Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa angkatan 2013 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(1)

TINGKAT KEJENUHAN BELAJAR MAHASISWA (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

Hendrikus Nahak NIM: 121114075

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iii

HALAMAN MOTTO

Jangan pernah menyesal dengan suatu kegagalan yang kamu lakukan, akan tetapi tetaplah bersyukur karena suatu kegagalan merupakan satu langkah maju menuju

kesuksesan.

Moris Keta Hodi Halua, Hamulak No Serisu.


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan

Kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Malaikat Kecilku dan Pelindungku

Bapak Kornelis Letto Taek dan Mama Thresia Marghareta Abuk. Kakak Gaspar Burak dan Dominggas Rafu

Bapak Emanuel Bele Bau Romo Paulus Wiryono

Juster Donal Sinaga Kakak Stefanus Mau

Keluarga Besar Suku Lahoan Bei Ikun

Keluarga Suku Laninis dan Keluarga Besar Suku Lianain. Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(6)

(7)

(8)

vii

ABSTRAK

TINGKAT KEJENUHAN BELAJAR MAHASISWA

(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

Hendrikus Nahak Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan usulan-usulan topik bimbingan belajar. Kejenuhan belajar digolongkan menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta berjumlah 53 orang. Alat pengumpalan data yang digunakan oleh peneliti adalah Skala Kejenuhan Belajar Mahasiwa, yang terdiri dari 40 item, dengan nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach 0.867. Teknik analisis data yang digunakan adalah membuat tabulasi dari skor masing-masing item, menghitung persentase masing-masing aspek, menghitung butir instrumen yang perolehan skornya tinggi dan deskripsi kategorisasi distribusi normal, dengan 5 kategori, Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta memiliki skor kejenuhan belajar kategori tinggi dan sedang dengan rincian sebagai berikut: sebanyak 11 mahasiswa ( 20,75 %) mengalami kejenuhan belajar tinggi, dan 42 mahasiswa (79,24 %) mengalami kejenuhan belajar sedang. Butir item yang perolehan skor tinggi menggambarkan kejenuhan belajar mahasiswa yaitu sangat tinggi 1 item, tinggi 14 item, sedang 21 item, rendah 3 item dan sangat rendah 1 item. Maka dari itu, 14 item yang berada pada kategori tinggi dapat dijadikan usulan-usulan topik bimbingan belajar.


(9)

viii

ABSTRACT

STUDENTS’ STUDYING SATURATION LEVEL

(Descriptive Study of the Students of the Guidance and Counseling Study Program Batch 2013 Sanata Dharma University Yogyakarta)

Hendrikus Nahak Sanata Dharma University

2017

The aim of this research was to measure studying saturation level among the guidance and counseling students batch 2013 and some suggested topics for tutoring programs. Studying saturation levels were classified into five categories, namely: very high, high, medium, low, and very low.

The type of this research was a quantitative descriptive. The subjects of this research were 53 guidance and counseling students batch 2013, Sanata Dharma University. Data collection instrument that was used by the researcher was Students Saturation Level Scale, which consisted of 40 items with Cronbach’s Alpha reliability coefficient 0.867. Data analysis technique was applied to make a tabulation of each item, to count the percenta ge of each aspect, to count the item instrument that had a high score and to describe five normal distribution categories, namely: very high, high, medium, low, very low.

The result of this research showed that more than half of the guidance and counseling students batch 2013, Sanata Dharma University had high and medium studying saturation levels, the details are as follows: 11 students (20.75%) experienced high level of saturation, and 42 students (79.24%) experienced medium level of saturation. Item which had high score described students’ studying saturation levels that were: 1 item was very high, 14 items were high, 21 items were medium, 3 items were low and 1 item was very low. Therefore, 14 items that belonged to high category could be proposed as suggestion topics of tutoring.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat perlindungan, dan karunianya bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Sanata Dharma.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini banyak menemui hambatan- hambatan serta kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat diselesaikan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharam Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

5. Bapak Moko selaku Sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah berkenan membantu seluruh penelitian hingga penyelesaian skripsi. 6. Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyayakarta selaku subyek penelitian yang sudah membantu dan bersedia meluangkan waktu untuk mengerjakan kuesioner penelitian.


(11)

x

7. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling 2012 yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

8. Orangtuaku tercinta Bapak Kornelis Leto Taek dan Mama Thresia Margaretha Abuk, serta program kerja sama Baku Peduli yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan skripsiku dan seluruh keluarga besar yang telah mendukung serta memberikan motivasi dalam karya skripsiku sehingga semuanya dapat diselesaikan dengan lancar dan baik.

9. Teman –teman Baku Peduli Belu 02 ( Ari Caca, Any Keun, Corma, Febby, Greg, Hendro, Lina, Sintus, Stevi, Lia dan Lisa) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

10.Teman –teman seperjuanganku ( Ari Caca, Betty, Donny, Meks, Armed, dan Iron) yang selalu memberikan motivasi dan selalu membantu ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman Rakat Atambua-Jogja ( Okto Morais Amaral, Roy Atok, Putra Wahab, Halek Jr, Jimmy, Sukardi Lahoan, Akehy, Moruk, Santus Besin, Farid Bambang, Malik Jr, Rolly Bas, Mauk Sipri, Liber Amaral, Vhyana, Lhyana, Delvhy dan Ady Bauk) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

12.Teman-teman Asrama Student Resident Sanata Dharma Yogyakarta ( Neppi, Milo, Daus, Andy, Ricko, Chris, Heron, Frengki, Marita dan Lhyana) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 13.Terspesial buat kekasihku Maria Gaudensiana Aek yang selalu mensupport


(12)

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN MOTTO ………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRAC ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Defenisi Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Kejenuhan Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10


(14)

xii

3. Karakteristik Kejenuhan Belajar ... 12

4. Faktor-Faktor Kejenuhan Belajar ... 13

B. Hakikat Mahasiswa Sebagai Dewasa Awal ... 24

1. Pengertian Dewasa Awal ... 24

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 25

3. Ciri-Ciri Dewasa Awal ... 28

4. Karakteristik Periode Dewasa Awal ... 30

5. Minat Dewasa Awal Pada Belajar ... 32

6. Hambatan-hambatan belajar...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...37

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...38

C. Subyek Penelitian ...38

D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ... 38

E. Validitas dan Realibilitas Instrument ... 40

1. Validitas ... 40

2. Realibilitas ... 42

F. Teknik Analis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Deskriptif Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa ... 48

2. Gambaran Persentase Kejenuhan Belajar Mahasiswa ... 50

3. Indentifikasi Butir Instrumen Yang Perolehan Skornya Tinggi……….51


(15)

xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59

B. Keterbatasan Penelitian ... 59

C. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ... 39

Tabel 2. Kisi-Kisi Skala Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Sebelum Uji Coba ...39

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Kejenuhan Belajar Final ...42

Tabel 4. Kualifikasi Reliabilitas ... 43

Tabel 5. Reliabilitas Statistics... 44

Tabel 6. Norma Penggolongan Kategorisasi Kejenuhan Belajar Mahasiswa ...45

Tabel 7. Kategori Skor Subjek Penelitian... 46

Tabel 8. Kategori Skor Item Penelitian...46

Tabel 9. Kategori Aspek Kejenuhan Belajar...47

Tabel 10. Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta...48

Tabel 11. Analisis Aspek Kejenuhan Belajar...50

Tabel 12. Kategori Butir Item Instrumen Penelitian...52

Tabel 13. Kesebelas Item Beserta Besaran Skornya...52


(17)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Diagram Pie Persentase Aspek Kejenuhan Belajar


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi- Kisi Skala Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa ...64 Lampiran 2 : Kuesioner Kejenuhan Belajar Mahasiswa ...65-70 Lampiran 3 : Realibilitas ... 71 Lampiran 4 : Surat Penelitian ... 72 Lampiran 5 : Tabulasi Data Penelitian ...73-75


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini disajikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan defenisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam pengertian yang luas merupakan kegiatan yang meliputi semua perbuatan atau semua usaha dari generasi yang lebih tingkat pengetahuan dan pengalaman untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman serta keterampilannya kepada generasi tingkat pengetahuannya lebih rendah. Pendidikan mempunyai fungsi sebagai salah satu cara dalam menyiapkan generasi yang lebih mudah agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik secara jasmani maupun rohani.

Upaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kehidupan yang semakin kompleks dan beraneka ragam serta perkembangan teknologi yang semakin canggih dan perkembangan budaya yang semakin luas. Sistem pendidikan yang dirancangkan oleh pemerintah sekarang ini merupakan salah satu wahana dalam pembentukan karakteristik kepribadian remaja yang lebih baik, sehingga diharapkan mampu dalam mengembangkan aspek pengetahuan, sikap dan nilai keterampilan (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang diperolehnya dari dalam dunia pendidikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya semata-mata berkaitan dengan aspek kognitif saja. Dari pengalaman dan


(21)

pengamatan peneliti menemukan bahwa, penggunaan metode tidak variasi dalam proses pembelajaran sehingga mahasiswa mengalami kejenuhan belajar akibatnya tujuan dari proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar seseorang yang melampaui batas kemampuan fisik karena lelah dan bosan. Namun kejenuhan yang umum terjadi adalah karena keletihan yang melanda mahasiswa, sehingga bisa berperilaku menyimpang seperti membolos, melalaikan tugas, dan malas mengerjakan tugas. Keletihan dapat dikategorikan menjadi tiga macam yaitu: keletihan indera, keletihan fisik, dan keletihan mental.

Keletihan indera dan fisik seperti mata, telinga atau indera lainnya. Pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah istrahat yang cukup, terutama tidur nyenyak dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, dan sebaliknya keletihan pada mental tidak dapat diatasi dengan cara sederhana seperti cara untuk mengatasi keletihan lainnya.

Masalah–masalah yang biasa terjadi di lingkungan perkuliahan terkait dengan kejenuhan yang sering dialami mahasiswa khususnya ketika pelaksanaan proses perkuliahan yakni apabila mahasiswa sudah jenuh atau bosan maka ada mahasiswa yang sering keluar ruangan dengan meminta izin untuk ke kamar mandi secara bergantian.


(22)

Kejenuhan belajar merupakan salah satu jenis kesulitan belajar yang sering terjadi pada kalangan mahasiswa. Secara harafiah kejenuhan berarti padat atau penuh sehingga tidak dapat memuat menerima apapun. Selain itu juga, jenuh mempunyai arti jemu atau bosan. Kejenuhan yang dialami mahasiswa dapat menyebabkan usaha belajar yang dilakukan sia-sia yang disebabkan oleh suatu akal yang tidak bekerja sebagaimana mestinya dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru yang diperoleh.

Faktor yang dapat menyebabkan mahasiswa mengalami kejenuhan dalam belajar, seperti kehilangan motivasi dan konsolidasi yang merupakan salah satu tingkat keterampilan yang di miliki mahasiswa sebelum mencapai pada tingkat keterampilan selanjutnya. Artinya, mahasiswa tersebut telah mengalami kejenuhan yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan salah satu contoh faktor kejenuhan yang berasal dari luar yaitu mahasiswa berada pada situasi kompetitif yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat (Muhibbin Syah, 2010:170).

Mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, saat ini sudah menempuh tujuh semester. Mereka sudah mencapai 144 SKS. Mereka di harapkan dapat menyelesaikan studinya 8 semester (4 tahun). Akan tetapi sebagian mahasiswa yang belum mencapai target tersebut harus kuliah mengulang bersama angkatan berikutnya untuk memperbaiki nilai mata


(23)

kuliah yang belum lulus atau mata kuliah wajib lulus yang belum lulus sehingga sangat menguras tenaga, pikiran, dan waktu.

Separuh dari mahasiswa selalu menunda-nunda mengerjakan tugas perkuliahan yang diberikan oleh setiap dosen. Mereka beranggapan bahwa masih ada waktu untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang diberikan. Pada akhirnya, tugas perkuliahan semakin banyak dan semakin menumpuk sehingga mahasiswa kewalahan untuk mengerjakannya.

Ada kalanya mahasiswa, menggunakan sistem kebut semalaman (deadline), sebuah sistem yang sering dipakai oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas perkuliahan. Sehingga tugas perkuliahan yang dikerjakannya hasilnya tidak semaksimal mungkin karena keletihan dan kelesuhan yang membuat mahasiswa tidak berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas perkuliahan.

Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya” pelari’’ dan curere yang berarti “ tempat berpacu”. Kurikulum adalah semua kegiatan proses pendidikan dan pengalaman potensial ( isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan maupun diluar lingkungan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan (Zainal, 2011: 4).

Kurikulum 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta merupakan sebuah kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun akademik 2013/2014. Kurikulum ini dikembangkan berbasis kompetensi dengan mengacu pada Kerangka


(24)

Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam konsep KKNI, sarjana masuk dalam level 6. Kurikulum 2013 dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skilss dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan, dan pengetahuan ( Fadlillah 2014 : 16). Kurikulum 2013 ini menuntut mahasiwa harus aktif mencapai 70 % dan 30 % merupakan tambahan materi dari berbagai dosen yang mengampuh mata kuliah tersebut. Jumlah sks setiap semester tidak menentu (rata-rata 20 sks) akan tetapi setiap mata kuliah ada yang 6 sks, 4 sks, dan 2 sks.

Sistem kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum 2006. Jumlah sks Kurikulum 2006 sebanyak 152 sks sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Sedangkan jumlah sks Kurikulum 2013 sebanyak 144 sks sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Pada kurikulum 2013 ada beberapa mata kuliah memiliki besaran sks (6 sks dan 6 jam pertemuan). Dalam satu semester jumlah sksnya bisa mencapai 24 sks. Bagi mahasiswa yang IPK nya tidak mencapai standar (3,0) tidak bisa mengambil sebanyak 24 sks dalam satu semester, sehingga mahasiswa tersebut dianjurkan untuk mengambil setelah semester berikutnya. Apabila pada semester ganjil ada satu mata kuliah berjumlah 6 sks dan mahasiswa tersebut nilainya tidak mencapai standar atau tidak lulus harus menunggu satu tahun untuk bisa memperbaiki nilainya. Kejadian seperti ini membuat mahasiswa merasa jenuh dan bosan dengan proses perkuliahan. Sistem kebut semalam, yang sering dipakai oleh mahasiswa mengerjakan tugas ketika menjelang ada


(25)

presentasi, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Sistem kebut semalam ini, hampir digunakan oleh seluruh mahasiswa di wilayah Indonesia khususnya mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Tahun Akademik 2013/2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta’’.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ditemukan beberapa mahasiswa kurang memiliki motivasi dari dalam diri untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.

2. Ditemukan beberapa mahasiswa menunda-nunda untuk mengerjakan tugas perkuliahan, sehingga semakin banyak dan semakin menumpuk tugas perkuliahan.

3. Ada beberapa mahasiswa acuh tak acuh terhadap tugas perkuliahan yang diberikan oleh setiap dosen.

4. Ketika mengerjakan tugas kelompok, ada kalanya mengharapkan teman kelompok yang mengerjakan.


(26)

C. Batasan Masalah

Untuk memperoleh hasil lebih mendalam mengenai tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013, maka peneliti membatasi permasalahan pada variabel yang akan di teliti yaitu kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa tinggi tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Seberapa tinggi persentase masing-masing aspek kejenuhan belajar mahasiswa menggambarkan tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

3. Butir-butir skala kejenuhan belajar mahasiswa mana saja yang teridentifikasi perolehan skornya tinggi sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan belajar?


(27)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan di teliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengukur tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Menganalisis aspek kejenuhan belajar mahasiswa berdasarkan besaran persentase skor.

3. Mengidentifikasi butir-butir skala kejenuhan belajar yang perolehan skornya tinggi sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan belajar.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Manfaat teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Tahun Akademik 2013/2014 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(28)

2. Manfaat praktis a. Dosen

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam memberikan materi maupun tugas perkuliahan. Sehingga mahasiswa tidak mengalami kejenuhan dalam belajar

b. Bagi mahasiswa

Membantu mahasiswa untuk mengurangi tingkat kejenuhan belajar baik dilingkungan perkuliahan maupun diluar lingkungan perkuliahan.

G. Definisi Istilah

1. Kejenuhan belajar merupakan suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan secara sengaja yaitu usaha melalui latihan dan pengalaman, sehingga timbul kecakapan baru dalam dirinya.

3. Dewasa awal merupakan masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.


(29)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini disajikan kajian pustaka tentang kejenuhan belajar, dan hakikat mahasiswa sebagai dewasa awal.

A. Hakikat Kejenuhan Belajar 1. Pengertian Belajar

Dalam proses pendidikan di perguruan tinggi, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh seseorang sebagai mahasiswa. Menurut Winkel (2010) belajar adalah suatu aktivitas mental maupun psikis yang dialami langsung oleh seseorang dalam berinteraksi aktif dengan lingkungan, sehingga dapat menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam pengelolaan pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan-perubahan ini bersifat relatif konstan dan tidak membekas.

Menurut Gagne dan Berliner (Makmun, 2014) belajar merupakan suatu proses usaha seseorang mengubah perilakunya karena hasil pengalaman. Belajar mengandung tiga ciri yaitu: belajar berkaitan dengan perubahan perilaku, perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh pengalaman, dan perubahan perilaku yang disebabkan belajar bersifat relatif permanen.


(30)

Menurut Slameto (2003) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatkan diri atau sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru serta melibatkan proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial.

2. Pengertian Kejenuhan Belajar

Syah (2010: 180) mengatakan bahwa jenuh dapat berarti jemu dan bosan dimana sistem akalnya tidak dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru. Sedangkan kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.

Sejalan dengan Syah, Suparno (2001:15) mendefenisikan kejenuhan sebagai tekanan sangat mendalam yang sudah sampai titik jenuh. Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga


(31)

mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar (Hakim, 2004:62).

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kejenuhan belajar merupakan kondisi dimana emosional dan fisik seseorang yang tidak dapat memproses informasi– informasi atau pengalaman baru karena tekanan sangat mendalam yang berkaitan dengan belajar sehingga tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas belajar.

3. Karakteristik Kejenuhan Belajar

Menurut Hakim (Mulyati 2004: 63) kejenuhan belajar adalah tanda-tanda atau gejala-gejala yang sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu dan tidak bergairah untuk belajar. Sedangkan menurut Reber (Muhibbin Syah, 2010:170), tanda-tanda kejenuhan belajar adalah sebagai berikut:

a. Merasa seakan–akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar tidak ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan–akan pengetahuan dan kecekapan yang diperolahnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga siswa merasa sia-sia dengan waktu belajarnya. Contohnya: Merasa tidak memiliki pengetahuan walaupun mempelajarinya

b. Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagai mana yang diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman, sehingga mengalami


(32)

stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses berbagai informasi yang diterima atau pengalaman baru yang didapatnya. Contohnya: Tidak dapat mengingat kembali banyak materi yang diberikan.

c. Kehilangan motivasi dan konsolidasi.

Siswa yang dalam keadaan jenuh merasa bahwa dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang dapat membuatnya bersemangat untuk meningkatkan pemahamnnya terhadap pelajaran yang diterimanya atau dipelajarinya. Contohnya: Tidak dapat memotivasi diri dalam mengerjakan tugas.

Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa, tanda-tanda kejenuhan belajar disebabkan karena rasa malas, lesu, tidak bersemangat untuk belajar sehingga proses belajarnya tidak ada kemajuan sebagai mana yang diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman dan kehilangan motivasi untuk belajar.

4. Faktor-Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar

Menurut Syah (2010:164) faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar adalah sebagai berikut:

a. Terlalu lama waktu untuk belajar tanpa atau kurang istirahat, belajar secara rutin atau monoton tanpa variasi.


(33)

b. Lingkungan belajar yang tidak mendukung.

Lingkungan yang mendukung dapat meningkatkan motivasi belajar begitu pula dengan lingkungan yang kurang mendukung dapat menyebabkan kejenuhan belajar.

c. Lingkungan yang baik menimbulkan suasana belajar yang baik, sehingga kejenuhan dalam belajar akan berkurang, begitupun sebaliknya.

d. Konflik

Adanya konflik dalam lingkungan belajar anak baik itu konflik dengan guru atau teman sangat mempengaruhi proses belajar seseorang.

e. Tidak adanya umpan balik positif terhadap belajar.

Gaya belajar yang berpusat pada guru atau siswa tidak diberi kesempatan dalam menjelaskan maka siswa dapat merasa jenuh. f. Mengerjakan sesuatu karena terpaksa.

Tidak adanya minat siswa dalam belajar dapat menyebabkan kejenuhan belajar terhadap pelajaran itu.

Menurut Suparno (2001:52) faktor penyebab kejenuhan belajar adalah:

a. Cara atau metode belajar yang tidak bervariasi. b. Belajar hanya di tempat tertentu.

c. Suasana belajar yang tidak berubah-ubah. d. Kurang aktivitas rekreasi atau hiburan.


(34)

e. Adanya ketegangan mental kuat dan berlarut-larut pada saat belajar.

Menurut Ahmadi (2013) faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar yaitu:

a. Faktor Interal

Faktor internal adalah faktor yang berada dari dalam individu yang belajar. Faktor tersebut dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu faktor-faktor fisiologi dan faktor-faktor psikologi. 1) Faktor-faktor fisiologi

Kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi belajar. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

2) Faktor-faktor psikologis

Ada tujuh yang tergolong kedalam faktor psikologi yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor psikologis yaitu: intelegensi, minat, bakat, perhatian, motivasi, motif, kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar seseorang.


(35)

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses belajar yaitu dapat di kelompokkan menjadi beberapa faktor yaitu:

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana keadaan rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan mahasiswa, relasi, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.

4) Faktor waktu

Waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa bukan ada atau tidaknya waktu, melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar.


(36)

5) Faktor media sosial

Media sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar remaja masa kini, jika remaja salah menggunakan media sosial maka proses belajarnya akan terganggu.

Slameto (2010:54) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern adalah sebagai berikut:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor-faktor intern dibagi menjadi dua yaitu: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

1) Faktor Jasmaniah a) Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan mengantuk.


(37)

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat tubuh itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki dan tangan, dan sebagainya. Keadaan cacat tubuh juga sangat mempengaruhi proses belajar seseorang. Seseorang yang cacat belajarnya akan terganggu.

2) Faktor Psikologis a) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka seseorang harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian seseorang maka timbullah kebosanan sehingga seseorang tidak lagi suka belajar.

b) Minat

Adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan.


(38)

c) Motivasi

Motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Menurut Maslow (Rusman 2013) motif-motif belajar yaitu adanya kebutuhan fisik, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dari orang lain, kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan, dan kebutuhan aktulisasi diri.

d) Inteligensi

Intelegensi merupakan kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang, seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi rendah. Walaupun begitu seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.

e) Memori

Memori merupakan kemampuan untuk merekam, menyimpan, dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari akan sangat membantu dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.

f) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesedian itu timbul dari dalam diri seseorang dan


(39)

juga berhubungan dengan kemantangan, karena kemantangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika seseorang ingin belajar sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu yang belajar. faktor ekstern di bagi menjadi tiga yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

a) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap proses belajarnya.

b) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya juga mempengaruhi proses belajarnya. Demi kelancaran belajar seseorang, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga tersebut.


(40)

c) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar seseorang. Seseorang yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, dan perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja kursi, penerangan, alat tulis-menulis dan buku buku pelajaran. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai uang.

2) Faktor sekolah a) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya.

b) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar (pagi, siang, dan sore hari). Waktu sekolah juga mempengaruhi proses belajar seseorang. Jika pelajaran dilaksanakan pada sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi mengikuti proses belajar-mengajar hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk.


(41)

c) Relasi Guru dengan Siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Guru yang kurang baik berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

d) Siswa dengan Siswa.

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.

3) Faktor masyarakat

a) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, dan mempunyai kebiasan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di


(42)

lingkungan masyarakat tersebut, akibatnya proses belajarnya terganggu dan bahkan kehilangan semangat belajar.

b) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul seseorang lebih cepat masuk dalam jiwannya. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi proses belajar temannya.

c) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan proses belajarnya akan terganggu, jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejenuhan belajar maka dapat disimpulkan bahwa, kejenuhan belajar disebabkan oleh dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yaitu faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor-faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, sekolah, media sosial dan lingkungan masyarakat.


(43)

B. Hakikat Mahasiswa Sebagai Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal

Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya. Menurut Hurlock, (Jahja, 2011: 246) dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi indvidu. Pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Menurut Santrock, (Jahja; 2011) dewasa awal adalah masa kemandirian ekonomi dan pribadi dalam membuat keputusan untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis serta perjuangan antara ketertarikan pada kemandiran dan menjadi terlibat secara sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, masa dewasa merupakan masa seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya terhadap orangtua dan mulai belajar mandiri karena telah mempunyai peran dan tugas yang baru.


(44)

2. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Havighurst (Rochmah, 2005:80-83) membagi kehidupan masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu: dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa lanjut. Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu adalah:

a. Memilih pasangan hidup

Masa dewasa muda merupakan masa awal membina karier dan keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan hidup sebagai suami istri. Pasangan suami istri selain didasari oleh pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat, kesamaan tujuan hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan tugas-tugas rumah tangga.

b. Belajar hidup dengan pasangan

Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang yang memiliki dua latar belakang kehidupan, sifat dan mungkin minat dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama. Pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut tidak muncul begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa pemahaman, maka keharmonisan keluarga sulit direalisasikan.


(45)

c. Memulai hidup berkeluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Hampir seluruh aspek kehidupan kemasyarakatan ada didalam keluarga. Dalam keluarga ada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, pendidikan, kesehatan, keamanan, etika, estetika, dan lain-lain. Suami istri dengan anak-anaknya, harus mengembangkan mekanisme kerja, menciptakan iklim kehidupan dan lain-lain sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi dan semua urusan keluarga dapat diselesaikan dengan baik.

d. Memelihara dan mendidik anak

Setiap keluarga mendambakan kehadiran anak sebagai pemersatu suami-istri, sebagai penerus generasi. Kehadiran anak harus dirawat, dipelihara dan dididik dengan baik. Jika tidak, mungkin saja anak itu bukan lagi penghibur dan penerus kebanggaan, tetapi menjadi sumber kedukaan dan kegundahan. Memelihara pertumbuhan fisiknya relatif lebih mudah dibandingkan dengan mendidik kerohaniannya. Membimbing perkembangan rohani (psikis) anak membutuhkan kesiapan tertentu dari kedua orang tuanya.

e. Mengelola rumah tangga

Rumah tangga ibarat suatu perusahaan atau lembaga yang memiliki banyak bagian atau kaitan, baik antar bagian-bagiannya maupun bagian tersebut dengan bagian diluar rumah. Semua hal


(46)

tersebut perlu direncanakan dan dikelola dengan baik, sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang harmonis.

f. Memulai kegiatan pekerjaan

Pekerjaan bukan hanya berfungsi untuk mendapatkan nafkah, tetapi juga merupakan bagian dari karier sekaligus identitas keluarga. Seorang dewasa muda harus mempersiapkan, memilih, serta memasuki pekerjaan yang cocok dengan kemampuan latar belakang pendidikannya, untuk kemudian mengembangkan dirinya seoptimal mungkin dalam pekerjaan tersebut. Walaupun seseorang telah mengikuti pendidikan untuk suatu pekerjaan, tetapi dalam praktek masih harus banyak belajar dan mengembangkan diri. g. Bertanggungjawab sebagai warga masyarakat dan warga negara

Seorang dewasa muda harus mampu membina hubungan sosial dengan sesama warga masyarakat. Selain ia dituntut mematuhi semua peraturan, ketentuan, dan nilai yang ada dalam masyarakat, ia juga dituntut untuk memelihara dan mengawasinya, ia juga dituntut untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

h. Menentukan persahabatan dalam kelompok sosial

Di masyarakat terdapat berbagai kelompok sosial, seperti kelompok etnis, agama, budaya, profesi, hobi dan lain-lain.Seorang dewasa muda dituntut untuk dapat hidup dalam berbagai kelompok sosial tersebut dengan harmonis.


(47)

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, masa dewasa dibagi menjadi tiga fase yaitu fase dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa usia lanjut. Pada masa awal ini, tugas-tugas dan tahapan perkembangan harus dilaksanakan dengan baik sehingga individu akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan menjadi pribadi yang sehat. Perubahan minat, mobilitas sosial, dan penyesuaian peran seks pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi tiap individu.

3. Ciri-ciri Dewasa Awal

Dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Pada masa dewasa awal ini, identitas diri didapat sedikit demi sedikit sesuai dengan umur kronologisnya. Menurut Sumanto (2014: 246) menyebutkan ciri-ciri dewasa awal sebagai berikut:

a. Masa pengaturan (settle down)

Pada masa ini, seseorang akan mencoba-coba sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia telah menentukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama hidupnya.


(48)

b. Masa Usia Produktif

Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup dan menikah. Pada masa ini, organ reproduksi sangat produksi dalam menghasilkan keturunan.

c. Masa Ketegangan Emosional

Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak terkendali. seseorang cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora, mudah tegang, dan khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua.

d. Masa Komitmen

Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Seseorang mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen baru.

e. Masa perubahan nilai

Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kacamata orang dewasa. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan.


(49)

Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa, ciri-ciri dewasa awal meliputi masa pengaturan, masa usia produktif, masa ketegangan emosional, masa komitmen, dan masa perubahan nilai. Pada masa ini, seseorang mulai menentukan arah dan tujuan hidup masing-masing dan tidak tergantung kepada orang lain.

4. Karakteristik Periode Dewasa Awal

Karakteristik yang menonjol dalam masa dewasa awal yang membedakannya dengan masa kehidupan yang lain, nampak dalam adanya peletakan dasar dalam banyak aspek kehidupannya, melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan dengan remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi. Menurut Sumanto (2014 : 90) Karakteristik dewasa awal sebagai berikut yaitu:

a. Merupakan periode pemantapan dan pengendapan. Apabila kematangan telah tercapai, seseorang diharapkan mulai memikul tanggung jawab dan mengadakan pemantapan-pemantapan dalam: 1) Bidang kerja

Yang dipilih sebagai kariernya dimasa depan bagi umumnya pria dan beberapa wanita. Sedangkan bagi beberapa wanita lainnya memilih sebagai ibu rumah tangga saja, atau memilih berperan ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai pekerja/ karyawan.


(50)

2) Bidang kehidupan keluarga

Yaitu dalam memilih calon teman hidupnya. Umumnya, sebelum mantap dalam memilih, terlebih dahulu mencoba bergaul dengan bermacam-macam teman, sampai menemukan yang cocok. Atau sampai akhirnya memutuskan untuk hidup sendiri.

b. Merupakan usia reproduktif

Pasangan-pasangan yang menikah pada usia mudah memusatkan perhatian untuk menjadi orang tua sekitar usia 20-30 tahun. Sedangkan mereka yang sekolah terus meniti karir, baru menjadi orang tua sekitar usia 30 tahun, manakala sudah merasa betul-betul siap.

c. Merupakan periode penuh ketegangan emosional

Dengan meninggalkan masa remaja dan memasuki masa dewasa, terjadi kenaikan/ketegangan emosi, karena dirasakannya semua serba baru dan asing baginya. Kadang-kadang mereka ingin merubah keadaan masyarakat (ingat, usia mahasiswa yang penuh gejolak dan ide-ide baru), namun mendekati usia 30-an umumnya mereka telah menjadi tenang dan emosional stabil, serta telah dapat mengatasi masalah-masalahnya. Ketegangan tersebut antara lain disebabkan karena mereka harus mulai mampu melepaskan ketergantungan dari orang tua, teman-teman dan mencapai kemandirian secara emosional, walaupun ia tetap mempertahankan


(51)

hubungan emosional yang erat dengan orang lain. Mereka tidak terlalu merasa kecewa atau marah bila orang lain tidak sependapat dengannya, atau tidak senang dengannya.

5. Minat Dewasa Awal pada Belajar

Minat timbul bersumber dari hasil pengenalan dengan lingkungan, atau hasil berinteraksi dan proses belajar dengan lingkunganya. Bila minat terhadap sesuatu sudah dimiliki seseorang, maka ia akan menjadi potensi bagi orang lain bersangkutan untuk dapat meraih sukses di bidang itu. Menurut Hurlock (Makmun, 2014: 136) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Kepuasan seseorang menurun maka minatnya juga akan menurun. Minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara dan dapat berubah-ubah.

Menurut Jahja (2011, 63) minat adalah suatu dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian inidividu pada objek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda, dan orang. Minat berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan motorik. Minat bersumber dari motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan. Minat bersifat sementara dan


(52)

bersifat tetap (persistent) sehingga ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasaan.

Menurut Makmun (2014:12) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku dan daya penerimaan.

Menurut Winkel (2010) belajar adalah suatu aktivitas mental maupun psikis yang dialami langsung oleh seseorang dalam berinteraksi aktif dengan lingkungan, sehingga dapat menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam pengelolaan pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Perubahan-perubahan ini bersifat relatif konstan dan tidak membekas.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang minat dan belajar di atas, dapat disimpulkan minat adalah keinginan terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya sedangkan belajar adalah suatu usaha sadar individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru. Jadi minat belajar adalah rasa senang, tertarik, dan keinginan yang tinggi terhadap proses belajar yang dipandang memberi keuntungan dan kepuasan pada dirinya.


(53)

6. Hambatan-hambatan Belajar

Menurut Syah, (2003: 185-186) hambatan-hambatan belajar yang sering dialami seseorang dalam proses belajar adalah sebagai berikut: a. Disleksia (Dyslexia)

Disleksia adalah ketidakmampuan belajar membaca. Membaca merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata. Hal ini akan berdampak pada kemampuan membaca pemahaman. Orang yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, dan penggantian kata). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya.

b. Disgrafia ( Dysgraphia)

Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar menulis. Ketidakmampuan belajar menulis melibatkan proses menggambar simbol simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka. Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas menulis, yaitu:

1) Mengeja, yaitu aktivitas memproduksi urutan huruf yang tepat dalam ucapan atau tulisan dari suku kata/kata. Kemampuan yang dibutuhkan aktivitas mengeja yaitu: decoding (kemampuan menguraikan kode/simbol visual), auditori ( ingatan atas obyek kode/simbol yang sudah diurai) dan divisualisasikan dalam bentuk tulisan.


(54)

2) Menulis cetak dan menulis sambung, yaitu aktivitas membuat gambar simbol tertulis. Sebagian orang berkesulitan belajar umumnya lebih mudah menuliskan huruf cetak yang terpisah-pisah daripada menulis huruf sambung. Dalam menulis huruf cetak, rentang perhatian yang dibutuhkan mereka relatif pendek, karena mereka menulis per huruf. Sedangkan saat menulis huruf sambung rentang perhatian yang dibutuhkan relatif lebih panjang, karena mereka menulis per kata.

c. Diskalkulia (Dyscalculia)

Diskalkulia adalah ketidakmampuan berlajar berhitung. Ketidakmampuan berhitung adalah kesulitan dalam menggunakan bahasa simbol untuk berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas atau jumlah. Kesulitan berhitung dapat dikelompokkan menurut tingkatan, yaitu kemampuan dasar berhitung, kemampuan dalam menentukan nilai tempat, kemampuan melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, kemampuan memahami konsep perkalian dan pembagian.

Berdasarkan pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa, hambatan-hambatan belajar seseorang disebabkan karena ketidakmampuan belajar membaca ((Dyslexia), ketidakmampuan menulis (Dysgraphia), dan ketidakmampuan berhitung (Dyscalculia). Jadi, dengan adanya


(55)

hambatan-hambatan belajar ini membuat proses belajar seseorang terganggu.


(56)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan tentang jenis penelitian, subyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan realibilitas instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian kuantitatif dekriptif ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Menurut Sugiyono (2013) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Menurut Nazir (2005:55), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, dan suatu peristiwa yang terjadi dimasa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau skala secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta peristiwa, dan sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran mengenai Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(57)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang terletak di Jl. Paingan, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok Timur, Kabupaten Sleman. Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada tanggal 25-26 Oktober 2016.

C. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2013/2014. Jumlah mahasiswa pada penelitian ini adalah 53 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 43 orang perempuan. Penelitian ini termasuk penelitian sampel.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa penyebaran skala tentang kejenuhan belajar kepada mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skala yang digunakan dikembangkan berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013).

Alternatif jawaban yang disediakan dalam skala ini berpedoman pada teknik penyusunan skala likert. Untuk menghindari kecenderungan responden


(58)

memilih alternatif jawaban yang memiliki skor netral, maka jumlah alternatif jawaban yang disediakan dimodifikasi menjadi lima alterntif jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan sangat tidak setuju (STS) dengan bobot setiap altenatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2013:135).

Tabel 1.

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban

NO Pernyataan

Alternatif jawaban S (Sangat Setuju) S (Setuju) TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak

Setuju)

1. Favorabel 4 3 2 1

2. Unfavorabel 1 2 3 4

Skala yang digunakan adalah Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa yang dikembangkan dari karakteristik kejenuhan belajar menurut Reber ( Syah, 2010). Adapun kisi-kisi Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Kisi-Kisi Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa (Sebelum Uji Coba) N

o

Karakteristik Indikator Item Jlh

Favo Unfavo

1 Merasa seakan – akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar tidak ada kemajuan.

a. Merasa tidak memiliki pengetahuan walaupun mempelajarinya.

13,41 17, 9, 48

16

b. Berpikir bahwa orang lain jauh lebih mengerti tentang suatu materi perkuliahan.

14,31 ,32, 50

16, 33

c. Berpikir bahwa orang lain jauh lebih mengerti tentang suatu materi perkuliahan.

15,42 ,47

34, 30

2 Sistem akalnya tidak dapat bekerja dalam memproses informasi

a. Tidak dapat mengingat kembali banyak materi yang diberikan.

12, 29, 35


(59)

N o

Karakteristik Indikator Item Jlh

Favo Unfavo

atau pengalaman. b. Tidak bisa berkonsentrasi saat mengikuti proses perkuliahan.

18,11 ,44, 38

36,49

c. Memiliki daya tanggap mengingat materi sangat rendah.

6, 8, 20, 27

10, 19,37,

3 Kehilangan motivasi dan konsolidasi.

a. Tidak dapat memotivasi diri dalam mengerjakan tugas.

5,21, 39, 40,

22,26 17

b. Tidak ada minat dan perhatian untuk mengikuti proses perkuliahan.

3,4, 23, 24

45,28

c. Menampilkan perilaku acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan.

1,2,7 25,46

Jumlah

Total

32 18

50

E. Validitas dan Realibilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2002: 122). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk memperoleh (mengukur) data yang valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013: 173).

Validitas instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2007:45).Dalam penelitian ini, instrument penelitian dikontruksi


(60)

berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya di konsultasikan kepada ahli (dosen pembimbing).

Setelah melakukan validitas isi yang di lakukan oleh ahli, validitas instrument diuji secara empiris dengan melakukan uji konsistensi internal menggunakan rumus product moment. Menurut Azwar, (2007 : 19) adapun rumus product moment adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan:

= korelasi produk moment = nilai setiap butir

= nilai dari jumlah butir = jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi 16.0 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2011: 95), item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi ≥ 0,30. Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi < 0,30.

Dari hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti, maka didapatkan 40 item Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa yang valid. Sehingga item Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa yang digunakan berjumlah 40 item. Hasil uji validitas instrumen menggunakan SPSS dapat di lihat pada tabel berikut:


(61)

Tabel 3.

Kisi-Kisi Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa ( Final)

No Karakteristik Indikator Item Jlh

Valid Gugur

1 Merasa seakan – akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar tidak ada kemajuan.

a. Merasa tidak memiliki pengetahuan walaupun mempelajarinya.

13, 17,9 11

b. Berpikir bahwa orang lain jauh lebih mengerti tentang suatu materi perkuliahan.

14, 1631, 32,33

c. Berpikir bahwa orang lain jauh lebih mengerti tentang suatu materi perkuliahan.

15,30 34,

2 Sistem akalnya tidak dapat bekerja dalam memproses informasi atau pengelaman.

a. Tidak dapat mengingat kembali banyak materi yang diberikan.

12, 29,

35 14

b. Tidak bisa

berkonsentrasi saat mengikuti proses perkuliahan.

18,11 36,38

c. Memiliki daya tanggap mengingat materi sangat rendah.

6,8, 20,7, 10,19

37,

3 Kehilangan

motivasi dan konsolidasi.

a. Tidak dapat

memotivasi diri dalam mengerjakan tugas. 5,22, 26, 21,39, 40 15

b. Tidak ada minat dan perhatian untuk mengikuti proses perkuliahan.

3,4, 23, 24,28

c. Menampilkan perilaku acuh tak acuh dengan tugas yang diberikan.

1,2,7, 25.

Jumlah

Total

30 10

40

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007).Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang


(62)

mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176).

Menurut Azwar (2011:4) konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement), sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada konsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda.

Peneliti melakukan uji reliabilitas menggunakan program SPSS versi 16 dengan uji Cronbach’s Alpha. Menurut Azwar (2007: 76) adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209).

Tabel 4.

Kualifikasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

Negatif – 0,20 Sangat rendah

2 S 2 S + 2 S x i x


(63)

Perhitungan reliabilitas penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha dan memberikan hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

,867 40

Berdasarkan tabel perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa, taraf reliabilitas Skala Kejenuhan Belajar Mahasiswa berada pada kualifikasi tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk memperoleh hasil tingkat kejenuhan belajar mahasisiwa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan untuk mengetahui item kejenuhan belajar mahasiswa yang tergolong tinggi. Teknik Analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal (Azwar 2011: 107-108). Ada lima kategorisasi yang digunakan dapat di lihat pada tabel berikut:


(64)

Tabel 6.

Norma Penggolongan Kategorisasi Kejenuhan Belajar Mahasiswa

Penghitungan Skor Item Kategori µ+1,5σ < X Sangat Tinggi µ+0,5σ< X µ+1,5σ Tinggi µ-0,5σ<X ≤ µ + 0,5σ Sedang

µ-1,5σ<X ≤ µ - 0,5σ Rendah

X µ - 1,5σ Sangat rendah

Keterangan:

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah

σ : Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ : Mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum.

Kategori tersebut menjadi patokan untuk menentukan tinggi rendahnya kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. Kategorisasi subjek penelitian diperoleh melalui perhitungan (item 40) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik :40 x 4 = 160 X minimum teoritik :40 x 1 = 40 Luas Jarak : 160 – 40 = 120

σ :120 : 6 = 20

µ : (160 + 40) : 2 = 100

Jadi, dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam lima kategori, sehingga keenam satuan deviasi standar dibagi dalam lima bagian adalah sebagai berikut:


(65)

Tabel 7.

Kategori Skor Subjek Penelitian

Penghitungan Skor Item Rerata Skor Kategori X > µ+1,5σ X > 130 Sangat Tinggi µ+0,5σ< X µ+1,5σ 110 < X ≤ 130 Tinggi

µ-0,5σ<X µ + 0,5σ 90 < X 110 Sedang

µ-1,5σ<X ≤ µ - 0,5σ 70 < X ≤ 90 Rendah

X µ - 1,5σ X 70 Sangat rendah

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam mengelompokkan skor subjek dalam kategorisasi atau skala kejenuhan belajar mahasiswa.

Kemudian, kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah subjek 53) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 53x 4 = 212 X minimum teoritik : 53 x 1 = 53 Luas Jarak : 212 – 53 = 159

σ : 159 : 6 = 26,5

µ : (212 + 53): 2 = 132,5

Jadi Penentuan kategorisasi item-item setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8.

Kategori Skor Item Penelitian

Penghitungan Skor Item Rerata Skor Kategori X> µ+1,5σ X >172,25 Sangat Tinggi µ+0,5σ< X µ+1,5σ 145,75 < X 172,25 Tinggi

µ-0,5σ<X≤µ + 0,5σ 119,25 < X 145,75 Cukup Tinggi µ-1,5σ<X≤µ - 0,5σ 92,75< X 119,25 Rendah


(66)

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan untuk mengelompokkan skor item dalam kategorisasi.Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah No. 2 digunakan teknik analisis data deskriptif persentase, dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 9.

Kategori Aspek kejenuhan belajar

x 100%

Rumus ini digunakan untuk menghitung skor persentase tiap-tiap item dalam presentase atau skala kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(67)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

A. Hasil Penelitian

1. Deskriptif Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh dan diolah diketahui tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, seperti tampak pada tabel dibawah ini:

Tabel 10.

Distribusi skor Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Rentang Skor f % Kategori > 130 0 0 % Sangat tinggi

110-130 11 20,75 % Tinggi

90-110 42 79,24 % Sedang

70-90 0 0 % Rendah


(68)

Kategorisasi Deskripsi Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa jika digambarkan dalam bentuk grafik dapat di lihat pada grafik berikut:

Gambar 1 : Grafik Tingkat Kejenuhan Belajar Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Berdasarkan tabel dan gambar diagram di atas dapat dijelaskan bahwa: tidak ada mahasiswa yang mengalami tingkat kejenuhan belajar berada pada kategori sangat tinggi, rendah, dan sangat rendah. Terdapat 11 mahasiswa (20,75 %) yang tingkat kejenuhan belajar mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi dan terdapat 42 mahasiswa (79,24 %) yang tingkat kejenuhan belajar mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta masuk dalam kategori sedang. Jadi, berdasarkan dari data di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat kejenuhan belajar mahasiswa dapat dikatakan sedang.

0

20,75

79,24

0 0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat


(69)

2. Analisis Persentase Masing-Masing Aspek Kejenuhan Belajar Mahasiswa.

Untuk mengetahui gambaran persentase tiap-tiap aspek kejenuhan belajar dibagi dalam tiga aspek yaitu: merasa seakan–akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar tidak ada kemajuan, sistem akalnya tidak dapat bekerja dalam memproses informasi atau pengalaman, kehilangan motivasi dan konsolidasi. Hasil perhitungan persentase dapat di lihat pada tabel gambar berikut:

Tabel 11.

Analisis Aspek Kejenuhan Belajar Mahasiswa x100%

Gambar 2 : Diagram Pie Persentase Aspek-Aspek Kejenuhan Belajar Mahasiswa Angkatan 2013 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Merasa seakan-akan pengetahuan

dan kecapan

yang di peroleh driproses belajartidakada kemajuan 19% Sistem akalnya

tidak dapat bekerja dlm memproses informasi atau

pengelaman 34% Kehilangan

motivasi dan konsolidasi


(1)

(2)

Suku 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 24 26 28 29 31 32 35 39 40 9 17 25 27 30 33 34 36 37 38 Jawa 3 1 2 4 4 2 3 2 3 4 4 1 3 4 1 3 3 2 3 3 4 1 3 3 3 2 3 2 4 3 2 4 3 4 4 2 1 4 3 2112

Flores 3 4 3 3 4 2 1 2 3 3 3 4 1 3 3 4 4 2 2 4 3 3 1 2 2 4 3 3 4 1 1 3 4 3 1 2 3 2 2 4109

Jawa 3 4 3 1 2 2 1 4 4 2 2 3 2 3 2 4 2 4 1 3 4 2 4 2 1 4 1 4 3 4 1 1 2 4 2 4 2 3 1 2103

Dayak 3 1 3 4 3 2 3 4 3 3 4 1 4 3 3 4 3 2 2 3 1 4 3 4 3 1 2 3 3 4 1 2 1 4 3 3 2 4 1 3110

Jawa 3 3 3 3 3 2 2 4 3 1 2 3 1 4 3 3 3 4 4 3 2 1 3 4 1 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 2 3 4 3 1111

Jawa 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 2 2 4 4 3 3 2 4 3 2 4 3 3 3 1 1 3 3 3112

Jawa 2 4 4 2 2 4 2 3 4 3 3 1 3 3 3 4 3 3 2 3 1 3 3 1 4 4 2 3 3 3 1 2 2 4 3 3 2 4 2 3111

Jawa 2 4 2 2 1 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 2 4 2 3 4 3 3 4 2 4 2 4 1 3 4 4 1 3 1 3 2 1109

Jawa 2 4 2 3 2 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 1 2 2 2 4 2 4 3 3 1 2 2 4 3 3 1 4 4 4104

Batak 3 3 2 4 1 3 4 2 3 4 2 1 4 2 3 3 4 4 3 2 2 3 4 2 4 3 2 3 2 4 1 3 1 3 3 3 1 3 1 4109

Jawa 3 2 4 1 2 3 3 4 1 3 2 2 3 1 4 2 3 1 3 3 3 2 4 3 2 1 4 3 3 4 2 4 2 1 3 2 3 1 2 2101

Jawa 2 3 1 2 4 2 2 3 1 3 3 2 1 3 3 1 4 2 3 4 4 2 3 3 3 2 1 3 4 3 4 4 1 4 4 2 1 4 2 3106

Jawa 2 4 2 3 4 3 1 3 4 2 3 2 4 2 2 4 4 3 2 3 1 3 3 3 1 3 4 2 4 2 1 1 2 3 3 2 4 4 3 4110

Bali 3 4 3 3 3 3 1 4 3 2 3 1 4 4 3 4 3 2 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 4 3 1 1 1 4 2 3 1 3 3 2109

Timor 2 3 4 1 3 3 2 3 4 4 2 2 1 3 4 3 3 2 1 4 3 2 4 2 3 2 4 1 3 2 1 2 3 1 2 3 3 2 4 1102

Jawa 4 3 2 3 1 2 2 1 2 3 1 3 4 2 3 1 3 3 4 1 3 2 2 3 2 1 4 2 2 1 4 2 4 3 4 3 1 3 3 4101

Jawa 1 3 2 2 4 3 3 2 4 1 2 3 2 2 1 3 2 3 3 4 2 1 3 4 3 1 3 4 3 1 4 4 2 2 3 2 1 3 2 4102

Jawa 2 4 3 3 3 1 2 3 4 1 3 3 2 2 3 4 3 2 2 3 1 4 3 1 4 4 2 2 3 3 2 1 2 3 3 1 4 3 2 1102

Jawa 3 3 2 4 4 2 1 3 1 3 4 2 3 3 1 2 4 3 1 4 2 2 3 4 2 3 3 4 3 2 2 2 3 1 1 1 3 1 2 3100

Toraja 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 1 3 2 3 4 3 4 4 2 3 1 3 2 2 4 2 3 3 4 4 1 2 3 2 3 1 2 4 4 3109

Jawa 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 4 2 2 4 3 3 2 4 1 3 3 2 2 4 2 4 3 4 1 4 3 1 1 3 1 1 4 3105

Jawa 2 4 3 3 1 3 2 1 3 2 3 2 3 4 3 3 4 4 3 2 2 3 1 3 2 3 1 2 4 1 1 1 2 2 2 4 3 1 3 2 98 Jawa 2 4 2 2 3 3 2 1 3 3 2 1 3 3 4 3 2 4 2 3 4 2 3 3 3 4 1 4 2 4 4 3 2 4 1 2 3 3 3 3110

Jawa 3 3 3 1 2 2 3 1 3 2 4 2 4 1 3 3 1 4 2 3 2 2 1 2 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 2 4 4 4108

Papua 3 1 3 2 4 2 3 2 3 4 2 3 1 4 2 1 2 3 3 4 1 2 3 1 2 4 3 1 2 1 1 3 2 3 3 2 3 3 3 3 98 Jawa 2 4 3 4 4 2 1 4 3 2 4 1 4 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3 1 3 4 1 4 2 4 1 1 3 4 2 2 1 4 3 4115

Batak 2 4 2 3 4 3 2 3 3 2 1 2 3 2 4 3 4 3 2 3 3 1 3 3 2 4 1 1 3 2 2 1 2 4 3 3 4 2 4 3106

Toraja 2 4 3 3 3 2 1 3 3 2 1 2 3 3 2 4 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 1 4 3 4 1 1 2 4 2 2 2 4 3 3110

Jawa 1 4 3 4 2 3 1 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3 2 4 2 4 3 4 1 1 2 4 2 3 1 3 3 4112

Jawa 2 3 2 4 3 2 1 2 3 3 4 2 4 2 3 3 4 3 2 3 3 1 3 3 3 4 4 4 1 4 1 1 2 4 2 1 2 3 3 3107

Tionghoa 2 3 3 4 3 1 3 2 4 3 2 2 3 1 4 3 3 1 2 3 2 4 4 3 2 1 4 2 3 1 1 4 1 4 2 2 3 1 3 2101

Batak 2 4 3 3 4 2 2 2 3 3 4 1 2 4 3 4 3 3 2 4 1 3 1 3 3 2 3 2 3 2 1 1 2 4 1 2 3 3 1 4103

Bali 2 3 2 1 4 3 2 2 3 1 1 2 4 2 3 3 3 4 4 4 2 2 3 4 3 3 2 1 4 3 1 4 1 3 4 2 4 3 3 4109

Flores 2 4 3 4 3 3 2 4 4 2 3 1 3 3 4 2 4 2 2 3 2 4 1 3 4 2 3 2 4 4 1 1 3 1 2 2 1 4 4 3109

Jawa 2 3 3 3 1 4 2 1 3 4 2 4 4 3 3 3 4 1 4 3 4 3 4 3 2 3 2 4 3 2 1 4 1 1 3 2 1 2 3 2107

Jawa 2 4 3 3 3 2 2 3 4 4 1 1 4 3 3 3 1 2 2 1 4 3 1 2 2 2 3 4 4 1 1 2 3 4 4 2 3 4 4 2106

Jawa 3 3 2 3 4 2 2 2 2 3 4 1 3 3 1 1 3 2 3 4 1 4 1 4 2 3 2 2 1 2 1 3 2 4 1 4 4 3 1 4100

Dayak 2 4 3 2 3 3 1 3 1 3 4 2 3 3 2 4 2 3 2 1 4 2 1 4 1 4 3 3 4 1 2 1 3 3 2 2 1 3 2 4101

Jawa 1 4 3 3 4 3 1 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 1 2 1 4 3 3 2 2 1 1 4 4 2 1 2 2 4 2 4 1 4 4 2104

Jawa 3 3 2 4 3 2 1 4 3 2 1 3 4 3 3 4 4 2 1 3 2 3 1 2 3 4 1 4 4 1 2 2 3 4 2 2 2 3 4 1105

Jawa 1 4 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 1 3 4 2 2 1 2 4 3 2 2 3 1 2 1 1 2 4 1 1 4 4 2 4 4 4 2 1100

Jawa 2 4 4 4 4 3 1 2 4 2 4 1 4 3 3 4 4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 1 1 2 3 2 3 1 3 3 4110

Jawa 2 3 1 3 4 2 4 3 3 4 2 1 2 3 2 3 1 1 4 3 2 1 2 2 1 3 1 3 1 3 1 4 3 2 4 2 3 4 4 2 99 Papua 2 4 3 3 3 4 1 3 4 3 3 2 1 4 4 4 1 3 3 2 3 2 4 3 2 1 4 3 1 2 1 2 4 1 2 2 1 2 3 3103

Jawa 1 4 4 4 4 3 1 2 4 3 4 2 2 2 3 3 4 1 1 2 2 3 2 1 3 3 1 3 3 3 1 1 1 4 2 3 2 4 2 3101

Jawa 3 3 3 4 2 2 2 3 2 4 3 4 3 4 1 4 3 2 3 1 3 4 3 4 2 4 1 3 1 4 1 2 2 1 2 3 1 3 1 2103


(3)

Sunda

2 4 2 3 4 3 1 3 3 1 4 4 1 2 1 2 4 3 2 2 1 3 2 4 3 2 3 4 3 1 1 2 3 2 4 3 1 3 4 2

102

Nias

3 4 2 3 3 2 1 4 2 3 1 4 3 2 2 4 2 1 1 3 4 2 1 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 4 2 1 2 4 4 4

102

Jawa

1 3 4 4 3 3 2 1 1 4 1 3 1 2 1 3 3 4 2 2 1 4 2 3 4 3 1 2 2 4 3 4 4 3 1 4 1 2 3 2

101

Jawa

3 3 3 1 4 2 4 2 1 3 4 2 2 4 1 4 2 1 1 3 2 2 3 3 1 2 3 3 4 3 3 3 1 2 4 1 3 3 4 1

101

Timor Lest 2 4 3 2 4 2 2 3 4 1 3 2 3 3 3 4 4 3 1 4 1 1 2 4 3 2 4 1 4 1 1 2 4 3 1 2 2 3 4 3

105

Jawa

2 4 3 4 4 4 1 3 2 3 3 4 2 1 2 1 4 2 2 1 2 3 4 3 2 2 1 3 1 4 1 3 2 1 2 4 2 4 3 3

102

119 181 145 152 163 136 101 143 152 144 142 115 144 145 140 167 161 138 119 151 130 133 136 146 130 149 125 150 155 146 83 121 128 160 129 130 111 161 152 145

Jumlah


(4)

(5)

aspek 3

1

2

3

4

5

7

21

22

23

24

28

26

39

40

3

1

2

4

4

3

3

3

4

1

3

3

4

3

3

4

3

3

4

1

2

4

3

3

2

1

4

1

3

4

3

1

2

1

1

3

4

2

2

4

3

4

3

1

3

4

3

3

2

3

1

4

4

3

3

4

3

3

3

3

3

2

4

3

2

1

4

3

3

3

3

3

3

2

3

3

3

2

4

2

4

2

4

3

2

4

4

2

2

2

2

3

1

3

1

3

3

3

2

4

2

2

1

2

2

4

2

3

3

4

2

4

2

4

2

3

2

1

3

1

3

1

2

2

3

3

3

3

2

4

1

4

3

2

2

3

2

4

2

4

3

2

4

1

2

3

3

3

3

2

3

4

3

4

2

3

1

2

4

2

3

4

4

2

3

3

4

3

2

4

2

3

4

1

2

3

1

3

3

3

4

2

3

4

3

3

3

1

3

3

2

4

3

2

4

3

2

3

4

1

3

2

1

4

3

2

2

4

3

2


(6)

1

3

2

2

4

3

3

4

2

1

4

3

3

1

2

4

3

3

3

2

2

3

1

4

1

3

3

3

3

3

2

4

4

1

1

4

2

2

4

3

3

2

2

3

3

3

4

2

2

3

1

3

2

2

4

4

2

4

3

2

3

2

2

4

1

3

2

3

3

4

2

4

3

3

1

2

3

2

2

3

3

1

4

1

2

4

2

2

3

2

2

3

4

2

3

3

2

4

3

3

3

1

2

3

2

3

2

2

2

1

3

4

3

1

3

2

4

3

3

4

1

2

1

3

2

1

2

4

3

4

4

1

2

4

4

3

1

3

2

4

2

4

2

3

4

2

2

3

3

1

3

3

3

2

2

4

3

3

3

1

2

3

4

4

3

3

3

4

1

4

3

4

2

1

1

3

3

3

3

4

3

4

2

3

2

4

3

1

2

3

3

1

3

3

1

4

2

3

3

4

3

3

2

3

2

4

3

4

3

1

2

4

3

3

4

2

2

4

1

3

3

1

3

2

2

3

2

1

4

2

4

4

2

2

4

3

4

3

2

4

3

4

3

2

2

3

2

4

3

1

4

4

2

3

3

3

1

2

4

3

4

3

3

4

3

2

2

4

3

3

3

2

2

1

4

3

2

1

4

1

3

3

2

3

4

2

3

4

1

4

4

1

1

2

2

4

3

2

3

1

2

1

4

2

4

1

4

1

1

4

3

3

4

1

2

1

4

3

2

3

4

2

3

3

2

4

3

1

1

3

2

3

2

1

4

1

3

4

2

3

3

1

1

3

4

2

3

1

3

3

1

3

4

4

3

2

2

2

1

4

3

2

2

4

3

3

3

1

4

4

1

3

2

2

3

3

4

3

2

4

3

2

4

2

1

4

1

1

4

2

4

1

2

4

3

4

4

1

2

1

2

3

3

4

1

4

119

181 145 152

163

101 119

151 130 133 146 136

155 146

1977


Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24