PENGEMBANGAN MODUL PARENTING PADA ANAK USIA AWAL SEKOLAH DASAR.

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PARENTING PADA ANAK USIA AWAL SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Riza Nurrahmawati NIM 09105241019

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tandatangan yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Apabila terbukti tanda tangan dosen penguji palsu, maka saya bersedia memperbaiki dan mengikuti yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 28 Juli 2016

Riza Nurrahmawati NIM 09105241019


(4)

(5)

v MOTTO

Perjalanan hari ini membentuk anak-anak kita pada hari esok. Saya harap orang tua siap berubah. Janganlah khawatir berlebihan. Berikanlah kepercayaan dan tantangan agar mereka sukses seperti anda. Sebab, rumput sekalipun, kalau tak

tembus matahari, akan berubah menjadi tanah yang gundul (Rhenald Kasali)

Sebaik-baiknya harta yang anda miliki adalah yang memberikan manfaat. Seagung-agungnya ilmu yang anda miliki adalah yang mengangkat

derajat.sebaik-baiknya rumah adalah yang memberikan keleluasaan. Dan sebaik-derajat.sebaik-baiknya sahabat adalah yang menasehati anda.

(Dr. 'Aidh al-Qarni)

Hidup adalah proses. (Riza Nurrahmawati)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya kecil ini untuk:

1. Ayah, Ibunda, dan kakak-kakakku tercinta, atas semua doa dan nasihatnya yang tidak pernah berhenti.

2. Untuk semua sahabat yang memberikan dukungan dan semangat tanpa henti.


(7)

vii

PENGEMBANGAN MODUL PARENTING PADA ANAK USIA AWAL SEKOLAH DASAR

Oleh

Riza Nurrahmawati NIM 09105241019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menghasilkan media pembelajaran berupa modul parenting pada anak usia awal sekolah dasar yang layak digunakan untuk orangtua. Produk ini dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan orantua, terutama yang tinggal di wilayah Padukuhan Samirono.

Penelitian ini menggunakan metode research and development memiliki tahapan penelitian, (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) analisis kebutuhan, (3) pengembangan produk, (4) validasi dan uji coba produk. Subyek penelitian berupa pengembangan modul parenting pada anak usia awal sekolah dasar. Obyek penelitian adalah 12 orangtua yang memiliki anak usia awal sekolah dasar yang tinggal di wilayah Padukuhan Samirono. Instrumen penelitian berupa lembar penilaian ahli materi, ahli media, dan penilaian orangtua.

Hasil penelitian dan pengembangan ini berupa modul pembalajaran. yang dinyatakan layak digunakan untuk orangtua yang mempunyai anak usia sekolah dasar. Penilaian kelayakan berdasarkan ahli materi medapatkan penilaian dengan rata-rata 3,78 dan dikategokan layak. Hasil penilaian ahli media mendapatkan rata-rata nilai 3,8, termasuk dalam kategori layak, sedangkan ujicoba skala kelompok mendapatkan rata-rata nilai 4,45 masuk dalam kategori sangat layak. Dengan demikian, disimpulkan bahwa modul pembelajaran parenting yang dikembangkan ini masukdalam kategori layak dan dapat digunakan oleh orangtua yang mempunyai anak usia awal sekolah dasar.

Kata kunci: modul pembelajaran, parenting pada anak usia awal sekolah dasar, orangtua.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Belajar adalah fase hidup yang tidak pernah usai. Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu proses belajar dalam penyusunan skripsi berjudul PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PARENTING PADA ANAK USIA AWAL SEKOLAH DASAR. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapka terima kasih yang sebsar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menuntut ilmu dan pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Sugeng Bayu Wahyono Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah menyetujui penyusunan skripsi.

4. Bapak Deni Hardianto, M.Pd sebagai pembimbing yang di tengah-tengah kesibukannya telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan nasehat sehingga penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

5. Ayah dan Ibu tercinta, yang bersabar dan selalu mendoakan anakmu ini agar segera mendapatkan gelar sarjana. Teriama kasih atas segala sarana dan prasarana yang telah diberikan untuk mengerjakan skripsi ini.

6. Kakakku tercinta yang selalu memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan TP-A’09 dan KBTB 09, terima kasih untuk semua kebersamaan, perjuangan dan pengalaman.

8. Terimakasih kepada para orangtua di Padukuhan Samirono yang terlibat dalam penelitian skripsi ini.


(9)

ix

9. Terimakasih pada semua pihak yang telah terlibat unutk membantu tersusunya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan pada masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 28 Juli 2016


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. ii

SURAT PERNYATAAN ………... iii

PENGESAHAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi

ABSTRAK ………. vii

KATA PENGANTAR ………... viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 7

C. Batasan Masalah ……… 7

D. Rumusan Masalah ………. 7

E. Tujuan Penelitian ...……… 7

F. Manfaat Penelitian ………. 8

G. Spesifikasi Produk ...……… 8

H. Pentingnya Pengembangan ... 9

I. Definisi Operasional ……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kedudukan Pengembang Media dalam Teknologi Pendidikan ... 11

B. Tinjauan Media Pembelajaran... 14


(11)

xi

1. Pengertian Modul pembelajaran ...…….……….. 17

2. Karakteristik Modul ………... 18

3. Kelebihan dan Kekurangan Modul ... ……….... 22

4. Manfaat Modul ………...….... 23

5. Prosedur Pengembangan .. ………. 24

D. Tinjauan Parenting 1. Pengertian Parenting ... 27

2. Karakteristik Orang Dewasa ... 35

3. Karakteristik anak usia awal sekolah dasar ... 39

E. Kerangka Berpikir ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………... 52

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ……….. 54

C. Uji Coba Produk ……… 56

D. Subyek dan Lokasi Penelitian ... 57

E. Metode Pengumpilan Data ………. 58

F. Pengembangan Instrument ………. 62

G. Validasi Ahli ... 63

H. Teknik Analisis Data ………...………... 63

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penelitian dan Pengupulan Informasi ……… 66

2. Perencanaan Pengenbangan ……….. 65

3. Pengembangan Produk ………… ...………. 67

4. Validasi Ahli ……….. 68

5. Uji Coba Produk ………... 79

B. Pembahasan ……… 80


(12)

xii BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ………. 87

B. Keterbatasan Penelitian ………. 87

C. Saran ………... 88

DAFTAR PUSTAKA ………. 89


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Kelayakan ………..………... 62

Tabel 2. Konversi Skor Nilai Skala Likert………...………... 64

Tabel 3. Hasil Penilaian Uji Ahli Materi Tahap I ……….. 72

Tabel 4. Hasil Penilaian Uji Ahli Materi Tahap II………...……….. 74

Tabel 5. Hasil Penilaian Uji Ahli Media tahap I …..……….. 75

Tabel 6. Hasil Penilaian Uji Ahli Media tahap II………... 80

Tabel 7. Hasil Penilaian Uji Lapangan terbatas …...…..……… 81


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kawasan Teknologi Pendidikan... 11

Gambar 2. Langkah-langkah Penggunaan Metode R&D ………. 54

Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan……… 58

Gambar 4. Rervisi konten modul tahap uji ahli materi………. 72

Gambar 5. Rervisi Uji Ahli Media Tahap I...………. 77

Gambar 6. Rervisi Uji Ahli Media Tahap I...………. 78


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Angket Ahli Materi ………... 93

Lampiran 2. Angket Ahli Media ……… 97

Lampiran 3. Hasil Uji Lapangan………...……….. 100

Lampiran 5. Dokumentasi ………..….……….. 101

Lampiran 6. Tampilan Media ………..……..……… 102


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Setiap manusia melakukan tahapan-tahapan dalam tiap kehidupannya, terutama pendidikan. Pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. Adanya pendidikan adalah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Perkembangan peradaban manusia, berkembang pula isi dan bentuk termasuk perkembangan penyelenggaan pendidikan (Siswoyo, dkk, 2008:15). Pengertian tersebut jika ditelaah lebih dalam, pendidikan dilakukan oleh manusia sepanjang hayat atau selama hidupnya selajan dengan kemampuan manusia tersebut untuk berkembang dengan pemikiran –pemikiran yang dihasilkan.

Ki Hajar Dewantoro (dalam Siswoyo, dkk, 2008:18) menyatakan bahwa yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Pernyataan tersebut memuat makna menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pendidikan dilakukan oleh seseorang sebelum lahir hingga mereka wafat dan terjadi secara terus-menerus. Sebenarnya, pendidikan tidak terhenti pada saat orang menjadi dewasa dan tidak hanya berada disekolah. Namun, banyak orang dewasa menganggap pendidikan hanya terletak pada sekolah. Orangtua


(17)

2

perlu meningkatkan kemampuan intelektual dalam membina rumah tangga bahagia. Senantiasa banyak belajar dalam meningkatkan pengetahuan, sebab itu bukan hanya untuk diri sendiri tetapi untuk juga menjadi contoh bagi anak-anak di rumah bahwa orantuanya tidak berhenti belajar meski usia terus bertambah (Kurniawansyah:2016). Orangtua seharusnya terus belajar seiring dengan perkembangan jaman untuk mempersiapkan anak-anak mereka menjadi anak yang siap menghadapi kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Kenyataannya, banyak orangtua yang berpikiran bahwa pendidikan anak mereka berorientasi pada pendidikan disekolah saja dan belum mengerti keutamaan memberikan pendidikan dalam keluarga.

Branner (dalam Santrok: 2007) menyatakan bahwa lingkungan terdekat bagi anak, yaitu keluarga. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Hal tersebut diperkuat olah pernyataan Ibnul Jauzi (dalam Syarifuddin, 2004: 105), pembentukan yang utama seorang manusia adalah pada anak-anak. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan hal tersebut telah menjadi kebiasaannya, maka akan sulit untuk mengubah perilaku buruk tersebut. Seperti yang dilansir sebuah artikel (Kompasiana: 2015) Anak akan melihat aktifitas sosial yang dilakukan oleh orang tua. Cara orang tua memperlakukan pihak lain (orang lain), entah itu dari golongan mampu maupun dari golongan sederhana akan membekas dihati mereka. Baik secara langsung maupun tidak langsung anak akan meniru kebiasaan positif dan negatif orangtua bahkan orang lain saatberada dalam satu lingkungan.


(18)

3

Bahayanya, orangtua kurang menyadari bahwa tingkah laku kasar bersifat verbal dan non-verbal sangat mudah dicontoh oleh anak-anak lakukan (Kompasiana: 2015). Kondisi tersebut, mengharuskan para orangtua untuk lebih hati-hati dalam bersikap saat berada disekitar anak mereka.Selain itu, peran teknologi cukup berdampak pada kebiasaan masyarakat, salah satunya adalah televisi.Televisi mempunyai peranan besar dalam kehidupan suatu keluarga, tayangan televisi sudah menjadi konsumsi wajib bagi orang tua juga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi anak-anak. Santrock (2002: 256), juga beranggapan bahwa tayangan televisi berpengaruh pada sikap sosial anak. Orangtua tekadang belum menyadari dampak yang timbul akibat menonton tayangan televisi, seperti anak menjadi kurang disiplin, anak menjadi kurang realistis, dan lain sebagainya.

Parenting merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh orangtua kepada anak-anaknya. Parenting adalah proses mengembangkan dan mendukung fisik, emosional, sosial, finansial dan perkembangan intelektual anak dari masa kecil hingga menjadi dewasa. Parenting berhungungan dengan aspek membesarkan anak disamping hubungan biologis (Wikipedia:2015). Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di Padukuhan Samirono terhadap beberapa orangtua yang mempunyai anak usia sekolah dasar, ditemukan beberapa masalah antara lain: orangtua terkadang marah apabila anak tidak mendengarkan atau segera melaksanakan suruhan orangtua, orangtua mengeluhkan kebiasaan anak yang lebih suka menonton televisi daripada belajar, motivasi belajar anak yang


(19)

4

kurang membuat orangtua harus selalu mengingatkan anak setiap kali belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah, orangtua merasa pengasuhan yang dilakukan selama ini adalah pengasuhan yang wajar dilakukan. Permasalahan yang pertama, orangtua kadang marah kepada anaknya, beberapa kasus tertentu, orangtua terkadang memukul anaknya, hal tersebut terjadi karena kontrol emosi orangtua saat marah pada anak terkadang sulit diredam karena berbagai masalah dan situasi dalam keluarga itu sendiri.

Kebiasaan anak menonton televisi berpengaruh pada intensitas belajar anak, kondisi itu terjadi lantaran orangtua tidak menetapkan jadwal atau aturan dalam menonton televisi dalam keluarga, sehingga berdampak pada kebiasaan anak yang lebih cenderung menoton televisi daripada belajar. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Esty dan Fisch (dalam Santrok, 2002: 276) tayangan televisi berdampak negatif pada perkembangan anak-anak dengan menjauhkan mereka dari pekerjaan rumah, menjadikan mereka pelajar yang pasif, mengajarkan mereka berbagai streotipe, memberi mereka model-model agresi perlakukan kasar dan memberiak mereka tanyangan yang tidak realistis terhadap dunia tetapi tayangan televisi mempunyai pengaruh positif bagi anak dengan menayangkan program pendidikan yang memotivasi, menambah informasi tentang dunia diluar lingkungan dekat mereka, dan memberikan model-model perilaku prososial. Tayangan televisi memang mempunyai dampak untuk anak, baik positif maupun negatif. Orangtua sebaiknya mendampingi dan memberikan bimbingan saat anak sedang menonton televisi.


(20)

5

Orangtua yang berada diwilayah padukuhan Samirono berasal dari keluarga yang belum memperhatikan kebutuhan parenting yang tepat bagi anak-anak. Orangtua belum memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan tingkat motivasi belajar anak. Salah satu orangtua mengatakan bahwa anaknya tidak fokus dalam belajar dan selalu mencari-cari alasan untuk bermain.

Keterbasan pengetahuan orangtua tentang pentingnya pengetahuan tentang perkembangan anak menyebabkan para orangtua hanya belajar dari orangtua mereka sendiri untuk mengasuh anak-anak mereka. Hal ini didukung oleh pernyataan Santrock (2005: 17) menyatakan bahwa banyak orangtua belajar parenting dari orangtua mereka. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Setyono dan Sukarto (2013), bahwa orangtua mempunyai peran yang besar dalam membentuk sikap, cara berpikir dan perilaku seorang anak. Orangtua baru (saat anak pertama baru lahir), tidak punya pengalaman menjadi orangtua sehingga para orangtua cenderung mendidik dan mengasuh anaknya seperti dulu dibesarkan orangtuanya. Padahal, didikan orangtua terdahulu belum tentu tepat seutuhnya. Selain itu, orangtua belum mengetahui pengaruh lingkungan terhadap konsentrasi dan kenyamanan belajar anak. Sehingga, orangtua hanya menyediakan ruang belajar tanpa melihat aspek-aspek yang mempengaruhi motivasi anak. Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan tentang parenting bagi orangtua untuk mendidik anaknya menjadi pribadi yang lebih baik pula.

Setiap anak adalah indivudu yang unik, orangtua memerlukan berbagai macam strategi dan teknik untuk mengatasi masalah, tergantung pada anak dan keadaan (Brooks, 2001). Mendidik anak tanpa panduan, buku manual, atau


(21)

6

petunjuk pelaksanaan, membuat para orang tua seperti meraba-raba dalam kegelapan. Orangtua mendidik anaknya secara trial and error (Bukhari, 2013: 28).

Berdasarkan beberapa alasan tersebut, peneliti berusaha membuat media pembelajaran yang dapat mengedukasi orangtua tentang pengasuhan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan usia anak. Menurut Kemp dan Dayton (dalam Belawati, 2003:1.15) media pembelajaran dapat menjembatani keterbatasan jarak, ruang dan waktu. Media yang dirasa tepat untuk orangtua adalah Modul. Modul merupakan bahan ajar cetak yang terdiri dari sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas yang dapat difungsikan untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.Modul dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran.

Modul parenting yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan orangtua murid awal sekolah dasar. Konten modul ditekankan pada pola asuh yang tepat sesuai dengan perkembangan anak usia awal sekolah dasar. Bahasa yang komunikatif akan memudahkan orangtua untuk memahami isi dari modul tersebut. Tampilan modul disesuaikan dengan karakter orang dewasa, sehingga akan menarik minat para orangtua untuk membacanya lebih lanjut.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih mengembangkan media modul.Modul dirasa tepat sebagai media yang dapat digunakan oleh orangtua.Media Modul memudahkan orang untuk mempelajari kontennya.Modul berbeda dengan buku, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami dengan cepat. Berbagai permasalahan yang timbul, modul


(22)

7

merupakan solusi bagi ibu rumah tangga untuk meningkatkan pengetahuannya tentang parenting.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Orangtua mengalami beberapa kendala dalam mengasuh anak-anak mereka.

2. Keterbatasan pengetahuan orangtua tentang pentingnya perkembangan anak.

3. Belum tersedianya modul parenting yang sesuai dengan tahap perkembangan anakusiaawal sekolah dasar.

C.Batasan Masalah

Penelitian ini perlu pembatasan masalah agar tidak meluas dan menimbulkan kesalahan persepsi. Penelitian ini difokuskan pada masalah yang dikaitkan dengan pengembangan modul yang tujukan bagi orang tua dengan materi parenting pada anak usia awal sekolah dasar atau masa pertengahan kanak-kanak.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana menghasilkan modul parenting pada anak usia awal sekolah dasar yang layak?


(23)

8 E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menghasilkan modul parenting untuk anak usia awal sekolah, agar pendidikan yang didapatkan oleh anak disekolah dapat diimbangi dengan peran orang tua yang optimal sesuai dengan hal yang anak dapatkan disekolah, dengan kata lain modul parenting diharapkan mampu memfasilitasi orang tua mengasuh anaknya dengan tepat sesuai dengan perkembangan anak.

F.Manfaat Penelitian

1. Manfaat atau kegunaan teoritis

Penelitian dan pengembangan ini sebagai usaha untuk mengetahui manfaat modul parenting sebagai panduan yang tepat bagi orangtua dan sebagai rujukan serta sumber informasi atau data sekunder bagi penelitian pengembangan sejenisnya.

2. Manfaat atau kegunaan praktis a. Bagi Orangtua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para orangtua dalam meningkatkan pengetahuan mengenai parenting pada anak usia awal sekolah. Dengan adanya modul ini diharapkan orangtua dapat :

1) Mengasuh anaknya sesuai dengan perkembangan anak mereka. 2) Mampu mengimbangi pendidikan yang didapat anak disekolah

dengan pendidikan yang diterapkan dirumah.


(24)

9

4) Juga mampu memotivasi orangtua untuk lebih menggali pengetahuannya tentang parenting dari media lain.

G.Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk media modul yang dikembangkan dalam penellitian ini antara lain:

1. Media modul parenting dibuat dengan program (software) Corel Draw X7, Corel Photo-Paint dan Microsoft Word 2010.

2. Modul dicetak menggunakan kertas matte untuk mengurangi pantulan sinar saat dibaca.

3. Modul dibuat dengan 23 x 21 cm agar nyaman saat dipergunakan.

4. Media modul parenting tahun ini didesain sesuai dengan kebutuhan orang dewasa, sehingga memudahkan orangtua dalam mempelajarinya, didalamnya memuat materi dengan bahasa yang komunikatif serta dilengkapi tips-tips yang bermanfaat bagi orangtua dan anak.

5. Media ini didesain untuk pembelajaran individual dan dilengkapi petunjuk penggunaan langsung didalam modul.

H.Pentingnya Pengembangan

Penggunaan media dalam proses pembalajaran dirasa penting bagi pengajar dan pebelajar. Hal ini menjadi pemicu pengembangan modul Parenting bagi orangtua, dengan adanya modul ini diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan orangtua terhadap pentingnya parenting bagi anak mereka. Memberikan informasi dan inspirasi khusunya bagi perkembangan penelitian pengembangan dalam dunia pendidikan..


(25)

10

Oleh karena itu, modul Parenting yang dikembangkan diasumsikan mampu mengatasi keterbatasan yang ada dan mampu memaksimalkan proses pembelajaran Parenting bagi orangtua. Modul ini diharapkan dapat memberiak motivasi bagi orangtua untuk menggali ilmunya lebih dalam mengenai Parenting.

I. Definisi Operasional

1. Pengembangan Modul Pembelajaran Parenting

Pengembangan Modul Parenting adalah kegiatan untuk menghasilkan produk media cetak yang berfungsi untuk memfasilitasi orangtua murid dalam kegiatan Parenting.

2. Modul

Modul merupakan bahan ajar cetak yang terdiri dari sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas yang dapat difungsikan untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.

3. Parenting

Parenting merupakan proses kegiatan yang dilakukan secara timbal balik antara orangtua dan anak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak dalam segala aspek kehidupannya.

4. Pola Asuh

Pola Asuh adalah upaya orangtua yang diaktualisasikan pada penataan lingkungan sosial, lingkungan budaya, suasana psikologis serta perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kedudukan Pengembang Media dalam Teknologi Pendidikan

Assosiation for Educational Communication and Technology (AECT) dalam) memaparkan bahwa teknologi pendidikan adalah studi danetika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan dan mengelola proses teknologi yang sesuai dengan sumber daya(Januszewski & Molenda, 2008: 1). Peningkatan kualitas pembelajaran perlu untuk terus diupayakan sepeti halnya mengembangkan media pembelajaran, salah satunya yaitu dengan membuat modul pembelajaran.

1. Kawasan Teknologi Pendidikan


(27)

12

Seels dan Richey (1994:30) mengemukakan bahwa teori dan praktek teknologi pendidikan dikelompokan dalam lima kawasan yaitu; desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian atau evaluasi. Kelima kawasan dalam tersebut saling berpengaruh satu sama lain, walaupun mempunyai komponen sendiri-sendiri. Uraiannya sebagai berikut:

a. Desain

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Domain dalam kawasan desain mencakup: desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pembelajar. Tujuan kawasan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum sedangkan dalam tingkat mikro seperti pelajaran dan modul. Maka seluruh domain dalam kawasan desain tersebut menjadi acuan untuk menciptakan strategi dan produk untuk pembelajaran.

b. Pengembangan

Pengembangan adalah suatu proses desain yang ditransformasikan kedalam bentuk fisik. Kawasan pengem-bangan ini, lebih menekankan pada produksi media. Media yang diproduksi dikelompokan ke dalam empat katagori yaitu; teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis komputer, teknologi terpadu atau campuran.


(28)

13 c. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas yang menggunakan proses dan sumber belajar. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk mencocokan pembelajar dengan bahan dan aktivitas yang sesuai dan sepesifiks.Kawasan pemanfaatan sangat penting, karena membahas tentang pembelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran.Dalam kawasan pemanfaatan terdapat domain yang berpengaruh yaitu; pemanfaatanmedia, difusi dan inofasi, implementasi, dan instruksionalisasi, keijakan dan regulasi.

d. Pengelolaan

Kawasan pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pendidikan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkoor-dinasian dan supervisi. Domain dalam kawasan pengelolaan adalah: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan informasi.

e. Penilaian

Penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya dalam pembelajaran dan belajar. Domain dalam kawasan penilaian meliputi: analisis masalah, pengukuran beracukan patokan, penilaian formatis dan penilaian sumatif. Penilaian dimulai dengan analisis masalah, merupakan langkah awal yang penting dalam pengembangan dan penilaian


(29)

14

pembelajaran, karena tujuan dan hambatan dijelaskan dalam langkah ini.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa modul merupakan salah satu media pembelajaran yang termasuk dalam kawasan teknologi pendidikan. Pengembangan modul pembelajaran termasuk dalam kawasan desain dan pengembangan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan sebelumnya yaitu tujuan kawasan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro dan mikro, modul termasuk dalam kategori mikro. Sedangkan pengembangan yang dilakukan menitik beratkan pada produksi media dalam bentuk fisik.

B. Tinjauan Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti antara. Istilah tersebut merujuk pada suatu hal yang mampu membawa informasi atau pesan dari sebuah sumber kepada penerimanya (Smaldino, dkk. 2011: 7). Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media.


(30)

15

Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut Smaldino (2011: 7) media dikategorikan menjadi 6 kategori dasar, yaitu:

1) Teks, merupakan karakter alfa numerik yang mungkin dapat ditampilkan dalam format apapun, seperti: buku, poster, monitor computer, dan lain-lain.

2) Audio, mencakup apaun yang dapat didengar atau hal apapun yang dapat didengarkan, seperti: music, suara kendaraan, atau suara lainnya.

3) Visual, meliputi hal-hal yang dapat dilihat dengan mata, seperti: buku, gambar, poster, dan lain-lain.

4) Video, berpa rekaman dvd atau animasi computer.

5) Perekayasaan (benda-benda), merupakan benda 3 dimensi berupa model dan tiruan suatu bentuk, seperti: diorama

6) Orang.-orang adalah pelaku atau pengguna dari media tersebut. Media mempunyai beberapa klasifikasi. Reigeluth, Leshin& Pollock (Azzar Arsyad, 2006: 36), mengklasifikasikan media pembelajaran menjadi 5 kelompok, yaitu: (a) Manusia sebagai media


(31)

16

(guru, tutor, teman kegiatan kelompok, instruktur); (b) Media cetak, bisa berupa buku, handout, penuntun, buku latin; (c) Media visual, bisa berupa bagan, grafik, gambar, peta; (d) Media audio visual, berupa video, film; (e) Media berbasis komputer, berupa pengajaran berbantuan komputer, interaktif video.

c. Kegunaan Media Pembelajaran

Yusufhadi Miarso (2004: 458) mengemukakan, bahwa media pembelajaran mempunyai beberapa kegunaan. Berbagai kajian teoritik maupun empiric menunjukkan bahwa:

1) Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi pada otak, sehingga otak dapat berfungsi secara optimal.

2) Media mampu mengatasi keterbatasan pengalaman pada penggunanya.

3) Media mampu melampaui batas kelas, dengan kata lain banyak peristiwa yang belum tentu dialami oleh setiap manusia.

4) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara pengguna dan lingkungannya.

5) Menghasilkan keseragaman pengamatan 6) Membangkitkan keinginan dan minat baru.

7) Membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar. 8) Media memberikan pengalaman yang integral.


(32)

17

9) Media memberikan kesempatan pada seseorang untuk belajar mandiri.

10) Media mampu meningkatkan keterbacaan baru. 11) Media mampu meningkatkan efek sosialisai.

12) Media mampu meningkatkan kemampuan ekspresi diri. C. Tinjauan Modul Pembelajaran

a. Pengertian Modul Pembelajaran

Modul merupakan bahan ajar cetak.Menurut Kemp dan Dayton (Belawati, 2003:1.15), media pembelajaran dapat menjembatani keterbatasan jarak, ruang dan waktu.Media yang dirasa tepat untuk orangtua adalah Modul.

Modul merupakan bahan ajar cetak yang terdiri dari sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas yang dapat difungsikan untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Modul dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran (Depdiknas,2008).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, modul adalah kegiatan program belajar-mengajar yang dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan minimal dari pendidik atau pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyadiaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat penilai, serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pembelajaran.


(33)

18

Berdasarkan define-definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa modul merupakan satuan unit yang memuat informasi tertentu dan dapat dipelajari secara individu oleh pebelajar, serta memiliki standar pengukuran tersendiri.

b. Karakteristik Modul Pembelajaran Parenting a. Karakteristik Modul untuk Orangtua

1) Memenuhi karakteristik sebagai modul yang baik

Modul sebagai media pembelajaran yang dirancang khusus dengan pedoman-pedoman yang sudah ditetapkan, Berikut merupakan karakteristik modul menurut Depdiknas (2008): a) Self Instructional, modul dirancang sebagai bahan ajar cetak

yang tergolong mandiri sehingga seseorang dapat belajar secara mandiri dengan begitu orangtua dapat mempelajarinya setiap saat.

b) Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.

c) Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain.

d) Adaptive (adaptif), modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.


(34)

19

Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu. Modul yang dikembangkan termasuk dalam kategori adaptif, hal tersebut dibuktikan dengan materi yang terbatas hanya untuk orangtua yang memiliki anak usia awal sekolah dasar. Apabila umur anak sudah melebihi batas materi, maka modul tidak dapat digunakan sebagai rujukan.

e) User Friendly, modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Modul menggunakan jenis font dan tanda yang dapat memudahkan pembaca untuk memcari informasi serta membacanya.

2) Memenuhi kelengkapan komponen modul

Modul memiliki beberapa komponen, menurut Sungkono (2013) antara lain:

a) Tinjauan mata pelajaran adalah paparan umum mengenai keseluruhan pokok-pokok isi mata pelajaran yang mencakup: deskripsi mata pelajaran, kegunaaan mata pelajaran, kompetensi dasar, bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll), dan petunjuk belajar. Modul pembelajaran yang


(35)

20

dikambangkan tidak menggunakan media pendukung lainnya.

b) Pendahuluan, setiap pendahuluan dalam modul memuat kerangka dasar materi, indicator yang harus dicapai, berisi tujuan belajar, dan petunjuk teknis penggunaan modul.

c) Kegiatan belajar merupakan materi pokok yang harus dikuasai oleh pengguna modul tersebut, dalamnya terdapat sub-sub yang dinamakan dengan kegiatan belajar yang telah disesuaikan dari tingkat kemudahannya.

d) Rambu-rambu jawaban latihan, untuk mengarahkan pengguna modul dalam menjawab soal latihan sebagai pendukung tercapainya kompetensi pembelajaran. Modul ini tidak menggunkan rambu-rambu latihan karena tes formatif yang digunakan tidak berupa multiple choice.

e) Rangkuman merupakan inti dari materi tiap kegiatan belajar, rangkuman mengandung poin-poin penting dari materi dan bersifat menyimpulkan dengan kalimat yang mudah dipahami pembaca.

f) Tes formatif, bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan pengguan terhadap materi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, dengan kata lain mengukur ketercapaian tujuan belajar yang telah dirumuskan.Tes formatif yang digunakan oleh peneliti tidak berupa multiple choice karena materi


(36)

21

dimuat adalah parenting sehingga tes yang buat berupa pertanyaan dan ajakan.

g) kunci jawaban tes formatif merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada tes formatif. Modul yang dikembangkan tidak menggunakan kunci jawaban karena pertanyaan dan ajakan dalam modul akan menghasilkan jawaban yang berbada untuk individu yang menjawabnya.

3) Memenuhi unsur-unsur grafis

Modul mengandung unsur-unsur grafis yang sesuai sasaran dari atau pengguna dari modul tersebut. Menurut Puji Riyanto (2005) unsur utama grafis ada 5, yaitu:

a) Teks (tulisan), Modul yang layak seharusnya memuat teks yang dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Ukuran huruf, jenis huruf, tata letak huruf dan kalimat, harus diperhatikan dengan cermat dan disesuiakan dengan karakteristik pembaca. Penelitian ini menggunakan orangtua sebagai sasarannya, sehingga teks yang digunakan sesuai dengan karakter orang dewasa.

b) Ilustrasi (gambar, photo), merupakan unsur yang vital dan dapat disajikan mulai dari goresan atau titik sederhana sampai dengan yang kompleks. Fungsinya untuk menarik


(37)

22

perhatian, merangsang minat, memberikan eksplanasi atas pernyataan, menonjolkan keistimewaan daripada produk, memenangkan persaingan, menciptakan suasana khas, dramatisasi pesan, dan menonjolkan suatu merk atau semboyan dan mendukung judul iklan. Modul menggunakan ilustrasi dalam sebagai penguat dari materi yang ada pada modul.

c) Rentangan adalah spanduk yang didalamnya terdapat satu atau dua kata yang kuat untuk menjelaskan suatu pesan. dalam modul ini menggunakan rentangan yang sesuai dengan komposisi modul. Penggunaan rentangan hanya pada tips-tips yang dituliskan oleh penulis.

d) Warna adalah sesuatu yang sangat penting warna mampu memberikan sugesti yang mendalam dapat memberikan dampak psikologis. Dalam sebuah desain komposisi warna berarti to compose yang berarti mengarang, menyusun, atau mengubah. Warna yang digunakan dalam modul ini sesuai dengan karakter orang desawa yaitu warna-warna teduh dan lembut seperti abu-abu, biru, coklat muda, dan lain-lain. e) Pancaran, digunakan sebagai penekanan terhadap pesan.

dalam pembuatan suatu karya grafis diperlukan penekanan pada obyek tertentu yang spesifik dan diarahkan sebagi center of interest.


(38)

23

c. Kelebihan dan kekurangan Modul Pembelajaran

Media yang modul yang dikembangkan memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Belawati (2003: 2.15) modul mempunyai beberapa kelebihan antara lain, antara lain:

a. Mudah dibawa kemana-mana

b. Mudah dipelajari kapan saja dan dimana saja

c. Tidak memerlukan alat khusus dalam penggunaanya

d. Merupakan media paling tepat untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan prinsip-psinsip umum serta abstrak dengan argumentasi yang logis.

Modul parenting yang dikembangkan memiliki beberapa kekurangan sebagai berikut:

1) Tidak mampu dalam mempresentasikan gerak atau suatu kejadian.

2) Terkadang pemaparan materi cenderung linear

3) Untuk membuat modul dengan kualitas yang baik, modul harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

4) Modul bersifat satu arah, sehingga saat tidak ada interaksi dengan orang yang berkompetensi dibidangnya maka tidak terjadi umpan balik apabila pengguna mengalami kesulitan dalam memahami materi.


(39)

24 d. Manfaat Modul Pembelajaran

Modul memiliki beberapa manfaat dari modul menurut Depdiknas (2008) antara lain:

1) Meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial ekonomi, dan situasi masyarakat

2) Menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar peserta didik 3) Secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik

secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul

4) Mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai peserta didik berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu peserta didik untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi. e. Prosedur Pengembangan Modul Pembalajaran

Pengembangan modul dapat dilakukan dengan berbagai cara, menurut Tian Belawati (2003: 217) pengembangan modul dibagi menjadi 5 tahap, yaitu: analis, perancangan, pengembangn, evaluasi, dan revisi.

a. Analisis Kebutuhan Modul

Analisi kebutuhan dilakukan untuk mengetahui modul yang dibutuhkan oleh pebelajar. Analisis ini bertujuan untuk


(40)

25

mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis yang dilakukan tidak terbatas pada judul tapi juga konten yang harus dimasukkan dalam modul. Modul yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Pengembangan yang dilakukan oleh peneliti dikhususkan untuk orang dewasa khususnya orangtua. Materi yang akan dimasukkan dalam modul berisi tentang parenting yang diorintasikan pada pola asuh, perkembangan anak, gaya belajar, kecerdasan ganda, kepribadian anak, komunikasi dalam keluarga, dan lingkungan belajar anak usia awal sekolah.

b. Perancangan

Perancangan modul merupakan proses perumusan tujuan, pemilihan topik materi yang akan dituangkan dalam modul, materi pada kegiatan belajar , soal latihan, dan komponen-komponen lain yang dibutuhkan untuk kelengkapan modul.

c. Pengembangan Modul

Pengembangan modul adalah proses dilakuakn dalam penyusunan dari materi-materi yang sudah disiapkan sebelumnya menjadi modul parenting secara utuh.

d. Evaluasi

Produk modul yang sudah siap, dilakuakn eveluasi oleh pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya. Pertama modul divelidasi oleh ahli media dan ahli materi, kemudian modul diuji. Uji coba


(41)

26

modul ada beberapa tahap agar modul layak utnuk digunakan sebagai media yang bermanfaat bagi penggunanaya

1. Validasi

Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul tersebut didapatkan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing antara lain;

a) Ahli materi modul, yaitu ahli yang akan memvalisadi konten modul secara keseluruhan, dengan validasi ahli materi akan didapatkan materi produk yang tepat dan sesuai kebutuhan peneliti juga sasaran atau pengguna modul.

b) Ahli media, yaitu ahli yang akan memvalidasi modul dari sisi desain pesan, tampilan, dan komponenyang harus ada dalam modul itu sendiri.

c) Pengguna Modul, pengguna modul sebagai tolak ukur keberhasilan peneliti dalam membuat modul sesuai dengan sasaran atau pengguna modul itu sendiri.

2. Uji Coba

Modul akan bermanfaat apabila modul tersebut mampu memenuhi kebutuhan pebelajar. Sebelum modul diberikan pada pebelajar, modul harus melalui tahap uji coba. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam


(42)

27

pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba bertujuan untuk:

a) mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan menggunakan modul.

b) mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul.

c) mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan menguasai materi pembelajaran.

e. Revisi

Revisi dilakukan untuk menyempurnakan modul yang dibuat. Uji coba draft dan validasi ahli-ahli yang berkompetensi di bidangannya akan membantu dalam tahap penyempurnaan, sehingga modul parenting ini dapat didistribusikan dan dipergunakan sebagai media yang dapat membantu pebelajar dalam melakuakn proses pembelajaran. D. Tinjauan Parenting

a. Pengertian Parenting

Parenting, bila diterjemahkan kedalam bahasa indonesia berarti mengasuh. Kata dasar mengasuh adalah asuh, dilihat dari kamus besar bahasa indonesia, asuh diartikan sebagai memelihara dan mendidik. Carole dan Karen (CSUE:2013) mengungkapkan bahwa, "parenting is a life-span phenomenon. Participation in this process begins during the prenatal period and continues until death. At any one time, individuals may be involved as parents, children, and members of society.”


(43)

28

Parenting adalah fenomena rintangan kehidupan. Partisipasi dalam proses ini dimulai selama periode prenatal dan berlanjut hingga kematian. pada satu waktu, para individu yang mungkin merasakan, sebagai orangtua, anak-anak, dan masyarakat. Parenting merupakan salah satu bagian dalam kehidupan yang melibatkan seluruh individu, hal ini dimulai sejak bayi dalam kandungan hingga tumbuh dewasa kemudian mati.Manusia mengalami seluruh fase tersebut.

Menurut Brooks, Parenting adalah suatu proses orangtua dalam interaksi dengan anaknya dengan memberiakn makan dan minum, melindunginya, dan membimbingnya menghadapi kehidupan. Orangtua memberikan perhatian, kasih sayang, dan hal lain yang dibutuhkan anaknya (Gumilang:2013).

Definisi lain parenting dikemukakan oleh Brooks(Winohardidjojo: 2013) adalah proses interraksi yang berkelanjutan antara otang tua dan anak-anak mereka, meliputi beberapa aktivitas, yaitu: memberi makan, memberi petunjuk, dan melindungi anak ketika mereka tumbuh. Sedangkan, menurut Stephen J. Bavolek (2013) menyatakan bahwa

Technically, parenting is a process of interactions designed to nourish, protect, and guide a new life through the course of its development. The parenting process begins at the creation of the new individual and continues to be practiced throughout a lifetime in varying degrees of intensity. The process of parenting entails four main tasks:

a. To foster physical and mental health.

b. To provide emotional warmth and nurturance.

c. To provide opportunities for the development of individuality and intellect.


(44)

29

d. To facilitate social and emotional competence.

Berdasarkan pernyataan diatas, pada dasarnya, pengasuhan adalah proses interaksi yang dirancang untuk merawat, melindungi, dan membimbing kehidupan baru (anak) melalui tahap perkembangannya. Proses pengasuhan dimulai saat individu baru terbentuk dan berlansung secara terus menerus sepanjang waktu dalam intensitas tahapan yang berubah-ubah. Proses pengasuhan meliputi 4 tugas utama: (a) Pengasuhan fisik dan kesehanatan mental, (b) Memberikan rasa nyamandankepedulian, (c) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian dan kecerdasan, (d)Memudahkan dalam bermasyarakat dan emosional yang kompeten.

Poin-poin dari pernyataan Bavolek mengindikasikan bahwa teknologi pendidikan mempunyai peran dalam kegiatan parenting,

terutama pada poin ketiga. Poin tersebut menerangkan bahwa seorang anak berhak untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadiannya, dalam pengembangan tersebut dibutuhkan metode dan sumber belajar yang tepat agar kecerdasan anak dapat berkembang secara maksimal, tentunya disertai bimbingan orangtua .

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa parenting adalah suatu proses interaksi yang dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan antara orangtua dan anak-anak mereka yang bertujuan agar anak mereka tumbuh, berkembang, serta mampu menjalani kehidupan dalam masyarakat,


(45)

30

dengan kata lain orangtua mengasuh anaknya (secara fisik dan emosional) semenjak dalam kandungan hingga anak tersebut tumbuh dan berkembang dari segi emosional,kecerdasan, serta mampu berkomunikasi dengan masyarakat yang ada dilingkungannya.

b. Faktor yang berpengaruh terhadap parenting

Adapun faktor yang cukup berpengaruh dalam pelaksanaan parenting , seperti penelitian yang dilakukan Tomlinson-Keasey dan Little (dalam Satiadarma, mepaparkan bahwa suksesnya seseorang dalam pendidikan dan pekerjaan dipengaruhi oleh kecenderungan kepribadian yang bersangkutan (karakter), pendidikan orangtua, dan variable lingkungan rumah. Peran orangtua dalam mendidik anak menempati peringkat pertama, hal tersebut dikarenakan orangtua adalah figur pertama yang dilihat anak. Pengasuhan yang dilakukan orangtua berpengaruh pada perkembangan anak. Hal yang paling mendasar dalam terjadinya prises pengasuhan tersebut adalah keluarga.

1) Keluarga

Salvicion dan Celis (Baron dan Ryme:2003) memaparkan bahwa dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari


(46)

31

ayah, ibu, dan anak. Interaksi yang terjalin dalam keluarga mempunyai dampak yang cukup besar terhadap perkembangan anak dari berbagai aspek.

Branner (dalam Santrok: 2007) menyatakan bahwa lingkungan terdekat bagi anak, yaitu keluarga. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Hal tersebut diperkuat olah pernyataan Ibnul Jauzi (dalam Syarifuddin, 2004: 105), pembentukan yang utama seorang manusia adalah pada anak-anak. Apabila seorang anak dibiarkan melakukan sesuatu yang kurang baik dan hal tersebut telah menjadi kebiasaannya, maka akan sulit untuk mengubah perilaku buruk tersebut.

2) Pendidikan Orangtua

Pendidikan dilakukan oleh manusia sepanjang hayat. Hal tersebut terjadi secara terus menerus hingga manusia tersebut wafat. Perkembangan teknologi menunutut masyarakat untuk berpikir cerdas. Sama halnya dengan orangtua, siring perkembangan jaman mengharuskan orangtua untuk selalu menggali ilmu pengetahuan agar mereka dapat membimbing anaknya dengan lebih baik. Latar belakang pendidikan orangtua berpengaruh pada cara mereka dalam mengasuh anak-anak mereka. Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat membantu orangtua untuk melihat peran penting orangtua dalam pertumbuhan anak di semua bidang (Brooks, 2011). Oleh sebab itu, pendidikan yang tempuh orangtua sebelumnya serta


(47)

32

kemauan orangtua untuk selalu berkembang menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada pola pengasuhan orangtua serta keberhasilan orangtua dalam membesarkan anak-anak mereka. 2. Pola Asuh

Orang dewasa khusunya orangtua, memiliki cara yang berbeda dalam mengasuh anak-anaknya. Pola asuh yang kurang tepat dapat mengakibatkan perkembangan anak menjadi kurang optimal dari segi afektif, kognitif dan psikomotoriknya. Pola asuh orangtua merupakan pola perilaku yang digunakan untuk beriteraksi dengan anak-anaknya. Menurut Sugihartono, dkk (2007:31) memaparkan ada tiga jenis dari pola asuh orangtua, yaitu:

a) Pola Asuh Otoriter adalah pola asuh yang menekankan pada pengawasan langsung orangtua terhadap apapun yang dilakukan oleh anak mereka. Pola asuh jenis ini biasanya digunakan oleh orangtua yang sering mengekang anak untuk menjadi sesuai dengan yang diharapkan orangtua tersebut. Biasanya, anak dengan pola asuh seperti ini akan menghasilkan karakter anak yang cenderung kurang inisiatif, selalu ragu dalam mengambil keputusan juga mudah gugup.

b) Pola Asuh Permisif merupakan pola asuh dengan membebaskan anak untuk melakukan apapun yang diinginkan oleh anak tanpa memberikan batasan tertentu. Pola seperti ini akan membentuk anak menjadi pribadi yang kurang mampu dalam memikul


(48)

33

tanggung jawab. Sedangkan menurut Baumrid dalam santrock (2002) membagi pola asuh permisif menjadi 2 yaitu : Pola asuh permissive-indulgent dan permissive-indifferent. Pola asuh permissive-indulgent adalah orang tua telibat dalam kehidupan anak sehari-hari dengan membiasakan anak untuk malakukan hal-hal yang dikehendaki anak tanpa peraturan khusus dari orang tua. Sikap orangtua seperti ini mengakibatkan anak tidak mampu mengendalikan perilaku dengan baik dan anak cendrung menuntut orangtua agar mengabulkan seluruh permintaannya.

Sedangkan, pola asuh permissive-indifferent ialah pola asuh yang tidak melibatkan peran orangtua secara langsung. Orangtua dengan pola asuh seperti ini, biasanya lebih mementingkan pekerjaannya. Anak dibiarkan melakukan apapun tanpa pengarahan atau campur tangan orang tua, sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri dan memiliki kendali diri yang cukup buruk. Anak dengan pola asuh ini, cenderung pada tipe anak yang kurang kasih sayang orangtua.

c) Pola Asuh Autoritatif, pola ini merupakan pola yang paling baik diantara pola yang lain. Pola autoritatif membelajarkan anak dengan tanggung jawab sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, anak dibiarkan mengembangkan apapun yang diinginkan akan tetapi orangtua selalu mendampingi, mengarahkan, dan membimbing agar anak mampu bertanggungjawab pilihannya.


(49)

34

Hal ini membuat emosi anak terjaga dengan stabil serta mampu membentuk anak yang kreatif, percaya diri, dan bertanggungjawab.

Lukmanul Hakim (dalam Thalib,2007) membagi pola asuh menjadi 3, yaitu: (1) menerima, orangtua menerima bahwa anak adalah titipan tuhan yang perlu bimbingan untuk menjalani kehidupan. Orangtua wajib memberikan arahan dan nasihat kepada anaknya untuk selalu dan senantiasa mengingat tuhan, (2) melindungi, orangtua sebagai orangtua wajib melindungi anaknya dari berbagai hal. Orangtua harus melindungi anaknya semenjak dalam kandungan hingga anak lahir dan tumbuh dan (3) menuntut, orangtua menuntut dan memerintahkan anak untuk selalu berada dijalan tuhan dengan selalu mendirikan ibadah dan bersikap positif. Pola asuh menurut Al-Qura’an adalah orangtua mendidik dan mengajarkan anak agar menjaga hubungan vertikal dengan Allah SWT sebagai tuhan yang menciptakan manusiaa dan memperbaiki serta menjaga hubungan horisontal, yaitu dengan orangtua dan sesama manusia.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, pola asuh merupakan hal yang utama dalam menentukan perkembangan anak dan pola asuh yang tepat adalah pola asuh autoratif. Pola asuh tersebut memungkinkan anak akan berkembang optimal. Apabila orangtua


(50)

35

kurang tepat dalam mengasuh anak, perkembangan anak menjadi kurang optimal dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotornya. Pola asuh memiliki beberpa aspek yeng perlu diperhatikn, menurut Baumrind (dalam Damon & Lerner, 2006) , yaitu:

a. Kehangatan, Orang tua menunjukkan kasih sayang kepada anak, adanya keterlibatan emosi antara orang tua dan anak serta menyediakan waktu bersama anak. Orang tua membantu anak untuk mengidentifikasi dan membedakan situasi ketika memberikan atau mengajarkan perilaku yang tepat

b. Kontrol, Orang tua mengarahkan anak untuk disiplin, memberikan beberapa tuntutan atau aturan serta mengontrol aktifitas anak, menyediakan beberapa standar yang dijalankan atau dilakukan secara konsisten, berkomunikasi satu arah dan percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh kedisiplinan. c. Komunikasi, Orang tua menjelaskan kepada anak mengenai

standar atau aturan serta pemberian reward atau punish yang dilakukan kepada anak. Orang tua juga mendorong anak untuk bertanya jika anak tidak memahami atau setuju dengan standar atau aturan tersebut


(51)

36

Orang dewasa memiliki karakter yang jauh berbeda dengan anak usia dini. Dewasa terbagi menjadi beberapa tahap, menurut Diane E. Papalia, dkk (2007) “Young adult are generally at the height of their physical power and many aspects of their intellectual powers. During these years, they make career choices and from intimate relationships that may be lifelong”. Dewasa dini pada umumnya berada pada puncak kekuatan fisik dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kemampuan intelektual mereka. Selama masa-masa tersebut, mereka menentukan pilihan karir dan bentuk dari suatu hubungan mendalam mungkin menjadi hubungan jangka panjang, dengan kata lain orang dewasa telah menentukan pilihan untuk berkarir dan memikirkan untuk menjalani hubungan jangka panjangatau mungkin menikah dengan orang yang mereka sayangi.

Perkembangan kognitif orang dewasa juga berpangaruh pada usianya.Kemampuan kognitif dan tindakan moral menjadi lebih kompleks. Perkembangan fisik dari orang dewasa dini, merupakan puncak dari kondisi fisik, kemudian sedikit mengabaikan, serta pilihan gaya hidup berpengaruh pada kesehatan (papalia, dkk. 2007).

Menurut Anisah Basleman & Syamsu Mappa (2011:19), membagi kriteria dewasa menjadi 2 tahap, yaitu: usia 20-25 tahun dan usia 35-40 tahun. wanita dan pria pada fase 20 hingga 25 tahun, secara fisik berada pada puncak kekuatan yang berasal dari hasil latihan dan praktik


(52)

37

sepanjang hidupnya. Sebagian individu yang memiliki banyak pengalaman, kemudian akan berperan dalam suatu kerja sama.

Usia 35- 40 tahun merupakan masa transisi menuju pertengahan dewasa yang berlangsung secara perlahan serta ditandai dengan perubahan social ekonomi. Biasanya, pada usia ini merupakan periode konsolidasi peranan, baik urusan pribadi maupun dalam urusan okupasional. Individu juga berusaha mengembangkan pribadinya dalam karir maupun lingkungan sosial.Namun, kekutan fisiknya mulai mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.

Danim (2010:139) mengemukakan karakteristik pebelajar orang dewasa dalam beberapa poin, antara lain:

a. Pebelajar biasanya memiliki maksud yang teridentifikasi

b. Pebelajar dewasa biasanya memiliki pengalaman sebelumnya, baik positif maupun negative, dengan pendidikn diselenggarakan.

c. Pebeljar dewasa ingin segera mengambil manfaat dari hasil belajarnya.

d. Pebelajar dewasa memiliki konsep-diri secara satu-arah

e. Pebelajar dewasa membawa dirinya dengan reservoir pengalaman.

f. Pebelajar dewasa membawa karaguan dan ketakutan yang luas bagi proses pendidikan.


(53)

38

g. Pebelajar dewasa biasanya sangat kuat pada ketahanan perubahan.

h. Gaya pelajar dewasa biasanya diatur

i. Pelajar dewasa memiliki tujuan yang dewasa

j. Masalah palajar dewasa yang berbeda dari masalah anak-anak. k. Pelajar dewasa biasanya memiliki sebuah keluarga mapan. l. Waktu reaksi pembelajar orang dewasa sering lambat.

m. Minat pendidikan pembelajar dewasa biasanya mencerminkan dimensi kejuruan.

n. Nilai-nilai diri pebelajar dewasa lebih banyak daripada nilai-nilai program

Berdasarkan beberapa hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang dewasa masih berusaha mengembangkan diri dalam lingkungan social, pada tahap dewasa muda, seseorang berada dalam puncak energy sehingga mereka sudah memutuskan target dalam hidupnya yang sudah dipikirkan sebelumnya, orang dewasa lebih stabil dalam menghadapi perubahan kondisi yang ada, mereka bertindak diperhitungkan terlebih dahulu dan sesuai dengan pengalamannya,

Tahap ini, terkadang orang tau masih melakukan transisi antara remaja menuju dewasa.Mereka dihadapkan pada banyak masalah dalam rumah tangga, termasuk pilihan untuk berkarir atau tidak.Masyarakat yang ada di Padukuhan samirono lebih banyak


(54)

39

menjadi ibu rumah tangga.Mereka mengurus anak meereka sendiri.kenyataannya, kesempatan itu belum termanfaatkan dengan baik.

4. Karakteristik Anak Usia Awal Sekolah Dasar

Masa kanak-kanak merupakan masa yang belum stabil, dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.Piaget berpendapat, bahwa karakteristik perkembangan anak-anak usia 7-12 tahun termasuk pada tahap operasional konkret, antara lain:

“…the children can perform opration that involve objects, and they can reason logically as long as reasoning can be applied to specific or concrete example. For instance, concrete operational thinkers cannon imagine the step necessary to complete an algebraic equation, which is too abstract for thingking at this stage of development.”, (Santrock, 2011)

Anak –anak dapat melakukan hal yang melibatkan banyak objek, dan mereka bisa beralasan logis sepanjang alasan tersebut dapat digunakan secara spesifik atau contoh yang konkret (nyata).Sebagai contoh, pemikir operasional konkret tidak dapat membayangkan langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perbandingan dalam aljabar, hal itu sangat abstrak untuk dipikirkan oleh perkembangan tahap ini.

Menurut teori Oswald Kroh ( Kartono, 2007) perkembangan fungsi pengamatan anak pada usia awal sekolah dasar:

1) Peiode sintese-fantastic (7-8 tahun), segala hasil pengamatan anak merupakan kesan yang totalis atau global, sedangkan


(55)

40

sifatnya masih samar-samar dan kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak.

2) Periode relisme naif (8-10 tahun), anak bisa membedakan bagian tapi belum bisa menghubungkan satu dengan yang lain dalam hubungan totalitas. Unsur fantasi sudah benyak diganti dengan pengamatan konkrit.

Periode diatas dapat dilihat perkembangan kemampuan anak sesuai dengan umurnya. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan media yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sedangkan menurut Santrock (2002: 42) pada tahap yang diklasifikasikan oleh Erikson, anak pada usia pertengahan kanak-kanak atau awal sekolah dasar cenderung tekun dan rendah diri, mereka beralih dari masa kanak-kanak yang penuh dengan imajinasi pada masa mengarahkan energy mereka terhadap penugasan pengetahuan dan keterampilan intelektualnya.

Bahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif, maksud dari pernyataan tersebut adalah anak sudah mempunyai pikiran untuk menjatuhkan orang lain dan muncul perasaan sombong apabila kemampuannya lebih menonjol daripada teman sebayanya.

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008:107) Kemampuan berpikir anak ditandai dengan munculnya aktivitas-aktivitas mental seperti: mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman


(56)

41

hidupnya memberikan dampak dalam mempertajam konsep. Anak sudah sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses mengklasifikasi dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu obyek. Perkembangan anak meliputi beberapa perkembangan yaitu:

1) Perkembangan kognitif

Anak dalam tahap ini memiliki kemampuan berpikir anak masih terbatas pada hal yang bersifat konkrit atau nyata. Anak dapat melakukan kegiatan yang melibatkan banyak obyek, mereka juga dapat mengutarakan alasan - alasan atas tindakan yang mereka lakukan. mampu mengenali penanda jalan, mampu mengelompokkan hal-hal yang membuatnya mulai untuk melakukan penalaran dan menarik kesimpulan atas benda atau seatu kejadian. selain itu, ego anak mulai berkurang dan mulai senang untuk berinteraksi dengan teman sebaya bahkan membentuk suatu kelompok untuk saat bermain.

2) Perkembangan fisik

Anak tumbuh lebih tinggi, berat badan mulai bertambah dan kontrol keseimbangan badan mulai stabil. akan tetapi tumbuh kembang fisik antara satu anak dengan anak yang lain tergantung dari beberapa hal, seperti Gen bawaan, asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak, dan berbagai kegiatan yang melibatkan gerakan anak, seperti berlari, melompat, menendang


(57)

42

dan lain-lain sebagainya, serta kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Apabila anak tidak ada motivasi untuk bergerak, maka pertumbuhan fisik anak tidak akan optimal.

3) Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa pada fase ini yaitu, terlihat perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak akan merespon pertanyaan dari orang dewasa dengan jawaban yang singkat. Belajar membaca merupakan salah satu cara yang ditempuh agar anak lancar berkomunikasi. Dengan membaca anak akan menemukan banyak kosa kata, sehingga perkembangan bahasanya bertambah.

4) Perkembangan moral

Berkembangnya moral pada fase kanak-kanak tingkat akhir dapat dilihat dari perkembangan anak dalam memahai aturan- atruran yang ada dilingkungannya. Tidak hanya aturan, pemahaman mengenai etika dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan sekitar mereka juga mempunya pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk moral anak tersebut.

5) Perkembangan emosi

Emosi adalah perasaan yang dihasilkan oleh seseorang. Perasaan dibagi menjadi dua, yaitu perasaan yang menyenangkan dan perasaan yang tidak menyenangkan.


(58)

43

Perasaan tidak menyenangkan berupa amarah, takut, kesal, sedih, cemas, dan lain sebagainya, haltersebutakan merugikan perkembangan social anak. Sedangkan yang menyenangkan seperti: bahagia. Tentunya kata bahagia mempunyai makna yang cukup luas, sebab bahagia mencakup kasih sayang, suka cita, rasa ingin tahu, dan lain-lain.

Ciri-ciri emosi pada masa kanak-kanak, yaitu: Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat, kuat dan hebat, mudah berubah, tampak berulang-ulang, respon emosi anak berbeda-beda, emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya, emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannnya, perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional 6) Perkembangan social

Perkembnagan social anak terjadi pada saat anak mulai bergaul dengan orang lain, termasuk orang-orang yang ada dilikngkungan keluarganya secara terus-menerus. Dua hal yang mempengaruhi perkembangan social anak yaitu: Kegiatan bermain dan teman sebaya,

a) Kegiatan bermain, anak pada usia ini anak akan leih suka untuk bermain secara berkelompok. Menjalin interaksi antar teman memberikan pengalaman berharga, sehingga hal tersebut memberikan ruang bagi anak untuk belajar menghargai sesame teman atau orang lain.


(59)

44

b) Teman sebaya, rentang usia 6 hingga 9 tahun, anak-anak mulai mengenal teman sebaya sebagai bagian dari lingkungan social. Biasanya teman sebaya adalah teman disekolah dan teman sebaya atau hamper sebaya yang ada dilingkungan sekitar tempat tinggal. Teman sebaya mempunyai peran besar dalam pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri anak. Interaksi yang dihasilkan oleh tiap anak akan mendapat respon yang berbeda, akan ada yang menyukai dan aka nada yang tidak menyukai.

3) Kepribadian

Kemapuan anak berkembang lebih cepat seiring perkembangan jaman. Anak dituntut lebih aktif dan mandiri dalam belajar. hal tersebut tentunya baik untuk perkembangan anak secara mental dan fisik Kepribadian yang berkembang masa kanak-kanak, sebenarnya adalah pantulan dari kepribadian orangtuanya. Sehingga pada masa-masa ini orangtua berperan dalam pembentukan kepribadian anak (Kato:2015). Carl Jung membagi kepribadian menjadi beberapa tipe pribadi yang berbeda, yaitu: a) Introvert, seseorang dengan keprinadian tertutup. Seseorang

dengan kepribadian ini biasanya mengungkapkan diringa secara bertahap, tipe ini akan mengungkapkan siapa dirinya


(60)

45

(kualitas diri) apabila dia sudah mempunyai hubungan yang cukup dalam atau orang yang sudah dikenal cukup lama. b) Extrovert, kepribadian terbuka, orang dengan sifat terbuka

selalu menampilkan diri apa adanya, mempunyai pembawaan yang bertolak belakang dengan kepribadian introvert.

c) Thinking, pemikir, biasanya seseorang dengan keribadian ini melakukan sesuatu sesuai dengan pertimbangan secara logis (masuk akal). Dia mempunyai alasan yang masuk akal untuk setiap tindakan atau keputusan yang diambil.

d) Sensing atau lebih dikenal sebagai pengindraan. Pengindraan disini diartikan sebagai kepekaan indrawi, dapat merasakan keadaan sekitar sebelum orang lain mengetahui. Tipe ini dapat mengenali ruang dengan yang pernah dia masuki, dan memiliki kecermatan tinggi.

a. Feeling, orang dengan kepribadian ini cenderung menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan atau melakukan tindakan. Biasanya seorang dengan kepekaan rasa yang tinggi cenderung emosional

e) Intuitions, Kepribadian ini cendrung menggunakan intuisi (nurani) untuk melakukan setiap hal yang kana dilakukan. Seseorang dengan kepribadian ini juga akan menggunakan nurani dalam memahami sesuatu hal atau mempelajari hal baru.


(61)

46

f) Judging:, seorang penilai biasanya merencanakan apapun yang kan mereka kerjakan. Suka menilai suatu keput

g) Perceiving, Seorang perceiving atau pengamat lebih suka mengamati hal ada yang disekelilingnya.

4) Kecerdasan Yang Berkembang Pada Anak

Setiap anak memiliki kemampuan yang menonjol yang kadang belum perhatikan secara cermat oleh orangtua. Anak dijuluki bodoh”apabila mendapatkan nilai yang kurang bagus dalam pembelajarannya disekolah, padahal kepandaian anak bukan menjadi tanggung jawab guru seorang, melainkan kolaborasi antara peran keluarga dan guru. Setiap anak pasti mempunyai kemampuan menonjol dan akan berbeda dengan anak yang lain. Kemampuan tersebut disebut dengan kecerdasan ganda.

Gardner (dalam Budiningsih,2008:112) menemukan bahwa kecerdasan manusia tidak hanya mempunyai satu kecerdasan, melainkan sekumpulan kecerdasan dari berbagai aspek yang tergabung menjadi satu, akan tetapi setiap manusia memiliki tingkat atau perkembangan kecerdasan yang berbeda. kecerdasan ganda yang diketahui melalui penelitian ada 8 kecerdasan, kemudian diikuti oleh tokoh lainnya sehingga menjadi 10 kecerdasan, seperti visual/ spasial, linguistic/ bahasa, intrerpersonal, intrapersonal, naturalis, musical, kinestetik, logika/ matematika, dan eksistensial/ spiritual. Kesembilan


(62)

47

kecerdasan tersebut bekerja dalam satu hubungan yang unik dan rumit. Tiap kecerdasan akan memiliki cara berbeda dalam gaya belajarnya.

c) Visual/ spasial, Seseorang memiliki kemapuan dalam megambarkan dan memvisuaisasikan. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan seseorang dalam warna, garis, bentuk, ruang, ukuran serta hubungan dari beberapaelemen tersebut. Seseorang dengan kecenderungan kecerdasan ini biasanya membutuhkan gambar atau gerakan dalam pembelajaran.

d) musical/ ritmik, kecerdasan ini mencakup kecerdasan dalam bidang music, sensitive terhadap mood dan emosi serta sangat menyukai serta mengerti music. Anak dengan kecerdasan ini akan senang melantungkan sebuah lagu meskipun hanya bergumam, atau memainkan instrument dengan memukul beberpa peralatan yang ada disekitarnya.

e) Naturalis, kecendungan seseorang pada ketertarikannya pada alam atau lingkingan sekitar, mampu menggolongkan obyek, berinterraksi dengan tumbuhan dan hewan. Tidak hanya pada alam akan tetapi seorang dengan kecerdasan ini mampu membedakan benda buatan manusia. Ketertarikan seseorang terhadap sebuah benda, seperti gemar mengoleksi botol kaca dari berbagai jenis bentuk, memelihara binatang atau tanaman, senang mendaki gunung atau aktivitas lain yang melibatkan diri dengan alam. Semua itu adalah sikap natural yang ditimbulkan manusia.


(63)

48

f) Linguistic, kecerdasan linguitik mencakup kemampuan seseorang untuk memahami bahasa dalam komunikasi, lebih tepatnya seseorang yang memiliki kemampuan menggunakan kata secata efektif.. kepekaan kecerdasan linguistic terhadap arti kata,urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Seseorang anak dengan kecerdasan ini biasanya mampu memainkan atau memanipulasi kata dalan menyampaikan informasi. Mempunyai perbendaharaan kata yang luas, menyukai hal-nal seperti rima, puisi, atau permainan kata dalam mengekpresikan diri melalui bahasa lisan atau bahasa tulis.

g) Logika/ matematika, Kecerdasan inidimiliki seseorang yang menyukai bidang analitik dan saintik, missal dalam bidang perhitungan dan analisisnya, dengan kata lain orang yang memiliki kecerdasan ini biasanya terampil dalam mengolah angka, suka ketepatan dan suka berpikir abstrak dan terstrukur.

h) Interpersonal, Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi degan yang lain, mampu sbagai mediator, dan orang yang mudah bergaul. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerakan tubuh, dan mampu memberikan respon yang tepat saat berkomunikasi. Seorang anak dengan kecerdasan ini biasanya sangat suka untuk belajar berkelompok, senang memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran ataupun diluar pembelajaran, senang menentukan suatu aturan dalam kelas, juga menikmati kegiatan


(64)

49

yang melibatkan mereka untuk melakukan pengamatan pada interaksi manusia serta berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, seperti wawancara.

i) Intrapersonal, kecenderungan seeorang untuk mengetahui dirinya sendiri. Kecedasan in merujuk pada kemampuan sseorang untuk mengerti siapa dirinya, memperhatikan etika hidup dan mampu memotivasi dirinya sendiri.

j) Kinestetik, Kemampuan pegendalian fisik yang sangat baik, ahli dalam pekerjaan tangan, suka menyentuh dan memanipulasi obyek. Kecerdasan ini cenderung untuk belajar dengan melakukan atau mempraktikkan langsung apa yang dia pelajari apabila sesuatu tersebut dapat dilakukannya sendiri. Ketrampilan fisik yang yang terlibat dalam kecerdasan ini seperti: keseimbangan, kelenturan, kekuatan, daya tahan, dan koordinasi gerak. Biasanya anak dengan kecerdasan ini cenderung senang bergerak, tidak hanya berolahraga, namun kegiatan seperti menari dan membuat kerajinan tangan juga termasuk dalam kecerdasan ini.

k) Eksistensial/ Spiritual, Kecerdasan pada bidang spiritual ditunjukkan dengan perilaku baik yang ditimbulkan dan rajin dalam mejalankan ibadahnya. Hal tersebut timbul dari akibat lingkungan dan peran orang-orang yang ada disekelilingnya. Anak dengan kecedasan ini biasanya mampu menangkap esensi dari agama yang dianut.


(65)

50 B. Kerangka Berpikir

Parenting atau pengasuhan, merupakan interaksi yang dilakukan oleh orangtuua terhadap anak-anak mereka. Hal tersebut bertujuan agar anak mereka tumbuh dan berkembang serta mampu menjalin komunikasi dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Parenting merupakan proses orangtua membimbing dan mendidik anaknya. Dengan kata lain,orangtua mempunyai peran penting dalam pendidikan anak saat dirumah, karena keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak. Namun pada praktiknya, orangtua belum menyadari peran mereka, kegiatan parenting yang dilakuan oleh orangtua belum optimal. Orangtua tidak mengetahui perkembangan anak mereka sehingga mereka mengeluhkan anaknya yang susah untuk fokus dalam belajar, anak lebih suka bermain dan menonton tayangan televisi daripada belajar.

Media yang memuat tentang parenting memang sudah banyak, akan tetapi media-media tersebut belum tepat untuk kalangan orangtua dengan pendidikan menengah kebawah. Disisi lain, kesadaran tentang pentingnya untuk mendidik anak sesuai dengan perkembangan anak belum tumbuh.

Pemasalahan yang terjadi dalam kegiatan tesebut memerlukan pemecahan yang tepat. Salah satu pemecah masalah tersebut adalah penggunaan media dalam kegiatan parenting.Modul parenting dipilih sebagai media yang tepat karena modul sebagai media yang bersifat individual, modul dapat dipelajari sendiri, dan memiliki bahasa yang


(66)

51

komunikatif sehingga memudahkan orangtua untuk mempelajarinya. Materi mencakup pengetahuan tentang parenting yang cenderung pada pengembangan kognitif pada orangtua. Materi parenting yang tersusun dalam modul meliputi: perkembangan anak, kepribadian anak, gaya belajar anak, kecerdasan ganda, komunikasi yang baik serta lingkungan belajar yang nyaman bagi anak usia awal sekolah dasar.

Modul yang sesuai dengan kiteria kelayakan yang telah ditetapkan memerlukan evaluasi yang melibatkan ahli media, ahli materi, dan pengguna (orangtua murid) dari modul tersebut. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan modul tersebut, diperlukan ujicoba lapangan yang sebenarnya. Dengan demikian, produk hasil akhir dari penelitian dan pengembangan memiliki kriteria kelayakan sebagai media yang tapat kegiatan parenting.


(67)

52 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah research and development atau penelitian dan pengembangan. Penelitian difokuskan pada pengembangan modul parenting anak usia awal sekolah dasar.

Definisi lain research and development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut(Sugiyono,2011: 297).. Sedangan Menurut W.R. Borg dan M.D. Gall, (1983: 772) bahwa definisi penelitian dan pengembangan pendidikan sebagai berikut : “Educational research and development is a process used to develop and validate educational product”. Penelitian dan pengembangan pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan menvalidasi produk-produk pendidikan.

Ada beberapa model penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan, antara lain model Borg and Gall. Langkah-langkah siklus penelitian Dan pemgembangan menurut (Borg dan Gall 1983:775) sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan infomasi

Pengumpulan informasi/ data tentang modul parenting, mulai dari materi parenting hingga tinjauan pembuatan modul yang sesuai.Observasi


(68)

53

dilakuakan terhadap beberapa orang tua yang memiliki anak usia awal sekolah dasar, juga mempersiapkan laporan dari observasi.

2. Perencanaan

Melakukan perencanaan termasuk identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil.

3. Pengembangan

Mengembangkan bentuk awal dari produk, termasuk persiapan bahan ajar/materi, buku pegangan, dan perangkat evaluasi.Produk yang siap belum tentu masuk pada kategori layak untuk diujicobakan pada subyek yangt elah ditentukan.Sebelum diuji coba, produk di validasi oleh ahli terkait sehingga memenuhi standar produk yang telah ditetapkan.

4. Uji coba tahap awal/ lapangan terbatas

Ujicoba dilakukan terhadap salah satu subyekyang memiliki anak usia awal sekolah dasar.Pengumpulan informasi/ data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.Ujicoba dilakuakan pada 2 orang atau satu pasang suami istri.

5. Revisi terhadap produk utama

Revisi tahap pertama berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.

6. Uji coba lapangan skala kelompok

dilakukan terhadap 10 orang subyek . hasil dan penilaian sehubungan dengan tujuan dibandingkan dengan data kelompok kontrol, bila perlu.


(69)

54

Skala kelompok dilakuakan agar didapatkan produk yang dapat diterima secara general, karena melibatkan subyek lebih banyak.

B. Pengembangan Produk

Prosedur yang dilakukan dalam pengembangan modul parenting ini, mengadaptasi dari tahap pengembangan media Borg & Gall (1983), sebagai berikut:

Gambar 1. Adaptasi prosedur pengembangan Borg & Gall (1983)

Berdasarkan urutan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk yang dilakuan oleh peneliti mencakup beberapa tahap, yaitu:

1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan terhadap beberapa subyek ujicoba dengan melakukan beberapa tahap. Peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan melalui wawancara kepada orangtua yang mempunyai anak usia awal sekolah dasar yang diorintasikan pada usia 7,8,dan 9 tahun. Dari wawancara tersebut ditemukan beberapa kendala yang dialami orangtua pada saat mengasuh anaknya. Menurut salah satu nara sumber, anak susah untuk diajak diberi pengertian, ditembah lagi saat anak bermain games atau menonton tv, anak akan cenderung tidak merespon secara cepat

penelitian dan pengumpulan data perencanaan pengembangan desain produk awal validasi ahli materi dan ahli

media revisi tahap pertama ujicoba produk awal revisi tahap kedua ujicoba skala kelompok


(70)

55

panggilan orangtua, sehingga terkadang orangtua tidak mengkontrol emosinya. Orangtua menginginkan anaknya untuk selalu belajar agar memiliki prestasi. Di sisi lain, ternyata orang tua belum bisa memberikan runag dan waktu belajar yang nyaman untuk anak.

Selain itu kurangnya kesadaran orangtua dalam penanganan anak secara serius membuat mereka hanya mengandalkan praktik pengasuhan dari orangtua mereka.Hal tersebut menyebabkan kurang tepatnya penanganan anak apabila anak mengalami berbagai kendala dalam perkembangannya. Setelah data terkumpul peneliti mulai melakukan tinjauan pustaka terhadap media menjadi pusat informasi bagi orangtua terhadap proses parenting yang biasa mereka lakuakan.

2. Perencanaan

Merumuskan materi dan tujuan yang harus dicapai dalam mempelajari produk modul parenting ini.adapun beberapa meteri yang disesuaikan dengan ketetapan badan standar pendidikan nasional yang tercantum dalam kompetensi dasar dalam kurikulum sekolah dasar.Materi yang modul parenting sebagai berikut:

a. Tahap perkembangan anak usia 7-9 tahun (kognitif, afektif, dan psikomotor).

b. Pola asuh anak usia7-9 tahun:

1) Gaya pengasuhan yang biasa dilakukan oleh orang tua. 2) Bagian Otak manusia


(71)

56

4) Gaya belajar anak usia awal sekolah dasar 5) Mengetahui kecerdasan anak sekolah dasar 6) Mengetahui bakat anak sekolah dasar

7) Berkomunikasi melalui alam bawah sadar anak 8) Lingkungan belajar yang baik bagi anak.

Tujuan pembelajaran dan standar kompetensi yang dirumuskan berdasarkan materi sebelumnya, yaitu:

a. Standar kompetensi:

Orang tua mengetahui, memahami, dan diharapkan untuk mampu mengaplikasikan peran mereka secara optimal dalam pengasuhan anak mereka.

b. Indikator Pencapaian:

1) Orangtua mengetahuitahap perkembangan anak.

2) Orangtua mengetahui pengasuhan yang tepat pada anaknya

3) Orangtua diharapkan mampu mengaplikasikan pengasuhan yang yang tepat sesuai pola asuh yang baik bagi perkembangan anak secara fisik, mental, kecerdasan, juga sipitual.

3. Pengembangan Desain Produk Awal

Pengambangan desain awal produk dimulai dari pengumpulan materi yang akandijadikansebagai konten modul.Pengumpulan materi berdasaknan analisis kebutuhan lapangan. Selain itu, pengumpulan foto dan ilustrasi sebagaipenguat materi modul yang dapat membangkitkan minat orangtua agar tidak mudah bosan saat membaca modul tersebut. Awalnya materi


(72)

57

modul disusun dengan program microsoft word, kemudian modul tata letak konten disusun menggunakan progran coreldraw.Setelah semua tertata, modul dicetak dan siap divalidasi oleh ahli materi dan media. 4. Validasi dan Evaluasi

Validasi dilakukan terhadap ahli yang berkompeten dalam bidangnya yaitu ahli media dan ahli materi. Sebelum produk diuji coba subyek, rancangan produk awal ( prototype) divalidasi mengenai kelayakan konten dan media yang akan diproduksi.Dengan demikian, prototypeakan mendapatkan saran masukan dan penilaian ahli materi dan siap untuk direvisi untuk meningkatkan kualitas modul ini. Adapaun hal-hal yang akan dinilai oleh ahli materi disini meliputi aspek pembelajaran dan aspek isi (materi).

Prototype media ini selanjutnya di validasikan kepada ahli media terkait beberapa aspek seperti: aspek modul dan aspek tampilan sehingga dapat dilakukan revisi awal berdasarkan hasil penilaian ahli materi dan media sebelum media modul ini diujicobakan kepada user atau pengguna. 5. Ujicoba Produk

Modul yang telah direvisi berdasarkan penilaian ahli media dan ahli materi diujicobakan pada subyek. Pertama, uji coba tahap awal atau lapangan terbatas melibatkansejumlah 2 subyek dari orang tua yang memiliki anak usia sekolah dasar, selanjutnya direvisi untuk perbaikan. Kemudian, produk kembali diujicobakan pada tahap selanjutnya yaitu pada skala kelompok yang melibatkan 10 subyek uji coba.


(73)

58 C. Ujicoba Produk

1. Desain Produk

Gambar 2. Adaptasi prosedur pengembangan Borg & Gall (1983)

2. Validasi Ahli

Validasi materi dilakukan oleh Dosen dari jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ahli materi menilai kesahihan materi, kesesuaian materi dan cakupan materi. Validasi ahli media dilakukan oleh Dosen ahli media instructional yaitu dari prodi teknologi pendidikan yang akan menilai kesesuaian media dari segi layout, penggunaan gambar dan kesesuaian teks serta warna padamodul serta pengemasan produk.

3. Revisi Tahap Pertama

Revisi tahap pertama dilakukan unutk mamperbaiki modul secara keseluruhan, baik konten maupun tampilan fisik modul. Ahli media dan ahli materi memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan modul.

pengembangan desain produk

awal

validasi ahli materi dan ahli

media

revisi tahap pertama

validasi akhir ahli materi dan

ahli media ujicoba produk awal revisi tahap kedua ujicoba skala kelompok


(74)

59 4. Validasi Ahli

Validasi ahli dilakukan kembali setelah modul diperbaiki. menilai kesahihan materi, kesesuaian materi dan cakupan materi. Validasi ahli media dilakukan oleh Dosen ahli media instructional yaitu dari prodi teknologi pendidikan yang akan menilai kesesuaian media dari segi layout, penggunaan gambar dan kesesuaian teks serta warna padamodul serta pengemasan produk

5. Ujicoba Produk Awal

Ujicoba dilakukan pada 2orangtua yang memiliki anak usia sekolah dasar yang tinggal di Padukuhan Samirono dan memiliki anak usia sekolah dasar. Ujicoba dilakukan sesuai umur tahapan anak yaitu: anak usia 7, 8, dan 9 tahun.

6. Ujicoba Skala Kelompok

Ujicoba dilakuakn terhadap 10orangtua yang memiliki anak usia sekolah dasar. Ujicoba ini dilakuakn setelah dilakukan revisi pada ujicoba tahap awal dan ujicoba skala kelompok.

D. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Uji Coba

Subjek uji coba merupakan orangtua yang memiliki anak usia awal sekolah dasar dengan rentang usia 7-9 tahun. Uji coba dilakukan terhadap 12 orangtua, antara lain:

a. Uji coba lapangan terbatas melibatkan orangtua sebanyak 2 orang. b. Uji coba skala kelompok melibatkan orangtua 10 orang.


(75)

60

2. Penelitian dilaksanakan pada lingkup wilayah Padukuhan Samirono. E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utamanya dari penelitian adalah mendapatkan data. Ada beberapa macam teknik pengumpulan data, anata lain:

1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan pada saat penelitian awal untuk mendapatkan dan mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan parenting dalam keluarga.Observasi diperlukan untuk dapat menggali dan memperoleh informasi secara nyata terkait proses parenting yang biasa diterapkan oleh orangtua yang tinggal di Padukuhan Samirono.Hal yang diamati oleh peneliti yaitu:

a. Interaksi yang diberikan orangtua pada anak b. Sumber belajar yang digunakan

c. Fasilitas yang tersedia dalam keluarga tersebut (yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran).

2. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk melengkapi hasil observasi. Wawancara dilakukan pada target sasaran, yaitu orangtua (suami dan istri) yang mempunyai anak usia awal sekolah dasar.


(76)

61

Table kisi pertanyaan wawancara

Bagi orang tua

Karakteristik anak dan bejararnya Pelaksanaan parenting

Fasilitas yang tersedia Kebutuhan Modul Modul yang diharapkan

Daftar Pertanyaan Wawancara:

a. Apa saja anda (orangtua) lakuakn sehari-hari?

b. Bagaimana proses pengasuhan yang dilakuakn sehari-hari? c. Bagaimana karakteristik anak?

d. Bagaimana gaya belajar anak?

e. Menurut anda, apa saja kendala yang dihadapi anak dalam belajar? f. Apa saja fasilitas yang tersedia untuk anak?

g. Apa saja kendala yang dihadapi orangtua saat mengasuh anak dalam hal pengembangan diri anak?

h. Bagaimana cara anda dalam menangani kesulitan belajar anak? i. Apakah orangtua pernah mengikuti program parenting?

j. Jika dikembangkan modul tentang parenting, menurut anda apakah akan membantu?

k. Modul seperti apa yang anda harapkan? 3. Angket

Metode angket digunakan saat melakukan validasi ahli materi, validasi ahli media, dan selueh tahap ujicoba yang akan dilakukan. Angket


(77)

62

diberikan pada ahli terkait dan subyek penelitian yaitu: orangtua yang mempunyai anak usia awal sekolah dasar.

4. Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti mendokumentasikanproduk yang dihasilkan, proses uji lapangan awal, dan uji lapangan dengan menggunakan media foto.

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Langkah-langkah pengembangan instrumen angket yang dilakukan pada penelitian pengembangan Modul Parenting yaitu (1) mengembangkan kisi-kisi instrument, (2) mengkonsultasikan kisi-kisi-kisi-kisi instrumen dengan ahli, (3) Menyusun dan melengkapi instrumen yang telah mendapatkan expert judgement.berikut adalah kisi-kisi instrument penilaian kelayakan produk yang dihasilkan oleh peneliti:

Table 1. instrument produk penelitian

Subyek uji coba Unsur yang dinilai

Ahli media Secara fisik modul dapat dibawa Kejelasan dan kemenarikan cover Ketepatan pemilihan ilustrasi

Ketepatan ilustrasi yang digunakan dalam modul Kejelasan teks

Ketepatan pemilihan gaya bahasa

Kejelasan petunjuk mengerjakan soal dan umpan balik Kejelasan dan keruntutan daftar isi

Ahli materi Kesesuaian materi

Keruntutan materi dari sederhana ke kompleks Kelengkapan komponen belajar modul


(78)

63

Keruntutan dan kejelasan glosarium rangkuman padat dan mudah dipahami

Orangtua Kemenarikan Modul

Kemenarikan sampul modul Kenyamanan tulisan dalam modul Keterkaitan gambar dengan materi kombinasi warna dalam modul kemanfaatan modul

G. Validasi Instrumen

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka untuk mengetahui validitas instrumen angket ahli media dan ahli materi menggunakan expert judgement.Validasi instrumen angket untuk ahli materi dan ahli media, maupun angket pengamatan uji coba lapangan dilakukan melalui konsultasi dan meminta penilaian dari ahli yaitu dosen pembimbing. Proses validasi dilakuakn untuk mengetahui kelayakan media yang layak untuk diujicobakan pada subyek yang sebenarnya.

H. Teknik Analisis Data

Pada tahap studi pendahuluan, pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dan situasi kegiatan di Awal sekolah dasar. Analisis data yang digunakan pada tahap ini adalah analisis deskriptif. Instrumen berupa angket untuk uji ahli dan uji lapangan akan dianalisis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif. Sedangkan istrumen berupa observasi juga akan dianalisis menggunakan analisis diskriptif kuantitatif.


(79)

64

Untuk pedoman penentuan tingkat baiknya Modul Parenting, kriteria penilaian akhir data kuantitatif diperoleh berdasarkan hasil konversi data kuantitatif ke data kualitatif dengan skala 5. Konversi yang dilakukan terhadap data kualitatif mengacu pada rumus konversi yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2009: 329). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Konversi Skor ke Nilai pada Skala 5

Interval Skor Skor Kategori

X >05] + 1,50 SDi 5 Sangat baik

i

X + 0,50 SDi < X ≤ Xi + 1,50 SDi 4 Baik

i

X –0,50 SDi < X ≤ Xi + 1,50 SDi 3 Cukup baik

i

X –1,50 SDi < X ≤ Xi - 0,50 SDi 2 Kurang

X ≤ Xi - 1,50 SDi 1 Sangat Kurang

Keterangan: i

X = Rata-rata ideal = ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) SDi = Simpangan baku ideal = 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)

X = Skor Aktual Skor maksimal ideal = 5 Skor minimal ideal = 1

Xi = ½ (5+3) = 3

SDi = 1/6 (5-1) = 0,67 Skala 5 = X > 3 + (1,5 x 0,67) = X > 3 + 1,01 = X > 4,01 Skala 4 = 3 + (0,50 x 0,67) < X ≤ 4,01 = 3 + 0,34 < X ≤ 4,01


(80)

65

Skala 3 = 3 –0,34 < X ≤ 3,34

= 2,26 < X ≤ 3,34

Skala 2 = 3 –(1,50 x 0,67) < X ≤ 2,26 = 3 –(1,01) < X ≤ 2,26

= 1,99 < X ≤ 2,26

Skala 1 = X ≤ 1,99

Atas dasar berhitung di atas, maka konversi data kuantitatif skala 5 padaModul Parenting dapat disederhanakan sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2. Pedoman Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif

Rentang Kategori Skor

X > 4,02 Sangat Baik 5

3,34 < X ≤ 4,02 Baik 4

2,26 < X ≤ 3,34 Cukup 3

1,99 < X ≤ 2,26 Kurang 2

X ≤ 1,99 Sangat Kurang 1

Mencari skor (X) dengan menggunakan rumus rata-rata : X =

X = skor rata-rata ∑x = jumlah skor n = jumlah responden

 Perolehan skor dengan kategori 4-5 dapat disebut “Layak” sedangkan skor 1-3 dikatakan “Belum Layak”


(81)

66 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Pengembangan modul pembelajaran parenting berdasarkan pengumpulan informasi melalui orangtua yang mampunyai anak usia awal sekolah dasar atau kelas 1 hingga kelas 3 sekolah dasar. Pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan wawancara kepada beberapa orangtua dari berbagai latar belakang pendidikan.Dari wawancara tersebut terdapat beberapa kendala yang dialami orangtua pada saat mengasuh anaknya. Menurut salah satu nara sumber, anak susah untuk diajak diberi pengertian, ditembah lagi saat anak bermain games atau menonton tv, anak akan cenderung tidak merespon secara cepat panggilan orangtua, sehingga terkadang orangtua tidak mengkontrol emosinya. Orangtua menginginkan anaknya untuk selalu belajar agar memiliki prestasi. Di sisi lain, ternyata orang tua belum bisa memberikan runag dan waktu belajar yang nyaman untuk anak.

Selain itu kurangnya kesadaran orangtua dalam penanganan anak secara serius membuat mereka hanya mengandalkan praktik pengasuhan dari orangtua mereka.Hal tersebut menyebabkan kurang tepatnya penanganan anak apabila anak mengalami berbagai kendala dalam perkembangannya.


(82)

67 2. Perencanaan

a. Analisis Kebutuhan

Karakteristik orang dewasa berbeda jauh dengan anak-anak usia awal sekolah dasar. Perkembangan kognitif dan tindakan moral menjadi lebih kompleks, biasanya mereka ingin segera memetik hasil dari apa yang telah dipelajari atau dilakukannya. Orang dewasa memiliki pengalaman lebih banyak dari anak-anak dan.Namun pada praktiknya, banyak hambatan yang dialami orangtua saat mengasuh anak mereka. Banyak orangtua yang belum sadar akan pentingnya pengetahuan tentang perkembangan anak mereka. Praktik pengasuhan hanya didapat dari orangtua mereka, sehingga pengasuhan anak menjadi kurang optimal.

Sebenarnya, banyak media yang mengulas tentang parenting/ pengasuhan, seperti buku, majalah, artikel online, dan lain-lain. Namun, belum ada kesadaran dari masyarakat untuk membuka diri dengan menggali informasi dan mempelajari pengetahuan tentang penanganan anak secara tepat.Hal tersebut menjadi pemicu untuk peneliti mengembangkan media pembelajaran yang dapat memberikan motivasi orangtua untuk menggali ilmu lebih dalam tentang dunia anak juga sebagai solusi dari masalah yang dialami oleh para orangtua untuk kedepannya.

Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan, modul menjadi salah satu mediayang tepat untuk digunakan oleh orangtua sebagai media


(83)

68

pembelajaran. Modul merupakan media cetak yang mempunyai sepesifikasi lengkap. Dalam sebuah modul terdapat ulasan materi, rangkuman dan kegiatan belajar.Media ini mampu digunakan untuk belajar secara mandiri ataupun kelompok.

Selain itu modul sangat cocok untuk pembelajaran yang sifatnya diulang-ulang.Oleh sebeb itu modul dipilih sebagai alternative media yang cocok digunakan oleh orangtua.Modul dikembangkan sesuai dengan karakteristik orang dewasa.Informasi dikemas semenarik mungkin agar orangtua termotivasi untuk mempelajarinya.

b. Perancangan

Tema ditentukan berdasakan informasi yang dikumpulkan dari para nara sumber. Dari wawancara tersebut diperolah kesimpulan dari berbagai permasaahan yang ada, yaitu kurangnya pengetahunan orangtua tentang parenting yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Oleh sebab itu penulis membuat modul dengan tema parenting dengan harapan mampu memfasilitasi orangtua dalam praktik pelaksanaan parenting. Kemudian peneliti membuat garis besar ini materi untuk modul, yang nantinya akan dugunakan sebagai acuan dalam pengumpulan materi sebagai konten dalam modul.

Media modul dipilih karena akan lebih mudah dalam penggunaannya Identifikasi materi mencakup tujuan pembelajaran yang akan disampaikan dalam modul. Identifikasi berdasarkan analisis kebutuhan


(84)

69

orangtua.Darisana peneliti mengetahui hal harus dikembangkan dan sesuai dengan kebutuhan orangtua.

3. Pengembangan produk a. Proses

Pengembangan modul ini melalui beberapa tahapan proses, meliputi: 1) Perumusan materi

Perumusan materi berdasarkan analisis kebutuhan didapat dari wawancara yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti pada subyek uji coba. Kemudian, mengumpulkan materi yang berkaitan dengan kebutuhan dari para orangtua, khusunya yang mempunyai anak usia rentang 7 hingga 9 tahun.

2) Penyusunan materi

Penyusunan materi dilakukan setelah perumusan materi. Peneliti mencari gambar pendukung yang berkaitan dengan konten yang akan disajikan dalam modul. Salah satu ilustrasi dibuat sebagai contoh dalam kehidupan nyata yang terjadi pada orangtua.Pertama-tama ilustrasi dibuat dengan sketsa gambar dikertas, lalu dikembangkan secara digital.

Sebelum proses penyusunan menggunakan software corel draw, materi terlabih dahulu disusun dengan software Microsoft word. Kemudian, materi dan gambar disusun mejadi satu kesatuan. Modul disusun dalam 6 bagian yaitu: bagian awal, modul 1, modul 2, modul 3,modul 4 dan sampul modul. Hal tersebut dilakukan agar


(85)

70

proses penyusunan lebih mudah serta meminimalisir kerusakan data. System perangkat yang digunakan untuk menyusun modul ini adalah

a) System operasi : windows 8.1- 64 bit,

Prosesor core i5, dengan ram 2gb b) Pengolahan grafis : Microsoft word 2010

Corel draw x7-64 bit. 3) Pencetakan materi

Penyelesaian modul dilakukan dengan format file cdr. Kertas yang digunakan dalam mencetak modul dibedakan antara sampul dan konten, disesuaikan dengan fungi masing-masing. Sampul modul menggunakan kertas ivory 230gram, sedangkan konten modul menggunakan kertas matte paper 120gram. Penggunaan matte paper bertujuan untuk mengurangi pantulan cahaya, sehingga membuat nyaman bagi pembacanya.

4. Validasi ahli materi dan ahli media 1) Validasi Ahli Materi

Validasi yang dilakukan peneliti melibatkan Ibu Haryani S.Pd, M.Pd, beliau adalah dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Beliau dipilih sebagai evaluator materi kerena keahliannya dalam bidang pendidikan sekolah dasar.Penilaian materi pada modul terdiri dari 9 indikator.Pada tahap ini peneliti menggunakan skala


(86)

71

linkert untuk mengkonversi data kuantitatif ke dalam data kualitatif.

Tabel 3. Skala Likert

Interval Skor Skor Kategori

X >Xi + 1,50 SDi 5 Sangat baik i

X + 0,50 SDi < X ≤ Xi + 1,50 SDi 4 Baik i

X – 0,50 SDi < X ≤ Xi + 1,50 SDi 3 Cukup baik i

X –1,50 SDi < X ≤ Xi - 0,50 SDi 2 Kurang X ≤ Xi - 1,50 SDi 1 Sangat Kurang

Keterangan: 5 = sangat baik 4 = baik 3 = cukup 2 = tidak baik

1 = sangat tidak baik

i

X

= Rata-rata ideal

= ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) SDi = Simpangan baku ideal

= 1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal) X = Skor Aktual

 Perolahan skor dengan kategori 4-5 dapat disebut “Layak” sedangkan skor 1-3 dikatakan “Belum Layak”


(87)

72

Tabel 4. Skor Penilaian Uji Ahli Materi Tahap I

No Indikator Skor Nilai

1 Keruntutan materi 4 Baik

2 Keterkaitan antar materi 3 Baik

3 Kelengkapan komponen modul pembelajaran 4 Baik

4 Kesesuaian soal pada sub latihan 3 Baik

5

Kejalasan dan ketepatan pemilihan gambar

pandukung materi 4 Baik

6 keseuaian dengan karakter orang dewasa 4 Baik 7 Rangkuman padat, jelas dan mudah dipahami 3 Baik 8 kesesuaian dengan kebutuhan orang dewasa 3 Baik

9 Kejelasan glosarium 3 Baik

Jumlah 31 Baik

Rata-Rata 3.44 Baik

Berdasarkan table diatas skor yang diperoleh mendapatkan 31 dengan rata-rata 3,44. Angka tersebut apabila dikonversikan dalam skala 5 maka, modul memperoleh nilai cukup dan belum termasuk dalam ketegori layak.Sehingga, belum perlu dilakukan revisi dalam pengembannya.

Saran dari ahli media terhadap modul ini adalah, sebagai berikut:

1. Latihan disesuaikan dengan tujuan modul.

Latihan yang disajikan dalam modul harus sesuai dengan tujuan pembelelajaran, untuk menghindari kesalahpahaman orangtua.


(88)

73

2. rangkuman yang perlu diperjelas, rangkuman yang disajikan terlalu singkat sehingga tidak mencakup inti dari konten materi dalam modul.

3. menyesuaikan tujuan di daftar isi dengan yang ada dalam modul


(89)

74

Tabel 5. Skor Penilaian Uji Ahli Materi Tahap II

No Indikator Skor Nila

1 Keruntutan materi 4 baik

2 Keterkaitan antar materi 4 baik

3 Kelengkapan komponen modul pembelajaran 4 baik

4 Kesesuaian soal pada sub latihan 3 baik

5

Kejalasan dan ketepatan pemilihan gambar

pandukung materi 4 baik

6 keseuaian dengan karakter orang dewasa 4 baik 7 Rangkuman padat, jelas dan mudah dipahami 3 baik 8 kesesuaian dengan kebutuhan orang dewasa 4 baik

9 Kejelasan glosarium 4 baik

Jumlah 34 baik

Rata-Rata 3,778 baik

Berdasarkan evaluasi kedua didapatkan skor 34 dengan rata-rata 3,778.Angka tersebut apabila dikonversikan dalam skala 5 modul memperolah nilai baik dan termasuk dalam kategori layak untuk diujicoba dengan revisi.Namun, perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap beberapa penulisan konten modul.Saran tersebut menjadi tambahan bagi peneliti sebagai bahan perbaikan modul walapun modul sudah dikategorikan baik.

2) Validasi Ahli Media

Validasi dilakukan oleh bersama dengan dosen Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan, ibu Sisca Rahmadonna, S.Pd, M.Pd. validasi menilai beberapa aspek dan hasil penilaian tahap pertama dapat dilihat sebagai berikut:


(90)

75

Tabel 6. Skor Penilaian Uji Ahli Media Tahap I

No Indikator Skor Nila

1 Secara fisik, modul mudah dibawa (ukuran sedang, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar)

4 baik

2 Kejelasan dan kemenarikan cover/ sampul modul 3 baik 3 Ketepatan dan kemenarikan dalam pemilihan

warna

2 cukup

4 Kontras warna 2 cukup

5 Ketepatan pemilihan gambar pendukung 4 baik 6 Ketepatan pemilihan huruf (jenis huruf) 2 cukup 7 Ketepatan pemilihan ukuran huruf (judul, konten,

dan sub konten)

2 cukup

8 kemenarikan Tata letak atau layout 3 baik

9 Ketepatan dalam pemilihan bahasa 4 baik

10 Kejelasan materi 4 baik

11 Kejelasan instruksi dalam mengerjakan soal 4 baik

Jumlah 34 baik

Rata-Rata 3.09 cukup

Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah skor yang didapat adalah 34 poin dengan rata-rata 3,09. Angka tersebut bila dikonversikan dalam skala 5, dapat ditarik simpulan bahwa modul yang dikembangkan peneliti mendapatkan nilai cukup.Modul dapat dikembangkan dengan revisi. Saran ahli media untuk pengembangan modul ini adalah

1. Menata ulang layout,

Layout yang dikembangkan oleh peneliti memiliki desain yang yang berbeda disetiap halaman modul dengan tujuan orangtua mudah bosan saat membaca meteri yang ada pada modul tersebut, akan tetapi hal tersebut tidak dibenarkan


(91)

76

oleh ahli materi, dikerenakan, orangtua akan lebih focus pada permainan warna dan desain yang dibuat penulis daripada focus pada materi modul. Selain itu, modul menjadi tidak tampak sebagai satu kesatuan.

Ahli media juga menyarankan untuk memilih salah satu desain yang digunakan untuk layout modul, agar modul tampak menjadi satu kesatuan dan pembaca tidak akan mudah lelah karena permainan warna yang terlalu banyak.


(92)

77

Berikut adalah tampilan modul sebelum dan sesudah direvisi:

Sebelum Sesudah


(93)

78 2. Mengganti pilihan warna

Pilihan yang digunakan dalam modul tidak konsisten dan terlalu banyak warna, sehingga perlu dikurangi agar orangtua yang membaca modul ini dapat focus pada isi materi, dan bukan pada permainan warna yang disajikan.

Gambar 4-5. Revisi Uji Ahli Media Tahap I

3. Cetakan perlu diperbaiki, beberapa halaman cetakan mengalami pemotongan yang tidak pada tempatnya, sehingga diperlukan ketelitian dalam finishing modul.


(94)

79

4. Font terlalu kecil terdapat salah satu modul, yaitu modul 2. Sehingga perlu diperbesar agar memudahkan bagi orangtua untuk membacanya.

5. Kelengkapan modul yang perlu dicek kembali.

Saran yang diberikan oleh ahli merupakan pertimbangan untuk perbaikan modul menjadi modul yang layak untuk diujikan. Setelah modul melalui revisi tahap kedua, modul dinilai kembali oleh ahli media untuk menilai tingkat kelayakan media. Berikut adalah table hasil penilaian tahap II.


(95)

80

Tabel 6. Skor Penilaian Uji Ahli Media Tahap II

No Indikator Skor Nilai

1 Secara fisik, modul mudah dibawa (ukuran sedang, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar)

4 baik

2 Kejelasan dan kemenarikan cover/ sampul modul 4 baik 3 Ketepatan dan kemenarikan dalam pemilihan warna 3 cukup

4 Kontras warna 3 cukup

5 Ketepatan pemilihan gambar pendukung 4 baik 6 Ketepatan pemilihan huruf (jenis huruf) 4 Baik 7 Ketepatan pemilihan ukuran huruf (judul, konten,

dan sub konten)

4 Baik

8 kemenarikan Tata letak atau layout 4 baik

9 Ketepatan dalam pemilihan bahasa 4 baik

10 Kejelasan materi 4 baik

11 Kejelasan instruksi dalam mengerjakan soal 4 baik

Jumlah 42 baik

Rata-rata 3,8 baik

Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah skor yang didapat adalah 42 poin dengan rata-rata 3,8. Angka tersebut bila dikonversikan dalam skala 5, dapat ditarik simpulan bahwa modul yang dikembangkan peneliti mendapatkan nilai baik. Modul dapat dikatakan layak untuk uji lapangan. Saran ahli media untuk pengembangan modul ini adalah mengubah salah satu warna pembatas modul agar komposisi warna dalam modul lebih seimbang atau senada.


(96)

81 1. Ujicoba lapangan permulaan

Uji coba modul dilakukan pada dua orangtua yang memiliki anak usia rentang 7-9 tahun. Angket diisi oleh orang tua untuk mengethui tingkat kelayakan modul.Angket terdiri dari 6 indikator. Berikut hasil uji lapangan permulaan:

Tabel 7. Skor Penilaian Uji Coba Lapangan Permulaan

No Indikator Skor

Responden Jumlah Skor Rata-Rata Nilai

1 2

1 kemenarikan modul 4 5 9 4.5 sangat

baik 2 kemanarikan cover

modul

4 5 9 4.5 sangat

baik

3 tingkat kenyamanan 4 3 8 3.5 baik

4 keterkaitan gambar dengan materi modul

4 4 8 4 baik

5 kombinasi warna pada modul

3 5 8 4 baik

6 kemanfaatan modul 5 4 8 4.5 baik

Jumlah skor 24 26 50 4.17 sangat

baik

Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah skor yang didapat adalah 50 poin dengan rata-rata 4,17. Angka tersebut bila dikonversikan dalam skala 5, dapat ditarik simpulan bahwa modul yang dikembangkan peneliti mendapatkan nilai sangat baik.


(97)

82

Pendapat umum dari para orangtua adalah, tampilan modul sangat menarik dan materi yang disajikan memberikan manfaat bagi orangtua.

Tabel 8. Skor Penilaian Uji Coba Skala Umum

No Indikator Jumlah Skor Rata-Rata

1 Kemenarikan modul 45 4,5

2 Kemanarikan cover modul 44 4,4

3 Tingkat kenyamanan 44 4,4

4

Keterkaitan gambar dengan

materi modul 44 4,4

5 Kombinari warna pada modul 42 4,2

6 Kemanfaatan modul 48 4,8

Jumlah skor 267

rata-rata 4.45

Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah skor yang didapat adalah 267 poin dengan rata-rata 4,45. Angka tersebut bila dikonversikan dalam skala 5, dapat ditarik simpulan bahwa modul yang dikembangkan peneliti mendapatkan nilai sangat baik serta masuk dalam kategori sangat layak.

Pendapat umum dari para orangtua adalah, tampilan modul sangat menarik, gambarnya bagus, cetakannya bagus dan materi yang ada dalam modul memberikan manfaat bagi orangtua.


(98)

83 B. Pembahasan

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengasilkan sebuah media pembalajaran dengan tema pengasuhan anak sekolah dasar usia7-9 tahun. Media ini buat sebagai panduan orangtua dalam mengasuh anaknya dengan lebih baik, karena banyak praktik pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua tidak memperhatiak aspek-aspek perkembangan anak secara detail.

Pengembangan media pembelajaran merupakan bagian dari kawasan teknologi pendidikan . Seels dan Richey (1994:30) mengemukakan bahwa teknologi pendidikan mencakup 5 kawasan, yaitu: desain, pengembangan, pengelolaan, pemanfaatan, dan penilaian/evaluasi. Pengembangan modul pembelajaran termasuk dalam kawasan desain dan pengembangan, tujuan kawasan desain adalah untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro dan mikro, modul termasuk dalam kategori mikro. Sedangkan pengembangan adalah suatu proses desain yang ditransformasikan kedalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan ini, lebih menekankan pada produksi media. Media yang diproduksi berupa modul pembelajaran parenting pada anak usia awal sekolah dasar.

Media yang dihasilkan peneliti ini adalah media cetak, yaitu berupa modul. Modul dipilih sebagai media yang dikembangkan karena modul bersifat self instructional sehingga seseorang dapat belajar mandiri,self contained,stand alone atau berdiri sendiri tanpa tergantung pada media lain, modul memiliki daya adaptif dan bersahabat dengan pemakainya. Setiap instuksi dalam modul bersifat membantu dan bersahabat (Depdiknas:2008).


(99)

84

Menurut Murti Kusuma Wirasti (dalam Sungkono, dkk.2003:12-21), komponen modul pembelajaran meliputi (1) kajian mata pelajaran, (2) pendahuluan, (3) kegiatan belajar, (4) latihan, tugas, atau pengayakan, (5) rambu-rambu jawaban, (6) rangkuman, (7) tes formaif, (8) kunci jawaban tes formatif. namun, tidak semua komponen tersebut terdapat didalam modul pembelajaran parenting yang hasilkan oleh peneliti. Modul tidak menggunakan rambu-bambu jawaban, tes formatif, dan tidak memiliki jawaban yang pasti. Latihan yang ada pada modul dibuat berupa pertanyaan yang tidak menghasilkan jawaban yang sama untuk setiap individunya.

Desain yang dirancang, disesuaikan dengan unsur-unsur grafis yang dipaparkan Puji Riyanto (2005) dan disesuiakan karakteristik orang dewasa, salah satunya yaitu tidak terlalu banyak menggunakan permainan warna yang mencolok, sehingga orangtua tidak cepat lelah saat menggunakannya.

Pengembangan modul ini harapkan mempunyai manfaat bagi penggunanya khusunya orangtua, agar mereka dapat melakukan pengasuhan berdasarkan ilmu pengetahuan.Selain itu, dengan dibuatnya modul ini diharapkan masyarakat termotivasi untuk mencari pengetahuan-pengetahuan baru tentang pengasuhan anak dari berbagai sumber media yang ada, seperti buku atau artikel online.

Hasil validasi dari ahli materi, konten modul memiliki kemanfaatan yang cukup baik.Walaupun materi yang disajikan belum terlalu dalam.Materi yang disusun peneliti belum terlalu dalam dan padat namun cukup memiliki kermanfaatan.Materi yang disajikan berfungsi untuk mengenalkan ragam


(100)

85

parenting, mulai dari jenis pengasuhan, perkembangan anak, komunikasi, hingga pemilihan lingkungan yang baik perkembangan bagi anak.

Pendapat umum dari para orangtua saat proses penelitian adalah tampilan modul sangat menarik, gambarnya bagus, cetakannya bagus dan materi yang ada dalam modul memberikan manfaat bagi orangtua. Selain itu, mereka juga menginginkan agar modul dapat diproduksi.

C. Deskripsi akhir produk

Modul pembelajaran parenting yang dikembangakan peneliti adalah sebagai berikut

1. Modul berjudul “modul pembelajaran parenting pada anak usia awal sekolah dasar”

2. Media tersebut termasuk dalam golongan media cetak.

3. Modul disusun dengan pemilihan font yang disesuaikan dengan karakteristik orang dewasa. Pemilihan fontmicrosoft jenghei normal, dikarenakan, font tidak mempunyai ekor disetiap hurufnya, sehingga pembaca tidak mudah lelah. Selain itu modul juga dilengkapi dengan ilustrasi menarik dan sebagai penguat pada materi modul.

4. Modul diproduksi dengan ukura 23cm x 21cm, hal tersebut dilakukan agar buku tidak terlalu busar namun tidak terlalu kecil, karena subjek penelitian modul ini adalah orangtua yang mempunyai anak rentang usia 7 hingga 9 tahun.

5. Modul diproduksi menggunakan kertas ivorydengan ketebalan 230 gram sebagai sampul dan kertas matte120 gram sebagai konten. Dikarenakan


(101)

86

sebagai pembeda antara sampul dengan konten. Penggunaan kertas matte pada konten juga bertujuan untuk mengurangi kilau atau pantulan cahaya berlebih, sehingga nyaman untuk dibaca.

6. Modul diproduksi dengan digital printing untuk menghasilkan cetakan yang berkualitas untuk menjaga kejernihan gambar dan tulisan yang ada dalam modul.

7. Modul ini ditujukan pada orangtua yang mempunyai anak kelas 1 sampai kelas 3 sekolah dasar atau rentang umur 6 hingga 9 tahun.

8. Modul ini terdiri dalam 4 modul

a. Modul I : Parenting Yang Tepat Menurut Gaya Parenting Yang Ada.

b. Modul II : Perkembangan Anak Usia Awal Sekolah Dasar c. Modul III : Membangun Komunikasi yang Tepat dalam Keluarga d. Modul IV : Lingkungan Yang Mendukung Perkembangan Anak


(102)

87 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penelitian dan pengembangan yang dilakuakan peneliti menghasilkan produk berupa modul pembelajaran parenting pada anak usia awal sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah research and development, awalnya penelitian dan pengumpulan informasi, selanjutnya dilakukan analisis dari informasi tersebut.Setelah itu media diproduksi dan divalidasi oleh ahli media dan ahli materi.

Hasil validasi para ahli menunjukkan bahwamodul pembelajaran parenting anak usia awal sekolah dasar termasuk dalam kategori layak, penilaian ahli media memperoleh kategori layak. Kemudian media di uji cobakan pada ujicoba lapangan terbatasdan memperoleh penilaian layak lalu uji coba skala kelompok memperoleh penilaian layak.

Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul yang dikembangan dikatakan layak dan sudah memenuhi standar pengembangan media pembelajaran.

B. Keterbatasan Penelitian

Modul pembelajaran ini terbatas pada pembangunan aspek kognitif orangtua. Materi yang disajikan berupa pengetahuan tentang parenting pada anak usia awal sekolah dasar dan belum pada mencapai pada peningkatan aspek afektif dan psikomotor orangtua.


(103)

88

Pengujian atau evaluasi pengembangan media cetak dalam bentuk modul pembelajaran ini hanya pada tahap sampai pada tahap uji coba skala kelompok, hal tersebut dikarenakan keterbatasan dana dan waktu pengembang.

C. Saran

1. Bagi Orangtua

Diharapkan setelah menggunakan modul ini orangtua dapat lebih mudah memahami peran pentingnya dalam keluarga terutama terhadap perkembangan anak mereka. Tidak hanya memperhatikan satu aspek akan tetapi mulai untuk memperhatikan aspek yang lain. 2. Bagi Pengembang Selanjutnya

Diharapkan pengembang modul parenting selanjutnya dapat lebih memperhatikan kedalaman materi yang akan disampaikan. Selain itu, pengembang selanjutnya diharapkan melakukan inovasi untuk membuat modul dengan materi anak usia akhir sekolah dasar hingga perguruan tinggi juga tidak terbatas pada peningkatan aspek kognitif orangtua melainkan peningkatan aspek afektif dan psikomotornya.


(104)

89

DAFTAR PUSTAKA

AECT.(1994). Instructional technology: The Definition and Domain of the Field. Washington D.C: Association for Educational Communication an Technology.

Ahmad Syarifuddin.(2004). Mendidik Anak. Jakarta: Gema Insani Press

Aldy M. Aripin.(2015). 5 Sikap atau Perilaku Orang Tua Yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Psikologis Anak. Diakses dalam http://kompasiana.com pada 20 Agustus 2016

Anas Sudijono.(2006). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.

Andi Prastowo.(2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogkakarta: Diva Press

Anisah Basleman & Syamsu Mappa.(2010). Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya offset.

Ariesandi Setyono dan Sukarto.(2013). Pengertian Parenting.Diakses dalam http://www.sekolahorangtua.com. pada 3 Januari 2014.

Azhar Arsyad.(2002). Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Baron, R. A dan Donn Byrne. (2003). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga

Bavolek, Stephen J. (2013). The Art and Science of Raising Healthy Children. Artikel diakses pada 18 Oktober 2013 dengan alamat http://www.gobookee.org/get_book.php

Borg, Walter R & Gall, Damien Meredith.(1983). Educational Research. New York: Von Proffing Press

C. Asri Budiningsih. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Casmini.(2007). Emotional Parenting. Yogyakarta: Pilar Media.

Damon, D., & Learner, R.M. (2006). Handbook of child psychology. Sixth edition. Canada : John Wliley & Son

Dwi Siswoyo, dkk.(2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press


(105)

90

Gardner, Howard. (2003).Kecerdasan Mejemuk: Teori dalam Praktik (alih bahasa: Drs. Alexander Sindoro). Batam Center: Interaksara

Hurlock, Elizabeth, B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Ihsan B. I. Bukhari. (2013). Yuk, Jadi Orang Tua Shalih. Bandung: PT Mizan

Pustaka.

Januszewski Alan&Molenda Michael. (2008). Educational Technology. New York : Lawrence Erlbaum Associates.

Kartini Kartono. (2007). Psikologi Perkembangan Anak.Bandung : Mandar Maju Kurniawansyah.(2015). 3 hal ini harus dilakukan orangtua dalam menjadi

teladan yang baik bagi anak.diakses dari http://www.arrahman.id. pada 25 Agustus 2016.

Lina Kato.(2015). Teori Psikologi Kepribadian Analitik Carl Gustav Jung diakses dari www.ilmupsikologi.com pada 25 Agustus 2016.

Levine, Mel. (2004). Menemukan Bakat Istimewa Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Martin, Carole A. & Colbert, Karen K. (2013).Important Points from the epilogue of Parenting - A Life Span Perspective. Diunduh tanggal 23 oktober 2014 darihttp://www.csun.edu

M. Thalib. (2007). Pola Asuh Orangtua: Perspektif Konseling dan Al-Qur’an. Artikel diakses dari download.portalgaruda.org/ pada 29 Agustus 2016 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai.(2002). Media Pengajaran. Jakarta : Sinar Biru

Algesindo

Papalia, Diane E, dkk. (2007). Adult Development And Aging. New York: The McGraw-Hill Companies.

Papalia, Diane E, dkk. (2008). Human Development. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Puji Riyanto.(2005). Desain Grafis Komputer.Yogyakarta: CV. Andi Offset Rukiyati, dkk.(2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press

Santrock, John W.(2007). Adolescence. 11 th edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.


(106)

91

Santrock, John W.(2011). Children. New York: McGraw-Hill Companies.

Seels, Barbara B, and Richey Rita, C.(1994). Instructional Technology, The Definition and Domains of The Field. Washington, D.C. : AECT.

Smaldino, Sharon E, dkk.(2011). Instructional Technology and Media For Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudarwan Denim & H. Khairil.(2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Sugihartono, dkk.(2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Surya Dharma.(2008). Penulisan Modul. Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas Tian Belawati.(2003). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Yusufhadi Miarso. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Wikipedia. (2015). Parenting. Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Parent-ing. pada 8 Juli 2016


(107)

92


(108)

93 Lampiran 1. Angket Validasi Ahli materi


(109)

(110)

(111)

(112)

97 Lampiran 2. Angket Validasi Ahli Media


(113)

(114)

(115)

(116)

101 Lampiran 3. Angket Uji Coba Lapangan


(117)

(118)

103 Lampiran 5. Tampilan Media


(119)

(120)

(121)

(122)

(123)

(124)

(125)

(126)

(127)

112 Lampiran 6. Surat