan tanaman teh (Ghani, 2002: 57).

Menurut Ghani, 2002: 61 Pemupukan daun ekonomis digunakan sebagai penganti apabila pada saat yang sama tidak mungkin diberikan pupuk melalui tanah misalnya pada saat musim kemarau. Pemupukan pada saat stomata tertutup tidak efektif. Oleh karena itu, waktu paling ideal untuk memupuk adalah pagi hari hingga pukul 09.00 dan sore hari setelah pukul 16.00.

Menurut APPI, 1997: 86 dalam kultur teknis pemupukan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim, tanah, dan pengelolaan tanah. Dosis pemupukan untuk tanaman menghasilkan dengan target produksi 2.000 kg teh kering/ha/tahun.

Efisiensi penggunaan pupuk dapat ditingkatkan dengan memperbesar daya sanggah tanah, memperbesar perlindungan tanaman, dan penggunaan pupuk hayati. Untuk memperbesar daya sanggah tanah dengan cara meningkatkan bahan organik, penutupan tanah dengan mulsa dan pencegahan erosi. Upaya memperbesar perlindungan tanaman dapat ditempuh dengan cara penanaman tanaman pelindung sementara pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) (APPI, 1997: 83).


(43)

Menurut Rachmiyati, 2001 perkebunan teh pada umumnya melaksanakan kegiatan pemupukan pada tanaman yang umur pangkasnya masih muda, pada waktu tersebut tanaman teh masih gundul sehingga memudahkan kegiatan pemupukan dan diharapkan tanaman teh cepat bertunas. Berdasarkan berbagai penelitian, produksi dan kualitas pucuk teh yang baik dihasilkan pada tanaman dengan tinggi pangkasan 60 cm yang dipupuk 2 minggu setelah pemangkasan (Restu, 2008 : 18).

Dalam peraturan pemerintah No 8 tahun 2001, pupuk merupakan bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Dari dua macam pupuk yang ada, yaitu organik dan pupuk anorganik, pupuk anorganik banyak digunakan dan sangat berperan dalam mendukung keberhasilan pengembangan budidaya tanaman.

Ada dua jenis pupuk yang digunakan sebagai faktor produksi teh masyarakat yaitu:

1. Pupuk Organik

Dalam skripsi Himawan (2011) Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi mahluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik yang dapat meningkatkan kadar hara pada tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,


(44)

brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang mengunakan bahan dari perkebunan, dan limbah kota (sampah). Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan hasil produksi perkebunan baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas, dapat mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

Dalam skripsi Himawan (2011) Pengunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan pada pupuk organik sangat beraneka ragam, dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia biologi tanah serta lingkungan. Pupuk organik yang ditambahkan kedalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikro organisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.

Dalam skripsi Himawan (2011) Penambahan bahan organik di samping sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman lebih sedikit mengandung bahan berbahaya. Penggunaan


(45)

pupuk kandang, limbah industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat mencemari lingkungan. Selama peroses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan bercun (B3). Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini mempengaruhi penyimpanan, penediaan air, erosi tanah, dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibandingkan dengan bahan organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi, meskipun jumlahnya yang relatif sedikit. Unsur hara makro dan mikro tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

2. Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan oleh industri. Pupuk ini dapat diperoleh dari bantuan seperti pupuk P yang diperoleh dengan cara proses kimia. Namun, pupuk anorganik dapat menekan pertumbuhan jasad reknik yang dapat membantu kesuburan tanah, dapat


(46)

mengakibatkan lahan menjadi “lapar” pupuk, yang dapat menimbulkan ketergantungan (Ghani, 2002: 60).

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihsilkan oleh pabrik atau hasil industri dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanman. Pupuk anorganik diguankan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar. Pupuk anorganik dapat menghasilkan bulir hijau yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.

Dalam skripsi Himawan (2011) Berdasarkan jumlah jenis unsur hara yang terkandung di dalamnya, pupuk anorganik ini dibagi menjadi dua yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yaitu pupuk yang mengandung hanya satu jenis unsur hara sebagai penambah kesuburan seperti pupuk Nitrogen, pupuk Posfat, dan pupuk Kalium. Pupuk Nitrogen berfungsi untuk mempercepat proses pertumbuhan tanaman, memperbaiki kualitas terutama kandungan protein yang terdapat pada tanaman dan menyediakan makanan bagi mikroba. Pupuk yang paling banyak mengandung Nitrogen adalah pupuk UREA. Pupuk Posfat berfungsi untuk perkembangan akar dan mempercepat masa panen. Pupuk yang banyak mengandung Posfat adalah pupuk Superfosfat. Pupuk Kalium berfungsi untuk mempercepat metabolisme Nitrogen dan mengedarkan karbohidrat di dalam tanaman.

Dalam skripsi Himawan (2011) Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk


(47)

menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat, ammonium hydrogen fosfat dan (KCL).

D. Jam Kerja

Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan atau malam hari. Jam kerja petani merupakan salah satu kunci keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan perkebunan teh di suatu wilayah dengan hasil produksi yang maksimal sesuai dengan target yang akan dicapai. Jam kerja petani yang dimaksud di sini adalah lama atau tidaknya petani teh melakukan pemetikan daun pucuk teh sangat berpengaruh terhadap hasil produksi teh serta mengatur waktu dalam pemupukan dan perawatan lahan teh agar dapat menghasilkan produksi yang maksimal.

Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem, yaitu:

a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau;

b. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.


(48)

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waku kerja bisa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.

Jam kerja yang ditulis dalam UU No. 13/2003 digunakan sebagai standar para petani dalam meningkatkan hasil produksi teh. Jika petani mengunakan jam kerja kurang dari 7 jam dalam 1 hari maka hasil produksi teh yang diharapkan petani tidak maksimal, karena untuk memetik daun teh membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa menghasilkan produksi yang maksimal. Petani mengunakan jam kerja untuk memetik daun teh dan mengelola lahan perkebunan teh.

E. Pengalaman Budidaya

Pengalaman adalah pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu yang diperoleh selama periode tertentu. Pengalaman budiaya menujukan pengalaman yang diperoleh dalam menghadapi masalah yang terjadi selama petani bekerja, sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang efektif dan produktif. Hal yang perlu diperhatikan ketika petani memiliki banyak pengalaman budidaya, maka mereka sudah mengerti bagaimana cara menanam tanaman teh dengan baik serta merawat tanaman agar dapat meningkatkan hasil produksi.


(49)

Pengalaman merupakan kemampuan seseorang yang dipengaruhi oleh keterampilan seseorang dalam membudidayakan tanaman dan keterampilan yang didapat dari lamanya pengalaman yang diperoleh petani selama ia bekerja sebagai petani teh. Dalam pembudidayaan tanaman teh meliputi pemilihan tanah, pesemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan serta pemetikan hasil jika daun teh telah siap dipetik. Demi kelangsungan dan stabilitas produksi, tanaman teh juga perlu diremajakan semua upaya tersebut merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada pengembangan suatu jenis komoditi yang mempunayi sifat-sifat sebagai perennial crop. Dalam membudidayakan tanaman teh petani juga harus memiliki kemampuan. Dengan kemampuan yang dimiliki seorang petani akan berpengaruh terhadap budidaya tanaman teh karena dengan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki maka petani akan mengerti bagaimana cara mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.

Menurut Ghani, 2002: 74, dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan merupakan titik keritis yang dapat menentukan proses selanjutnya. Jika sekali salah dalam menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk menggantinya karena uumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50 tahun.

Penyediaan bahan tanaman (pembibitan) pada budidaya teh dapat dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian popular, karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan tanaman (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan


(50)

setelah berumur 2 tahun yang memiliki ukuran batang yang lebih besar dari pensil (PPTK 1997). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif seperti pemupukan, pembatasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan (Restu, 2008 : 15).

Dalam budidaya teh, pemetikan merupakan ujung tombak produksi. Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh. Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan, untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi teh secara berkesinambungan (APPI 1997: 128). Kecepatan pertumbuhan tunas akan mepengaruhi beberapa aspek pemetikan yaitu (Ghani, 2002: 76) :

1. Petikan jendangan

Petikan jendangan yaitu petikan pada tanaan menghasilkan setelah pangkas. Tujuannya untuk memperluas bidang petik agar datar dan rata. 2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan dengan cara semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan. Tunas yang terlalu muda harus diambil, semua pucuk burung diambil dan tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan. 3. Petikan gandesan dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara


(51)

Kualitas pemetikan dibedakan antara pemetikan halus, medium, kasar dan kasar sekali. Mutu teh ditentukan oleh 60% pada hasil pemetikan dikebun dan 40% pada proses pengolahan. Untuk itu perbaikan mutu teh perlu dimulai dengan pemetikan yang baik (Setiawati dan Nasikun, 1991: 30).

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul

Penelitian

Variabel Metode Hasil

Penelitian 1 Ignatius

Himawan (2011)

Pengaruh luas lahan, pupuk, jam kerja, dan keterampilan kerja terhadap produksi karet di Desa Sidomukti, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung

 Produksi  Luas lahan  Jam kerja  Pupuk  keterampilan

kerja

Deskriftif kuantitatif

 Variabel luas lahan berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi karet.  Variabel jam

kerja berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi karet.  Variabel

pupuk berpengaruh signifikan terhadaphasi l produksi karet.  Variabel

keterampilan kerja tidak berpengaruh


(52)

signifikan terhadap hasil produksi karet. 2 Efalina

Windia Samder (2008) Pengaruh luas lahan, biaya produksi dan jumlah pupuk terhadap hasil produksi padi pada petani di Desa

Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Yogyakarta

 Hasil produksi  Luas lahan  Biaya

produksi padi  Jumlah

pupuk

Deskriftif kuantitatif

 Luas lahan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi padi.  Biaya

produksi tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi padi.  Jumlah

pupuk berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi padi. 3 Sudono

Aji (2006)

Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani teh di Desa Pagerharjo Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo.

 Pendapatan rumah tangga petani teh.  Pengelolaan

usaha tani teh.  Tingkat

kesejahteraa n rumah tangga

Deskriftif  Pendapatan petani teh rata-rata sedang.  Pengelolaan

usaha tani dilakukan dengan baik oleh petani.  Tingkat


(53)

kesejahtera-petani teh an rumah tangga petani teh sebagian besar sejahtera.

G. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai riset. Dengan melihat beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap hasil produksi petani teh seperti luas lahan, merupakan faktor paling penting dalam memproduksi usaha tani karena semakin luas lahan yang digunakan dalam proses produksi maka hasil produksi juga akan tinggi, begitu juga sebaliknya jika luas lahannya kecil maka produksinya juga akan rendah.

Penggunaan pupuk juga berpengaruh terhadap hasil produksi petani karena penggunaan pupuk yang sesuai dengan jumlah pemberian pupuk maka dalam proses perkembangan teh tidak mengalami penurunan dalam hasil produksi.

Jam kerja berpengaruh pada hasil produksi teh karena jika jam kerja yang digunakan petani teh sesuai dengan jam kerja yang dilaksanakan petani teh maka hasil produksi teh akan meningkat, tetapi jika jam kerja petani teh rendah maka hasil produksi teh juga akan rendah.

Pengalaman budidaya berpengaruh pada hasil produkis teh karena dari pengalaman budidaya petani teh dibutuhkan pada saat prosese


(54)

pengelolaan lahan, perawatan tanaman sehingga hasil produksi teh mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Pengalaman budidaya petani juga dibutuhkan dalam pemetikan daun pucuk teh karena petani yang telah lama bekerja sebagai petani teh lebih mengerti bagaimana cara memetik daun teh dengan baik.

Tabel 2.2

Konsep kerangka Berpikir

Kerangka berpikir di atas menujukan bahwa variabel dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel yaitu variabel dependent (hasil produksi) dan variabel independent (luas lahan, pupuk organik, pupuk anorganik, jam kerja dan pengalaman budidaya).

Variabel Independent (X)

Variabel Dependent (Y)

Luas Lahan (M2) (X1)

Pengalaman Budidaya (tahun)

Pupuk Organik (kg) (X2)

Pupuk Anorganik (kg) (X3)

Jam Kerja (jam) (X4)

Hasil Produksi (Y)


(55)

H. Hipotesisi

Hipotesis merupakan jawaban praduga yang dianggap besar kemungkinan untuk menjadi jawaban benar. Hipotesisi adalah jawaban sementara atas suatu persoalan yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan, percobaan dan praktik. Dalam penelitian ini hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh luas lahan terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. 2. Ada pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap peningkatan hasil

produksi teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

3. Ada pengaruh penggunaan pupuk anorganik terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

4. Ada pengaruh jam kerja terhadap peningkatan hasil produksi teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. 5. Ada pengaruh pengalaman budidaya terhadap peningkatan hasil

produksi teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

6. Ada pengaruh luas lahan, penggunaan pupuk organik, pupuk anorganik, jam kerja dan pengalaman budidaya terhadap hasil produksi teh diDesa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.


(56)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional yaitu suatu penelitian yang melibatkan kegiatan pengumpulan data untuk menentukan, adakah hubungan dan tingkat hubungan antara 2 variabel atau lebih. Penelitian korelasi dilakukan, saat peneliti ingin mengetahui tentang ada atau tidaknya dan kuat lemahnya suatu hubungan variabel yang berkaitan dalam suatu objek atau subjek yang diteliti.

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian mengenai status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari seluruh personalitas dimana peneliti dapat memperoleh gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun dari individu yang kemudian hasilnya dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Hasan, 2004: 10).

Jenis analisis data yang digunakan termasuk analisis data kuantitatif. Analisis kuantitatif mengelola data menjadi informasi dalam bentuk angka dan perhitungan dengan metode statistik untuk dapat menguji hipotesisi penelitian.


(57)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa di Desa Pagerharjo merupakan salah satu sentral perkebunan teh yang cukup besar dan satu-satunya perkebunan teh yang berada di Yogyakarta dan alasan

peneliti memilih di Yogyakrta karena tempatnya mudah dijangkau oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - September 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah para petani teh yang ada di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

2. Objek

Objek dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden, yaitu luas lahan, penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik, jam kerja dan pengalaman budidaya terhadap hasil produksi teh pada petani di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.


(58)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 80). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh petani teh yang ada di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 50 orang petani teh.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh seluruh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 81). Sampel yang diambil merupakan bagian dari populasi yang harus dapat mewakili populasinya sehingga dapat mengambarkan karakteristik atau sifat-sifat populasi yang bersangkutan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 44 petani teh yang berada di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan starta yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 82). Dalam hal ini populasinya berjumlah 50 petani teh yang ada


(59)

di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo dan sampelnya berjumlah 44 petani teh.

4. Menentukan Jumlah Sampel

Untuk menentukan besarnya sempel yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan mengunakan Tabel Krejci. Dengan adanya Tabel Krejci ini diharapkan dapat membantu peneliti menentukan jumlah sampel yang akan di gunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1 Tabel Krejci

N S N S N S N S N S

10 10 100 80 280 162 800 260 2800 338 15 14 110 86 290 165 850 265 3000 341 20 19 120 92 300 169 900 269 3500 346 25 24 130 97 320 175 950 274 4000 351 30 28 140 103 340 181 1000 278 4500 354 35 32 150 108 360 186 1100 285 5000 357 40 36 160 113 380 191 1200 291 6000 361 45 40 170 118 400 196 1300 297 7000 364 50 44 180 123 420 201 1400 302 8000 367 55 48 190 127 440 205 1500 306 9000 368 60 52 200 132 460 210 1600 310 10000 370 65 56 210 136 480 214 1700 313 15000 375 70 59 220 140 500 217 1800 317 20000 377 75 63 230 144 550 226 1900 320 30000 379 80 66 240 148 600 234 2000 322 40000 380 85 70 250 152 650 242 2200 327 50000 381 90 73 260 155 700 248 2400 331 75000 382 95 76 270 159 750 254 2600 335 1000000 384

Keterangan : N: Ukuran Populasi S: Ukuran Sampel


(60)

Dari Tabel di atas dapat dilihat jika populasi petani teh yang berada di Desa Pagerharjo berjumlah 50 maka ukuran sampelnya berjumlah 44 sampel.

E. Variabel Penelitian dan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan variabel dalam penelitian maka perlu dijelaskan identifikasi antara masing-masing variabel dalam penelitian, yaitu:

1. Variabel terikat (dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 29). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil produksi Teh (Y). Hasil produksi yaitu total hasil perkebunan teh yang dihasilkan oleh petani dalam satu tahun pada suatu area perkebunan dengan satuan kg. Dengan asumsi hari efektif selama 20 hari pemetikan dalam satu bulan. Maka hasil produksi teh yang diperoleh petani dalam satu tahun di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo dapat dihitung dengan cara:

Hasil produksi = hasil produksi perhari x 20 hari x 12 bulan hasil produksi teh yang diperoleh petani digolongkan menjadi tiga yaitu hasil produksi teh yang dihasilkan oleh petani tergolong kurang banyak, cukup banyak, dan banyak. Interval penggolongan hasil produksi yang digunakan petani diperoleh dengan cara:


(61)

Interval =

= = 10.000 kg

Tabel 3.2 Hasil Produksi

No. Hasil Produksi (kg) Keterangan

1. 20.722 kg – 30.722 kg Banyak 2. 10.721 kg – 20.721 kg Cukup Banyak

3. 720 kg – 10.720 kg Sedikit

Jumlah Rata-rata

2. Variabel bebas (Independent) meruapakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 39). Dalam variabel penelitian ini, yang diteliti adalah:

a. Variabel Luas Lahan (X1)

Luas lahan perkebunan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi usaha pertanian dalam memperoleh hasil produksi, apabila luas lahan perkebunan teh semakin luas maka produksi teh akan semakin besar dan apabila luas lahan perkebunan sempit maka produksi teh akan semakin kecil. Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah area pertanian yang digunakan oleh para petani untuk membudidayakan teh yang dihitung dalam satuan m2. Luas lahan petani teh digolongan menjadi tiga yaitu luas lahan petani yang tergolong kurang luas,


(62)

cukup luas dan luas. Interval penggolongan luas lahan petani diperoleh dengan cara:

Interval =

= = 6.500 m2

Tabel 3.3 Luas Lahan

No. Luas Lahan (m2) Keterangan

1. 13.502 m2– 20.002 m2 Luas 2. 7.001 m2– 13.501 m2 Cukup Luas 3. 500 m2– 7.000 m2 Kurang Luas

Jumlah Rata-rata

b. Pupuk organik (X2) adalah banyak pupuk organik yang digunakan petani teh dalam jangka waktu satu tahun untuk meningkatkan kesuburan tanah tanaman teh dalam satuan kg. pupuk yang diguankan petani teh digolongkan menjadi tiga yaitu pupuk yang digunakan petani tergolong kurang banyak, cukup banyak dan banyak. Interval penggolongan pupuk organik yang digunakan oleh petani diperoleh dengan cara:

Interval =

= = 483,33kg


(63)

Tabel 3.4 Pupuk Organik

No. Penggunaan Pupuk Organik (kg) Keterangan

1. 1016,68 kg- 1500,01 kg Banyak

2. 533,34 kg – 1016,67 kg Cukup Banyak

3. 50 kg – 533,33 kg Kurang Banyak

Jumlah Rata-rata per tahun

c. Pupuk anorganik (X3) adalah pupuk anorganik yang digunakan petani teh dalam jangka waktu satu tahun untuk meningkatkan kesuburan tanah tanaman teh dalam satuan kg. pupuk yang digunakan petani teh digolongkan menjadi tiga yaitu pupuk yang digunakan petani tergolong kurang banyak, cukup banyak dan banyak. Interval penggolongan pupuk anorganik yang digunakan oleh petani diperoleh dengan cara:

Interval =

= = 326.66 kg

Tabel 3.5 Pupuk Anorganik

No. Penggunaan Pupuk Anorganik (kg) Keterangan

1. 673,34 kg- 1000 kg Banyak

2. 346,67 kg – 673,33 kg Cukup Banyak

3. 20 kg – 346,66 kg Kurang Banyak

Jumlah Rata-rata per tahun


(64)

d. Jam kerja (X4) yaitu waktu yang digunakan petani pada saat melakukan perawatan teh, pemupukan teh dan pemetikan daun teh dalam satu tahun dengan satuan jam. Jam kerja yang digunakan petani teh digolongkan menjadi tiga yaitu waktu yang digunakan petani tergolong kurang lama, cukup lama,dan lama. Interval penggolongan jam kerja yang digunakan oleh petani diperoleh dengan cara:

Interval =

= = 1504 jam

Tabel 3.6 Jam Kerja

No. Penggunaan Jam Kerja Keterangan

1. 3106 jam- 4610 jam Lama

2. 1601 jam – 3105 jam Cukup Lama

3. 96 jam – 1600 jam Sebentar

Jumlah Rata-rata per tahun

e. Pengalaman budidaya (X5) yaitu pengalaman petani dalam periode tertentu yang di dapat selama dia bekerja sebagai petani teh. Dalam hal ini pengalaman budidaya dapat digolongkan menjadi tiga yaitu pengalaman yang di dapat petani tergolong sebentar, cukup lama dan lama. Interval penggolongan Pengalaman kerja yang digunakan oleh petani diperoleh dengan cara:


(65)

Interval =

= = 7.66 tahun

Tabel 3.7

Pengalaman Budidaya

No. Pengalaman Budidaya Keterangan

1. 17,34 tahun – 25 tahun Lama 2. 9,67 tahun – 17,33 tahun Cukup Lama 3. 2 tahun – 9,66 tahun Sebentar

Jumlah Rata-rata per tahun

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara. Metode wawancara adalah pengumpulan data dengan cara Tanya jawab secara langsung dengan masyarakat petani teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Data-data yang diperlukan antara lain yaitu: luas lahan, penggunaan pupuk organik, pupuk anorganik, jam kerja, pengalaman budidaya dan hasil produksi dalam jangka waktu satu tahun.

G. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yaitu petani teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo melalui wawancara dengan pertanyaan meliputi: luas lahan,


(66)

penggunaan pupuk organik, pupuk anorganik, jam kerja, pengalaman budidaya dan hasil produksi dalam jangka waktu satu tahun.

H. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji coba instrument penelitian. Uji coba instrumen penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.8

Uji Coba Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator No

1. Luas lahan Luas lahan perkebunan teh yang dimiliki petani dilihat dari m2.

B1

2. Penggunaan pupuk organik

Banyaknya pupuk organik yang digunakan petani pada saat melakukan perawatan tanaman teh dalam jangka waktu satu tahun, sesuai dengan luas lahan.

B6

3. Penggunaan pupuk anorganik

Banyaknya pupuk anorganik yang digunakan petani pada saat melakukan perawatan tanaman teh dalam jangka waktu satu tahun, sesuai dengan luas lahan dan dosis yang tepat.

B6

4. Jam kerja Jumlah jam kerja yang digunakan dalam memetik daun teh dan perawatan teh dalam jangka waktu satu tahun

B2, B3, B5


(67)

5. Pengalaman budidaya

Lamanya seseorang melakukan budidaya tanaman teh.

A

6. Hasil produksi Jumlah hasil produksi teh yang diperoleh dalam jangka waktu satu tahun.

B4

I. Uji Prasyarat

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal, sehingga analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar artinya distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis (Ghozali, 2002: 147-172). Alat statistik untuk pengujian normalitas data penelitian ini adalah tes Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas data sebagai berikut (Ghozali, 2002: 147-172):

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

F0 = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditemukan Sn = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi


(68)

Jika nilai asymp.sig. (2tailed) > 0,05, maka distribusi data akan dikatakan normal.

2. Uji Linieritas

Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan uji F. Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang linier atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk kriteria pengujian masing-masing variabel tersebut yaitu jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel dengan taraf signifikan 5%, maka dapat disimpulkan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier. Untuk pengujian linieritas penulis menggunakan rumus (Sugiyono, 2007 :274).

a. Dalam menguji linieritas dilakukan dengan cara membandingkan Fhitung < Ftabel. Distribusi Fhitung menggunakan derajat kebebasan pembilang = (K-2) dan derajat kebebasan penyebut = (n-k).

b. Jika Fhitung < Ftabel, untuk taraf kesalahan 5% maupun 1% maka kesimpulannya regresi linier, atau jika nilai signifikan < 0,05 maka kesimpulannya linier.

F = �


(69)

J. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas memiliki tujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang satu dengan yang lain saling berkolerasi atau tidak. Dalam uji ini, variabel independen tidak boleh saling berkorelasi, dikarenakan apabila terjadi korelasi antar variabel independen, maka dapat dipastikan variabel penelitian tersebut tidak otogonal atau dengan kata lain nilai korelasi antar variabel independen adalah nol.

Menurut (Ghozali, 2005:248 – 160), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika

atau variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinsi dua atau lebih variabel independen.

c. Multikolinieritas dapat dilihat juga dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menujukan setiap variabel independent manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya dalam pengertian sederhana setiap variabel


(70)

independent menjadi variabel dependent (terikat) dan diregresikan terhadap variabel independent (bebas) lainnya. Tolerance mengukur variabelitas variabel independen yang terpilih, yang tidak dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance).

d. Cara untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF), di mana variabel dikatakan mempunyai masalah multikolinieritas apabila nilai tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10 (Priyanto et al. 2009). Model regresi yang baik seharusnya tidak menjadi antara variabel independent. Melihat nilai tolerance dan nilai VIF:

a) Nilai Tolerance:

 Tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1.

 Terjadi multikolinieritas, jika nilai tolerance sama dengan nol.

b) Nilai VIF:

 Tidak terjadi multikolinieritas, jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00.


(1)

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -57.875 1248.774 -.046 .963

luas_lahan .577 .167 .357 3.446 .001 .348 2.870

pupuk_organik 4.023 1.125 .236 3.575 .001 .859 1.164

pupuk_anoranik 7.560 2.363 .290 3.200 .003 .456 2.194

jam_kerja 1.960 .590 .328 3.324 .002 .385 2.599

lamanya_bekerja -19.782 55.351 -.022 -.357 .723 .955 1.047 a. Dependent Variable: jumlah_produksi

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1272.423 764.998 1.663 .104

luas_lahan -.033 .103 -.078 -.323 .748

pupuk_organik .533 .689 .119 .773 .444

pupuk_anoranik 1.414 1.447 .206 .977 .335

jam_kerja .521 .361 .331 1.441 .158

lamanya_bekerja -26.388 33.908 -.113 -.778 .441


(2)

Lampiran 6.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1

lamanya_bekerja, luas_lahan, pupuk_organik, pupuk_anoranik, jam_kerjab

. Enter

2 . lamanya_bekerja

Backward (criterion: Probability of F-to-remove >= .100). a. Dependent Variable: jumlah_produksi

b. All requested variables entered.

Model Summaryc

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .926a .858 .839 2388.668

c. Predictors: (Constant), lamanya_bekerja, luas_lahan, pupuk_organik, pupuk_anoranik, jam_kerja

b. Dependent Variable: jumlah_produksi

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1305155960.641 5 261031192.128 45.749 .000b Residual 216817934.269 38 5705735.112

Total 1521973894.909 43

a. Dependent Variable: jumlah_produksi

b. Predictors: (Constant), lamanya_bekerja, luas_lahan, pupuk_organik, pupuk_anoranik, jam_kerja


(3)

B Std. Error Beta

1

(Constant) -57.875 1248.774 -.046 .963

luas_lahan .577 .167 .357 3.446 .001

pupuk_organik 4.023 1.125 .236 3.575 .001

pupuk_anoranik 7.560 2.363 .290 3.200 .003

jam_kerja 1.960 .590 .328 3.324 .002

lamanya_bekerja -19.782 55.351 -.022 -.357 .723

a. Dependent Variable: jumlah_produksi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

jumlah_produksi 44 720 30720 6482.45 5949.348

luas_lahan 44 500 20000 4176.14 3684.340

pupuk_organik 44 0 1500 162.50 349.272

pupuk_anoranik 44 0 1000 253.64 228.362

jam_kerja 44 96 4608 988.55 995.928

lamanya_bekerja 44 2 25 19.14 6.733


(4)

(5)

(6)