HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KAMPUNG RAMAH ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD NEGERI BADRAN YOGYAKARTA.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KAMPUNG RAMAH ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI

DI SD NEGERI BADRAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ajeng Ningtias Irianti Suwandi NIM 12108241074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua”

(James Arthur Baldwin)

“Motivation is what gets you started. Habit is what keeps you going” (Jim Rohn)


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah SWT, Tuhan semesta alam,

2. Bapak dan Ibu beserta keluarga yang telah memberikan kasih sayang, doa, dan segala pengorbanannya,

3. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta, 4. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KAMPUNG RAMAH ANAK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI

DI SD NEGERI BADRAN YOGYAKARTA Oleh

Ajeng Ningtias Irianti Suwandi NIM 1210824174

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tingkat persentase persepsi terhadap Kampung Ramah Anak pada siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta, 2) mengetahui tingkat persentase motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta 3) mengetahui hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dengan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional ex-postfacto. Populasi penelitian ini sebanyak 62 siswa kelas IV, V, dan VI yang bertempat tinggal di lingkungan Kampung Ramah Anak. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrumen skala Kampung Ramah Anak dan skala motivasi belajar. Instrumen dikembangkan dengan menggunakan validitas isi oleh ahli dan dilakukan uji coba yang selanjutnya dihitung validitas dan realibilitasnya menggunakan bantuan SPSS versi 22. Hasil uji validitas instrumen skala Kampung Ramah Anak sejumlah 15 butir soal dinyatakan gugur sehingga jumlah butir instrumen adalah 30 butir dengan realibilitas menunjukkan hasil 0,881, sedangkan instrumen skala motivasi belajar dinyatakan valid sebanyak 30 butir dengan realibilitas menunjukkan 0,857. Teknik analisis data dilakukan dengan uji korelasionalperson product momen.

Hasil penelitian ini menunjukkan 1) variabel persepsi terhadap Kampung Ramah Anak menunjukan kategori sedang dengan nilai antara 19,82-25,3 sebesar 68,85 % yang didapat dari 42 siswa dari jumlah populasi sebanyak 62 siswa, 2) variabel motivasi belajar menunjukkan kategori sedang dengan nilai antara 87,94-106,72 sebesar 70,49 % yang didapat dari 43 siswa dari jumlah populasi sebanya 62 siswa, 3) ada hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran. Hal tersebut didasarkan pada perolehan nilai koefisien korelasi sebesar 0,360 pada proposi signifikansi 0,004 < 0,01 yang membuat Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian ini diartikan jika persepsi terhadap Kampung Ramah Anak tinggi maka motivasi belajar juga tinggi, berlaku juga sebaliknya saat variabel bernilai rendah.

Kata Kunci:persepsi,Kampung Ramah Anak, motivasi belajar, SD Negeri Badran Yogyakarta


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir skripsi dengan judul “Hubungan antarapersepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan Motivasi Belajar Siswa Kelas Tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun sebagai realisasi tugas mata kuliah Tugas Akhir Skripsi, sekaligus diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi PGSD Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberi arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepala SD Negeri Badran Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengambil data penelitian ini.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Motivasi Belajar 1. Motivasi... 11

2. Belajar ... 13

3. Motivasi Belajar ... 16

B. Kajian tentang Persepsi Anak 1. Pengertian Persepsi ... 22


(11)

C. Kajian Kampung Ramah Anak

1. Lingkungan ... 24

2. Kampung Ramah Anak... 29

D. Karakteristik Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar ... 39

E. Penelitian yang Relevan ... 40

F. Kerangka Berpikir ... 41

G. Perumusan Hipotesis ... 43

H. Definisi Operasional ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Variabel Penelitian ... 45

C. Populasi Penelitian... 46

D. Setting Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas ... 55

2. Uji Reliabilitas ... 57

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif ... 59

a. Deskripsi Data Variabel Kampung Ramah Anak ... 60

b. Deskripsi Data Motivasi Belajar ... 64

2. Pengujian Hipotesis ... 66

C. Pembahasan ... 68


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Instrumen persepsi terhadap

Kampung Ramah Anak sebelum Uji Coba ... 47

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak setelah Uji Coba ... 49

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar sebelum Uji Coba ... 51

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar setelah Uji Coba ... 51

Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Instrumen Instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak ... 52

Tabel 6. Pedoman Pemberian Skor Motivasi Belajar ... 52

Tabel 7. Perhitungan Kategori ... 54

Tabel 8. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 54

Tabel 9. Hasil Validitas Uji Coba InstrumenInstrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak ... 55

Tabel 10. Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Motivasi Belajar ... 57

Tabel 11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak ... 58

Tabel 12. Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Belajar ... 59

Tabel 13. Pengkategorian... 61

Tabel 14. Frekuensi Kategori Variabel Instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak ... 61

Tabel 15. Skor per sub variabel Instrumen Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak ... 62

Tabel 16. Pengkategorian... 64

Tabel 17. Frekuensi Kategori Variabel Motivasi Belajar ... 64

Tabel 18. Skor Variabel Motivasi Belajar... 65

Tabel 19. Hasil Uji Korelasi Instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dengan Motivasi Belajar ... 67


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 43 Gambar 2. Diagram Batang Variabel Instrumen persepsi terhadap Kampung

Ramah Anak ... 61 Gambar 3. Diagram Batang skor per sub Variabelpersepsi terhadap Kampung

Ramah Anak ... 63 Gambar 4. Diagram Batang Skor Indikator Motivasi Belajar... 66


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Instrumen Uji Coba Penelitian ... 81

Lampiran 2. Data Skor Hasil Uji Coba ... 86

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliablitas ... 90

Lampiran 4. Pengantar Instrumen ... 96

Lampiran 5. Instrumen Penelitian ... 97

Lampiran 6. Data Hasil Penelitian ... 101

Lampiran 7. Analisis Data Penelitian... 103

Lampiran 8. Foto-foto Penelitian ... 104

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ... 105

Lampiran 10. Surat Keterangan telah Melakukan Uji Coba ... 107


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah anak yang cukup banyak. Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik hasil proyeksi sensus penduduk pada tahun 2010 dalam profil anak 2013 (2013:1) jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 243.840 juta jiwa. Sekitar 33,9% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Anak merupakan penerus dan pewaris generasi bangsa sehingga mereka memiliki peran penting dalam pembangunan. Generasi bangsa yang berkualitas dapat dihasilkan salah satunya dengan memenuhi hak-hak anak. Hak-hak anak yang harus dipenuhi menurut UU nomor 35 tahun 2014 diantaranya adalah hak bermain, berkreasi, berpartisipasi, berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan, bebas beragama, bebas berkumpul dan bergaul, bebas berserikat, hidup dengan orang tua, hak atas kelangsungan hidup, hak tumbuh dan berkembang, hak memiliki identitas status kewarganegraan, hak atas perlindungan hukum, hak asuh atau pengangkatan, hak atas pelayanan kesehatan, dan hak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Hak-hak tersebut didapat oleh anak melalui peran keluarga, masyarakat, pemerintah, dan sekolah.


(17)

Salah satu hak anak yang harus dipenuhi adalah memperoleh pendidikan dan pengajaran. Terpenuhinya hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak dapat diketahui dari tercapainya tujuan pendidikan, seperti hasil belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya motivasi belajar. Sardiman (2007: 40) menyatakan seseorang akan berhasil dalam belajar jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Hal tersebut merupakan prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut dengan motivasi.

Menurut Sardiman (2007: 75) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Daya penggerak tersebut diperoleh dari dalam diri siswa melalui pengaruh lingkungan sekitarnya. Seperti yang dinyatakan Wlodkowski dan Jaynes (2004:24) bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh budaya, keluarga, sekolah dan diri anak. Selain guru di sekolah, keluarga dan lingkungan tempat tinggal memberikan pengaruh dalam motivasi belajar anak. Motivasi belajar yang tinggi sangat diperlukan oleh anak karena dengan motivasi belajar yang tinggi dapat menghasilkan hasil belajar yang memuaskaan.

Motivasi belajar dapat berasal dari rumah atau dalam keluarga. Berdasarkan beberapa penelitian, orang tua memberi pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak. Wlodkowski dan Jaynes (2004: 27-28)


(18)

menyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Clark menunjukkan bahwa keberhasilan belajar seorang anak didapat dari keluarga yang efektif. Salah satu ciri keluarga yang efektif adalah dengan menciptakan suasana rumah yang aman sebagai tempat untuk mendapatkan dukungan dan pengertian. Agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi maka diperlukan kepedulian orang tua terhadap belajar anaknya di rumah maupun di sekolah sebagai bentuk dukungan dan pengertian orang tua. Selain itu, adanya lingkungan yang kondusif memungkinkan seorang anak dapat belajar dengan baik. Namun pada kenyataannya, masih banyak anak yang tinggal di lingkungan yang kurang mendukung dengan kondisi keluarga yang bermasalah.

Pemerintah melalui program Kampung Ramah Anak berusaha melindungi hak-hak anak dan menyelesaikan permasalahan terkait kepentingan anak dengan mewujudkan Kota Layak Anak. Program Kampung Ramah Anak yang kini sedang dibangun di kota Yogyakarta merupakan program kerja Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai upaya pemenuhan hak anak. Berlandaskan pada UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak maka disusunlah kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan nomor 2 tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Kota Yogyakarta sebagai kota yang mendapat julukan Kota Pelajar turut peduli dengan hak-hak anak, agar anak-anak Indonesia khususnya Yogyakarta dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.


(19)

Pelaksanaan Kampung Ramah Anak melibatkan semua pihak dalam melindungi dan memenuhi hak-hak anak. Orang tua dan masyarakat berusaha menciptakan lingkungan yang benar-benar ramah anak. Selain menciptakan lingkungan yang ramah anak, program Kampung Ramah Anak juga memiliki berbagai kegiatan. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan untuk anak-anak dan penyuluhan untuk orang tua. Setiap kampung yang menjadi Kampung Ramah Anak diberi bantuan biaya oleh pemerintah guna menyelenggarakan kegiatan tersebut. Anak-anak di Kampumg Ramah Anak diajak aktif bersosialisasi dengan bermain, belajar, dan mengikuti penyuluhan, hal tersebut juga didukung dengan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Berdasarkan artikel yang diakses melalui www.layakanak.org, Pemerintah kota Yogyakarta hingga 14 Desember 2015 sudah membentuk 115 Kampung Ramah Anak. Dari jumlah tersebut, kampung Badran merupakan salah satu Kampung Ramah Anak yang ada di Kota Yogyakarta. Kampung Badran merupakan Kampung Ramah Anak yang pertama kali dirintis oleh pemerintah kota Yogyakarta sejak tahun 2011. Badran ditunjuk sebagai kampung percontohan program Kampung Ramah Anak oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Nama kampung Badran sudah tidak asing lagi ditelinga sebagian masyarakat Kota Yogyakarta karena letaknya berada ditengah kota. Kampung Badran merupakan lingkungan padat penduduk yang berada dibantaran sungai Winongo. Kampung Badran memiliki sejarah kelam dengan julukan “kampung hitam”, alasannya karena warga yang tinggal di kampung tersebut memiliki pekerjaan sebagai pencopet, pengamen, PSK dan aktivitas-aktivitas


(20)

negatif lainnya. Tidak heran jika di kampung Badran banyak ditemui anak yang tidak memiliki orang tua lengkap, tidak memiliki akta kelahiran dan bahkan mendapatkan perlakuan kasar dari orangtuanya dirumah. Hal tersebut mendorong Pemerintah Kota Yogyakarta khususnya Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak untuk menuntaskan permasalahan yang ada di kampung Badran dan mengembalikan citra positif kampung Badran melalui program Kampung Ramah Anak.

Tujuan Kampung Ramah Anak adalah menciptakan kondisi keluarga yang efektif dan lingkungan yang kondusif. Tujuan khusus Kampung Ramah Anak di kampung Badran dalam bidang pendidikan salah satunya adalah agar anak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Tujuan tersebut dapat tercapai jika ketentuan dan indikator dalam pelaksanaan Kampung Ramah Anak benar-benar terpenuhi. Harapannya, kampung Badran sebagai Kampung Ramah Anak bukan hanya sekedar menjadi label namun benar-benar menciptakan lingkungan yang ramah anak. Jika semua pihak melaksanakan peran serta kewajibannya dengan benar dalam pelaksanaan program Kampung Ramah Anak maka akan tercipta lingkungan yang kondusif sehingga anak akan memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sebaliknya, jika kampung ramah anak hanya menjadi label maka anak terus berada dalam masalah yang dibawa dari rumah dan lingkungan tempat tinggal sehingga membuat motivasi belajar anak di sekolah rendah.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Januari 2016 kampung Badran memiliki 4 RW yang terdiri dari RW 09, RW 10, RW 11, dan RW 12.


(21)

Empat RW tersebut semuanya merupakan Kampung Ramah Anak. Warga kampung Badran bekerjasama dengan berbagai pihak dalam melaksanakan program Kampung Ramah Anak, yaitu dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Griya Mandiri dan PT Sarihusada. Banyak kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung program kampung ramah anak di Badran seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM), aturan Jam Belajar Masyarakat, kegiatan TPA, Bina Keluarga, Bank Sampah, PAUD Tumbuh Kembang Ceria, Kelompok belajar, Sanggar Anak dan Penyuluhan-penyuluhan untuk orang tua. Dibentuknya Forum Anak Kampung Badran juga untuk mendukung pelaksanaan kampung ramah anak di kampung Badran. Forum Anak Kampung Badran Patriot merupakan wadah kegiatan anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan Kampung Ramah Anak.

Kampung Ramah Anak Badran dinobatkan sebagai percontohan Kampung Ramah Anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Fajar Kharisma (2015) dampak adanya kampung Ramah anak benar-benar dirasakan oleh sebagian warga Badran. Kampung Ramah Anak telah mampu mengurangi tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi pada anak-anak di Kampung Badran. Memasuki wilayah kampung Badran kita akan menemukan plang-plang di sepanjang jalan yang bertuliskan hak-hak anak dan kewajiban orang tua. Tujuan pemasangaan plang tersebut sebagai pengingat untuk orang tua mengenai hak-hak anak yang harus dipenuhi. Tidak hanya plang mengenai hak anak, terdapat juga plang yang berisi ilmu pengetahuan seperti materi sejarah tentang pahlawan, mengenal benua-benua, dan pengetahuan yang lain.


(22)

Sarana belajar dan bermain anak juga telah disedikan dikampung badran seperti perpustakaan, tempat bermain, dan kolam renang. Selain sarana belajar daan bermain di kampung Ramah Anak Badran juga terdapat sarana olahraga, sarana ibadah, dan sarana pendidikan.

Di Kampung Badran terdapat sarana pendidikan, salah satunya pada jenjang sekolah dasar yaitu SD Negeri Badran. SD Negeri Badran merupakan salah satu sekolah yang terletak di lingkungan kampung ramah anak. Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2016, Kepala Sekolah menyampaikan bahwa 80% siswa yang bersekolah di SD Negeri Badran bertempat tinggal di kampung Badran. Pelaksanaan program kampung ramah anak diharapkan dapat mendukung anak dalam meningkatkan semangat dan motivasi belajar. Namun pada kenyataannya masih ditemui beberapa kasus terkait motivasi belajar siswa. Menurut keterangan beberapa guru masih ada siswa yang tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran yaitu sekitar 30%. Saat observasi di sekolah juga ditemui beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti pembelajaran karena tidak membawa buku pelajaran dan alat tulis. Saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran masih banyak siswa yang berbicara sendiri. Data kehadiran pada semester ganjil juga menunjukkan angka ketidakhadiran yang cukup tinggi sebesar 28,5% pada bulan Agustus 2015 dan 12,23% pada bulan Desember 2015. Guru kelas 6 juga menyampaikan bahwa setelah pulang sekolah siswa-siswanya selalu menghabiskan waktu untuk bermain hal tersebut karena mayoritas orang tuanya sibuk bekerja sehingga anak kurang mendapatkan perhatian.


(23)

Lingkungan yang kondusif dan berpihak pada kepentingan anak idealnya membuat anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataanya masih ditemukan beberapa masalah terkait motivasi belajar siswa SD Negeri Badran seperti yang telah dipaparkan diatas. Meninjau dari kasus tersebut. peneliti ingin mengetahui “adakah hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, dapat diidentifikasi masalah yang muncul antara lain:

1. 30% siswa tidak bersemangat mengikuti pelajaran.

2. Kurangnya keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran karena tidak membawa buku pelajaran dan alat tulis.

3. Angka ketidakhadiran siswa sebesar 28,5% pada bulan Agustus 2015 dan 12,23% pada bulan Desember 2015.

4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap belajar anak.

5. Idealnya lingkungan yang kondusif dan berpihak pada kepentingan anak membuat anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun kenyataannya masih ditemui beberapa masalah terkait kurangnya motivasi belajar siswa di SD Negeri Badran.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian dipengaruhi banyak hal. Mengingat luasnya masalah yang dikaji, maka peneliti membatasi masalah tersebut


(24)

pada adakah hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian yang muncul dan ingin dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapakah tingkat persentase persepsi terhadap Kampung Ramah

Anak pada siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta ? 2. Berapakah tingkat persentase motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD

Negeri Badran Yogyakarta ?

3. Adakah hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat persentase persepsi terhadap Kampung Ramah Anak pada siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta.

2. Mengetahui tingkat persentase motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta.

3. Mengetahui hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dengan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta.


(25)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Penelitian ini bagi para siswa diharapkan dapat memberikan informasi manfaat dari penyelenggaraan program Kampung Ramah Anak.

b. Bagi Kepala Sekolah, Guru, Orang tua, dan Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan gambaran bagi kepala sekolah, guru, orangtua, dan masyarakat mengenai manfaat lingkungan tempat tinggal dengan adanya Kampung Ramah Anak terhadap motivasi belajar siswa.

c. Bagi Pemerintah dan Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan pelaksanaan Kampung Ramah Anak hubungannya dengan motivasi belajar anak sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan penentuan kebijakan selanjutnya mengenai Kampung Ramah Anak.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup jelas mengenai hubungan antara persepsi terhadap Kampung


(26)

Ramah Anak dengan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama yang berkaitan dengan motivasi belajar.


(27)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Motivasi Belajar

1. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif. Gerungan (2004: 151) menyatakan motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan, atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Berdasarkan pengertian tersebut, seorang individu melakukan suatu aktivitas didasarkan pada sebuah alasan. Alasan tersebut disebut dengan dorongan. Dorongan dapat berasal dari mana saja, baik dari dalam diri seseorang maupun pengaruh dari luar.

Menurut Hamzah B. Uno (2006:9) motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu agar lebih baik dari keadaan sebelumnya. Berdasarkan pernyataan Nana Syaodih (2009:61) motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu. Sardiman (2007:75) menyatakan motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak menyukainya, maka ia akan berusaha untuk menghilangkan perasaan tidak suka itu.

Memahami beberapa pengertian diatas, maka yang dimaksud motivasi merupakan sebuah dorongan yang dipengaruhi oleh hal-hal yng berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar yaitu lingkungan


(28)

sekelilingnya untuk melakukan sesuatu agar tercapai sebuah tujuan. Dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang merupakan keinginan berbuat sesuatu tanpa pengaruh hal lain diluar dirinya. Dorongan berbuat sesuatu yang berasal dari luar merupakan pengaruh atu rangsangan yang diperoleh seseorang yang berasal dari berbagai pihak dan berbagai hal di sekitarnya.

2. Belajar

Saat kita belajar terjadi suatu proses penemuan dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Suyono dan Hariyanto (2011:9) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dengan belajar seorang individu dapat berproses untuk meningkatkan kualitas pada dirinya dengan memperoleh suatu ilmu baru. Peningkatan tersebut dapat ilihat dalam 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal berbeda dinyatakan Thorndike dalam Uno (2010:11) mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Pengertian belajar menurut W.S. Winkel(2002) dalam Ahmad Susanto (2013:4) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dalam lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

“Hamzah Uno (2010:21) menyimpulkan belajar dalam arti sempit ialah proses perubahan tingkah laku sesorang setelah memperoleh


(29)

informasi yang disengaja. Belajar dalam arti yang luas, ialah proses perubahan tingkah laku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalm berbagai aspek kehidupan.”

Berdasarkan pengertian Belajar dari beberapa ahli, maka belajar adalah suatu proses interaksi seorang individu dengan lingkungan sekitarnya untuk mendapatkan suatu hal baru yang bermanfaat dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Proses belajar dapat berlangsung dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalyono (2009:55-60) menyatakan faktor yang mempengaruhi belajar ada 2, yaitu faktor internal (yang berasal dari dalam) dan faktor eksternal (yang berasal dari luar). Faktor Internal meliputi:

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan belajar. Bila sedang dalam keadaan tidak sehat seseorang akan kurang semangat untuk belajar. Hal tersebut disebabkan karena badan yang kurang sehat dan pikiran yang kurang segar akan lebih sulit untuk berkonsentrasi atau bekerja.

b. Intelegensi dan bakat

Sesorang yang memiiki intelegensi yang tinggi pada umumnya lebih mudah dalam belajar dan hasilnya cenderung lebih baik, sedangkan orang yang memiliki intelegensi yang rendah cenderung mengaalami kesulitan dalam belajar.


(30)

c. Minat dan motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar untuk memperoleh benda atau mencapai tujuan yang diminati. Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan belajar.

d. Cara Belajar

Cara belajar setiap orang berbeda-beda. Waktu belajar, teknik-teknik belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran, penyesuaian bahan belajar, dan suasana belajar perlu diperhatikan dalam belajar.

Faktor eksternal meliputi : a. Keluarga

Pencapaian belajar anak dipengaruhi oleh keadaan keluarga dan orang tua. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan orang tua, cukup atau kurangnya perhatian orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak dan tenang atau tidaknya situasi dalam rumah merupakan hal-hal dalam keluarga yang berpengaruh dalam belajar seorang anak.


(31)

b. Sekolah

Keberhasilan belajar anak di sekolah dipengaruhi beberapa hal seperti kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas serta perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, dan pelaksanaan tata tertib sekolah.

c. Masyarakat

Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik hal ini akan mendorong anak lebih giat dalam belajar. Sebaliknya apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah, dan penggangguran, hal tersebut akan mengurangi semangat belajar anak sehingga motivasi belajar kurang.

d. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal seperti bangunan rumah yang rapat, lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas akan mempengaruhi kegairahan dalam belajar.

3. Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberi arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan


(32)

tujuan dapat tercapai (Sardiman 2007:75). Pengertian motivasi belajar menurut Hamzah Uno (2010:23) adalah suatu dorongan internal maupun eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal serupa disampaikan Wlodkowski dan Jaynes (2004: 11) yang menyatakan motivasi belajar adalah suatu nilai dan suatu dorongan untuk belajar.

Meninjau pengertian motivasi belajar menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam belajar yang dimiliki seseorang yang dipengaruhi oleh kemauan yang besar, baik berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar seperti keluarga dan lingkungan agar tercapai tujuan belajar. Dorongan dalam belajar yang berasal dari dalam diri seseorang dan hal-hal diluar dirinya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disebut dengan faktor motivasi belajar.

Faktor motivasi belajar ada 2 yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan faktor motivasi belajar yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ekstrinsik merupakan pengaruh dari luar. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsaangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Sardiman (2007: 89-91) menyatakan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya minat, kesehatan, bakat,


(33)

disiplin, dan intelegensi. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada perangsang dari luar. Contohnya keluarga, fasilitas, jadwal, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Wlodkowski dan Jaynes (2004, 24-40) menyebutkan ada empat hal besar yang menjadi faktor motivasi belajar anak, yaitu kultur, keluarga, sekolah, dan diri anak itu sendiri. Penjelasan empat faktor tersebut sebagai berikut:

a. Kultur atau yang sering disebut juga dengan budaya merupakan faktor motivasi belajar karena kultur setiap kelompok etnik mempunyai nilai-nilai tersendiri tentang belajar. Sistem nilai yang dianut orang tua juga akan mempengaruhi keterlibatan orang tua secara mendalam dalam upaya-upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar seorang anak.

b. Keluarga berdasarkan penelitian dan pengalaman, orangtua merupakan faktor utama dalam belajar anak. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom dalam Reni Akbar-Hawadi (2001: 93) yang menunjukkan adanya keterlibatan langsung keluarga atau orang tua dalam belajar anak dapat mengarahkan anak dalam mencapai tujuan mereka dengan motivasi yang kuat karena dorongan-dorongan orang tua merupakan hal yang utama .

c. Sekolah dalam hal ini guru merupakan orang yang paling mengerti dengan keadaan siswa di sekolah. Adapun ciri-ciri guru yang efektif dalam memotivasi, yaitu:


(34)

1) guru memberikan bahan pelajaran sesuai kapasitas muridnya, 2) guru memberikan umpan balik bagi muridnya,

3) guru memberikan tes yang adil, 4) guru mampu bersikap empati, dan

5) guru menjelaskan kriteria untuk membangkitkan nalar anak

d. Diri Anak, didalam diri anak sudah terbentuk motivasi sendiri yang timbul tanpa pengaruh orang lain, seperti minat dalam suatu hal. Motivasi tersebut berupa dorongan yang kuat dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai atau kebutuhan yang memng harus dipenuhi. Contohya anak tetap akan belajar meskipun tidaak ada ulangan atau tugas, hal trsebut dikarenakan belajar meerupakan kebutuhan anak.

Berdasarkan uraian faktor-faktor motivasi belajar menurut para ahli dapat simpulkan bahwa motivasi belajar berasal dari dalam diri dan luar seorang individu. Faktor motivasi yang sangat kuat dalam diri seorang berupa minat dan kebutuhan. Faktor motivasi yang berasal dari luar berupa kondisi keluarga, peran orang tua, lingkungan masyarakat, dan sekolah. Faktor-faktor tersebut jika dalam keadaan baik maka akan membuat anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, sebaliknya jika faktor-faktor tersebut dalam kondisi yang tidak baik dalam mendukung belajar anak maka membuat motivasi belajar anak rendah.

Motivasi belajar dapat diketahui dan diukur dengan beberapa indikator. Berdasarkan pernyataan Hamzah B. Uno (2010:10) untuk


(35)

mengetahui motivasi belajar yang dimiliki anak dapat diketahui dengan indikator motivasi belajar yang diklasifikasikan sebagai berikut :

1) adanya hasrat dan keinginan berhasil,

2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar,

5) adanya kinginan yang menarik dalam belajar, dan 6) adanya lingkungan yang kondusif.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diuraikan mengenai indikator motivasi belajar sebagai berikut:

1) adanya hasrat dan keinginan berhasil

Jika dalam belajar anak memiliki hasrat dan keinginan berhasil yang tinggi maka motivasi belajar anak tinggi. Namun, jika dalam belajar anak tidak bersemangat dan tidak memiliki tujuan atau keinginan maka motivasi belajar anak rendah. 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Ketika seseorng belajar biasanya dipengaruhi oleh dorongan tertentu atau kebutuhan dalam belajar. Dorongan tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa maupun sekitarnya seperti teman, guru, orang tua atau masyarakat. Kebutuhan merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. Jika anak merasa belajar adalah suatu kebutuhan maka anak cenderung memiliki motivasi belajar yang tinggi.

3) adanya harapan dan cita-cita masa depan,

Anak dengan motivasi belajar tinggi atau apa harapan yang dimilikinya dan mau jadi apa dia nantinya. Dengan cita-cita


(36)

yang dimilikinya maka semangat anak untuk berusaha mewujudkannya akan lebih besar. Anak mengetahui bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan untuk meraih cita-citanya.

4) adaanya penghargaan dalam belajar

Pujian dan hadiah merupakan salah satu hal yang membuat anak termotivasi untuk belajar agar mendapatkannya. Adanya penghargaan dalam belajar sangat diperlukan untuk membuat anak memiliki motivasi belajar.

5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Kegiatan yang menarik sangat penting dalam proses belajar. Oleh karena itu inovasi dalam melaksanakan kegiatan belajar sangat diperlukan. Adanya kegiatan yang menyenangkan dan menarik membuat anak lebih termotivasi dalam belajar.

6) adanya lingkungan yang kondusif

Lingkungan yang kondusif merupakan salah satu faktor motivasi belajar anak. Adanya lingkungan yang nyaman, aman dan tenang akan lebih membuat anak senang dalam belajar dan dapat berkonsentrasi dengan baik. Lingkungan yang kondusif juga ditunjukkan dengan orang tua yang efektif. Jika orang tua selalu menciptakan lingkungan yang mendukung anak dalam belajar maka anak akan cencerung memiliki motivasi belajar yang tinggi.


(37)

B. Kajian tentang Persepsi Anak 1. Pengertian Persepsi

Menurut J.P Chaplin (2011:385) persepsi merupakan proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Sedangkan menurut Bimo Walgito (2010:99) persepsi merupakan suatu proses diterimanya stimulus yang diteruskan melalui alat indra.

Persepsi merupakan interpretasi tentang apa yang diindrakan atau dirasakan (John W. Santrock, 2002:152). Desmita (2011:118) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan menginterpretasi stimulus atau rangsangan yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Desmita (2011:118) juga mengemukakan bahwa persepsi merupakan hubungan manusia dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh diatas maka persepi adalah suatu respon dari adanya rangsangan dari lingkungan sekitar yang kemudian ditafsirkan menjadi sesuatu yang bermakna.

2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi setiap orang berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Stimulus persepsi dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu sendiri.

Alex Sobur (2003: 452-455) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ada 2, yaitu:


(38)

1) Faktor intern, meliputi kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan umum, serta penerimaan diri.

2) Faktor ekstern, meliputi intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, keakraban, dan sesuatu yang baru.

Menurut Bimo Walgito (2010: 101) faktor-faktor perseepsi yaitu: 1) Objek yang dipersepsi

Objek yang dipersepsi akan menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra, sehingga stimulus mempengaruhi persepsi.

2) Alat Indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indra merupakan reseptor untukk menerima stimulus yang selanjutnya diteruskan ke syaraf sensoris sebagai alat untuk menerukan stimulus ke pusat susunan syaraf.

3) Perhatian

Perhatian merupakan sebuah bentuk konsentrasi pada sekumpulan objek, untuk mengadakkan persepsi diperlukan adanya perhatian.

Meninjau beberapa faktor-faktor persepsi yang disampaikan Alex Sobur dan Bimo Walgito maka persepi dapat dipengaruhi dari dalam individu maupun dari luar individu. Persepsi merupakan aktivitas integrated dalam diri individu maka apa yang berpengaruh dari luar juga membuat yang ada didalam individu ikut aktif dalam perepsi. Faktor


(39)

persepsi dari dalam individu meliputi kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan umum, perhatian, alat indra dan sistem syaraf, serta penerimaan diri. Sedangkan faktor persepsi dari luar individu yaitu, meliputi objek yang dipersepsi atau stimulus, intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, keakraban, dan sesuatu yang baru.

C. Kajian Kampung Ramah Anak (KRA) 1. Lingkungan

Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) dalam Ngalim Purwanto (2011:72) yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Sartain membagi lingkungan itu menjadi tiga bagian yaitu lingkungan alam atau luar, lingkungan dalamdan lingkungan sosial.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa lingkungan alam ialah segala sesuatu sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, dan hewan. Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang mempengaruhi pertumbuhan fisik kita. Sedangkan yang dimaksud lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia yang mempengaruhi kita. Jika dibandingkan dengan kedua macam lingkungan yang telah dibicarakan dimuka, lingkungan alam dan lingkungan dalam maka lingkungan sosial mempunyai pengaruh yang lebih besar terutama terhadap pertumbuhan


(40)

rohani dan pribadi anak. Macam-macam lingkungan sosial yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pernyataaan Oemar Hamalik (2004:195-196) lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu. Lingkungan juga merupakan faktor belajar yang penting bagi seorang individu. Konteks lingkungan sebagai dasar pengajaran, pembelajaran atau pendidikan terdiri dari :

1) lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil,

2) lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya,

3) lingkungan alam meliputi sumber daya alam yang diberdayakan sebagai sumber belajar, dan

4) lingkungan kultural mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan.

Menurut Oemar Hamalik (2004:196) suatu lingkungan sebagai pengajaran atau pendidikan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.

1) Fungsi psikologis : stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon, yang menunjukkan tingkah laku tertentu. Respon tadi pada gilirannya dapat


(41)

menjadi stimulus baru yang menimbulkan respons baru, demikian seterusnya. Ini berarti lingkungan mengandung maksud dan melaksanakan funsi psikologis tertentu.

2) Fungsi pedagogi, lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

3) Fungsi instruksional, program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran, dan kondisi ligkungan kelas (fisik) merupakan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan pengaruh tertentu kepada individu. Lingkungan menawarkan sumber daya dan ikatan sosial yang memainkan peran penting dalam perkembangan anak. Lingkungan juga memiliki fungsi sebagai pengajaran atau pendidikan. Lingkungan yang baik akan berhasil menjalankan fungsinya dengan benar. Hubungannya dengan belajar anak, lingkungan yang baik dan kondusif dapat membuat anak nyaman dalam belajar sehingga anak akan memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berada dilingkungan yang tidak kondusif.

Menurut Dekovic dan Buist 2000;Parke dan Buriel 2006 dalam Laura E.Berk (2012: 75) konteks lingkungan bagi perkembangan yaitu keluarga, masyarakat, sekolah, tempat kerja, keagmaan, dan pergaulan teman. Keluarga merupakan konteks terlama dan utama bagi


(42)

perkembangan. Dalam keluarga anak-anak belajar bahasa, keterampilan, nilai moral, dan sosial budaya. Keluarga merupakan tempat kembali untuk memperoleh informasi, bantuan, dan interaksi yang menyenangkan.

Dalam lingkungan keluarga terdapat peran orang tua terhadap anaknya. Perlakuan orng tua terhadap anak berpengaruh pada perilaku keseharian anak. Keluarga yang ramah dan lembut cenderung membuat anak menjadi anak yang penurut, sedangkan keluarga yang keras cnderung menghasilkan perilaku anak yang lebih suka memberontak. Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004:28) didalam keluarga terdapat peran ayah dan ibu yang meliputi hal-hal seperti pengasuhan dan menjaga anak, memberikan afeksi dan perlindungan, memberikan rangsangan dan pendidikan.

Ciri-ciri orang tua yang efektif disebuttkan Clarck dalam Wlodkowski dan Jaynes (2004:28) sebagai berikut:

a. Adanya perasaan dapat mengatasi kehidupan. Orang tua yang efektif dapat mengasai diri dari permasalahan kehidupan. Meskipun dijerat permasalahan kemiskinan orang tua tetap akan memberikan penghargaan dan keyakinan dalam menatap keyakinan. Orang tua mampu mendengarkan problem anak dan anak tahu bahwa rumah adalah satu-satunya tempat yang aman untuk mendapatkan dukungan dan pengertian.


(43)

b. Komunikasi terus-menerus dengan anak. Orang tua perlu menanamkan tanggung jawab pada anak untuk masuk ke sekolah secara rutin, menyimak guru dikelas dan berpartisipasi dalam kegiatan disekolah. Hal tersebut harus dikomunikasika pada anak secara terus menerus.

c. Adanya visi keberhasilan di masa depan. Orang tua harus menanamkan pada anak mengenai cita-cita keberhasilan dengan kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut dapat tercapai didukung dengan kehidupan spiritual dan sosial yang baik. d. Pandangan bahwa kerja keras adalah kunci keberhasilan. Orang

tua yang efektif akan mengatakan bahwa usaha adalah kunci keberhasilan.

e. Gaya hidup yang dikembangkan adalah aktif. Orang tua mendorong anak dalam lingkungan masyarakat sekitarnya. f. Memberikan tanggung jawab pada anak. Perlu adanya tanggung

jawab dirumah sesuai dengan usia dan perkembangan anak. g. Orang tua memberikan pemahaman tentang aturan. Aturan

yang ada dirumah diberlakukan secara konsisten agar menumbuhkan sikap disiplin pada anak.

h. Secara konsisten melakukan kontak dengan guru-guru. Orang tua melakukan pemantauan kemajuan-kemajuan anaknya di sekolah pada guru. Kerjasama yang baik ini akan mendorong keberhasilan anak di sekolah.


(44)

i. Menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual. Menanamkan nilai spiritual diyakini mampu memberikan rasa tenang dalam diri anak. Anak diyakini juga akan memiliki kekuatan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya dan mempu mengatasi konflik serta stress yang ada.

Berdasarkan uraian tersebut, orang tua yang efektif merupakan faktor keberhasilan anak. Disebutkan keberhasilan anak di sekolah didapat dengan adanya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua. Anak memiliki motivasi belajar yang tingi dalam belajar karena faktor kondisi keluarga yang efektif. Oleh karena itu lingkungan yang kondusif dan keluarga yang efektif merupakan faktor motivasi dalam belajar anak. 2. Kampung Ramah Anak (KRA)

Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta nomor 34 tahun 2015 tentang Rencana Aksi Daerah Pengembangan Kota Layak Anak Kota Yogyakarta tahun 2015-2019, Kampung Ramah Anak (KRA) adalah langkah awal yang dilakukan pemerintah kota Yogyakarta untuk mewujudkan kota layak anak. Kota layak anak adalah kota yang mempunyai sistem pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak. Layak yang dimaksud dalam kota layak anak adalah kondisi fisik dan non fisik suatu wilayah dimana aspek-aspek kehidupannya memenuhi


(45)

unsur-unsur yang diatur dalam Konvensi Hak Anak dan Undang-Undang Perlindungan Anak.

Menurut UNICEF Innocenti Reseach Center kata ramah anak berarti menjamin kondisi anak beserta haknya dalam menjalani kehidupan. Kampung Ramah Anak dapat didefinisikan sebagai tempat memberikan ruang interaksi agar masyarakat lebih mudah dalam sosialisasi dan pembangunan kesadaran mengenai hak-hak pada anak. Dengan demikian Ramah anak dapat diartikan sebagai upaya sadar untuk menjamin dan memenuhi Hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab.

Laporan Akhir Kajian Pengembangan Kota Layak Anak Kota Yogyakarta (2012:113) menjelaskan bahwa Kampung ramah anak adalah satuan program yang dilakukan oleh warga yang tergabung dalam rukun kampung berupa usaha pemenuhan hak sipil anak untuk memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang berdasarkan kondisi realistik menuju kampung yang mampu memberi kenyamanan, layak huni, dan layak kembang dengan dasar kesehatan, pendidikan serta perlindungan hukum berdasarkan inisiatif mandiri. Program ini dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan rukun wilayah dan rukun tetangga sebagai pemenuhan kebutuhan dasar hidup.

Memahami beberapa pengertian diatas maka Kampung Ramah Anak adalah lingkungan fisik maupun non fisik yang memberikan kenyamanan dan sengaja diciptakan utuk kepentingan anak dalam


(46)

pemenuhan hak-hak anak. Tiga hal penting dalam Kampung Ramah Anak yang menjadi ciri khas pelaksanannya yaitu lingkungan yang kondusif, keluarga yang efektif, dan kewajiban dalam memenuhi hak-hak anak. Lingkungan yang kondusif dan keluarga yang efektif sudah diterangkan dalam pembahasan sebelumnya. Adapun mengenai pemenuhan mengenai hak-hak anak akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan ini. Hak-hak anak yang harus dipenuhi menurut UU nomor 35 tahun 2014 diantaranya adalah hak bermain, berkreasi, berpartisipasi, berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan, bebas beragama, bebas berkumpul dan bergaul, bebas berserikat, hidup dengan orang tua, hak atas kelangsungan hidup, hak tumbuh dan berkembang, hak memiliki identitas status kewarganegraan, hak atas perlindungan hukum, hak asuh atau pengangkatan, hak atas pelayanan kesehatan, dan hak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Hak-hak tersebut didapat oleh anak melalui peran keluarga, masyarakat, pemerintah, dan sekolah.

Dalam pelaksanaannya, Kampung Ramah Anak mengacu pada 5 kluster hak anak yaitu hak sipil dan hak kebebasan, hak mendapatkan lingkungan dan pengasuhan alternatif, hak mendapatkan kesehatan dasar serta kesejahteraan, hak mendapatkan pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya serta, hak mendapatkan perlindungan khusus. Berdasarkan Peraturan Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak 5 kluster tersebut terbagi menjadi


(47)

beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan program Kampung Ramah Anak. Indikator dalam sub variabel Kampung Ramah Anak dapat digunakan untuk mengetahui pelaksanaan Kampung Ramah Anak apakah sudah baik atau masih kurang. 5 sub variabel Kampung Ramah Anak yang disebut dengan 5 kluster dijabarkan dalam beberapa indikator sebagai berikut.

a. Kluster kebebasan

1) Mendapatkan akta kelahiran

Setiap anak berhak memiliki akta kelahiran sebagai identitasnya. Menurut UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, akta kelahiran merupakan bukti asal-usul seorang anak sebagai bentuk identitasnya. Berdasarkan pengertian tersebut akta kelahiran digunakan sebagai identitas seorang anak agar diakui keberadaannya oleh negara. Orang tua ketika melahirkan seorang anak perlu mencatatkan peristiwa kelahiran anaknya di kantor catatan sipil karena hal tersebut merupakan hak seorang anak.

2) Tersedia informasi layak anak

Informasi layak anak merupakan suatu bentuk kemudahan dalam mengakes informasi yang layak di peroleh anak. Informasi tersebut bebas dari pelanggaran dan hal-hal berbahaya untuk anak seperti kekerasan, diskriminasi, rasialisme, ancaman, kevulgaran, kecabulan, atau ekspose atas


(48)

data/diri pribadi anak. Selain itu, bahan informasi yang disediakan sudah diperiksa dan ada pemantauan rutin. Fasilitas informasi layak anak yang dapat berupa pojok baca, taman cerdas, perpustakaan, layanan informasi daerah, dan sebagainya, yang menyediakan informasi sesuai kebutuhan dan usia anak.

3) Terdapat forum anak

Forum anak merupakan wadah untuk anak-anak berkumpul dan menyampaikan pendapat. Setiap kampung yang menjadi Kampung Ramah Anak memiliki forum anak agar kampungnya dapat berjalan dan berkembang dengan baik.

b. Kluster anak untuk mendapatkan lingkungan dan pengasuhan alternatif

1) Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan anak

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pengasuhan dan perawatan yang benar dari orang tua. Namun dalam beberapa hal orang tua kurang memiliki pengalaman maupun ilmu dalam mengasuh anaknya sehingga sering terjadi berbagai kesalahan dalam mengasuh dan merawat anak. Oleh karena itu dengan adanya kampung ramah anak yang mempreioritaskan kebutuhan anak sangat diperlukan adanya lembaga konsultasi bagi orang tua tentang pengasuhan dan perawatan anak.


(49)

c. Kluster anak untuk mendapatkan kesehatan dasar serta kesejahteraan

1) Anak dari keluarga miskin yang memperoleh akses peningkatan kesejahteraan

Keluarga miskin biasanya terhalang oleh biaya dalam mendapatkan fasilitas kesehatan dan kesejahteraan padahal setiap anak berhak mendapaatkan kesehatan dasar dan kesejahteraan. Oleh karena itu, di kampung yang menjadi Kaampung Ramah Anak terdapat layanan kesehatan dasar dan kesejahteraan untuk keluarga miskin seperti jaminan kesehatan, bantuan gizi dan pangan, dan lain sebagainya.

2) Rumah tangga dengan akses air bersih

Setiap anak perlu mendapatkan akses air bersih dengan mudah, namun masih banyak anak dengan perekonomian yang sulit tidak bisa mendapatkan air bersih. Akibat kejadian tersebut akan berdampak pada kesehatan anak karena rentan dengan penyakit hal tersebut membahayakan untuk anak. 3) Tersedia kawasan tanpa rokok

Asap rokok sangat berbahaya dan tidak aman untuk anak oleh karena itu anak harus dihindarkan dari asap rokok. Orang tua yang mengerti akan hal tersebut tidak akan merokok di depan anaknya demi kepentingan anak. Lingkungan yang mementingkan kepentingan anak akan menghindarkan anak


(50)

dari bahaya asap rokok. Kampung Ramah Anak sangat memprioritaskan kebutuhan anak sehingga di kampung tersebut menciptakan kawasan tanpa rokok.

d. Kluster anak mendapatkan pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya serta

1) Wajib belajar pendidikan 12 (dua belas) tahun

Setiap anak berhak atas pendidikan, oleh karena itu semua pihak harus membantu dan mendukung anak dalam memperoleh pendidikan. Melalui program wajib belajar anak harus menyelesaikan pendidikannya setinggi mungkin atau paling tidak hingga jenjang sekolah menengah atas. Adanya program wajib belajar dimaksudkan untuk menanggulangi anak-anak yang putus sekolah.

2) Sekolah ramah anak

Sekolah yang ramah anak akan membuat anak nyaman berada di sekolah dan bersemangat untuk belajar. Sekolah ramah anak akan mementingkan kepentingan anak dan berusaha mengutamakan pemenuhan hak-hak anak. Selain itu, lingkungan sekolah baik fisik maupun non fisik benar-benar diciptakan lingkungan yang ramah untuk anak, ramah dalam hal ini artinya aman dan tidak membahayakan anak.

3) Tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak


(51)

Berbagai kegiatan yang diadakan untuk anak dapat meningkatkan kecerdasan anak sehingga di perlukan fasilitas untuk mendukung kegiatan tersebut. Dalam Kampung Ramah Anak, anak akan di fasilitasi dengan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan belajar maupun bermain anak.

e. Kluster anak untuk mendapatkan perlindungan khusus.

1) Anak memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan

Perlindungan khusus merupakan bentuk perlindungan yang diberikan untuk anak-anak agar terlindungi dari berbagai bahaya. Anak juga perlu mendapatkan pelayanan dalam berbagai hal seperti pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, layanan informasi, layanan bermain, layanan keamanan dan berbagai layanan yang lain yang dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak

2) Adanya mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan kepentingan anak

Bencana merupkan hal yang mengerikan dan berbahaya bagi perkembangan anak sehingga perlu adanya penanggulangan bencana demi kepentingan anak. Anak perlu diajarkan cara yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya bencana. Orng tua dan masyarakat perlu memiliki mekanisme dalam penanggulangan bencana.


(52)

3) Anak dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak Pada masa kanak-kanak, anak masih senang bermain. Anak belum memiliki kewajiban untuk bekerja atau mencari uang karena anak merupakan tanggungan orang tua. Oleh karena itu, wilayah yang mementingkan kepentingan anak tidak akan membebankan anak dengan tugas-tugas berat seperti bekerja. Suatu kampung dapat disebut dengan Kampung Ramah Anak jika memenuhi indikator-indikator diatas. Indikator tersebut dapat dilihat salah satunya dari program-program yang dilaksanakan di Kampung Ramah Anak. Adapun program yang dilaksanakan di setiap kampung berbeda-beda, namun berdasarkan program yang ada di beberapa Kampung Ramah Anak dapat disimpulkan beberapa program yang umum dilaksanakan sebagai berikut.

a. Peningkatan dan Penguatan Kapasitas 1) Outbond dantrainingmotivasi.

2) Diskusi rutin pengurus Gugus Tugas Kampung Ramah Anak dan Forum Anak Kampung.

b. Pendampingan Pendidikan

1) Pengadaan perpustakaan/taman bacaan masyarakat.

2) Pengadaan majalah dinding sebagai wahana ekspresi anak. 3) PengadaanAlat Peraga EdukasiPAUD.

4) Les belajar tambahan bagi anak sekolah.


(53)

c. Pendampingan Budaya 1) Dolanan Anak

2) WorkshopSeni untuk anak dan remaja (Musik, Tari, Teater, dll)

3) Aneka lomba 4) Gebyar anak d. Pendampingan Kesehatan

1) Pelatihan kader PAUD, POSYANDU, PKK, BKB 2) Peningkatan gizi anak (PMT) melalui POSYANDU 3) Pemeriksaan gizi dan kesehatan anak

4) Sosialisai dan penyuluhan tentang bahaya rokok

5) Sosialisai dan penyuluhan tentang dampak buruk NAPZA 6) Sosialisai dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi e. Kampanye Hak-Hak Anak

1) Plangisasi Kampung Ramah Anak. 2) Pembuatan tanda hak-hak anak.

3) Mural ekspresi remaja sebagai media kampanye isu hak-hak anak.

4) Sarasehan hak-hak anak. f. Jaringan

1) Kunjungan dan study banding Kampung Ramah Anak. 2) Membangun hubungan antar Kampung Ramah Anak di


(54)

g. Manajemen dan Operasional 1) Pengadaan sekretariatan. 2) Pengadaan profil anak.

3) Pembuatan maket kampung dan peta demografi Kampung Ramah Anak.

4) Pengadaan area dan kelengkapan bermain anak. D. Karakteristik Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Masa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun biasanya duduk di kels 4, kelas 5, dan kelas 6 Sekolah Dasar. Siswa kelas tinggi memiliki karakteristik tersendiri dan tentu berbeda dengan siswa kelas rendah. Adapun karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar menurut Ritta Eka Izzaty dkk (2008:116-117) sebagai berikut:

1) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari 2) Ingin tahu ingin belajar dan realistis

3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengeni prestasi belajarnya di sekolah

5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peer group untuk bermain bersama mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka siswa kelas tinggi sekolah dasar lebih tertarik dengan hal-hal yang ada dalam kehidupan


(55)

sehari-harinya. Siswa kelas tinggi mulai memiliki motivasi untuk mengetahui hal-hal baru dan akan bersemangat dalam belajar jika mempelajari salah satu pelajaran yang disukainya. Siswa kelas tinggi memiliki motivasi yang tinggi dalam meraih nilai karena nilai dijadikan ukuran dalam berprestasi. Siswa yang duduk di kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 biasanya mulai belajar bermain bersama dengan teman sebayanya dengan membentuk kelompok.

E. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Pasca Himawati (2013) yang berjudul “Kontruksi Sosial Kampung Ramah Anak: (Studi Fenomenologi atas Implementasi Program Kampung Ramah Anak di RW 11 Kampung Badran Yogyakarta). Hasil penelitian menyebutkan implementasi kampung ramah anak dikonstruksikan sebagai bentuk perubahan sosial yang terjadi di RW 11 sekaligus sebagai identitas sosial bagi wilayah RW 11 kampung Badran.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kharisma (2015) yang berjudul “Kampung Badran sebagai Kampung Ramah Anak untuk Mewujudkan Yogyakarta Kota Layak Anak”. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor dipilihnya Kampung Badran RW 11 sebagai Kampung Ramah Anak, diantaranya yaitu adanya potensi di Kampung Badran dikarenakan banyaknya program serta prestasi yang dimiliki. Dampak


(56)

positif adanya Kampung Ramah Anak di Kampung Badran yaitu mulai berkurangnya kasus kekerasan dan eksploitasi terhadap anak, keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan, muncul identitas baru sebagai kampung yang responsif terhadap permasalahan anak. Dampak negatifnya yaitu bertambahnya beban tugas anak anggota Patriot, selain harus mengerjakan tugas sekolah atau yang lainnya, mereka harus mengatur waktu untuk mempersiapkan kegiatan tiap bulannya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Rahmayani yang berjudul

“Hubungan antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi di SMK Negeri 46 Jakarta Timur”. Hasil penelitian menunjukkan uji koefisien korelasi didapatkan dari hasil perhitungan bahwa rxy sebesar 0,6182 yang artinya bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar siswa.

Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan di atas ada persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan dengan penelitian yang sudah ada yaitu salah satu variabel penelitian mengenai kampung ramah anak pada penelitian 1 dan 2. Sedangkan penelitian 3 memiliki persamaan variabel, yaitu variabel motivasi belajar dan persamaan jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif korelasional. F. Kerangka Berpikir

Motivasi belajar memiliki 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor motivasi belajar yang berasal


(57)

dari dalam diri seseorang. Faktor eksternal merupakan pengaruh dari luar. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsaangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Aktivitas belajar yang lebih giat dan terlihat lebih bersemangat salah satunya didapat dari lingkungan yang kondusif. Lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal dalaam motivasi belajar. Lingkungan dapat disebut sebagai lingkungan yang kondusif bagi anak jika di lingkungan tersebut semua pihak berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman, aman, tenang, ramah, dan mementingkan kepentingan anak.

Kampung ramah anak merupakan program Pemerintah Kota Yogyakarta dalam upaya mewujudkan Kota Layak Anak dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, keluarga yang efektif, dan pemenuhan hak-hak anak. Pelaksanaan program Kampung Ramah Anak akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang kondusif merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Selain itu, adanya program Kampung Ramah Anak memberikan dampak terciptanya pengasuhan orang tua yang lebih baik sehingga terbentuk keluarga yang lebih efektif. Adanya keluarga yang efektif dapat menjadi dorongan untuk anak dalam belajar sehingga motivasi belajar anak tinggi.

Salah satu tujuan Kampung Ramah Anak adalah untuk memenuhi hak-hak anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.


(58)

Kampung Ramah secara otomatis akan meninkatkan pemenuhan hak-hak anak. Pemenuhan hak-hak anak membuat anak lebih baik sehingga kondisi tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Jika persepsi terhadap Kampung Ramah Ank tinggi maka dalam pelaksanaan program kampung ramah anak telah berjalan dengan baik seharusnya hal tersebut juga akan membuat anak memiliki motivasi belajar yang tinggi karena faktor pendukung motivasi belajar telah terpenuhi dalam pelaksanaan program Kampung Ramah Anak.

Gambar 1. Kerangka Berpikir G. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diajukankan hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan motivasi belajar siswa kelas tinggi SD Negeri Badran Yogyakarta.

H. Definisi Operasional

Berdasarkan paparan diatas mengenai variabel motivasi belajar dan variabel persepsi terhadap Kampung Ramah anak maka didapat definisi operasional sebagai berikut.

1. Motivasi Belajar adalah dorongan dalam belajar yang dimiliki seseorang yang dipengaruhi oleh kemauan yang besar, baik berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar Persepsi terhadap

Kampung Ramah Anak Tinggi

Motivasi Belajar Tinggi


(59)

agar tercapai tujuan yang diinginkan. Motivasi belajar seseorang berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor motivasi belajar dapet berasal dari dalam diri dan luar seorang individu. Faktor motivasi yang sangat kuat dalam diri seorang berupa minat dan kebutuhan. Faktor motivasi yang berasal dari luar berupa kondisi keluarga, peran orang tua, lingkungan masyarakat, dan sekolah. Faktor-faktor tersebut jika dalam keadaan baik maka akan membuat anak memiliki motivasi belajar yang tinggi, sebaliknya jika faktor-faktor tersebut dalam kondisi yang tidak baik dalam mendukung belajar anak maka membuat motivasi belajar anak rendah.

2. Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak adalah pandangan atau penilaian anak terhadap pelaksanaan Kampung Ramah Anak berupa pelaksanaan lingkungan fisik maupun non fisik yang sengaja diciptakan untuk kepentingan anak dalam pemenuhan hak-hak anak. Ciri khas pelaksanan Kampung Ramah Anak yaitu lingkungan yang kondusif, keluarga yang efektif, dan kewajiban dalam memenuhi hak-hak anak. Apabila pelaksanaan Kampung Ramah Anak telah optimal dan berjalan dengan baik maka anak mempunyai persepsi yang positif terhadap Kampung Ramah Anak. Namun, apabila pelaksanaan Kampung Ramah Anak tidak optimal maka anak mempunyai persepsi yang negatif terhadap Kampung Ramah Anak.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitan ex-post facto di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika penelitian dimulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian sehingga tidak perlu dilakukan perlakuan. Penelitian ex-post facto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penelitian korelasi dan penelitian kausal komparatif. Penelitian ini menggunakan penelitian korelasi karena peneliti ingin mengetahui hubungan antarvariabel. Berdasarkan data yang digunakan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang dipersoalkan. Gejala tersebut bersifat membedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain, oleh karena itu variabel bersifat membedakan sehingga variabel harus memiliki nilai yang bervariasi. Menurut kedudukannya, variabel dapat dibagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap kampung ramah anak sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar. Penelitian ini tidak ada pengontrolan variabel pengganggu secara ketat.


(61)

C. Populasi Penelitian

Jumlah siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri Badran berjumlah 77 siswa. Namun dari 77 siswa tersebut tidak dapat semuanya dijadikan populasi, karena hanya siswa yang tinggal di Kampung Ramah Anak yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV, V, dan VI yang tinggal di Kampung Ramah Anak. Berdasarkan data yang ada, 62 siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri Badran merupakan siswa yang bertempat tinggal di wilayah Kampung Ramah Anak. Berdasarkan data tersebut maka populasi dalam penelitian ini berjumlah 62 siswa kelas IV, V, dan VI yang tinggal di Kampung Ramah Anak.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Dasar Negeri Badran Kota Yogyakarta. SD Negeri Badran dipilih menjadi lokasi penelitian karena letaknya berada di daerah kampung ramah anak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2016.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data adakah hubungan antara persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta, oleh karena itu diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan menggunakan skala psikologi.


(62)

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dengan 45 butir soal untuk mengukur variabel persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan 30 butir soal menggunakan skala motivasi belajar untuk mengukur variabel motivasi belajar siswa kelas tinggi di SD Negeri Badran Yogyakarta. Namun setelah melalui tahap uji coba dan uji validitas, ada 15 butir soal untuk variabel persepsi terhadap Kampung Ramah Anak yang gugur sehingga instrumen skala persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dalam penelitian ini hanya berisi 30 butir soal dan 30 butir soal untuk instrumen skala motivasi belajar.

1. Instrumen Skala persepsi terhadap Kampung Ramah Anak

Penyusunan kisi-kisi instrumen untuk variabel persepsi terhadap Kampung Ramah Anak mengacu pada indikator menurut Peraturan Mentri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak. Adapun kisi-kisi skala persepsi terhadap Kampung Ramah Anak akan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak Sebelum Uji Coba

Varibel Sub Variabel Indikator Butir pernyataan Juml ah Favora

ble

Unfavo rable Instrumen

Persepsi

Hak sipil dan Kebebasan

Mendapatkan akta kelahiran


(63)

terhadap Kampung Ramah Anak

Tersedia informasi layak anak

3, 5 4 3

Terdapat forum anak 6, 8 7 3 Lingkungan

dan

pengasuhan alterntif

Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan anak

9, 10 11 3

Kesehatan dasar serta kesejahteraan

anak dari keluarga miskin memperoleh akses peningkatan kesejahteraan

13, 14 12 3

Rumah tangga dengan akses air bersih

15 16, 17, 18

4

Tersedia kawasan tanpa rokok

19 20 2

Pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya

Wajib belajar pendidikan 12 tahun

21, 22, 24

23 4

Sekolah ramah anak 25, 27, 28,30

26, 29 6

tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak. 31, 32, 33, 35, 36, 37 34 7 Perlindungan khusus anak memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan;

38, 39 - 2

adanya mekanisme penanggulangan bencana yang


(64)

Setelah dilakukan uji coba dan dilakukan uji validitas reliabilitas maka didapat item pernyataan yang valid dan dapat digunakan dalam instrumen penelitian sebagai berikut.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Instrumen Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak Setelah Uji Coba

Varibel Sub Variabel Indikator Butir pernyataan Juml ah Favora ble Unfavo rable Instrumen Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak

Hak sipil dan Kebebasan

Mendapatkan akta kelahiran

1 2 2

Tersedia informasi layak anak

3, 5 4 3

Terdapat forum anak 6, 7 2

Lingkungan dan

pengasuhan alterntif

Tersedia lembaga konsultasi bagi orang tua/keluarga tentang pengasuhan dan perawatan anak

8 - 1

Kesehatan dasar serta kesejahteraan

anak dari keluarga miskin memperoleh akses peningkatan kesejahteraan

- 9 1

Rumah tangga dengan akses air bersih

10 11 2

memperhatikan kepentingan anak; dan

persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak.


(65)

Varibel Sub Variabel Indikator Butir pernyataan Juml ah Favora ble Unfavo rable Tersedia kawasan

tanpa rokok

12 13 2

Pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya

Wajib belajar pendidikan 12 tahun

14, 15 16, 17 4

Sekolah ramah anak 19 18 2

tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak. 20, 21,22, 24, 25 23 6 Perlindungan khusus anak memerlukan perlindungan khusus dan memperoleh pelayanan;

26 - 1

adanya mekanisme penanggulangan bencana yang memperhatikan kepentingan anak; dan

27, 28 - 2

persentase anak yang dibebaskan dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak.


(66)

2. Instrumen Skala Motivasi Belajar

Penyusunan kisi-kisi instrumen variabel motivasi belajar mengacu pada indikator menurut Hamzah B. Uno. Adapun kisi-kisi skala motivasi belajar akan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba

Variabel Indikator Butir soal Juml

ah Favora ble Unfavo rable Motivasi Belajar

Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

1, 3, 4, 5

2 5

Adanya dorongan dan kebutuhan belajar

7, 8, 10, 11

6, 9 6

Adanya harapan dan cita-cita masa depan

12, 13, 14

15 4

Adanya penghargaan dalam belajar

16, 17, 18

- 3

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

19, 20, 22

21, 23 5 Adanya lingkungan belajar yang

kondusif

26, 27, 28, 30

24, 25, 29

7 Setelah dilakukan uji coba instrumen dan dilakukan uji validitas reliabilitas ternyata seluruh item soal dalam instrumen motivasi belajar dinyatakan valid atau dapat diterima, sehingga tidak ada item yang gugur. Adapun kisi-kisi skala motivasi belajar setelah dilaksanakan uji coba disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

Variabel Indikator Butir soal Juml

ah Favora ble Unfavo rable Motivasi Belajar

Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

1, 3, 4, 5

2 5

Adanya dorongan dan kebutuhan belajar

7, 8, 10, 11

6, 9 6

Adanya harapan dan cita-cita masa depan

12, 13, 14


(67)

Adanya penghargaan dalam belajar

16, 17, 18

- 3

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

19, 20, 22

21, 23 5 Adanya lingkungan belajar yang

kondusif

26, 27, 28, 30

24, 25, 29

7

3. Penskoran Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dan skala motivasi belajar yang berisi pernyataan dengan jawaban dalam bentuk pilihan Checklist. Data yang didapatkan untuk instrumen Instrumen persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dalam bentuk angka 1 dan 0 dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Sedangkan, data yang didapatkan untuk instrumen motivasi belajar dalam bentuk angka 4, 3, 2 atau 1 dengan pilihan jawaban selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Pernyataan yang digunakan terdiri atas pernyataan favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang mendukung variabel, sedangkan pernyataan unfavorable merupakan pernyataan yang menentang variabel. Pedoman pemberian skor pada pernyataan-pernyataan adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Pedoman Pemberian Skor Instrumen Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak

Alternatif Pilihan Jenis Pernyataan

Bersifat Favorable Bersifat Unfavorable

Ya 1 0

Tidak 0 1

Tabel 6. Pedoman Pemberian Skor Instrumen Motivasi Belajar Alternatif Pilihan Jenis Pernyataan

Bersifat Favorable Bersifat Unfavorable


(68)

Sering 3 2

Jarang 2 3

Tidak pernah 1 4

4. Uji Instrumen

Instrumen penelitian yang dimuat oleh peneliti terlebih dahulu perlu dikaji validitas dan realiabilitasnya melalui suatu uji-coba. Hasil Uji Coba itu kemudian dianalisis tingkat realiabilitas dan validitasnya. Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam peneitian ini validitas yang digunakan adalah validitas konstruk dan validitas empirik. Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert). Dikonsultasikan dengan seorang ahli apakah instrumen tersebut sudah layak digunakan atau belum.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilaksanakan di SD Negeri Kyai Mojo yang merupakan sekolah dengan karakteristik atau ciri-ciri hampir sama dengan SDN Badran (lokasi penelitian) dengan jumlah responden 30 siswa. Dalam perhitungan validitas menggunakan aplikasi SPSS versi 22 untuk menghitung setiap item.

Setelah instrumen diuji coba maka dapat dilakukan uji reliabilitas dengan rumusCronbach Alpha.Menurut Husaini dan Purnomo (2012: 291) Cronbach Alpha digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala likert.


(69)

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan untuk mendefinisikan variabel-variabel penelitian. Rumus yang digunakan meliputi perhitungan rerata (mean), median (me), modus (mo) dan simpangan baku.

Selanjutnya data yang didapat diinterpretasikan. Interpretasi data dalam penelitian ini menurut Saifudiin Azwar (2014: 149) dikategorikan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorian didasarkan pada mean (rerata) dan nilai standar deviasi.

Tabel 7. Perhitungan Kategori

Rumus Kategori

X < (μ – 1,0 x α) Tinggi (μ – 1,0 x α) ≤ X < (μ + 1,0 x α) Sedang

(μ – 1,0 x α) ≤ X Rendah

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian diuji dengan analisis statistik korelasi product moment (r). Nilai koefisien korelasi dihitung menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah didapatkan nilai koefisien korelasi, maka dilakukan interpretasi koefisien korelasi. Tabel 8. Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat


(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji coba instrumen dalam penelitian ini di lakukan di SDN Kyai Mojo Yogyakarta pada tanggal 24 Maret 2016 dengan jumlah responden sebanyak 30 siswa. Setelah dilakuakan uji coba instrumen, maka dapat dilakukan uji validitas dengan teknik korelasi pearson product moment menggunakan program SPSS versi 22. Jika hasil perhitungan menunjukkan hasil rhitunglebih

besar atau sama dengan 0,361 rtabel (taraf kesalahan 5% dengan N 30) maka

item pernyataan dinyatakan valid atau item tersebut dapat diterima, hal tersebut juga berlaku sebaliknya. Setelah dilakukan perhitungan maka didapat data hasil validitas sebagai berikut.

Tabel 9. Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak

No.Item rxy rtabel (5%) Keterangan

1 0,570 0,361 Diterima

2 0,632 0,361 Diterima

3 0,438 0,361 Diterima

4 0,374 0,361 Diterima

5 0,448 0,361 Diterima

6 0,535 0,361 Diterima

7 0,255 0,361 Gugur

8 0,337 0,361 Gugur

9 0,237 0,361 Gugur

10 0,393 0,361 Diterima

11 -0,008 0,361 Gugur

12 0,408 0,361 Diterima

13 0,480 0,361 Diterima

14 (b) konstan 0,361 Gugur

15 0,454 0,361 Diterima

16 0,622 0,361 Diterima


(71)

No.Item rxy rtabel (5%) Keterangan

18 0,053 0,361 Gugur

19 0,427 0,361 Diterima

20 0,347 0,361 Gugur

21 0,441 0,361 Diterima

22 0,570 0,361 Diterima

23 0,622 0,361 Diterima

24 0,480 0,361 Diterima

25 0,306 0,361 Gugur

26 0,480 0,361 Diterima

27 0,337 0,361 Gugur

28 0,323 0,361 Gugur

29 0,230 0,361 Gugur

30 0,174 0,361 Gugur

31 0,491 0,361 Diterima

32 0,387 0,361 Diterima

33 0,525 0,361 Diterima

34 0,370 0,361 Diterima

35 0,515 0,361 Diterima

36 0,384 0,361 Diterima

37 0,000 0,361 Gugur

38 0,104 0,361 Gugur

39 0,430 0,361 Diterima

40 0,379 0,361 Diterima

41 0,257 0,361 Gugur

42 0,468 0,361 Diterima

43 0,671 0,361 Diterima

44 0,393 0,361 Diterima

45 0,396 0,361 Diterima

Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa dari 45 butir item pernyataan yang diujicobakan, diperoleh sejumlah 30 butir soal yang valid, sedangkan item yang gugur pada variabel persepsi terhadap Kampung Ramah Anak adalah nomor 7, 8, 9, 11, 14, 41, 38, 37, 28, 29, 30, 17, 18, 20, dan 25. Sedangkan untuk variabel motivasi belajar diperoleh hasil validitas sebagai berikut.


(72)

Tabel 10. Hasil Validitas Uji Coba Instrumen Motivasi Belajar

No.Item rxy rtabel (5%) Keterangan

1 0,666 0,361 Diterima

2 0,424 0,361 Diterima

3 0,393 0,361 Diterima

4 0,532 0,361 Diterima

5 0,541 0,361 Diterima

6 0,647 0,361 Diterima

7 0,519 0,361 Diterima

8 0,599 0,361 Diterima

9 0,450 0,361 Diterima

10 0,578 0,361 Diterima

11 0,524 0,361 Diterima

12 0,558 0,361 Diterima

13 0,622 0,361 Diterima

14 0,577 0,361 Diterima

15 0,409 0,361 Diterima

16 0,462 0,361 Diterima

17 0,526 0,361 Diterima

18 0,538 0,361 Diterima

19 0,406 0,361 Diterima

20 0,467 0,361 Diterima

21 0,575 0,361 Diterima

22 0,363 0,361 Diterima

23 0,448 0,361 Diterima

24 0,608 0,361 Diterima

25 0,634 0,361 Diterima

26 0,477 0,361 Diterima

27 0,618 0,361 Diterima

28 0,545 0,361 Diterima

29 0,544 0,361 Diterima

30 0,638 0,361 Diterima

Berdasarkan table diatas maka 30 item pernyataan dalam instrumen motivasi belajar semuanya dikatakan valid atau dapat diterima sehingga tidak ada item yang gugur.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen skala persepsi terhadap Kampung Ramah Anak dalam penelitian ini dihitung menggunakan aplikasi SPSS versi 22 dengan menghitung besarnya nilai Cronbach’s Alpha.. Jika hasil


(73)

perhitungan lebih besar sama dengan 0,6 maka hasil uji coba dalam instrumen tersebut dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika hasil perhitungan lebih kecil dari 0,6 maka hasil uji coba dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak reliabel. Hasil uji realibelitas dapat diliat pada tabel berikut

Tabel 11. Hasil Uji Reliabelitas Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.881 45

Hasil uji coba ini menunjukkan nilai alphasebesar 0,881. Hasil uji coba instrumen dikatakan reliabel jika perhitungannya menunjukkan hasil ≥ 0,6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen untuk variabel persepsi terhadap Kampung Ramah Anak yang telah diujicobakan ini sangat reliabel karena 0,881≥ 0,6Selanjutnya untuk hasil reliabel uji coba instrumen motivasi belajar adalah sebagai berikut.


(1)

3

Lampiran 7. Analisis Data Penelitian

Statistics

VAR00001

N Valid 61

Missing 0

Mean 22,56

Median 23,00

Mode 22a

Sum 1376

Statistics

Y

N Valid 61

Missing 0

Mean 97,3279

Median 98,0000

Mode 101,00

Std. Deviation 9,39099

Sum 5937,00 Correlations Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak Motivasi Belajar Persepsi terhadap Kampung Ramah Anak Pearson

Correlation 1 .360

**

Sig. (2-tailed) .004

N 61 61

Motivasi Belajar

Pearson

Correlation .360

** 1

Sig. (2-tailed) .004

N 61 61


(2)

(3)

(4)

6


(5)

7


(6)

08


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI DI KECAMATAN TEMANGGUNG KOTATEMANGGUNG

2 60 212

PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI Pengaruh Motivasi Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Negeri Wironanggan 01 Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

0 3 17

PENGARUH MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD Pengaruh Motivasi Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Negeri Wironanggan 01 Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP UJIAN NASIONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR Hubungan antar Persepsi Siswa terhadap Ujian Nasional dengan Motivasi Belajar.

0 0 16

Hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan motivasi belajar Fisika di kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

1 7 132

PENGARUH PELAKSANAAN JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN PERAN ORANGTUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SD KELAS TINGGI DI SD NEGERI GOLO.

3 39 166

TRANSFORMASI NILAI DAN SIKAP DALAM BERINTERAKSI SOSIAL MELALUI KAMPUNG RAMAH ANAK DI RW 09 BADRAN, BUMIJO, JETIS, YOGYAKARTA.

1 1 201

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ANAK TERHADAP PERAN ORANG TUA DALAM MENGATUR BELAJAR DAN BERMAIN ANAK DENGAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS III SD NEGERI SE GUGUS I KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA.

0 0 162

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR DI SMK PERINDUSTRIAN YOGYAKARTA.

0 0 5

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP FISIKA, DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA

0 0 71