Industri Kreatif Rumah Tangga Studio Pro (1)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia serta rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Analisis Rencana Kawasan Industri Kreatif Rumah Tangga tahun 2015-2019. Laporan Analisis Industri Kreatif Rumah Tangga merupakan penjabaran mengenai proses analisis dalam Industri Kreatif Rumah Tangga di Kota Surakarta.
Di dalam Laporan Analisis ini akan dilakukan analisis sektoral untuk memverifikasi isu awal yang telah didapatkan serta karakterisrik spesifik dari wilayah studi. Tujuan penyusunan Laporan Analisis adalah Memverifikasi isu awal untuk mendapatkan isu strategis wilayah.
Dalam penyusunan Laporan Analisis Rencana Kawasan Industri Kreatif Rumah Tangga Tahun 2015-2019 ini Tim Penyusun telah banyak mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang berkompeten demi kesempurnaan buku laporan ini, untuk itu kami mengucapkan terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya kepada semua pihak yang terkait.
Dalam penyusunan Laporan Analisis Kawasan Industri Kreatif Rumah Tangga Tahun 2015-2019 ini kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan kami. Akhir kata, kami berharap semoga laporan analisis ini dapat bermanfaat bagi semu pihak yang berkepentingan dandapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu terutama dibidang perencanaan wilayah dan kota.
Surakarta, Juni 2014
Tim Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan lokasi geografis antara 110˚45’15” dan 110˚45’35” BT dan 7˚36’00” dan 7˚56’00” LS. Kota ini memiliki 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarsari, Jebres, Pasar Kliwon, Laweyan, dan Serengan dengan luas total kota sebesar 4,406 Ha. Dari 5 kecamatan tersebut, terbagi lagi kedalam 51 kelurahan dengan pembagian pada masing-masing kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarsari sebanyak 13 kelurahan, Jebres sebanyak 11 kelurahan, Pasar Kliwon sebanyak 9 kelurahan, Laweyan sebanyak 11 kelurahan, serta Serengan sebanyak 7 kelurahan. Secara administrasi, batas wilayah Kota Surakarta di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, dan di sebelah barat dan timur dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
Kota Surakarta memiliki banyak sentra industri kreatif rumah tangga, salah satunya adalah pada bagian selatan kota yaitu pada wilayah Kecamatan Serengan. Pada kawasan terdeliniasi yang meliputi Kelurahan Tipes, Serengan, Kratonan, Danukusuman, dan Joyotakan, terdapat berbagai macam jenis industri kreatif rumah tangga. Dari segi kependudukan pun terlihat sebagian besar penduduk berusia produktif serta bermata pencaharian pada sektor industri.
Daerah kawasan studi juga memiliki keadaan alam yang relatif datar serta dekat dengan sungai sehingga menjadikan kawasan tersebut padat penduduk. Padatnya penduduk ini menyebabkan industri kreatif rumah tangga sulit berkembang dikarenakan permasalahan lahan, walaupun dari segi sarana prasarana dan transportasi telah memenuhi kriteria standar pelayanan. Sarana prasarana pendukung kegiatan industri kreatif rumah tangga telah tersedia dengan kondisi yang cukup baik, diantarana toko pemasaran produk, tempat pembuangan sampah, jaringan drainase, listrik, dan komunikasi.
Pemerintah Kota Surakarta sendiri melalui kebijakannya telah menjadikan industri kreatif sebagai salah satu basis dalam mencapai tujuan Kota Surakarta dalam RTRW Kota Surakarta tahun 2012-2032. Untuk mewujudkannya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Surakarta telah membuat Rencana Strategis mengenai pengembangan industri kecil dan menengah. Disperindag dapat bekerjasama dengan lembaga paguyuban dalam masyarakat industri untuk menurunkan program-programnya, namun sayangnya paguyuban ini tidak berjalan dengan aktif sehingga terdapat kesulitan dalam sosialisasi kepada pelaku industri.
Hal tersebut sangat disayangkan karena industri kreatif rumah tangga di kawasan studi memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Pemasaran produk tidak hanya pada skala lokal, namun sudah ada yang menjangkau hingga nasional bahkan internasional. Selain menambah pendapatan untuk Kota Surakarta, industri kreatif rumah tangga di kawasan studi ini dapat turut memperkenalkan budaya lokal ke tingkat nasional dan internasional. Sehingga diperlukan optimalisasi pengembangan yang sinergis antar semua elemen, baik dari wadah industri itu sendiri yaitu permasalahan kemampuan dan kesesuaian lahan, dari segi aktivitas industri kreatif yang meliputi sosial budaya penduduk serta pelayanan sarana prasarana, dan segi jaringan (networking) untuk keperluan pemasaran produk.
Sesuai dengan hirarkhi rencana bahwa setelah terbentuk isu awal, perlu dilakukan verifikasi ulang terhadap isu-isu yang disebutkan di atas yaitu dengan cara mengumpulkan data lapangan melalui survei dan menganalisis data-data tersebut untuk mendapatkan isu strategis dan karakteristik spesifik wilayah yang telah terverifikasi. Di dalam dokumen ini akan dilakukan analisis sektoral untuk memverifikasi isu awal yang telah didapatkan serta karakterisrik spesifik dari wilayah studi.
1.2. Tujuan
Memverifikasi isu awal untuk mendapatkan isu strategis wilayah
1.3. Sasaran
• Mengumpulkan kebutuhan data untuk keperluan analisis • Melakukan analisis sektoral dan multisektoral berdasarkan kerangka analisis • Membuat SWOT sektoral dan intersektoral terintegrasi • Memverifikasi isu awal berdasarkan hasil analisis untuk mendapatkan isu
strategis • Melakukan persilangan SWOT untuk memperoleh alternatif intervensi
1.4. Ruang Lingkup Analisis
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah perencanaan yang akan dijadikan sebagai daerah kajian mata kuliah Studio Proses Perencanaan adalah Kawasan Industri Kreatif yang terletak di bagian selatan Kota Surakarta, meliputi Kelurahan Serengan, Danukusuman, Joyotakan, Joyosuran dan Semanggi.
1.4.2. Ruang Lingkup Waktu
Lingkup waktu data yang dibutuhkan untuk mengkompilasi data adalah 4 tahun dengan tahun terakhir adalah tahun 2012, sehingga data yang dibutuhkan sebagai input analisis minimal dimulai dari tahun 2009 atau tahun sebelumnya.
1.4.3. Ruang Lingkup Substansi
1. Kebijakan Kelembagaan meliputi arahan pemanaatan ruang dan lembaga terkait Industri Kreatif Rumah Tangga
2. Fisik Dasar meliputi kemampuan lahan pada kawasan serta hidrologi.
3. Kependudukan dan Sosial Budaya meliputi pengetahuan penduduk tentang budaya, keterampilan penduduk dalam hal industri kreatif, serta proporsi penduduk yang bekerja di bidang industri kreatif.
4. Ekonomi meliputi originalitas produk, proses produksi, pemasaran, pembiayaan kegiatan industri serta realisasi ekspor.
5. Sarana Prasarana meliputi ketersediaan TPS, BTS, kondisi jalan serta saluran drainase.
6. Transportasi meliputi pola dan mode distribusi.
7. Tata Guna Lahan meliputi kesesuaian penggunaan lahan pada kawasan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika pelaporan proses perencanan terdiri atas 5 bagian, yaitu: • BAB I PENDAHULUAN
terdiri dari: latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup analisis, sistematika penulisan
• BAB II KAJIAN LITERATUR terdiri dari: peran analisis dalam proses perencanaan, teori analisis/ teknik
yang digunakan • BAB III METODE ANALISIS terdiri dari: data yang digunakan dan teknik pengumpulan data, proses
analisis, teknik analisis • BAB IV ANALISIS PERENCANAAN terdiri dari: analisis sistematika • BAB V KARAKTERISTIK SPESIFIK WILAYAH terdiri dari : pernyataan S.W.O.T berdasarkan aspek, S.W.O.T yang
terintegrasi, isu wilayah yang diverifikasi dengan karakteristik spesifik wilayah
BAB II KAJIAN LITERATUR
2.1 Peran Sektor Tabel 2.1 Peran Analisis Dalam Proses Perencanaan
Sektor
Kondisi yang
Aspek Penunjang
Sub Isu
Analisis Diharapkan
Jumlah industri
Kependudukan
• Analisis perkembangan
industri kreatif
jumlah dan
rumah tangga
jumlah industri kreatif
rumah tangga
kualitas industri diharapkan rumah tangga yang
yang
kreatif rumah
• Analisis industri potensial
budaya
Sifat industri rumah Kependudukan
• Analisis kemampuan
tangga yang
SDM dalam industri
semakin kreatif
Ekonomi
• Analisis produk industri berbudaya yang potensial
Dukungan
Kebijakan
• Analisis program kerja
pemerintah untuk
Disperindag terkait
pengembangan
pengembangan industri
industri
Masuknya ciri
• Analisis rantai produksi budaya
Proses industri
Ekonomi
pada industri kreatif Surakarta dalam menggunakan produk industri
yang diharapkan
keterampilan lokal keterampilan lokal
Terjadinya
• Analisis lembaga keterkaitan
Adanya wadah
Kelembagaan
industri dalam kawasan (aglomerasi)
kerjasama antar
• Analisis program kerja antar industri
industri rumah
tangga dalam
paguyuban industri dalam kawasan
kawasan
Industri kreatif
Industri kreatif
Hasil produksi
Ekonomi
• Analisis rantai
belum mampu
mampu
meningkat baik
produksi industri
meningkatkan
menyejahteraka kualitas maupun kreatif
taraf hidup
n taraf hidup
kuantitas sehingga
penduduk di
penduduk di
mempunyai nilai
kawasan studi
kawasan studi
jual lebih dan mampu meningkatkan penghasilan penduduk di kawasan studi
Jumlah industri
Ekonomi
• Analisis perkembangan
yang semakin
jumlah industri
meningkat
potensial
memunculkan lapangan kerja baru
• Analisis proporsi mampu menjadi kerja berasal dari
Industri kreatif
Penyerapan tenaga
Kependudukan
penduduk yang sumber mata
berkerja di bidang pencaharian
kawasan studi
industri yang mampu
• Analisis proporsi menyejahteraka
penduduk usia n taraf hidup
produktif yang berkerja penduduk yang
di bidang industri ada di kawasan
studi
Terpenuhinya
• Analisis ketersediaan, kebutuhan
Meningkatkan
Infrastruktur
jangkauan dan sarana prasarana kualitas sarana
kuantitas dan
kebutuhan sarana di kawasan studi prasarana
prasarana permukiman guna
permukiman
peningkatan kesejahteraan penduduk
Pemilik industri Peran
Adanya peraturan
Kebijakan
• Analisis program kerja
kreatif
pemerintah
perundangan terkait
Disperindag terkait
dikhawatirkan
dalam
pembatasan produk
pengembangan
beralih profesi
produk impor
• Analisis program kerja
impor karena
pemerintah dalam
Disperindag terkait
kalah saing
mendukung
pengembangan industri
pembatasan produk impor
Kondisi sarana
• Analisis ketersediaan
prasarana
kualitas sarana
penggunaan sarana
sarana prasarana
pendukung industri proses produksi untuk
menghambat
dan prasarana
dan prasarana
penunjang
kreatif rumah tangga
dan distribusi
menunjang
distribusi produk
produk industri kelancaran
industri kreatif
kreatif rumah
produksi dan
rumah tangga
tangga
distribusi
produk • Analisis ketersediaan
Pengoptimalan
Infrastruktur
penggunaan sarana
sarana prasarana
dan prasarana
pendukung industri
penunjang produksi
kreatif rumah tangga
produk industri kreatif rumah tangga
Kemudahan akses
Transportasi
• Analisis Sistem
dari dan menuju ke
Pergerakan Pergerakan
• Analisis Persediaan
produk
Sarana Prasarana
Peran
Kelembagaan
• Analisis lembaga
organisasi/lembaga
industri dalam kawasan
dalam mendukung kelancaran pembangunan sarana prasarana
Ketersediaan
Ekonomi
• Analisis kemampuan
sumber dana
pelaku indsutri untuk
pengembangan
mengakses pinjaman
Adanya pelanggan
Ekonomi
• Analisis rantai produksi
tetap yang
industri kreatif rumah
diharapkan mampu
tangga
mempertahankan keberadaan industri kreatif rumah tangga
Adanya jaringan
Ekonomi
• Analisis rantai produksi
pemasaran yang luas
Kesesuaian dengan Kebijakan
• Analisis pemanfaatan
kebijakan
ruang sesuai dengan
pemerintah
arahan RTRW
Teroptimalkann Kesesuaian Tata Guna Lahan • Analisis kesesuaian ya daya dukung penggunaan lahan
penggunaan lahan lahan di
industri rumah tangga kawasan industri kreatif rumah
Tata Guna Lahan • Analisis ketersediaan tangga
Kemampuan daya
tampung lahan
ruang terbuka hijau
industri kreatif
• Analisis ketersediaan • Analisis ketersediaan
cadangan lahan untuk peruntukan industri kreatif rumah tangga
Fisik Dasar
• Analisis kemampuan lahan dan keadaaan hidrologi
Keseuaian keadaan Fisik Dasar
• Analisis kemampuan
hidrologi yang
lahan dan keadaaan
mendukung
hidrologi
kegiatan industri kreatif rumah tangga
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Aspek Kebijakan dan Kelembagaan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.
Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.
2.2.1.1 Arahan Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta
Kawasan I diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pariwisata, budaya, perdagangan, jasa dan olah raga sebagai pusat pariwisata (budaya), perdagangan dan jasa, olah raga serta industri kreatif;
Kawasan II diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pariwisata, olah raga dan perdagangan/jasa sebagai pusat pariwisata, olah raga dan industri kreatif;
Kawasan III diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk permukiman perdagangan dan jasa sebagai pusat permukiman dan perdagangan dan jasa;
Kawasan IV diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecil dan industri ringan,; Kawasan V diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pariwisata, pendidikan tinggi dan industri kreatif ; Kawasan V diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pemerintahan, pariwisata budaya, perdagangan dan jasa.
2.2.2 Aspek Fisik Dasar Kemampuan Lahan
Lahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Banyak contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik potensi sumber daya alamnya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau kawasan. Hal ini dilakukan supaya pemanfaatan lahan dalam mengembangkan kawasan perencanaan dapat dilakukan dengan optimal dengan tidak mengeksploitasi Sumber Daya Alam yang ada.
Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan
Analisis fisik dan lingkungan diperlukan untuk mengetahui kemampuan lahan sesuai peruntukkan arahan pemerintah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, agar pemanfaatan lahan untuk pengembangan wilayah dapat sesuai dengan kemampuan lahan perencanaan.
Analisis fisik dan lingkungan dilakukan dengan menghitung masing-masing Satuan Kemampuan Lahan (SKL), berikut akan dijelaskan masing-masing Satuan Kemampuan Lahan dan sasaran yang terdapat pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Teknik Analisi aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
2.2.2.1 SKL Morfologi
Melakukan pemilahan bentuk bentang alam/morfologi pada wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya.
Sasaran • Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan
sebagai perkotaan dilihat dari segi morfologinya. • Mengetahui potensi dan kendala morfologi masing-masing tingkatan
kemampuan lahan terhadap morfologi.
2.2.2.2 SKL Kemudahan Dikerjakan
Melakukan analisis guna mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/pengembangan kawasan.
Sasaran • Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk digali, ditimbun,
ataupun dimatangkan dalam proses pembangunan unutk pengembangan kawasan.
• Mengetahui potensi dan kendala dalam pengerjaan masing-masing.
2.2.2.3 SKL Kestabilan Lereng
Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah dan/atau kawasan dalam menerima beban pada pengembangan wilayah dan/atau kawasan. Sasaran • Mengetahui gambaran tingkat kestabilan lereng unutk pengembangan
wilayah dan/atau kawasan. • Mengetahui daerah-daerah yang berlereng cukup aman untuk dikembangkan
sesuai dengan fungsi kawasan.
2.2.2.4 SKL Kestabilan Pondasi
Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.
Sasaran • Mengetahui gambaran daya dukung tanah secara umum • Memperoleh gambaran tingkat kestabilan pondasi di wilayah dan/atau
kawasan
2.2.2.5 SKL Ketersediaan Air
Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat ketersediaan air guna pengembangan kawasan, dan kemampuan penyediaan air masing-masing tingkatan.
Sasaran • Mengetahui kualitas dan kuantitas air untuk pengembangan kawasan
• Mengetahui sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
pengembangan kawasan, dengan tidak menganggu keseimbangan tata air.
2.2.2.6 SKL Drainase
Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkina genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari.
Sasaran • Mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menyerap air • Mengetahui daerah-daerah yang cenderung tergenang saat musim penghujan
2.2.2.7 SKL Terhadap Erosi
Melakukan analisi untuk mengetahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi. Sasaran
• Mengetahui tingkat keterkikisan tanah di kawasan perencanaan • Mengetahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi
2.2.2.8 SKL Terhadap Bencana Alam
Melakukan analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk menghindari/mengurangi kerugian akibat bencana itu.
Sasaran • Mengetahui tingkat kemampuan kawasan perencanaan terhadap berbagai
bencana alam • Mengetahui daerah-daerah yang rawan bencana alam pada kawasan
perencanaan
Tabel 2.1. Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan
Total Nilai Kelas Kemampuan Klasifikasi Pengembangan
Lahan
A Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah
B Kemampuan Pengembangan Rendah
C Kemampuan Pengembangan Sedang
110 – 134
D Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi
135 – 160
E Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi Sumber : Modul permen no 20 tahun 2007 Berdasarkan tabel klasifikasi kelas kemampuan lahan dapat diketahui arahan pemanfaatan ruang. Arahan pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kesesuaian lahan kawasan studi. Kesesuaian lahan ini ditentukan oleh beberapa aspek. Indikator yang digunakan adalah dari standar Kementrian Ummum yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel. 2.2. Indikator Arahan Pemanfaatan Ruang Kemampuan Pengembangan
Arahan Rendah
Kemampuan Lahan
Sangat Rendah
Kawasan Lindung
Agak Rendah
Rendah
Kawasan Penyangga
Sedang
Sedang
Kawasan Budidaya Terbatas
Agak Tinggi
Agak Tinggi
Kawasan Budidaya
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi
Kawasan Budidaya Sumber : Modul permen no 20 tahun 2007
2.2.3 Aspek Kependudukan
2.2.3.1 Kependudukan
Studi kependudukan merupakan studi mengenai hubungan antara faktor- faktor perubahan penduduk dan faktor-faktor pembangunan. Sedangkan penduduk adalah semua orang yang berdomisili di suatu wilayah selama 6 bulan atau lebih dan atau yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Penduduk juga bisa diartikan sebagai orang yang tinggal di suatu daerah tertentu dan mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah tersebut.
Penduduk bersifat dinamis yaitu selalu mengalami perubahan, baik perubahan naik (pertambahan jumlah) maupun pertumbuhan turun (pengurangan jumlah). Faktor-faktor yang menyebabkan dinamika penduduk ini antara lain: kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi. Keterkaitan antara perubahan penduduk dengan pembangunan dapat digambarkan dalam diagram seperti berikut:
Dari diagram di atas dapat dilihat kesinambungan antar berbagai faktor. Faktor perubahan kependudukan seperti kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk akan mempengaruhi jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk. Selanjutnya jumlah, persebaran, dan komposisi penduduk dapat mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik penduduk.
Kondisi sosial, ekonomi, kebudayaan, dan politik dari penduduk tentu turut ambil bagian dalam perencanaan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum bagi penduduk tersebut. Seperti halnya lingkaran yang tidak mempunyai ujung, diagram ini terus berputar dengan kembalinya pembangunan sarana prasarana mempengaruhi kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.
2.2.3.2 Sosial Budaya Penduduk
Istilah sosial budaya menunjuk kepada dua segi kehidupan bersama manusia, yaitu segi kemasyarakatan dan segi kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki 4 unsur penting yang menentukan eksistensinya, yaitu: struktur sosial, pengawas sosial, media sosial, dan standar sosial. • Struktur Sosial, setiap masyarakat terdiri dari kelompok-kelompok untuk
memudahkan pelaksanaan tugas seperti misalnya pembagian tugas bidang pemerintahan, keamanan, pendidikan, dsb.
• Pengawas Sosial, pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan- ketentuan yang mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat, pengetahuan empiris yang digunakan manusia untuk menanggulangi lingkungan, dan pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia seperti agama.
• Media Sosial, dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya komunikasi dan relasi antar anggota masyarakatyang dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa maupun alat transportasi.
• Standar Sosial, standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku anggota masyarakat serta nilai tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.
Kebudayaan merupakan keseluruhan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku para anggotanya. Kebudayaan tercipta oleh banyak faktor organ biologis manusia, lingkungan alam, lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologinya. Masyarakat yang berbudaya membentuk pola budaya disekitar satu atau beberapa fokus budaya. Fokus budaya dapat berupa nilai, misalnya: keagamaan, ekonomi, ideologi dan sebagainya.
Oleh karena itu pengertian sosial budaya, dapat dirumuskan sebagai kondisi masyarakat (bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
2.2.3.3 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. SDM atau dapat juga disebut tenaga kerja berasal dari penduduk usia produktif, yaitu usia antara 15-59 tahun. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam menopang jalannya suatu rantai perekonomian karena tenaga kerja adalah subjek yang menjalankan proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Dengan demikian, tenaga kerja seharusnya Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam menopang jalannya suatu rantai perekonomian karena tenaga kerja adalah subjek yang menjalankan proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Dengan demikian, tenaga kerja seharusnya
2.2.3.4 Kemampuan Sumber Daya Manusia
Kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) seringkali dihitung dengan menggunakan rumus IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dengan menggunakan standar yang dikeluarkan oleh UNDP (United Nation Development Programme ).
Secara khusus, IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pedapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimenso tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi pegetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli.
• Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu jumlah kelahiran dan kematian penduduk dalam suatu wilayah.
• Tingkat Pendidikan Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun • Tingkat Pendidikan Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indikator yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun
• Standar Hidup Layak Dalam cakupan yang lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi.
Komponen IPM tersusun atas tiga komponen yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka meek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot duapertiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga). serta tingkat kehidupan yang layak diukur dengan pengeluaran perkapita penduduk.
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimun dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Angka IPM yang diperoleh akan terdapat pada range 0-100, semakin tinggi angka IPM berarti semakin berkualitas pula SDM pada wilayah yang dihitung. Rumus IPM dapat dilihat sebagai berikut:
1 IPM = ( 𝑋1 + 𝑋2 + 𝑋3)
Keterangan: IPM = Indeks Pembangunan Manusia
X1 = Indeks harapan hidup X2 = Indeks pendidikan X3 = Indeks standar hidup layak
2.2.3.5 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah dengan satuan luas wilayah tersebut. Kepadatan penduduk berhubungan erat dengan jumlah penduduk dan tingginya perubahan penduduk di suatu wilayah. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk tinggi dengan laju Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah dengan satuan luas wilayah tersebut. Kepadatan penduduk berhubungan erat dengan jumlah penduduk dan tingginya perubahan penduduk di suatu wilayah. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk tinggi dengan laju
Tingginya tingkat kepadatan penduduk memberikan konsekuensi pada aspek-aspek kependudukan lain. Penduduk yang padat tentu memerlukan lahan yang lebih luas serta sarana prasarana yang lebih banyak. Kepadatan tinggi juga bisa berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat terkait. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus didasarkan pada pendekatan besaran kepadatan penduduk. Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan, didasarkan pada beberapa ketentuan khusus:
• Besaran standar ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan penduduk <200 jiwa/ha;
• Untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa sarana dapat
dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh;
• Untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan
• Perencanaan prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan
harus direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan keberadaan prasarana dan sarana yang telah ada dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas secara menyeluruh.
2.2.4 Aspek Ekonomi
2.2.4.1 Pengertian Ekonomi
Perekonomian memiliki peran yang penting terhadap kegiatan manusia. Ekonomi secara umum merupakan ilmu yang menyangkut tentang cara memanfaatkan sumber daya yang ada guna memenuhi segala kebutuhan dengan tujuan peningkatan kebutuhan manusia. Setiap manusia tentu memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi sendiri sehingga aktivitas ekonomi muncul sebagai dampak adanya interaksi antar manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pembangunan Ekonomi suatu bangsa merupakan pilar penting bagi terselenggaranya proses pembangunan di segala bidang. Karena jika pembangunan ekonomi suatu bangsa berhasil, maka bidang-bidang lain seperti bidang hukum, politik, pertanian, dan lain-lain akan sangat terbantu. Suatu masyarakat yang pembangunan ekonominya berhasil ditandai dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat negara tersebut. Dengan tingginya pendapatan perkapita masyarakat, maka negara dan masyarakat akan dapat lebih leluasa dalam menjalankan berbagai aktivitas pada berbagai bidang yang lain.
Aspek ekonomi ini merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Analisis ekonomi juga sangat berperan penting dalam pengembangan potensi industri di setiap kawasan, salah satunya industry kreatif rumah tangga yaitu dapat memberikan kontribusi melalui beberapa analisis yakni berupa analisis terhadap produk industri yang berbudaya, perkembangan jenis industri, industri potensial, produk potensial pada pasar, rantai produksi, pemasaran produk, alokasi dana untuk industri kreatif rumah tangga, dan kemampuan pelaku industri untuk mengakses pinjaman.
Sektor Industri merupakan suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Sektor ekonomi ini memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan.
2.2.4.2 Industri dalam Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan industri di bidang ekonomindilihat dari pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari angka Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) di kawasan tersebut. Menurut Sadono Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi diartikan Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan industri di bidang ekonomindilihat dari pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari angka Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) di kawasan tersebut. Menurut Sadono Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi diartikan
Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain pembangunan industry itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan rakyat bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuan memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikaian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.
Industri memiliki peranan sebagai leading sector , maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industry maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sector pertanian dan sector jasa, misalnya. Pertumbuhan industry yang pesat akan merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industry. Sector jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan industri seperti yang diungkapkan diatas, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja Industri memiliki peranan sebagai leading sector , maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industry maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sector pertanian dan sector jasa, misalnya. Pertumbuhan industry yang pesat akan merangsang pertumbuhan sector pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industry. Sector jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan industri seperti yang diungkapkan diatas, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja
2.2.4.3 Analisis Proses Produksi Pada Industri Kreatif 2.2.4.3.1 Pengertian Pemasaran
Sejak revolusi industri, terjadi penemuan dan perkembangan teknologi yang pesat, baik dalam teknologi mesin dan alat-alat berat, maupun dalam teknologi telekomunikasi.Perkembangan teknologi mesin dari manual sampai ke serba otomatis telah mampu mengubah mutu produk, mulai dari kemasan sampai kepada isinya yang semakin menarik dan kompetitif.Perubahan ini memaksa produsen untuk berpikir keras agar tetap eksis di dunianya.
Definisi pemasaran menurut Charles W. Lamb, Jr., Joseph F. Hair, Jr., Carl. McDaniel (2001:6)yang disadur oleh David Octareviaadalah sebagai berikut:
“Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan dilaksanakan dengan konsep-konsep, pemberian harga, promosi, dan distribusi barang-barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan individu maupun kelompok.
Sedangkan pengertian produk menurut Kotler dan Amstrong (2011:11) menyatakan bahwa: “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan.”
2.2.4.3.2 Teori Pemasaran
Pemasaran adalah aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Definisi lain menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat Pemasaran adalah aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Definisi lain menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat
Kegiatan-kegiatan dalam usaha pemasaran tidak hanya kegiatan memindahkan barang /jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen saja dengan sistem penjualan, tetapi banyak kegiatan lain yang juga dijalankan dalam kegiatan pemasaran. Penjualan hanyalah salah satu dari berbagai fungsi pemasaran. Apabila pemasar melakukan pekerjaan dengan baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan produk dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan dan mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut.
Konsep-konsep inti pemasaran dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini :
Kebutuhan
Keinginan
Pasar Permintaan
KONSEP-KONSEP
Hubungan
INTI PEMASARAN
Produk
Nilai dan Transaksi
kepuasan
Pertukaran
Gambar 2.1. Konsep-konsep Inti Pemasaran
Sumber: Hasil Analisis Tim Stupro Industri Kreatif Rumah Tangga 2014
Konsep paling pokok yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia.Dengan adanya perkembangan jaman, kebutuhan berkembang menjadi suatu keinginan mengkonsumsi suatu produk dengan ciri khas tertentu. Munculnya keinginan akan menciptakan permintaan spesifik terhadap suatu jenis produk. Seseorang dalam menentukan keputusan pembelian akan mempertimbangkan nilai dan kepuasan yang akan didapat dari mengkonsumsi suatu produk. Apabila konsumen yakin akan nilai dan kepuasan yang akan didapat, maka konsumen akan melalukan pertukaran dan transaksi juall beli barang dan jasa. Hal inilah yang mendasari terjadinya pasar.
2.2.4.4.3 Tujuan sistem pemasaran :
Secara umum, tujuan sistem pemasaran adalah sebagai berikut : • Memaksimumkan konsumsi
• Memaksimumkan utilitas (kepuasan) konsumsi • Memaksimumkan pilihan • Memaksimumkan mutu hidup Kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga, lingkungan
2.2.4.4 Analisis Industri Potensial
Karakteristik Ekonomi Dominan dalam Industri Pengertian Industri yang dipergunakan pada bagian ini diartikan sebagai
kumpulan beberapa perusahaan yang mempunyai kesamaan atribut produk dan pada umumnya mereka bersaing dengan kelompok pembeli yang sama.
• Market size ( kecil sedang besar ) • Lingkup persaingan ( lokal, regional, national, global ) • Tingkat pertumbuhan pasar dan siklus kehidupan industri • Jumlah pesaing dan besaran relatif dari masing masing perusahaan • Dorongan untuk melakukan integrasi ke depan dan ke belakang • Kemudahan dan hambatan untuk memasuki atau keluar dari jenis industri • Pengaruh perubahan teknologi terhadap inovasi proses produksi • Pengaruh skala ekonomi terhadap kegiatan manufaktur dan distribusi
produk
• Kebutuhan Modal • Tingkat keuntungan rata rata industri
Walaupun kekuatan persaingan dalam suatu industri tidak persis sama, namun secara umum , persaingan dalam suatu industri terbentuk dari lima kekuatan pembentuk persaingan.
Sebagai pedoman dasar bagai perusahaan dalam menghadapi lingkungan persaingan dalam industri, maka strategi manager dapat menerapkan beberapa pendekatan berikut
1. Melindungi perusahaan dari pengaruh lima kekuatan persaingan yang terbentuk
2. Berupaya mempengaruhi aturan persaingan dalam industri untuk kepentingan perusahaan
3. Memperkuat posisi persaingan untuk maksud agar perusahaan dapat lebih banyak bermain peran dalam persaingan
2.2.4.5 Pengertian Alokasi Dana
Dalam melaksanakan pembangunan yang terencana dan berkelanjutan, maka serangkaian kebijakan pembangunan disegala bidang harus ditempuh.
Berdasarkan rencana atau program pembangunan tersebut, pemerintah menyusun anggaran operasional keuangan, dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara atau daerah dari aspek ekonominya serta skala prioritas pembangunan dan proyeksi kemampuan keuangan negara atau daerah kedepan. Bisa dikatakan, alokasi dana atau anggaran adalahrencana kerja keuangan.
Menurut M. Munandar dalam bukunya yang berjudul “Budgeting”, memberikan definisi bahwa :
“Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlangsung untuk jangka waktu (periode) tertentu yang datang” ( 2001:1)
Sedangkan menurut M. Nafarin dalam bukunya “Penggaran Perusahaan” memberikan definisi bahwa :
“Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu” ( 2000:9)
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa alokasi dana atau anggaran adalah rencana keuangan mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu. Dengan adanya alokasi dana atau anggaran, dapat diketahui rencana penerimaan dan pengeluaran untuk suatu periode, disamping itu melalui anggaran dapat diketahui pula tercapai atau tidaknya kebijaksanaan pemerintah.
2.2.4.6 Kemampuan Pelaku Usaha Industri Kreatif Rumah Tangga untuk Melakukan Pinjaman
2.2.4.6.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah
Pengertian kecil didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu adabatasannya, yang dapat menimbulkan definisi-definisi usaha kecil dari beberapa segi.Berdasarkan UU No. 1 tahun 1995, usaha kecil dan menengah memilikikriteria sebagai berikut:
1. Kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar.
3. Milik Warga Negara Indonesia (WNI)
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaanyang dimiliki atau dikuasai usaha besar.
5. Bentuk usaha orang per orang, badan usaha berbadan hukum/tidak, termasukkoperasi.
6. Untuk sektor industri, memiliki total aset maksimal Rp 5 miliar.
7. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasilpenjualan tahunan maksimal Rp 3 miliar pada usaha yang dibiayai.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)Pengertian Usaha Kecil Menengah: Berdasarkan kuantitas tenaga kerja.Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yangmemiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa industri kreatif termasuk ke dalam usaha kecil dan menengah berdasarkan kuantitas tenaga kerjanya yaitu memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang pekerja, dari segi penjualan dibawah Rp 1 miliar rupiah serta milik perseorangan.
2.2.4.6.2 Syarat UKM mendapat kucuran dana dari Bank
Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus memenuhi tigapersyaratan
dinilai visible dan bankable bagi perbankan.Sehinggaperbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. "Tiga syarat itu adalahdokumentasi usaha yang jelas, track record yang positif, dan bisnis atau cashflow yang positif,"
agar usahanya
Seandainya aset usaha UKM tersebut tergolong besar tapi cashflownya negatif, perbankan tetap enggan mengucurkan kreditnya. Dalam halini Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerjasama membuat pelatihan bagipara pelaku UKM, agar bisa bankable sehingga bisa memperoleh pinjaman dariperbankan untuk mengembangkan usaha.
2.2.4.7 Teknik Analisis Data Kualitatif
Menurut Bogdan dan Biklen (1982) memberikan definisi bahwa: “Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencari dan mengatur secarasistematis berbagai data yang terhimpun untuk menambah pemahaman terhadap suatu objekyang diteliti. Oleh karena data yang diperoleh tidak dapat dikuantifikasikan maka analisis jugadilakukan dengan mengadakan Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencari dan mengatur secarasistematis berbagai data yang terhimpun untuk menambah pemahaman terhadap suatu objekyang diteliti. Oleh karena data yang diperoleh tidak dapat dikuantifikasikan maka analisis jugadilakukan dengan mengadakan
Miles dan Huberman (1992) mengemukakan bahwa,“...analisis data kualitatif meliputikegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan”. Ia juga mengembangkananalisis data Model Interaktif sebagaimana digambarkan di bawah ini:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Penyajian Data
Tahap-tahap di atas hendaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga proses analisis dan interpretasi tersebut diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2.2.5 Aspek Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan alat yang disediakan untuk dapat mencapai maksud dan tujuan dalam melaksanakan segala aktifitas. Sarana tidak dapat berfungsi dengan baik apabila tidak di seimbangi dengan prasarana yang baik juga, karena prasarana sebagai alat penunjang utama atau sebagai kelengkapan dasar lingkungan guna meningkatkan kelancaran aktifitas masyarakat sebagai pengguna sarana dan prasarana. Demikian pula dengan kegiatan industri rumah tangga yang membutuhkan sarana dan prasarana berupa prasarana pengelolaan sampah, prasarana listrik, sarana pengelolaan limbah, jaringan saluran drainase, sarana toko pemasaran dan jaringan komunikasi.
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, lingkungan perumahan merupakan tempat berteduh Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, lingkungan perumahan merupakan tempat berteduh
Tabel 2.3. Standar Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Kriteria Skala
Lokasi dan Pelayanan
Jenis Sarana
Taman Kanak-
Di tengah
kelompok warga, tidak menyerbang
jalan raya serta bergabung dengan
taman sehingga Kelurahan
Unit
2 Sekolah Dasar
1.000 m
terjadi pengelompokkan kegiatan
Dapat dijangkau Unit
Sekolah
dengan kendaran Kelurahan
umum, disatukan dengan lapangan
Sekolah
Unit olahraga. Tidak
Kecamatan selalu harus di
Atas
pusat lingkungan Di tengah kelompok tetangga,
5 Unit RW
tidak menyebrang jalan raya Dapat bersatu dengan rumah
6 Unit RW
tinggal atau tempat usaha apotek
Dapat dijangkau Unit
Puskesmas
dengan kendaraan Kelurahan
1.500 m
Pembantu
umum
Dapat dijangkau Unit
dengan kendaraan Kecamatan umum
Dapat dijangkau Unit
Pasar
dengan kendaraan Kecamatan
Lingkungan
umum Di tengah kelompok tetangga. 10 Unit RT
Toko/Warung
300 m
Dapat merupakan bagian dari sarana
lain Jarak bebas TPS Unit
dengan lingkungan
Kelurahan hunian minimal 30 m Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Tabel 2.4. Standar Jaringan Drainase
Sarana
Prasarana
Badan penerima air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai dan danau) Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
Bagian pelengkap
Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan
Jembatan Pompa
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Untuk standar prasarana listrik tidak memiliki radius pencapaian tetapi memiliki persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi yaitu setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan data listrik dari PLN atau dari sumber lain. Sedangkan untuk prasarana pengelolaan limbah yang harus disediakan adalah septik tank, bidang resapan dan jaringan pemipaan air limbah, apabila lingkungan perumahan belum dilengkapi dengan septik tank maka harus Untuk standar prasarana listrik tidak memiliki radius pencapaian tetapi memiliki persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi yaitu setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan data listrik dari PLN atau dari sumber lain. Sedangkan untuk prasarana pengelolaan limbah yang harus disediakan adalah septik tank, bidang resapan dan jaringan pemipaan air limbah, apabila lingkungan perumahan belum dilengkapi dengan septik tank maka harus
2.2.6 Aspek Transportasi
Perjalanan akan terbentuk karena adanya aktivitas yang letaknya bukan di tempat tinggal. Menurut Tamin, konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya pergerakan atau perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan antara distribusi spasial perjalanan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat dalam suau kota. Dengan banyaknya aktivitas maka konsep tersebut akan menunjukkan pada pola penyebaran spasial yang sangat berperan penting adalah sebaran spasial yaitu daerah industry,perkantoran, dan permukiman.
Pola sebaran spasial dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat berperan penting untuk menentukan pola sebaran perjalanan yaitu perjalanan orang dan perjalanan barang, (Tamin,Perencanaan Pemodelan Transportasi). Pola sebaran yang memiliki porsi besar adalah adalah pola perjalanan orang. Pada pola perjalanan orang, pusat kota menjadi hal yang sangat penting karena dari berbagi daerah akan menuju ke pusat kota tersebut. Dalam hal ini, jarak lokasi memiliki peran penting karena akan berpengaruh terhadap perjalanan orang menuju pusat kota tersebut. Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi, yang sangat tergantung pada pola sebaran tata guna lahan permukiman dan tata guna lahan perdagangan dan industry.