Analisis sumber-sumber dan penggunaan dana [KAS].

(1)

ABSTRAK

ANALISIS SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA (KAS) Studi Kasus pada Perusahaan PT. Primissima, Medari, Sleman, Yogyakarta

Yevida Chrismasari N Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ketepatan penggunaan sumber dana (kas) dalam pembelanjaan; (2) kecenderungan kecukupan arus kas; (3) kecenderungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas; (4) hubungan antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas.

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Tekstil PT. Primissima, Medari, Sleman, Yogyakarta, pada periode 1999-2003. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah: (1) pengujian secara teoritis ketepatan penggunaan sumber dana

(kas); (2) analisis trend; (3) analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) selama periode 1999-2003 penggunaan sumber dana (kas) sudah tepat. Adapun kenaikan sumber dan penggunaan dana (kas) adalah sebagai berikut: Rp. 3.688.472.518,03 untuk periode 1999, Rp. 4.809.135.474,75 untuk periode 2000, Rp. 4.750.235.789,86 untuk periode 2001, Rp. 6.552.395.330,11 untuk periode 2002, dan Rp. 8.632.464.835,39 untuk periode 2003; (2) ada kecenderungan meningkat untuk kecukupan arus kas; (3) ada kecenderungan meningkat untuk rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas; (4) ada

hubungan positif antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas (r hitung = 0,667 > r


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CASH FINANCIAL RESOURCES AND THEIR APPLICATION

A Case Study at Primissima Co. Ltd., Medari, Sleman Yogyakarta

Yevida Chrismasari N Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The objectives of this research are to know: (1) the appropriateness of cash financial resource in expenses; (2) the sufficient tendency of cash flow; (3) the tendency of the liquidity, solvability, and rentability ratio; (4) the correlation between the sufficiency of the cash flow and the rentability.

This research was done in Cambric Manufacture of Primissima Co. Ltd., in Medari, Sleman, Yogyakarta from 1999-2003. The techniques of the data collection were interview, observation, and documentation. The techniques of data analysis were: (1) theoretical tests on the appropriateness of the application of cash financial resource; (2) trend analysis; (3) product moment correlation analysis.

The result of this research indicated that: (1) the application of cash financial resources during the period of 1999-2003 was appropriate. It increased from year to year during that period. In 1999 was Rp 3,688,472,518.03. In 2000 was Rp. 4,809,135,474.75. In 2001 was Rp. 4,750,235,789.86. In 2002 was Rp. 6,552,395,330.11. In 2003 was Rp 8,632,464,835.39; (2) the cash flow was tending upward and so (3) were the liquidity, solvability, and rentability ratio; (4) there was a positive correlation

between the sufficiency of the cash flow and the rentability (rsum = 0.667 >


(3)

ANALISIS SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA (KAS) Studi Kasus pada Perusahaan PT. Primissima, Medari, Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Yevida Chrismasari Novrita NIM : 001334046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Semangat biarlah jadi nafas hidup... berbuat untuk mematrikan segunung harapan, hidup membumi dan bergelut dengan deretan aktivitas.

Kesadaran, ketabahan dan rutinitas berusaha adalah kunci datangnya harapan yang akan menimbulkan nuansa baru dalam hidup. Dan nafas ada karena jiwa, jiwa tak lepas dari hati...(H. Pras)

Untuk seluruh kekuatan dan keteguhan hati yang telah menuntunku


(7)

(8)

ABSTRAK

ANALISIS SUMBER-SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA (KAS) Studi Kasus pada Perusahaan PT. Primissima, Medari, Sleman, Yogyakarta

Yevida Chrismasari N Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ketepatan penggunaan sumber dana (kas) dalam pembelanjaan; (2) kecenderungan kecukupan arus kas; (3) kecenderungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas; (4) hubungan antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas.

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Tekstil PT. Primissima, Medari, Sleman, Yogyakarta, pada periode 1999-2003. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah: (1) pengujian secara teoritis ketepatan penggunaan sumber dana (kas); (2) analisis trend; (3) analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) selama periode 1999-2003 penggunaan sumber dana (kas) sudah tepat. Adapun kenaikan sumber dan penggunaan dana (kas) adalah sebagai berikut: Rp. 3.688.472.518,03 untuk periode 1999, Rp. 4.809.135.474,75 untuk periode 2000, Rp. 4.750.235.789,86 untuk periode 2001, Rp. 6.552.395.330,11 untuk periode 2002, dan Rp. 8.632.464.835,39 untuk periode 2003; (2) ada kecenderungan meningkat untuk kecukupan arus kas; (3) ada kecenderungan meningkat untuk rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas; (4) ada hubungan positif antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas (r hitung = 0,667 > r tabel = 0,428).


(9)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CASH FINANCIAL RESOURCES AND THEIR APPLICATION

A Case Study at Primissima Co. Ltd., Medari, Sleman Yogyakarta

Yevida Chrismasari N Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The objectives of this research are to know: (1) the appropriateness of cash financial resource in expenses; (2) the sufficient tendency of cash flow; (3) the tendency of the liquidity, solvability, and rentability ratio; (4) the correlation between the sufficiency of the cash flow and the rentability.

This research was done in Cambric Manufacture of Primissima Co. Ltd., in Medari, Sleman, Yogyakarta from 1999-2003. The techniques of the data collection were interview, observation, and documentation. The techniques of data analysis were: (1) theoretical tests on the appropriateness of the application of cash financial resource; (2) trend analysis; (3) product moment correlation analysis.

The result of this research indicated that: (1) the application of cash financial resources during the period of 1999-2003 was appropriate. It increased from year to year during that period. In 1999 was Rp 3,688,472,518.03. In 2000 was Rp. 4,809,135,474.75. In 2001 was Rp. 4,750,235,789.86. In 2002 was Rp. 6,552,395,330.11. In 2003 was Rp 8,632,464,835.39; (2) the cash flow was tending upward and so (3) were the liquidity, solvability, and rentability ratio; (4) there was a positive correlation between the sufficiency of the cash flow and the rentability (rsum = 0.667 > rtable = 0.428).


(10)

KATA PENGANTAR

Atas kasihNya Sang Gusti saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Setelah sekian lama tidak berkutat dan berkutat kembali, dengan hasil yang pas-pas saja tapi saya tahu Engkau ada. Karena dibalik kegagalan pasti ada hikmah yang terkandung. Terimakasih..

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penulis untuk meraih gelar S1 pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dengan kesadaran penuh dan hati yang tulus bahwa penulisan ini masih jauh dari standar penulisan standar baku skripsi. Diakui pula banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya, oleh karena itu ijinkan saya menghaturkan maaf atas kekurangannya. Walau demikian saya dengan segenap daya mengusahakan untuk memberikan yang terbaik.

Tidak luput saya ucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Sutarjo Adisusilo J.R selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. S. Widanarto Prijuwuntato, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sananta Dharma Yogyakarta.

4. L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya hingga skripsi ini selesai.


(11)

5. Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktunya hingga skripsi ini selesai.

6. Cornelio Purwantini, S.Pd selaku Dosen Penguji, para pengajar dan seluruh

staf Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Papa Djum... Mama Chris... yang telah gali lubang tutup lubang untuk

sekolah (ku)....

8. Bapak(ku)... ibu.... terimakasih untuk pelajaran berharga dalam hidup ini. Adanya kasih.. sayang.. cinta.. kekuatan.. keteguhan hati.. dan.. niat yang tulus dapat menghantar kita pada tujuan yang ingin kita capai.

9. Cin... Semangat!! Mas keliknya juga ya... Kiki dan fir.... perjalanan masih panjang dan berliku... tapi jangan kalah olehnya..

10.Anjang, Galih, Tung-tung.... dan anak-anak(ku) semua.... tanpa dukungan

kalian, semua tidak akan terwujud...

11.Keluarga besar nDiwak yang selalu menanyakan ”wes lulus durung...” 12.Teman-teman yang telah meninggalkanku.... aku datang...

13.Yang terlihat namun terlupakan... maupun yang tidak terlihat... matur

nuwun...

Yogyakarta, 21 Maret 2007


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN... PERSEMBAHAN ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ABSTRAK ... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah... B. Batasan Masalah... C. Perumusan Penelitian ... D. Tujuan Masalah ... E. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

A. Pengertian dan Tujuan Sumber-Sumber dan Penggunaan

Dana (Kas) ... B. Arti Penting Sumber dan Penggunaan Kas ...

i ii iii iv

v vi vii viii x xiii xvii 1 1 4 5 6 7 8

8 10


(13)

C. Klasifikasi Sumber-Sumber dan Penggunaan Kas ... D. Pengertian Kas dan Setara Kas dan Definisi Lainnya... E. Penyajian Laporan Arus Kas ... F. Teori Pendekatan Pengelolaan Kas... G. Standar Penilaian Kecukupan Arus Kas... H. Pengaruh Kenaikan atau Penurunan Kas Terhadap Likuiditas, Solvabilitas dan rentabilitas Keuangan... I.Trend Sekular dengan Least Square Method... J. Keterkaitan Kecukupan Arus Kas Dengan Rentabilitas... K. Hipotesis Penelitian... BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Jenis Penelitian... B. Waktu dan Tempat Penelitian ... C. Subjek dan Objek Penelitian ... D. Variabel Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya... F. Teknik Analisis Data... BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... A. Sejarah Singkat Perusahaan ... B. Lokasi Perusahaan ... C. Organisasi dan Bentuk Perusahaan ... D. Personalia ... E. Produksi ...

12 18 18 20 21

23 27 28 29 32 32 32 32 33 33 34 42 42 45 45 53 63


(14)

BAB V ANALISIS DATA ... A. Deskripsi Data Penelitian ... B. Analisis Data ... 1. Penyusunan Laporan Arus Kas ... 2. Perkembangan Kecukupan Arus Kas... 3. Perkembangan Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas PT. Primissima... a. Perkembangan Likuiditas Keuangan PT. Primissima ... b. Perkembangan Solvabilitas Keuangan PT. Primissima ... c. Perkembangan Rentabilitas Keuangan PT. Primissima ... 4. Hubungan Antara Kecukupan Arus Kas dengan rentabilitas... C. Pembahasan ... BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Keterbatasan ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

70 70 74 74 131

135 135 141 143 147 152 160 160 163 163


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggolongan Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Serta Jabatannya ... Tabel 2. Neraca PT. Primissima selama 6 periode, yaitu tahun

1998-2003... Tabel 3. Laporan Laba Rugi PT. Primissima selama 6 periode, yaitu tahun 1998-2003 ... Tabel 4. Neraca Komparatif PT. Primissima 31 Desember 1998 dan 1999... Tabel 5. Neraca Komparatif PT. Primissima 31 Desember 1999 dan 2000... Tabel 6. Neraca Komparatif PT. Primissima 31 Desember 2000 dan 2001... Tabel 7. Neraca Komparatif PT. Primissima 31 Desember 2001 dan 2002... Tabel 8. Neraca Komparatif PT. Primissima 31 Desember 2002 dan 2003 ... Tabel 9. Laporan Laba Rugi PT. Primissima 31 Desember 1999... Tabel 10. Laporan Laba Rugi PT. Primissima 31 Desember 2000... Tabel 11. Laporan Laba Rugi PT. Primissima 31 Desember 2001... Tabel 12. Laporan Laba Rugi PT. Primissima 31 Desember 2002... Tabel 13. Laporan Laba Rugi PT. Primissima 31 Desember 2003... Tabel 14. Laporan Bersih Neraca PT. Primissima 31 Desember 1999... Tabel 15. Laporan Bersih Neraca PT. Primissima 31 Desember 2000... Tabel 16. Laporan Bersih Neraca PT. Primissima 31 Desember 2001...

Hal

58

71

73

75

77

79

81

83 85 86 87 88 89 90 91 92


(16)

Tabel 17. Laporan Bersih Neraca PT. Primissima 31 Desember 2002... Tabel 18. Laporan Bersih Neraca PT. Primissima 31 Desember 2003... Tabel 19. Konversi Accrual Basis ke Cash Basis PT. Primissima Tahun

1999... Tabel 20. Konversi Accrual Basis ke Cash Basis PT. Primissima Tahun

2000... Tabel 21. Konversi Accrual Basis ke Cash Basis PT. Primissima Tahun

2001... Tabel 22. Konversi Accrual Basis ke Cash Basis PT. Primissima Tahun

2002... Tabel 23. Konversi Accrual Basis ke Cash Basis PT. Primissima Tahun

2003... Tabel 24. Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember 1999... Tabel 25. Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember 2000... Tabel 26. Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember 2001... Tabel 27. Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember 2002... Tabel 28. Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember 2003... Tabel 29. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Kas) PT. Primissima

31 Desember 1999 ... Tabel 30 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Kas) PT. Primissima

31 Desember 2000 ... Tabel 31. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Kas) PT. Primissima

31 Desember 2001 ... Tabel 32. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Kas) PT. Primissima

31 Desember 2002 ... Tabel 33. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Kas) PT. Primissima

31 Desember 2003 ... Tabel 34. Penyesuaian Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember

1999... 93 94

96

97

98

99

100 101 103 105 107 109

111

112

113

114

115


(17)

Tabel 35. Penyesuaian Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember 2000... Tabel 36. Penyesuaian Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember

2001... Tabel 37. Penyesuaian Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember

2002... Tabel 38. Penyesuaian Laporan Arus Kas PT. Primissima 31 Desember

2003... Tabel 39. Perhitungan Trend Kecukupan Arus Kas PT. Primissima Untuk

Tahun 1999-2003 ...

Tabel 40. Perhitungan Trend Kecukupan Arus Kas Dengan Pendekatan Analisis Regresi ...

Tabel 41. Perhitungan Trend Current RatioPT. Primissima Untuk Tahun

1999-2003 ... Tabel 42. Perhitungan Trend Current Ratio Dengan Pendekatan Analisis

Regresi ...

Tabel 43. Perhitungan Trend Quick Ratio PT. Primissima Untuk Tahun

1999-2003 ... Tabel 44. Perhitungan Trend Quick Ratio Dengan Pendekatan Analisis

Regresi ... Tabel 45. Perhitungan Trend Solvabilitas PT. Primissima Untuk Tahun

1999-2003 ... Tabel 46. Perhitungan Trend Solvabilitas Dengan Pendekatan Analisis Regresi ...

Tabel 47. Perhitungan Trend Rentabilitas PT. Primissima Untuk Tahun

1999-2003 ... Tabel 48. Perhitungan Trend Rentabilitas Dengan Pendekatan Analisis Regresi ... Tabel 49. Perhitungan Rentabilitas ... Tabel 50. Perhitungan Koefisien Korelasi Kecukupan Arus Kas Dengan

Rentabilitas PT. Primissima Untuk Tahun 1999-2003 ... 117

118

119

120

133

135

137

138

139

140

142

143

145

146 147


(18)

Tabel 51. Hasil Analisis Korelasi Pearson Variabel X dan Y... Tabel 52. Hasil Analisis Determinasi... Tabel 53. Daftar Kriteria ROI ...

150 151 159


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Wawancara

Lampiran II Struktur Organisasi Lampiran III Surat Penelitian


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan di berbagai bidang yang pesat, persaingan di sektor industri menjadi semakin kompetitif. Banyak perusahaan yang bermunculan di sektor industri kecil, menengah maupun besar, baik yang

berorientasi profit maupun non profit. Kondisi tersebut tentu saja

menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Bentuk persaingan bisa dalam berbagai macam, sebagai contoh: persaingan dalam hal mutu produk, penggunaan alat-alat yang canggih dan modern, perekrutan karyawan, dan pelayanan kepada konsumen. Akibat persaingan yang demikian, maka perusahaan harus adatif terhadap lingkungan bisnis agar terus dapat menjaga kelangsungan hidupnya

Salah satu cara yang dapat dijalankan adalah dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada secara optimal dan mengarahkannya pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan cara-cara yang efektif dan efisien. Pengelola perusahaan (manajer) harus mengusahakan agar perusahaan yang dipimpinnya selalu berada dalam kondisi yang sehat. Kondisi tersebut dapat diukur dari kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasional secara efektif (mampu memperoleh hasil atau laba semaksimal mungkin), efisien (mampu menekan biaya serendah


(21)

mungkin), serta didukung oleh suatu model pengelolaan (manajerial) yang baik.

Usaha untuk mencapai tujuan perusahaan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perusahaan perlu dikelola secara sungguh-sungguh. Hal ini perlu dilakukan sejalan dengan tantangan perkembangan jaman dan pembangunan yang semakin berat dan kompleks. Persaingan usaha sudah tidak lagi hanya berskala nasional, tetapi juga pada skala global. Karenanya, sejalan dengan akan dibukanya pasar bebas, maka peningkatan efisiensi waktu, kualitas, dan biaya dalam berbagai aspek harus dilakukan oleh setiap perusahaan. Manajer juga perlu melakukan penilaian terhadap pengelolaan usaha secara periodik.

Penilaian terhadap kinerja pengelolaan usaha dapat digolongkan dalam dua sudut pandang utama. Berdasarkan pendapat Howell, dkk (1987:25-30), penilaian kinerja dapat dilakukan dari dua sudut pandang:

1. Segi finansial, berupa laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan

laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan pada kurun waktu tertentu.

2. Segi non finansial, yang meliputi pengukuran terhadap kualitas, penilaian kinerja mesin, dan persediaan.

Salah satu penilaian dari segi finansial adalah dalam hal penggunaan dana. Penggunaan dana secara tepat sangat menentukan pencapaian kinerja perusahaan. Pengelolaan dana atau kas dan uang membutuhkan pemahaman yang baik terhadap keputusan operasi, investasi dan pendanaan. Keputusan operasi dimaksudkan sebagai keputusan mengenai produk apa yang akan dijual dan bagaimana cara menjualnya agar memperoleh laba. Keputusan


(22)

investasi yaitu keputusan yang menyangkut tentang dana yang dimiliki perusahaan sebaiknya ditanamkan ke dalam aktiva bentuk apa. Sedangkan untuk keputusan pendanaan atau pembiayaan dimaksudkan sebagai keputusan yang menyangkut tentang sumber dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi. Hasil dari ketiga keputusan penting tersebut dicerminkan pada laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh perusahaan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi (Dwi Prastowo, 2002:75).

Pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi tentang arus kas suatu perusahaan yang berguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Laporan arus kas atau disebut juga cash flow statement merupakan laporan keuangan utama di Amerika sejak tahun 1989, sejak keluarnya FASB No. 95 dan dinilai lebih banyak memberikan informasi tentang potensi arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Laporan ini diharapkan akan dapat (Sofyan Syafri Harahap, 1996:80-81):

1. Memberikan umpan balik dari arus kas yang aktual

2. Membantu mengenal hubungan antara laba akuntansi dengan arus kas

3. Memberikan informasi tentang kualitas laba

4. Memperbaiki komparabilitas informasi dari laporan keuangan 5. Membantu menilai fleksibilitas dan likuiditas

6. Membantu meramalkan arus kas di masa yang akan datang.

Laporan arus kas ini juga dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan likuiditas di masa yang akan datang. Kas merupakan aktiva yang paling likuid, karenanya semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi


(23)

pula tingkat likuiditasnya. Dipihak lain, suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar menunjukkan tingkat perputaran kasnya tersebut rendah atau dengan kata lain ada over investment dalam kas. Hal ini berarti bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Perusahaan perlu menentukan jumlah kas yang tepat (tidak terlalu besar dan juga kecil) dalam perusahaan. Pendeknya, perusahaan perlu mengelola kas dengan memperhatikan aspek likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Sumber-Sumber dan Penggunaan Dana (Kas) Pada Perusahaan Tekstil PT. Primissima Di Medari Sleman Yogyakarta” dengan maksud untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber-sumber dan penggunaan dana. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan evaluasi dan penentuan kebijakan dalam mengelola dana perusahaan di masa yang akan datang.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini akan memfokuskan analisis terhadap dana dalam artian kas, bukan dana dalam artian modal kerja. Cakupan analisis sumber dan penggunaan dana (kas) dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis penggunaan sumber dana PT. Primissima pada tahun 1999


(24)

2. Analisis kecukupan arus kas PT. Primissima pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.

3. Analisis tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas PT. Primissima pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.

4. Analisis hubungan kecukupan arus kas dengan rentabilitas keuangan PT.

Primissima pada tahun 1999 sampai dengan 2003.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka dalam penelitian dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan sumber dana yang dilaksanakan PT. Primissima pada

tahun 1999 sampai dengan tahun 2003 sudah tepat?

2. Bagaimana kecukupan arus kas PT. Primissima dari tahun 1999 sampai

dengan tahun 2003?

3. Bagaimana perkembangan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas

keuangan PT. Primissima dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003?

4. Apakah ada hubungan kecukupan arus kas dengan rentabilitas keuangan

PT. Primissima dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penggunaan dana yang dilaksanakan oleh PT.


(25)

2. Untuk mengetahui bagaimana kecukupan arus kas PT. Primissima dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.

3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan likuiditas, solvabilitas, dan

rentabilitas keuangan PT. Primissima dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecukupan arus kas

dengan rentabilitas keuangan PT. Primissima dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2003.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada pihak-pihak tertentu antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan dalam mengevaluasi pengelolaan dana (kas) dan pengambilan kebijakan sehubungan dengan pengelolaan dana (kas) tersebut.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian sejenis dan sebagai referensi ilmiah khususnya dalam hal pengelolaan dana (kas) dalam perusahaan.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk mampu memahami cara penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang ada, sehingga ilmunya tidak hanya bersifat teoritis dan


(26)

menambah wawasan dan pengalaman yang berhubungan dengan teori yang telah diperoleh dengan praktek dan kenyataan yang dihadapi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tujuan Laporan Sumber-Sumber dan Penggunaan Dana (Kas)

Prinsip manajemen perusahaan menuntut agar dalam memperoleh dana maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Penggunaan dana yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif. Hal ini akan menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan yang bersangkutan karena terdapat dana yang menganggur, sebaliknya apabila dalam perusahaan terjadi kekurangan dana maka perusahaan tersebut akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan (opportunity cost). Sehingga dalam menjaga kelangsungan hidupnya, perusahaan perlu beroperasi dengan skala tertentu. Perusahaan di dalam operasinya harus membuat laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan posisi keuangan perusahaan. Pada akhir-akhir ini muncul keinginan baik dari pihak ekstern maupun intern untuk mengetahui perubahan yang terjadi atas posisi keuangan dari satu periode ke periode yang lain. Laporan ini sering disebut Laporan Dana (fund statement) atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (statement of changes in financial position) (Sofyan Syafri, 1996:80).

Dalam APB Opinion No. 3 yang berjudul “The Statement of Source and Apllication of Funds” menggariskan bahwa laporan sumber dan penggunaan dana ini baru dalam tahap penjelasan dan anjuran, tetapi dalam APB Opinion


(28)

No. 19 dengan judul Reporting Changes in Financial Position, laporan ini sudah diwajibkan sebagai pelengkap neraca dan laporan laba-rugi. Kelemahan yang terkandung dari sifatnya yang konvensional yakni bentuk accrual accounting, mengakibatkan munculnya FASB No. 95 yang mengganti laporan ini menjadi laporan arus kas (cash flow statement) yang menggunakan cash basis accounting, dan pada hakikatnya hampir sama dengan laporan sumber dan penggunaan dana konsep kas.

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana merupakan laporan yang diolah dari dua periode akuntansi (laporan keuangan). Sesuai dengan sifat laporan keuangan yang ada (neraca dan laba-rugi), laporan ini disajikan dalam dua cara (Sofyan Syafri Harahap, 1996:80):

1. Laporan perubahan posisi keuangan dengan konsep modal

2. Laporan perubahan posisi keuangan dengan konsep kas

Tujuan dari laporan sumber dan penggunaan dana (kas) itu adalah untuk mengetahui sumber kas yang diperoleh selama satu periode dan untuk apa kas yang diterima tersebut. Hal ini sangat penting bagi para kreditur atau calon kreditur jangka pendek, karena dapat diketahui kebijakan manajemen dalam mengelola sumber dana yang ada. Di samping itu, dapat diperkirakan sumber kas di masa yang akan datang, sehingga akan diketahui jaminan serta kemampuan membayar yang dapat diberikan oleh perusahaan untuk menentukan aliran kas. Dimana ini cukup sulit karena adanya pengaruh pajak, penyusutan, inflasi dan nilai residu.

Dalam menyusun laporan arus kas, kita harus mengubah dasar perhitungan dari akrual (accrual accounting) menjadi dasar tunai (cash


(29)

accounting). Hal ini dikarenakan investor menganggap informasi yang disajikan menjadi sangat jauh dari pertimbangan terhadap arus kas yang terjadi dalam perusahaan. Oleh karena itu perubahan tentang laba bersih perusahaan tidak dapat diterima terlalu lama sebagai indikator kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan. Selain itu laporan laba-rugi atau neraca memiliki keterbatasan dalam pengakuan adanya inflasi (Efraim Ferdinand Giri, 1995:61).

IAI dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.2 paragraf 01 menekankan bahwa perusahaan harus menyusun laporan arus kas sebagai bagian integral dari laporan keuangan untuk setiap periode sajian laporan keuangan. Tujuan penyusunan laporan arus kas (PSAK No. 2, 2002: Pendahuluan), yaitu:

1. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas

2. Menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas.

Berdasarkan tujuan penyusunan laporan arus kas tersebut, maka dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya.

B. Arti Penting Sumber dan Penggunaan Kas

Selain laporan keuangan yang ada dan pada umumnya dibuat oleh suatu perusahaan (neraca dan laporan laba-rugi), ada pula laporan keuangan yang lain yaitu laporan sumber dan penggunaan dana. Bahkan banyak dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu perusahaan menginginkan adanya


(30)

laporan sumber dan penggunaan dana tersebut, karena analisa sumber dan penggunaan dana tersebut merupakan alat analisa keuangan yang sangat penting bagi financial manager ataupun para calon kreditur atau bagi bank dalam menilai permintaan kredit yang diajukan kepadanya. Dengan analisa sumber dan penggunaan dana akan dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola atau menggunakan dana yang dimilikinya.

Analisis sumber-sumber dan penggunaan dana atau sering disebut juga analisis aliran dana merupakan alat analisis finansial yang penting bagi manajer keuangan tanpa mengesampingkan alat analisis finansial yang lain. Arti penting dari analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana kebutuhan tersebut dibelanjai. Dengan kata lain yaitu dengan menggunakan analisis aliran dana dapat diketahui darimana dana itu berasal dan untuk apa dana itu digunakan (Bambang Riyanto, 2001:345).

Menurut IAI, kegunaan informasi laporan arus kas sebagai berikut (PSAK No.2, 2002, paragraf 03): memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan; mengevaluasi struktur keuangan (termasuk likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang; menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows)


(31)

dari berbagai perusahaan; meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Menurut Dwi Prastowo (2002:29), manfaat dari informasi laporan arus kas antara lain untuk:

1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan kemampuan

mempengaruhi arus kas

2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas

3. Mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai

sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan

4. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator jumlah waktu, dan kepastian arus kas masa depan

5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan

hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.

C. Klasifikasi Sumber-Sumber dan Penggunaan Kas

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi (operating activities), investasi (investing activities) dan pendanaan (financing activities) (PSAK No.2, 2002).

1. Aktivitas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada


(32)

umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

Arus kas yang diterima misalnya dari:

a. Hasil penjualan barang dagangan dan jasa;

b. Pendapatan royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain;

c. Penerimaan kas dari perusahaan asuransi sehubungan dengan premi,

klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya;

d. Penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;

e. Penerimaan kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi

usaha dan perdagangan.

Arus kas yang keluar misalnya dari:

a. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

b. Pembayaran kas dari perusahaan asuransi sehubungan dengan premi,

klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya;

c. Pembayaran (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat

diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;

d. Pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi

usaha dan perdagangan;


(33)

2. Aktivitas Investasi

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

Arus kas yang diterima misalnya dari:

a. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain;

b. Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain;

c. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta

pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan). Arus kas keluar misalnya berasal dari:

a. Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri;

b. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward

contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or treading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.


(34)

3. Aktivitas Pendanaan

Menyangkut bagaimana kegiatan kas diperoleh untuk membiayai perusahaan termasuk operasinya. Dimana arus kas masuk merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan, sedangkan arus kas keluar adalah pembayaran kembali kepada pemilik dan kreditur atas dana yang diberikan sebelumnya.

Arus kas yang diterima misalnya dari:

a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya;

b. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan

pinjaman lainnya.

Arus kas keluar misalnya berasal dari:

a. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau

menebus saham perusahaan;

b. Pelunasan pinjaman;

c. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lesee) untuk mengurangi

saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).

Menurut Bambang Riyanto (2001:346-349) yang dimaksud dengan sumber-sumber dana adalah keseluruhan aktivitas yang mampu meningkatkan jumlah dana (kas). Sedangkan penggunaan dana adalah keseluruhan aktivitas yang mengurangi jumlah dana (kas) yang tersedia. Adapun sumber-sumber dana meliputi:


(35)

1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas, berarti bertambahnya dana atau kas. Berkurangnya barang (inventory) dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut, dan hasil penjualan itu merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan itu. Berkurangnya piutang berarti bahwa piutang itu telah dibayar dan penerimaan piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan, demikian pula berkurangnya surat-surat berharga atau efek berarti bahwa efek itu terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana atau kas bagi perusahaan tersebut.

2. Berkurangnya aktiva tetap, berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap itu dijual dan hasil penjualannya merupakan sumber dana. Berkurangnya aktiva tetap neto juga merupakan sumber dana, karena berkurangnya aktiva tetap neto tersebut berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan dan depresiasi inipun merupakan sumber dana.

3. Bertambahnya setiap jenis utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang merupakan sumber dana. Bertambahnya utang berarti adanya tambahan dana yang diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.

4. Bertambahnya modal, misalnya disebabkan karena adanya emisi saham

baru, dan hasil penjualan saham baru itu merupakan sumber dana.

5. Adanya keuntungan dari operasinya perusahaan. Apabila perusahaan

mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada tambahan bagi perusahaan yang bersangkutan, misalnya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau


(36)

hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

Sedangkan pengggunaan dana meliputi:

1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas, karena pembelian barang, dan

pembelian barang membutuhkan dana. Dengan demikian penambahan aktiva lancar merupakan penggunaan dana.

2. Bertambahnya aktiva tetap, karena adanya pembelian aktiva tetap, dan

pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana.

3. Berkurangnya setiap jenis utang, baik utang lancar maupun utang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengangsur utangnya. Pembayaran kembali utang berarti penggunaan dana.

4. Berkurangnya modal, dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil

kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya modal berarti berkurangnya dana. Ini berarti bahwa pengurangan modal itu merupakan penggunaan dana.

5. Pembayaran deviden (cash devidend), jelas merupakan penggunaan dana.

Cash devidend dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak.

6. Adanya kerugian dalam operasinya perusahaan dapat disertai dengan

berkurangnya aktiva atau bertambahnya utang. Sebenarnya bertambahnya utang merupakan sumber dana, tetapi dengan adanya kerugian, tambahan dana tersebut digunakan untuk menutupi kerugian. Dengan demikian maka adanya kerugian merupakan penggunaan dana.


(37)

D. Pengertian Kas dan Setara Kas dan Definisi Lainnya

Kas merupakan konsep dana yang paling berguna, karena keputusan para investor, kreditur dan pihak lainnya terfokus pada penilaian arus kas di masa datang. Perusahaan akan memanfaatkan kas menganggur dengan menanamkannya pada investasi jangka pendek yang sangat likuid (Dwi Prastowo, 2002:29).

Dalam pengertian kas ini tercakup pula pengertian setara kas. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan kas yang ada di bank dalam bentuk rekening koran atau giro (cash in bank). Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. (PSAK No.2, 2002 paragraf 05).

E. Penyajian Laporan Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan dalam


(38)

menghasilkan kas dan setara kas, dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Analisis terhadap semua rekening neraca kecuali kas dan setara kas adalah untuk menentukan arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow). Arus kas masuk dan arus kas keluar dihasilkan dari rekening-rekening sebagai berikut (Dwi Prastowo, 2001:31):

1. Arus kas masuk (cash inflow):

a. Hasil penjualan barang dagangan secara tunai b. Pendapatan royalty, komisi, fee dan imbalan lain

c. Pendapatan bunga dan deviden

d. Penjualan aktiva tetap dan investasi jangka panjang

e. Penerbitan saham baru dan jangka panjang (misal obligasi) 2. Arus kas keluar (cash outflow):

a. Pembayaran gaji karyawan, pajak, bunga dan biaya lain-lain b. Pembelian aktiva tetap dan investasi jangka panjang

c. Pembayaran deviden dan utang jangka panjang

d. Penarikan kembali saham (treasury stock).

Tidak seperti laporan keuangan utama lainnya, seperti: neraca dan laporan laba-rugi, laporan arus kas tidak disusun dari neraca setelah penyesuaian. Informasi yang diperlukan untuk menyusun laporan arus kas umumnya diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut (Dwi Prastowo, 2002:34):

1. neraca komparatif, yang memberikan informasi tentang perubahan dalam


(39)

2. laporan laba-rugi (dan perubahan saldo laba), yang memberikan informasi tentang laba bersih dan komponennya serta pembayaran dividen selama suatu periode

3. informasi pendukung, yang diperoleh dari hasil analisis perubahan

rekening-rekening neraca yang memberikan informasi tentang sebab-sebab perubahan kas dan setara kas.

F. Teori Pendekatan Pengelolaan Kas

Dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan dapat menguji secara teoritis apakah pembelanjaan di dalam perusahaan tersebut sudah menggunakan sumber dana yang tepat atau belum. Ukuran ketepatan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (1998:171-173), dapat didasarkan pada beberapa pendekatan, antara lain:

1. Pendekatan Hedging

Strategi pendanaan ini membiayai setiap aktiva dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut menjadi kas. Dengan demikian, variasi jangka pendek aktiva lancar akan dibiayai dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri, demikian pula untuk aktiva tetap. Strategi pendanaan hedging mendasarkan diri atas matching principle, yang menyatakan bahwa sumber dana hendaknya disesuaikan dengan berapa lama dana tersebut diperlukan. Kalau dana tersebut hanya untuk keperluan jangka pendek, maka sumber dana jangka pendek bisa dipergunakan. Sebaliknya penggunaan untuk jangka panjang seharusnya dibiayai dengan sumber dana jangka panjang pula. Dengan menyelaraskan antara struktur aktiva dan struktur hutang perusahaan, maka resiko yang dihadapi adalah penyimpangan aliran kas dari yang diharapkan.

Kesulitan penggunaan strategi hedging adalah memperkirakan jangka waktu skedul arus kas besih dan skedul pembayaran utang. Selalu

terdapat unsur ketidakpastian, karena itu muncul tradeoff antara

profitabilitas dan resiko. Semakin besar margin of safety yang disediakan dalam penentuan jangka waktu pinjaman untuk menutup kemungkinan penyimpangan arus kas bersih, semakin aman bagi perusahaan. tetapi akibatnya perusahaan akan cenderung mencari dana yang melebihi jangka waktu dana tersebut akan dipergunakan dalam perusahaan. dengan kata lain akan terjadi kecenderungan dana menganggur, yang berarti penurunan profitabilitas. Dengan kata lain, resiko rendah, profitabilitas juga rendah.


(40)

2. Pendekatan Konservatif

Pendekatan ini memberikan margin of safety yang cukup besar. Yaitu sebagian aktiva lancar bukan permanen, didanai dengan pendanaan jangka panjang (yaitu dengan hutang jangka panjang, modal sendiri, dan pendanaan spontan). Dengan kata lain, kalau diperkirakan dana tersebut akan diperlukan untuk enam bulan, perusahaan mungkin mencari pinjaman dengan jangka waktu dua belas bulan. Semakin besar margin of safety ini, semakin konservatif kebijakan pendanaan yang dianut.

3. Pendekatan Agresif

Kalau pada cara pendanaan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor keamanan, maka cara pendanaan agresif perusahaan berani menanggung resiko. Tradeoff yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang tinggi. Strategi ini berarti mendanai sebagian kebutuhan jangka panjang dengan pendanaan jangka pendek. Apabila suku bunga kredit jangka pendek memang lebih rendah dari jangka panjang, maka strategi ini akan dikompensir dengan profitabilitas yang lebih tinggi.

G. Standar Penilaian Kecukupan Arus kas

Dalam buku Financial Statement Analysis, Woelfel (1995:158) mengungkapkan standar yang dipakai. Standar diungkapkan dalam ratio kecukupan arus kas. Rumus kecukupan arus kas yaitu:

deviden pembayaran

aktiva pembelian panjang

jangka utang pembayaran

operasi dari

kas

+ +

Kecukupan arus kas ini memberi pengertian bahwa kecukupan arus kas yang dimaksud adalah kemampuan dalam menghasilkan arus kas operasi dalam memenuhi kebutuhan. Istilah “cukup” sendiri, identik dengan tingkat atau standar arus kas yang harus diupayakan dalam hubungannya dengan jumlah arus kas. Arus kas sendiri pada dasarnya berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas antara dua periode akuntansi.

Kecukupan arus kas dimana menempatkan arus kas operasi sebagai faktor pembilang disebabkan karena aktivitas operasional (aktivitas penghasil utama


(41)

pendapatan dan aktivitas lain di luar aktivitas investasi dan pendanaan) merupakan kegiatan utama badan usaha. Maka, arus kas dari operasi merupakan komponen dari setiap rasio kecukupan kas bahkan efisiensi. Sebagai kegiatan utama, kegiatan operasi jelas memegang peranan yang penting dan kontribusinya terhadap arus kas secara keseluruhan.

Sehubungan dengan utang jangka panjang, utang jangka panjang merupakan kebutuhan badan usaha yang biasanya diwujudnyatakan untuk kegiatan investasi baru atau ekspansi. Sedang utang jangka pendek merupakan aktivitas yang timbul dari aktivitas jangka pendek.

Sehubungan dengan pembelian aktiva, merupakan bentuk kebutuhan yang penting karena pembelian aktiva sendiri merupakan salah satu bentuk ekspansi yang diharapkan memberikan kontribusi dana dimasa yang akan datang. Dengan demikian kelangsungan usaha diharapkan terjamin dan relatif lancar.

Pembayaran deviden merupakan ujud tanggung jawab yang dimiliki badan usaha terhadap pihak luar yang berkepentingan dengan badan usaha tersebut.

Dengan demikian kecukupan arus kas sebagai cerminan kemampuan badan usaha dalam menghasilkan kas untuk memenuhi kebutuhan, yaitu membayar utang jangka panjang, mereinvestasi dalam aktiva tetap dan membayar deviden. Suatu nilai 1 atas rasio kecukupan arus kas hingga beberapa tahun menunjukkan kemampuan badan usaha untuk menutupi kebutuhan kas ini (Woelfel, 1995:159).


(42)

H. Pengaruh Kenaikan atau Penurunan Kas Terhadap Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Keuangan

1. Likuiditas

Likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi (Bambang Riyanto, 2001:25). Jumlah alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki suatu saat merupakan kekuatan untuk membayar dari badan usaha yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.

Untuk menilai posisi keuangan likuiditas ada empat ratio (Bambang Riyanto, 2001:26-28):

a. Current ratio =

lancar utang

lancar aktiva

Yaitu kemampuan untuk membayar utang yang harus di penuhi dengan aktiva lancar

b. Cash ratio =

lancar utang

efek + kas

Yaitu kemampuan untuk membayar utang yang harus di penuhi dengan kas dan efek yang dapat segera diuangkan

c. Quick ratio =

lancar utang

persediaan lancar

aktiva −

Yaitu kemampuan untuk membayar utang yang harus di penuhi dengan aktiva lancar yang likuid


(43)

d. Working capital to total assets ratio =

aktiva jumlah

lancar utang lancar

aktiva −

Yaitu likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja.

Penelitian akan dilakukan pada current ratio yang dilengkapi dengan quick ratio. Apabila dalam mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan

menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat

likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat di pertinggi dengan jalan sebagai berikut:

a. Dengan utang lancar (current liabilities) tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar (current assets)

b. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah

utang lancar

c. Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama untuk

mengurangi aktiva lancar.

Tingkat quick ratio menjadi pusat perhatian yang utama secara terus-menerus dari para kreditur, terutama bank-bank, dimana mereka menghendaki agar utang-utang perusahaan kepada para kreditur tersebut yang segera harus dibayar, haruslah tersedia alat-alat likuid yang cukup, sehingga pada waktunya kewajiban-kewajibannya akan dapat dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.

2. Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya bila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan.


(44)

Perusahaan yang solvabel adalah perusahaan yang mempunyai aktiva atau kekayaan cukup untuk membayar semua utang-utangnya. Dimana solvabilitas dapat diukur dengan membandingkan aktiva (total aktiva) dengan total utang yang di miliki. Atau dapat juga ditempuh dengan membandingkan modal sendiri yang merupakan kelebihan atas nilai dari aktiva di atas hutang disatu sisi dengan total utang dilain pihak.

Karena solvabilitas itu adalah angka perbandingan antara jumlah aktiva dengan jumlah utang, maka setiap penambahan jumlah utang akan menurunkan tingkat solvabilitasnya.

Jika dirumuskan akan tampak sebagai berikut (Bambang Riyanto, 2001:33-34):

Solvabilitas =

utang total

aktiva total

Apabila jumlah utang bertambah, jumlah dari “excess value-nya” dalam angka absolut adalah tetap, karena bertambahnya utang disertai dengan bertambahnya aktiva, tetapi dalam angka relatif atau dalam persentasenya adalah makin kecil.

3. Rentabilitas

Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belum tentu dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai efisiensi operasi perusahaan. Efisiensi baru dapat diketahui setelah membandingkan antara laba dengan aktiva (kekayaan) atau dengan modal yang digunakan untuk


(45)

menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain efisiensi bisa diketahui setelah menghitung rentabilitas.

Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Atau dapat dilihat (Bambang Riyanto, 2001:35):

Rentabilitas =

aktiva total

pajak) (sebelum bersih

laba

Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 2001:35).

Suatu pembelanjaan atas aktiva tertentu selain mempengaruhi struktur likuiditas dan solvabilitas juga berpengaruh pada rentabilitas. Maka suatu perusahaan dalam pengelolaan dana (kas) harus mengadakan perimbangan dari berbagai faktor di atas. Apabila perusahaan hanya mendasarkan pada pertimbangan likuiditas saja, maka makin panjang umur kredit yang di tarik adalah makin baik, karena makin panjangnya kesempatan untuk memperoleh aliran kas masuk, yang ini berarti makin besarnya kemampuan untuk membayar kembali utangnya. Makin pendek umur kredit maka besar resiko tidak dapat membayar kembali utangnya karena makin kecilnya kesempatan untuk mengumpulkan dan untuk membayar kembali utangnya. Tetapi dilain pihak ditinjau dari sudut rentabilitas, pembiayaan dana dengan kredit jangka panjang akan memperbesar biayanya, karena akan ada waktu-waktu atau periode dimana dana yang dipinjam itu akan menganggur sedangkan


(46)

perusahaan tetap harus membayar bunganya. Sedang, bila perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan dana mendasarkan pada tujuan solvabilitas, maka dapat dilihat kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Dimana para kreditur jangka panjang sangat menaruh perhatian, baik pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, yaitu kemampuan membayar bunga maupun jangka panjang, yaitu kemampuan membayar pokok pinjaman (Bambang Riyanto, 2001:191-200).

I. Trend Sekular Dengan Least Square Method

Analisis trend adalah suatu analisis yang dilakukan dengan menggunakan data-data masa lalu perusahaan untuk tujuan komparasi. Dengan melihat kecenderungan (trend) angka-angka ratio tertentu, dapat diperoleh gambaran apakah ratio-ratio tersebut cenderung naik, turun, atau relatif konstan. Dari gambaran ini, akan dapat dideteksi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan dan dapat diobservasi baik buruknya pengelolaan perusahaan (Dwi Prastowo, 2002:54).

Dengan mempelajari trend kita juga dapat mengadakan proyeksi masa mendatang. Dengan mempelajari trend kita dapat memisahkan trend dari

komponen time series (deret berkala) yang lain, sehingga dengan demikian

kita akan mudah mempelajari komponen-komponen time series yang lain (Nugroho Budiyuwono, 2001:223).

Salah satu cara untuk menghitung trend adalah dengan menggunakan metode jumlah kuadrat terkecil (the least square method). Yang dimaksud


(47)

jumlah kuadrat terkecil adalah jumlah kuadrat penyimpangan (deviasi) nilai data terhadap garis trend minimum atau terkecil. Apabila syarat ini dipenuhi, maka garis trend tersebut akan terletak di tengah-tengah data asli. Persamaan

garis trend linear tersebut dirumuskan sebagai berikut (Nugroho

Budiyuwono, 2001:212):

Y= a+ bX

Dimana a =

Ν ΣΥ

dan b =

2

ΣΧ ΣΧΥ

Keterangan:

Y = nilai variable yang akan ditentukan X = periode waktu dan tahun dasar a = nilai Y apabila X sama dengan nol

b = kemiringan (slope) garis trend atau perubahan nilai Y dari waktu ke waktu

N = banyaknya tahun yang digunakan.

J. Keterkaitan Kecukupan Arus Kas dengan Rentabilitas

Kecukupan arus kas dimaksudkan sebagai pemenuhan dana dalam perusahaan dimana perusahaan perlu menentukan jumlah kas yang tepat. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya.

Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang menganggur sehingga akan


(48)

memperkecil profitabilitasnya. Sebaliknya kalau perusahaan hanya mengejar profitability saja akan berusaha agar semua persediaan kasnya dapat diputarkan. Kalau perusahaan menjalankan tindakan tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. Maka dalam hal ini perusahaan harus dapat bekerja dengan efisien dalam masalah profitability, yaitu dengan menentukan rentabilitas maksimal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya (sumber-sumbernya) maupun pengeluaran (penggunaannya).

K. Hipotesis Penelitian

Rentabilitas adalah perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba, yaitu total aktiva. Adapun kas dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi, di mana suatu perusahaan membutuhkan uang kas untuk membayar transaksi harian. Semakin meningkatnya luas usaha akan meningkatkan pula transaksi finansial, dan akan menuntut kenaikan uang kas yang dibutuhkan. Transaksi tersebut dapat berupa pembayaran utang dagang atau pembelian bahan, pembayaran upah atau gaji, asuransi, pajak, dividen, dan lain-lain.

Kas dapat dipergunakan untuk spekulasi, di mana memegang uang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga baik harga


(49)

barang ataupun harga atau nilai uang itu sendiri. Apabila harga-harga barang naik maka jelas memiliki uang.

Kas juga dipergunakan untuk berjaga-jaga. Karena keadaan yang tidak pasti maka pengusaha akan selalu memperhitungkan ketidakpastian tersebut dan berjaga-jaga untuk menjamin likuiditas perusahaan apabila penerimaan kas tidak terjadi seperti yang direncanakan sebelumnya, maka harus dijaga agar terdapat safety cash balance (persediaan besi kas).

Jika jumlah kas berlebih maka akan berdampak pada banyak uang yang menganggur sehingga akan timbul risiko-risiko dan memperkecil keuntungan pada perusahaan. Dan sebaliknya jika jumlah kas terlalu kecil maka kondisi perusahaan akan berdampak defisit kas di mana bila sewaktu-waktu terjadi penagihan dari utang-utangnya perusahaan tidak dapat membayarnya.

Rentabilitas ini dipergunakan untuk mengukur kecukupan arus kas di dalam perusahaan. Kecukupan arus kas dapat diketahui dengan membandingkan arus kas operasi dengan jumlah antara pembayaran utang jangka panjang, pembelian aktiva dan pembayaran deviden. Jadi, kecukupan arus kas dapat meningkatkan kegiatan operasional perusahaan dimana kecukupan arus kas sebagai cerminan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas untuk memenuhi kebutuhan, yaitu membayar utang jangka panjang, mereinvestasi dalam aktiva tetap dan membayar deviden. Sehingga penjualan dapat meningkat dan pada akhirnya peningkatan laba dapat tercapai. Berdasarkan logika tersebut, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut:


(50)

H: Terdapat hubungan yang signifikan antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian studi kasus. Studi kasus adalah suatu jenis penelitian tentang subjek dan lokasi tertentu dimana subjek tersebut jumlahnya terbatas, maka kesimpulan yang ditarik nantinya hanya berlaku pada subjek yang diteliti dan lokasi penelitian tersebut.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2005.

2. Tempat penelitian dilakukan pada perusahaan tekstil PT. PRIMISSIMA

yang berlokasi di Medari, Sleman, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala bagian akuntansi atau keuangan, kepala bagian administrasi dan umum, kepala bagian pemasaran dan perdagangan, dan kepala bagian personalia.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah data-data mengenai laporan keuangan perusahaan yang berhubungan dengan sumber-sumber dan penggunaan dana (kas). Data-data tersebut antara lain: perkembangan laporan keuangan perusahaan (Neraca dan laporan Laba Rugi) yang ditinjau dari


(52)

sisi likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas maupun laporan tambahan data lainnya.

D. Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah ketiga, maka variabel-variabel yang dianalisis dikelompokkan sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X): kecukupan arus kas 2. Variabel terikat (Y): rentabilitas

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumennya

1. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab langsung dengan subjek penelitian atau kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data ini untuk mengetahui keadaan perusahaan secara umum (gambaran umum perusahaan).

2. Observasi lapangan

Merupakan metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dengan teknik ini diharapkan dapat mengetahui situasi dan kondisi perusahaan, sehingga data yang diperoleh dapat lebih akurat termasuk keadaan umum perusahaan.


(53)

3. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data yang sudah diolah dan dikumpulkan oleh suatu organisasi atau pihak lain, dan dengan cara mempelajari data keterangan dari buku-buku. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data keuangan yang meliputi neraca, laporan laba-rugi dan laporan tambahan lainnya.

F. Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab permasalahan pertama digunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menyusun laporan arus kas

Langkah-langkah penyusunannya adalah sebagai berikut (Dwi Prastowo D dan Rifka Juliaty, 2002:35):

1) Menghitung perubahan saldo rekening kas dan setara kas dengan

membandingkan antara saldo awal dan saldo akhir (neraca). Hasil langkah ini menyajikan kenaikkan atau penurunan bersih kas dan setara kas selama periode berjalan.

2) Menghitung perubahan bersih setiap rekening neraca selain kas

dan setara kas, yang menjelaskan mengapa rekening kas dan setara kas berubah.

3) Menentukan arus kas (dipisahkan dalam tiga klasifikasi), aktivitas investasi dan pendanaan bukan kas, dan pengaruh perubahan kurs valuta asing. Informasi yang digunakan adalah neraca komparatif, laporan laba-rugi periode berjalan dan informasi tambahan. Arus kas dipisahkan berdasarkan aktifitas operasi, aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi. Aktivitas investasi dan pendanaan bukan kas disajikan pada skedul terpisah.

4) Menyusun laporan arus kas atas dasar hasil langkah-langkah


(54)

b. Dari laporan sumber–sumber dan penggunaan dana (kas) yang telah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah menguji secara teoretis apakah pembelanjaan di dalam perusahaan sudah menggunakan sumber dana yang tepat. Ukuran ketepatan dalam hal ini didasarkan pada pendekatan konservatif. Yang mengisyaratkan bahwa suatu pembelanjaan tertentu didanai dengan sumber yang mempunyai jangka waktu sama atau jangka panjang. Untuk itu pembelanjaan lancar harus didanai dengan sumber yang lancar atau sumber dana jangka panjang, sedangkan pembelanjaan jangka panjang didanai dengan sumber jangka panjang pula. Pendekatan konservatif memberikan margin of safety (margin aman) yang cukup besar pada suatu usaha tertentu (Suad Husnan & Eny P, 1998:91).

Pengujian ketepatan pengunaan sumber dana dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut:

Pembelanjaan jangka panjang xxxxx Sumber dana jangka panjang xxxxx _

Naik / Turun xxxxxx

Pembelanjaan jangka pendek xxxxx Sumber dana jangka pendek xxxxx_

Naik / Turun xxxxxx + Naik / Turun sumber dan penggunaan dana (kas) xxxxxx

Suatu pembelanjaan dapat dikatakan tepat jika telah terjadi kecukupan atas pembelanjaan jangka panjang. Dan dikatakan tidak tepat jika terjadi ketidakcukupan untuk pembelanjaan jangka panjang yang akhirnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek.


(55)

2. Untuk menjawab rumusan masalah kedua digunakan rumus kecukupan arus kas sendiri sebagaimana diungkapkan oleh Woelfel (1995:158) adalah:

deviden pembayaran

aktiva pembelian panjang

jangka utang pembayaran

operasi dari

kas

+

+

Analisa trend dengan metode least square Y = a + bX Dimana a =

Ν

ΣΥ dan b =

2

ΣΧ ΣΧΥ

Keterangan:

Y = ratio kecukupan arus kas X = waktu

a = intercept Y, yakni nilai Y bila X = 0 b = lereng garis trend

N = jumlah data

Bila trend-nya naik (dilihat dari lereng garis trend positif) berarti arus kas yang dihasilkan semakin mampu untuk memenuhi kebutuhan, bila turun berarti semakin mengalami ketidakcukupan arus kas, dan jika tetap berarti kecukupan arus kas tetap atau sama dari tahun ke tahun. Suatu nilai 1 atas rasio kecukupan arus kas hingga beberapa tahun menunjukkan kemampuan badan usaha untuk menutupi kebutuhan kas ini.

3. Untuk menjawab rumusan masalah ketiga digunakan langkah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui likuiditas perusahaan, maka akan dihitung trend

likuiditas keuangan PT. Primissima.

1) Curent ratio =

lancar utang

lancar aktiva


(56)

2) Quick Ratio =

lancar utang

persediaan lancar

aktiva −

Analisa trend dengan metode least square (Nugroho Budiyuwono,

2001: 212):

Y = a + bX Dimana a =

Ν

ΣΥ dan b =

2

ΣΧ ΣΧΥ

Keterangan: Y = current ratio X = waktu

a = intercept Y, yakni nilai Y bila X = 0 b = lereng garis trend

N = jumlah data

Bila trend-nya naik (dilihat dari lereng garis trend positif) berarti kondisi keuangan semakin likuid, dan bila turun berarti semakin illikuid, dan jika tetap berarti likuiditasnya tetap atau sama dari tahun ke tahun.

b. Untuk mengetahui solvabilitas perusahaan, maka akan di hitung trend solvabilitas keuangan PT. Primissima.

Solvabilitas =

utang total

aktiva total

Analisis trend yang digunakan dengan metode least square: Y = a + bX

Dimana a =

Ν

ΣΥ dan b = 2 ΣΧ ΣΧΥ

Keterangan:


(57)

X = waktu

a = intercept Y, yakni nilai Y bila X = 0 b = lereng garis trend

N = jumlah data

Apabila trend naik berarti kondisi keuangan semakin solvabel dan jika tetap berarti solvabilitasnya tetap (sama).

c. Untuk mengetahui rentabilitas perusahaan, maka akan dihitung trend rentabilitas PT. Primissima.

Rentabilitas = x100%

aktiva total

pajak) (sebelum

bersih laba

Dan analisis trend yang digunakan dengan metode least square: Y = a + bX

Dimana a =

Ν

ΣΥ dan b = 2 ΣΧ ΣΧΥ

Keterangan:

Y = ratio rentabilitas X = waktu

a = intercept Y, yakni nilai Y bila X = 0 b = lereng garis trend

N = jumlah data

Bila trend-nya naik berarti perusahaan semakin mampu menghasilkan laba, sedang bila tetap berarti rentabilitasnya tetap (sama).

4. Untuk menjawab permasalahan keempat yaitu apakah ada hubungan

antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Menghitung tingkat rentabilitas yang dicapai perusahaan setiap tahun selama lima periode akuntansi.


(58)

b. Untuk mengetahui hubungan antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas, dilakukan pengujian hipotesis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Analisis korelasi product moment

Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya korelasi dan sekaligus arah hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Koefisien korelasi adalah ukuran besar kecilnya atau kuat lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y. untuk perhitungan koefisien korelasi (r) berdasarkan sekumpulan data (X,Y) berukuran n dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Nugroho Budiyuwono, 2001:287):

}

{

}

{

2 2 2 2

Y) ( Y n X) ( X n

Y) X)( ( XY n r

∑ − ∑ ∑

− ∑

∑ ∑ − ∑ =

dengan:

r = koefisien korelasi n = jumlah data X = variabel bebas Y = variabel terikat

Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan bergerak antara 0 sampai dengan +1 atau dari 0 sampai dengan –1.

a) Bila r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antar dua

variabel dinyatakan positif dan sangat kuat.

b) Bila r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antar dua variabel dinyatakan sangat lemah dan atau tidak ada hubungan sama sekali.


(59)

c) Bila r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antar dua variabel dinyatakan negatif dan sangat kuat.

d) Bila r > 0,5, maka korelasi antara dua variabel termasuk kuat.

e) Bila r < 0,5, maka korelasi antara dua variabel termasuk

lemah.

Bila r positif, maka korelasi antara dua variabel bersifat searah, dengan kata lain kenaikan atau penurunan nilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai Y. Bila r negatif, maka kenaikan nilai X terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai Y.

2) Uji signifikansi

Pengujian signifikansi dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikan dari korelasi r. Uji signifikansi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan formulasi hipotesis

0

H : b1 = 0, Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecukupan arus kas dengan rentabilitas.

H : b1# 0, Ada hubungan yang signifikan antara

kecukupan arus kas dengan rentabilitas.

b) Menentukan tingkat signifikansi tertentu (5%) dan Degree of

Freedom dihitung dengan (n-k-1).

c) Membandingkan probabilitas tingkat kesalahan r-hitung


(60)

d) Membuat keputusan

Apabila probabilitas tingkat kesalahan r-hitung lebih kecil dari tingkat signifikan (signifikan 5%) maka model yang diuji adalah signifikan dalam menentukan hubungan antara variabel X (kecukupan arus kas) dan variabel Y (rentabilitas).


(61)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan didirikan pertama kali pada tanggal 22 Juni 1971 dengan nama PT. Cambric Primissima berdasarkan akte notaris R. Soerojo Wongsodjojo, SH. Jakarta No. 31 tahun 1971, yang selanjutnya disebut PT. Primissima. PT. Primissima merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil, yang merupakan perusahaan patungan (Joint Venture) antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pengusaha swasta nasional yang tergabung dalam GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dengan tujuan semula untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku batik halus yang berupa kain Primissima (mori) dimana sebelumnya diimpor dari RRC, India, dan Jepang.

Pada tahun 1971 perusahaan mulai membangun pabriknya yang berlokasi di Medari Sleman, Yogyakarta. Pabrik I ini mulai berproduksi pada tanggal 2 Februari 1972 setelah diresmikan oleh Bapak Menteri EKUIN yang pada waktu itu dipegang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pabrik I ini mampu menampung kapasitas pemintalan 9.072 mata pintal dan 180 buah mesin tenun, lengkap dengan mesin-mesin persiapan yang seluruhnya didatangkan dari Eropa. Produksinya mencapai kurang lebih 4.000.000 yard pertahun dengan jumlah karyawan pada waktu itu adalah 250 orang.


(62)

Pada awal Maret 1974, PT. Primissima mengadakan perluasan tahap pertama (pabrik II). Pabrik II diresmikan pada tanggal 7 Agustus 1976 oleh Bapak Presiden RI yang pada waktu itu dijabat oleh Soeharto. Pada perluasan ini diadakan penambahan mesin pintal sebanyak 20.160 mata pintal dan 372 buah mesin tenun. Dengan perluasan ini, PT. Primissima berhasil meningkatkan jumlah karyawan sebanyak 560 orang.

PT. Primissima mengadakan perluasan tahap kedua (Pabrik III) yang dibangun mulai Juni 1981 dan selesai atau diresmikan pada tanggal 29 Maret 1984 oleh Bapak Ir. Hartarto yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian RI. Pada perluasan ini diadakan penambahan mesin pintal sebanyak 360.288 mata pintal dan 692 mesin tenun, sedangkan penambahan karyawan sebanyak 1.315 orang. Hasil produksi pertahun adalah 20.000.000 yard.

Pada bulan April 1994, pabrik I direnovasi, yaitu penggantian 180 mesin Loom dengan 60 Mesin Air Jet Loom (AJL), dan mulai produksi pada bulan Oktober 1994. Produksi pertahun untuk pemintalan sebesar 2.900 ton, sedangkan kain tenunnya menghasilkan 20.000.000 yard dengan jumlah karyawan 1.235 orang.

Bulan Oktober 1999, PT. Primissima menambah mesin Air Jet Loom (AJL) sebanyak 4 buah, bulan Juni 2001menambah 32 mesin AJL, dan bulan Agustus 2001 menambah 8 Mesin AJL. Dengan penambahan ini, perusahaan dapat menghasilkan 24.000.000 yard kain tenun dengan jumlah tenaga kerja seluruhnya sebanyak 1.217 orang.


(63)

Modal awal PT. Primissima terdiri atas bantuan (grant) Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk mesin. Nilai mesin tersebut merupakan saham pemerintah RI (Departemen Keuangan RI), sedangkan harga tanah, bangunan pabrik, perumahan dinas dan biaya pemasangan mesin dari pihak GKBI yang merupakan saham Gabungan Koperasi Batik Indonesia.

Pembangunan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 54 / 1970 ditetapkan modal dasar sebesar Rp. 1.230.000.000,- yang terdiri atas:

a. Saham Negara Republik Indonesia Rp. 730.000.000,00

b. Saham GKBI Rp. 500.000.000,00

Sehingga perbandingan saham saat didirikan sebagai berikut:

1. Pemerintah Republik Indonesia : 59,35 %

2. Gabungan Koperasi Batik Indonesia : 40,65 %

Pada awal tahun 1990, Gabungan Koperasi Batik Indonesia berhasil menambah kepemilikan sahamnya. Sehingga komposisi perbandingan saham Pemerintah RI dan GKBI menjadi:

1. Pemerintah Republik Indonesia : 52,79 %

2. Gabungan Koperasi Batik Indonesia : 47,21 %

Hasil produksi PT. Primissima berupa mori halus Primissima yang digunakan sebagai bahan utama untuk membuat kain batik halus yang disebut kain batik Primissima. Penjualan produk dilakukan dengan saluran penjualan


(64)

melalui koperasi-koperasi batik primer di daerah masing-masing yang tergabung dalam GKBI.

B. Lokasi Perusahaan

PT. Primissima menempati areal tanah seluas 73.738 m2 yang terbagi atas 35.513 m2 untuk bangunan pabrik, dan 39.225 m2 untuk jalan, garasi, dan tanah lapang. Letak perusahaan berada di Medari Sleman, Yogyakarta, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Letaknya berada di dekat jalan besar, sehingga mempermudah

komunikasi dan transportasi bagi bahan baku maupun produk yang akan dipasarkan.

b. Perusahaan mudah memperoleh tenaga kerja dari penduduk sekitarnya.

c. Tanah di sekitar pabrik itu masih luas sehingga memungkinkan adanya

perluasan pabrik.

d. Letaknya agak di pinggir kota, sehingga polusi udara dan suara tidak

mengganggu masyarakat di sekitarnya.

Dengan pertimbangan lokasi yang cukup matang tersebut akan membantu perusahaan dalam beroperasi dan berproduksi sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

C. Organisasi dan Bentuk Perusahaan

Karena saham Pemerintah Repubilk Indonesia lebih dari 50 %, maka PT. Primissima berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


(65)

Untuk memperoleh gambaran mengenai bagian-bagian yang ada dalam perusahaan, maka disajikan struktur organisasi PT. Primissima. Bentuk struktur organisasi PT. Primissima adalah struktur organisasi garis dan fungsional, yaitu kekuasaan dari pimpinan dilimpahkan kepada bawahan. Dalam struktur ini setiap direksi mempunyai wewenang yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang ada. Pimpinan PT. Primissima dipegang oleh anggota direksi yang terdiri dari 4 Direktur, yaitu:

1. Direktur Utama

Direktur utama diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan membawahi tiga direktur, yaitu: Direktur Produksi, Direktur Administrasi dan Direktur Komersial. Tugas dari Direktur Utama adalah mengkoordinasi seluruh bagian dan kegiatan di dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.

2. Direktur Produksi

a. Tugas

1). Menetapkan dan mengendalikan pelaksanaan rencana produksi

2). Melaksanakan kegiatan pengadaan bahan baku, bahan pembantu,

suku cadang dan accessories.

b. Wewenang

1). Menetapkan rencana dan pengendalian penyediaan mesin-mesin

2). Mengatur kegiatan teknis dan pemeliharaan peralatan produksi

3). Mengkoordinir usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka


(66)

c. Tanggung Jawab

Direktur produksi bertanggungjawab atas sistem administrasi produk dan teknis.

3. Direktur Administrasi dan Keuangan

a. Tugas

1). Menyusun RAPBN perusahaan yang akan diajukan pada Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan rencana kerja yang telah ditetapkan oleh direksi

2). Mengelola sistem administrasi dan menguasai serta mengamankan

kekayaan milik perusahaan

b. Wewenang

1). Mengelola perbendaharaan perusahaan

2). Melakukan hubungan dengan pihak luar baik dari instansi

pemerintah, swasta, maupun pihak asing kaitannya dengan kegiatan administrasi.

c. Tanggung Jawab

1). Mengatur pelaksanaan anggaran berdasarkan RAPBN perusahaan

yang telah disahkan oleh RUPS

2). Mengelola kegiatan ketatausahaan, pelayanan umum, perawatan

kesehatan dan kerumahtanggaan serta kegiatan-kegiatan protokoler yang ada di lingkungan perusahaan


(67)

4. Direktur Komersial

a. Tugas

1). Menyusun serta melaksanakan rencana-rencana dari penjualan

tahunan

2). Melaksanakan pengadaan barang-barang umum atas permintaan

direktorat-direktorat lain

b. Wewenang

1). Menetapkan pedoman dan kebijaksanaan penjualan hasil produksi 2). Mengelola kegiatan penyelenggaraan riset dan promosi

c. Tanggung Jawab

1). Mengatur pelaksanaan anggaran berdasarkan RAPBN perusahaan

yang telah disahkan oleh RUPS

2). Mengamankan pelaksanaan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT)

pada direktoratnya

5. Kepala Departemen Personalia

a. Tugas

1). Menyusun rencana kebutuhan personil perusahaan

2). Mengelola sistem penggajian dan jaminan sosial karyawan

3). Mengatur kerja serta mengurusi mutasi, demosi dan penilaian

konduite untuk karyawan bagian personalia

b. Wewenang

1). Melakukan analisis secara berkala atas perkembangan bidang


(68)

2). Merencanakan program pendidikan dan pelatihan karyawan baik di dalam maupun di luar negeri

c. Tanggung Jawab

1). Menyelenggarakan pembinaan personil dan personalia

2). Mengatur pembinaan karyawan di bidang kesehatan, pembinaan

mental

6. Kepala Departemen Keuangan

a. Tugas

1). Menyusun dan melaporkan posisi keuangan perusahaan secara

berkala

2). Menyusun dan menginventarisasi kekayaan perusahaan yang

berupa aktiva dan passiva perusahaan

b. Wewenang

Melakukan kegiatan-kegiatan transaksi perusahaan dan meyusun administrasinya termasuk pula kelengkapan dokumennya

c. Tanggung Jawab

Melaksanakan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) di Departemen Keuangan

7. Kepala Departemen Komersial

a. Tugas

1). Mengelola penjualan barang yang meliputi hasil produksi


(69)

sah dan lengkap atau tidaknya jaminan (surat berharga sehubungan dengan penjualan kredit)

2). Mengelola pengadaan barang yang meliputi penerimaan barang,

menyimpan dan pemeliharaan barang, barang inventaris, tools, dan bahan pembantu, spare part dan accessories

b. Wewenang

Mengelola penelitian pasar dan promosi

c. Tanggung Jawab

Melakukan analisis berkala atas pelaksanaan tugasnya di bidang penjualan dan pengadaan

8. Kepala Departemen Pemintalan

a. Tugas

1). Mengatur dan merawat semua alat kerja yang ada dibagiannya

2). Membantu pengadaan kebutuhan tenaga kerja, bahan baku,

mesin-mesin dan alat produksi

3). Memproduksi benang dan kapas dengan kualitas dan kuantitas

sebaik mungkin sesuai dengan rencana

b. Wewenang

Mengadakan hubungan dengan Kepala Departemen lainnya di dalam lingkungan perusahaan demi lancarnya produksinya

c. Tanggung Jawab

Melaksanakan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) di Departemen Pemintalan


(70)

9. Kepala Departemen Penenunan

a. Tugas

1). Merencanakan produksi dan tiap-tiap macam produksi dengan

menyelesaikan rencana yang disusun oleh Direktorat Keuangan dan Pemasaran

2). Menentukan alokasi mesin untuk macam-macam produksi

3). Membuat percobaan produk baru yang sekiranya akan laku di

pasaran

4). Menghitung kebutuhan akan benang, baik nomornya maupun

beratnya

5). Menentukan cutting (pcs)

b. Wewenang

Mengkoordinir semua aktivitas departemen

c. Tanggung Jawab

Melaksanakan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) di Departemen Penenunan

10.Kepala Departemen Teknik Umum

a. Fungsi Pokok

Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan maintenance, overhaul, rehabilitasi, dan pemasangan baru dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan umum direksi


(71)

b. Tugas

1). Mengawasi kegiatan mesin-mesin, reparasi listrik untuk mencapai hasil yang maksimal

2). Menyelenggarakan kebutuhan suku cadang dan alat-alat proses

produksi

3). Perawatan, perbaikan dan penyempurnaan bangunan

c. Wewenang

Mengadakan hubungan dengan Kepala Deaprtemen lainnya di dalam perusahaan

d. Tanggung Jawab

Melaksanakan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) di Departemen Teknik Umum

11.Kepala Biro Pengendalian Intern/Satuan Pengawasan Intern (SPT)

a. Tugas

1). Mengkoordinir kepala-kepala bagian dalam pelaksanaan intern

2). Mengadakan analisa atau evaluasi perusahaan di segala aspek

kegiatan bulanan, triwulan, semester maupun tahunan

b. Tanggung Jawab

Melaksanakan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) di biro pengendalian dan mengawasi PMT di seluruh bagian perusahaan.


(1)

B. Keterbatasan Penulisan

1. Dalam penelitian ini, penulis hanya memperoleh data dari tahun 1998-2003 sehingga penulis tidak dapat memberikan keadaan keuangan secara menyeluruh dan penulis hanya mengetahui kondisi keuangan dari tahun 1998-2003.

2. Dalam menganalisis data-data yang ada, penulis hanya berdasarkan hasil interpretasi penulis sesuai dengan kemampuan penulis.

3. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil selama dilakukannya penelitian, sehingga tidak menutup kemungkinan keadaan perusahaan berubah untuk masa mendatang.

C. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis akan memberikan saran-saran yang berkaitan dengan perkembangan kecukupan arus kas yang dapat menjadi dasar pertimbangan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan pada periode-periode selanjutnya. Adapun saran-saran yang diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Dalam melakukan pembelanjaan perusahaan harus memperhatikan sumber dan penggunaan dana, sumber diperoleh dari mana sehingga dalam pembelanjaan jangka panjang didanai oleh sumber dana jangka panjang dan juga pembelanjaan jangka pendek didanai oleh jangka panjang atau sumber dana jangka pendek sehingga pembelanjaan yang dilaksanakan tepat.


(2)

2. Penggunaan arus kas dari tahun 1998-2003 memang sudah semakin efisien, akan tetapi perusahaan perlu memperhatikan tingkat perputaran arus kas dan unsur-unsur yang membentuk arus kas tersebut. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian adalah perputaran piutang. Dimana piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit, yang dapat ditingkatkan dengan cara memperketat syarat penjualan kredit, artinya waktu pembayarannya diperpendek, misalnya dengan cara memberikan potongan bagi yang melakukan pembayaran lebih cepat dari waktu yang ditentukan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE UGM.

Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. 2002. Analisis Laporan Keuangan: Konsep Dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Efraim Ferdinand Giri. 1995. Akuntansi Keuangan I. Yogyakarta: Bagian Penerbit STIE YKPN.

Howell, Robert A. 1987. Management Accounting in Manufacturing Environment, Montvale: National Association of Accountant.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Penerbit P.T. Salemba Empat.

Nugroho Budiyuwono. 2001. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP YKPN.

Suad Husnan dan Eny Pudjiastuti. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sofyan Syafri Harahap. 1996. Teori Akuntansi: Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Woelfel, Charles J. (alih bahasa Herman Wibowo). 1995. Memantau Kesehatan Perusahaan Melalui Laporan Keuangan. Jakarta: Abdi Tandur.


(4)

DAFTAR PERTANYAAN

1. Sejarah Perusahaan

a. Kapan perusahaan berdiri? b. Apa nama perusahaan?

c. Kapan perusahaan mulai beroperasi? d. Darimana modal perusahaan diperoleh?

e. Apakah perusahaan mengadakan kerjasama dengan perusahaan atau lembaga lain?

2. Lokasi Perusahaan

a. Dimana perusahaan didirikan?

b. Atas alasan apa pemilihan lokasi tersebut?

c. Berapa luas bangunan perusahaan dan berapa luas tanah perusahaan? d. Apakah perusahaan memiliki lokasi tersebut di atas?

e. Apakah perusahaan memiliki kantor cabang di lain daerah? 3. Organisasi Dan Bentuk Perusahaan

a. Apakah bentuk badan usaha perusahaan? b. Bagaimana struktur organisasi perusahaan?

c. Bagaimana tugas, wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dalam perusahaan?

4. Personalia

a. Berapa karyawan yang bekerja pada perusahaan?


(5)

c. Bagaimana sistem kompensasi yang dilaksanakan di perusahaan? d. Fasilitas apa yang diberikan kepada karyawan perusahaan?

5. Produksi

a. Berapa kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan pada saat ini? b. Berapa kapasitas maksimal produksi perusahaan?

c. Bahan baku apa saja yang dipakai perusahaan? d. Berapa jumlah bahan baku yang dipakai perusahaan?

e. Berapa dan apa saja jenis barang yang diproduksi perusahaan? 6. Keuangan

a. Berapa penjualan pada periode akuntansi 1999-2003? b. Berapa kas tersedia selama periode akuntansi 1999-2003? c. Dari sumber mana saja perusahaan mendapatkan dana kas? d. Dalam hal apa saja perusahaan menggunakan dana kasnya?


(6)

STRUKTUR ORGANISASI PT. PRIMISSIMA MEDARI – YOGYAKARTA

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR ADM & KEU

DIREKTUR KOMERSIAL DIREKTUR PRODUKSI DEPARTEMEN PERSONALIA DEPARTEMEN KEUANGAN DEPARTEMEN KOMERSIAL DEPARTEMEN SPINNING DEPARTEMEN WEAVING DEPARTEMEN TEKN UMUM SPI SAT PAM UNI

T 1 & 2

KEPEGAW

SEKRET

A

RIAT

KSJ&DL UANG A

KUNTANSI LOGISTIK PMS SIMPAN UNIT 3

UT

IL

IT

Y

LISTRIK

PPK ASS OP ASS AK

A

SS ORG

PRS LOO M 1-2 PERS LOO M 3 PEMMSN GREY FINISHING BANGUNAN A

PEM MSN