ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA PRAKTIKUM KIMIA MATERI LAJU REAKSI.

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK

KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN

2016/2017 PADA PRAKTIKUM KIMIA

MATERI LAJU REAKSI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Rizky Azmiarti Istiqomah 13303241009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 2 SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PADA

PRAKTIKUM KIMIA MATERI LAJU REAKSI Oleh:

Rizky Azmiarti Istiqomah 13303241009

Pembimbing: Rr. Lis Permana Sari, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persentase kemampuan representasi praktikum pada tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik, (2) mengetahui kemampuan representasi praktikum peserta didik dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi, dan (3) mengetahui kemampuan representasi praktikum peserta didik dari praktikum pertama sampai keempat pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat ex post facto menggunakan desain satu faktor dan rancangan satu sampel. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive cluster sampling dan sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Sleman yang berjumlah 32 peserta didik. Instrumen yang dipakai dalam penelitian adalah lembar petunjuk praktikum dan soal kemampuan representasi praktikum yang dibuat dalam bentuk representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Instrumen yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti dengan mengembangkan kisi-kisi dan divalidasi menggunakan validasi logis berdasarkan ahli (expert judgement) oleh dosen dan masukan dari pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia. Hasil jawaban peserta didik kemudian digunakan untuk menghitung reliabilitas soal dengan koefisien reliabilitas alpha cronbach dan menghitung persentase kemampuan representasi.

Hasil penelitian menghasilkan persentase kemampuan representasi praktikum pada tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik berturut-turut sebesar 70,38%, 62,97%, dan 80,09%. Persentase kemampuan representasi praktikum peserta didik dengan metode eksperimen sebesar 66,88% dan metode demonstrasi sebesar 72,85%. Persentase kemampuan representasi praktikum pertama sebesar 70,21%, praktikum kedua sebesar 75,48%, praktikum ketiga sebesar 53,22%, dan praktikum keempat sebesar 80,53%.

Kata Kunci: kemampuan representasi, makroskopik, submikroskopik, simbolik, praktikum


(3)

iii

THE ANALYSIS OF STUDENTS’ REPRESENTATION ABILITY ON THE CHEMISTRY REACTION RATE LABWORK OF THE 11th GRADE SMA

NEGERI 2 SLEMAN IN ACADEMIC YEAR 2016/2017 By:

Rizky Azmiarti Istiqomah 13303241009

Supervisor: Rr. Lis Permana Sari, M.Si

ABSTRACT

The aims of this research are (1) determine the percentage of the ability of representation labwork at the macroscopic, submicroscopic, and symbolic level, (2) the ability of students’ representation labwork between experimental and

demonstration methods, and (3) determine the ability of students’ representation

labwork from first to fourth on the chemistry reaction rate of grade 11th SMA Negeri 2 Sleman in the academic year 2016/2017.

This research is descriptive research applying ex-post facto's characteristic which is using one factor and one sample design. The sampling technique using purposive cluster sampling and sample in this research is class XI IPA 1 SMA Negeri 2 Sleman totaling 32 students. The instrument used in this research is the practical instructions sheet and the ability of practical representation in the form of macroscopic, submicroscopic, and symbolic representation. The instruments used are compiled by the researcher with developing grating and validated using validation logic based on expert judgement by lecturers and chemistry teacher.

The students’ results are used to calculate the reliability questions with alpha cronbach and calculate the percentage of representation ability.

The result of this research shown the percentage of representation ability at macroscopic, submicroscopic, and symbolic are 70,38%, 62,97%, and 80,09%. The percentage of students’ representation ability with an experimental method of 66,88% and demonstration method of 72,85%. The percentage of first labwork representation ability of 70,21%, the second labwork of 75,48%, the third labwork of 53,22%, and the fourth labwork of 80,53%.

Keywords: representation ability, macroscopic, submicroscopic, symbolic, labwork


(4)

iv


(5)

v


(6)

vi


(7)

vii

MOTTO

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)

"Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau telah berhasil melakukannya dengan baik." (Evelyn Underhill)


(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, semangat, dan perhatiannya selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

2. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya.

3. Teman-teman satu kelompok dalam penyusunan skripsi, Puput dan Friska terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penyusunan skripsi. 4. Teman kos 4 tahun, Fian Apriska yang selalu mendengarkan keluh kesah

selama ini.

5. Teman-teman pendidikan kimia A 2013, terimakasih untuk kerjasama dan pengalaman selama kuliah empat tahun ini. Semoga setelah kita lulus tali silaturahmi masih terjaga yaa.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan selesainya skripsi ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Drs. Jaslin Ikhsan, M.App.Sc., Ph.D, selaku Kajurdik Kimia FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd, selaku Kaprodi Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Ibu Lis Permana Sari, M.Si, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penelitian maupun penyusunan skripsi dari awal sampai akhir.

5. Ibu Prof. Dr. Nurfina Aznam, Apt, selaku penguji utama skripsi. 6. Ibu Endang Dwi Siswani, M.T, selaku penguji pendamping skripsi.

7. Bapak Drs. Dahari, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sleman yang telah memberikan izin penelitian.

8. Ibu Eni Purwantini selaku pendidik kimia SMA Negeri 2 Sleman yang telah memberikan bantuan selama penelitian.

9. Bapak, ibu dan segenap keluarga yang selalu bersabar, memberikan dukungan, doa, bantuan dan pengertiannya.

10. Partner skripsi dan teman-teman Pendidikan Kimia A 2013 atas kerjasama, persahabatan, kebersamaan, serta suka dan duka yang telah kita jalani bersama.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(10)

(11)

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

1. Ilmu Kimia ... 8

2. Pembelajaran Kimia ... 9

3. Representasi Kimia ... 12

4. Praktikum Kimia ... 14

5. Evaluasi ... 16

6. Laju Reaksi ... 19

B. Penelitian Relevan ... 22


(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

D. Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling... 28

1. Populasi Penelitian ... 28

2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ... 28

E. Instrumen Penelitian, Validasi, dan Reliabilitas Instrumen ... 29

1. Instrumen Penelitian ... 29

2. Validasi Instrumen ... 30

3. Reliabilitas Instrumen ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Praktikum ... 37

2. Persentase dan Sebaran Setiap Kemampuan Representasi Praktikum ... 42

3. Perbandingan Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Menggunakan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi ... 43

B. Pembahasan ... 44

1. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Peserta Didik ... 45

2. Pesentase dan Sebaran Setiap Kemampuan Representasi Praktikum Peserta Didik ... 56

3. Perbandingan Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Menggunakan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Peserta Didik ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor... 30

Tabel 2. Kriteria Kategori Penilaian Ideal Tiap Aspek ... 31

Tabel 3. Kategori Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Kimia ... 34

Tabel 4. Sebaran Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Kimia ... 36

Tabel 5. Rerata Persentase Kemampuan Representasi ... 42

Tabel 6. Rerata Persentase dan Sebaran Setiap Kemampuan Representasi Praktikum ... 42

Tabel 7. Persentase Metode Eksperimen dan Demonstrasi untuk Setiap Kemampuan Representasi ... 44

Tabel 8. Kesalahan Representasi Submikroskopik pada Praktikum Pertama ... 60

Tabel 9. Kesalahan Representasi Submikroskopik pada Praktikum Kedua ... 61

Tabel 10. Kesalahan Representasi Submikroskopik pada Praktikum Ketiga ... 63

Tabel 11. Kesalahan Representasi Submikroskopik pada Praktikum Keempat ... 64

Tabel 12. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Pertama ... 65

Tabel 13. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Kedua ... 66

Tabel 14. Kesalahan Representasi Simbolik pada Praktikum Ketiga ... 67


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian... 27

Gambar 2. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Pertama ... 38

Gambar 3. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Kedua ... 39

Gambar 4. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Ketiga ... 40

Gambar 5. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Keempat ... 41

Gambar 6. Rerata Kategori Kemampuan Representasi Empat Praktikum ... 41

Gambar 7. Grafik Persentase Kemampuan Representasi ... 53

Gambar 8. Grafik Kemampuan Representasi Setiap Praktikum ... 57

Gambar 9. Grafik Rata-rata Setiap Kemampuan Representasi Praktikum ... 69

Gambar 10. Grafik Kemampuan Representasi Praktikum Menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi ... 71


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Petujuk Praktikum 1 ... 80

LAMPIRAN 2 Lembar Petunjuk Praktikum 2 ... 83

LAMPIRAN 3 Lembar Petunjuk Praktikum 3 ... 85

LAMPIRAN 4 Lembar Petunjuk Praktikum 4 ... 87

LAMPIRAN 5 Kisi-kisi Penulisan Soal ... 90

LAMPIRAN 6 Lembar Kerja Peserta Didik Praktikum 1 ... 92

LAMPIRAN 7 Lembar Kerja Peserta Didik Praktikum 2 ... 94

LAMPIRAN 8 Lembar Kerja Peserta Didik Praktikum 3 ... 96

LAMPIRAN 9 Lembar Kerja Peserta Didik Praktikum 4 ... 99

LAMPIRAN 10 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran ... 102

LAMPIRAN 11 Lembar Penilaian Instrumen Kemampuan Representasi ... 106

LAMPIRAN 12 Penjabaran Kriteria Menjadi Indikator ... 112

LAMPIRAN 13 Lembar Pernyataan Validasi ... 138

LAMPIRAN 14 Perhitungan Penilaian Instrumen Kemampuan Representasi Berdasarkan Perolehan Skor ... 139

LAMPIRAN 15 Tabulasi Data Penilaian Instrumen Kemampuan Representasi 141 LAMPIRAN 16 Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Representasi ... 143

LAMPIRAN 17 Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi ... 148

LAMPIRAN 18 Persentase dan Sebaran Setiap Kemampuan Representasi ... 151

LAMPIRAN 19 Persentase Setiap Kemampuan Representasi Menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi ... 157

LAMPIRAN 20 Dokumentasi ... 158


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui proses belajar mengajar akan menumbuhkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh peserta didik dengan suatu proses interaksi yang aktif antara peserta didik, pendidik, dan materi pembelajaran. Menurut Sardiman (2011) belajar merupakan proses interaksi yang dilakukan secara aktif antara peserta didik dengan fakta, konsep ataupun teori yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Munthe (2009) mengajar adalah usaha yang memanfaatkan berbagai strategi, metode, dan teknik sehingga memungkinkan tercapainya kompetensi atau hasil belajar tertentu. Di Indonesia sudah banyak berdiri sekolah–sekolah dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas, 2003),

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (h. 2).


(17)

2

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang penting. Ilmu kimia memuat banyak konsep abstrak sehingga banyak peserta didik yang menganggap kimia suatu mata pelajaran yang sulit (Sirhan, 2007). Dalam proses belajar peserta didik mengalami aktivitas mental untuk mempelajari kimia yang merupakan sebuah sistem yang cukup kompleks, mulai dari atom, molekul serta senyawanya (Sastrawijaya, 1988). Banyaknya konsep abstrak dan sistem yang cukup kompleks menyebabkan diperlukannya suatu penerjemahan informasi menjadi sebuah model agar lebih mudah dalam menguasai suatu materi kimia. Menurut Kean dan Middlecamp (1985), konsep abstrak yaitu atom, molekul, dan elektron merupakan suatu konsep yang tidak dapat diamati secara langsung atau membutuhkan suatu representasi untuk memahaminya. Kemampuan representasi memiliki peranan penting dalam mempelajari ilmu kimia yang merupakan suatu bahasa untuk menjelaskan kimia.

Konsep kimia yang abstrak dapat direpresentasikan pada tiga tingkat representasi yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik oleh Talanquer (2011) disebut sebagai triplet kimia. Chandrasekaran dalam Ramnarain dan Joseph (2012) menjelaskan tiga tingkat representasi, yaitu (1) representasi makroskopik menggambarkan sifat nyata dan fenomena terlihat dalam pengalaman sehari-hari peserta didik ketika mengamati perubahan sifat materi (misalnya perubahan warna, pH larutan, pembentukan gas, dan endapan dalam reaksi kimia), (2) representasi submikroskopik (molekul) memberikan penjelasan di tingkat partikulat dalam hal atom, molekul, dan ion, dan (3) representasi simbolik melibatkan penggunaan simbol bahan kimia, rumus, persamaan, gambar


(18)

3

struktur molekul, diagram, model, dan animasi komputer untuk melambangkan masalah.

Materi kimia yang mencakup ketiga tingkat representasi yaitu materi laju reaksi. Laju reaksi merupakan salah satu materi kimia yang perlu dipahami oleh peserta didik agar tidak mengalami kesulitan akibat ketidakmampuan peserta didik dalam memahami suatu konsep dalam materi laju reaksi. Laju reaksi membutuhkan pemahaman yang diintegrasikan pada ketiga tingkat representasi dan peserta didik juga dituntut untuk memiliki ketiga kemampuan representasi. Realitanya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Li dan Arshad (2014) sebagian besar pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia lebih menekankan kemampuan representasi pada tingkat makroskopik dan simbolik saat pembelajaran sedangkan tingkat submikroskopik masih jarang dilakukan. Selain itu, peserta didik juga kurang mampu dalam memvisualisasikan hal-hal mikroskopik sehingga kemampuan representasi peserta didik lebih bagus pada tingkat makroskopik dan simbolik.

Konsep kimia abstrak yang dipelajari peserta didik dalam waktu yang terbatas menjadikan ilmu kimia menjadi salah satu pelajaran yang sulit dipahami peserta didik apabila pendidik hanya menggunakan metode ceramah saat kegiatan pembelajaran. Metode ceramah menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif karena hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan pendidik. Ilmu kimia yang abstrak akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika memaksimalkan penggunaan ketiga tingkat kemampuan representasi yang dapat dimulai dengan mengamati langsung fenomena yang terjadi seperti melalui kegiatan praktikum


(19)

4

yang merupakan representasi makroskopik untuk membangun representasi simbolik dan submikroskopik agar terjadi hubungan diantara ketiga tingkat representasi (Becker, Stanford, Towns, & Cole, 2015).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sleman kegiatan praktikum jarang dilakukan, hal ini disebabkan adanya beberapa kendala seperti kurangnya alokasi waktu dan bahan-bahan kimia yang tersedia di laboratorium. Kegiatan praktikum di SMA Negeri 2 Sleman perlu dilakukan agar dapat menjembatani kesenjangan antara kemampuan representasi ditingkat makroskopik dan submikroskopik, submikroskopik dan simbolik maupun makroskopik dan simbolik.

Pelaksanaan kegiatan praktikum dan instrumen representasi diberikan setelah praktikum berisi soal-soal yang berhubungan dengan kegiatan praktikum serta dibuat dalam bentuk representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik sehingga dapat diketahui kemampuan representasi praktikum peserta didik pada materi laju reaksi. Keberhasilan peserta didik dalam menjawab soal-soal representasi menjadi ukuran pemahaman konsep laju reaksi, mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik, dan mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan sudah mencapai tujuan yang dikehendaki ataukah belum.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kemampuan representasi dalam praktikum kimia yang berjudul “Analisis Kemampuan Representasi Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 2 Sleman Tahun Pelajaran 2016/2017 pada Praktikum Kimia Materi Laju Reaksi”. Hasil penelitian


(20)

5

ini diharapkan dapat mengetahui kemampuan makroskopik, submikroskopik dan simbolik peserta didik sehingga dapat dilakukan perbaikan pada pembelajaran kimia menggunakan metode praktikum khususnya materi laju reaksi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Ilmu kimia memuat banyak konsep abstrak dan sistem yang cukup kompleks. 2. Materi laju reaksi merupakan materi yang menggunakan konsep abstrak. 3. Sebagian besar pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia lebih

menekankan kemampuan representasi pada tingkat makroskopik dan simbolik sedangkan tingkat submikroskopik masih jarang dilakukan saat pembelajaran. 4. Kegiatan praktikum jarang dilakukan karena beberapa kendala seperti kurangnya alokasi waktu dan bahan-bahan kimia yang tersedia di laboratorium.

5. Adanya kesenjangan antara kemampuan representasi ditingkat makroskopik dan submikroskopik, submikroskopik dan simbolik maupun makroskopik dan simbolik.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka diberi batasan sebagai berikut:

1. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sleman Tahun Pelajaran 2016/2017.


(21)

6

2. Dalam penelitian ini materi yang akan dipraktikumkan adalah materi kelas XI tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

3. Soal-soal praktikum laju reaksi dibuat dalam bentuk representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Berapakah persentase kemampuan representasi praktikum pada tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik peserta didik pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017?

2. Bagaimana kemampuan representasi praktikum peserta didik dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017?

3. Bagaimana kemampuan representasi praktikum peserta didik dari praktikum pertama sampai keempat pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui persentase kemampuan representasi praktikum pada tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik peserta didik pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017.


(22)

7

2. Mengetahui kemampuan representasi praktikum peserta didik dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017.

3. Mengetahui kemampuan representasi praktikum peserta didik dari praktikum pertama sampai keempat pada materi laju reaksi kelas XI SMA Negeri 2 Sleman tahun pelajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah menggunakan metode pembelajaran yang tepat.

2. Penggunaan metode eksperimen dan demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan representasi peserta didik.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka tentang analisis representasi praktikum pada tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik peserta didik pada materi laju reaksi.

4. Menjadi bahan pembanding dan perkembangan bagi peneliti dimasa yang akan datang dibidang yang sejenis pada pembelajaran kimia materi yang lain.


(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Ilmu Kimia

Ilmu kimia adalah ilmu alam yang secara khusus mempelajari tentang perubahan materi, baik perubahan secara kimia maupun secara fisika yang dapat dikaji melalui aspek proses, sifat, dan energi yang terlibat dalam perubahan materi (Sunarya, 2012).

Menurut Mulyasa (2009), kimia merupakan ilmu yang pada awal penemuannya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh berdasarkan teori. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat.

Bidang ilmu kimia mencakup gejala-gejala yang luas serta tafsirannya berdasarkan molekul-molekul zat tidak dapat diajarkan hanya dengan lisan dan tulisan. Ilmu kimia dapat dipahami melalui representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Gejala kimia yang dapat diamati pada tingkat makroskopik dijelaskan dengan perilaku, sifat-sifat atom dan molekul pada tingkat submikroskopik dan persamaan kimia pada tingkat simbolik. Kimia penuh dengan konsep-konsep yang dapat diaplikasikan secara luas dalam tingkat submikroskopik. Konsep submikroskopik merupakan hal baru bagi peserta didik SMA. Menurut Piaget dalam Sastrawijaya (1988), konsep-konsep yang baru bagi


(24)

9

peserta didik diperlukan adanya objek-objek empirik konkrit. Dalam ilmu kimia objek konkrit dalam skala submikroskopik harus diganti dengan model atau simbol. Suatu konsep dalam kimia didemonstrasikan menggunakan model atau simbol.

Ilmu kimia menurut Kean dan Middlecamp (1985) memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:

a) Bersifat abstrak.

b) Merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya. c) Sifatnya berurutan dan berkembang dengan cepat. d) Tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal. e) Materi yang harus dipelajari banyak.

2. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, perubahan, dinamika, energetika, struktur, dan sifat zat yang melibatkan ketrampilan dan penalaran. Kimia berkaitan dengan dua hal yaitu kimia sebagai produk temuan ilmuan dan kimia sebagai proses (Mulyasa, 2009).

Belajar kimia merupakan proses memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan mengenai kimia melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar dan terjadi secara abstrak karena tidak dapat diamati dan terjadi secara mental. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan tingkah laku dari seseorang (Baharuddin & Wahyuni, 2007).


(25)

10

Serangkaian aktivitas yang terjadi pada proses belajar di sekolah melalui tahap-tahap atau fase-fase yaitu:

a) Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan keinginan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar bangkit.

b) Tahap konsentrasi, yaitu saat peserta didik harus memusatkan perhatian yang telah ada pada tahap motivasi untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari.

c) Tahap mengolah, peserta didik menahan informasi yang diterima dari pendidik dalam tempat penyimpanan jangka pendek kemudian mengolah informasi untuk diberi makna berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.

d) Tahap menyimpan, yaitu peserta didik menyimpan simbol-simbol hasil olahan yang telah diberi makna kedalam ingatan jangka panjang

e) Tahap menggali (1), yaitu peserta didik menggali informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka pendek maupun jangka panjang untuk dikaitkan dengan informasi baru yang diterima.

f) Tahap menggali (2), menggali informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang untuk persiapan fase prestasi baik langsung maupun melalui ingatan jangka pendek.

g) Tahap prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar.

h) Tahap umpan balik, peserta didik memperoleh penguatan saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan. Hal ini terjadi jika prestasi yang diperoleh


(26)

11

memuaskan atau sesuai dengan keinginan, tetapi jika prestasi yang diperoleh jelek itu bisa dikarenakan oleh pendidik (eksternal) atau dari diri sendiri (internal) (Baharuddin & Wahyuni, 2007).

Dilain pihak, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri perubahan tingkah laku yang dimaksud disini yaitu:

a) Perubahan secara sadar, artinya seseorang yang belajar akan menyadari telah terjadi suatu perubahan dalam dirinya.

b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, artinya perubahan yang terjadi berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis, suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna bagi kehidupan atau peroses belajar berikutnya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya semua proses belajar yang dilakukan akan memberikan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya dengan semakin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Sedangkan aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.

d) Perubahan yang terjadi bukan bersifat sementara, artinya tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap dan bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.


(27)

12

e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, artinya perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya jika seseorang belajar sesuatu maka sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya (Slameto, 2010).

3. Representasi Kimia

Kimia mempunyai sifat kompleks dan abstrak yang melibatkan pemahaman dan penerapan konsep kimia. Konsep kimia dapat dijelaskan pada berbagai tingkat representasi yang dikenal sebagai triplet kimia (Talanquer, 2011). Chandrasekaran dalam Ramnarain dan Joseph (2012) menjelaskan tiga tingkat representasi, yaitu representasi makroskopik yang menggambarkan sifat nyata dan fenomena terlihat dalam pengalaman sehari-hari peserta didik ketika mengamati perubahan sifat materi (misalnya perubahan warna, pH larutan air, dan pembentukan gas dan endapan dalam reaksi kimia), representasi submikroskopik (molekul) memberikan penjelasan di tingkat partikulat dalam hal atom, molekul dan ion, dan representasi simbolik melibatkan penggunaan simbol bahan kimia, rumus dan persamaan, serta struktur molekul gambar, diagram, model dan animasi komputer untuk melambangkan masalah.

Representasi makroskopik memudahkan peserta didik karena informasi yang diberikan dapat langsung dibaca, diamati, dan lebih nyata jika dibandingkan dengan representasi submikroskopik dan simbolik (Foltz et al., Kintsch & van Dijk dalam Corradi, Elen, Schraepen, & Clarebout, 2013). Representasi


(28)

13

submikroskopik sering digunakan untuk menggambarkan hubungan antara atom dan molekul, menjelaskan model atom, menunjukkan keterkaitan antara neutron, proton, dan elektron (Barnea & Dori dalam Corradi et al., 2013). Menurut Harrison dan Treagust dalam Chittleborough dan Treagust (2007) representasi submikroskopik merupakan jenis representasi yang sulit untuk peserta didik dengan pengetahuan untuk memahami rendah dan sering ditemukan peserta didik lebih memberikan perhatian pada representasi makroskopik sementara mengabaikan representasi submikroskopik (Devetak, Vogrinc, & Glazar, Taber dalam Corradi et al., 2013). Representasi simbolik sangat penting untuk mengkomunikasikan informasi kimia secara ringkas namun lebih abstrak dari representasi makroskopik (Schnotz & Bannert dalam Corradi et al., 2013). Simbol kimia digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia, ada beberapa simbol rumus kimia yang sangat mirip sehingga peserta didik cukup kesulitan untuk membedakannya dan cukup memberikan tantangan bagi peserta didik yaitu perbedaan antara gas hidrogen klorida dengan kristal natrium klorida (Cokelez, Dumon, & Taber dalam Corradi et al., 2013).

Representasi menggambarkan kemampuan untuk mewakili sebuah konsep dalam hal fitur permukaan misalnya warna dalam reaksi kimia, menjelaskan konsep ditingkat partikulat dan mewakili konsep secara simbolis. Menurut Johnstone dalam Li dan Arshad (2014) agar lebih mengerti kimia harus ditekankan pada tingkat submikroskopik dan simbolik. Selain menekankan tingkat submikroskopik dan simbolik, peserta didik juga harus bisa mengintegrasikan antar tingkat representasi.


(29)

14 4. Praktikum Kimia

Praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang tidak dapat dihindarkan pada disiplin ilmu-ilmu eksakta dimana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang suatu hal atau materi pada proses pembelajaran. Praktikum dalam kimia dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu: (1) eksperimen oleh peserta didik, (2) eksperimen yang didemonstrasikan kepada peserta didik, (3) eksperimen yang tidak ditunjukkan secara langsung tetapi melalui alat peraga, (4) eksperimen yang hanya diceritakan oleh pendidik atau buku (Sastrawijaya, 1988).

Metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan melalui suatu percobaan dengan mengamati prosesnya, menuliskan data yang diperoleh dari hasil percobaan kemudian menyampaikan hasil yang diperoleh di depan kelas. Penggunaan metode ini bertujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran (Roestiyah, 2008). Keuntungan penggunaan metode eksperimen sebagai berikut:

a) Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa b) Peserta didik dapat mengamati proses

c) Peserta didik dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri d) Peserta didik dapat mengembangkan sikap ilmiah

e) Membantu pendidik untuk mencapai tujuan pengajaran lebih efektif dan efisien (Arifin, 1995).


(30)

15

Metode yang hampir sejenis dengan metode eksperimen adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan suatu cara untuk menunjukkan suatu peristiwa tertentu tetapi tidak dilakukan oleh setiap peserta didik melainkan pendidik yang dibantu satu atau dua peserta didik dan yang lain sebagai pengamat. Keuntungan penggunaan metode demonstrasi sebagai berikut:

a) Dapat menunjukkan proses suatu peristiwa tetapi alat dan bahan yang digunakan tidak banyak.

b) Interaksi dua arah dalam pengajaran lebih positif karena hal-hal yang kurang jelas mendapat kesempatan yang lebih luas untuk didiskusikan (Arifin, 1995). Secara garis besar persiapan yang dilakukan metode eksperimen dan demonstrasi sama. Hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu:

a) Menentukan tujuan b) Menyiapkan prosedur

c) Menyiapkan lembar pengamatan

d) Menyiapkan alat dan zat, untuk metode demonstrasi hendaknya digunakan dalam ukuran yang lebih besar daripada yang digunakan dalam metode eksperimen dengan tujuan supaya lebih mudah untuk diamati seluruh peserta didik.

e) Menyiapkan lembar observasi kegiatan untuk metode eksperimen sedangkan untuk metode demonstrasi menyiapkan pertanyaan untuk didiskusikan yang menuntun peserta didik ke arah pengembangan berpikir proses (Arifin, 1995). Laboratorium adalah suatu tempat untuk melakukan demonstrasi, pembelajaran, percobaan, dan penelitian yang berfungsi sebagai penunjang


(31)

16

pembelajaran teori di dalam kelas. Namun menurut Arifin (1995), fungsi laboratorium tidak hanya diartikan sebagai tempat yang sekedar untuk mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas tetapi harus mengembangkan proses berfikir dengan timbulnya pertanyaan mengapa terjadi reaksi seperti itu, bagaimana jika bahan yang digunakan diganti dan seterusnya. Namun pembelajaran laboratorium mempunyai beberapa hal yang harus dicatat seperti bahan-bahan yang relatif mahal, perlunya fasilitas laboratorium yang lengkap, dan terkadang memerlukan waktu yang relatif lama (Soekartawi, 1995).

Tujuan pengajaran laboratorium menurut Sastrawijaya (1988, h. 135) sebagai berikut.

a) Mengembangkan ketrampilan pengamatan, manipulasi, instrumentasi, dan preparatif.

b) Memperoleh pengetahuan kimia.

c) Merangsang pikiran dengan menafsirkan eksperimen. d) Mengenal ketelitian dan keterbatasan kerja laboratorium.

e) Merekam secara cermat dan mengkombinasikan hasil secara jelas.

f) Mengembangkan tanggung jawab perorangan dan reliabilitas dalam pelaksanaan eksperimen.

g) Merencanakan dan melaksanakan kerja laboratorium dengan menggunakan sumber-sumber laboratorium secara efektif.

5. Evaluasi

Aktivitas dalam pendidikan tidak terlepas dari hal-hal yang bersifat abstrak seperti sikap, minat, bakat, kepandaian, dan kemampuan yang lain. Untuk


(32)

17

mengungkap semua sifat abstrak diperlukan adanya instrumen untuk menilai, maka penilaian pendidikan bersifat:

a) Tidak langsung, untuk mengetahui kemampuan kimia peserta didik tidak dapat secara langsung mengamati keadaan peserta didik secara fisik tetapi melalui prosedur atau proses yang benar dan menggunakan instrumen yang tepat sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.

b) Kuantitatif, dalam prakteknya hal-hal yang bersifat abstrak dalam penilaian selalu dikunatitatifkan.

c) Relatif, setiap mengadakan penilaian ada kemungkinan terjadinya perubahan dari satu waktu ke waktu.

d) Menggunakan unit-unit yang tetap, dalam mengungkap atau mengukur suatu obyek selalu menggunakan suatu ukuran tertentu sesuai dengan obyek yang diukur (Sugihartono, Fathiyah, Setiawati, Harahap, & Nurhayati, 2013).

Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh pendidik untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat dijadikan balikan bagi pendidik dalam kegiatan pembelajaran, memperbaiki dan menyempurnakan program (Arifin, 2013).

Fungsi evaluasi cukup luas bergantung dari sudut mana melihatnya, dilihat secara menyeluruh fungsi evaluasi sebagai berikut:

a) Peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Peserta didik adalah manusia yang belum dewasa yang membutuhkan pendapat orang-orang


(33)

18

dewasa sebagai pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu. Dalam pembelajaran mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan.

b) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah dapat berkomunikasi dan beradaptasi dalam masyarakat sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang ada dalam masyarakat.

c) Evaluasi berfungsi membantu pendidik dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu pendidik dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

d) Evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, pendidik dan peserta didik itu sendiri (Arifin, 2013).

Menurut Widoyoko (2014), tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk kegiatan itu sendiri. Cakupan evaluasi meliputi peserta didik, pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana, iklim kelas, dan sikap peserta didik dalam pembelajaran. Agar informasi yang diperoleh akurat diperlukan alat pengukur atau instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan. Instrumen yang baik adalah instrumen yang memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, dan daya pembeda.


(34)

19 6. Laju Reaksi

Bidang kimia yang mengkaji kecepatan atau laju terjadinya reaksi kimia dinamakan kinetika kimia. Kinetik menyiratkan gerakan atau perubahan sehingga energi kinetik didefinisikan sebagai energi yang tersedia karena gerakan suatu benda. Kinetika merujuk pada laju reaksi, yaitu perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (M/s). Selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk sehingga dapat diamati jalannya reaksi dengan cara memantau turunnya konsentrasi reaktan atas meningkatnya suatu produk (Chang, 2016).

Kinetika kimia adalah bidang ilmu dalam ilmu kimia yang mempelajari aspek gerak molekul dalam suatu reaksi serta beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Suatu reaksi kimia dapat terjadi bila ada tumbukan antara molekul zat-zat yang bereaksi. Tumbukan yang menghasilkan reaksi hanyalah tumbukan yang efektif. Tumbukan efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu posisinya tepat dan energinya cukup. Setiap molekul yang bergerak memiliki energi kinetik, semakin cepat gerakannya semakin besar energi kinetiknya. Jika energi kinetik awalnya besar, molekul yang bertumbukan akan bergetar kuat sehingga memutuskan beberapa ikatan kimianya. Putusnya ikatan merupakan langkah awal ke pembentukan produk. Dari segi energi, ada semacam energi tumbukan minimum yang harus dicapai agar reaksi terjadi (Chang, 2016).

Tumbukan efektif yang terjadi dipengaruhi laju suatu reaksi. Laju suatu reaksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju rekasi sebagai berikut.


(35)

20 a) Luas Permukaan

Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan terjadi tumbukan antar partikel pereaksi dipermukaan zat. Laju reaksi dapat diperbesar dengan memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan cara memperkecil ukuran zat pereaksi. Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin besar laju reaksinya (Maton et al., 1993).

b) Konsentrasi

Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih besar sehingga akan mempercepat reaksi (Syukri, 1999).

c) Suhu

Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak dengan kecepatan tertentu. Menaikkan suhu menyebabkan partikel bergerak lebih cepat sehingga menaikkan energi kinetik rata-rata selain itu juga terjadi peningkatan kemungkinan terjadinya tumbukan dan bereaksi. Setiap tumbukan yang terjadi harus memiliki energi kinetik minimum yang diperlukan oleh reaktan untuk memberikan energi aktivasi selama tumbukan. Reaktan harus bertumbukan pada sisi aktif dan memindahkan cukup energi untuk memutuskan ikatan sehingga terbentuk ikatan yang baru. Jika reaktan tidak mempunyai cukup energi maka reaksi tidak akan terjadi walaupun reaktan bertumbukan pada sisi reaktifnya.


(36)

21

Pada suhu tinggi akan banyak partikel yang memiliki jumlah energi kinetik minimum yang diperlukan sehingga menyebabkan tumbukan yang efektif yaitu yang memindahkan cukup energi untuk menyebabkan terjadinya suatu reaksi. Pada suhu rendah sangat sedikit reaktan yang memilki jumlah energi kinetik minimum yang diperlukan untuk menyebabkan tumbukan efektif sehingga tidak terjadi suatu reaksi (Moore, 2009).

d) Katalis

Katalis adalah zat yang digunakan untuk mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi. Katalisis adalah istilah yang diperkenalkan oleh Berzelius pada tahun 1836, ia berasumsi bahwa katalis memiliki kekuatan dan peranan khusus yang dapat mempengaruhi afinitas zat kimia dalam sebuah reaksi. Selanjutnya Ostwald pada tahun 1895 mengemukakan definisi yang digunakan sampai saat ini bahwa katalis adalah zat yang mempercepat reaksi kimia tanpa mempengaruhi kesetimbangan. Jadi katalis terlibat dalam reaksi namun dikembalikan lagi ke bentuk dan jumlah yang sama dengan kondisi semula. Prinsip dasar dari peran suatu katalis dalam reaksi kimia adalah meningkatkan laju sebuah reaksi melalui penurunan energi aktivasi. Melalui penurunan energi aktivasi, reaktan dapat melampaui dengan lebih mudah keadaan transisi untuk pembentukan produk. Katalis dapat dibedakan menurut fasanya yaitu katalis homogen dan heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fasa sama dengan reaktan sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fasa berbeda dengan reaktan (Fatimah, 2013).


(37)

22

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Afety Rosa Hakimah (2013), Universitas

Negeri Yogyakarta berjudul “Analisis Keterampilan Proses Sains Dan Sikap

Ilmiah Peserta Didik Pada Penerapan Model Laboratorium Virtual Kimia Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sleman Tahun Ajaran 2012/2013”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) profil keterampilan proses sains peserta didik, (2) profil sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah penerapan model laboratorium virtual kimia, (3) ada tidaknya perbedaan antara sikap ilmiah sebelum dan sesudah penerapan model laboratorium virtual kimia.

Hasil penelitian menunjukkan (1) profil keterampilan proses sains peserta didik pada kategori sangat baik yaitu keterampilan mengklasifikasi (86,30%); keterampilan dengan kategori baik meliputi observasi (79,75%), menafsirkan (74,13%), menyimpulkan (77,61%), menganalisis (69,95%); kategori cukup yaitu keterampilan berkomunikasi (56,96%); dan kategori kurang yaitu keterampilan meramalkan (35,22%). Hasil penelitian (2) dan (3) pada kategori sangat baik meliputi peka (83.48%) dan (85,22%), rasa ingin tahu (84,35%) dan (84,35%), ingin mendapatkan sesuatu (84,35%) dan (90,43%), kerjasama (85,225) dan (86,96%), tidak berprasangka (84,35%) dan (86,09%), terbuka (82,61%) dan (84,35%), kedisiplinan (83,48%) dan (86,52%); pada kategori keuletan (71,30%) dan (80,87%), kreatif (67,83%) dan (73,91%), tidak putus asa (75,65%) dan (79,42%). (4) ada perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sleman sebelum (79,78%) dan sesudah (83,83%) pembelajaran dengan penerapan model laboratorium virtual.


(38)

23

Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Puspita Sari Lubis (2014),

Universitas Negeri Yogyakarta berjudul “Multi Representasi Pembelajaran Kimia

pada Materi Laju Reaksi Kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta”,

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian soal dengan menggunakan metode multi representasi pada kelas eksperimen terhadap motivasi belajar peserta didik dan mengetahui adanya perbedaan pada hasil prestasi belajar peserta didik antara kelas yang menggunakan model multi representasi dengan kelas yang tidak menggunakan model representasi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan soal bergambar. Pembuatan soal bergambar divalidasi oleh guru SMA. Setelah itu produk diuji kepada peserta didik. Instrumen penilaian soal pilihan ganda dan angket penilaian soal bergambar. Penilaian dilakukan oleh 33 orang peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal dengan metode multi representasi bergambar ini memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik. Penggunaan soal bergambar membuat motivasi belajar peserta didik semakin meningkat. Adanya perbedaan hasil prestasi belajar antara kelas yang diberi soal metode multi representasi dengan kelas yang tidak diberi soal dengan metode multi representasi yang ditunjukkan oleh kelas dengan lebih tingginya hasil prestasi belajar peserta didik yang menggunakan metode multi representasi.

C. Kerangka Bepikir

Konsep-konsep dalam kimia sebagian besar merupakan konsep yang abstrak sehingga menyulitkan peserta didik untuk memahami materi kimia.


(39)

24

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam mempelajari materi kimia peserta didik mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami peserta didik berasal dari peserta didik itu sendiri maupun dari materi kimia yang dipelajari. Materi kimia melibatkan tiga tingkat kemampuan representasi yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik.

Ketiga tingkat kemampuan representasi digunakan untuk memperoleh pemahaman konsep yang utuh. Namun saat ini pembelajaran kimia yang dilakukan di sekolah kebanyakan hanya melibatkan dua tingkat kemampuan representasi yaitu makroskopik dan simbolik sedangkan submikroskopik jarang dilakukan sehingga peserta didik mengalami kesulitan saat materi kimia melibatkan ketiga tingkat kemampuan representasi. Diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui kemampuan representasi peserta didik sehingga dapat dilakukan perbaikan pada pembelajaran kimia.

Laju reaksi merupakan salah satu materi dalam kimia yang dibahas khususnya untuk peserta didik SMA kelas XI semester 1. Materi laju reaksi memuat konsep abstrak yang melibatkan kemampuan representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian pada materi laju reaksi untuk mengetahui kemampuan representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik peserta didik.

Salah satu cara untuk memahami konsep abstrak dalam materi laju reaksi yang melibatkan representasi adalah dengan mengamati langsung fenomena yang terjadi melalui praktikum kemudian mengerjakan soal yang berhungan dengan praktikum yang baru saja dilakukan tetapi soal yang dikerjakan melibatkan tiga


(40)

25

tingkat kemampuan representasi yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Evaluasi yang dilakukan setelah praktikum dapat menunjukkan kemampuan representasi peserta didik dan kesulitan yang dialami peserta didik pada setiap kemampuan representasi sehingga dapat dilakukan perbaikan. Dengan menggunakan instrumen akan terlihat kemampuan representasi dan kesulitan peserta didik terhadap materi laju reaksi. Setelah kemampuan representasi peserta didik diketahui dapat dilakukan perbaikan pada pembelajaran kimia pada materi laju reaksi.


(41)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

“penelitian yang meneliti status kelompok manusia, objek, kondisi, sistem pemikiran, ataupun suatu kelas pada masa sekarang” (Nazir, 2014, h. 43). Menggunakan desain penelitian satu faktor yaitu kemampuan representasi pada praktikum materi laju reaksi dan rancangan satu sampel yaitu peserta didik kelas XI SMA Negeri 2 Sleman. Penelitian ini tergolong kedalam penelitian deskriptif yang bersifat ex post facto. Data dikumpulkan setelah semua kejadian telah selesai berlangsung sehingga peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji sebab akibat dari data yang tersedia.

Prosedur dalam penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) tahap persiapan, langkah-langkah yang dilakukan yaitu menentukan materi yang akan digunakan kemudian membuat petunjuk praktikum sebanyak empat macam praktikum yang terdiri dari dua praktikum dengan metode eksperimen dan dua praktikum dengan metode demonstrasi dan pada masing-masing praktikum disertai instrumen kemampuan representasi mengenai praktikum untuk dikerjakan oleh peserta didik kemudian instrumen divalidasi menggunakan validasi logis berdasarkan ahli dan penilaian kualitas instrumen. (2) tahap pelaksanaan penelitian, membagi peserta didik dalam 8 kelompok, melakukan praktikum metode eksperimen dua kali dan praktikum metode demonstrasi dua kali, setelah praktikum peserta didik diminta mengerjakan soal kemampuan representasi secara individu. (3) tahap akhir,


(42)

27

mengoreksi jawaban peserta didik untuk mengetahui persentase kemampuan representasi praktikum pada tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik, mendeskripsikan kemampuan representasi praktikum dengan metode eksperimen dan demonstrasi, mengetahui kemampuan representasi praktikum dari praktikum pertama sampai empat, dan menyusun laporan penelitian. Adapun alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Studi pustaka representasi

dalam praktikum kimia Analisis materi laju reaksi

Menentukan 4 praktikum Pembuatan petunjuk

praktikum

Pembuatan instrumen

kemampuan representasi Validasi instrumen

Peserta didik praktikum secara berkelompok

Membagi peserta didik dalam beberapa

kelompok

Mengerjakan soal representasi

Analisis data

Temuan dan pembahasan Kesimpulan


(43)

28

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Sleman pada semester gasal tahun pelajaran 2016/2017 pada bulan November 2016 dengan menyesuaikan jadwal pelajaran kimia kelas XI IPA 1.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah kemampuan representasi praktikum materi laju reaksi peserta didik kelas XI SMA Negeri 2 Sleman dalam ketiga tingkat representasi yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Kemampuan representasi dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam menjawab soal-soal representasi praktikum materi laju reaksi.

D. Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 2 Sleman yang berjumlah 64 peserta didik yang terdiri dari dua kelas yaitu XI IPA 1 dan XI IPA 2.

2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive cluster

sampling, merupakan teknik penentuan sampel yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu. Sampel yang digunakan adalah 1 kelas dari 2 kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Sleman. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 1 yang berjumlah 32 peserta didik.


(44)

29

E. Instrumen Penelitian, Validasi, dan Reliabilitas Instrumen

1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dibuat sendiri oleh peneliti. Kualitas penelitian akan sangat bergantung pada instrumen yang digunakan saat pengambilan data. Diperlukan alat pengumpulan data atau instrumen yang tepat agar mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Instrumen yang digunakan yaitu: a) Lembar Petunjuk Praktikum

Instrumen berupa lembar petunjuk praktikum untuk empat macam praktikum pada materi laju reaksi. Praktikum yang dilakukan terdiri dari dua praktikum menggunakan metode eksperimen dan dua praktikum menggunakan metode demonstrasi. Lembar petunjuk praktikum ini digunakan sebagai acuan peserta didik saat melakukan praktikum agar tidak terjadi kesalahan selama praktikum. Lembar petunjuk praktikum terdiri dari judul, tujuan, dasar teori, alat dan bahan, prosedur kerja, dan data pengamatan.

b) Soal Kemampuan Representasi Praktikum

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal representasi praktikum materi laju reaksi yang dilakukan sebanyak empat kali dengan judul berbeda. Soal representasi praktikum untuk masing-masing praktikum berisi 10 soal dalam bentuk makroskopik, submikroskopik, dan simbolik tentang eksperimen maupun demonstrasi yang telah dilakukan. Kisi-kisi dalam pembuatan soal representasi praktikum dapat dilihat pada Lampiran 5.


(45)

30 2. Validasi Instrumen

Instrumen yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti dengan mengembangkan kisi-kisi. Validasi instrumen dilakukan dengan validasi logis berdasarkan ahli (expert judgement) oleh dosen dan masukan dari pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia. Validitas suatu instrumen adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu soal mengukur apa yang hendak diukur. Derajat validitas hanya berlaku untuk suatu kelompok tertentu yang memang telah direncanakan pemakaiannya oleh peneliti (Sukardi, 2013).

Hasil penilaian kualitas instrumen berdasarkan ahli (expert judgement) oleh dosen dan pendidik kimia berupa huruf diubah menjadi nilai kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Hasil penilaian dari dosen dan pendidik yang mengampu mata pelajaran kimia sebagai validator yang masih dalam bentuk huruf diubah menjadi skor menggunakan skala Likert (Nazir, 2014) dengan ketentuan dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Pemberian Skor

Kategori Skor

SK (sangat kurang) 1

K (kurang) 2

C (cukup) 3

B (baik) 4

SB (sangat baik) 5

b) Setelah data terkumpul dari validator kemudian menghitung skor rata-rata tiap indikator pada setiap aspek kriteria penilaian dengan rumus:


(46)

31

=

Keterangan:

= skor rata-rata tiap aspek = jumlah skor tiap aspek = jumlah penilai

c) Mengubah skor rata-rata tiap aspek berupa data kuantitatif menjadi kriteria kualitatif sesuai dengan kriteria kategori penilaian tiap aspek untuk menentukan kualitas instrumen kemampuan representasi berdasarkan penilaian ideal Widoyoko (2016, h. 238) dengan ketentuan seperti yang dijabarkan dalam Tabel 2. sebagai berikut.

Tabel 2. Kriteria Kategori Penilaian Ideal Tiap Aspek

No. Rentang Skor (i) Kategori Kualitatif

1. > (Mi + 1,8 SBi) SB (Sangat baik)

2. (Mi + 0,6 SBi) < ≤ (Mi + 1,8 SBi) B (Baik)

3. (Mi− 0,6 SBi) < ≤ (Mi + 0,6 SBi) C (Cukup)

4. (Mi− 1,8 SBi) < ≤ (Mi− 0,6 SBi) K (Kurang)

5. ≤ (Mi− 1,8 SBi) SK (Sangat kurang)

Keterangan:

= skor rata-rata tiap aspek Mi = mean ideal

Mi = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

SBi = simpangan baku ideal

SBi = (1/2) (1/3) (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)


(47)

32

Skor minimal ideal = Ʃ butir kriteria ideal x skor terendah

3. Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang sudah dikerjakan oleh peserta didik digunakan untuk menghitung reliabilitas instrumen secara empiris dengan koefisien reliabilitas alpha cronbach (Arikunto, 2013, h. 122) menggunakan rumus:

11 =

1 1−

��2

�2

Keterangan:

11 = koefisien reliabilitas yang dicari

n = jumlah butir soal

��2 = jumlah varians butir soal

�2 = varians total

Menurut Arikunto (2013), interpretasi besarnya koefisien korelasi yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : reliabilitas sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : reliabilitas tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : reliabilitas cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : reliabilitas rendah


(48)

33

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data menggunakan empat instrumen kemampuan representasi praktikum untuk 32 peserta didik kelas XI SMA Negeri 2 Sleman pada materi laju reaksi. Data kemampuan representasi praktikum diperoleh dari instrumen kemampuan representasi praktikum yang sudah dikerjakan oleh peserta didik setiap selesai praktikum sehingga didapatkan empat data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan pada data kemampuan representasi praktikum peserta didik yang sudah dibuat dalam bentuk persentase untuk setiap tingkat makroskopik, submikroskopik, dan simbolik, mengetahui kemampuan representasi praktikum dengan metode eksperimen dan demonstrasi serta mengetahui kemampuan representasi praktikum dari praktikum pertama sampai praktikum keempat. Langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut.

1. Menghitung persentase kemampuan representasi masing-masing peserta didik pada satu kali praktikum, menggunakan rumus:

% � � � � =Ʃ � � �

Ʃ � � � 100%

2. Menentukan kategori kemampuan representasi masing-masing peserta didik berdasarkan skala kategori kemampuan representasi praktikum kimia yang dapat dilihat pada Tabel 3.


(49)

34

Tabel 3. Kategori Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Kimia Nilai (Skala 100) Kategori Kemampuan Representasi

≥ 81,00 A ( Sangat Baik )

66,00 – 80,99 B ( Baik )

56,00 – 65,99 C ( Cukup )

41,00 – 55,99 D ( Kurang )

< 41,00 E ( Sangat Kurang )

(Peraturan Akademik UNY, 2014)

3. Menghitung rerata persentase kemampuan representasi peserta didik dalam satu kelas pada satu kali praktikum, menggunakan rumus:

� � � % � � � � � � � � � � �

= Ʃ % � � � � � � � � � � �

Ʃ � � � � � � �

4. Menghitung rerata persentase kemampuan representasi praktikum peserta didik pada seluruh praktikum.

5. Menentukan kategori rerata kemampuan representasi praktikum peserta didik dalam satu kelas pada satu kali praktikum berdasarkan skala kategori kemampuan representasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.

6. Menentukan kategori rerata kemampuan representasi praktikum peserta didik pada seluruh praktikum berdasarkan skala kategori kemampuan representasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.


(50)

35

7. Menghitung persentase tiap kemampuan representasi dalam satu kali praktikum:

� =Ʃ Ʃ

Keterangan:

a = persentase kemampuan representasi praktikum peserta didik setiap tingkat

Ʃx = jumlah persentase kemampuan representasi praktikum peserta didik setiap tingkat

Ʃy = jumlah peserta didik dalam satu kelas

Kemampuan representasi praktikum kimia peserta didik meliputi: a) Representasi makroskopik

b) Representasi submikroskopik c) Representasi simbolik

8. Menghitung rerata persentase tiap kemampuan representasi pada seluruh praktikum.

9. Menafsirkan sebaran tiap kemampuan representasi peserta didik dalam satu praktikum yang dapat dilihat pada Tabel 4.


(51)

36

Tabel 4. Sebaran Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Kimia

Nilai (%) Sebaran

0,00 Tidak ada

0,01 – 25,00 Sebagian kecil

25,01 – 49,99 Hampir separuhnya

50,00 Separuhnya

50,01 – 75,00 Sebagian besar

75,01 – 99,99 Hampir seluruhnya

100,00 Seluruhnya

(Koentjaraningrat dalam Wildasari, 2012)

10. Menafsirkan sebaran rerata tiap kemampuan representasi peserta didik pada seluruh praktikum.

11. Praktikum yang diteliti meliputi:

a) Praktikum 1 : Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi b) Praktikum 2 : Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi c) Praktikum 3 : Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi d) Praktikum 4 : Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi


(52)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian pada peserta didik kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Sleman dilakukan sebanyak empat kali pertemuan dengan materi laju reaksi. Empat kali pertemuan dibagi dalam dua kali pertemuan untuk praktikum menggunakan metode eksperimen dan dua kali pertemuan untuk praktikum menggunkan metode demonstrasi. Materi laju reaksi yang digunakan pada metode eksperimen yaitu pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi sedangkan untuk metode demonstrasi dengan materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Peserta didik mengerjakan soal setelah selesai praktikum yang dibuat dalam bentuk representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Penelitian dilakukan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (90menit) dan jumlah peserta didik sebanyak 32 yang dibagi dalam 8 kelompok sehingga setiap kelompok beranggotakan empat peserta didik.

1. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Praktikum

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan serta pengolahan data berdasarkan rumus didapatkan hasil kemampuan representasi praktikum sehingga diperoleh kategori kemampuan representasi untuk setiap praktikum sebagai berikut:


(53)

38

a. Praktikum Pertama (Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi)

Kategori kemampuan representasi peserta didik kelas XI IPA 1 pada praktikum pertama dengan materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi diperoleh persentase kemampuan representasi sebesar 91% dengan kategori baik. Kategori cukup diperoleh persentase sebesar 3%, kategori kurang diperoleh persentase sebesar 3%, kategori sangat kurang diperoleh persentase sebesar 3%, dan kategori sangat baik tidak ditemukan dalam praktikum pertama.

Diagram persentase kategori kemampuan representasi pada praktikum pertama dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Pertama

b. Praktikum Kedua (Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi)

Kategori kemampuan representasi peserta didik kelas XI IPA 1 pada praktikum kedua dengan materi pengaruh katalis terhadap laju reaksi diperoleh persentase kemampuan representasi sebesar 69% dengan kategori sangat baik.

3% 3% 3%

91%

Sangat Kurang Kurang Cukup Baik


(54)

39

Kategori baik diperoleh persentase sebesar 22%, kategori sangat kurang diperoleh persentase sebesar 9%, kategori cukup dan kurang tidak ditemukan dalam praktikum kedua.

Diagram persentase kategori kemampuan representasi pada praktikum kedua dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Kedua c. Praktikum Ketiga (Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi)

Kategori kemampuan representasi peserta didik kelas XI IPA 1 pada praktikum ketiga dengan materi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi diperoleh persentase kemampuan representasi sebesar 53% dengan kategori sangat kurang. Kategori sangat baik diperoleh persentase sebesar 28%, kategori baik diperoleh persentase sebesar 13%, kategori kurang diperoleh persentase sebesar 6%, dan kategori cukup tidak ditemukan dalam praktikum ketiga.

Diagram persentase kategori kemampuan representasi pada praktikum ketiga dapat dilihat pada Gambar 4.

9%

22%

69%

Sangat Kurang Baik


(55)

40

Gambar 4. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Ketiga

d. Praktikum Keempat (Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju Reaksi)

Kategori kemampuan representasi peserta didik kelas XI IPA 1 pada praktikum keempat dengan materi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi diperoleh persentase kemampuan representasi sebesar 63% dengan kategori sangat baik. Kategori baik diperoleh persentase sebesar 31%, kategori sangat kurang diperoleh persentase sebesar 6%, kategori kurang dan cukup tidak ditemukan dalam praktikum keempat.

Diagram persentase kategori kemampuan representasi pada praktikum keempat dapat dilihat pada Gambar 5.

53%

6% 13%

28%

Sangat Kurang Kurang Baik Sangat Baik


(56)

41

Gambar 5. Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Keempat

e. Rerata Seluruh Praktikum

Rerata kategori kemampuan representasi peserta didik kelas XI IPA 1 untuk empat praktikum dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Rerata Kategori Kemampuan Representasi Empat Praktikum

6%

31%

63%

Sangat Kurang Baik

Sangat Baik

6% 6%

22%

35% 31%

Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik


(57)

42

Berdasarkan Gambar 6. Kemampuan representasi didominasi oleh kategori baik sebesar 35%, sedangkan untuk kategori sangat baik sebesar 31%, cukup sebesar 22%, kurang sebesar 6%, dan sangat kurang sebesar 6%.

Berdasarkan data pada praktikum pertama sampai keempat maka didapat rerata persentase kemampuan representasi untuk setiap praktikum yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata Persentase Kemampuan Representasi

Praktikum Rerata Kategori

Pertama 70,21% Baik

Kedua 75,48% Baik

Ketiga 53,22% Kurang

Keempat 80,53% Baik

Rerata Seluruh

Praktikum 69,86% Baik

2. Persentase dan Sebaran Setiap Kemampuan Representasi Praktikum

Penelitian ini dilakukan analisis pada jawaban peserta didik untuk keempat soal praktikum yang dibuat dalam bentuk representasi. Kemampuan representasi dibagi menjadi tiga yaitu representasi makroskopik, representasi submikroskopik, dan representasi simbolik. Berdasarkan data yang diperoleh berupa skor serta pengolahan data berdasarkan rumus didapatkan rerata persentase setiap kemampuan representasi. Rerata persentase setiap kemampuan representasi praktikum serta sebarannya dapat dilihat pada Tabel 6.


(58)

43

Tabel 6. Rerata Persentase dan Sebaran Setiap Kemampuan Representasi Praktikum P ra kti kum Kemampuan Representasi

Makroskopik Submikroskpik Simbolik

Persentase Sebaran Persentase Sebaran Persentase Sebaran

1 64,58% Sebagian

besar 67,41%

Sebagian

besar 73,75%

Sebagian besar 2 88,28% Hampir

seluruhnya 49,55%

Hampir

separuhnya 85,35%

Hampir seluruhnya 3 48,44% Hampir

separuhnya 41,93%

Hampir

separuhnya 80,99%

Hampir seluruhnya 4 80,21% Hampir

seluruhnya 92,97%

Hampir

seluruhnya 80,27%

Hampir seluruhnya R ata -ra ta

70,38% Sebagian

besar 62,97%

Sebagian

besar 80,09%

Hampir seluruhnya

Berdasarkan Tabel 6. Rerata persentase kemampuan representasi makroskopik sebesar 70,38% dan submikroskpik sebesar 62,97% sehingga dapat disimpulkan sebagian besar peserta didik menguasai representasi makroskopik dan submikroskopik. Rerata persentase kemampuan representasi simbolik sebesar 80,09% sehingga disimpulkan hampir seluruhnya menguasai representasi simbolik.

3. Persentase Kemampuan Representasi Praktikum Menggunakan Metode Eksperimen Dan Demonstrasi

Penelitian dilakukan sebanyak empat kali pertemuan, dua pertemuan untuk praktikum menggunakan metode eksperimen dan dua kali pertemuan untuk metode demonstrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban soal


(59)

44

eksperimen dan demonstrasi peserta didik maka dapat diketahui persentase untuk setiap kemampuan representasi yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase Metode Eksperimen dan Demonstrasi untuk Setiap Kemampuan Representasi

Metode Makroskopik Submikroskopik Simbolik

Eksperimen 64,33% 67,45% 80,63%

Demonstrasi 76,43% 58,48% 79,55%

B. Pembahasan

Kemampuan representasi praktikum peserta didik diukur menggunakan empat soal praktikum dengan judul berbeda yang sudah divalidasi menggunakan validasi logis berdasarkan ahli oleh satu dosen dan satu pendidik kimia SMA. Hasil penilaian kualitas instrumen dari dosen dan pendidik kimia berupa huruf diubah menjadi nilai kualitatif diperoleh hasil 158 kemudian diubah berdasarkan kriteria kategori penilaian yang menyatakan kualitas instrumen sangat baik sehingga layak digunakan. Reliabilitas instrumen didapat dari perhitungan hasil jawaban peserta didik, nilai reliabilitas untuk soal praktikum pertama sebesar 0,858, kedua sebesar 0,906, ketiga sebesar 0,763, dan keempat sebesar 0,886. Nilai reliabilitas pada soal praktikum pertama, kedua, dan keempat mempunyai koefisien reliabilitas sangat tinggi dan soal praktikum ketiga mempunyai koefisien reliabiltas tinggi sehingga keempat soal dapat digunakan sebagai instrumen.

Data penelitian diperoleh berdasarkan jawaban soal praktikum dengan materi laju reaksi yang dibuat dalam bentuk representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Hasil yang didapatkan peserta didik berupa skor berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat. Skor yang diperoleh


(60)

masing-45

masing peserta didik digunakan untuk mengetahui persentase kemampuan representasi secara keseluruhan maupun persentase untuk setiap kemampuan representasi. Persentase yang didapat diubah dalam bentuk kategori maupun sebaran.

Penelitian yang dilakukan sebanyak empat kali dengan pembagian dua kali untuk praktikum menggunakan metode eksperimen dan dua kali untuk metode demonstrasi. Dilakukan perhitungan hasil eksperimen dan demonstrasi dengan mengelompokkan demonstrasi satu dan dua serta eksperimen tiga dan empat. Pengelompokkan dilakukan dengan menjumlah setiap kemampuan representasi kemudian dapat dilihat setiap kemampuan representasi untuk eksperimen dan demonstrasi.

1. Persentase dan Kategori Kemampuan Representasi Praktikum Peserta Didik Skor yang diperoleh berdasarkan jawaban peserta didik sesuai dengan pedoman penskoran kemudian diubah dalam bentuk persentase dan dirata-rata. Hasil rerata persentase kemampuan representasi peserta didik dari praktikum pertama sampai keempat dapat dilihat pada Tabel 5. Persentase yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan Tabel 3. dan hasil kategori kemampuan representasi praktikum peserta didik dapat dilihat pada Gambar 2. sampai dengan Gambar 6.

Setiap soal diidentifikasi termasuk dalam kemampuan representasi makroskopik, submikroskopik, atau simbolik kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui persentase setiap kemampuan representasi dan dirata-rata. Berdasarkan persentase yang diperoleh dapat diketahui sebaran kemampuan


(61)

46

representasi berdasarkan Tabel 4. dan hasil sebaran kemampuan representasi praktikum peserta didik dapat dilihat pada Tabel 6. Kemampuan representasi praktikum menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi dapat dilihat dengan menjumlahkan persentase kemampuan representasi pada eksperimen maupun demonstrasi. Perhitungan persentase dilakukan untuk setiap kemampuan representasi yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.

a. Praktikum Pertama

Praktikum pertama adalah praktikum pengaruh suhu terhadap laju reaksi. Tujuan dari praktikum pertama ini yaitu peserta didik dapat menyelidiki pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada reaksi antara asam klorida dengan natrium tiosulfat. Metode yang digunakan pada praktikum pertama yaitu demonstrasi. Pembagian kelompok sudah dilakukan dengan membagi peserta didik dalam 8 kelompok. Sebelum praktikum dimulai, masing-masing perwakilan satu peserta didik dari setiap kelompok maju kedepan untuk mendemonstrasikan praktikum yang akan dilakukan.

Delapan peserta didik yang maju kedepan melakukan praktikum sesuai dengan petunjuk praktikum yang sudah diberikan pendidik. Setiap langkah praktikum yang dilakukan diperlihatkan kepada peserta didik lain untuk diamati bersama. Pengamatan yang dilakukan meliputi warna larutan Na2S2O3 dan HCl,

gelembung gas dan endapan yang dihasilkan saat mereaksikan larutan, suhu dan waktu yang digunakan sampai tanda silang tidak terlihat. Pendidik juga memberikan pertanyaan secara lisan kepada peserta didik seperti mengapa gelembung gas pada salah satu gelas lebih banyak? Serta menuntun peserta didik


(62)

47

untuk berpikir proses. Pendidik membagikan soal representasi mengenai praktikum yang baru dilakukan untuk dikerjakan oleh masing-masing peserta didik.

Peserta didik mengerjakan sebanyak 10 soal dengan pembagian 3 soal representasi makroskopik, 3 soal representasi submikroskopik, 3 soal representasi simbolik, dan 1 soal kesimpulan. Persentase dan kategori kemampuan representasi praktikum pertama dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil yang diperoleh peserta didik dominan sebesar 91% dengan kategori baik sedangkan sisanya 3% dengan kategori cukup, kurang, dan sangat kurang.

Kemampuan representasi peserta didik pada praktikum pertama sudah tinggi. Kesalahan terbanyak terdapat pada soal nomor 1, 4, dan 7. Soal nomor 1 merupakan soal simbolik, soal nomor 4 merupakan soal submikroskopik, dan soal nomor 7 merupakan soal makroskopik. Soal nomor 1 dan 7 merupakan soal yang berhubungan karena soal nomor 1, yaitu meminta peserta didik untuk menuliskan persamaan reaksi yang terjadi dan soal nomor 7 ditanyakan apakah terbentuk gelembung gas pada kedua tabung reaksi. Semua peserta didik tidak ada yang bisa menjawab secara sempurna soal nomor 1, pasti ada yang salah dalam menuliskan fasa zatnya sehingga saat ditanyakan apakah terbentuk gelembung gas pada soal nomor 7 peserta didik menjawab tidak. Peserta didik melakukan pengamatan, tetapi pada praktikum pertama ini menggunakan metode demonstrasi sehingga kemampuan mengingat peserta didik tidak lama tersimpan dalam ingatan. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik masih kurang serius dalam pengamatan dan mudah melupakan apa yang baru saja dilakukan sehingga saat menuliskan fasa zat


(63)

48

pada persamaan reaksi yang merupakan representasi simbolik peserta didik juga kesulitan.

Soal nomor 4 meminta peserta menggambarkan reaksi yang terjadi pada gelas kimia kedua setelah pemanasan, semua peserta didik menjawab salah. Peserta didik seharusnya menjawab reaksi setelah pemanasan natrium tiosulfat tetapi peserta didik menjawab hasil reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida. Hal ini menunjukkan peserta didik kurang memahami maksud soal. b. Praktikum Kedua

Praktikum kedua adalah praktikum pengaruh katalis terhadap laju reaksi. Tujuan dari praktikum kedua ini yaitu peserta didik dapat mengidentifikasi pengaruh zat katalis tertentu terhadap laju reaksi. Metode yang digunakan pada praktikum kedua yaitu demonstrasi.

Setiap langkah praktikum dilakukan oleh perwakilan peserta didik yang melakukan praktikum dan diperlihatkan kepada peserta didik lain untuk diamati bersama. Pengamatan yang dilakukan meliputi warna larutan H2O2 dan FeCl3, bau

dan gelembung gas yang dihasilkan saat mereaksikan larutan, endapan yang dihasilkan pada larutan yang diberi katalis dan tidak diberi katalis, dan waktu yang dibutuhkan dari awal reaksi sampai reaksi habis. Pendidik juga menuntun peserta didik untuk lebih berpikir proses saat praktikum dilakukan. Pendidik membagikan soal representasi mengenai praktikum yang baru dilakukan untuk dikerjakan oleh masing-masing peserta didik.

Peserta didik mengerjakan sebanyak 10 soal dengan pembagian 4 soal representasi makroskopik, 3 soal representasi submikroskopik, dan 3 soal


(64)

49

representasi simbolik. Persentase dan kategori kemampuan representasi praktikum kedua dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil yang diperoleh dominan sebesar 69% dengan kategori sangat baik sedangkan sisanya 22% dengan kategori baik, dan 9% dengan kategori sangat kurang. Praktikum kedua terjadi kenaikan kemampuan representasi dibandingkan praktikum pertama karena sudah muncul kategori sangat baik.

Kemampuan representasi praktikum peserta didik sudah sangat baik, tetapi masih ada 9% dengan kategori sangat kurang. Kesalahan peserta didik terdapat pada soal nomor 2 dan 4 yang merupakan soal submikroskopik. Soal nomor 2 peserta didik diminta untuk menggambarkan hasil peruraian hidrogen peroksida, ada beberapa peserta didik yang salah dalam menggambarkan hasilnya. Soal nomor 4 yang meminta peserta didik menggambarkan rumus senyawa gelembung gas yang terbentuk, ada beberapa peserta didik yang salah dalam menggambarkan hasilnya padahal pada soal nomor 1 dengan soal menuliskan persamaan reaksi peruraian hidrogen peroksida semua peserta didik menjawab benar dan pada soal nomor 3 dengan soal terdapat gelembung gas atau tidak, peserta didik menjawab benar yaitu terdapat gelembung gas.

Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa peserta didik yang masih kesulitan dalam menafsirkan kemampuan representasi makroskopik dan simbolik ke dalam representasi submikroskopik. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Li dan Arshad (2014), sebenarnya peserta didik dapat menafsirkan pengamatan yang dilakukan (makroskopik) ke tingkat representasi submikroskopik dan simbolik. Namun, karena ketidakmampuan peserta didik


(65)

50

dalam memvisualisasikan partikel serta tidak mampu membuat hubungan antara makroskopik dan submikroskopik menambah tantangan bagi peserta didik untuk mempelajari kimia.

c. Praktikum Ketiga

Praktikum ketiga adalah praktikum pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Tujuan dari praktikum ketiga ini yaitu peserta didik dapat menyelidiki pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Metode yang digunakan pada praktikum ketiga yaitu eksperimen. Pembagian kelompok sudah dilakukan dengan membagi peserta didik dalam 8 kelompok. Setiap kelompok melakukan praktikum sesuai dengan petunjuk praktikum yang sudah diberikan pendidik. Pengamatan dilakukan masing-masing kelompok. Pendidik membagikan soal representasi mengenai praktikum yang baru dilakukan untuk dikerjakan oleh masing-masing peserta didik.

Peserta didik mengerjakan sebanyak 10 soal dengan pembagian 4 soal representasi makroskopik, 3 soal representasi submikroskopik, 2 soal representasi simbolik, dan 1 soal kesimpulan. Persentase dan kategori kemampuan representasi praktikum ketiga dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil yang diperoleh dominan sebesar 53% dengan kategori sangat kurang sedangkan sisanya 28% dengan kategori sangat baik, 13% dengan kategori baik, dan 6% dengan kategori kurang. Praktikum ketiga ini peserta didik sangat kesulitan menjawab soal-soal karena pengamatan dilakukan masing-masing kelompok sehingga peserta didik kurang begitu memperhatikan secara detail apa saja yang harus diamati karena tidak ada perintah dari pendidik.


(66)

51

Kesalahan peserta didik terdapat pada soal nomor 2, 3, dan 4 yang merupakan soal makroskopik dan soal nomor 6, 7, dan 8 yang merupakan soal submikroskopik. Soal nomor 2 meminta peserta didik untuk menyebutkan perubahan warna pita magnesium setelah bereaksi dengan larutan asam klorida, masih ada peserta didik yang salah dalam menjawab karena kurang teliti dalam pengamatan. Soal nomor 3 meminta peserta didik menyebutkan reaksi yang menghasilkan gelembung paling banyak. Soal nomor 4 meminta peserta didik menyebutkan reaksi yang paling cepat menghabiskan pita magnesium. Soal nomor 3 dan 4 peserta didik salah dalam menyebutkan konsentrasi larutan.

Soal nomor 6, 7, dan 8 meminta peserta didik untuk menggambarkan hasil reaksi antara pita magnesium dengan larutan asam klorida 1M, 2M, dan 3M. Peserta didik masih kesulitan dalam membedakan gambar antara hasil reaksi untuk 1M, 2M, dan 3M selain itu peserta didik juga kesulitan dalam menggambarkan bentuknya. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kurang teliti dalam melakukan pengamatan yang merupakan representasi makroskopik sehingga peserta didik juga akan kesulitan atau salah dalam menafsirkan ke dalam representasi submikroskopik.

d. Praktikum Keempat

Praktikum keempat adalah praktikum pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi. Tujuan dari praktikum keempat ini yaitu peserta didik dapat mengamati pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi. Metode yang digunakan pada praktikum keempat yaitu eksperimen. Setiap kelompok melakukan praktikum sesuai dengan petunjuk praktikum yang sudah diberikan


(67)

52

pendidik. Pengamatan dilakukan masing-masing kelompok. Pendidik membagikan soal representasi mengenai praktikum yang baru dilakukan untuk dikerjakan oleh masing-masing peserta didik.

Peserta didik mengerjakan sebanyak 10 soal dengan pembagian 3 soal representasi makroskopik, 4 soal representasi submikroskopik, 2 soal representasi simbolik, dan 1 soal kesimpulan. Persentase dan kategori kemampuan representasi praktikum keempat dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil yang diperoleh dominan sebesar 63% dengan kategori sangat baik sedangkan sisanya 31% dengan kategori baik, dan 6% dengan kategori sangat kurang. Praktikum keempat ini peserta didik sudah terbiasa dengan soal-soal yang diberikan dan sudah belajar dari pengalaman sehingga saat praktikum peserta didik lebih berpikir proses. Kategori kemampuan representasi perserta didik pada praktikum keempat sudah sangat baik.

Kemampuan representasi pada praktikum keempat sudah berkategori sangat baik, tetapi masih ada 6% dengan kategori sangat kurang. Kesalahan peserta didik terdapat pada soal nomor 10 yang merupakan soal kesimpulan karena peserta didik agak kesulitan dalam menyimpulkan penyebab partikel yang dipotong kecil ketika direaksikan dengan zat lain dapat berekasi lebih cepat jika dibandingkan dengan partikel yang utuh. Peserta didik sudah menjawab dengan benar kemampuan representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Hal ini disebabkan karena pengulangan model yang digunakan sehingga peserta didik sudah terbiasa dengan soal yang menggunakan representasi makroskopik, submikroskopik, dan simbolik.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

REPRESENTASI CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIK DALAM IKLAN SAMSUNG GALAXY S7 VERSI THE SMARTES7 ALWAYS KNOWS BEST)

132 481 19

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25