CONTROL EFFECT OF ACCOUNTING,BEHAVIOR AND CONTROL OF PERSONAL CONTROL ON PERFORMANCE IN MANAGERIAL PT. KERTA RAJASA RAYA SIDOARJO.
PADA PT. KERTA RAJASA RAYA
SIDOARJO
ARTIKEL
Oleh : Teguh Primantoro 0513010135/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
xi
PT. KERTA RAJASA RAYA SIDOARJO
Oleh
Teguh Primantoro
ABSTRAK
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana seorang manajer berusaha untuk mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi-strategi organisasi. Beberapa aktivitas yang termasuk dalam pengendalian manajemen adalah perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pengorganisasian aktivitas, pengkomunikasian dan pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan tentang apakah suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak, dan bagaimana mempengaruhi orang dalam organisasi untuk merubah perilakunya. Sejalan dengan uraian tersebut maka tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal secara positif terhadap kinerja manajerial.
Obyek penelitian ditujukan kepada PT. KERTA RAJASA RAYA di Waru Sidoarjo dengan sampel sebanyak 13 orang manajer yang ada di PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo dan teknik yang digunakan adalah sampling jenuh atau sensus. Untuk menjawab perumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial, sehingga hipotesis penelitian ini teruji kebenarannya. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama peningkatan pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memberikan sumbangan yang nyata terhadap peningkatan kinerja manajerial.
Kata Kunci : Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku, Pengendalian Personal dan Kinerja Manajerial
(3)
xii
By
Teguh Primantoro
ABSTRACT
Management control is a process whereby a manager is trying to influence members of organizations to implement organizational strategies. Some activities are included in management control is the planning activities that will be done, organizing events, communicating and evaluating information, making decisions about whether an activity would take place or not, and how to influence people within the organization to change its behavior. In line with the above description, the purpose of research is to empirically examine the effect of accounting controls, controlling behavior, and personal control positively to managerial performance.
Object of research is intended to. Rajasa PT. KERTA RAJASA RAYA in Waru Sidoarjo with a sample of 13 managers in PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo and sampling techniques used are saturated or census. To answer the problem formulation, hypothesis and research purposes is the analysis used multiple linear regression analysis.
The results of this study concludes that accounting controls, control of behavior and personal control had significant positive effect on managerial performance, so the hypothesis of this study verified. This shows that the jointly improving accounting controls, control of behavior and personal control contributed significantly to the improvement of managerial performance.
Keywords: Accounting Control, Behavior Control, Personal Control and Managerial Performance
(4)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini persaingan antar perusahaan semakin ketat, hal ini akan membuat setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya semaksimal mungkin agar dapat memenangkan persaingan, tetapi peningkatan kinerja tidak akan berhasil apa bila tidak didukung dengan sumber daya yang memadai. Salah satu sumber daya yang paling penting dalam organisasi adalah sumber daya manusia atau tenaga kerja. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan faktor penting yang melakukan investasi untuk merekrut, menyeleksi dan mempertahankan sumber daya manusia.
Perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya untuk mencapai tujuan. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan salah satu faktor paling penting yang menentukan keefektifan organisasi, untuk itu setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen dengan tujuan untuk mengatur aktivitas organisasi melalui para pimpinan organisasi agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan.
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dimana seorang manajer berusaha untuk mempengaruhi anggota-anggota organisasi untuk mengimplementasikan strategi-strategi organisasi. Beberapa aktivitas yang
(5)
termasuk dalam pengendalian manajemen adalah perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pengorganisasian aktivitas, pengkomunikasian dan pengevaluasian informasi, pembuatan keputusan tentang apakah suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak dan bagaimana mempengaruhi orang dalam organisasi untuk merubah perilakunya (Faisal dan Kusuma, 2002:162).
Adapun bentuk pengendalian dapat berupa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal, proses pengendalian dilakukan melalui para pimpinan (manajer) dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran, serta analisis prestasi dan penghargaan.
Pemilihan pengendalian yang tepat akan sangat menentukan efektifitas pengendalian tersebut, penggunaan pengendalian yang tidak tepat akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan oleh perusahaan seperti meningkatnya perpindahan tenaga kerja, timbulnya ketegangan kerja, menurunnya kepuasan kerja yang pada akhirnya akan menurunkan komitmen pada organisasi dan menurunkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota organisasi melalui para pimpinan atau manajer dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan, karena dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam
(6)
mencapai tujuan pembangunan, untuk itu dibutuhkan manusia yang berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi serta mampu melakukan perubahan untuk dapat bersaing.
Konsep pengendalian manajemen dirasakan sebagaimana proses yang dirancang untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam organisasi, sebagai konsekuensinya pemahaman tentang sistem pengendalian hanya didasarkan pada mekanisme penginvestigasian yang diimplementasikan oleh manajemen untuk mengendalikan pekerjaan melalui pengamatan dan pemantauan perilaku dan output. (Faisal dan Kusuma, 2002: 163).
Maksud atribut sistem kontrol akuntansi adalah semua prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi untuk menjaga atau mengubah pola aktifitas organisasi, dalam hal ini termasuk didalam sistem kontrol akuntansi adalah sistem perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur monitoring yang didasarkan pada informasi, yang tidak termasuk didalam sistem kontrol akuntansi adalah mekanisme sistem kontrol kultural dan kontrol sosial (Syafrudin, 2001: 101).
Para akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel organisasional seperti ukuran organisasi, teknologi dan lingkungan organisasi. Review literatur tentang sistem kontrol akuntansi menunjukkan bahwa keberadaan sistem kontrol akuntansi dalam suatu organisasi tertentu merupakan pilihan terhadap rancangan sistem kontrol akuntansi, artinya
(7)
efektifitas rancangan sistem kontrol akuntansi yang ada dalam organisasi tergantung pada konteks penggunaan sistem kontrol tersebut.
Menurut Muchammad Syafrudin (2001: 101) terdapat hubungan antara atribut perencanaan strategik dengan sistem kontrol akuntansi dan menyatakan bahwa setiap organisasi akan memodifikasi rancangan sistem kontrol akuntansi tergantung pada konteks organisasi yang bersangkutan. Berbagai contoh atribut sistem kontrol akuntansi adalah ketatnya sasaran yang ada dalam anggaran, penggunaan sistem kontrol cost, frekuensi pelaporan dan intensitas monitoring terhadap hasil kerja manajemen.
Teori kontigensi menyatakan bahwa rancangan dan kegunaan sistem kontrol akuntansi merupakan suatu yang dependen atau tergantung pada konteks setting organisasi dan hipotesa yang didukung oleh data empiris, sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem kontrol akuntansi sangat penting dalam pencapaian strategi yang diterapkan top manajemen (Syafrudin, 2001: 101).
Menurut pendapat Muchammad Syafrudin (2001: 101) perusahaan menggunakan strategi entepreneurial, yaitu strategi pengembangan pasar produk secara continue, membutuhkan jenis sistem kontrol akuntansi tertentu untuk memonitor akses inovasinya. Disimpulkan dalam riset ini bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara sistem kontrol akuntansi perusahaan dengan akses inovasi, artinya semakin canggih sistem kontrol akuntansi perusahaan, maka akses yang ditimbulkan dari inovasi
(8)
pengembangan pasar produk menjadi semakin berkurang dengan mengusulkan pandangan untuk menguatkan teori kontingensi.
Berdasarkan data yang diperoleh pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo menunjukkan bahwa target penjualan tahun 2006 sampai 2008 tidak terealisasi atau tidak sesuai dengan yang diinginkan perusahaan (dalam lembar), seperti tercantum dalam tabel total target penjualan berikut ini :
Tabel 1. Laporan Perbandingan Target dan Realisasi PT. Kerta Rajasa Raya
Sidoarjo
Tahun Target Penjualan
(dalam lembar)
Realisasi Penjualan (dalam lembar)
Selisih
2006 51.647.806 49.774.147 1.873.659
2007 54.476.951 52.097.353 2.379.598
2008 60.350.432 58.842.355 1.508.077
Sumber : PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo
Tabel diatas dapat diketahui bahwa target penjualan yang diinginkan PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo tidak terrealisasi, sehingga produksi menjadi menurun, hal ini disebabkan oleh kurangnya perilaku manajer dalam mengawasi dan memonitor tindakan bawahan untuk memastikan apakah tindakan karyawan sudah sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh perusahaan.
Gambaran bagaimana kinerja manajerial pada PT. Kerta Rajasa Raya Waru Sidoarjo saat ini, sehingga perlu adanya penelitian yang membahas masalah penurunan kinerja manajerial untuk menjadi masukan bagi pihak perusahaan.
(9)
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pengendalian Akuntansi,
Pengendalian Perilaku dan Pengendalian Personal terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial?”
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dalam perumusan diatas maka tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal secara positif terhadap kinerja manajerial.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti
Dalam penelitian ini dapat dijadikan suatu perbandingan antar teori-teori yang selama ini peneliti dapatkan dengan kenyataan yang ada. Sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi perusahaan dan kesesuaian antara yang diperoleh, sehingga dapat diperoleh pemecahan masalah yang ada.
(10)
b. Bagi Akademis
Memberikan tambahan informasi untuk dapat digunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang tenaga kerja manajerial. c. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi personalia untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan mempengaruhi kinerja manajerial serta bagaimana cara meningkatkan kinerja manajerial.
(11)
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh:
a. Faisal dan Indra Wijaya Kusuma (2002)
Judul : Pengaruh Karakteristik Tugas terhadap Keefektifan Bentuk Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal dalam Peningkatan Kinerja Manajer Riset dan Pengembangan.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : pengendalian perilaku dan personal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan pengendalian akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial dan untuk karakteristik tugas tidak mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.
b. Muchamad Syafruddin (2001)
Judul : Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan pada Sistem Kontrol Akuntansi dan Kinerja Perusahaan.
Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
(12)
kontrol akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan sistem kontrol akuntansi yang dimoderasi dinamika lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, dinamika lingkungan secara signifikan mempunyai hubungan antara sistem kontrol akuntansi dengan kinerja perusahaan.
c. Hafid Nasruddin (2008)
Judul : Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Intraco Adhitama Surabaya. Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regresi linier berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
d. Yafia Bunga Justita (2003)
Judul : Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas Surabaya. Penelitian tersebut alat uji yang digunakan adalah regersi linier berganda, adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial, dan variabel paling dominan mempengaruhi kinerja manajerial adalah pengendalian perilaku.
Penelitian ini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu hanya digunakan sebagai pembanding baik landasan teori maupun uji
(13)
hipotesisnya, sedangkan penelitian sekarang adalah replikasi dari penelitian Yafia Bunga Justifa (2003), tetapi obyek, tempat dan lokasi penelitian serta waktu penelitiannya berbeda. Metode penelitian yang digunakan sekarang sama dengan metode yang digunakan oleh Yafia Bunga Justifa (2003) yaitu analisis regresi linier berganda.
2.2. Perbedaan dan persamaan dengan Penelitan Terdahulu Table 2. Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitan Terdahulu
No. Nama Judul Penelitian Variabel
1. Faisal dan Indra Wijaya kusuma (2002) Pengaruh Karakteristik Tugas terhadap Keefektifan Bentuk Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal dalam Peningkatan Kinerja Manajer Riset dan
Pengembangan. Pengaruh Karakteristik Tugas terhadap Keefektifan Bentuk (Y), Pengendalian Akuntansi (X1), Perilaku (X2), Personal dalam Peningkatan Kinerja Manajer Riset dan Pengembangan (X3) 2. Muchamad Syafruddin (2001) Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan pada Sistem Kontrol Akuntansi dan Kinerja Perusahaan. Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan (Y), Sistem Kontrol Akuntansi (X1), Kinerja Perusahaan (X2)
3. Hafid Nasruddin
(2008)
Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Intraco Adhitama Surabaya. Pengaruh Pengendalian Akuntansi (X1), Perilaku (X2), Personal (X3), Kinerja Manajerial (Y)
(14)
4. Yafia Bunga Justita (2003)
Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas Surabaya. Pengaruh Pengendalian Akuntansi (X1), Perilaku (X2), Personal (X3), Kinerja Manajerial (Y)
5. Teguh Primantoro
(2010)
Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Pengendalian Perilaku dan Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Kerta Rajasa Raya Sidoarjo.
Pengaruh Pengendalian Akuntansi (X1) Pengendalian Perilaku (X2) Pengendalian Personal (X3), Kinerja Manajerial (Y)
Sumber : Peneliti
2.3. Kajian Teori
2.3.1. Kinerja Manajerial
Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana, 2000 dalam Faisal dan Indra WK, 2002:167)
Kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staff, negosiasi dan representasi (Mahoney et al. 1963 dalam Laksmana dan Muslichah, 2002 : 116).
2.3.1.1. Tugas Manajer
Efektifitas kinerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu tugas atau tujuan, apabila seorang supervisor dalam sebuah perusahaan
(15)
manufaktur, efektifitas kinerja adalah apabila unit kerja mampu memenuhi target produksi baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan. Efisiensi kerja adalah mengukur biaya sumber daya yang diperlukan sehubungan dengan pencapaian tujuan, dalam hal ini perbandingan antara keluaran (output) riil yang dihasilkan dengan masuk (input) yang digunakan (Schermerhorn. Jr, 2003 : 5).
Menurut T. Hani Handoko (1999: 29) tugas penting yang dilaksanakan oleh manajer adalah sebagai berikut :
1) Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Istilah “orang”
mencakup tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer lainnya dalam organisasi. Disamping itu, “orang” juga termasuk individu dari luar organisasi yaitu : langganan, penyedia (supplier), konsumen, pengurus serikat karyawan, pejabat dan karyawan kantor pemerintah, dan sebagainya.
2) Manajer memajukan dan menyeimbangkan tujuan yang saling
bertentangan dan menetapkan prioritas.
3) Manajer bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan. Para
manajer ditugaskan untuk pengelolaan pekerjaan secara sukses. Mereka biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur tugas yang harus diselesaikan.
4) Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi pemikir yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahkan suatu masalah menjadi komponen-komponen masalah, menganalisa
(16)
komponen tersebut, kemudian mencari penyelesaian yang layak
(flexible) dengan akurat. Lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir konseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan mengkaitkan suatu tugas dengan tugas lainnya.
5) Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang, yang saling tidak setuju atau saling bertentangan. Dalam suatu unit kerja atau organisasi, maka bisa menurunkan semangat kerja dan produktivitas, kejadian seperti ini menuntut peranan manajer sebagai mediator (penengah).
6) Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politisi dalam mengkampanyekan program-programnya, manajer harus mengembangkan hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas usulan dan keputusannya.
7) Manajer adalah seorang diplomat. Manajer harus berperan sebagai wakil (representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan organisasional.
8) Manajer berani mengambil keputusan yang sulit. Organisasi selalu
banyak menghadapi masalah (misal : kesulitan finansial, masalah personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan dapat menemukan pemecahan masalah sulit dan mengambil berbagai keputusan yang akurat.
(17)
Tugas manajer menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1996 : 24) adalah : Mengelola organisasi, mengelola orang, mengelola produksi dan operasi.
2.3.1.2. Penilaian Kinerja Manajerial
Penilaian kinerja menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 223) merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 415) adalah penentuan secara periodik dan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kreteria yang telah ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan perusahaan.
2.3.1.3. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 224) Penilaian kinerja karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai berikut :
(18)
a. Perbaikan Kinerja
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personal dalam bentuk kegiatan yang tepat.
b. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan apa yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
c. Keputusan Penetapan
Promosi, transfer dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan. d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan kebutuhan kembali.
e. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karier spesifik karyawan.
f. Definisi Proses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam proses penempatan staf di departemen SDM.
g. Ketidakakuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal.
(19)
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang keliru. Lewat penilaian dapat didiagnosis kesalahan-kesalahan.
i. Kesempatan Kerja yang Sama
Penilaian kerja yang akurat secara actual menghitung kaitannya dengan kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah suatu yang bersifat diskriminasi.
j. Tantangan-tantangan Eksternal
Kinerja dipengaruhi oleh faktor lingkungan pekerjaan, seperti keluarga, finansial, kesehatan dan masalah lainnya.
Tahap penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 420) adalah sebagai berikut : Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama (tahap persiapan dan tahap penilaian). Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci yaitu Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab; Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja; Pengukuran kinerja sesungguhnya. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci yaitu Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya; Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang telah ditetapkan standar; Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
(20)
2.3.1.4. Tingkatan Manajerial dan Keterampilan
Tingkatan manajer menurut John. R. Schermerhorn. Jr (2003: 10) adalah sebagai berikut :
a. Top Manager
Adalah seorang manajer yang bertugas menetapkan tujuan, kebijaksanaan, dan strategi organisasi, membuat keputusan jangka panjang. Top manajer harus mempunyai kepedulian atas apa yang terjadi di dalam lingkungan, siap menghadapi peluang dan ancaman potensial di masa mendatang, serta mempersiapkan cara-cara untuk mengantisipasinya, sebutan khas bagi top manajer adalah direktur, presiden, kepala devisi, wakil presiden senior, dan sebagainya.
b. Middle Manager
Seorang manajer yang bertugas mengawasi beberapa unit kerja dan menerapkan rencana sesuai tujuan dari tingkatan yang lebih tinggi. Para middle manajer harus berorientasi pada kelompok (team-oriented) serta dapat bekerja sama dengan baik untuk melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan antar unit dalam organisasi.
c. First-line Manager
Adalah seseorang yang mendapatkan laporan dari para karyawan operasional, sebutan lain untuk jabatan ini antara lain supervisor, kepala departemen, serta yang paling umum adalah pimpinan kelompok. First-line manajer bertanggung jawab atas satu unit kerja dan diharapkan
(21)
mampu menyelesaikan tugas dengan tujuan jangka pendek yang sesuai dengan rencana middle dan top manajer.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer yang efektif menurut T. Hani Handoko (1999: 36) adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan konseptual (conceptual skills) adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan organisasi.
2) Keterampilan kemanusiaan (human skill) adalah untuk bekerja dengan, memahami, dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu maupun kelompok. Manajer membutuhkan keterampilan ini agar dapat memperoleh partisipasi dan mengarahkan kelompoknya dalam pencapaian tujuan.
3) Keterampilan teknik (technical skill) adalah kemampuan untuk
menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi, penjualan, atau permesinan dan sebagainya.
2.3.2. Sistem Pengendalian Manajemen
Setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengukur aktivitas anggota organisasi melalui para pimpinan (manajer) orang agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan. Proses pengendalian dilakukan melalui para pimpinan dengan penentuan tujuan dan strategi pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan.
(22)
Menurut Antony dan Govindarajan (2002: 5). Sistem merupakan suatu cara tertentu dan biasanya berulang untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas. Sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mengendalikan aktivitas suatu aktivitas organisasi disebut sistem pengendalian manajemen.
Menurut Mahduh M. Hanafi (2003: 405). Pengendalian manajemen adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi tertentu dengan merencanakan mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar prestasi, menentukan apakah terjadi penyimpangan dan mengukur apakah penyimpangan ini berarti (signifikan), dan melakukan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Supriyono (2000: 27). Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksanakan strategi dan kebijakan strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2.3.2.1. Elemen Sistem Pengendalian
Menurut Anthony dan Govindarajan (2002: 1) setiap sistem pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen, yaitu :
a. Pelacak (detector) atau sensor sebuah perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
(23)
b. Penaksir (assesor) adalah suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari peristiwa actual, dengan membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
c. Effector adalah suatu perangkat (yang sering disebut “feedback”) yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan kebutuhan yang perlu dipenuhi.
d. Jaringan komunikasi adalah perangkat yang meneruskan informasi
antara detector dan assesor dan effector.
2.3.2.2. Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian
Menurut Robert J. Mockler dalam Stoner, dkk (2003:248) langkah-langkah dalam proses pengendalian adalah sebagai berikut : Menetapkan standar dan metode mengukur prestasi kerja; Mengukur prestasi kerja; Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar; Mengambil tindakan korektif.
2.3.2.3. Karakteristik dan Manfaat Pengendalian Manajemen
Untuk mencapai kesuksesan organisasi harus mempunyai dan mempertahankan pengendalian manajemen yang baik (Merchant, 1981: 271). Beberapa karakeristik pengendalian yang baik meliputi : Pengendalian berorientasi masa depan, pengendalian harus mampu mendorong pencapaian tujuan organisasi, pengendalian mampu menjamin pencapaian tujuan organisasi yang lebih baik dari periode sebelumnya.
Menurut (Stoner dkk, 2003: 250) manfaat pengendalian adalah, untuk menghadapi perubahan; Untuk menciptakan siklus yang lebih cepat,
(24)
menambah nilai, menyatukan pekerja dari berbagai latar belakang dan kultur yang berbeda, memudahkan delegasi dan kerja tim.
2.3.2.4. Jenis Pengendalian Manajemen
Menurut John R. Schermerhorn. Jr (2003: 167) jenis pengendalian manajemen adalah sebagai berikut :
a. Feedforward Control (Pengendalian awal)
Merupakan pelaksanaan kegiatan pengendalian sebelum aktivitas kerja dimulai, dan memastikan arah yang ditentukan sudah benar.
b. Concurrent Control
Tipe pengendalian ini memfokuskan apa yang terjadi selama kegiatan tersebut berlangsung (steering control), yang memonitor kegiatan yang sedang berlangsung sehingga dapat memastikan segala sesuatu berjalan dengan semestinya.
c. Feedback Control
Disebut sebagai pengendalian pasca tindakan (postaction control), dilaksanakan setelah seluruh kegiatan selesai.
2.3.3. Pengendalian Akuntansi
Pengendalian adalah proses untuk mengarahkan seperangkat variabel (misalnya, mesin-mesin, manusia, dan peralatan) ke arah terciptanya sasaran atau tujuan, dalam organisasi, pengendalian adalah proses mengarahkan kegiatan yang menggunakan berbagai sumber ekonomi agar sesuai dengan rencana sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Supriyono, 2000: 19).
(25)
Menurut Heckert dalam Faisal (2002:163) pengendalian adalah mengembangkan dan merevisi norma (standar) yang memuaskan sebagai ukuran pelaksanaan dan penyediaan pedoman serta bantuan kepada para anggota manajemen yang lain dalam menjamin adanya penyesuaian hasil pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma-norma.
Akuntansi merupakan proses pengolahan informasi yang berkaitan dengan kesatuan ekonomi yang bersifat kualitatif yang dapat menjadi dasar bagi pihak ekstern untuk mengambil keputusan, sehingga akuntansi disebut sebagai bahasa bisnis karena akuntansi mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan dan lainnya kepada pembuatan keputusan. Selain itu akuntansi disebut juga sebagai sistem informasi karena menerima informasi dan lingkungan, mengukurnya, mencatat, memproses dan mengeluarkan laporan kembali ke lingkungan dan orang-orang mengambil tindakan berdasarkan laporan tersebut.
Manfaat pengendalian akuntansi menurut Anthony (1991:23), meliputi :
1. Alat untuk memastikan bahwa transaksi hanya dilaksanakan atas ijin manajemen.
2. Alat untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat untuk
memungkinkan, paling sedikit, penyusunan laporan keuangan yang layak dan untuk menjaga pertanggung jawaban sumber daya.
(26)
3. Alat untuk memastikan dengan pemeriksaan fisik berkala dengan perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan yang mencatat pertanggung jawaban untuk sumber daya organisasi adalah benar.
4. Cara untuk memastikan bahwa penggunaan sumber daya seperti
persediaan dan barang dagangan atau peralatan dan mesin hanya dilakukan dengan izin tertulis manajemen.
Tujuan Pengendalian Akuntansi Internal menurut Supriyono (2000: 33) antara lain :
1. Menjaga kekayaan dan mencatat organisasi. 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pengendalian Akuntansi adalah pengendalian yang menggunakan ukuran-ukuran, keuangan, yang salah satu bentuknya yaitu anggaran. Anggaran digunakan sebagai pedoman kerja dan sebagai alat pengawasan kerja. Dengan demikian anggaran merupakan alat bagi manajemen untuk membantu menjalankan fungsi-fungsinya.
Pengendalian akuntansi adalah pengendalian yang berdasarkan pada angka-angka akuntansi seperti anggaran, standard coting, flexible budgeting
(Faisal dan Kusuma, 2002: 167) 2.3.3.1. Manfaat Pengendalian Akuntansi
Pengendalian akuntansi menekankan pada tindakan-tindakan untuk mencegah kesalahan (kekeliruan yang tidak disengaja) dan ketidakberesan
(27)
(tindakan-tindakan penyimpangan yang disengaja). Menurut Anthony dkk, (1992: 26) manfaat pengendalian akuntansi adalah sebagai berikut :
a. Sarana untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi hanya dilakukan sesuai dengan ijin manajemen.
b. Sarana untuk memastikan bahwa semua transaksi tersebut dicatat untuk memungkinkan, penyusunan laporan keuangan yang semestinya dan untuk menjaga tanggung jawab atas sumber daya.
c. Sarana untuk memastikan, melalui pemeriksaan fisik berkala dan
perhitungan sumber daya organisasi, bahwa laporan akuntansi yang mencatat pertanggung jawaban atas sumber daya organisasi.
d. Sarana untuk memastikan bahwa akses ke sumber daya, seperti bahan pembantu dan barang dagangan, serta penggunaan sumber daya, seperti peralatan dan mesin-mesin, hanya dilakukan berdasarkan ijin tertulis manajemen.
Menurut Supriyono (2000: 33) manfaat pengendalian akuntansi internal adalah menjaga kekayaan dan catatan organisasi serta mengecek ketelitian data akuntansi.
2.3.3.2. Tujuan Pengendalian Akuntansi
Menurut Supriyono (2000: 33) manfaat pengendalian akuntansi internal adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi.
(28)
2.3.4. Pengendalian Perilaku
Pengendalian perilaku adalah pengendalian yang berdasarkan struktur otoritas, peraturan formal, prosedur standar pengoperasian (Faisal dan Kusuma, 2002: 163). Pengendalian perilaku meliputi aktivitas pengawasan, monitoring aktivitas yang sedang berjalan dan mengamati anggota organisasi berperilaku sesuai dengan cara yang dikehendaki.
Definisi Behavioral Accounting menurut Siegel dan Marconi (1989: 2) adalah “Behavioral Accounting is the between human behavior and the accounting system”. Berdasarkan keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa akuntansi perilaku merupakan cabang atau bagian dari akuntansi yang menitikberatkan pada hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi manajemen, jadi akuntansi perilaku mempunyai lingkup yang luas memperhatikan perilaku manusia dan hubungannya dengan rancangan bentuk dan kegunaan sistem informasi akuntansi.
Menurut L. Massie (1985: 156) macam perilaku pimpinan (manajer) terdiri dari :
a. Perilaku instrumental (Instrumental Behavior), bersamaan dengan Struktur Permulaan, terdiri dari : perencanaan, organisasi, control dan koordinasi bawahan dalam tugasnya secara dekat.
b. Perilaku yang mendukung (supportive Behavior), sangat mirip dengan pertimbangan, terdiri dari : menunjukka perhatian atas minat, kebutuhan, dan kesejahteraan bawahan.
(29)
c. Perilaku partisipatif (participative Behavior), ditandai dengan sumbang dan saran informasi serta penekanan atas konsultasi dengan bawahan.
d. Perilaku berorientasi pada pencapaian (Achievement-Oriented
Behavior): mencanangkan sasaran yang menantang, mengharapkan bawahan suatu pelaksanaan yang tinggi, dan selalu mencari perbaikan dalam prestasi.
2.3.5. Pengendalian Personal
Pengendalian personal adalah pengendalian yang berdasarkan pada pembuatan kebijakan-kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia (Faisal dan Kusuma 2002: 163). Kebijakan-kebijakan ini menyediakan informasi personal yang vital untuk perencanaan dan pengembalian keputusan manajemen SDM, bila kegiatan-kegiatan pengendalian personal tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan karyawan secara sukses. Para karyawan mungkin terkumpul dan melakukan kegiatan kolektif, hal ini mengakibatkan kegiatan personal dihadapkan dengan situasi baru, hubungan serikat karyawan, untuk menanggapi “tuntutan-tuntutan” kolektif para karyawan, fungsi personal perlu merundingkan dan mengadministrasikan suatu perjanjian kerja.
Pengendalian personal yang sering disebut pengendalian professional (clan control) merupakan pengendalian yang didasarkan pada proses sosial dan self control. Jenis pengendalian ini diperluka oleh organisasi yang mempekerjakan personal yang menguasai mekanisme yang memungkinkan mereka menerapkan keahlian yang dimiliki dalam kondisi
(30)
ketidakpastian. Mereka tidak hanya memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk melaksanakan tugas yang kompleks, tetapi mereka sudah terbiasa bertindak secara independen tanpa pengendalian formal dan administratif, mereka dapat mencari dan mengimplementasikan solusi yang diharapkan dari suatu permasalahan (Widiatmoko, 2003: 271).
Tujuan pengendalian personal adalah untuk mengawasi dan memonitor tindakan bawahan untuk memastikan bahwa tindakan tersebut sesuai dengan aturan yang ditetapkan. (Faisal dan Indra WK, 2002: 164). 2.3.6. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Akuntansi Terhadap
Kinerja Manajerial
Teori Kendala mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya. Kemudian, teori kendala mengembangkan pendekatan yang spesifik untuk mengendalikan kendala, untuk mendukung tujuan, yaitu kemajuan yang terus menerus bagi suatu perusahaan. Menurut teori kendala, jika ingin meningkatkan kinerja, suatu perusahaan harus mengidentifikasi kendala-kendalanya, mendayagunakan kendala-kendala dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang dan menemukan cara untuk mengatasi kendala-kendala (Hansen dan Mowen, 2001: 666).
Akuntan sangat berkepentingan terhadap pemahaman tentang hubungan rancangan sistem kontrol akuntansi dengan berbagai variabel organisasi. Pengendalian akuntansi seperti anggaran dapat digunakan sebagai alat perencanaan untuk menyusun target kinerja dan mengukur hasil dari tindakan individu tersebut (Faisal, 2002: 166).
(31)
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pengendalian akuntansi merupakan suatu perencanaan, sistem pelaporan dan prosedur monitoring yang didasarkan pada sistem informasi. Sehingga pengendalian akuntansi dalam menggunakan anggarannya akan mempengaruhi kinerja di dalam organisasi itu sendiri.
2.3.7. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Perilaku Terhadap Kinerja Manajerial
Teori pembentukan perilaku (operant conditioning) menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi-konsekusensi hukuman cenderung tidak diulang. Teori ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja manajerial apabila penilaian kinerjanya diikuti dengan konsekuensi yang memuaskan seperti dengan memberikan penghargaan (Handoko, 1992: 246).
Pengendalian perilaku merupakan salah satu bentuk pengendalian administratif. Pengendalian administratif meliputi : struktur otoritas, peraturan-peraturan formal, prosedur standar pengoperasian, standar untu mengatur perilaku para manajer dan pekerja, anggaran, reward, dan sistem insentif (Faisal, 2002: 167).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pengendalian perilaku bertujuan untuk menjamin hasil yang ingin dicapai meliputi aktivitas pengawasan, monitoring, dan aktivitas yang sedang berjalan. Dimana aktivitas tersebut berperilaku sesuai dengan cara yang
(32)
dikehendaki. Sehingga dalam suatu organisasi, pengendalian perilaku akan mempengaruhi terhadap kinerja manajerial.
2.3.8. Teori Yang Melandasi Pengaruh Pengendalian Personal Terhadap Kinerja Manajerial
Teori X dan Teori Y dari Douglas Mc. Gregor. Teori X berpendapat bahwa orang memiliki dalam dirinya sendiri sikap tidak suka akan pekerjaan, walaupun mereka dianggap kerja itu perlu, mereka menghindarinya bila mungkin. Teori Y, beranggapan bahwa kerja adalah sama wajarnya seperti bermain atau istirahat, bahwa sesungguhnya orang ingin bekerja dan dalam lingkungan yang benar, mendapat sejumlah kepuasan dalam kerja. Orang memiliki kemampuan untuk menerima bahkan mencari tanggung jawab dan menerapkan imajinasi, kepandaian, dan kreativitas pada masalah organisasi.
Menurut teori Y yang menjadi masalah adalah bahwa kehidupan industri modern tidak sepenuhnya mengerahkan kemampuan rata-rata manusia, untuk memanfaatkan keinginan dan kemampuan kerja bawahan mereka yang merupakan bawaan sejak lahir, para manajer hendaknya memberikan suatu iklim yang kondusif bagi perkembangan pribadi, dalam hal ini, manajemen partisipatif adalah model yang ideal (Douglar Mc. Gregor dalam Thoha, 2004 : 241).
Menurut Faisal (2002: 166). Pengendalian personal merupakan salah satu bentuk pengendalian di depan. Pengendalian di depan dalam sumber daya manusia dilaksanakan melalui proses seleksi dan pengaturan staff.
(33)
Pemilihan dan penempatan karyawan sesuai dengan persyaratan kerja dan keterampilan berdasarkan spesifikasi sifat dan tugas yang akan dijalankan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian personal merupakan suatu pengendalian yang didasarkan pada pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia. Sehingga dapat menyediakan informasi personal untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajemen atau organisasi, dengan adanya kebijakan yang baik dalam perusahaan akan dapat menghasilkan kinerja yang diharapkan.
2.4. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :
Regresi Linier Berganda Gambar 2.1. Kerangka Pikir Pengendalian Akuntansi
(X1)
Pengendalian Perilaku (X2)
Pengendalian Personal (X3)
Kinerja Manajerial (Y)
(34)
2.5. Hipotesis
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dikemukakan dan landasan teori yang ada dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut : “Bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku, dan pengendalian personal berpengaruh secara positif terhadap kinerja manajerial”.
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu definisi yang di berikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau pun memberikan suatu operasional yamg diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kinerja manajerial (Y) sebagai variable terikat dan variable bebasnya yaitu :
a) Pengendalian akuntansi (X1) b) Pengendalian perilaku (X2) c) Pengendalian personal (X3)
Definisi operasional variabel-variabel sebagai berikut :
a) Pengendalian akuntansi (X1) adalah pengendalian yang berdasarkan pada angka-angka akuntansi, seperti anggaran, standard costing, dan flexible budgeting. Variabel ini diukur dengan menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh Hopwood 1972 (Faisal dan Kusuma, 2002: 167).
b) Pengendalian perilaku (X2) adalah pengendalian yang didasarkan pada struktur otoritas, peraturan-peraturan formal dan prosedur standar pengoperasian. Variabel ini diukur dengan menggunakan Instrumen
(36)
yang dikembangkan oleh Brownell dan Hirst, Vancil, Ferrel dan Skinner (Faisal dan Kusuma, 2002: 168).
c) Pengendalian personal (X3) adalah pengendalian yang didasarkan pada pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia. Variabel ini diukur dengan menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh Hage dan Aiken (Faisal dan Kusuma, 2002: 168). d) Kinerja manajerial (Y) adalah hasil dari kegiatan manajerial yang
meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff, negosiasi dan perwakilan. Variabel ini diukur dengan menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney dkk.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini adalah menggunakan skala Simantic Differential, skala ini tersusun dalam satu kontinum dengan jawaban sangat positif disebelah kanan dan negatifnya terletak disebelah kiri atau bahkan sebaliknya. Skala data yang digunakan adalah skala interval, yang terdiri atas variabel bebas dan terikat (Sumarsono, 2004 : 25).
Skala Simantic Differential:
1 2 3 4 5 6 7
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Berikut uraian singkat tentang pengukuran variabel penelitian serta instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :
(37)
a. Pengendalian akuntansi (X1).
Instrumen ini dikembangkan oleh Hopwood (1976), dalam Faisal dan Kusuma (2002). Pengendalian akuntansi dalam pengukuran akuntansi yang biruk menunjukkan dalam pengukuran menggunakan skore rendah (poin 1). Sedangkan skore tinggi (poin 7) menunjukkan bahwa pengedalian akuntansi yang baik.
b. Pengendalian perilaku (X2).
Instrumen ini dikembangkan oleh Brownej dan Hirst (partisipasi dalam pembuatan keputusan), Vancil (hirarki wewenang) dan Ferrel dan Skinner (formalisasi) dalam Faisal dan Kusuma (2002). Pengendalian perilaku dalam pengukuran menggunakan skala tujuh poin, dengan perincian skore rendah (poin 1) menunjukkan rendahnya struktur otoritas dan peraturan formal di perusahaan, sedangkan skore tinggi (poin 7) menggunakan tingginya struktur otoritas dan peraturan formal di perusahaan.
c. Pengedalian personal (X3).
Instrumen ini dikembangkan oleh Hage danAiken (1967). Dalam analisa penelitian ini, skore rendah (poin 1) menunjukkan rendahnya kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia, sedangkan skore tinggi (poin 7) menunjukkan tingginya kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia di sesuaikan dengan kondisi responden.
d. Kinerja manajerial (Y).
Instrumen ini dikembangkan oleh Mahoney (1963) dalam Reny Mustika (1999). Dalam pengukuran kinerja manajerial digunakan skala tujuh poin. Dengan perincian skore rendah (poin 1) menunjukkan kinerja
(38)
manajerial yang rendah sedangkan skore yang tinggi (poin 7) menunjukkan kinerja manajerial yang tinggi.
Definisi di atas merupakan pengembangan dari penelitian dimana 7 berarti sangat setuju dengan persyaratan yang diberikan, jawaban 1 berarti sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat setuju dan sangat tidak setuju dari pernyataan yang diberikan. Jadi jawaban antara nilai 5 dan 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan dan jawaban antara nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Obyek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. KERTA RAJASA RAYA Waru Sidoarjo.
3.2.2. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 2003: 325). Populasi merupakan kelompok obyek atau subyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dari kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004: 44). Maka ada perangkapan fungsi di struktur organisasi menjadi 13 orang.
(39)
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para manajer PT. KERTA RAJASA RAYA di Waru Sidoarjo yang berjumlah 13 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagi dari populasi (Nazir, 2003:271). Dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh populasi yang ada pada obyek sehingga penelitian ini menggunakan metode sensus.
Jumlah sampel yang sedikit, maka sampel ini disebut sampling jenuh atau sensus, yaitu teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel, berdasarkan uraian diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 13 orang.
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber tidak melalui perantara (Indriantoro dan Supomo, 1999: 146). 3.3.2. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan tiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.
(40)
3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang dapat dilakukan dalam menetapkan validitas suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran (Umar, 1997:85).
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat
pengukur itu ( kuesioner ) apa yang di inginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat di uji dengan mengoreksi antara skor yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyan. Apabila korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan ( ditunjukkan dengan taraf signifikan < 0,05 ), maka dapat dikatakan bahwa alat
pengukur tersebut mempunyai validitas. (Sumarsono, 2004: 31). 3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan perkataan lain, hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap obyek dan alat pengukuran yang sama (Sumarsono, 2004:34).
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang
(41)
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2000 : 83).
3.4.3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti seberan normal dilakukan dengan metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2004:40). Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal (Sumarsono, 2004:43) adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.
3.5. Teknik Analisis 3.5.1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Sulaiman (2004:87) regresi linier berganda dengan persamaan Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e persamaan regresi diatas
harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) artinya
pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk bisa dikatakan sebagai alat ukur yang BLUE, maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik berikut ini :
a. Tidak boleh terjadi autokorelasi. b. Tidak boleh terjadi multikolinearitas. c. Tidak boleh terjadi heteroskedastisitas.
(42)
Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Berikut ini uraian singkat mengenai ketiga asumsi tersebut :
a. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan waktu (data rime series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional) (Gujarati, 1993: 201). Untuk mendiagnosis adanya autokrelasi nilai Durbin-Watson Penelitian ini tidak menggunakan data time series, maka uji autokorelasi tidak digunakan.
b. Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2002 : 57), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas :
1. Nilai koefisien determinasi berganda (R square) tinggi.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. 3. Menghitung nilai tolerance dan Varience Inflation factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Apabila VIF lebih
(43)
besar dari 10 hal ini berarti terdapat multikolinier pada persmaan regresi linier.
c. Heteroskedastisitas
Maksud dari penyimpangan hesteroskedastisitas adalah jika nilai residual tidak konstan untuk setiap nilai tertentu variabel bebas. Jika ketentuan ini dilanggar maka akan terjadi hesteroskedastisitas (Ghozali, 2002 : 69), hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.
Menurut Santoso (2001:301) deteksi adanya hesteroskedastisitas adalah :
1. Jika nilai probabilitasnya > 0,05 berarti bebas hesteroskedastisitas. 2. Jika nilai probabilitasnya < 0,05 berarti ada hesteroskedastisitas. 3.5.2. Uji Hipotesis (Uji F)
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e ……. (Anonim, 2008 : L-21) Keterangan :
0 : Konstanta
123 : Koefisien regresi
Y : Kinerja manajerial
X1 : Pengendalian akuntansi
X2 : Pengendalian perilaku X3 : Pengendalian personal
(44)
Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan prosedur sebagai berikut :
a. Hipotesis
H0 : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 (Model regresi tidak cocok) H1 : 1 = 2 = 3 = 4 0 (Model regresi cocok) b. Leval of signifikan () = 0,05
c. Ketentuan pengujian :
1) Jika tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2) Jika tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Uji t
1) Ho : i = 0, dimana i = 1, 2, 3, (tidak terdapat pengaruh signifikan X1, X2, X3, secara parsial terhadap Y).
Hi : i ≠ 0, dimana i = 1, 2, 3, (terdapat pengaruh X1, X2, X3, secara parsial terhadap Y).
2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05. 3) Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a) Apabila nilai probabilitas > 0,05 Ho diterima dan Hi ditolak. b) Apabila nilai probabilitas < 0,05 Ho ditolak dan Hi diterima.
(45)
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah PT. Kerta Rajasa Raya
PT. Kerta Rajasa Raya adalah salah satu pelopor dalam memproduksi kemasan berbahan dasar polypropylene yang berdiri pada tahun 1981 dan banyak dikenal waktu itu dengan nama Karung Plastik. Karung plastik banyak digunakan untuk kemasan pupuk, kedelai, beras, bahan kimia dan bermacam-macam produk agro.
PT. Kerta Rajasa Raya mulai melakukan ekspor pada tahun 1985 yaitu ke Negara Jepang dan Singapura. Sejak tahun 1985 – 2009 PT. Kerta Rajasa Raya berhasil menjadi salah satu penghasil terbesar produk kemasan berbahan dasar polypropylene dan mengekspor produknya ke beberapa Negara besar seperti: Amerika, Benua Eropa, KAnada, Australia, Benua Afrika, Philipina, Jepang, Malaysia, Singapura dan beberapa Negara ketiga lainnya.
Sejak tahun 1981 sampai dengan tahun 2009 perusahaan telah melakukan penyempurnaan-penyempurnaan dalam membuat produk kemasan untuk pelanggan sehingga dapat menyediakan produk yang terbaik untuk konsumen.
Pada tahun 2009 perusahaan melakukan investasi dan bekerja sama dengan perusahaan pembuat mesin dari Negara Eropa dengan melakukan
(46)
transfer teknologi mesin untuk membuat ”Kemasan Multi Guna” termasuk untuk kebutuhan kemasan produk semen. Nama komersial dari produk “Kemasan Multi Guna” tersebut hádala “KRR”. Dimana untuk produk tersebut akan diberikan penjelasan tentang perjalanan dari pembuatan kemasan “KRR” tersebut sebagai berikut:
1. Pada waktu terdahulu kebanyakan Pabrik semen di seluruh dunia menggunakan sarana kemasan berbahan kertas untuk mengemas produk semen mereka. Pada masa-masa tersebut pabrik semen mengalami banyak kendala dengan penggunaan kemasan berbahan dasar kertas yang mana berpotensi mengalami kerusakan/kehilangan produk yang cukup tinggi. Kerusakan/kehilangan tersebut dimulai dari proses pengemasan, pemuatan ke dalam truk serta transportasi sampai pada consumen pengguna produk. Kerusakan tersebut disebabkan oleh minimnya kekuatan kertas karena sifat kertas yang tidak flrksibel dan juga rentan terhadap air dan cuaca. Potensi kehilangan/kerusakan produk dalam kemasan berbahan kertas Sangat tinggi bahkan di beberapa perusahaan besar di Negara Eropa dapat mencapai lebih dari 5% total produk yang dihasilkan. Dalam penggunaan kertas untuk kemasan semen juga menimbulkan banyak protes dari LSM di luar negeri yang memperjuangkan lingkungan hidup.
Oleh karena permasalahan tersebut diatas maka pada tahun 1993 salah satu dari pembuat mesin dari Negara Eropa melakukan penelitian untuk dapat memberikan alternatif yang lebih baik dalam membuat
(47)
kemasan semen. Adapun bahan yang dipakai untuk membuat kemasan alternatif tersebut adalah berbahan dasar Polypropylene. Polypropylene adalah bahan material yang juga banyak digunakan untuk pembuatan karung plastik, alat-alat rumah tangga, alat-alat industri maupun produk-produk yang diproduk-produksi dengan teknologi tinggi.
2. Pada tahun 1996 kemasan berbahan Polypropylene tersebut mulai digunakan oleh beberapa pabrik semen di Negara-negara Eropa maupun Amerika Latin dimana terdapat producen semen yang cukup besar pada waktu itu. Namun disayangkan dalam penggunaan kemasan tersebut masih didapati kendala yang cukup mengganggu pemakaian kemasan tersebut. Setelah dilakukan penyempurnaan pada tahun 2000 produk kemasan berbahan Polypropylene tersebut telah dipakai di 27 Negara di seluruh dunia yaitu benua Eropa, Amerika, Amerika Latin, Afrika, Meksiko, timar Tengah dan dipakai sebagai standar kemasan oleh beberapa perusahaan besar di Negara-negara tersebut. Sebagian kecil contoh perusahaan besar yang telah menggunkan produk tersebut sebagai standar adalah: Holcim di Meksiko, La forge di Perancis, Hiedelberg dll. Oleh karena perbedaan geografis Negara-negara pengguna
kemasan tersebut maka pada setiap Negara dilakukan penyesuaian-penyesuaian dalam menentukan spesifikasi dan penentuan teknis dalam memproduksi kemasan tersebut.
3. Pada akhir tahun 2007 perusahaan telah bekerja sama dengan perusahaan pembuat mesin dari Negara Eropa untuk melakukan penelitian dan
(48)
menentukan spesifikasi yang diperlukan untuk membuat kemasan yang dibutuhkan untuk digunakan di Negara Indonesia. Oleh karena sifat geografis Negara Indonesia yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi terutama pada waktu musim hujan, maka diperlukan perhatian khusus dalam menentukan spesifikasi teknis dan penyesuaian mesin tang tepat dalam membuat kemasan semen tersebut.
4. Pada akhir tahun 2009 perusahaan telah berhasil mendapatkan spesifikasi dan penyesuaian dalam mesin khusus untuk memproduksi kemasan semen berbahan Polypropylene tersebut sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimal dalam melindungi produk semen dalam kemasan.
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun misi dari preusan yaitu “Menyediakan produk yang berkualitas dan terbaik untuk pelanggan”, preusan terus melakukan pengembangan dan penelitian serta bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan pembuat mesin kemasan untuk mendapatkan kualitas yang terbaik.
4.2. Analisis Hasil Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 25 kuesioner secara langsung kepada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah yang ada di PT. KERTA RAJASA RAYA Sidoarjo.
(49)
Kuesioner yang kembali sebanyak 13 buah, sehingga tingkat pengembalian yang digunakan (usable response rate) sebesar 52%.
4.2.1. Uji Validitas
Valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan dengan masing-masing item, jika tingkat signifikan kurang dari 5% (< 0,05) maka butir pernyataan tersebut adalah valid dan jika tingkat signifikan lebih besar dari 5% (> 0,05) maka butir pernyataan tersebut adalah tidak valid.
Hasil pengujian validitas pada masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
1. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1)
Pengujian validitas pada variabel pengendalian akuntansi dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas pada variabel pengendalian akuntansi:
Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X1.1 0,557 0,048 Valid
X1.2 0,777 0,002 Valid
X1.3 0,606 0,028 Valid
X1.4 0,138 0,653 Tidak Valid
X1.5 0,613 0,026 Valid
X1.6 0,831 0,000 Valid
X1.7 0,307 0,307 Tidak Valid
(50)
Uji validitas putaran pertama terdapat 2 (dua) item pernyataan yang tidak valid yaitu X1.4 dan X1.7 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa mengikutsertakan X1.4 dan X1.7.
Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X1.1 0,737 0,004 Valid
X1.2 0,910 0,000 Valid
X1.3 0,393 0,184 Tidak Valid
X1.5 0,687 0,010 Valid
X1.6 0,887 0,000 Valid
Sumber : Lampiran II
Uji validitas putaran kedua masih terdapat 1 (satu) item pernyataan yang tidak valid yaitu X1.3 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa mengikutsertakan X1.3.
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Akuntansi (X1) Iterasi/Putaran Ketiga
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X1.1 0,765 0,002 Valid
X1.2 0,959 0,000 Valid
X1.5 0,673 0,012 Valid
X1.6 0,896 0,000 Valid
Sumber : Lampiran II
Setelah dilakukan pengujian yang ketiga, hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X1.1, X1.2, X1.5 dan X1.6 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah 5%.
(51)
2. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2)
Pengujian validitas pada variabel pengendalian perilaku dilakukan sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas pada variabel pengendalian perilaku:
Tabel 4.4 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X2.1 0,773 0,002 Valid
X2.2 0,529 0,063 Tidak Valid
X2.3 0,494 0,086 Tidak Valid
X2.4 0,773 0,002 Valid
X2.5 -0,327 0,275 Tidak Valid
X2.6 0,116 0,705 Tidak Valid
Sumber : Lampiran III
Uji validitas putaran pertama terdapat 4 (empat) item pernyataan yang tidak valid yaitu X2.2, X2.3, X2.5 dan X2.6 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa mengikutsertakan X2.2, X2.3, X2.5 dan X2.6.
Tabel 4.5 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Perilaku (X2) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X2.1 0,879 0,000 Valid
X2.4 0,773 0,002 Valid
Sumber : Lampiran III
Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X2.1 dan X2.4 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah 5%.
(52)
3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3)
Pengujian validitas pada variabel pengendalian personal dilakukan sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas pada variabel pengendalian personal:
Tabel 4.6 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X3.1 0,901 0,000 Valid
X3.2 0,910 0,000 Valid
X3.3 0,620 0,024 Valid
X3.4 0,667 0,013 Valid
X3.5 0,791 0,001 Valid
X3.6 0,738 0,004 Valid
X3.7 -0,154 0,616 Tidak Valid
Sumber : Lampiran IV
Uji validitas putaran pertama terdapat 1 (satu) item pernyataan yang tidak valid yaitu X3.7 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa mengikutsertakan X3.7.
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pengendalian Personal (X3) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
X3.1 0,931 0,000 Valid
X3.2 0,875 0,000 Valid
X3.3 0,647 0,017 Valid
X3.4 0,691 0,009 Valid
X3.5 0,744 0,004 Valid
X3.6 0,829 0,000 Valid
(53)
Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu X3.1 sampai X3.6 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah 5%.
4. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y)
Pengujian validitas pada variabel kinerja manajerial dilakukan sebanyak 2 (dua) kali iterasi/putaran. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas pada variabel kinerja manajerial:
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y) Iterasi/Putaran Pertama
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
Y1 0,887 0,000 Valid
Y2 0,796 0,001 Valid
Y3 0,261 0,389 Tidak Valid
Y4 0,873 0,000 Valid
Y5 0,796 0,001 Valid
Y6 0,921 0,000 Valid
Y7 0,877 0,000 Valid
Y8 0,838 0,000 Valid
Sumber : Lampiran V
Uji validitas putaran pertama terdapat 1 (satu) item pernyataan yang tidak valid yaitu Y3 karena tingkat signifikan yang dihasilkan diatas 5% sehingga akan dilakukan pengujian lagi tanpa mengikutsertakan Y3.
(54)
Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Manajerial (Y) Iterasi/Putaran Kedua
Skor Total Item
Pernyataan Koefisien korelasi Tingkat signifikan Keterangan
Y1 0,900 0,000 Valid
Y2 0,842 0,000 Valid
Y4 0,895 0,000 Valid
Y5 0,839 0,000 Valid
Y6 0,940 0,000 Valid
Y7 0,821 0,001 Valid
Y8 0,825 0,001 Valid
Sumber : Lampiran V
Setelah dilakukan pengujian yang kedua, hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan diatas yaitu Y1, Y2, Y4, Y5, Y6, Y7 dan Y8 adalah valid, karena tingkat signifikan yang dihasilkan dibawah 5%.
4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2000 : 83).
(55)
Tabel 4.10 : Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Penelitian ralpha Keterangan Pengendalian akuntansi (X1)
Pengendalian perilaku (X2) Pengendalian personal (X3) Kinerja manajerial (Y)
0,841 0,533 0,867 0,938
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Sumber : Lampiran II s/d Lampiran V
Berdasarkan tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa :
1. Nilai alpha untuk variabel pengendalian akuntansi (X1) sebesar 0,841 berarti variabel pengendalian akuntansi (X1) memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,841.
2. Nilai alpha variabel pengendalian perilaku (X2) sebesar 0,533 berarti variabel pengendalian perilaku (X2) memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,533.
3. Nilai alpha variabel pengendalian personal (X3) sebesar 0,867 berarti variabel pengendalian personal (X3) memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,867.
4. Nilai alpha variabel kinerja manajerial (Y) sebesar 0,938 berarti variabel kinerja manajerial (Y) memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,938.
Nilai alpha keempat variabel penelitian mendekati nilai 1,00 maka keempat variabel tersebut dapat dikatakan reliabel.
4.2.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004: 40). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah :
(56)
Tabel 4.11 : Hasil Uji Normalitas
No. Variabel Bebas Kolmogorov
Smirnov Tingkat Signifikan 1. 2. 3. 4.
Pengendalian akuntansi (X1) Pengendalian perilaku (X2) Pengendalian personal (X3) Kinerja manajerial (Y)
0,613 0,938 0,444 0,589 0,846 0,342 0,989 0,878 Sumber : Lampiran VII
Berdasarkan tabel 4.11 menjelaskan bahwa tingkat signifikan yang dihasilkan dari variabel pengendalian akuntansi (X1), pengendalian perilaku (X2), pengendalian personal (X3) dan kinerja manajerial (Y) diatas 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa data pada variabel penelitian tersebut berdistribusi normal.
4.3. Deskripsi Jawaban Responden
4.3.1. Variabel Pengendalian Akuntansi (X1)
Pengendalian akuntansi (X1) adalah pengendalian yang berdasarkan pada angka-angka akuntansi, seperti anggaran, standard costing, dan flexible budgeting. Berikut ini adalah deskripsi jawaban responden pada variabel pengendalian akuntansi:
Tabel 4.12: Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Pengendalian Akuntansi (X1)
Skor
1 2 3 4 5 6 7
No. Item
Pernyataan
f % f % f % f % f % f % f %
1 X1.1 0 0 0 0 1 7,7 6 46,2 4 30,8 2 15,4 0 0
2 X1.2 0 0 0 0 0 0 4 30,8 6 46,2 1 7,7 2 15,4
3 X1.5 0 0 0 0 0 0 6 46,2 5 38,5 2 15,4 0 0
4 X1.6 0 0 0 0 2 15,4 7 53,8 1 7,7 1 7,7 2 15,4
Rata-rata prosentase 0% 0% 5,8% 44,3% 30,8% 11,6% 7,7%
(57)
Tabel 4.12 menjelaskan bahwa item pernyataan X1.1 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 46,2% atau sebanyak 6 orang yang artinya responden meragukan apakah dalam mengukur kinerja, atasan menggunakan informasi akuntansi atau tidak. Item pernyataan X1.2 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 5 yaitu sebesar 46,2% atau sebanyak 6 orang yang artinya atasan menggunakan pelaporan informasi akuntansi periodik untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas dari masing-masing departemen.
Item pernyataan X1.5 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 46,2% atau sebanyak 6 orang yang artinya responden meragukan bahwa atasan menggunakan pelaporan informasi akuntansi untuk mengendalikan aktivitas. Item pernyataan X1.6 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 53,8% atau sebanyak 7 orang yang artinya responden meragukan bahwa atasan menggunakan pelaporan informasi akuntansi untuk mengukur hasil kerja.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 50,1% (30,8% berada pada skor 5; 11,6% berada pada skor 6 dan 7,7% berada pada skor 7) responden menyetujui bahwa atasan telah melakukan pengendalian akuntansi yang berdasarkan pada angka-angka akuntansi, seperti anggaran, standart costing dan flexible budgeting.
(58)
4.3.2. Variabel Pengendalian Perilaku (X2)
Pengendalian perilaku (X2) adalah pengendalian yang didasarkan pada struktur otoritas, peraturan-peraturan formal dan prosedur standar pengoperasian. Berikut ini adalah deskripsi jawaban responden pada variabel pengendalian perilaku:
Tabel 4.13: Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Pengendalian Perilaku (X2)
Skor
1 2 3 4 5 6 7
No. Item
Pernyataan
f % f % f % f % f % f % f %
1 X2.1 0 0 4 30,8 1 7,7 3 23,1 2 15,4 1 7,7 2 15,4
2 X2.4 0 0 0 0 1 7,7 3 23,1 3 23,1 2 15,4 4 30,8
Rata-rata prosentase 0% 15,4% 7,7% 23,1% 19,3% 11,5% 23,1%
Sumber: Lampiran I
Tabel 4.13 menjelaskan bahwa item pernyataan X2.1 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 2 yaitu sebesar 30,8% atau sebanyak 4 orang yang artinya responden tidak setuju apabila sebuah aturan tertulis tidak mencakup seluruh situasi untuk melakukan pekerjaan tertentu. Item pernyataan X2.4 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 7 yaitu sebesar 30,8% atau sebanyak 4 orang yang artinya responden sangat menyetujui apabila hubungan dalam perusahaan didasarkan pada aturan formal dan direncanakan terlebih dahulu.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 53,9% (19,3% berada pada skor 5; 11,5% berada pada skor 6 dan 23,1% berada pada skor 7) responden menyetujui bahwa atasan telah melakukan pengendalian perilaku yang berdasarkan pada struktur otoritas, peraturan-peraturan formal dan prosedur standar pengoperasian.
(59)
4.3.3. Variabel Pengendalian Personal (X3)
Pengendalian personal (X3) adalah pengendalian yang didasarkan pada pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia. Berikut ini adalah deskripsi jawaban responden pada variabel pengendalian personal:
Tabel 4.14: Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Pengendalian Personal (X3)
Skor
1 2 3 4 5 6 7
No. Item
Pernyataan
f % f % f % f % f % f % f %
1 X3.1 2 15,4 0 0 1 7,7 3 23,1 4 30,8 1 7,7 2 15,4
2 X3.2 2 15,4 0 0 3 23,1 2 15,4 2 15,4 4 30,8 0 0
3 X3.3 0 0 0 0 4 30,8 4 30,8 5 38,5 0 0 0 0
4 X3.4 0 0 0 0 2 15,4 6 46,2 3 23,1 2 15,4 0 0
5 X3.5 0 0 0 0 1 7,7 3 23,1 1 7,7 8 61,5 0 0
6 X3.6 2 15,4 2 15,4 4 30,8 0 0 3 23,1 0 0 2 15,4
Rata-rata prosentase 7,7% 2,6% 19,3% 23,1% 23,1% 19,2% 5,1%
Sumber: Lampiran I
Tabel 4.14 menjelaskan bahwa item pernyataan X3.1 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 5 yaitu sebesar 30,8% atau sebanyak 4 orang yang artinya responden sering terlibat dalam pembuatan keputusan dalam suatu unit. Item pernyataan X3.2 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 6 yaitu sebesar 30,8% atau sebanyak 4 orang yang artinya responden sering terlibat dalam merevisi atau menolak suatu pendapat.
Item pernyataan X3.3 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 5 yaitu sebesar 38,5% atau sebanyak 5 orang yang artinya responden sering penyatakan atau menolak suatu pendapat. Item pernyataan X3.4 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar
(60)
46,2% atau sebanyak 6 orang yang artinya responden meragukan pengaruh atasan dalam pengambilan keputusan.
Item pernyataan X3.5 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 6 yaitu sebesar 61,5% atau sebanyak 8 orang yang artinya responden sering meminta pendapat atau usulan dalam pembuatan keputusan. Item pernyataan X3.6 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 3 yaitu sebesar 30,8% atau sebanyak 4 orang yang artinya responden tidak setuju apabila atasan sering menyampaikan laporan kepada lebih dari satu atasan.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 47,5% (23,1% berada pada skor 5; 19,2% berada pada skor 6 dan 5,1% berada pada skor 7) responden menyetujui bahwa atasan telah melakukan pengendalian personal yang berdasarkan pada pembuatan kebijakan yang menyangkut sumber daya manusia.
4.3.4. Variabel Kinerja Manajerial (Y)
Kinerja manajerial (Y) adalah hasil dari kegiatan manajerial yang meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff, negosiasi dan perwakilan. Berikut ini adalah deskripsi jawaban responden pada variabel kinerja manajerial:
(61)
Tabel 4.15: Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel Kinerja Manajerial (Y)
Skor
1 2 3 4 5 6 7
No. Item
Pernyataan
f % f % f % f % f % f % f %
1 Y1 0 0 0 0 0 0 5 38,5 3 23,1 2 15,4 3 23,1
2 Y2 0 0 0 0 0 0 3 23,1 5 38,5 1 7,7 4 30,8
3 Y4 0 0 2 15,4 0 0 2 15,4 4 30,8 1 7,7 4 30,8
4 Y5 0 0 0 0 0 0 2 15,4 6 46,2 1 7,7 4 30,8
5 Y6 0 0 0 0 1 7,7 5 38,5 2 15,4 3 23,1 2 15,4
6 Y7 0 0 0 0 2 15,4 9 69,2 0 0 0 0 2 15,4
7 Y8 0 0 2 15,4 0 0 5 38,5 1 7,7 2 15,4 3 23,1
Rata-rata prosentase 0% % % % % % %
Sumber: Lampiran I
Tabel 4.15 di atas menjelaskan bahwa item pernyataan Y1 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 38,5% atau sebanyak 5 orang yang artinya atasan terlibat dalam perencanaan. Item pernyataan Y2 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 5 yaitu sebesar 38,5% atau sebanyak 5 orang yang artinya atasan terlibat dalam mengumpulkan dan menyiapkan informasi. Item pernyataan Y4 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 5 dan 7 yaitu sebesar 30,8% atau sebanyak 4 orang yang artinya atasan terlibat dalam menilai dan mengukur proposal.
Item pernyataan Y5 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 5 yaitu sebesar 46,2% atau sebanyak 6 orang yang artinya atasan terlibat dalam mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan. Item pernyataan Y6 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 38,5% atau sebanyak 5 orang yang artinya atasan meragukan dirinya terlibat dalam merekrut, mewawancarai dan
(62)
memilih pegawai baru. Item pernyataan Y7 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 69,2% atau sebanyak 9 orang yang artinya atasan meragukan dirinya terlibat dalam penyediakan fasilitas penunjang dan melakukan kontrak dengan calon penyewa dan tawar-menawar secara kelompok. Item pernyataan Y8 menunjukkan sebagian besar responden menjawab skor 4 yaitu sebesar 38,5% atau sebanyak 5 orang yang artinya atasan meragukan dirinya terlibat dalam menghadiri pertemuan dengan perusahaan lain.
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 58,3% (23,1% berada pada skor 5; 11% berada pada skor 6 dan 24,2% berada pada skor 7) responden menyetujui bahwa atasan telah melakukan kinerja manajerial seperti perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staff, negosiasi dan perwakilan.
4.4. Analisis dan Uji Hipotesis 4.4.1. Uji Asumsi Klasik
Menurut Sulaiman (2004:87) persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan Uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka yang harus dipenuhi beberapa asumsi klasik yaitu multikolinieritas dan heteroskedastisitas.
(1)
70
4.5.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian antara lain:
1. Data penelitian yang berasal dari persepsi responden yang disamping secara tertulis melalui instrumen kuesioner, mungkin mempengaruhi validitas hasil. Persepsi responden yang disampaikan belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya, akan berbeda apabila data diperoleh melalui wawancara.
2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan responden pada saat pengisian kuisioner tersebut akan dapat mempengaruhi cara menjawab.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh variabel lain yang masih mempengaruhi kinerja manajerial, sehingga penelitian mendatang hendaknya dipertimbangkan variabel-variabel lain yang sekiranya dapat mempengaruhi kinerja manajerial, seperti : karakteristik tugas.
(2)
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja manajerial, hal ini menunjukkan bahwa pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal secara bersama-sama memberikan kontribusi yang nyata terhadap kinerja manajerial.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan, maka adapun saran bagi pihak-pihak terkait adalah :
1. Bagi perusahaan, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja manajerial yaitu dengan meningkatkan pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal.
2. Untuk penelitian yang akan datang, hendaknya memperbaiki kualitas kuesioner melalui penambahan item pernyataan atau indikator, karena banyak item pernyataan atau indikator pada variabel pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal yang dinyatakan tidak valid. Melakukan survey pendahuluan dengan tujuan
(3)
72
untuk menguji atau mengetahui indikator-indikator terutama pada variabel pengendalian akuntansi, pengendalian perilaku dan pengendalian personal yang sesuai dengan keadaan perusahaan sekarang
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abernethy dan Brownell, 1997, “Managemen Control System in Research and Development Organizations : The Role of Accounting, Behavior and Personnel Control”, Accounting Organizations and Society, Vol. 22, No. ¾, pp, 233-248
Anonim, 2009, “Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi Jurusan Akuntansi, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Anthony, Dearden, Bedford, 1992, Sistem Pengendalian Manajemen, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.
Chenhall, dan Morris, 1993, “The Role Post Completion Audits, Managerial Learning, Environmental Uncertainly and Performance, Behavior Research in Accounting, Vol. 5.
Faisal dan Indra Wijaya Kusuma, 2002, “Pengaruh Karakteristik Tugas Terhadap Keefektifan Bentuk Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Dalam Meningkatkan Kinerja Manajer Riset dan Pengembangan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 3, Hal. 367-376.
Ghozali, Imam, 2002, Aplikasi Analisis multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Gibson, Donelly, Ivancevich, 1996, Manajemen, Edisi Sembilan, Jilid Satu, Penerbit Airlangga, Jakarta.
Gujarati, Damordar, 1993, Ekonometrika Dasar, Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
__________, dan Govindarajan, 2002, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku Satu, Terjemahan Drs. F.X Kurniawan Tjakrawala, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Hanafi, Hamduh, M, 2003, Manajemen, Edisi Revisi, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Handoko, Hani. T, 1999, Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Keempat belas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
(5)
Indriantoro, Nur, April, 1999, Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan Dalam Kurikulum Strata I Di Jurusan Akuntansi, Vol. 1, No. 1. Hal. 28-36.
Justitia, Yafia Bunga, 2003, Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Terminal Petikemas Surabaya (Persero), Skripsi Mahasiswa FE UPN “Veteran” Surabaya, Jawa Timur.
Kurnaningsih, Retno dan Indriantoro, Nur, 2001, ”Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan Terhadap Keefektifan Penerapan Teknik Total Quality Management”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4, No. 1, Hal. 28-43, Januari.
Mangkuprawira, Sjafri, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Cetakan Ketiga, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Maryani, Dwi dan Supomo, Bandung, 2001, ”Studi Empiris Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Individual”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.3, No. 1, Hal. 367-376, April.
Massie, Joseph. L, 1985, Dasar-Dasar Manajemen, Penerbit Erlangga, Jakarta. Merchant, A. Kenneth, 1981, “The Design of the Corporate Budgeting System
: Influences on Managerial Behavior and Performance”, The Accounting Review, Vol. LVI, No. 1.
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Nasruddin, Hafid, 2008, Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Perilaku dan Personal Terhadap Kinerja Manajerial Pada PT. Intraco Adhitama Surabaya
Nazir, Muhammad, 2003, Metode Penelitian, Cetakan Kelima, Penerbit Chalia Indonesia, Jakarta.
Riyadi, Slamet, 2000, ”Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajeria”l, Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 3, No. 2, Hal. 364-331.
Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.
(6)
Schermerhorn Ir, John. R, 2003, Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Buku Satu dan Dua, Cetakan Kelima, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Stoner, Freeman, Gilbert, 2003, Manajemen, jilid 2, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Indeks Gramedia Grup, Jakarta.
__________, Wankel, Charles, 1986, Manajemen, Edisi Ketiga, Jilid 2, Penerbit Intermedia, Jakarta.
Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketiga, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS : Contoh Kasus dan Pemecahanya
Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi Beserta Contoh Interpretasi Hasil Pengolahan Data.
Supriyono, R.A, 2000, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, Buku Satu, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Swastha, Basu dan Handoko, Hani. T, 1987, Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Syafruddin, Muchammad, 2001, ”Pengaruh Modernisasi Dinamika Lingkungan Pada Sistem Kontrol Akuntansi dan Kinerja Perusahaan”, Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 4, No. 1, Hal. 99-110.
Syam BZ, Fazli dan Kusuma, Indra Wijaya, 2001, ”Pengaruh Informasi Akuntansi dan Ketidakpastian Tugas Terhadap Perilaku Manajer Sebuah Studi dan Eksperimen Semu”, Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 4, No. 3. Hal. 314-331.
Umar, Husein, 1997, Riset Akuntansi, Penerbit Gramedia Pustaka, Utama, Jakarta.