Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa SMP kelas VII semester 1 dan 2.

(1)

vii

ABSTRAK

Wimalasari, Lidwina. 2012. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Siswa SMP Kelas VII Semester 1 dan 2. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahas a, Sastra

Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa SMP kelas VII semester 1 dan 2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 49 siswa. Penelitian ini diawali dengan menganalisis kebutuhan siswa dengan cara penyebaran angket dan wawancara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghas ilkan suatu produk yaitu modul pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa SMP kelas VII semester 1 dan 2 terintegrasi dengan pendidikan karakter.

Dalam menganalisis data penelitian, peneliti melakukan beberap a tahap yaitu menginventarisasi data terhadap keselur uhan data yang sudah terkumpul, mengklasifikasi data, mengidentifikas i data dan refleksi. Penelitian pengembangan ini adalah pengembangan model pembelajaran dalam bentuk materi pembelajaran menulis Bahasa Indonesia y ang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Modul pembelajaran menulis Bahasa Indonesia kelas VII semester 1 dan 2 diujicobakan kepada siswa kelas VII SMP Bopkri Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 23 siswa. Hasil uji coba dievaluasi untuk melihat keefektifan produk. Setelah itu dilakukan revisi terhadap materi dan tampilan modul agar lebih baik sesuai denga n hasil evaluasi.

Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran menulis SMP kelas VII semester 1 dan 2 disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam KTSP 2006. Materi pembelajaran dalam pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran menulis disesuaikan dengan kompetensi dasar yang dipadukan dengan nilai -nilai dalam pendidikan karakter. Semua materi yang disampaikan pasti mengandung nilai moral yang dapat diambil siswa sesuai dengan nilai karakter yang diintegrasikan. Jadi, dengan produk yang dihasilkan siswa tidak semata -mata belajar Bahasa Indonesia, namun siswa juga dapat belajar tentang nilai moral yang disisipkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti memberikan saran kepada guru dan peneliti lain. Guru hendaknya mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia agar siswa sejak dini sudah memiliki sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter. Peneliti lain hendaknya dapat mel anjutkan penelitian ini di berbagai bidang, jenjang, serta sekolah agar pendidikan karakter semakin berkembang dalam masyarakat.


(2)

viii ABSTRACT

Wimalasari, Lidwina. 2012. Character Educatin Integrated in Learni ng of

Writing Indonesian Language of Junior High School Students Grade VII, 1st and 2nd semester. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: PBSID,

FKIP, Sanata Dharma University.

This research was improvement of the model of character education learning that integrated in learning of writi ng Indonesian language of Junior High School students grade VII 1st and 2nd semester. The subject of this research is 49 students of BOPKRI 1 Yogyakarta grade VII periode 2011/2012. It was begun by analyzing student need by dividing some quistioners and doing some interview. It aimed to create a product that is a modul o f learning of Indonesian l anguage of Junior High School grade VII, 1st and 2nd semester that has been integrated in character education.

In analyzing the data of the research, the researcher did some steps: inventaroried all data that has been collected, clarified them, identif ied and reflected them. The kind of improvement research was learning method improvement of the material of learning Indonesian language that has been integrated in character education. This modul has been applied to 23 students of Junior High School of BOPKRI Yogyakarta grade VII periode 2012/2013. And then the result was being evaluated to see the efectiveness of th e product. After that, the substance and the presentation has been revised and then fixed based on the evaluation.

Integrated character education in writting of Junior High School grade VII 1st and 2nd semester was arranged based on standard and basic competancy in “KTSP” 2006. The material of character education learning that integrated in writting has been merged and fixed with character education values. All materials that has been presented must have moral message that can be reserved by students appropriate with character value that has been integrated. Moreover, the product that has been resulted not merely foc cused on the language but also on moral value contained in Indonesian language.

Based on the research, the researcher gave sug gestion to the teachers and another researcher. The teacher should integrate the character values in Indonesian language learning so the students have good attitude from beginning as reflection of the character education values. Meanwhile, the other researcher should continue this research in other fields, level, and also schools to improve character education in large society.


(3)

PENDIDIK

DALAM PEMBEL

SISWA SM

Diajuka Mem Program Studi Pe

PROGRAM STUDI PENDIDI JURUSAN FAKULTAS

UNI

IKAN KARAKTER TERINTEGRASI

BELAJARAN M ENULIS BAHASA INDO

SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN 2

SKRIPSI

ukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat emperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daer

Disusun oleh: Lidwina Wimalasari

081224044

NDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

SI

ONESIA

2

Daerah


(4)

PENDIDIK

DALAM PEMBEL

SISWA SM

Diajuka Mem Program Studi Pe

PROGRAM STUDI PENDIDI JURUSAN FAKULTAS

UNI

i

IKAN KARAKTER TERINTEGRASI

BELAJARAN M ENULIS BAHASA INDO

SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN 2

SKRIPSI

ukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat emperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daer

Disusun oleh: Lidwina Wimalasari

081224044

NDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012

SI

ONESIA

2

Daerah


(5)

SKRIPSI

PENDIDIKAIT

KARAKTER TERINTEGRASI

DALAM

PEMBELAJARAN

MEI\ULIS

BAHASA INDONESIA

SISWA

SMP

KELAS

VII

SEMESTER

1

DAFI

2

Yoryakarta,

28 Agustus 2012

Pembimbing


(6)

SKRIPSI

PENDIDIKAII

KARAKTER TERINTEGRASI

DALAM

PEMBELAJARAN

MEIYULIS

BAHASA INDONESIA

SISWA

SMP

KELAS

VII

SEMESTER

1

DAN

2

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Lidwina Wimalasari 081224044

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggaL22 Okober 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SUSUNAN

PANITIA

PENGUJI Nama Lengkap

Ketua

Sekretaris

Anggota

I

Anggota

II

Anggota

III

Dr. Yuliana Setiyaningsih

Rishe Punama Dewi, S.Pd., M.Hum. Prof. Dr. Pranowo, M. Pd.

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.

Dr. Y. Karmin, M.Pd.

Yogyakart4 22 Oktober 2Al2

Fakultas Kegrruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan pada:

Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan perhatian, bantuan, dukungan, dan doa.

Semua orang yang ada di keseharianku, teman, sahabat, dan semua orang yang pernah mewarnai kehidupanku. Terima kasih atas kritik, saran, motivasi, dan dukungan sehingga penulis dapat sampai pada tahap ini.


(8)

v

MOTTO

Hiduplah seolah kamu meninggal besok.

Belajarlah seolah kamu hidup selamanya.

(Mahatma Gandhi)

Percayalah dengan hal-hal kecil, karena

kekuatanmu berada di dalamnya.


(9)

PERIYYATAAII

KEASLIAI\

KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya

tulis

ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan

di

dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta 22 Oktober 2012 Penulis.

h(i

L.

Lids'iMtffi_-a**i


(10)

vii

ABSTRAK

Wimalasari, Lidwina. 2012. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Siswa SMP Kelas VII Semester 1 dan 2. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahas a, Sastra

Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa SMP kelas VII semester 1 dan 2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 49 siswa. Penelitian ini diawali dengan menganalisis kebutuhan siswa dengan cara penyebaran angket dan wawancara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghas ilkan suatu produk yaitu modul pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa SMP kelas VII semester 1 dan 2 terintegrasi dengan pendidikan karakter.

Dalam menganalisis data penelitian, peneliti melakukan beberap a tahap yaitu menginventarisasi data terhadap keselur uhan data yang sudah terkumpul, mengklasifikasi data, mengidentifikas i data dan refleksi. Penelitian pengembangan ini adalah pengembangan model pembelajaran dalam bentuk materi pembelajaran menulis Bahasa Indonesia y ang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Modul pembelajaran menulis Bahasa Indonesia kelas VII semester 1 dan 2 diujicobakan kepada siswa kelas VII SMP Bopkri Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 23 siswa. Hasil uji coba dievaluasi untuk melihat keefektifan produk. Setelah itu dilakukan revisi terhadap materi dan tampilan modul agar lebih baik sesuai denga n hasil evaluasi.

Pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran menulis SMP kelas VII semester 1 dan 2 disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam KTSP 2006. Materi pembelajaran dalam pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran menulis disesuaikan dengan kompetensi dasar yang dipadukan dengan nilai -nilai dalam pendidikan karakter. Semua materi yang disampaikan pasti mengandung nilai moral yang dapat diambil siswa sesuai dengan nilai karakter yang diintegrasikan. Jadi, dengan produk yang dihasilkan siswa tidak semata -mata belajar Bahasa Indonesia, namun siswa juga dapat belajar tentang nilai moral yang disisipkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti memberikan saran kepada guru dan peneliti lain. Guru hendaknya mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia agar siswa sejak dini sudah memiliki sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter. Peneliti lain hendaknya dapat mel anjutkan penelitian ini di berbagai bidang, jenjang, serta sekolah agar pendidikan karakter semakin berkembang dalam masyarakat.


(11)

viii ABSTRACT

Wimalasari, Lidwina. 2012. Character Educatin Integrated in Learni ng of

Writing Indonesian Language of Junior High School Students Grade VII, 1st and 2nd semester. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: PBSID,

FKIP, Sanata Dharma University.

This research was improvement of the model of character education learning that integrated in learning of writi ng Indonesian language of Junior High School students grade VII 1st and 2nd semester. The subject of this research is 49 students of BOPKRI 1 Yogyakarta grade VII periode 2011/2012. It was begun by analyzing student need by dividing some quistioners and doing some interview. It aimed to create a product that is a modul o f learning of Indonesian l anguage of Junior High School grade VII, 1st and 2nd semester that has been integrated in character education.

In analyzing the data of the research, the researcher did some steps: inventaroried all data that has been collected, clarified them, identif ied and reflected them. The kind of improvement research was learning method improvement of the material of learning Indonesian language that has been integrated in character education. This modul has been applied to 23 students of Junior High School of BOPKRI Yogyakarta grade VII periode 2012/2013. And then the result was being evaluated to see the efectiveness of th e product. After that, the substance and the presentation has been revised and then fixed based on the evaluation.

Integrated character education in writting of Junior High School grade VII 1st and 2nd semester was arranged based on standard and basic competancy in “KTSP” 2006. The material of character education learning that integrated in writting has been merged and fixed with character education values. All materials that has been presented must have moral message that can be reserved by students appropriate with character value that has been integrated. Moreover, the product that has been resulted not merely foc cused on the language but also on moral value contained in Indonesian language.

Based on the research, the researcher gave sug gestion to the teachers and another researcher. The teacher should integrate the character values in Indonesian language learning so the students have good attitude from beginning as reflection of the character education values. Meanwhile, the other researcher should continue this research in other fields, level, and also schools to improve character education in large society.


(12)

LEMBAR PER}IYATAAI\ PERSETUJUAI\

PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

IJNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah

ini,

saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

Lidwina Wimalasari

NomorMahasiswa

:081224044

Demi pengembangan

ilmu

dan pengetahuan, saya memberikan karya

ilniah

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

PEI\DIDIKAI\

KARAKTER TERINTEGRASI

DALAM

PEMBELAJARAN MENT'LIS BAHASA INDOI\ESIA

SISWA

SMP

KELAS

YII

SEMESTER

1

DAN

2

beserta perangkat yang ada

bila

diperlukan

(bila

ada). Dengan

demikian

saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan dat4 mendisuibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di intemet atau media lain unfirk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

ijin

dari saya malrpun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan

ini

saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal:22 Oktober 2012 Yans menvatakan^

ll

L'n

\ITt

ry

Lidwlna Wimalasari


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kasih Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati usaha dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Atas kasihNya yang tak berkesudahan itulah penulis dapat menyelesaikan dan mempersembahakan penelitian ini.

Keberhasilan menyelesaikan penelitian ini tak lepas dari dari bimbingan, bantuan, nasihat, dukungan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, sastra Indonesia, dan Daerah.

3. Prof. Dr. Pranowo, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

4. Para dosen PBSID yang dengan penuh kesabaran mendidik dan mendampingi selama menimba ilmu di PBSID.

5. Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSID yang selalu sabar dan memberikan kemudahan dan kelancaran penulis selama berproses dalam menyelesaikan skripsi di PBSID.

6. Dra. Sukami, kepala sekolah SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin peneletian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.

7. Drs. Giyanti, pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang tela h membantu pelaksanaan penelitian. 8. Siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta yang membantu dalam

penelitian.


(14)

10. Teman-teman satu angkatan dan teman-teman satu penelitian yang selalu memberikan dukungan dan kerjasama yang luar biasa.

11. Pihak-pihak lain yang telah membantu yang tak dapat disebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari bahwa penelitian

ini

masih

jauh

dari

sempurna. Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta 22 Oktober 2012

Pe4rulis,


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... ... i

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... ... ... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ... .. iv

MOTTO ... ... ... .. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ... vi

ABSTRAK ... ... ... vii

ABSTRACT ... ... ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... ... ... x

DAFTAR ISI ... ... ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... ... ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... ... 4

C. Tujuan Penelitian ... ... ... 5

D. Manfaat Penelitian ... ... ... 5

E. Definisi Istilah ... ... ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6

G. Sistematika Penyajian ... ... .. 7

BAB II LANDASAN TEORI ... ... . 8


(16)

xiii

B. Kajian Pustaka ... ... ... 10

1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ... 10

2. Teori Pembelajaran Menulis ... ... 10

3. Pembelajaran Menulis dalam KTSP ... ... 25

4. Pendidikan Berbasis Psikoog i Kognitif dan Kontruktivisme .. 27

5. Pendidikan Karakter ... ... 31

C. Kerangka Berpikir ... ... ... 44

BAB III METODOLOBI PENELITIAN ... ... 46

A. Jenis Penelitian ... ... ... 46

B. Subjek Penelitian dan Sumber Data ... ... 46

C. Data ... ... ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 47

E. Instrumen ... ... ... 47

F. Teknik Analisis Data ... ... ... 47

G. Prosedur Pengembangan ... ... 49

H. Keluaran (output) ... ... ... 52

BAB IV HASIL ANALISIS DATA ... ... 53

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... ... 53

B. Persepsi Siswa terhadap Pendidi kan Karakter dan Pemaknaannya 54 C. Hasil Wawancara dengan Guru dan Pemaknaannya ... 83

D. Hasil Wawancara dengan Siswa dan Pemaknaannya ... 86

E. Pembahasan Persepsi Siswa terhadap Pendi dikan Karakter ... 89


(17)

xiv

G. Pembahasan Hasil Wawancara dengan Siswa ... 105

H. Pengembangan Produk ... ... 107

BAB V PENUTUP ... ... ... 126

A. Kesimpulan ... ... ... 126

B. Saran ... ... ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... ... ... 130


(18)

xv

DAFTAR BAGAN


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

4.1a Persepsi Siswa terhadap Nilai Religius ... ... 55

4.1b Persepsi Siswa terhadap Nilai Religius ... ... 56

4.2a Persepsi Siswa terhadap Nilai Kejujuran ... ... 57

4.2b Persepsi Siswa terhadap Nilai Kejujuran ... ... 58

4.2c Persepsi Siswa terhadap Nilai Kejujuran ... ... 59

4.3a Persepsi Siswa terhadap Nilai Toleransi ... ... 60

4.3b Persepsi Siswa terhadap Nilai Toleransi ... ... 61

4.4 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kedisiplinan ... ... 62

4.5a Persepsi Siswa terhadap Nilai Kerja Keras ... ... 63

4.5b Persepsi Siswa terhadap Nilai Kerja Keras ... ... 64

4.6 Persepsi Siswa terhadap Nilai Kreatif ... ... 65

4.7a Persepsi Siswa terhadap Nilai Mandiri ... ... 66

4.7b Persepsi Siswa terhadap Nilai Mandiri ... ... 66

4.8 Persepsi Siswa terhadap Nilai Demokratis ... ... 67

4.9 Persepsi Siswa terhadap Nilai Rasa Ingin Tahu ... . 68

4.10a Persepsi Siswa terhadap Nilai Semangat Kebangsaan ... 69

4.10b Persepsi Siswa terhadap Nilai Semangat Kebangsaan ... 70

4.11a Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Tanah Air ... 71

4.11b Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Tanah Air ... 71

4.11c Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Tanah Air ... 72


(20)

xvii

4.12b Persepsi Siswa terhadap Nilai Menghargai Prestasi ... 74

4.13a Persepsi Siswa terhadap Nilai Bersahabat ... ... 75

4.13b Persepsi Siswa terhadap Nilai Bersahaba t ... ... 76

4.14a Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Damai ... ... 77

4.14b Persepsi Siswa terhadap Nilai Cinta Damai ... ... 78

4.15 Persepsi Siswa terhadap Nilai Gemar Membaca ... 79

4.16 Persepsi Siswa terhadap Nilai Peduli Sosial ... ... 80

4.17 Persepsi Siswa terhadap Nilai Peduli Lingkungan ... 81

4.18 Persepsi Siswa terhadap Nilai Tanggung Jawab ... 82

4.19 Pemetaan Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Keterampilan Menulis ... ... ... 108


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan penelitian. Hal-hal yang diuraikan pada bab ini meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penyajian.

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kemandirian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Namun tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang -undang tersebut, sepertinya dewasa ini kurang te rlihat di Indonesia.

Saat ini persoalan budaya dan karakter menjadi sorotan dalam masyarakat. Berbagai persoalan muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, dan sebagainya. Dengan kata lain, jika dil ihat dari segi moral, masyarakat Indonesia sudah mencapai tingkat kekhawatiran yang cukup tinggi.


(22)

Berbagai cara penyelesaian sudah diajukan untuk mengantisipasi dan menyelesaikan persoalanpersoalan moral itu. Mulai dari peraturan, undang -undang, sampai dengan penerapan hukum yang lebih kua t. Akan tetapi pada praktiknya, upaya-upaya untuk memperbaiki m asyarakat justru malah menambah daftar kekhawatiran akan moral masyarakat, bahkan menjadikannya lebih akut. Seperti terlihat dalam sebuah berita di Vivanews (Rabu, 12 Oktober 2011) yang berjudul “Hakim Kasus Walikota Bekasi Tersangka Korupsi”. Pada berita tersebut tampak jelas bahwa hakim yang seharusnya memberi contoh kepada masyarakat untuk teladan akan hukum, justru melanggar hukum dalam tersangkut kasus ko rupsi. Tindakan hakim tersebut menggambarkan kebobrokan karakter dan moral masyarakat.

Contoh kebobrokan karakter masyarakat Indonesia yang lainnya juga tampak pada berita “Hakim Tersangkut Korupsi tak Layak Pimpin Sidang”. Hakim seharusnya memimpin berjal annya sidang untuk meluruskan dan mengadilkan sebuah masalah, namun hakim pun tersangkut masalah korupsi. Bagaimana bisa masyarakat awam percaya pada seorang hakim? Orang yang seharusnya bisa dipercaya orang banyak untuk memimpin sebuah sidang perkara justru melakukan pelanggaran hukum. Sungguh suatu kejadian yang sangat memprihatinkan di bangsa ini.

Cara lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. S ebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat


(23)

mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.

Pendidikan dilaksanakan dengan menyeimbangkan domain afektif, kognitif, dan psikomotorik (Bloom, 1959), di samping anak didik memiliki pengetahuan (terasah kecerdasannya), tertempa wataknya, dan terampil dalam berkarya. Keluaran lembaga pendidikan akan jauh lebih baik. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pendidikan di sekolah perlu diper kuat dengan pendidikan watak yang memungkinkan berkembangnya domain afeksi anak didik.

Kurikulum adalah inti dari pendidikan. Jika pembelajaran formal diintegrasikan dengan pendidikan karakter, maka akan terbentuklah suatu pendidikan yang merupakan alterna tif untuk memperbaiki karakter dan budaya bangsa. Dengan latar belakang yang terpapar di atas, peneliti ingin menyumbangkan pemikirannya dalam usaha memperbaiki budaya dan karakter bangsa. Jalan yang ingin peneliti tempuh adalah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran formal di sekolah.

Penulis akan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis siswa kelas VII semester 1 dan 2. Penulis mengambil pembelajaran menulis karena pada saat ini menulis merupakan hal yang sangat penting namun begitu sulit menumbuhkan kesadaran menulis pada


(24)

masyarakat. Seperti yang disajikan dalam Kompas online (Selasa, 15 April 2008 pukul 19:10), “Menumbuhkan budaya menulis atau riset di kalangan guru bukanlah perkara mudah. Ini justru menjadi momok bagi kebanyakan guru dan staf mengajar. Padahal, sertifikasi guru yang kini dilaksanakan membutuhkan kebiasaan positif ini.”. Jika seorang guru pun tidak memiliki kebiasaan menulis, maka siswa pun akan mengikutinya.

Dengan mengintegrasikan pendidikan karak ter dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia, penulis berharap semakin tinggi tumbuhnya kebiasaan menulis pada siswa. Pengamat pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Chaedar Alwasilah, Selasa (15/4) mengatakan, menulis itu tidak selamanya bakat. Melainkan, juga ditentukan dari kerja keras (Kompas online, 20 Februari 2012). Maka sangat mungkin pembelajaran menulis di sekolah dapat mempengaruhi tumbuhnya kebiasaan menulis pada siswa yang akan dibawanya hingga kelak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti menyusun rumusan masalah, yaitu: “Bagaimanakah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa k elas VII SMP semester 1 dan 2?”


(25)

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan mengembangkan model pendidikan berkarakter melalui pendidikan formal. Pendidikan karakter akan diintegrasikan dengan pembelajaran menulis siswa SMP kelas VII semester 1dan 2.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian pendidikan karakter yang terintegr asi dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa kelas VII semester 1 dan 2 di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, yaitu :

1. Penelitian ini dapat digunakan seba gai salah satu model pengembangan pembelajaran menulis yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. 2. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan waw asan bagi

pengembang keilmuan terutama di bidang pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan sebagai das ar pijakan untuk penelitian selanjutnya.

E. Definisi Istilah

1. Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2009: 297) .


(26)

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai -nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk me laksanakan nilai-nilai tersebut (Kemendiknas, 2011).

3. Pembelajaran Menulis

Menulis ialah menurunka n atau melukiskan lambang -lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang -lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran gr afik itu (Tarigan, 1985: 21).

4. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikem bangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini hanya terbatas pada pengembangan materi pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia siswa di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta, kelas VII semester 1 dan 2.


(27)

G. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam peneliti an ini akan terbagi menjadi lima bab, yaitu: bab I pendahuluan, bab II landasan teori, bab III metodo logi penelitian, bab IV hasil analisis data, dan bab V penutup. Setiap bab tersebut terdiri atas subbab-subbab, yaitu (1) bab I akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelit ian, manfaat penelitian, definisi istilah, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penyajian, (2) bab II menguraikan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai ac uan dalam penelitian ini yang terdiri dari penelitian yang relevan, kajian pustaka, standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk SMP kelas VII semester 1 dan 2, pendidikan karakter sebagai sarana penanaman budi pekerti , nilai-nilai pendidikan karakter, pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menulis Bahasa Indonesia, serta kerangka berpikir, (3) bab III adalah metodologi penelitian yang berisi mengenai langkah -langkah dan prosedur penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu jenis penelitian, subjek penelitian, data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen, teknik analisis data, prosedur pengembangan, dan output , (4) bab IV adalah analisis data penelitian, persepsi siswa terhadap pendidikan karakter dan pemaknaannya, hasil wawancara dengan guru dan siswa beserta pemaknaanya, pembahasan persepsi siswa, pembahasan hasil wawancara guru dan sis wa, dan pengembangan produk, (5) bab V adalah bagian penutup yang ter diri atas kesimpulan dan saran.


(28)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan landasan teori yang menguraikan teori -teori yang relevan dan mendasari topik penelitian. Landasan teori bab II ini berisi pen elitian terdahulu yang relevan, kajian pustaka mengenai pendidikan karakter dan pembelajaran menulis, serta kerangka berpikir.

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mengintegrasikan pendidikan karakter dengan suatu mata pelajaran sampai saat ini belum banyak dilakukan. Sebelumnya pernah ada penelitian yang berjudul Model Pembelajaran Bahasa Indone sia Berorientasi Pendidikan Karakter . Penelitian tersebut merupakan Studi Kuasi

Eksperimen pada Siswa Kelas III SDN Cilaku I Kabupaten Cianjur oleh Dra. Sri Mulyanti, M.Pd. yang dilakukan pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan model pembelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pendidikan karakter da lam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dan meningkatkan sikap dan perilaku berkarakter pada siswa kelas III SDN Cilaku I Kabupaten Cianjur. Subjek penelitian ini ada dua kelas ya itu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing -masing terdiri dari 36 siswa. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah pedoman pembelajaran berupa silabus dan RPP, lembar tes, lembar angket, lembar observasi, pedoman wawancara, skala sikap , dan catatan anekdotal.


(29)

Berdasarkan hasil peneliti an terbukti bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia dengan orientasi pendidikan karakter di kelas III SD secara signifikan efektif dalam meningkatakan hasil pembelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian kedua berjudul Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Ketrampilan Menulis Narasi untuk Siswa Kelas V SDN

Kotabatu 03 Kecamatan Ciomas kabupaten Bogor jawa Barat (Nugroho,

2007). Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menentukan kriteria pembelajaran menulis narasi dengan media gambar, (2) penyusu nan silabus, dan (3) penyususnan materi pembelajaran.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Prabawati Yanuartiningsih (2008) dengan judul Pengembangan Silabus dan Materi Pembelajaran Menyimak

Kritis dengan Media Rekaman Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan untuk Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 2 Sleman

Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 . Penelitian ini menghasilkan silabus dan

materi pembelajaran menyimak.

Seno (2009) mengembangkan silabus dan materi pembelajaran ketrampilan menulis untuk siswa kelas X semester 2 SMA Sang Timur Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian tersebut bertujuan menghasilkan suatu produ k berupa silabus dan materi pembelajaran keterampilan menulis, melalui proses pengembangan.

Dari data di atas dapat diketahui bahwa pendidikan karakter dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah. Sekarang ini belum banyak penelitian y ang mengembangan pembelajar an yang


(30)

diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Nugroho, Yanuartiningsih, dan Seno hanya mengembangkan silabus dan materi pembelajaran tanpa mengintegrasikannya dengan nilai lain. Untuk itu, masih perlu dikembangkan pembelajaran menulis yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.

B. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Dalam KTSP terdapat banyak mata pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran, salah satunya Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat empat keterampilan di dalamnya. Keterampilan yang ada dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam penelitian ini, keterampilan menulislah yang secara khusus akan di jadikan bahan penelitian.

2. Teori Pembelajaran Menulis

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Nida, 1957:19; Harris, 1977:9; tarigan, 1981:1 via Tarigan, 1985:1). Setiap ket erampilan berbahasa memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan ketiga ket erampilan yang lain.

a. Pengertian Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang -lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipah ami


(31)

oleh seseorang, sehingga orang orang lain dapat membaca lambang -lambang grafik tersebut (Tarigan, 1985: 21). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang l ain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata. Ket erampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan prak tik yang banyak dan teratur (Tarigan, 1984: 4).

b. Bentuk Tulisan 1) Eksposisi

Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu obyek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, atau pertumbuhan ekonomi pada pembaca (Keraf, 1995:7).

2) Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta -fakta sedemikian rupa,


(32)

sehingga ia mampu menunjukkan apakah suat u pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak (Keraf, 2007: 3).

3) Persuasi

Persuaai adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Karena itu persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain (Keraf, 1995: 14). 4) Deskripsi

Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kep ala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi suatu citra mental mengenai suatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang, atau sensasi ( Keraf, 1995: 16). 5) Narasi

Narasi adalah suatu ben tuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 2007:136).


(33)

c. Fungsi Menulis

Menurut Tarigan (1984: 22), pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat bermanfaat bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga menolong untuk berpikir kritis, memperdalam daya tanggap, memecahkan masalah, menjelaskan sesuatu, dan sebagainya.

d. Evaluasi Pembelajaran Menulis

Kemampuan bahasa aktif -produktif merupakan kemampuan hubungan antara kemampuan berbicara dan menulis karena adanya isi masalah yang hendak disampaikan di samping penataan yang sistematis terhadap isi masalah tersebu t agar dapat dipahami dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Kemampuan menulis mengungkapkan pikiran secara tertulis sehingga untuk tes yang akan diselenggarakan bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan kemampuan mengungkapkan pikiran kepada orang lain. Pengukuran tingkat kemampuan menulis mengacu kepada relevansi isi, keteraturan penyusunan isi, dan bahasa yang digunakan. Menyangkut penggunaan bahasa yang dalam tes menulis dituntut lebih ketat penyusunannya, karena dalam ungkapan tertulis tidak menutu p kemungkinan terdapat waktu yang lebih longgar untuk memilih kata -kata dan menyusunnya secara tepat, bahkan terdapat waktu untuk memperbaikinya. Demikian disusun rincian pengukur tingkat kemampuan menulis.


(34)

No. Unsur Kemampuan Menulis

Rincian Kemampuan 1. Isi yang relevan Isi wacana tulis sesuai

dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas.

2. Organisasi yang sistematis Isi wacana disusun secara sistematis menurut pola tertentu. 3. Penggunaan bahasa yang

baik dan benar

Wacana diungkapkan dengan susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata yang tepat, serta gaya penulisan yang sesuai.

Tes kemampuan menulis merupakan kegiatan penggunaan kemampuan bahasa yang aktif -produktif yang sebaiknya diselenggarakakan dalam bentuk tes subjektif. Tes subjektif dikenal dengan pertanyaan dan tugas yang diberikan dalam tes itu dirumuskkan sedemikian rupa sehingga mengundang jawaban dan pelaksanaan tugas yang beragam dalam fokus, isi, susunan kata -kata, dan panjang pendeknya jawaban. Penyelenggaraan tes menulis dalam bentuk tes subjektif, tidak saja lebih sesuai dengan tujuan mengungkapkan pikiran penulis yang bersifat subjektif, melainkan juga sesuai dengan kegiatan menulis sebagai kegiatan aktif -produktif yang juga subjektif. Dalam penyelenggaraan tes subjektif pada umumnya, pertanyaan-pertanyaan dapat disusun dalam bentuk a) tes esai, b) tes dengan pertanyaan menggunakan kata tanya, c) tes dengan pertanyaan jawaban pendek, dan d) tes melengkapi.


(35)

Penerapan model penskoran kemampuan menulis yang dilandaskan pada unsur kemampuan menulis adalah sebagai berikut.

Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala 1 -10 No. Aspek yang Dinilai Tingkatan Skala

1. Kualitas dan ruang lingkup isi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2. Organisasi dan

penyajian isi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3. Gaya dan bentuk

bahasa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4. Mekanik: tata bahasa

ejaan, kerapian tulisan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5. Respon afektif guru

terhadap karangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Model Penilaian Karangan/Karya Tulis Kompo-nen Rentang Skor Rentang Mutu Indikator (1) Isi

27-30 Amat baik sampai dengan sempurna

Amat menguasai masalah; isi amat padat; tuntas dan menyeluruh; amat sesuai dengan masalah dan judul.

22-26 Cukup

sampai dengan baik

Menguasai masalah; cakupan isi memadai; hampir tuntas

menyeluruh; sesuai dengan judul dan masalah tetapi tidak cukup terperinci

17-21 Kurang

sampai dengan biasa

Penguasaan masalah terbatas; cakupan isi kurang memadai; kurang tuntas 13-16 Amat kurang Tidak menguasai

masalah; tidak cukup isi; tidak sesuai dengan judul dan masalah; tidak


(36)

terdapat cukup bahan untuk dinilai.

(2)

Organi-sasi

18-20 Amat baik sampai dengan sempurna

Amat runtut; pokok-pokok pikiran diungkapkan dan dikembangkan secara jelas, diorganisasikan secara baik, dengan urutan yang logis; hubungan antar bagian amat erat (kohesif). 14-17 Cukup sampai dengan baik Kurang runtut; terdapat pokok-pokok pikiran tetapi kurang terorganisasikan dengan rapi; tidak cukup

dikembangkan; urutan logis tetapi kurang menyeluruh.

10-13 Kurang

sampai dengan biasa

Tidak runtut; pokok pikiran tidak teratur; urutan kurang logis; pokok pikiran kurang terkembangkan. 7-9 Amat kurang Tidak komunikatif;

tidak ada

pengorganisasian; tidak terdapat cukup bahan untuk dinilai. (3)

Tata Bahasa

22-25 Amat baik sampai dengan sempurna

Penggunaan berbagai bentuk kalimat kompleks yang amat efektif; sedikit saja kesalahan

penggunaan tata bahasa, urutan kalimat, bentukan frasa dan kata, kata depan, dll.


(37)

18-21 Cukup sampai dengan baik Penggunaan kalimat sederhana secara efektif; beberapa kesulitan penggunaan kalimat kompleks; beberapa kesalahan penggunaan tata bahasa, urutan kalimat, bentuk frasa dan kata, kata depan dll. 11-17 Kurang sampai dengan biasa Kesalahan dan kesulitan penggunaan kalimat sederhana maupun kompleks; banyak kesalahan penggunaan tata bahasa, urutan kalimat, bentuk frasa, kata, kata depan dll. 5-10 Amat kurang Hampir tidak

menguasai tata bahasa; tidak dapat mengerti; tidak terdapat cukup bahan untuk dinilai.

(4) Kosa Kata

18-20 Amat baik sampai dengan sempurna

Perbendaharaan kata luas; pemilihan dan penggunaan kata yang tepat dan efektif; penguasaan baik terhadap bentuk dan pembentuk kata.

14-17 Cukup

sampai dengan baik

Perbendaharaan kata cukup; pemilihan dan penggunaan kata yang kadang-kadang tidak tepat tanpa mengaburkan makna.

10-13 Kurang

sampai

Perbendaharaan kata terbatas; lebih banyak


(38)

dengan biasa kesalahan pemilihan kata; makna yang kabur dan tidak jelas. 7-9 Amat kurang Perbendaharaan kata

amat terbatas hingga tidak mampu mengkomunikasikan makna yang diinginkan tidak cukup informatif untuk dinilai. (5) Ejaan dan Teknik Penulisan

5 Amat baik

sampai dengan sempurna

Sepenuhnya sesuai dengaun kaidah ejaan dan penulisan; amat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, penyusunan paragraf. 4 Cukup sampai dengan baik Kadang terdapat kesalahan penerapan kaidah, namun tanpa mengaburkaon inti dan makna pokok

3 Kurang

sampai dengan biasa

Banyak kesalahan penerapan kaidah ejaan dan penulisan; tulisan sulit dibaca; inti dan makna pokok kabur.

2 Amat kurang Tidak menguasai kaidah ejaan dan penulisan; penuh kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, penyusunan paragraf, tulisan sulit dibaca; tidak cukup informasi untuk dinilai


(39)

Tes menulis dalam praktiknya masih dapat dilakukan dengan cara tes bentuk objektif, namun harus memenuhi hal yang esensial dalam aktifitas menulis, yaitu adanya unsur memilih bahasa dan gagasan. Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut peserta didik untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea berdasarkan kalimat -kalimat yang disediakan. Tugas tersebut menuntut peserta didik untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran -pikiran penjelas, dan menentukan urutan kalimat secara logis.

Tugas menulis untuk benar -benar menghasilkan karya tulis, haruslah mendapat prioritas dalam rangka mengukur kompetensi menulis peserta didik. Keuntungan dari tugas menulis ini adalah memilih bentuk-bentuk kebahasaan yang tepat untuk mengungkapkan apa yang akan ditulis, mencari dan menyeleksi informasi dari berbagai sumber sebagai isi tulisan, serta menyusun informasi itu ke dalam urutan logika yang benar. Dalam tahap awal untuk merangsang pengembangan kognisi dan imajinasi peserta didik, kita dapat memanfaatkan tugas-tugas menulis rangsangan tertentu seperti gambar, audiovisual, buku.

1) Menulis berdasarkan rangsang gambar

Gambar sebagai rangsang tugas menulis biasanya diberikan kepada pelajar bahasa pada tahap awal (sekolah


(40)

dasar). Gambar berfungsi se bagai pemancing kognisi dan imajinasi serta pemilihan bentuk -bentuk kebahasaan. Contoh: a) Buatlah sebuah karangan berdasarkan gambar itu yang

penjangnya kurang lebih satu halaman. b) Jangan lupa karangan harus diberi judul.

Untuk menilai tugas menulis bentuk tersebut dapat memergunakan rubrik penilaian sebagai berikut.

Contoh rubrik penilaian menulis berdasarkan rangsang gambar

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian dengan gambar

2. Ketepatan logika urutan cerita 3. Ketepatan makna

keseluruhan cerita 4. Ketepatan kata 5. Ketepatan kalimat 6. Ejaan dan tata tulis

Jumlah skor:

2) Menulis berdasarkan rangsang suara

Tugas menulis dengan rangsang suara ini memang bersifat tumpang tindih dengan tes kemampuan mendengarkan. Tugas yang diberikan kepada peserta didik berupa tugas untuk menulis berdasarkan pesan atau informasi yang didengarnya melalui sarana rekaman atau radio. Tugas yang diberi kan kepada peserta didik misalnya berbunyi sebagai berikut.


(41)

Dengarkan siaran sandiwara radio yang telah direkam ini dengan seksama. Catatlah hal -hal yang penting, setelah itu ceritakanlah kembali secara tertulis.

Rubrik penilaian yang dipergunakan adalah sebagai berikut. No

Aspek yang Dinilai

Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian isi tulisan dengan cerita 2. Ketepatan logika

urutan cerita 3. Ketepatan makna

keseluruhan cerita 4. Ketepatan kata 5. Ketepatan kalimat 6. Ejaan dan tata tulis

Jumlah skor:

3) Menulis berdasarkan rangsang visual dan suara

Rangsangan visual dan suara didapat dari siaran televisi, video, atau berbagai rekaman sejenis. Kegiatan dari rangsangan ini dapat dilakukan di dalam kelas atau tugas rumah. Tugas yang diberikan kepada peserta didik misalnya berbunyi sebagai berikut.

Cermatilah siaran berita di televisi pada pukul 18.00 WIB. Catatlah hal-hal penting, setelah itu ceritakan kembali di depan kelas hasil tulisan Anda!


(42)

Penilaian yang dilakukan dapat memergunakan rubrik seperti berikut.

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1 Kesesuaian isi teks 2 Ketepatan logika

urutan cerita 3 Ketepatan detil

peristiwa

4 Ketepatan makna keseluruhan cerita 5 Ketepatan kata 6 Ketepatan kalimat 7 Ejaan dan tata tulis

Jumlah skor:

4) Menulis berdasarkan rangsang buku

Menulis dengan rangsang buku lebih dimaksudkan untuk melatih peserta didik secara produktif menghasilkan bahasa. Buku yang dijadikan rangsang tugas menulis dapat dibedakan ke dalam buku fiksi dan nonfiksi. Untuk menila i hasil kinerja peserta didik, menulis berdasarkan rangsang buku perlu disiapkan rubrik penilaian yang mencakup unsur kebahasaan dan isi pesan.

No. Aspek yang Dinilai

Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Kesesuaian isi buku

2.

Ketepatan

penunjukkan detil isi buku

3. Ketepatan argumentasi 4. Kebermaknaan


(43)

keseluruhan tulisan

5. Ketepatan kata 6. Ketepatan kalimat 7. Ketepatan stile

penulisan 8. Ejaan dan tata

tulis

Jumlah skor:

5) Menulis laporan

Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, menulis laporan pun dapat dimanfaatkan untuk melatih dan mengungkapkan kemampuan menulis peserta didik. Tugas menulis laporan bisa dilakukan secara berkelompok, dengan cara demikian peserta didik mampu bekerja bersama, pembagian tugas dan memecahkan permasalahan bersama.

No. Aspek yang Dinilai

Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1 Pemahaman isi berita

2 Organisasi penulisan 3

Ketepatan analisis data dan

penyimpulan 4

Kebermaknaan keseluruhan tulisan

5 Ketepatan diksi 6 Ketepatan kalimat 7 Ketepatan stile

penulisan 8 Ejaan dan tata

tulis


(44)

6) Menulis surat

Surat merupakan salah satu jenis tulisan yang banyak ditemukan dan dibutuhkan dalam kehidupan. Menulis surat hendaknya telah dilatih dan ditugaskan kepada pe serta didik di sekolah karena setiap lembaga tidak dapat melepaskan diri dari jasa surat-menyurat, baik tradisional maupun elektronik. Jenis surat yang diajarkan ditekankan pada surat -surat resmi, atau penulisan surat yang menuntut penggunaan bahasa secara benar. Penilaian hasil menulis surat sebaiknya juga menggunakan rubrik yang khusus disiapkan.

Contoh rubrik penilaian menulis surat resmi

No

Aspek yang Dinilai

Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Ketepatan isi surat 2. Kelengkapan unsur

surat

3. Kepantasan format surat

4. Ketepatan kata 5. Ketepatan kalimat 6. Ejaan dan tata tulis

Jumlah skor:

7) Menulis berdasarkan tema tertentu

Tes kemampuan berdasarkan tema tertentu adalah sebuah tes yang memberi kebebasan untuk menjuduli karangannya sepanjang mencerminkan tema yang dimaksud. Melihat situasi dahulu, maka untuk tes kemampuan


(45)

berdasarkan tema tertentu ini harus memaksa peserta didik untuk mencari sumber bahan, data, rujukan, atau hal -hal lain yang terkait baik yang dapat diperoleh lewat buku, majalah/jurnal, kamus, internet, narasumber, atau bahkan pengamatan lapangan. Hal ini bermaksud mengajarkan tulisan yang teruji kebenarannya walaupun tulisannya berjenis nonfiksi.

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja

1 2 3 4 5

1. Kualitas isi karangan 2. Keakuratan dan

keluasan isi 3. Organisasi

penulisan 4. Kebermaknaan

keseluruhan tulisan 5. Ketepatan diksi 6. Ketepatan kalimat 7. Ejaan dan tata tulis 8. Kelengkapan

sumber rujukan Jumlah skor:

3. Pembelajaran Menulis dalam KTSP

Kurikulum merupakan s eperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan


(46)

kerangka dasar Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD).

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan b ersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut ini standar kompetensi dan kompetensi dasar ket erampilan menulis Bahasa Indonesia kelas VII semester 1 dan 2.

Kelas VII Semester 1 dan 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis :

Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam buku harian dan surat pribadi.

4.1 Menulis buku harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang baik dan benar.

4.2 Menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa.

4.3 Menulis teks pengumuman dengan bahasa yang efektif, baik dan benar.

Menulis:

Mengekspresikan pikiran,

perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng.

8.1 Menulis pantun yang sesuai dengan syarat-syarat pantun. 8.2 Menulis kembali dengan

bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar.

Menulis:

Mengungkapkan berbagai

informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat.

12.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi denagn memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak langsung.


(47)

12.2 Menulis pesan singkat sesuai dengan isi menggunakan kalimat efektif dan bahasa yang santun.

Menulis:

Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

16.1 Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam. 16.2 Menulis kreatif puisis

berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami.

4. Pendidikan Berbasis Psikologi Kognitif dan Konstruktiv isme a. Perkembangan kognitif anak

Untuk mencapai tujuan belajar, perkembangan kognitif siswa sangat penting. Piaget (dalam Suparno, 2011: 24) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi emp at tahap: tahap sensorimotor (0–2 tahun), tahap praoperasi (2–7 tahun), tahap operasi konkret (8–11 tahun), dan tahap operasi formal (11 tahun ke atas).

Siswa SMP masuk ke dalam tahap operasi formal karena rata -rata usia pada jenjang SMP adalah 13 tahun. Tahap in i ditandai oleh cara berpikir anak, dari yang konkret ke yang abstrak. Menurut Ginsburg dan Opper (Suparno, 2001: 88), anak pada tahap ini sudah mempunyai tingkat ekuilibrium yang tinggi. Artinya, p ola dan cara berpikir anak menjadi lebih luwes, lebih maju , lebih efektif, dan efisien daripada periode sebelumnya. Suparno (2011: 89 – 99) merangkum ciri-ciri pemikiran remaja menurut Piaget, yaitu:


(48)

1) Pemikiran deduktif hipotesis

Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari ses uatu yang umum. Pada tahap ini anak dapat mengambil keputusan menge nai sesuatu yang tidak dialami. Ia dapat menarik kesimpulan yang penting dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesis). Ia dapat mengambil keputusan lepas dari kenyataan yang kon kret.

2) Pemikiran induktif saintifik

Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian -kejadian yang khusus. Pemikiran ini sering disebut dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat merencanak an suatu eksperimen, membuat eksperimen, dan menyimpulkan suatu eksperimen dengan baik.

3) Pemikiran abstraksi reflektif

Abstraksi ini adalah abstraksi yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matematis -logis, yaitu suatu abstraksi tidak langsung terhadap objek itu sendiri. Terjadi suatu abstraksi karena seseorang melalukan tindakan terhadap objek itu. Pemikiran ini ini disebut abstraksi reflektif karena pemikiran ini tidak dapat disimpulkan dari pengalaman, misalnya hubungan harimau dengan bulu, sepert i manusia dengan rambut.


(49)

Menurut Piaget (Suparno, 2001:104–110), paling sedikit ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pertama, perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf, karena berfungsinya suatu struktur organik atau jarin gan tertentu dalam tubuh anak akan memperngaruhi bagaimana ia mengembangkan pemikirannya. Kedua, peran latihan dan pengalaman, karena banyaknya pengalaman anak dan seringnya anak latihan berpikir akan membantu anak itu untuk mengembangkan pemikiran atau in telegensinya. Ketiga, interaksi sosial dan transmisi, karena seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain, sehingga ia tertantang untuk semakin mengembangkan pemikiran d an pengetahuannya sendiri. Yang terakhir dan yang paling penting adalah ekuilibrasi. Ekulibrasi adalah adanya mekanisme internal, yaitu suatu pengaturan dalam diri anak ketika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar.

b. Implikasi Teori Psikologi Ko gnitif dan Konstruktivisme terhadap Proses Belajar Mengajar

Menurut Piaget (Suparno, 2001:141), pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh siswa dalam berhadapan dengan lingk ungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Piaget (Suparno, 2001: 142) membedakan tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan fisis, matematis logis,


(50)

dan sosial. Pengetahuan fisis dikonstruksi mel alui tindakan siswa terhadap objek fisis secara langsung. Pengetahuan matematis logis dibentuk dengan tindakan siswa terhadap ob jek secara tidak langsung, yaitu dengan pemikiran operatif. Pengetahuan sosial dibentuk dengan pengalaman siswa terhadap orang lain atau lingkungan sosial. Oleh karena itu, kegiatan belajar harus memungkinkan siswa mengalami berbagai pengalaman itu dan bertindak terhadap penga laman-pengalaman tersebut.

Teori pengetahuan Piaget (dalam Suparno, 2001: 143) menekankan pentingnya kegiatan seorang siswa yang aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa dapat menguasai sebuah bahan dengan cara aktif mengolah, bertanya, dan mencerna bahan secara kritis. Selain itu, untuk membangun pengetahuan siswa, siswa juga harus mengerjakan tugas secara pribadi, seperti mengerjakan soal, membuat kesimpulan, dan merumuskan suatu tujuan dengan kalimat sendiri. Untuk mewujudkannya, susunan kurikulum, bahan, cara, dan metode pengajaran yang di pilih harus membawa siswa untuk aktif dalam proses belajar. Metode pengajaran harus memberikan kebebasan murid mengungkapkan apa yang diketahui dan yang tidak diketahui. Suparno (2001: 147) mengatakan bahwa kurikulum sendiri harus lebih fleksibel, bukan merupakan susunan bahan yang mati, melainkan lebih merupakan garis besar yang dapat dikembangkan oleh siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu,


(51)

evaluasi yang dilaksanakan harus kreatif, yaitu memungkinkan siswa berpikir dan mengungkapkan jalan pikirannya. Tekanan belajar pada siswa yang aktif mengkonstruksi lebih menekankan proses dan bukan hasil akhir.

Karena belajar yang baik terletak pada keaktifan siswa dalam membentuk pengetahuan, peran guru di sini adalah lebih sebagai mentor atau fasilitator. Seorang guru harus menciptakan suasan a agar siswa lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya. Agar siswa dapat aktif dalam pembelajaran, guru harus mengetahui kemampuan dan tahap kognitif siswa, sehingga mampu memilih bahan yang tepat. Cara mengajar yang berbentuk diskusi, tukar pendapat secar a bebas, ketidaksetujuan dan konfrontasi gagasan sangat tepat untuk merangsan pemikiran siswa. Hal itu dikarenakan integrasi dengan teman juga sangat penting dalam pro ses belajar (Suparno, 2001:145 -146).

5. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter (Fakry Gaffar, 2010:1 via Kesuma dkk, 2011:5) adalah sebuah proses transformasi nilai -nilai sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Menurut konteks kajian P3, pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.” Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan


(52)

peserta didik mengenal, peduli dan menginte rnalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil (Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar 2011). Pendidikan karakter di sekolah adalah upaya yang terencana untuk memfasilitasi peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai -nilai karakter secara terintegrasi dalam proses pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan pembinaan kesiswaan, dan pengelolaan sekolah pada semua bidang urusan.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki es ensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.

Pendidikan karakter merupakan upaya -upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan , dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

a. Tujuan pendidikan karakter

Pendidikan karakter memiliki beberapa tujuan. Tujuan umum Pendidikan karakter di sekolah dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP (Kemendiknas, 2011) dimaksudkan


(53)

untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan karakter terutama yang tercakup dalam butir -butir Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas 23/2006) sehingga mereka menjadi insan yang berkepribadian mulia ( cerdas dan kompetitif). Beberapa ahli berpendapat tujuan pendidikan karakter sebagai berikut. Tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah (Kesuma, 2011:9) sebagai berikut:

1) menguatkan dan mengembangkan nilai -nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;

2) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

3) membangun koneksi yang harm oni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam pedoman sekolah “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Kemendiknas, 2010) :

1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai -nilai budaya dan karakter bangsa;


(54)

2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai -nilai universal dan tra disi budaya bangsa yang religius;

3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

b. Fungsi pendidikan karakter

Disamping memiliki tujuan, pendidikan karakter juga memiliki fungsi. Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1) pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

2) perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan


(55)

3) penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai -nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

c. Pendidikan Karakter sebagai Sarana Penanaman Budi Pekerti

Pendidikan terbagi menjadi dua, pendidikan formal dan tidak formal. Pendidikan formal terjadi di sekolah, sedangkan pendidikan tidak formal terjadi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan di sekolah merupakan sarana yang paling efektif untuk mentransfer ilmu dan membentuk watak siswa. Bukan hanya pengetahuan saja yang seharusnya diajarkan di sekolah, melainkan sikap dan watak yang baik juga harus ditanamkan. Sama seperti yang disampaikan oleh Furqo n Hidayatullah (2010: 22), pendidikan tidak hanya cukup berhenti pada memberikan pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan membangun sistem keyakinan dan karakter yang kuat setiap peserta didik (siswa) sehingga mampu mengembang kan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya.

Pendidikan karakter penting untuk membentuk kepribadian penerus bangsa. Pendidikan karakter menurut menurut Dharma Kesuma, dkk (2011: 5 -6), dalam konteks P3 yang didefinisikan dalam seting sekolah adalah seba gai pembelajaran yang mengarah pada penguatan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan oleh suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Ia


(56)

menjelaskan juga bahwa definisi tersebut dapat mengandung makna (1) pendidikan karakter merupakan p endidikan yang terintegrasi dengan pembelalajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran, (2) diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh karena anak merupakan suatu potensi yang perlu dan wajib dikembangkan, (3) penguatan dan peril aku didasari oelh nilai yang dirujuk oleh sekolah.

d. Nilai-nilai pendidikan karakter

Dalam pendidikan karakter terdapat 18 nilai. Nilai -nilai tersebut adalah:

1) Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Indikator :

a) Mengagumi kebesaran Tuhan melalui kemampuan manusia dalam melakukan sinkronisasi antara aspek fisik dengan aspek kejiwaan.

b) Mengagumi kebesaran Tuhan karena kemampuan dirinya untuk hidup sebagai anggota masyarakat.

c) Mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan berbagai alam semesta.

d) Mengagumi kebesaran Tu han karena adanya agama yang menjadi sumber keteraturan hidup masyarakat.


(57)

e) Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai pokok bahasan dalam berbagai mata pelajaran.

2) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Indikator:

a) Tidak menyontek atapun menjadi plagiat dalam mengerjakan setiap tugas.

b) Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok diskusi.

c) Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap peajaran.

d) Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas. e) Membayar barang yang dibeli di toko sekolah denagn jujur. f) Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di

tempat lain.

3) Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Indikator :

a) Tidak menggangu teman yang berbeda pendapat. b) Menghormati teman yang berbeda adat istiadatnya. c) Bersahabat dengan teman dari kelas lain.

4) Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator:


(58)

a) Selalu tertib dalam melaksanaka n tugas-tugas kebersihan sekolah.

b) Tertib dalam berbahasa lisan dan tulis.

c) Patuh dalam menjalankan ketetapan -ketetapan organisasi peserta didik.

d) Menaati aturan berbicara yang ditentukan dalam sebuah diskusi kelas.

e) Tertib dalam menerapkan aturan penulisan untuk karya tulis.

5) Kerja keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh -sungguh dalam mengatasi berbagai hambat an belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik -baiknya. Indokator:

a) Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan.

b) Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan belajar. c) Selalu fokus pada pelajaran.

6) Kreatif: berpikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru dari yang telah dimiliki . Indikator:

a) Mengajukan pendapat yang berkenaan dengan suatu pokok bahasan.

b) Bertanya mengenai penerapan suatu hukum/teori/prinsip dari materi lain ke materi yang sedang dipelajari.


(59)

7) Mandiri: sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas -tugas. Indikator:

a) Melakukan sendiri tugas kelas yang menj adi tanggungjawabnya.

b) Mencari sendiri di kamus terjemahan kata bahasa asing untuk bahasa Indonesia atau sebaliknya.

8) Demokratis: cara berpikir, sikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Indikator: a) Memilih ketua kelompok berdasarkan suara terbanyak. b) Memberikan suara dalam pemilihan di kelas dan sekolah. c) Mengemukakan pikiran tentang teman -teman sekelas. d) Ikut membantu melaksanakan program ketua kelas.

9) Rasa ingin tahu: sikap dan tindakan yang selalu berupaya untu k mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Ind ikator:

a) Bertanya pada guru dan teman tentang materi pelajaran. b) Bertanya pada sesuatu tentang gejala alam yang baru

terjadi.

c) Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, teman, radio, atau TV.


(60)

10) Semangat kebangsaan: c ara berpikir, bertindak, dan berwawasana yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Indikator: a) Mengemukakan pikiran dan sikap mengenai ancaman dari

negara lain terhadap bangsa dan negara Indonesia.

b) Mengemukakan sikap dan tindakan yang akan dilakukan mengenai hubungan antara bangsa Indonesia dengan negara bekas penjajah Indonesia.

11) Cinta tanah air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Indikator:

a) Menyenangi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah Indonesia.

b) Menyenangi keragaman budaya dan seni di Indonesia. c) Menyenangi keragaman suku bangsa dan bahasa daerah

yang dimiliki Indonesia.

d) Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan, flora dan fauna Indonesia.

e) Menyenangi dan mengagumi produk, industri, dan teknologi yang dihasilkan bangsa Indonesia.

12) Menghargai prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi


(61)

masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain. Indikator:

a) Mengerjakan tugas dari guru dengan sebaik -baiknya. b) Berlatih keras untuk berprestasi dalam olahraga dan

kesenian.

c) Hormat kepada sesuatu yang sudah dilakukan guru, kepala sekolah,dan personali sekolah lain.

d) Menceritakan prestasi yang dicapai orang tua.

e) Menghargai hasil kerja pemimpin di masyarakat sekitarnya. f) Menghargai tradisi dan hasil karya masyarakat di

sekitarnya.

13) Bersahabat/komunikatif: t indakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,dan bekerja sama dengan orang lain. Indikator:

a) Bekerjasama dalam kelompok kelas. b) Berbicara dengan teman sekelas.

c) Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat. d) Bergaul dengan teman lain kelas.

e) Berbicara dengan guru, kepla sekolah, dan personalia sekolah lainnya.

14) Cinta damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain mersa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Indikator:


(62)

a) Melindungi teman dari ancaman fisik. b) Berupaya mempererat pertemanan.

c) Ikut berpartisipasi dalam sistem keamanan sekolah.

15) Gemar membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Indikator:

a) Membaca buku atau tulisan keilmuan, sastra, seni, budaya, teknologi, dan humaiora.

b) Membaca koran majalah dinding.

16) Peduli sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin member i bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Indikator:

a) Ikut dalam berbagai kegiatan sosial.

b) Meminjamkan alat kepada teman yang tidak membawa atau tidak punya.

17) Peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnnya dengan mengembangkan upaya -upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Indikator: Mengikuti berbagai kegiatan berkenaan dengan kebersihan, keindahan, dan pemeliharaan lingkungan.

18) Tanggung jawab: sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia


(63)

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang maha Esa. Indikator: a) Mengerjakan tugas dari guru dengan sebai k-baiknya. b) Berani menanggung resiko dari tindakan yang dilakukan. e. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam pembelajaran Menulis

Bahasa dan Sastra Indonesia

Pada bagian sebelumnya sudah disampaikan latar belakang dari penelitian ini. Latar belakang tersebut menjadi dasar tersusunnya rumusan masalah penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah yang ada, penulis akan mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam pembela jaran menulis Bahasa dan Sastra Indonesia.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dalam KTSP. Semua materi pembelajaran akan disatukan dengan nilai -nilai karakter. Yang dimaksud dengan menyatukan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah dalam setiap kompetensi dasar akan disisipkan nilai-nilai karakter yang diharapkan bisa diserap siswa saat belajar Bahasa Indonesia. Jadi siswa tidak hanya belajar mengenai materi pembelajaran saja. Akan tetapi siswa juga belajar tentang nilai -nilai karakter yang akan mempengaruhi akhlaknya untuk selalu bertindak secara positif.


(64)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil kajian pustak a di atas, kemudian disusun ker angka berpikir sebagai berikut.

1. Pengembangan materi pembelajaran menulis diintegrasikan dengan pendidikan karakter.

2. Pengembangan pendidikan karakter bertolak pada butir -butir pendidikan karakter yang sudah dijabarkan oleh Depdiknas.

3. Berdasarkan butir-butir pendidikan karakter kemudian dipakai sebagai dasar untuk menyusun indikator seluruh kompetensi dasar.

4. Atas dasar jabaran indikator berdasarkan kompetensi dasar, kemudian dikembangkan materi pembelajaran pembelajaran menulis.


(65)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun sebuah bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Bagan 1

Pengembangan Materi Pembelajaran

Menulis

Pendidikan Karakter

Butir-butir Pendidikan Karakter

Indikator Seluruh Kompetensi

Dasar

Materi Pembelajaran

Menulis yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter Kompetensi


(66)

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan d ipaparkan mengenai metod ologi penelitian. Metodolologi penelitian terdiri atas jenis penelitian, subjek penelitian dan sumber data, data, teknik pengumpulan data , instrumen, teknik analisis data, prosedur pengembangan, dan keluaran (output).

1.1 Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan pembelajaran . Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran menulis B ahasa Indonesia siswa kelas VII semester 1 dan 2.

1.2 Subjek penelitian dan sumber data

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar keterampilan menulis kelas VII semester 1 dan 2. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

1.3 Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa informasi yang diperoleh dari penyebaran kuesioner yang kemudian akan dijelaska n secara kualitatif. Data kualitatif berupa


(67)

informasi mengenai tanggapan , saran, dan kritik berdasarkan penilaian pak ar dan praktisi pendidikan dan S astra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas VII mau pun siswa.

1.4 Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuisioner. Wawancara merupakan cara menghimpun bahan -bahan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara lisan, berhadapan muka, dan dengan tujuan yang telah ditentuk an. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara ter pimpin, yaitu wawancara yang terstruktur dan tersusun secara sistematis (Sudijono, 2011:82). Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia serta beberapa siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.

Wawancara kepada guru dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh guru mengaitkan materi pelajaran dengan penanaman nilai -nilai karakter kepada siswa serta cara guru mengajar di kelas. Sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan untuk mengetahui bagaimana pandangan dan sikap siswa terhadap pendidikan karakter yang tahun ini mulai diberlakukan dan komentar siswa terhadap cara mengajar guru.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi da ri responden. Kuesioner yang dibagikan kepada siswa sebanyak dua buah kuesioner, kuesioner untuk mengetahui kondisi


(68)

awal siswa, tanggapan siswa mengenai pernyataan -pernyataan yang mengandung nilai-nilai karakter, dan kuisioner penilaian produk yang dihasilkan oleh peneliti.

1.5 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket dan daftar pertanyaan wawancara. Berikut ini akan dijelaskan tentang instrumen yang digunakan dalam penelitian.

A. Angket (Kuesioner)

Dalam penelitian ini, penggunaan angke t dilakukan sebanyak dua kali. Angket pertama digunakan untuk mendapatkan analisis kebutuhan mengenai persepsi siswa terhadap kedelapanbelas nilai karakter. Angket tersebut berisi 30 butir pernyataan yang disertai dengan empat pilihan jawaban A, B, C, D yang harus dipilih salah satu oleh siswa.

Angket kedua digunakan peneliti untuk penilaian produk pengembangan agar mendapat masukan dari siswa. Angket penilaian produk pengembangan ini berisi 25 butir pernyataan tentang keadaan produk yang dihasilkan disertai dengan empat pilihan jawaban SB (sangat baik), B (baik), K (kurang), dan SK (sangat kurang).

B. Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada dua narasumber, yaitu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa-siswi SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Instrumen wawancara dalam penelitian ini


(1)

9. Apakah guru Anda memberi kesempatan kepada Anda untuk memberikan saran atau pendapat mengenai ma teri untuk pembelajaran men ulis di kelas? 10. Metode apa yang digunakan guru Anda dalam m engajarkan pembelajaran

menulis bahasa Indonesia?

11. Apakah metode yang digunakan guru Anda dapat meningkatkan semangat Anda dalam mengikuti pelajaran?

12. Apakah materi yang disampaikan guru Anda dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis Anda?

13. Apakah bahan pembelajaran men ulis yang digunakan guru Anda berkaitan dengan nilai-nilai karakter?

14. Apakah guru mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki nilai -nilai karakter yang patut diteladani?


(2)

192

PERSEPSI SISWA TERHADAP MODUL PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA

INDONESIA SMP KELAS VII SEMESTER 1 DAN 2 Keterangan:

SB = Sangat baik K = Kurang

B = Baik SK = Sangat kurang

No. Kondisi Modul Kualitas Modul

SB B K SK

1. Cover depan dengan judul “Pendidikan

Karakter Terintegrasi Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Semester

1 dan 2” dengan ilustrasi gambar “kegiatan menulis yang sedang dilakukan siswa SMP”

2. Cover depan dengan judul “Pendidikan Karakter Terintegrasi Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia SMP Kelas VII Semester

1 dan 2” dengan ilustrasi gambar “siswa SMP yang sedang menulis” mencerminkan

isi modul yang membahas tentang

pembelajaran menulis kelas VII semester 1 dan 2 yang diintegrasikan dengan

pendidikan karakter.

3. Pewarnaan cover biru dan tulisan pada cover putih dan hitam.

4. Gambar yang mencerminkan nilai karakter pada awal pelajaran menambah kemenarikan modul dan dapat membangkitkan semangat siswa untuk mempelajari halaman -halaman selanjutnya.

5. “Peta Konsep Pelajaran” memberikan

kejelasan kepada siswa tentang mataeri, nilai karakter, dan pengintegrasian mataeri

dengan nilai karakter yang akan dipelajari. 6. Bagian “Mari bercermin!”memberikan

contoh dan kejelasan kepada siswa tentang nilai karakter yang akan dipelajari dan dapat dijadikan sebagai alat untuk meneliti diri siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

7. Pada halaman 2 bagian akhir dan halaman 3 bagian awal diberikan uraian singkat tentang pengalaman pribadi dan kegiatan yang akan dilakukan sebagai pengantar untuk

memasuki kegiatan awal pada materi. 8. Pada halaman 3 terdapat “Kolom latihan 1

sebagai tahap awal siswa mengingat pengalamannya pada kolom yang disediakan.

9. Pada halaman 3 terdapat uraian singkat tentang contoh membantu orang lain dan ajakan untuk jujur dalam menulis pengalaman.

10. “Kolom latihan 2”mengajak siswa untuk

melihat karakter “persahabatan” yang

sudah tercermin pada pengalaman siswa membantu orang lain.

11. Pada halaman 4 terdapat contoh yang

dikemas dalam “Belajar dari teman”.

12. Pada halaman 5 terdapat “Kolom latihan 3

untuk mengukur tingkat pemahaman siswa menyusun pokok-pokok pengalaman. 13. Pengantar dan uraian tentang kegiatan yang

akan dilakukan siswa dan pengertian tentang buku harian. (hlm.5)

14. “Belajar dari teman” (contoh buku harian) sebagai gambaran isi buku harian sebelum siswa ditugaskan menulis buku harian. (hlm.5)

15. Kolom pertanyaan untuk membantu siswa memahami contoh catatan harian dan memahami bagian-bagian dalam catatan harian. (hlm.6)

16. Materi tentang bagian-bagian yang ada dalam catatan harian beserta contoh. (hlm.6)


(4)

194 17. Pada halaman 6 bagian akhir diberikan

anjuran untuk memperhatikan “ruang kebahasaan”.

18. Pada halaman 6 terdapat kalimat penugasan untuk bekerja secara pribadi kemudian dilanjutkan bekerja dalam kelompok . 19. Pada halaman 7 terdapat latihan menulis

catatan harian sebagai bukti bahwa siswa benar-benar sudah menguasai kompetensi dasar pelajaran.

20. “Tugas akhir pelajaran” untuk melatih

siswa mempraktikkan pelajaran di kelas dalam kehidupan sehari -hari.

21. “Ruang Kebahasaan”memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kebahasaan yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang diberikan dalam pelajaran.

22. “Senyum pengukur karakter” untuk

mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap nilai karakter yang diintegrasikan dalam pelajaran.

23. Ukuran dan jenis huruf yang digunakan dalam modul sudah cukup untuk ukuran saya membaca.

24. Pewarnaan dalam modul.

25. Penggunaan kata dalam kalimat penugasan dan materi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

Nama

Nomor Mahasiswa Program Studi

Jurusan

Fakultas

Semester

Hal

: Permohonan

Ijin

Penelitian Kepada

Yth. Kepala SMP Bopkri Yogyakarta

Dengan hormat,

Dengan ini kami memohonkan

ijin

bagi mahasiswa kami, Lidwina Wimalasari

081224044

Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Pendidikan Bahasa dan Seni

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

8 (delapan)

untuk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan Skripsi, dengan ketentuan

sebagai berikut: Lokasi

Waktu Topik/Judul

Atas perhatian dan

ijin

yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta" 2O

Mx

et 2012 u.b. Dekan,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Tembusan Yth.:

: SMP Bopkri

I

Yogyakarta :

April

-Juni2012

:

Pendidikan

Karakter Terintegrasi dalam

Pembelajaran Menulis


(6)

BIODATA

Lidwina Wimalasari dilahirkan di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah pada tangga l 1 Mei 1990. Pendidikan Sekolah Dasar Negeri Ngawen 1 pada tahun 2002. Pada Tahun 2005 menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Marganingsih Muntilan. Pada tahun 2008 menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Marsudirini Muntilan. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Sanata Dharma pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI