ProdukHukum BankIndonesia

(1)

P

ERKEMBANGAN

P

EREKONOMIAN

D

AERAH

P

ROVINSI

B

ENGKULU


(2)

PROVINSI BENGKULU

Penerbit :

Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter –

Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Jl. A. Yani No.1

BENGKULU


(3)

i|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.

`|á| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan.

a|Ät| fàÜtàxz|á bÜztÇ|átá| UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan.

i|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ

Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian.

`|á| ^tÇàÉÜ UtÇ~ \ÇwÉÇxá|t UxÇz~âÄâ

Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.


(4)

KATA PENGANTAR

Penerbitan Perkembangan Perekonomian Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi, moneter dan perbankan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Pemerintah Daerah maupun instansi lainnya guna merumuskan suatu kebijakan. Perkembangan Perekonomian Daerah merupakan pengembangan dari Kajian Ekonomi Regional (KER) yang diterbitkan secara triwulanan dan tahunan.

Dalam kajian ini dibahas mengenai perkembangan perekonomian regional Provinsi Bengkulu, yang meliputi perkembangan kegiatan sektor riil dan perkembangan kegiatan sektor moneter perbankan, khususnya selama Triwulan I tahun 2009 dan membandingkannya dengan periode/kondisi laporan sebelumnya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kajian yang kami susun ini, oleh karena itu kritik serta saran dari pengguna/pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan terbitan berikutnya.

Akhirnya kami berharap, semoga terbitan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bengkulu, Mei 2009 BANK INDONESIA BENGKULU

Achmad Bunyamin

Deputi Pemimpin


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GRAFIK ... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 1

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU ... 4

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 7

1.1. PDRB SISI PENGGUNAAN ... 8

1.1.1. Konsumsi Daerah ... 8

1.1.2. Investasi Regional ... 13

1.1.3. Ekspor dan Impor Regional ... 15

1.2. PDRB SISI SEKTORAL ... 19

1.2.1. Sektor Pertanian ... 20

1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air ... 21

1.2.3. Sektor Jasa-Jasa ... 22

1.2.4. Sektor Bangunan ... 23

1.3. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 24

BOKS 1 Gambaran Singkat Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Bengkulu BOKS 2 Perkembangan Sektor Perkebunan Bengkulu Triwulan I 2009 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 25


(6)

2.2. FAKTOR PENDORONG INFLASI ... 25

2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA ... 26

2.4. INFLASI PERIODE JANUARI – DESEMBER 2008 ... 29

2.5. PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA DI SUMATERA ... 30

BAB III PERBANKAN ... 31

3.1. GAMBARAN UMUM ... 31

3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM ... 33

3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT ... 40

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 42

4.1. GAMBARAN SISI PENERIMAAN ... 42

4.2. GAMBARAN SISI PENGELUARAN ... 45

BOKS 3 Rancangan Anggaran Belanja Daerah 2009 BOKS 4 Dampak Stimulus Fiskal Yang Diberikan Pemerintah Pusat Terhadap Provinsi Bengkulu BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 49

5.1. ALIRAN UANG KARTAL (OUTFLOW-INFLOW) ... 49

5.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR ... 50

5.3. PENEMUAN UANG PALSU ... 51

5.4. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL ... 52

5.5. PERKEMBANGAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) ... 53

BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 55

6.1. PERKIRAAN EKONOMI ... 55


(7)

LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN ... 59 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH ... 63


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku

dan Konstan ... 8

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Berlaku Provinsi Bengkulu ... 15

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu ... 16

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu ... 18

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (q-t-q) Menurut Sektor ... 19

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu... 20

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y) ... 26

Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu ... 27

Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu ... 33

Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu ... 34

Tabel 3.3. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu ... 36

Tabel 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu ... 37

Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Provinsi Bengkulu ... 38

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu ... 39

Tabel 3.7. Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu ... 40

Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR di Provinsi Bengkulu ... 40

Tabel 4.1. Sisi Penerimaan APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu ... 42

Tabel 4.2. Sisi Pengeluaran APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu ... 45

Tabel 4.3. Perkiraan Realisasi Upah/gaji Pemda Dirinci menurut Kabupaten/Kota ... 47


(9)

Tabel 5.2. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Provinsi

Bengkulu ... 53

Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y)

Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) ... 7

Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu ... 9

Grafik 1.3. Konsumsi Listrik dan Perkembangan Kendaraan di Provinsi Bengkulu ... 10

Grafik 1.4. Dana Perorangan dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu ... 10

Grafik 1.5. Beberapa Hasil Survei di Provinsi bengkulu ... 11

Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu ... 12

Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu ... 13

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu ... 14

Grafik 1.9. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU ... 14

Grafik 1.10. Pertumbuhan Tahunan Ekspor Mancanegara Provinsi Bengkulu ... 17

Grafik 1.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu ... 17

Grafik 1.12. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu ... 21

Grafik 1.13. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu ... 21

Grafik 1.14. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu ... 22

Grafik 1.15. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu ... 23

Grafik 1.16. Perubahan Bulanan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu... 24

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu ... 25

Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa ... 28

Grafik 2.3. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu ... 28

Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2009 ... 29

Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera ... 30

Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu... 31

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu ... 32

Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu ... 34


(11)

Grafik 4.1. Pendapatan Daerah Dalam APBD Tahun 2009 Pemerintah

Provinsi Bengkulu ... 43

Grafik 4.2. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu ... 44

Grafik 4.3. Perkembangan Dana Milik Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 45

Grafik 4.4. Alokasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu ... 46

Grafik 4.5. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat untuk Provinsi Bengkulu ... 47

Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu ... 50

Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu ... 51

Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bengkulu... 52

Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu... 55

Grafik 6.2. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu ... 57

Grafik 6.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu ... 57


(12)

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2009 terlihat mengalami perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,01%, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98%.

Melambatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena masih rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menurunnya ekspor daerah. Sementara proporsi konsumsi rumah tangga dan ekspor sangat dominan dalam ekonomi Bengkulu yaitu mencapai 91%. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi mengalami perlambatan di triwulan ini. Sektor ekonomi dominan di daerah seperti sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa terlihat tumbuh melambat.

RINGKASAN INFLASI

Perkembangan inflasi Kota Bengkulu1

pada triwulan I tahun 2009 masih dipengaruhi oleh efek penurunan harga BBM pada Januari 2009 dan kondisi perekonomian yang melemah akibat krisis global. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan inflasi yakni dari 13,44%(yoy) pada triwulan IV 2008 menjadi 10,03%. Namun demikian, inflasi Bengkulu masih lebih tinggi dibanding inflasi di tingkat nasional yang sebesar 7,92%(yoy).

Menurunnya inflasi di triwulan ini terutama masih didorong oleh efek turunnya harga BBM pada Januari lalu dan terjaganya pasokan bahan makanan yang kerap menjadi penyebab tingginya inflasi Bengkulu. Penurunan laju inflasi ini terutama didorong oleh penurunan IHK dari kelompok komoditi transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan.

1


(13)

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN PERKEMBANGAN PERBANKAN

Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan perkembangan yang lebih baik bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari perbaikan indikator-indikator perbankan seperti tumbuhnya total asset perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Dimana masing-masing indikator meningkat sebesar 1,83%, 1,17%, dan 3% dibanding triwulan sebelumnya. Demikian pula LDR meningkat menjadi 104,38% dari sebelumnya 102,53%. Namun, di triwulan pertama ini NPL perbankan memburuk dari 1,52% menjadi 1,72%.

RINGKASAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Menurut data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah disampaikan ke Departemen Keuangan, total pendapatan daerah dari 9 kab/kota dan 1 provinsi berjumlah Rp4.627 miliar dimana sebagian besar merupakan pendapatan dana perimbangan. Dana perimbangan yang diterima sebesar Rp3.778 miliar atau mencapai 82% dari pendapatan daerah. Sementara sisanya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lainnya yang sah.

Sementara belanja daerah seluruh pemerintah provinsi/kabupaten/kota di tahun 2009 direncanakan sebesar Rp4.781 miliar yang sebagian besar merupakan belanja pegawai. Belanja pegawai mencapai Rp2.305 miliar atau 48% dari total belanja. Kemudian diikuti belanja modal yang mencapai Rp1.334 miliar atau 28%. Sisanya merupakan belanja barang dan jasa serta belanja lainnya seperti belanja bunga, hibah dan lain sebagainya.

RINGKASAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Berbeda dengan triwulan-triwulan sebelumnya, aliran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu di triwulan laporan mengalami net cash inflow. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari setoran perbankan daerah (cash inflow) yang cukup signifikan diikuti dengan penurunan jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (cash outflow) secara cukup signifikan.


(14)

Ringkasan Eksekutif Sedangkan transaksi non-kas dengan menggunakan kliring secara nominal mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Perputaran kliring di triwulan ini sebesar Rp446.844 juta sementara triwulan sebelumnya Rp464.311 juta atau menurun 3,76%. Perkembangan transaksi pemindahan dana melalui sistem Real Time Gross

Settlement (RTGS) baik jumlah warkat maupun secara nominal juga mengalami

penurunan. Hal itu terlihat dari transaksi pemindahan dana keluar, transaksi dana masuk, dan transaksi antar nasabah di dalam Provinsi Bengkulu, masing-masing turun 23,72%, 30,60% dan 46,66%.

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Secara tahunan, perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut ditengarai dipicu oleh masih belum pulihnya sisi konsumsi rumah tangga serta menurunnya ekspor daerah di sisi permintaan. Sementara di sisi penawaran didorong oleh sektor pertanian yang mulai memasuki masa tanam serta melambatnya kinerja sektor perdagangan yang didorong oleh melemahnya konsumsi masyarakat. Bank Indonesia Bengkulu memperkirakan perekonomian daerah secara tahunan akan tumbuh di kisaran 3,47%.

Sedangkan tekanan inflasi daerah di triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia Bengkulu yang memperkirakan inflasi di triwulan II tahun 2009 sebesar 5,29%. Melemahnya konsumsi masyarakat dan perkembangan ekonomi yang cenderung melambat menjadi faktor utama menurunnya inflasi.


(15)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

PROVINSI BENGKULU

a. Inflasi dan PDRB

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

MAKRO

IHK Kota Bengkulu 158,64 112,18 116,24 116,64 116,74 Laju Inflasi (y-o-y) 5,00 13,81 14,51 13,44 10,03 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 7.009 1.835 1.868 1.840 1.885 - Pertanian 2.772 725 740 719 763 - Pertambangan & Penggalian 224 59 59 60 61 - Industri Pengolahan 286 73 76 74 74 - Listrik, Gas dan Air Bersih 31 8 8 9 9 - Bangunan 206 54 55 56 54 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.433 366 377 368 369 - Pengangkutan & Komunikasi 594 151 154 153 152 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 325 84 85 85 86 - Jasa 1.138 315 314 316 317 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 6,16 4,16 3,66 4,98 4,01 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1) 165 56 56 45 18 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.068 315 245 285 141 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1) 2 -Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 4

-b. Perbankan

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

PERBANKAN Bank Umum

Total Aset (Triliun Rp) 4,56 5,31 5,97 5,82 5,93 DPK (Triliun Rp) 3,49 4,01 4,35 4,14 4,19 - Tabungan (Triliun Rp) 1,96 2,01 2,05 2,40 1,98 - Giro (Triliun Rp) 1,01 1,42 1,67 1,05 1,35 - Deposito (Triliun Rp) 0,52 0,58 0,63 0,69 0,86 Kredit (Triliun Rp) – Lokasi Proyek 1) 3,41 4,30 4,70 5,29 5,24 - Modal Kerja 1,30 1,66 1,75 1,82 1,72 - Konsumsi 1,73 2,16 2,41 2,55 2,61 - Investasi 0,38 0,48 0,54 0,92 0,91 - LDR (%) 93,70 107,23 108,05 127,78 125,06 Kredit (triliun Rp) – Lokasi Kantor 2,97 3,71 4,10 4,25 4,38 - Modal Kerja 1,04 1,36 1,48 1,50 1,48 - Konsumsi 1,59 2,01 2,22 2,36 2,49 - Investasi 0,34 0,35 0,40 0,39 0,41 - LDR (%) 85,14 92,67 94,30 102,53 104,38


(16)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

PERBANKAN

Kredit UMKM Bank Umum

Menurut Lokasi Proyek 1)

Kredit UMKM (Triliun Rp) 2,94 3,74 4,17 4,30 4,34 Kredit Mikro (Triliun Rp) 1,44 1,47 1,55 1,51 1,55 - Kredit Modal Kerja 0,23 0,30 0,34 0,36 0,39 - Kredit Investasi 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 - Kredit Konsumsi 1,18 1,14 1,17 1,11 1,12 Kredit Kecil (Triliun Rp) 0,99 1,61 1,94 2,11 2,16 - Kredit Modal Kerja 0,42 0,56 0,63 0,62 0,62 - Kredit Investasi 0,08 0,10 0,13 0,13 0,12 - Kredit Konsumsi 0,49 0,95 1,18 1,36 1,42 Kredit Menengah (Triliun Rp) 0,51 0,66 0,68 0,68 0,63 - Kredit Modal Kerja 0,36 0,44 0,43 0,44 0,40 - Kredit Investasi 0,11 0,17 0,20 0,19 0,19 - Kredit Konsumsi 0,04 0,05 0,05 0,05 0,04 NPL MKM gross (%) na na na na na

BPR

Total Aset (Miliar Rp) 32 44 46 47 49 DPK (Miliar Rp) 19 23 27 27 29 - Tabungan (Miliar Rp) 10 12 13 13 14 - Deposito (Miliar Rp) 9 11 14 14 15 Kredit (Miliar Rp) – Lokasi Proyek1) 87 84 18 17 18 - Modal Kerja 40 36 9 9 10 - Konsumsi 4 5 6 6 6 - Investasi 43 43 3 2 2 Kredit UMKM (Miliar Rp) 87 85 18 17 18 Rasio NPL Gross (%) na na na na na Rasio NPL Net (%) na na na na na LDR 129,69 159,24 145,66 141,02 139,06

1) data sampai dengan Februari 2009


(17)

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Nominal dalam jutaan Rp, volume dalam lembar kecuali disebutkan lain

2008 2009

INDIKATOR 2007

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I

SISTEM PEMBAYARAN

Inflow (Triliun Rp) 0,70 0,02 0,11 0,26 0,31 Outflow (Triliun Rp) 1,87 0,79 0,39 0,52 0,22 Pemusnahan Uang (Triliun Rp) 0,29 0,02 0,06 0,09 0,03 Nominal Transaksi RTGS 60.421 283.057 14.914 16.825 11.898 Volume Transaksi RTGS 47.841 140.574 16.778 17.063 13.391 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS 143 4.493 237 285 202 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS 192 2.231 266 289 227 Nominal Kliring Kredit 299.537 83.644 87.492 84.202 71.896 Volume Kliring Kredit 23.889 6.447 6.316 5.798 5.413 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit 13.615 3.802 3.977 3.827 3.268 Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit 1.086 293 287 264 246 Nominal Kliring Debet 1.163.954 399.186 412.162 380.109 374.948 Volume Kliring Debet 80.224 22.895 22.849 20.168 21.364 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet 52.907 18.145 18.735 17.278 17.043 Rata-rata Harian Volume Kliring Debet 3.647 1.041 1.039 917 971 Nominal Kliring Pengembalian 31.041 9.294 7.454 9.302 10.025 Volume Kliring Pengembalian 1.477 181 281 385 359 Rata-rata Harian Nominal Kliring

Pengembalian

1.411 422 339 423 456 Rata-rata Harian Volume Kliring

Pengembalian

67 8 13 18 16 Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 20.605 5.095 6.098 7.572 8.101 Volume Tolakan Cek/BG Kosong 1.171 138 239 305 298 Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 937 232 277 344 368 Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong 53 6 11 14 14


(18)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

BAB

1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

REGIONAL

Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2009 terlihat mengalami perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,01%, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98%.

Melambatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena masih rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menurunnya ekspor daerah. Sementara proporsi konsumsi rumah tangga dan ekspor sangat dominan dalam ekonomi Bengkulu yaitu mencapai 91%. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi mengalami perlambatan di triwulan ini. Sektor ekonomi dominan di daerah seperti sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa terlihat tumbuh melambat.

Grafik 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)

4.01%* 4.98%

3.66% 4.16%

7.03% 6.51%

6.73% 7.13%

3.69%

2.93%4.03% 2.30%

-2.76%

3.43%

1.42% 1.80%

-1.52%

2.47%*

1,600,000 1,630,000 1,660,000 1,690,000 1,720,000 1,750,000 1,780,000 1,810,000 1,840,000 1,870,000 1,900,000

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1

2007 2008 2009

-4% -2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% PDRB (skala kiri) LPE (y-o-y; skala kanan) LPE (q-t-q; skala kanan)


(19)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan

Perekonomian Provinsi Bengkulu dari sisi penggunaan masih bertumpu pada sektor konsumsi. Proporsi konsumsi terhadap PDRB mencapai 78,73%, diikuti ekspor-impor dan investasi. Proporsi konsumsi tersebut menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 81,63%.

1.1.1. Konsumsi Daerah

Pertumbuhan secara tahunan (y-o-y) di sisi konsumsi tertinggi dialami oleh konsumsi lembaga nirlaba dan pemerintah. Pertumbuhan untuk masing-masing konsumsi tersebut sebesar 12,06% dan 7,10%. Namun demikian konsumsi rumah tangga masih memiliki proporsi terbesar.

Tabel 1.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga

Berlaku dan Konstan

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Q-I 2008 Q-I 2009

Jenis Penggunaan

Nilai Proporsi Nilai Proporsi

Pertum-buhan I. Atas Dasar Harga Berlaku

1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok

6. Ekspor 7. Impor 2.084.795 30.816 510.717 294.348 (122.054) 1.138.297 (445.938) 59,72% 0,88% 14,63% 8,43% (3,50%) 32,61% (12,77%) 2.279.232 36.215 585.887 346.517 (121.063) 1.046.082 (427.271) 60,85% 0,97% 15,64% 9,25% (3,23%) 27,93% (11,41%) 9,33% 17,52% 14,72% 17,72% (0,81%) (8,10%) (4,19%)

PDRB 3.490.982 100% 3.745.599 100% 7,29%

II. Atas Dasar Harga Konstan

1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah

4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok

6. Ekspor 7. Impor 1.132.646 17.599 278.563 167.565 (41.865) 570.870 (313.014) 62,50% 0,97% 15,37% 9,25% (2,31%) 31,50% (17,28%) 1.165.920 19.721 298.327 184.193 (39.754) 552.498 (295.940) 61,85% 1,05% 15,83% 9,77% (2,11%) 29,31% (15,70%) 2,94% 12,06% 7,10% 9,92% (5,04%) (3,22%) (5,45%)

PDRB 1.812.364 100% 1.884.966 100% 4,01%

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan ini mulai mengalami peningkatan meski terbilang masih cukup rendah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara tahunan di triwulan ini sebesar 2,94% sementara triwulan sebelumnya hanya sebesar 1,47%. Adanya pertumbuhan konsumsi


(20)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional rumah tangga ini didorong oleh mulai membaiknya harga komoditas perkebunan yang menjadi unggulan daerah seperti karet dan kelapa sawit. Selain itu juga terbantu dengan mulai menurunnya tingkat inflasi daerah. Hal ini terlihat dari grafik di bawah.

Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Kons. RT

1.47% 2.94%

1,120,000 1,145,000 1,170,000 1,195,000

I II III IV I

2008 2009

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00%

g(YOY)

Inflasi YOY (%)

5.00 7.00 9.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah

Adanya peningkatan konsumsi tidak terlihat dari pola konsumsi rumah tangga akan listrik. Hal ini terlihat pada grafik 1.3 dibawah, konsumsi listrik rumah tangga di triwulan ini terlihat mengalami sedikit penurunan di banding triwulan sebelumnya. Konsumsi listrik menurun dari 63,76 juta Kwh menjadi 63,08 juta Kwh atau turun 1,07%.

Jumlah kendaraan roda 2 menurun signifikan dari 7.530 buah sepeda motor baru di bulan Agustus 2008 menjadi hanya sekitar 2.373 buah pada bulan Desember 2008 atau setelah krisis terjadi. Namun di bulan Januari 2009 mulai terjadi peningkatan jumlah kendaraan roda dua menjadi 2.894 buah atau naik 22% dibanding bulan sebelumnya. Namun trend peningkatan ini belum dialami oleh jenis kendaraan bus/truk dan roda 4.


(21)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.3. Konsumsi Listrik dan Perkembangan Kendaraan di Provinsi Bengkulu

Konsumsi Listrik RT (juta Kwh)

40 45 50 55 60 65 70 75

1 2 3 4 1

2008 2009

Jumlah Kendaraan Baru

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000

6 7 8 9 10 11 12 1

2008 2009

20 70 120 170

Roda 2 (kiri) Bus/Truk (kanan) Roda 4 (kanan)

Sumber : Dispenda Prov. dan PLN Bengkulu, diolah

Sementara itu, dana milik perorangan yang berada di bank umum di Provinsi Bengkulu di triwulan ini relatif stagnan meski mulai sedikit tumbuh di bulan Maret 2009. Dana perorangan ini dapat diasumsikan sebagai dana milik masyarakat yang ada di perbankan. Kecenderungan penurunan terutama terjadi untuk jenis simpanan yang berbentuk tabungan. Hal ini dapat menggambarkan adanya kecenderungan peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat di tengah relatif stabilnya pendapatan.

Grafik 1.4. Dana Perorangan dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu DPK Perorangan 1,800,000 2,000,000 2,200,000 2,400,000 2,600,000 2,800,000 3,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% g(YOY) Kredit Konsumsi 1,500,000 1,600,000 1,700,000 1,800,000 1,900,000 2,000,000 2,100,000 2,200,000 2,300,000 2,400,000 2,500,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% gYOY


(22)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan kredit konsumsi juga terlihat mulai menunjukkan kecenderungan yang sama. Hal ini terlihat dari grafik 1.4 di bawah dimana pertumbuhan kredit secara tahunan mulai mengalami peningkatan di bulan Maret. Secara tahunan kredit konsumsi tumbuh sebesar 43% di triwulan ini. Kredit konsumsi tumbuh dari Rp1.746 miliar di triwulan I tahun 2008 menjadi Rp2.489 miliar di triwulan ini.

Hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu juga menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK). Peningkatan ini dipicu oleh naiknya indeks kondisi ekonomi saat ini terutama terhadap kondisi penghasilan saat ini yang mengalami perbaikan dibanding 6 bulan sebelumnya. Hal ini kemungkinan dipicu oleh membaiknya harga komoditas dan turunnya inflasi daerah.

Grafik 1.5. Beberapa Hasil Survei di Provinsi Bengkulu

35.00 45.00 55.00 65.00 75.00 85.00 95.00 105.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2006 2007 2008 2009

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen, BI Bengkulu

Konsumsi pemerintah secara tahunan di triwulan laporan terlihat mengalami pertumbuhan yang cukup baik meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tahunan konsumsi pemerintah di triwulan laporan mencapai 7,10% sementara triwulan sebelumnya 7,62%. Sedangkan konsumsi yang dilakukan lembaga nirlaba di triwulan ini mengalami


(23)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 12,06% sementara triwulan sebelumnya hanya sebesar 5,57%. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.6. di bawah.

Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Kons. Pemerintah

7.10% 7.62%

275,000 280,000 285,000 290,000 295,000 300,000

I II III IV I

2008 2009

4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 10.00%

g(YOY)

Kons. Lemb. Nirlaba

12.06%

5.57%

16,500 17,000 17,500 18,000 18,500 19,000 19,500 20,000

I II III IV I

2008 2009

0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00%

g(YOY)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah

Dilihat dari pengeluaran pemerintah daerah terkait dengan belanja pegawai, yang memiliki porsi 27% terhadap total belanja daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu, juga terlihat meningkat. Peningkatan tersebut mencapai 31% dibanding triwulan sama tahun sebelumnya. Adanya kenaikan tersebut diduga karena kenaikan gaji PNS serta penambahan jumlah PNS di lingkungan pemerintah daerah.

Sebaliknya pertumbuhan giro pemerintah yang ada di bank umum terlihat semakin menurun. Giro pemerintah yang ada di bank umum di triwulan I tahun 2008 sebesar Rp1.143 miliar sementara di triwulan ini menurun menjadi Rp984 miliar atau turun 14%.


(24)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Giro Milik Pemerintah

-13.93% 12.50% -3.97% 450,000 650,000 850,000 1,050,000 1,250,000 1,450,000 1,650,000 1,850,000

1 2 3 4 1

2008 2009 -15.00% -5.00% 5.00% 15.00% 25.00% 35.00% 45.00% 55.00% 65.00% 75.00% g(YOY) Belanja Pegawai 200,000 220,000 240,000 260,000 280,000 300,000 320,000 340,000 360,000 380,000 400,000

I II III IV I

2008 2009 -2% 18% 38% 58% 78% 98% g(YOY)

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah

1.1.2. Investasi Regional

Data investasi regional yang tercatat di BPS sebagaimana terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dan ditunjukkan pada tabel 1.1. di triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 9,92%. Sementara pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 15,40%. Sehingga terlihat adanya perlambatan pertumbuhan. Pencatatan BPS ini merupakan investasi yang bersifat tambahan dan dilakukan oleh pelaku ekonomi daerah setempat yang dapat berupa tambahan bangunan atau peralatan untuk kegiatan usaha yang telah dijalaninya.

Adanya peningkatan ini juga terlihat dari data kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bengkulu. Dari data, sebagaimana grafik di bawah, terlihat mulai adanya peningkatan kredit di awal tahun 2009 ini setelah sebelumnya cenderung tumbuh menurun. Namun pertumbuhan tahunan konsumsi semen daerah di triwulan ini mengalami kecenderungan yang menurun.


(25)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Kredit Investasi 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000 500,000 550,000 600,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% g(YOY)

Kons. Semen (ton)

20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 60,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009 -20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00% g(YOY)

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sedangkan, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu di triwulan I 2009 kepada para pelaku usaha menunjukkan bahwa para responden melaporkan tidak adanya realisasi investasi di triwulan ini. Sementara data sebelumnya menunjukkan adanya penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi investasi yang dilakukan responde. Hal ini menunjukkan lebih sedikitnya responden yang menambah jumlah realisasi investasinya.

Grafik 1.9. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU -0.47 0.11 (5.00) -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2006 2007 2008


(26)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.1.3. Ekspor dan Impor Regional

Menurut data BPS Provinsi Bengkulu, pada triwulan laporan terjadi sedikit penurunan net-ekspor secara tahunan (y-o-y) sebesar 0,5%. Tren perkembangan ekspor dan impor antar daerah/negara di triwulan laporan dapat dilihat dari tabel 1.2. di bawah ini. Ekspor turun dari Rp570.870 juta pada triwulan I tahun 2008 menjadi Rp552.498 juta, sedangkan impor juga menurun dari Rp313.014 juta menjadi Rp295.940 juta.

Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu

juta rupiah

2008 2009

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1

Ekspor 570.870 569.879 578.057 530.229 552.498

Impor 313.014 313.115 312.954 301.649 295.940

Net Ekspor (Impor) 257.856 256.764 265.103 228.580 256.558

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Sementara perkembangan ekspor daerah ke mancanegara berdasarkan pemberitahuan ekspor barang diperkirakan akan menurun secara tahunan. Tabel 1.3 di bawah menggambarkan kegiatan perdagangan lintas negara dari dan ke Provinsi Bengkulu yang dicatat berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

Dari tabel tersebut terlihat adanya penurunan ekspor daerah ini pada triwulan laporan secara tahunan1

. Penurunan nilai ekspor yang cukup besar terjadi pada mata dagangan karet dan lemak/minyak hewan nabati dengan komoditas utama minyak sawit/CPO. Selain itu juga terjadi pergeseran porsi ekspor dimana di tahun sebelumnya ekspor didominasi oleh karet dan CPO namun sejak triwulan IV tahun 2008 ekspor lebih didominasi oleh karet dan batubara. Menurut hasil liaison juga terungkap bahwa produsen CPO di

1

Berhubung data Maret 2009 belum tersedia, data triwulan I dihitung dengan asumsi realisasi ekspor Bulan Maret sama dengan Bulan Februari. Hal ini dengan perkiraan realisasi ekspor Maret tidak akan lebih baik dari bulan sebelumnya.


(27)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Bengkulu saat ini lebih memilih untuk memasarkan produknya ke pasar domestik dibandingkan pasar ekspor.

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

2008 2009

Mata Dagangan Ket.

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1*

Pro-porsi

Nilai 10.263 15.321 10.778 7.608 5.256 19,82%

Lemak/minyak

hewan/nabati Volume 11.000 13.500 12.000 15.875 11.698

Nilai 290 475 704 333 218 0,82%

Kakao dan produk

kakao Volume 150 250 300 150 100

Nilai 9.896 10.097 9.007 12.555 7.517 28,34%

Bahan bakar

mineral Volume 311.403 276.801 200.589 252.221 175.109

Nilai 28.517 29.539 34.011 23.941 13.387 50,47%

Karet dan barang

dari karet Volume 11.882 11.055 11.404 9.707 10.151

Nilai 73 275 1.262 132 145 0,55%

Lainnya

Volume 3.013 12.842 20.925 6.778 4.804

Nilai 49.039 55.707 55.762 44.569 26.523 100% Total

Volume 337.448 314.448 245.218 284.731 201.862

Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) angka perkiraan

Penurunan nilai ekspor di triwulan laporan secara tahunan terlihat sangat signifikan dan diperkirakan mencapai 46%. Penurunan ekspor terjadi hampir di seluruh mata dagangan ekspor daerah terutama dialami komoditas karet dan CPO yang masing-masing menurun sebesar 53% dan 49%. Penurunan kinerja tampak terjadi baik secara kuantitas maupun nilai ekspor. Namun signifikansi penurunan kinerja ekspor daerah terutama terjadi jika dilihat secara nilai.

Pada grafik 1.10 di bawah terlihat pertumbuhan tahunan ekspor yang terus menurun terjadi di seluruh mata dagangan ekspor utama daerah seperti karet, CPO dan batubara. Bahkan telah terjadi pertumbuhan minus sejak triwulan III tahun 2008. Namun jika dilihat ekspor secara kuantitas maka terlihat penurunan pertumbuhan terjadi untuk komoditas batubara dan karet. Sementara volume ekspor CPO mulai meningkat di triwulan ini, walau kurang signifikan.


(28)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Grafik 1.10. Pertumbuhan Tahunan Ekspor Mancanegara Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Nilai Ekspor -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140%

I II III IV I

2008 2009 CPO Karet Batubara Volume Ekspor -70% -20% 30% 80% 130% 180%

I II III IV I 2008 2009

CPO Karet Batubara

Sumber : Lap Bulanan Bank Umum – KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Indikasi penurunan pertumbuhan ekspor diduga karena dipengaruhi harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang saat ini belum stabil dan cenderung lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari grafik 1.11 di bawah dimana harga komoditas karet dan batubara mengalami kecenderungan menurun. Sedangkan harga CPO terlihat mulai membaik.

Grafik 1.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu

dalam US$/kg untuk karet, US$/metric ton untuk CPO & batubara

-200 400 600 800 1,000 1,200 Ja n

Feb Mar Ap

r

May Jun Jul Au

g Sep Oc t No v Dec Ja n

Feb Mar Ap

r

May Jun Jul Au

g Sep Oc t No v Dec Ja n Feb Mar

2007 2008 2009

Karet CPO Batubara


(29)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sedangkan pertumbuhan volume ekspor relatif stabil dan cenderung meningkat di triwulan ini kecuali batubara. Kurang baiknya pertumbuhan volume batubara dikarenakan adanya permasalahan hukum terkait dengan kegiatan penambangan batubara yang dialami dua perusahaan tambang batubara di Bengkulu yang secara langsung mempengaruhi ekspor batubara daerah. Permasalahan hukum yang dialami oleh perusahaan tersebut adalah dugaan tidak adanya izin penambangan (illegal mining). Sehingga perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penambangan kembali sebagaimana biasanya.

Tabel 1.4. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu

nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton

2008 2009

Negara Pembeli Ket.

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1*

Nilai 10.202 7.840 8.977 9.398 2.653

Amerika Serikat

Volume 4.409 3.037 3.205 3.452 1.808 Nilai 2.732 1.035 465 438 3.628

Thailand

Volume 92.070 31.219 200 5.627 81.865 Nilai 14.990 18.338 19.227 14.966 5.627

Singapura

Volume 39.233 57.886 22.527 16.064 4.328 Nilai 3.146 5.341 1.730 3.349 428

Malaysia

Volume 83.250 120.583 34.741 64.538 9.510

Nilai 230 - 406 - -

Hongkong

Volume 101 - 18.035 - -

Nilai - 113 - - -

Jerman

Volume - 40 - - -

Nilai 11.516 17.101 12.136 7.612 3.803

Belgia

Volume 11.524 14.163 12.463 14.137 8.320 Nilai 6.223 5.939 12.821 8.806 1.946

Lainnya

Volume 106.861 87.520 154.047 180.913 35.430

Nilai 49.039 55.707 55.762 44.569 18.085

Total

Volume 337.448 314.448 245.218 284.731 141.261

Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) data hingga bulan Februari

Bila dilihat dari negara pembeli (tabel 1.4 di atas), Singapura merupakan negara dengan nilai pembelian terbesar diikuti oleh Belgia dan Thailand. Nilai ekspor Provinsi Bengkulu ke tiga negara ini mencapai US$13.058 ribu atau sekitar 72% dari nilai ekspor secara keseluruhan.


(30)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Adapun pembelian dari Amerika Serikat terlihat mulai menurun dan tidak seperti triwulan sebelumnya.

1.2. PDRB Sisi Sektoral

Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (y-o-y) terjadi pada sebagian besar sektor ekonomi. Sektor yang mengalami pertumbuhan melambat dibanding triwulan sebelumnya terutama untuk sektor utama Provinsi Bengkulu seperti pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa. Laju pertumbuhan masing-masing sektor tersebut sebesar 4,35%, 2,89% dan 6,05%. Melambatnya kinerja sektor perdagangan dan jasa-jasa terlihat pula dari hasil quick survey Bank Indonesia Bengkulu kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Dimana dari hasil survei terlihat adanya penurunan usaha yang cukup signifikan (lihat Boks 1 Gambaran Singkat Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap UMKM). Sementara itu, sektor yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 6,05%.

Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Bengkulu (y-o-y) Menurut Sektor

persen

Lapangan Usaha Trw-II

2008 Trw-III 2008 Trw-IV 2008 Trw-I 2009 1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Air dan Gas 5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Persewaan 9. Jasa-jasa 2,16 5,22 3,19 7,01 8,39 2,13 2,99 3,96 11,65 4,05 4,79 0,74 6,73 6,10 -0,03 2,33 2,10 8,65 5,35 4,35 2,17 6,93 2,60 4,53 1,57 3,39 8,07 4,35 5,88 2,15 5,98 2,92 2,89 1,66 3,41 6,05

P D R B 4,16 3,66 4,98 4,01

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara

Sedangkan struktur perekonomian Provinsi Bengkulu sebagaimana terlihat dari tabel 1.6 di bawah terlihat masih didominasi oleh sektor pertanian diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi ketiga sektor ini terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu mencapai 76,94% di triwulan laporan. Dengan demikian naik turunnya ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu secara keseluruhan.


(31)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Tabel 1.6. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu

juta rupiah kecuali dinyatakan lain

Q3-2008 Q4-2008 Q1-2009

Lapangan Usaha

Nilai Porsi Nilai Porsi Nilai Porsi

1. Pertanian 739.702 39,60 719.113 39,09 763.445 40,50 2. Pertambangan dan Penggalian 59.190 3,17 59.438 3,23 60.692 3,22 3. Industri Pengolahan 75.518 4,04 73.707 4,01 73.945 3,92 4. Listrik, Gas dan Air 8.379 0,45 8.551 0,47 8.624 0,46 5. Bangunan 55.469 2,97 56.094 3,05 53.972 2,86 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 376.636 20,16 367.928 20,00 369.227 19,59 7. Pengangkutan dan Komunikasi 154.463 8,27 153.296 8,33 151.671 8,05 8. Keuangan dan Persewaan 84.868 4,54 85.204 4,63 85.770 4,55 9. Jasa – jasa 313.655 16,80 316.126 17,19 317.619 16,85

PDRB 1.867.880 100,00 1.839.455 100,00 1.884.966 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara

1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh melambat di triwulan ini, yakni sebesar 4,35% sementara triwulan sebelumnya tercatat sebesar 5,35%. Relatif masih baiknya pertumbuhan sektor ini kemungkinan didorong oleh musim panen yang jatuh di akhir triwulan serta harga jual yang mulai membaik untuk komoditas perkebunan. Mulai membaiknya kondisi subsektor perkebunan tergambar melalui hasil liaison Bank Indonesia Bengkulu ke subsektor tersebut (lihat Boks.2 Perkembangan Sektor Perkebunan Bengkulu Tw.I-2009).

Hal tersebut juga terlihat di sektor perbankan dimana laju pertumbuhan tahunan kredit pertanian terlihat meningkat cukup signifikan. Laju pertumbuhan meningkat dari 5% di triwulan sebelumnya menjadi 61% di triwulan ini. Hal ini diduga karena adanya beberapa program revitalisasi perkebunan yang sudah mulai dilaksanakan di triwulan ini dan dibiayai melalui dana perbankan.

Sementara persepsi pelaku usaha hasil SKDU menunjukkan kondisi yang stagnan, dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa realisasi


(32)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional usahanya di triwulan ini tetap. Hal ini dialami oleh 65% responden SKDU terutama responden dari subsektor peternakan dan perikanan.

Grafik 1.12. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu

Kredit Pertanian (Rp Juta)

30,000 80,000 130,000 180,000 230,000 280,000 330,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009

-15% -5% 5% 15% 25% 35% 45% 55% 65% gYOY

Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton)

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2006 2007 2008 2009

-60% 140% 340% 540% 740% 940% 1140% 1340% 1540% 1740% 1940% gYOY

Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi, diolah

1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air

Sektor listrik, gas dan air tercatat juga mengalami pertumbuhan tahunan yang melambat di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,98%. Namun pertumbuhan tersebut terbilang masih cukup tinggi di antara sektor lainnya.

Grafik 1.13. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu

Konsumsi Listrik 200 205 210 215 220 225 230

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009

22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jml. Pelanggan (ribu orang, axis kiri) Konsumsi (juta KWh, axis kanan)

Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp)

250 350 450 550 650 750 850 950 1,050 1,150

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009

-100% -50% 0% 50% 100% 150% gYOY


(33)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Data konsumsi listrik memperlihatkan adanya penurunan konsumsi listrik di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya. Pada bulan Desember konsumsi listrik sebesar 26.360 ribu Kwh sementara di bulan Maret sebesar 26.141 ribu Kwh atau menurun 0,83%. Penurunan terutama terjadi untuk konsumen rumah tangga. Sementara data kredit yang disalurkan perbankan ke sektor ini di Provinsi Bengkulu mengalami sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dari Rp302 juta menjadi Rp319 juta.

1.2.3. Sektor Jasa - Jasa

Sektor jasa-jasa secara tahunan juga mengalami pertumbuhan yang mulai melambat dimana pertumbuhan triwulan ini sebesar 6,05%, sementara triwulan sebelumnya mencapai 8,07%. Porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah juga cukup besar yaitu mencapai 16,85%, sehingga sektor ini tetap menjadi pendukung tumbuhnya ekonomi daerah.

Dilihat dari pembiayaan perbankan, maka terlihat adanya penurunan kredit di triwulan ini untuk sektor jasa-jasa. Kredit yang disalurkan perbankan daerah ke sektor ini pada bulan Maret 2009 mencapai Rp261 miliar, turun sebesar 21% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan terutama dialami untuk kredit kepada jasa sosial yaitusebesar 48%.

Grafik 1.14. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu

-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009

Kredit Sektor Jasa (juta Rp)

PDRB Sektor Jasa (juta Rp) Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU)

(0.60) (0.40) (0.20) -0.20 0.40 0.60 0.80 1.00

I II III IV I II III IV I II III IV I 2006 2007 2008 2009


(34)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sementara hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di triwulan I tahun 2009 menunjukkan kondisi yang stagnan dimana hasil saldo bersih tertimbang (SBT) di triwulan ini sama dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -0,40. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan realisasi usahanya di triwulan ini relatif menurun.

1.2.4. Sektor Bangunan

Laju pertumbuhan sektor bangunan secara tahunan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 2,92% dengan porsi terhadap ekonomi daerah sebesar 2,86%. Dengan porsi yang relatif kecil tersebut belum memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi Bengkulu. Kondisi ini tergambar pula pada penyaluran kredit konstruksi. Dimana laju pertumbuhan secara tahunan meningkat 13% dari Rp117 miliar di triwulan I tahun 2008 menjadi Rp132 miliar di triwulan ini. Kredit perumahan di triwulan ini juga terlihat terus meningkat. Hal ini terlihat pada grafik 11 di bawah.

Data konsumsi semen daerah di triwulan ini juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada triwulan I tahun 2008 konsumsi semen daerah sebanyak 89 ribu ton sementara di triwulan ini mencapai 107 ribu ton atau meningkat hingga 20%. Meski begitu jika dilihat pertumbuhannya maka terlihat adanya kecenderungan penurunan konsumsi semen daerah.

Grafik 1.15. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu

Kons. Semen (ton)

20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 50,000 55,000 60,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009

-20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

g(YOY)

Penyaluran Kredit (miliar Rp)

-50 100 150 200 250 300 350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2006 2007 2008 2009

Konstruksi Perumahan


(35)

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Indikator kesejahteraan petani sebagaimana tergambar melalui indikator nilai tukar petani (NTP) di triwulan I sampai dengan bulan Februari 2009 cenderung meningkat. Peningkatan NTP ini dapat menggambarkan bahwa secara relatif tingkat kesejahteraan hidup petani semakin tinggi. Dibanding triwulan sebelumnya, terlihat adanya perubahan NTP 102,04 menjadi 102,24 atau naik 1,38%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani terkait dengan hasil produksinya. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas perkebunan utama seperti karet dan kelapa sawit.

Grafik 1.16. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu

102.24 110.04

102.04 109.06

119.03

113.53

95 105 115 125

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb

2008 2009


(36)

BOKS 1

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI BENGKULU

Dalam rangka memahami dampak krisis terhadap perkembangan sektor riil di Bengkulu pada Triwulan I Tahun 2009, Bank Indonesia Bengkulu melakukan pengamatan langsung dan wawancara singkat kepada pelaku UMKM. Para pelaku usaha yang dilakukan pengamatan dan wawancara terbagi atas empat kelompok UMKM, yaitu: usaha makanan khas Bengkulu, batik khas Bengkulu (Besurek), jasa travel, dan toko kelontong.

Pertanyaan yang diajukan ke pelaku usaha tersebut mengenai perkembangan produksi, tenaga kerja, volume produksi & penjualan, biaya modal, pemasaran dan keuntungan. Selain itu ditanyakan pula apakah ada rencana investasi dalam jangka pendek (dalam tahun 2009). Adapun ringkasan hasil pengamatan dan wawancara tersebut sebagai berikut :

USAHA MAKANAN KHAS BENGKULU (Kue Tat, Lempok Durian, Emping)

Seluruh pelaku usaha pada industri rumah tangga (IRT) makanan khas Bengkulu menyatakan adanya penurunan volume usaha sejak akhir tahun 2008. IRT makanan khas ini biasanya mengalami lonjakan pada hari-hari besar dan liburan, namun hal ini tidak terjadi di tahun 2008. Bahkan selama triwulan I tahun 2009, IRT Lempok Durian dan Emping mengalami penurunan usaha hampir 50% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sepinya order dari luar daerah (seperti Lampung, Palembang dan Padang) diakui memberikan sumbangan terbesar pada penurunan volume penjualan ini. Untuk penjualan kue tat Bengkulu kondisinya lebih baik, karena volume penjualan hanya turun 10% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kenaikan harga bahan baku, tidak begitu dirasakan oleh pengrajin, karena bahan baku ini banyak tersedia di Bengkulu. Mereka menyatakan kenaikan bahan baku masih dalam kategori wajar yaitu kurang dari 10%. Penggunaan tenaga kerja pada IRT makanan khas ini tanpa menggunakan tenaga kerja tetap. Apabila permintaan/pesanan mulai meningkat, maka tenaga kerja ditambah. Untuk IRT emping melinjo, biasanya pengrajin mengambil bahan baku kemudian mengerjakannya di rumah masing-masing. Oleh karena itu perubahan pada tenaga kerja tidak begitu berarti bagi IRT ini.

Dari segi keuntungan, seluruhnya menyampaikan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Karena peningkatan harga bahan baku dan anjloknya penjualan. Namun demikian, pelaku IRT masih memiliki keinginan untuk melakukan perluasan usaha pada tahun 2009, karena adanya harapan perbaikan perekonomian.

BATIK KHAS BENGKULU (Batik Besurek)

Rata-rata penurunan volume penjualan batik besurek mencapai 30%. Penurunan cukup tinggi dirasakan sejak akhir tahun 2008 dan berlangsung sampai saat ini. Dari sisi produksi terjadi kenaikan bahan baku mencapai 20%. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja pada usaha ini masih tetap dan dengan tingkat upah yang tetap pula. Apabila pelaku usaha mengurangi tenaga kerja,


(37)

Dari sisi jangkauan pemasaran, dirasa tidak ada perubahan, karena masih dalam lingkup pemesanan di provinsi Bengkulu saja. Keuntungan usaha ini juga mengalami penurunan sebesar kurang lebih 30% dibandingkan periode sebelumnya. Meskipun dilakukan anjuran untuk pemakaian pakaian produk daerah, namun belum mampu meningkatkan volume usaha ini.

JASA TRAVEL (Angkutan Udara & Angkutan Darat

Di bidang jasa travel baik untuk angkutan udara maupun darat mengalami penurunan sejak krisis (dirasakan sejak pertengahan tahun 2008). Untuk jasa travel angkutan udara pada akhir tahun 2008, bahkan mengalami penurunan sampai 50%. Meskipun penurunan ini tidak mencerminkan turunnya jumlah penumpang pesawat, karena justru pada pertengahan tahun 2008 jumlah penerbangan dari dan ke Bengkulu meningkat. Adanya penurunan jasa travel ini diduga karena mulai banyaknya jasa travel yang ada dan adanya kemudahan pemesanan melalui maskapai langsung.

Pada awal tahun 2009 ini, jasa travel mulai merasakan peningkatan dibanding akhir tahun 2008, namun belum setinggi tahun sebelumnya. Untuk jasa angkutan udara, biasanya ramai pada hari-hari libur dan akhir tahun. Dari sisi jumlah tenaga kerja juga tidak terjadi perubahan.

Pada jasa travel angkutan darat (bis–AKAP), jumlah penumpang mengalami penurunan sebesar 10% dibandingkan tahun yang lalu. Penurunan penumpang disebabkan oleh menurunnya kondisi usaha di Bengkulu. Penumpang angkutan darat pada umumnya adalah pengusaha dan pelajar. Biaya angkutan dari tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan 10%. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan harga BBM dan himbauan pemerintah untuk menurunkan ongkos angkutan penumpang. Disamping itu, juga karena adanya persaingan dengan jasa angkutan yang lain.

Meskipun terjadi penurunan jumlah penumpang, jasa angkutan masih merencanakan untuk penambahan trayek baru karena pesaing yang belum banyak serta pangsa pasar yang belum terserap untuk beberapa wilayah tertentu.

Peningkatan biaya terjadi pada naiknya biaya tenaga kerja. Pada tahun 2008, meningkat tiga kali dengan mengikuti peraturan pemerintah dan kebijakan dari pihak perusahaan. Selain itu peningkatan biaya yang cukup signifikan juga terjadi pada biaya spare part. Dampak dari kondisi ini adalah menurunnya keuntungan jasa angkutan darat.

TOKO KELONTONG

Usaha toko kelontong tidak mengalami banyak perubahan terkait krisis yang terjadi. Hal ini dikarenakan mayoritas barang adalah kebutuhan pokok. Justru terjadi peningkatan pada beberapa toko, karena kemampuannya untuk menyediakan variasi jenis barang yang diperlukan oleh konsumen. Untuk tenaga kerja pada umumnya tidak mengalami perubahan karena lebih banyak menggunakan tenaga kerja keluarga (termasuk kerabat terdekat). Omset penjualan meningkat karena pembelian berbagai jenis barang kebutuhan konsumen tersebut.


(38)

umumnya UMKM di Bengkulu terkena dampak negatif terkait dengan krisis keuangan global yang terjadi. Kondisi UMKM cenderung dalam kondisi yang kurang baik. Namun jika dilihat perkembangan kredit perbankan ke sektor UMKM di triwulan ini sudah mulai membaik. Pertumbuhan kredit secara bulanan ke UMKM terlihat mulai mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 4% di bulan Maret. Kredit Usaha Kecil (KUK) juga mengalami peningkatan sebesar 5%. Hal ini terlihat pada grafik di bawah.

Perkembangan Kredit, Kredit UMKM dan KUK Perkembangan Kredit UMKM

2,500,000 2,700,000 2,900,000 3,100,000 3,300,000 3,500,000 3,700,000 3,900,000 4,100,000 4,300,000 4,500,000

Jan FebMar Apr Mei Jun Jul AugSep Oct Nov Dec Jan FebMar 2008 2009

600,000 650,000 700,000 750,000 800,000 850,000 900,000 950,000 1,000,000 1,050,000

Kredit UMKM KUK

2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 4,500,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 2008 2009

-3% -2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7%


(39)

BOKS 2 TRIWULAN I 2009

Permintaan komoditas CPO dan karet dunia yang cenderung tinggi ditambah dengan melambungnya harga komoditas sawit dan karet sejak tahun 2007 membuat sektor perkebunan menjadi semakin menggiurkan. Hal ini ternyata berdampak beralihnya 5.871 hektar lahan persawahan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan karet, hingga awal 2008. Informasi ini diperkuat dengan pernyataan dari beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Seluma yang menyatakan bahwa saat ini areal persawahan mereka telah banyak beralih menjadi lahan karet dan sawit. Saat ini, areal persawahan beberapa Gapoktan di Seluma hanya berkisar antara 20% hingga 30% dari total luas lahan yang mereka miliki, sementara sisanya ditanami karet dan sawit. Selain karena harga komoditas karet dan kelapa sawit yang lebih menguntungkan dibandingkan beras, permasalahan irigasi, ketersediaan pupuk dan ketidakstabilan harga beras turut mendorong petani untuk melakukan alih lahan.

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. Harga Komoditas Pertanian Dunia

Lonjakan harga komoditas karet dan CPO dunia di awal hingga pertengahan 2008 berbalik menjadi penurunan harga secara signifikan pada triwulan III 2008. Dilihat dari dampaknya bagi ekspor Bengkulu, terjadi penurunan nilai ekspor yang sangat drastis padahal dari segi volume ekspor masih cukup tinggi.

1


(40)

2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju

n Jul

Au g Se p Oct No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju

n Jul

Au g Se p Oct No v De c Ja n Fe b

2007 2008 2009 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Karet-volume (ton)-kanan

Grafik 2. Perkembangan Ekspor Karet

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju

n Jul

Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju

n Jul

Au g Sep Oc t No v De c Ja n Fe b

2007 2008 2009 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 CPO-nilai (ribu US$)-kiri

CPO-volume (ton)-kanan

Grafik 3. Perkembangan Ekspor CPO

Memasuki tahun 2009, perbaikan harga komoditas karet dan CPO dunia memberikan perbaikan pada nilai ekspor karet dan CPO Bengkulu. Sementara ditingkat petani, triwulan pertama tahun 2009 perkebunan kelapa sawit diwarnai dengan perkembangan yang cukup baik. Dimana volume penjualan TBS tingkat petani mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan tahun lalu meskipun harga TBS tidak setinggi tahun lalu. Pada komoditas karet, beberapa petani menyatakan mengalami penurunan penjualan karena petani enggan melakukan penyadapan dengan kondisi harga yang tidak sebaik tahun lalu.

Pada tingkat perusahaan perkebunan, penjualan CPO masih baik karena permintaan dunia terhadap CPO masih cukup tinggi. Perusahaan pengolahan karet juga mengungkapkan bahwa volume penjualan komoditas ini masih dalam


(41)

glonal, namun secara umum tingkat permintaan karet saat ini masih terbilang cukup tinggi.

Produksi kelapa sawit dan karet di tingkat petani pada tahun depan diperkirakan akan mengalami kenaikan karena masih tingginya keinginan petani dalam melakukan alih lahan persawahan. Selain itu, pembukaan lahan baru dan adanya bantuan dari Balai Pengembangan Teknologi Pertanian serta dukungan penyediaan pupuk bagi petani dipercayai petani akan mampu meningkatkan output dan produktivitas lahan mereka. Pada tingkat perusahaan pengolahan CPO, ini beberapa responden menyatakan akan segera mengaktifkan pabrik pengolahan baru mereka sehingga akan mendorong peningkatan produksinya. Selain itu, beberapa perusahaan perkebunan juga menyatakan akan melakukan perluasan lahan perkebunan dan revitalisasi perkebunan pada tahun 2009 ini.

Perusahaan perkebunan dapat dikatakan masih cukup optimis mensikapi perkembangan perekonomian saat ini. Hal ini terlihat jelas dari masih adanya keinginan untuk melakukan investasi jangka panjang meskipun responden juga menyatakan adanya pengetatan terkait dengan ketenagakerjaan pada triwulan I 2009, namun ke depan mereka optimis akan adanya tambahan kebutuhan tenaga kerja.

Terkait dengan komoditas tanaman pangan terutama beras, para petani menyatakan bahwa tingkat penjualan pada triwulan pertama 2009 ini masih dalam tingkat yang sama dengan tahun kemarin. Kendala ketersediaan pupuk masih menghantui petani, begitu pula dengan tingkat harga beras ketika musim panen. Pada beberapa wilayah, kondisi musim hujan mengakibatkan gagalnya panen karena areal sawah terendam banjir. Areal persawahan di Bengkulu masih banyak yang merupakan sawah tadah hujan yang hanya mengalami satu kali masa panen dalam setahun. Setelah masa panen padi, areal persawahan akan ditanami dengan jagung. Untuk triwulan I 2009 kondisi pasar komoditas jagung masih belum dapat diinformasikan karena baru akan memasuki masa tanam pada bulan April-Mei ini.


(42)

Inflasi Daerah

BAB

2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Perkembangan Inflasi

Perkembangan inflasi Kota Bengkulu1

pada triwulan I tahun 2009 masih dipengaruhi oleh efek penurunan harga BBM pada Januari 2009 dan kondisi perekonomian yang melemah akibat krisis global. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan inflasi yakni dari 13,44%(yoy) pada triwulan IV 2008 menjadi 10,03%. Namun demikian, inflasi Bengkulu masih lebih tinggi dibanding inflasi di tingkat nasional yang sebesar 7,92%(yoy).

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu

14.51% 13.44% 10.03% 0%

5% 10% 15% 20% 25% 30%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Bengkulu (y-o-y) Nasional (y-o-y)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

2.2. Faktor Pendorong Inflasi

Menurunnya inflasi di triwulan ini terutama masih didorong oleh efek turunnya harga BBM pada Januari lalu dan terjaganya pasokan bahan makanan


(43)

Inflasi Daerah yang kerap menjadi penyebab tingginya inflasi Bengkulu. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun masih ada beberapa komoditi yang mengalami kenaikan IHK namun secara umum terjadi penurunan IHK yang signifikan pada triwulan ini. Penurunan laju inflasi ini terutama didorong oleh penurunan IHK dari kelompok komoditi transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan.

Secara triwulanan, kelompok komoditi rata-rata masih mengalami inflasi namun tidak terlalu signifikan. Melemahnya kondisi perekonomian akibat krisis global turut menyebabkan terjadinya kembali deflasi pada bulan Maret 2009 ini.

2.3. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa

Pada tabel 2.1 di bawah terlihat hampir seluruh kelompok barang/jasa mengalami inflasi. Kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau dan perumahan-air-listrik-dan-gas terlihat mengalami inflasi tertinggi dibanding kelompok lainnya.

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y)

persen

Trw IV-2008 Trw I-2009

Kelompok Barang/Jasa

IHK Inflasi IHK Inflasi

Bahan makanan 125,45 19,19 126,36 0,68 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 122,86 17,54 126,63 18,1 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 118,22 14,69 118,79 14,41 Sandang 112,98 8,44 116,62 7,26 Kesehatan 109,60 10,42 110,33 9,37 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 106,28 6,58 107,29 7,51 Pengangkutan, Komunikasi dan Jasa Keuangan 105,89 6,26 100,15 1,03

Inflasi Umum 116,64 13,44 116,74 10,03

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Kelompok makanan jadi-minuman-rokok-tembakau mengalami inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 18,1%. Inflasi atas kelompok ini terutama terjadi untuk subkelompok makanan jadi dan minuman yang tidak beralkohol yaitu masing-masing sebesar 24,15% dan 15,85%. Sementara, inflasi tahunan (yoy) pada


(44)

Inflasi Daerah kelompok perumahan-air-listrik-dan-gas sebesar 14,41% didorong oleh subkelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 16,25%.

Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu

persen

No. Komoditas Inflasi Sumb. Komoditas Deflasi Sumb.

1. Sewa rumah 3,52 0,08 Bayam -34,46 -0,13

2. Bawang Merah 14,96 0,06 Daging Ayam Ras -3,98 -0,08

3. Angkutan Udara 16,53 0,06 Kangkung -19,99 -0,07

4. Emas Perhiasan 2,75 0,05 Tomat Buah -19,09 -0,06

5. Gula Pasir 6,34 0,04 Udang Basah -10,00 -0,06

6. Ikan Dencis 8,65 0,03 Semen -4,19 -0,05

7. Jengkol 22,71 0,03 Ikan Tongkol -5,89 -0,05

8. Kakap Merah 6,36 0,01 Cabe Merah -2,66 -0,05

9. Obat dengan resep 2,31 0,01 Ikan Mas -9,04 -0,03

10. Ikan kembung 6,52 0,01 Sawi Hijau -25,17 -0,03

Total Sumbangan 0,38 Total Sumbangan (0,61)

Komoditas lain -0,69 Komoditas lain 0,30

Inflasi Umum (0,31) Inflasi Umum (0,31)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Dilihat sumbangan inflasi per komoditas sebagaimana terlihat di tabel 2.2 di atas, komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah sewa rumah dan bawang merah. Peningkatan harga sewa rumah ditengarai karena mengikuti adanya kenaikan UMR di awal tahun. Sedangkan untuk bawang merah, kenaikan harganya lebih disebabkan karena faktor cuaca yang masih terus diwarnai oleh curah hujan Bengkulu yang masih berada pada tingkat menengah hingga tinggi, sehingga mengakibatkan gangguan pasokan. Meningkatnya inflasi untuk beberapa komoditas ikan segar karena kondisi cuaca yang kurang baik yakni berupa hujan dan gelombang tinggi di perairan Bengkulu sehingga menghambat nelayan untuk melaut.

Sedangkan komoditas penyumbang deflasi terbesar berasal adalah komoditas bayam dan daging ayam ras. Terjaganya pasokan kedua komoditas tersebut dan melemahnya daya beli masyarakat akibat krisis global mengambil andil dalam terjadinya deflasi pada komoditas tersebut.


(45)

Inflasi Daerah Sumbangan deflasi per kelompok secara bulanan (mtm) terbesar berasal dari kelompok bahan makanan yang menyumbang deflasi sebesar 0,49%. Sedangkan kelompok transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan ternyata kembali menyumbang inflasi terbesar yaitu 0,06%.

Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa

persen

Bahan Makanan (0.49)

Makanan Jadi, Minuman, Rok

ok, Tembakau 0.05 Perumahan, Air, Lis

trik, Gas, Bahan Bakar

0.01

Sandang 0.05

Kesehatan 0.01

Pendidikan, Rekrea si, Olahraga

0.01 Transpor, Komunika si, Jasa Keuangan

0.06

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Grafik 2.3. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu

Rupiah

3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 6,000

Ma

r

Apr Me

i

Jun Jul Agt Sep

t

Ok

t

No

v

De

s

Jan Feb Ma

r

2008 2009

-5,000 10,000 15,000

Beras (kiri)

Minyak Goreng Curah (kanan) Tepung Terigu (Kiri) Kacang Kedelai (Kanan)


(46)

Inflasi Daerah Dari grafik diatas terlihat bahwa harga-harga barang kebutuhan pokok seperti beras dan minyak goreng selama triwulan I 2009 cukup stabil meskipun masih terdapat kenaikan. Kenaikan harga beras ini ditengarai dipicu oleh kebijakan pemerintah menaikkan harga pokok pembelian (HPP) beras oleh Bulog dari sebelumnya Rp4.300/kg menjadi Rp4.600/kg. Sementara itu, adanya kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh membaiknya harga CPO ditingkat dunia.

2.4. Inflasi Periode Januari – Maret 2009

Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2009

7.84%

13.81% 14.51%

10.03%

4.09%

9.11%

13.05%

13.44%

0.09% 8.17%

11.03%

12.14%

7.92%

3.41%

7.37%

10.47%

11.06%

0.36%

-2% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2008 2009

Bengkulu y-o-y Bengkulu y-t-d Nasional y-o-y Nasional y-t-d

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah

Inflasi nasional maupun inflasi Bengkulu mengalami penurunan yang cukup signifikan di triwulan pertama 2009 ini. Inflasi Bengkulu pada triwulan I 2009 merupakan inflasi tahun kalender triwulanan (ytd) yang paling rendah dalam kurun tiga tahun terakhir.


(47)

Inflasi Daerah

2.5. Perbandingan Inflasi Antar Kota di Sumatera

Bengkulu merupakan salah satu dari total 13 kota di Pulau Sumatera yang mengalami deflasi. Deflasi terbesar terjadi di Tanjung Pinang sebesar 1,15% dan deflasi terendah terjadi di kota Palembang sebesar 0.,5%. Tiga kota di Pulau Sumatera masih mengalami inflasi namun tidak terlalu besar, yaitu Banda Aceh, Batam, dan Lampung. Deflasi yang dialami oleh Bengkulu berada diatas rata-rata deflasi kota-kota di Pulau Sumatera yaitu berkisar anatar 0,05% hingga 0,7%. Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera

-1.55% -1.05% -0.55% -0.05% 0.45% 0.95%

Band a Ace

h

Pang kal P

inang Medan Pada

ng Peka

n Ba ru

Palem

bang Batam Band

ar La mpu

ng Beng

kulu Jambi Tanju

ng Pi nang

Inflasi (mtm)


(48)

Perbankan Daerah

BAB

3

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3.1. Gambaran Umum

Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan perkembangan yang lebih baik bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari perbaikan indikator-indikator perbankan seperti tumbuhnya total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan serta meningkatnya LDR. Namun, di triwulan pertama ini NPL perbankan memburuk dibanding triwulan sebelumnya.

Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non

Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu

S

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Penyaluran kredit mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh sebesar 3,00%, sementara pada triwulan IV 2008 mencapai 3,48%. Hal ini disebabkan karena masih tingginya suku bunga pinjaman perbankan dan sikap sangat hati-hati perbankan dalam memberikan kredit.

92.67%

94.30% 102.53%

104.38%

1.84%

1.72% 1.52%

1.72%

55% 65% 75% 85% 95% 105%

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 2007 2008 2009

0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% LDR (skala kiri)


(49)

Perbankan Daerah Penghimpunan DPK kembali mengalami peningkatan tipis sebesar 1,17% setelah triwulan sebelumnya sempat mengalami penurunan. Kondisi positif ini semakin memberikan optimisme dengan masih tumbuhnya kredit perbankan sebesar 3,00% dan menyebabkan terjadinya kenaikan LDR menjadi sebesar 104,38% dari sebelumnya yang hanya 102,53%. Peningkatan LDR ini tidak disertai dengan membaiknya kualitas kredit yang ditandai dengan terjadinya peningkatan NPL dari 1,52% menjadi 1,76%.

Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank

Umum Provinsi Bengkulu

S

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum – Bank Indonesia Bengkulu

Dilihat dari sisi penggunaan kredit, 56,89% kredit yang dikucurkan perbankan masih dalam bentuk kredit konsumsi. Sedangkan, sektor yang memiliki porsi terbesar dalam penyaluran kredit perbankan di Propinsi Bengkulu masih didominasi oleh sektor lain-lain, yaitu sebesar 57,23% dari total kredit.

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Provinsi Bengkulu menunjukkan kondisi yang cukup baik di triwulan ini. Indikator perbankan seperti total aset, dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit BPR menunjukkan peningkatan di triwulan ini.

400,000 900,000 1,400,000 1,900,000 2,400,000 2,900,000 3,400,000 3,900,000 4,400,000 4,900,000

Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 2007 2008 2009


(1)

Lampiran Data

TABEL DATA PERKREDITAN BANK UMUM

2009 Trw II Trw III Trw IV Trw I

1. Kredit yang diberikan per kolektibilitas 3,713,536 4,104,992 4,248,041 4,375,330

- Lancar 3,545,630 3,906,034 4,034,978 4,117,617

- Dalam Perhatian Khusus 99,584 128,194 148,383 182,476

- Kurang Lancar 7,579 11,264 18,062 10,901

- Diragukan 8,725 9,892 8,784 13,365

- M a c e t 52,018 49,608 37,834 50,971

NPL - nominal 68,322 70,764 64,680 75,237

NPL - % 1.84% 1.72% 1.52% 1.72%

Loan to Deposit Ratio (LDR) 92.67% 94.30% 102.53% 104.38%

2. Kredit berdasarkan sektor ekonomi 3,713,536 4,104,992 4,248,041 4,375,330

- Pertanian 212,920 218,511 238,083 302,899

- Pertambangan 11,501 36,128 33,077 31,648

- Industri 141,280 168,708 158,019 114,433

- Listrik, gas dan air 300 324 302 319

- Konstruksi 150,782 175,406 137,868 131,661

- Perdagangan 809,643 895,887 948,610 998,502

- Pengangkutan 29,715 29,175 27,207 30,829

- Jasa dunia usaha 145,434 173,048 167,613 177,194

- Jasa sosial 182,983 169,740 162,764 83,905

- Lainnya 2,028,978 2,238,065 2,374,498 2,503,940

3. Kredit berdasarkan jenis penggunaan 3,713,536 4,104,992 4,248,041 4,375,330

- Modal kerja 1,358,269 1,484,838 1,495,381 1,482,121

- Investasi 348,787 399,329 395,396 404,210

- Konsumsi 2,006,480 2,220,825 2,357,264 2,488,999

4. Spreading kredit berdasarkan baki debet 3,713,536 4,104,992 4,248,041 4,375,330

- S.d Rp25 juta 56,082 59,115 59,637 61,762

- > Rp25 juta s.d. Rp50 juta 97,462 100,268 99,890 102,386

- > Rp50 juta s.d. Rp100 juta 185,518 198,307 202,276 210,924

- > Rp100 juta s.d. Rp250 juta 331,008 367,868 356,175 372,440

- > Rp250 juta s.d. Rp500 juta 381,724 405,145 386,361 402,523

- > Rp500 juta s.d. Rp1.000 juta 416,062 469,209 439,219 426,610

- > Rp1.000 juta s.d. Rp5.000 juta 1,093,124 1,142,865 1,165,711 1,186,017

- > Rp5.000 juta 1,152,556 1,362,215 1,538,772 1,612,668

5. Kredit Usaha Kecil 880,290 989,301 944,392 982,995

- Lancar 751,165 848,898 802,138 818,015

- Dalam Perhatian Khusus 32,027 43,974 51,926 65,717

- Kurang Lancar 3,029 3,593 5,698 6,945

- Diragukan 5,143 5,991 4,390 10,066

- M a c e t 88,926 86,845 80,240 82,252


(2)

Lampiran Daftar Istilah

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH

Administered price

Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.

BI Rate

Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana.

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Cash inflows


(3)

Lampiran Daftar Istilah

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.

Clean Money Policy

merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Ekspor

Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan kensumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.

Inflasi


(4)

Lampiran Daftar Istilah

Inflasi IHK

Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi Inti

Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.

Impor

Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Investasi

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah.

Kredit

Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

(1) Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase

agreement (NPA)

(2) Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.

Liaison Bank Indonesia

Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia dengan pelaku usaha/sumber data.

M-t-m

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash


(5)

Lampiran Daftar Istilah

Non Performing Loans (NPL)

Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.

PDRB atas dasar harga berlaku

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar perhitungan.

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai dasar perhitungan.

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.

Pertumbuhan ekonomi

Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau tahunan).

Porsi Ekonomi

Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah.

Qtq

Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.

Sektor Ekonomi Dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.


(6)

Lampiran Daftar Istilah

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang.

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Inddnesia (SKN-BI)

Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Uang giral

Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem moneter.

Uang kartal

Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada KPKN dan bank umum.

Volatile foods

Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat fluktuatif.

Yoy