PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER DI BALI

(1)

commit to user

ii

FOTOGRAFI CENTER DI BALI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan

Guna Melengkapi Mata Kuliah Seminar Desain Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh

BELLA SEKAR SAYEKTI C 0807012

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

iii

FOTOGRAFI CENTRE DI BALI

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji di hadapan Dewan Penguji

Disusun Oleh: Bella Sekar Sayekti

C0804030

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soepono Sasongko, Msn Iik Endang SW, SSn, M.Ds

NIP. 19570319 198903 1 001 NIP. 19771027 200112 2 022

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

Anung B Studyanto, S.sn, MT NIP. 19710816 200501 1 001


(3)

commit to user

iv

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Senin, Tanggal 25 Juli 2011

Penguji :

Ketua : Drs. Soepriyatmono, M.Sn

NIP. 19560117 198811 1 001 ( )

Sekretaris : Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, MT

NIP. 19770612 200112 2 003 ( )

Penguji I : Drs. Soepono Sasongko, Msn

NIP. 19570319 198903 1 001 ( )

Penguji II : Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds

NIP. 19771027 200112 2 022 ( )

Mengrtahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Desain Interior

Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, P. hD Anung B Studyanto, S.sn, MT


(4)

commit to user

v

Nama : Bella Sekar Sayekti

NIM : C0807012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Centre di Bali” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan dalam Laporan Tuga Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta, 22 Juli 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

vi

“ Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka

berlomba – lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas


(6)

commit to user

vii

Karya ini penulis persembahkan kepada : 1. ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah serta Nikmat hidup dan kemudahan yang selalu Engkau berikan.

2. Bapak beserta Ibu tercinta, dengan segala kasih sayang dan juga do’a yang tulus, semoga dapat berguna dan bisa membuat bangga dan bahagia. Allah yang akan membalas segala amal mulia itu.

3. Adik dan seluruh keluarga tercinta, yang selalu mendukung dan

memberikan semangat serta do’a.

4. Seluruh sahabat tercinta, yang selalu menemani dalam suka dan duka.


(7)

commit to user

viii

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat

menyelesaikan penulisan laporan penelitian yang berjudul : “Perencanaan dan

Perancangan Interior Fotografi Center di Bali.”

Disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn), jurusan Desain Interior Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya penyusunan penulisan laporan Tugas akhir tidak terlepas atas peranserta berbagai pihak yang telah memberikan bimbimngan, saran, pengarahan, bantuan, dukungan, serta motivasi. Pada kesempatan kali ini, penulis memberikan ucapan terima kasih pada:

1. ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah serta Nikmat hidup dan kemudahan

yang selalu Engkau berikan.

2. Anung B Studyanto, S.sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Soepono Sasongko, M.Sn selaku pembimbing utama dan Iik Endang SW, SSn, M.Ds. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengarahan serta masukan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya Jurusan Desain interior yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak Suprapto Tunggal dan ibu Lina Puji Rahayu, yang telah membimbing

dan mendidik serta do’a yang tulus, semoga Allah melimpahkan rahmat dan


(8)

commit to user

ix dan membantu dalam segala hal.

7. Pucha dan Cita Ayu teman seperjuangan dari awal hingga TA dan skripsi, yang selalu lembur bersama terimakasih untuk masukan, bantuan, semangatnya, keceriaan dan tertawa setiap harinya semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kalian berdua.

8. Sahabatku tercinta Tata, Onyenk, Pacot, Om Anggi, Om bojong, Ragil, Gendut, terimakasih untuk segala bantuan, dukungan, semangatnya, dan ketawa tiap harinya yang tidak bisa diukur dengan apapun. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kalian semua.

9. James dan smua teman yang terlibat terimakasih untuk maketnya, dan segala

bantuannya.

10. Teman seperjuangan TA Tika, Agri, terimakasih atas semangat, dan

kerjasamanya yang benar – benar membantu semoga Allah membalas semua

kebaikan kalian.

11.Teman – teman angkatan 2007 terimakasih atas dukungannya. 12.Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak Amien. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, namun dengan penuh harapan semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, 4 Agustus 2011


(9)

commit to user

x

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER

DI BALI

Bella Sekar Sayekti. C 0807012 ¹

Drs. Soepono Sasongko, M. Sn.² Iik Endang SW, S.Sn, M. Ds ³

2011. Permasalahan pada Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, sehingga kenyaman selama berada di dalam sebuah fotografi centre dapat terwujud serta bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang dapat memberikan kemudahan bagi pengunjungnya untuk melakukan berbagai aktivitas kebutuhan yang dikemas dalam sebuah sirkulasi yang dapat menjangkau seluruh kebutuhan tersebut.

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah merancang sebuah interior fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, selain itu dalam merancang interior fotografi center akan beracuan pada standart ergonomi, dengan demikian penggunjung akan merasa nyaman, sehingga pengunjung akan terus datang kemudian memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas kebutuhan, sehingga untuk beberapa orang yang sibuk dapat tetap memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu aktifitas lainnya.

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali ini fotografi center diharapkan memiliki sebuah ide pengembangan yang ditujukan pada konsumen tentunya sehingga konsumen dapat menikmati jasa fotografi secara lengkap yang sesuai dengan keinginan konsumen yang kemudian memiliki nilai kepuasan tersendiri ditunjang dengan suasana interiornya. Dalam fotografi center disediakan berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan fotografi kepada masyarakat umum baik secara komersial (jual-beli) maupun secara pendidikan-rekreasi dan tidak hanya mengacu pada kegiatan perdagangan saja, namun akan dikembangkan sebagai fasilitas rekreasi-edukasi yang memberikan pengalaman. Secara tidak langsung menjadi sebuah wadah edukasi bagi mereka yang awam sebelumnya terhadap hal – hal fotografi sehingga diharapkan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru.

¹ Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2007, Fakultas Sastra dan Seni Rupa,UNS ² Dosen Pembimbing 1


(10)

commit to user

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Sasaran ... 3

E. Manfaat ... 4

F. Metode Desain ... 4

G. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN LITERATUR ... 9

A. KAJIAN TEORI ... 9

1) Tinjauan Umum Fotografi ... 9

a. Pengertian Fotografi ... 9

b. Sejarah Fotografi ... 10

c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi ... 16

2) Tinjauan khusus Area Photo Studio ... 18

a. Pengertian Photo Studio ... 18

b. Persyaratan Photo Studio ... 19

c. Perlengkapan Photo Studio ... 20


(11)

commit to user

xii

3) Tinjauan khusus Area Display ... 33

a. Sistem Pelayanan ... 33

b. Sistem Display ... 34

c. Perlengkapan Display ... 35

d. Prinsip Desain Sarana Penjualan ... 36

4) Tinjauan Khusus Café ... 38

a. Pengertian Café ... 38

b. Sistem Pelayanan ... 38

c. Jenis Menu menurut waktu penyajian ... 39

5) Tinjauan Pengguna ... 40

a. Pelaku Kegiatan ... 40

b. Aktivitas ... 41

c. Organisasi Ruang ... 41

d. Pola Sirkulasi ... 44

e. Bentuk Ruang Sirkulasi ... 46

f. Penerapan Pada Bangunan ... 46

6) Tinjauan Ruang ... 48

a. Lay Out Ruang ... 48

b. Aspek Lantai ... 48

c. Aspek Dinding ... 49

d. Aspek Ceiling/Langit-Langit ... 51

e. Aspek Furniture dan Antropometri Pengguna ... 52

f. Aspek Interior System ... 60

B. PENDEKATAN DESAIN ... 68

1) Tinjauan Umum Desain ... 68

a. Pengertian Desain ... 68

2) Tinjauan Khusus Desain ... 70

a. Pertimbangan Desain ... 70

b. Prinsip Desain ... 73

c. System Keamanan ... 75


(12)

commit to user

xiii

a. Jonas Photo Studio ... 77

1. Latar Belakang ... 77

2. Lokasi ... 77

3. Kapasitas dan Luasan ... 77

4. Operasional ... 77

b. Oktagon ... 78

1. Latar Belakang ... 78

2. Lokasi ... 78

3. Kapasitas dan Luasan ... 78

4. Operasional ... 78

c. Star Studio ... 79

1. Latar Belakang ... 79

2. Lokasi ... 79

3. Kapasitas dan Luasan ... 79

4. Operasional ... 79

d. Icon ... 79

1. Latar Belakang ... 79

2. Lokasi ... 80

3. Kapasitas dan Luasan ... 80

4. Operasional ... 80

e. Royal Photography ... 80

1. Latar Belakang ... 80

2. Lokasi ... 81

3. Kapasitas dan Luasan ... 81

4. Operasional ... 81

B. TINJAUAN KHUSUS ... 81

a. Jonas Photo Studio ... 81

b. Oktagon ... 84

c. Star Studio ... 85

d. Icon ... 86


(13)

commit to user

xiv

A. Definisi Proyek ... 87

B. Asumsi Lokasi ... 88

C. Status Kelembagaan ... 89

D. Struktur Organisasi ... 90

E. Program Kegiatan ... 90

F. Alur Kegiatan ... 91

1. Pengelola Pada Bagian Galeri ... 91

2. Pengelola Pada Bagian Studio ... 92

3. Pimpinan ... 92

4. Wakil Pimpinan ... 92

5. Kepala Divisi ... 93

6. Karyawan ... 93

G. Program Ruang ... 93

H. Besaran Ruang ... 94

I. Pembentuk Ruang ... 94

 Dinding ... 94

 Floor ... 95

 Ceiling ... 95

J. Pengisi Ruang ... 96

K. Sistem Interior ... 96

1) Pencahayaan ... 96

2) Penghawaan ... 98

3) Akustik ... 99

L. Sisitem keamanan ... 99

M. Sistem Organisasi Ruang ... 100

N. Sistem Sirkulasi ... 100

O. Pola Hubungan Antar Ruang ... 105

P. Zoning dan Grouping ... 105

BAB V KONSEP DESAIN ... 107


(14)

commit to user

xv

C. Suasana Ruang ... 110

D. Pola Penataan Ruang ... 110

E. Pembemtuk Ruang ... 111

 Dinding ... 111

 Floor ... 111

 Ceiling ... 111

F. Pengisi Ruang ... 112

 Bentuk ... 112

 Warna ... 113

 Material ... 113

G. Sistem Interior ... 114

 Pencahayaan ... 114

 Penghawaan ... 118

 Akustik ... 120

H. Sistem Keamanan ... 121

BAB VI KESIMPULAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 122 DAFTAR PUSTAKA


(15)

commit to user

xvi

Gambar 1. Photography ... 10

Gambar 2. Studio Photography ... 11

Gambar 3. Foto Heliografi dengan subyek pemandangan ... 13

Gambar 4. Peralatan Fotografi ... 14

Gambar 5. Boulevard du Temple ... 15

Gambar 6. Citra berwana yang pertama ... 16

Gambar 7.1 Kamera ... 20

Gambar 7.2 Kabel Sinkronisasi ... 22

Gambar 7.3 Standart Reflektor ... 23

Gambar 7.4 Reflektor ... 23

Gambar 7.5 Umbrela Lamp Studio ... 24

Gambar 7.6 Softbox ... 24

Gambar 7.7 Snoot ... 25

Gambar 7.8 Lamp Holder ... 25

Gambar 7.9 Tripod ... 26

Gambar 7.10 Flash Meter ... 26

Gambar 7.11 Backgroud ... 27

Gambar 7.12 Table Top ... 27

Gambar 8. Kamar Gelap ... 30

Gambar 9.1 Terpusat ... 42

Gambar 9.2 Linear ... 42

Gambar 9.3 Radial ... 43


(16)

commit to user

xvii

Gambar 10.1 Antropometri area retailcounter ... 53

Gambar 10.2 Antropometri area retail public utama ... 54

Gambar 10.3 Antropometri area retail public kedua ... 54

Gambar 10.4 Antropometri area retail counter ... 55

Gambar 10.5 Antropometri area retail counter ... 55

Gambar 10.6 Antropometri area retail display ... 55

Gambar 10.7 Antropometri area retail display ... 56

Gambar 10.8 Antropometri area retail display ... 56

Gambar 10.9 Antropometri display berdiri ... 56

Gambar 10.10 Antropometri pelayanan pramusaji ... 57

Gambar 10.11 Antropometri jarak bersih antar kursi ... 57

Gambar 10.12 Antropometri pelayanan area makan ... 57

Gambar 10.13 Antropometri area makan ... 58

Gambar 10.14 Antropometri bar ... 58

Gambar 10.15 Antropometri bar ... 59

Gambar 10.16 Antropometri bar tampak atas ... 59

Gambar 10.17 Antropometri bar ... 59

Gambar 10.18 Antropometri dinning area untuk 4 orang ... 60

Gambar 10.19 Antropometri dinning area ... 60

Gambar 11.1 Fasad Jonas Photo Studio ... 83

Gambar 11.2 Studio Jonas Photo Studio ... 83

Gambar 11.3 Area Display Jonas Photo Studio ... 84


(17)

commit to user

xviii

Gambar 14. Icon ... 86

Gambar 15. Royal Photography ... 86

Gambar 16. Peta Bali ... 89

Gambar 17. Peta Bali ... 89

Gambar 18. Alternatif Ceiling... 95

Gambar 19. Alternatif Pencahayaan ... 97

Gambar 20. Alternatif Penghawaan ... 98

Gambar 21. Alternatif Akustik ... 99

Gambar 22. Zoning ... 105

Gambar 23.Grouping ... 106


(18)

¹ Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C 0807012 ² Dosen Pembimbing 1

³ Dosen Pembimbing 2

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER

DI BALI

Bella Sekar Sayekti. C 0807012 ¹

Drs. Soepono Sasongko, M. Sn.² Iik Endang SW, S.Sn, M. Ds ³ ABSTRAK

2011. Permasalahan pada Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, sehingga kenyaman selama berada di dalam sebuah fotografi centre dapat terwujud serta bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang dapat memberikan kemudahan bagi pengunjungnya untuk melakukan berbagai aktivitas kebutuhan yang dikemas dalam sebuah sirkulasi yang dapat menjangkau seluruh kebutuhan tersebut. Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah merancang sebuah interior fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, selain itu dalam merancang interior fotografi center akan beracuan pada standart ergonomi, dengan demikian penggunjung akan merasa nyaman, sehingga pengunjung akan terus datang kemudian memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas kebutuhan, sehingga untuk beberapa orang yang sibuk dapat tetap memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu aktifitas lainnya.

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali ini fotografi center diharapkan memiliki sebuah ide pengembangan yang ditujukan pada konsumen tentunya sehingga konsumen dapat menikmati jasa fotografi secara lengkap yang sesuai dengan keinginan konsumen yang kemudian memiliki nilai kepuasan

tersendiri ditunjang dengan suasana interiornya. Dalam fotografi center disediakan berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan fotografi kepada masyarakat umum baik secara komersial (jual-beli) maupun secara pendidikan-rekreasi dan tidak hanya mengacu pada kegiatan perdagangan saja, namun akan dikembangkan sebagai fasilitas rekreasi-edukasi yang memberikan pengalaman. Secara tidak langsung menjadi sebuah wadah edukasi bagi mereka yang awam sebelumnya terhadap hal – hal fotografi sehingga diharapkan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru.


(19)

¹ Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C 0807012 ² Dosen Pembimbing 1


(20)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga kemajuan tekhnologi menjadikan banyaknya revolusi pada beberapa bidang yang kemudian memberi suatu kemudahan bagi kehidupan manusia pada umumnya. Dikota besar seperti Bali teknologi sudah menjadi sebuah bagian dari gaya hidup, dimana masyarakat sekitar tidak bisa terlepas akan kebutuhan teknologi, itu sebabnya teknologi dapat memudahkan penggunanya untuk memenuhi segala kebutuhan.

Salah satu teknologi yang sedang berkembang yaitu teknologi dibidang fotografi, dengan hadirnya kemajuan dibidang fotografi menjadi sebuah kebutuhan untuk menunjang berbagai pekerjaan atau hiburan sekalipun. Sehingga fotografi mempunyai peranan penting, meninjau hal tersebut penyedian sebuah fotografi center yang lengkap dengan fasilitas yang memadai dapat memudahkan masyarakat untuk lebih mengeksplorasi kreatifitas masing – masing baik pengunjung ataupun pengelolanya.

Ditinjau dari seluruh fungsi atau kegunaan serta manfaat fotografi, maka muncullah sebuah tempat guna memenuhi kebutuhan fotografi yaitu; fotografi center. Jika dikaitkan dalam bidang interior menjadikan semakin banyaknya kemudahan – kemudahan yang didapat dalam sebuah proses perancangan. Di pulau Bali pengaruh terhadap gaya hidup tersebut berupa budaya – budaya asing memberikan dampak yang cukup besar terhadap


(21)

commit to user

pembangunan dan teknologi seni bangun itu sendiri. Kemajuan –

kemajuan inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai tolak ukur sebuah perancangan tanpa melupakan nilai history (sejarah).

Fotografi center merupakan sebuah sarana masyarakat untuk menunjang berbagai kebutuhan dalam bidang fotografi sehingga, sebuah fotografi centre yang lengkap memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut seperti sarana pendidikan, entertaiment, shop dan gallery serta indoor/outdoor studio. Selain fasilitas yang memadai, sebuah fotografi center harus mampu menyajikan kesan ruang yang menarik sehingga ada daya tarik yang mampu menarik masyarakat. Dengan demikian daya tarik tersebut dapat diciptakan dari sebuah ide gagasan yang terkait dalam bidang fotografi. Dari seluruh fungsi atau kegunaan fotografi, maka muncullah fotografi center yang dapat menampung seluruh kebutuhan kegiatan baik formal ataupun non formal, indoor ataupun outdoor yang dianggap dapat menefektifkan (keterbatasan) waktu pengunjung.

B. BATASAN MASALAH

Batasan perancangan ini, yaitu merancang interior fotografi center di kota Bali dengan luasan interior 1200 m² hingga 1500 m² yang kemudian dirancang agar interior terasa aman dan nyaman sesuai dengan kebutuhan antar ruang, serta kebutuhan manusia yang berkaitan pada gaya hidup yang kemudian menjadi sebuah kebutuhan. Pemilihan lokasi pada kota Bali dapat membantu mengaplikasikan berbagai kemajuan teknologi


(22)

commit to user

yang berkaitan dengan fotografi dengan begitu kenyamanan serta fleksibilitas dapat terwujud.

C. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, sehingga kenyaman selama berada di dalam sebuah fotografi centre dapat terwujud.

 Bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang dapat memberikan kemudahan bagi pengunjungnya untuk melakukan berbagai aktivitas kebutuhan yang dikemas dalam sebuah sirkulasi yang dapat menjangkau seluruh kebutuhan tersebut.

 Bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang

menyediakan sarana serta fasilitas yang lengkap sehingga pengunjung dapat menyalurkan kreatifitas sesuai dengan tujuannya.

D. TUJUAN SASARAN Tujuan Umum :

Memecahkan masalah dari perancangan interior “Fotografi center di Bali” yang bertujuan untuk memperkenalkan tekhnologi di bidang fotografi.

Tujuan Khusus :

 Merancang sebuah interior fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan

pengunjung, selain itu dalam merancang interior fotografi center akan beracuan pada standart ergonomi. Dengan demikian penggunjung akan merasa nyaman, sehingga pengunjung akan terus datang.


(23)

commit to user

 Merancang inetrior fotografi center yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas kebutuhan, sehingga untuk beberapa orang yang sibuk dapat tetap memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu aktifitas lainnya.

 Merancang inetrior fotografi center dengan menyediakan segala

kebutuhan, sarana serta fasilitas yang lengkap, dengan berbagai tatanan interior yang mampu menonjolkan kreatifitas dan kebebasan atas tema yang digunakan

E. MANFAAT

 Membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam melakukan kebutuhan

fotografinya karena keterbatasan waktu serta wawasan atau keahlian yang berkaitan dengan gaya hidup masyarakat kota Bali pada saat ini, maka dengan hadirnya fotografi centre diharapkan dapat memberikan banyak kemudahan.

 Secara tidak langsung menjadi sebuah wadah edukasi bagi mereka yang awam sebelumnya terhadap hal – hal fotografi sehingga diharapkan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru.

F. METODE DESAIN

Dalam menyelesaikan permasalahan dibutuhkan metode analisis pengumpulan data dengan menggunakan berbagai metode diantaranya : a. Observasi / studi Lapangan


(24)

commit to user

Dalam metode ini pengamatan langsung ke lapangan. Data yang diambil berupa informasi baik berupa data wawancara ataupun data gambar yang langsung diambil saat observasi lapangan.

b. Studi Literatur

Acuan untuk merencanakan fotografi centre dengan menggunakan literatur seperti buku – buku terkait, majalah, koran, arsip ataupun dari data dari internet.

G. SISTIMATIKA PENULISAN

Sistematika pembahasan secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Yang terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan, sasaran dan sistematika pembahasan. Menjelaskan tentang bagaimana sebuah proyek itu dibangun mulai dari dasar pemikiran desain yang ditinjau dari suatu lokasi, kemudian dibatasi oleh sebuah besaran atau kebutuhan ruang.

BAB II KAJIAN LITERATUR

Adalah uraian tentang kajian literatur yang dijadikan untuk mencapai tujuan perancangan. Pada kajian literatur ini dijelaskan tentang pengertian, sejarah hingga dasar – dasar pengetahuan fotografi.

BAB III STUDI LAPANGAN

Tinjauan lapangan merupakan uraian tentang studi lapangan yang

dijadikan sebagai sebuah sarana mencapai tujuan perancangan. Dalam tinjauan lapangan yang dilakukan di Jonas foto studio kita dapat mengetahui bagaimana


(25)

commit to user

keadaan sebuah studio fotografi dan merupakan sebuah pembanding dari fotografi centre yang akan dirancang.

BAB IV PROGRAMING

Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi terciptanya karya tugas akhir. Dalam programing terdapat berbagai uraian atau pengantar dari sebuah perancangan interior fotografi centre.

A. Definisi Proyek

Merupakan pengertian dasar akan sebuah fotografi center, sehingga memudahkan untuk dapat mengembil kesimpulan tentang fotografi centre.

B. Asumsi Lokasi

Mengasumsikan lokasi yang akan dipilih dalam

perancangan fotografi centre.

C. Status Kelembagaan

Sistematika kelembagaan dari fotografi centre, mulai dari pengelola hingga managemen waktu.

D. Struktur Organisasi

Sistem organisasi yang terdapat dalam managemen fotografi centre

E. Program Kegiatan

Kegiatan yg dilakukan seperti pengaturan jadwal buka, tutup hingga jadwal kerja dari pengelolanya.


(26)

commit to user

Kegiatan utama ataupun kegiatan pendukukng yang

dilakukan baik pengunjung maupun pengelola hingga

memudahkan dalam membentuk sebuah sirkulasi serta program kedekatan ruang dari fotografi centre.

G. Program Ruang

Fungsi dari seluruh kegiatan yang dilakukan kemudian dikelompokan dalam program ruang.

H. Besaran Ruang

Ukuran yang sesuai untuk memenuhi seluruh kegiatan dalam fotografi centre.

I. Pembentuk Ruang

Aspek – aspek yang mempengaruhi dalam prancangan

sebuah interior.

J. Pengisi Ruang

Pada area Fotografi centre ini akan ada pengelompokan ruang berdasarkan fasilitas utama dan fasilitas pendukungnya. K. Sistem interior

Merupakan sistem pendukung seperti pencahayaan, penghawaan, dan akustik yang sangat berperan penting dalam perancangan fotografi centre.

L. Sistem Keamanan

Sistem keamanan yang sesuai dalam fotografi centre.


(27)

commit to user

Alur dari seluruh kegiatan fotografi centre. N. Sistem sirkulasi

Merupakan elemen yang sangat kuat dalam membentuk struktur lingkungan

O. Pola Hubungan antar Ruang

Kegiatan yang berhubungan antara ruang yang satu dengan ruang yang lain.

P. Zoning dan Grouping

Pengelompokan kegiatan yang disesuaikan dengan jenis kegiatan yang sejenis berdasarkan kedekatan serta hungan antar ruang.

BAB V KONSEP DESAIN

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan interior Fotografi Centre.

BAB VI. KESIMPULAN

Menyinpulkan hasil perancangan fotografi centre yang sesuai dengan prinsip – prinsip desain.

DAFTAR PUSTAKA

Meliputi daftar data atau buku yang digunakan pada perancangan interior

Fotografi Centre.

LAMPIRAN

Meliputi daftar data berupa gambar, tabel maupun grafik yang digunakan pada penulisan perancangan interior Fotografi Centre.


(28)

commit to user

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. KAJIAN TEORI

1) Tinjauan Umum Fotografi a. Pengertian Fotografi

Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).


(29)

commit to user

Gambar 1. photography

( Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/photograpy )

Menurut Soedjai Kartasasmita (pemimpin berbagai organisasi, fotografi dan non fotografi), fotografi dapat menjadi alat koreksi yang baik, disisi lain fotografi mengajarkan pada kita untuk melihat sesuatu hal dari berbagai sudut pandang dan semua perspektif dapat menjadi benar. ( sumber : fotomedia, November 1997, hal 30).

b. Sejarah Fotografi

Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.

Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen)


(30)

commit to user

pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).

Gambar 2. Studio photogrphy

(Sumber : http://www.studiophotogrphy.co.uk )

Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:

“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck: camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside onto a piece of paper.”

(Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit

cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar tenda di atas selembar kertas).


(31)

commit to user

Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui

sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia

mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak. Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse. Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui camera obscura tanpa lensa.


(32)

commit to user

Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Gambar 3. Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande‟ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.” Namun, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal


(33)

commit to user

dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.

Gambar 4. Peralatan fotografi

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.


(34)

commit to user

Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.

Gambar 5. Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839

(Sumber:http://www.wikipediaphotography.html )

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film


(35)

commit to user

dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film. Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Gambar 6 : 6.1.Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861; 6.2. Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877; 6.3. Citra hasil

pemindaian komputer digital, 1957

(Sumber:http://www.wikipediaphotography.html) c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi

Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongakan menjadi fotografi untuk beberapa tujuan ;


(36)

commit to user

Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan pada fotografi guna keindahan, reportase, laporan.

Keindahan pada fotografi dapat disampaikan dalam bentuk seni foto karena ide yang digunakan berasal atau bersumber pada sebuah keindahan, untuk reportase biasanya digunakan dalam penyampaian berita atau sering disebut komunikasi visual dalam dunia reportase, sedangkan laporan merupakan media yang sering digunakan untuk melaporkan karakter, suasana, jiga diterangkan secara tulisan atau verbal dirasa kurang.

2) Berdasarkan Pemakainya

Berdasarkan pemakainya fotografi ini dapat digolongkan kedalam 3 golongan diantaranya; Fotografi Amatir, Fotografi Profesional, Fotografi dalam Bidang Ilmiah

Fotografi amatir merupakan sebuah klasifikasi pada bidang fotografi dimana penggunanya hanya sekedar hobby untuk dokumentasi pribadi maupun seni. Fotografi seni meliputi ; Pictorial (Pemandangan), Stil Life (Alam tenang), Potraiture (Potret manusia), News Photo (Foto berita), Essay Photo (Foto cerita), Human Interest.

Fotografi profesional biasanya digunakan sebagian golongan sebagai tunjangan hidup atau bersifat komersial. Dalam fotografi profesional meliputi; Audiofisual, Advertesing, Ilustrasi majalah


(37)

commit to user

dan kalender, Foto model, Foto fasion (mode), Poster, Brosur, Jurnalistik (pers), Grafis.

Fotografi dalam bidang ilmiah biasanya digunakan sebagai sarana informasi dengan merekam berbagai kejadian/peristiwa serta hasil – hasil sebuah penelitian. Fotografi dalam bidang ilmiah meliputi; Photomicrigrsphy, Spektography, Infrared Photography, Astronomi Photography, Criminological Photogrsphy.

3) Unsur dalam Fotografi

Dalam fotografi ada 4 unsur terpenting yang menjadikan dasar atau hal utama dalam dunia fotografi, antara lain;

a. Cahaya

b. Lensa

c. Kamera

d. Obyek

(Sumber : www.rleggat_photohistory.com )

4) Warna dalam Fotografi

Dalam dunia fotografi kehadiran warna merupakan unsur dalam fotografi karena warna merupaka sarana pembentuk gambar yang berasal dari pantulan cahaya. Dalam dunia proses fotografi warna yang sering digunakan adalah hitam, hitam dinilai mampu menyerap cahaya disekitar sehingga menghasilkan perlindungan dari proses fogging.


(38)

commit to user

Pada pemilihan warna untuk sebuah studio photo yang terpenting adalah bagaimana warna dapat menyerap dan tidak dapat memantulkan cahaya sehingga tidak terjadi biasan cahaya yang tidak diinginkan.

2) Tinjauan khusus Area Photo Studio a. Pengertian Photo Studio

i. Studio adalah ruang khusus tempat bekerja (bagi pelukis, tukang potret,dll). (Kamus Umum Bahasa Indonesia,W.J.S Poerwadarminta. Jakarta: Balai Pustaka 1991, hal. 965).

ii. Photo Studio adalah ruang untuk bekerja bagi tukang foto, ruang untuk mengambil gambar. (WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1978).

iii. Studio Foto merupakan ruangan yang dirancang khusus untuk pemotretan, dindingnya dirancang khusus agar mampu ditukar warna dan gambarnya, dalam ruangan ini juga dilengkapi lampu – lampu sorot yang dapat digeser untuk menampilkan efek – efek tertentu. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 15. Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka 1991, hal. 268).

Jadi studio foto adalah sebuah ruang yang dirancang secara khusus guna kepentingan aktivitas fotografi dengan berbagai pertimbangan aspek – aspek tertentu seperti; lampu atau pencahayaan, backdrop atau latar belakang, serta berbagai macam penunjang setting.


(39)

commit to user

Studio fotografi memiliki berbagai macam persyaratan

diantaranya;

i. Tertutup, tidak perlu sinar matahari (untuk studio indoor)

ii. Membutuhkan pencahayaan buatan yang bersumber pada

lampu –lampu yang mampu mengkondisikan terhadap obyek (intensitas cahaya, peletakan lampu).

iii. Faktor kebersihan dan kelembapan sebagai ruang tertutup untuk menjaga peralatan yang ada didalamnya.

iv. Dinding dan lantai memiliki bahan (material) atau warna yang

mampu menyerap cahaya serta tidak menimbulkan efek bayangan dan pantul.

c. Perlengkapan Photo Studio

Untuk peralatan standart yang ada dalam photo studio (Panduan Praktis Teknis Foto, Bab III. Griand Giwanda. Jakarta: Puspa Swara 2002), antara lain :

1) Camera dan Lens

Ada 2 jenis kamera yang digunakan dalam studio foto, antara lain kamera digital dan kamera analog/film. Dalam kamera analog/film ada 3 jenis format kecil (disebut kamera 35mm, yang menggunakan film berukurang 3x4cm), kamera medium format dan kamera format besar. Setiap kamera tersebut memiliki


(40)

commit to user

kelebihan dan kekurangan, untuk pemotretan studio foto biasanya digunakan kamera medium format dan kamera format besar. Untuk saat ini para fotografer lebih memilih kamera digital dengan pixel yang besar. Sehingga dapat langsung diketahui hasilnya, bahkan dapat di edit.

Untuk lensa yang digunakan di studio foto adalah lensa normal (50mm) dan lensa tele (> 50mm), untuk menghindari distorsi gambar.

Gambar 7.1. Kamera

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 2) Cable Release

Fungsi alat ini adalah sebagai pengganti tombol pelepas rana, alat ini akan memudahkan fotografer ketika menekan tombol tersebut, sehingga mengurangi resiko kamera goyang, terutama pada pemotretan dengan kecepatan rendah atau B (bulb).

3) Electronic Flash Head

Benda ini adalah lampu yang menyalurkan gas seketika dan memproduksi cahaya berdurasi cepat dan singkat (cahaya flash). Electronic Flash Head terdiri dari dua jenis, antara lain :


(41)

commit to user

Lampu ini dihubungkan langsung ke stop kontak. Setiap lampu monoflash dilengkapi dengan built ini slave yang berfungsi membuat lampu menyala secara bersamaan, ketika flash utama menyala.

ii. Power pack electronic system

Jenis lampu ini dihubungkan pada sumber daya yang terpisah, sehingga fungsi dan fasilitas pengendalian cahayanya lebih banyak serta lengkap dibandingkan jenis monoflash.

4) Synchronization Cable

Jika lampu yang anda beli tidak memiliki built in slave atau anda tidak memiliki flash lain untuk membuat lampu menyala maka diperlukan kabel sinkronisasi. Kabel ini digunakan untuk menghubungkan lampu dengan kamera sehingga lampu menyala bersamaan saat tombol rana ditekan.

Gambar 7.2. Kabel Sinkronisasi

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 5) Slave unit


(42)

commit to user

Ada beberapa lampu tang yang memiliki builth in slave di bagian depannya, atau bias ditambahkan sendiri. Fungsinya hampir sama dengan kabel sinkronisasi hanya saja tanpa kabel sehingga lebih praktis.

6) Triger

Alat ini dipasang pada kamera pengganti flash sebagai pemicu slave unit sehingga lampu studio dapat menyala. Pemasangan ini dimaksudkan agar fotografer dapat bergerak bebas tanpa direpotkan kabel sinkronisasi. Trigger ini bekerja menggunakan sinar infra merah, yang memicu slave unit.

7) Strandart Reflektor

Biasanya, setiap lampu flash dilengkapi dengan ini, peralatan ini menghasilkan cahaya yang keras dan langsung.

Gambar 7.3. Standart Reflektor

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 8) Reflektor


(43)

commit to user

Fungsinya sama dengan namanya, untuk memberikan pantulan cahaya.

Gambar 7.4. Reflektor

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

9) Umbrela Lamp Studio

Payung studio merupakan perangkat fotografi yang digunakan untuk memantulkan atau menyaring cahaya lampu studio, sehingga merata.

Gambar 7.5. Umbrela Lamp Studio

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)


(44)

commit to user

Benda ini berfungsi untuk menyaring cahaya lampu kilat. Cahaya yang dihasilkan akan lebih lembut dari reflector dan payung studio.

Gambar 7.6. Softbox

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

11) Snoot

Snoot digunakan untuk mengarahkan cahaya yang keluar dari lampu agar menghasilkan efek spot pada obyek.


(45)

commit to user

Gambar 7.7. Snoot

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 12) Lamp Holder

Penyangga lampu ini berfungsi untuk menyangga lampu, biasanya ketinggiannya bisa diatur.

Untuk studio foto yang besar biasanya menggunakan

system rail, yang dipasang pada plafond, sehingga pengaturan tinggi rendah dan letak bisa diatur. Rail ini lebih praktis karena tidak mengganggu gerak sang fotografer.

Gambar 7.8. Lamp Holder

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 13) Tripod

Digunakan untuk menyangga kamera, sehingga tidak goyang terutama saat menggunakan kecepatan rendah.


(46)

commit to user

Gambar 7.9. Tripod

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 14) Flash Meter

Fungsi alat ini sebagai pengukur kekuatan cahaya. Hasil dari pengukur

-an tersebut di dapatkan angka yang menunjukan berapa besaran bukaan (diafragma) yang diperlukan.

Gambar 7.10. Flash Meter

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 15) Background

Latar belakang ini dimaksudkan untuk memperoleh bagian belakang yang menarik, bahannya biasanya dari wallpaper atau


(47)

commit to user

kain. Lembaran ini biasanya terdapat gambar atau warna bahkan corak – corak yang menarik.

Gambar 7.11. Background

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) 16)Table Top

Biasanya digunakan untuk pemotretan produk, yang membutuhkan pemotretan dengan latar belakang tanpa sudut, atau pencahayaan dari bawah. Alas dari table top ini biasanya terbuat dari acrylik putih atau bahan yang mampu menembus cahaya.

Gambar 7.12. Table Top

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) d. Perlengkapan Penunjang Photo Studio


(48)

commit to user

Laboratorium fotografi menyerupai laboratorium untuk pelajaran IPA, laboratorium sebagai ruang gelap dengan tempat untuk film negatif (pencucian) dan positif (pencetakan).

(Data Arsitek, Jilid I, edisi 33. Sunarto Tjahjadi. Jakarta, hal. 259). Dalam perkembangannya teknologi laboratorium fotografi bukan hanya sekedar ruang cetak, melainkan sudah dapat menggunakan mesin cetak. Dalam perkembangannya laboratorium dibagi menjadi 2 antara lain ;

i. Laboratorium Analog atau Ruang Cetak (kamar cetak atau

dark room)

ii. Laboratorium Digital (mesin cetak dilengkapi komputer guna editing)

2) Ruang Cetak (kamar cetak atau dark room)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada sebuah kamar gelap (dark room), antara lain ;

i. Pembagian ruang

Pembagian ruang berdasarkan daerah basah dan daerah kering. Pada daerah kering yang digunakan untuk film kertas, dan perlengkapan listrik. Pada daerah ini diletakan enlarger, timer,kotak kertas, pemotong kertas, juga dilengkapi laci atau rak. Sedangkan pada daerah basah digunakan untuk mengembangkan, membilas serta mengawetkan yang dilengkapi 3 buah bak pencuci dengan


(49)

commit to user

air (dilengkapi dengan saluran air bersih dan

pembuangannya).

ii. Besaran ruang

Besaran ruang mempengaruhi besaran foto yang akan dicetak (misalnya foto 50x50cm maka membutuhkan ruangan dengan besaran ±2,5x3m).

iii. Dimensi furniture

Lebar meja dapat disesuaikan dengan bak pencuci yang akan dipakai dengan ketinggian normal sesuai dengan pelaku pencetak.

iv. Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain lampu

pengaman yang pada dasarnya berfungsi untuk

menciptakan keamanan kertas peka cahaya dalam ruang gelap ini (biasanya berwarna merah, diterangi dengan lampu 15 hingga 20 watt). Selain itu, dibutuhkan pula termometer fotografi, serta alat ukur waktu untuk interval pencetakan fotografi.

v. Pemakaian warna

Warna dalam ruangan ini memiliki arti terpenting, untuk melindungi terhadap kertas cetak yang akan dicahayai.


(50)

commit to user

vi. Utilitas

Ventilasi udara keluar (exhaust fan) harus terpasang lebih rendah dari meja atau bak pencuci, fungsinya agar gas kimia mengalir turun sehingga tidak terhirup oleh petugas cetak. Sedangkan udara yang masuk atau tekanan udara di kamar gelap harus selalu minus dan mengalir berlawanan dari exhaust fan.

Gambar 8. Kamar Gelap

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

e. Pengaturan Cahaya Pada Photo Studio

Di dalam Fotografi, pengaturan pencahayaan merupakan

kuncikeberhasilan untuk mendapatkan hasil gambar yang

dihasilkan.pengaturan pencahayaan ini sangat berkaitan dengan pengaturan diafragma (aperture) dan kecepatan (shuttet speed).

Jika pada kamera saku digital terdapat fasilitas shooting mode manual, maka pengaturan diafragma dan kecepatan diatur oleh si pemotret. Dengan pengaturan pencahayaan dengan shooting mode manual ini kebutuhan pencahayaan yang di dapat biasanya lebih tepatdibandingkan dengan pengaturan shooting mode secara otomatis.


(51)

commit to user

1. over exposure

Over exposure adalah pencahayaan yang berlebih.penyebar kelebihan pencahayaan ini adalah pengaturan apature dengan shutter speed yang tidak sesuai.Jika dilihat di garis matering, posisi jarum matering berada diareal plua(+). Akibat dari kelebihan pencahayaan, foto yang dihasilkan tampak di dominasi warna putih/terang.

Ada yang menyebut kelebihan pencahayaan inidengan istilah harz.Over exposurejuga bisa di sebabkan oleh sambaran lampu kilat yang yang terlalu kuat. hal ini bisa terjadi jika jarak antara obyek dengan lampu kilat (flash) terlalu dekat atau si pemotret terlalu penuh mengatur output flash.

2. under exposure

Kebalikan dari over exposure, adalah kekurangan pencahayaan. penyebabnya pun sama,tidak sesuainya pengaturan shutter speed dan aperture (-). Under exposure biasanya juga disebabkan oleh sambaran flash yang terlalu lemah. hal ini bisa terjadi jika jarak antara obyek dengan lampu terlalu jauh atau si pemotret terlalu minim mengatur output flash.

3. Cahaya dari Depan Obyak

Mengambil gambar sebaiknya dalam keadaan objek menghadap sinar, bukan pemotret yang menghadap sinar. Cahaya yang datang dari depan obyek akan menyinari tubuh secara merata. Wajah objek


(52)

commit to user

tampak jelas. Jika pada wajah sebagian wajah objek ada sedikit bayangan (shadow), hal ini tidak mengurangi hasil foto, justru menambah kualitas foto.

4. Cahaya dari belakang Objek

Saat memotret objek di luar ruangan (outdoor) sebaiknya menghindari pengambilan gambar yang menantangmatahari. Pemotretan dengan menantang matahari, tubuh objek akan tampak lebih gelap.Apalagijika kondisi matahari terlalu kuat maka seluruh objek akan tampak hitam. hasil foto seperti ini bisa menfhasilkan foto siluet.

5. Cahaya Pagi Hari

Memotret objek dengan memanfaatkan pencahayaan di pagi hari sangat disarankan. Pasalnyacahaya pagi hari akan menghasilkantonal warna yang lembut. Hasil foto yung didapatkan relatif bagus, baik objek landscape (pemandangan0 maupun objek manusia.

6. Cahaya Siang hari

Memotret objek pada Siang hari sangat tidak disarankan karena sifat pencahayaan yang terlalu kuat sehingga foto yang dihasilkan cenderung over exposure, mekipun pengaturan aperture dan shutter speed sudah sesuai.

7. Cahaya Sore Hari

Pemanfaatan cahaya pada sore hari sangat dianjurkan dalam pemotretan. Sifat pencahayaan pada sore hari sama dengan pagi hari.


(53)

commit to user

Apalagi saat intensitas cahaya matahari sedikit berkurang, pada pukul 16.00 kebawah.

8. Cahaya malam hari

Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya memanfaatkan cahaya yang dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar. jangan terlalu mengandalkan flash karena hasilnya nanti akan tidak alami. untuk menyiasatinya, pemotret bisa menggunakan shutter speed rendahtanpa tambahan lampu flash. sayangnya, shutter speed yangrendah akan akan membuat foto menjadi tidak maksimal, maka dari itu, untuk mengatasinya pemotret dapat dibantu dengan penggunaan tripot.

Disarankan untuk memotret pagi hari pada jam 06.00-09.00 dan sore hari pada pukul 16.00-18.00. Pasalnya, dalam waktu - waktu tersebut terdapat pencahayaan yang paling baik.

3) Tinjauan khusus Area Display a. Sistem Pelayanan

1) Self Service

Sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya ke kasir untuk pembayaran.

2) Self Selection

Jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian dengan


(54)

commit to user

dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk pemabayaran.

3) Personal

Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun pengambilan produk. Dalam sistem ini, dari proses pemilihan, pengambilan sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga sepenuhnya.

b. Sistem Display 1) Display Interior

Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan display interior menjadi :

a) Merchandise Display, meliputi : i) Display terbuka (Open Display)

Merupakan bentuk display yang memberikan

kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan took.

ii) Display Tertutup (Closed Display)

Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam almari dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah


(55)

commit to user

terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondidi siap jual.

iii) Display Arsitektural (Architectural Display)

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur, kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya adalah dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat peragaan dalam display ini.

b) Vendor Display

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.

c) Store Sign and Decorations

Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa. ( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 : 468 ).

d. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa etalase dan showroom.

Macam-macam Etalase : 1) Etalase Sistem Terbuka.


(56)

commit to user

Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan kurang terfokus.

2) Etalase Sistem tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran.

Interior area penjualan tidak terlihat, dan mempunyai

pandangan visual lebih terfokus. 3) Etalase Khusus

i) Etalase Sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.

ii) Etalase Atas

Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame.

iii) Etalase Benam

Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih rendah daripada lantai disekitarnya.

iv) Etalase bertingkat

Etalase penggabungan antara etalase atas dan atalase benam dan lebih lagi dengan sistem etalase terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.


(57)

commit to user

v) Etalase Arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan

yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien.

e. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Desain sarana Penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan. Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih menarik perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan melemahkan penjualan. (William P. Spence, 1979 : 412)

Sistem display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal, diantaranya:

Faktor Penglihatan

Penampilan materi selain dipengaruhi factor teknis,

juga dipengaruhi factor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :

1) Ukuran barang detail krisisnya

2) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan

kontras sekitarnya

3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.

4) Warna cahaya yang menerangi benda tersebut

5) Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya,


(58)

commit to user

6) Sistem Penyajian Materi Koleksi dan Penjualan

Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai. Kelompok yang ada misalnya : foto/lukisan, film/video kaset dan lain-lain. Berapa banyak yang perlu untuk setiap kelompok tergantung dari jumlah benda yang ada atauyang akan ada.

4) Tinjauan Khusus Café a. Pengertian Café

Kata “café” secara etimologi berasal dari kata “khave” dalam bahasa Turki, yang sama halnya “coffe” dalam bahasa Inggris atau “kopi” dalam bahasa Indonesia. Café dalam KAmus Besar Indonesi diartikan sebagai tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan sajian musik dan juga diartikan sebagai tempat makan dan minum (Jakarta-Jakarta 11 Mei 1996).

Sedangkan menurut Marsum. W. A dalam bukunya Restoran dan Pemahamannya, Café yaitu suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cakes (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi, dan the. Pilihan makan yang terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

Café adalah usaha di bidang makanan yang dikelola secara komersial yang menawarkan makanan/makanan kecil serta minuman


(59)

commit to user

kepada para tamu dengan pelayanan dalam suasana yang tidak formal, tanpa diikuti aturan service yang berlaku ( Sugiarta, 1996: 93).

b. Sistem Pelayanan 1) Table Service

Konsumen langsung memesan makanan pada waiters, setelah waiters menghidangkan dan konsumen tersebut menikmati hidangan tersebut, konsumen langsung membayar sendiri pada cashier atau melalui waiters.

2) Counter Service

Pelaksana counter service pada counter bar, dimana konsumen menikmati hidangan langsung dihadapan counter.

3) Tray Service

Penyajian makanan dan minuman dengan menggunakan nampan/baki, dimana konsumen memesan langsung kepada pelayan di counter, dan pelayan menyajikan langsung pesanannya. c. Jenis Menu menurut waktu penyajian

1) Ala Carter Menu

Daftar hidangan terdiridari berbagai pilihan makanan dengan harga masing-masing. Makanan yang dipilih disajikan ke meja sesuai dengan urutan penyajian.


(60)

commit to user

Daftar hidangan yang terdiri dari satu paket makanan dengan harga keseluruhan, disajikan satu demi satu.

3) Blue Plate Menu

Daftar hidangan terdiri dari satu paket makanan dengan pilihan soft drink. Harga keseluruhan, semua disajikan di atas meja tamu.

4) Buffet Menu

Daftar beberapa paket untuk dipilih. Makanan disajikan di atas meja panjang yang didesain semenarik mungkin, pengunjung tinggal memilih sendiri hidangan yang akan dinikmati sesuai dengan selera masing-masing. (Soekrisno, 1996:70-71).

5) Tinjauan Pengguna a. Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan di Fotografi Centre adalah

1. Pengelola bangunan

Orang yang mengatur organisasi dan kegiatan dalm bangunan, baik perawatan bangunan maupun urusan pengelolaan gedung, yang terdiri dari Direktur, Manager, Staf, dan Sekretaris.

2. Pengusaha

Pengusaha yang bergerak di bidang promosi penjualan penjualan dan perawatan.


(61)

commit to user

4. Peran Bank yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan usaha pada industry fotografi.

d. Konsumen/Pengunjung Dibagi menjadi tiga : 1) Segmen khusus :

a) Para penggemar fotografi b) Industri

2) Segmen umum :

Masyarkat luas yaitu siapa saja yang datang untuk menggunakan jasa fotografi, yaitu jumlah mayoritas dari pengunjung yang datang.

b. Aktivitas

a. Kegiatan Informasi

Adalah suatu kegiatan yang bersifat fotografi information yang berfungsi untuk memberikan segala informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan fotografi pada khususnya, maka dibutuhkan suasana yang informatif, komunikatif, rekreatif, aman dan nyaman.

b. Kegiatan Promosi

Promosi adalah merupakan satu kegiatan untuk


(62)

commit to user

tentang teknologi fotografi yang baru kepada masyarakat, maka diperlukan suasana yang komunikatif, informatif, rekreatif santai, aman dan nyaman.

c. Kegiatan Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menjual atau mengiklankan produk pendukung lainnya kepada masyarakat, maka diperlukan suasana yang komunikatif, informatif, rekreatif santai, aman dan nyaman.

c. Organisasi Ruang

Bentuk organisasi ruang secara umum dapat dibagi sbb: a. Terpusat

Komposisi ini terdiri atas sejumlah ruang-ruang skunder yang dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan dominan. Organisasi ini bersifat stabil. Pola-pola sirkulasi mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral, namun selalu berakhir pada ruang pusat.

Gambar 9.1. Terpusat

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) b. Linear


(63)

commit to user

Komposisi linear adalah suatu urutan dari ruang-ruang yang berulang. Karakternya memanjang menunjukkan suatu arah menggambarkan gerak, pemekaran, dan pertumbuhan.

Gambar 9.2. Linear

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) c. Radial

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang lineare yang berkembang menurut bentuk jari-jari, bisa bersifat introvert (memusatkan pandangan ke dalam ruang pusat) dan bersifat ekstrovert (mengembang ke luar lingkupnya).

Gambar 9.3. Radial

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) d. Cluster

Ruang-ruang dikelompokkan berdasarkan adanya


(64)

commit to user

Gambar 9.4. Cluster

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) e. Grid

Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid structural atau

grid 3 dimensi lain. (Ching, Francis D.K., 1996: 205-245).

Gambar 9.5. Grid

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) d. Pola Sirkulasi

1. Unsur-unsur Sistem Sirkulasi 1) Pencapaian Bangunan

a) Pencapaian langsung

Yaitu pencapaian yang langsung mengarah

ke suatu tempat melalui sebuah jalan segaris dengan sumbu bangunan. Secara visual mempunyai tujuan pengakhiran yang jelas.


(65)

commit to user

Yaitu pencapaian yang secara samar-samar

mempertinggi perspektif dan bentuk suatu

bangunan. Jalur dapat berubah-ubah sesuai urutan pencapaian.

b) Pencapaian Berputar

Yaitu berupa sebuah jalan berputar dan

memperpanjang pencapaian, mempertegas bentuk tiga dimensi suatu bangunan ketika bergerak mengelilinginya.

2) Konfigurasi Alur Gerak/Pola Sirkulasi a) Sirkulasi Linear

Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang

sinambung pada satu arah atau lebih. Merupakan alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop)

a) Sirkulasi Grid

Mempunyai karakteristik yang dapat

memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar yang berpotongan.


(66)

commit to user

Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada

suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian sepanjang titik-titik tersebut yang merupakan tujuan bagi pengunjung.

c) Sirkulasi Organik

Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak,

kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi atau logik dari sistem tersebut dan penafsiran yang mudah terhadapnya oleh user.

d) Sirkulasi Network

Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari

beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan.

3) Jenis Sirkulasi

a) Sirkulasi Horisontal

Alur sirkulasi yang diartikan sebagai tali yang mengikat suatu ruang tertentu dengan ruang luar menjadi saling berhubungan

b) Sirkulasi Vertikal

Merupakan pengikat kagiatan antar lantai

bangunan atau antar ruang dalam bangunan. e. Bentuk Ruang Sirkulasi


(67)

commit to user

1) Tertutup membentuk koridor yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu masuk pada bidang dinding.

2) Terbuka pada salah satu sisi, untuk memberikan kontinuitas visual/ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkan.

3) Terbuka pada kedua sisinya, menjadi perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.

f. Penerapan Pada Bangunan

1) Sirkulasi Eksternal Bangunan

a) Sistem Pencapaian Bangunan

Pencapaian menuju bangunan dipilih

pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang mendukung kondisi tersebut. Selain itu pencapaian berputar juga sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut.

b) Pengolahan Sirkulasi Eksternal

Dikarenakan bangunan yang direncanakan


(68)

commit to user

macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service. 2) Sirkulasi Internal Bangunan

a) Sirkulasi Horisontal

i) Sistem Memusat, yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada diagram di bawah ini :

ii) Sistem Jalur Tunggal

Sistem dengan menggunakan koridor

sebagai penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang pamer.

b) Sirkulasi Vertikal

Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai ruang tertentu yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga ditekankan sebagai jalur


(69)

commit to user

darurat bila suatu saat terjadi bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa fasilitas, yaitu : ramp, tangga, eskalator dan lift. 6) Tinjauan Ruang

a. Lay Out Ruang

Ruang-ruang dirancang dengan orientasi ke dalam dan keluar, karena ada view yang dapat diakses ke dalam ruang (area display ) dan di luar ruangan (melalui open studio / studio outdoor). Orientasi ke dalam dan keluar berfungsi untuk memelihara keseimbangan terhadap kepentingan dan pekerjaannya di luar dan di dalam.

b. Aspek Lantai

Lantai adalah bagian bangunan yang penting, yang berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup atau bergerak. Lantai harus kuat mendukung beban - beban yang datang dari furniture, manusia yang ada didalam ruang dan sebagainya. Sehingga lantai dituntut selalu kuat memikul beban, kaku, dan tidak bergetar. Contoh bahan lantai seperti: kayu, batu alam atau buatan, logam, beton dan sebagainya. Dalam merencanakan lantai ruang pamer perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :

1) Fungsi Lantai

Lantai berfungsi sebagai bidang dasar yang digunakan untuk aktifitas manusia dalam melakukan kegiatan diatasnya dan sebagai alas dari suatu ruang.


(70)

commit to user

2) Sifat Lantai

Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya. Dimana lantai dapat membentuk sifat/daerah dalam ruang, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan dari sebagian lantai. Lantai dapat bersifat permanen maupun semi permanen.

3) Karakter Lantai

Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu dengan menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin dicapai, sehingga karakter lantai dapat dicapai, karakter berat, ringan, luas, sempit, dan sebagainya.

4) Konstruksi Lantai

Konstruksi lantai perlu diperhatikan bagaimana bahan lantai dipasang. Bagaimana menempel pada dasaran lantai sehingga tidak menimbulkan kelembaban atau menimbulkan panas yang berlebihan,dan sebagainya.

c. Aspek Dinding

Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk ruang-ruang di dalam bangunan, sebagai suatu unsur desain bidang dinding dapat bersatu dengan lantai dan langit-langit. Jadi dinding sebagai penghubung yang mempersatukan langit-langit dan lantai sehingga membentuk sebuah ruang. Dinding pada suatu bangunan


(71)

commit to user

dapat sebagai dinding struktur dapat pula sebagai pembatas saja, hal ini tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam perencanaannya. 1) Secara struktur dinding dibedakan menjadi :

a. Dinding struktur ( bearing wall )

Dinding jenis ini merupakan dinding yang mendukung sruktur di atasnya, misalnya sebagai pendukung atau tumpuan atap atau sebagai penumpu lantai ( pada bangunan bertingkat ). 2) Dinding non struktur/partisi ( non bearing wall )

Pada bangunan yang menggunakan sistem non struktur

kebebasan peletakan dinding dan permukaan pada dinding dapat diatur menurut kehendak perencana, karena tumpuan atap terletak pada kolom-kolom pendukung. Dinding non bearing wall terdiri dari: pasangan batu bata, pasangan batako, multipleks, asbes, plat alumunium, dan lain sebagainya.

3) Fungsi Dinding

Fungsi dinding ialah sebagai pemikul beban di atasnya, sebagai penutup dan pembatas ruang, baik visual maupun akustik. 4) Sifat Dinding

Dinding dapat menentukan sifat tertentu sesuai dengan

fungsinya.

Dinding yang bersifat permanen maupun semi permanen

(dapat berubah-ubah).


(72)

commit to user

Dinding dapat membentuk karakter ruang, yaitu dengan

pemilihan bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang ingin dicapai. Penggunaan bahan dengan tekstur dan warna yang spesifik dapat mengungkapkan bermacam-macam ekspresi dan karakter, misalnya keras, lunak, kesan berat, atau ringan dan sebagainya.

6) Bahan Penutup Dinding

Bahan penutup dinding ialah bahan buatan yang fungsinya

sebagai pelapis dinding dengan pemasangannya menempel pada dasar dinding.

d. Aspek Ceiling/Langit-Langit

1) Fungsi Langit-Langit

Langit-langit disamping mempunyai fungsi sebagai

penutup ruang, juga dapat dimanfaatkan untuk pengaturan udara panas, pengaturan lampu dan elemen-elemen mekanikal.

2) Penentuan Ketinggian

Penentuan ketinggian langit-langit disamping pertimbangan fungsi langit-langit itu sendiri, dapat juga dilakukan berdasarkan pertimbangan proporsi dari ukuran ruang (panjang, besar, tinggi). Terlebih lagi jika ingin dibuat permainan langit-langit ( drop ceiling ), canopy, pergola.


(73)

commit to user

Bentuk penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan

fungsinya, jika sebagai ventilasi udara panas, maka bentuk lubang atau penurunan langit-langit dapat dibentuk sesuai sebagaimana langit-langit itu diselesaikan seperti bentuk-bentuk polos, rata, grid/berkotak-kotak, garis geometrik/lurus, berpola, sruktural.

4) Konstuksi Pemasangan

Konstruksi langit-langit perlu diperhatikan bagaimana pemasangannya atau bagaimana menempel pada dinding, misal dengan rangka kayu, besi, digantungkan, atau disangga. Perlu diperhatikan juga konstruksi pemasangan bidang penutup langit -langit.

e. Aspek Furniture dan Antropometri Pengguna 1) Furniture

Unsur pengisi ruang (furniture/perabot, equipment/peralatan, dan accecories/hiasan) dalam perancangan kantor sebaiknya disesuaiakan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan, karena biasanya hanya diguanakan selama 5-7 tahun. Sedangkan pengaturan tata letaknya hanya digunakan dalam kurun waktu 3-4 bulan. (Ernst Neufert, jilid 2, 1989: 1).

Furniture terdiri atas :

a. Meja

b. Kursi


(74)

commit to user

d. Equipment (perlengkapan kantor)

e. Accecories

2) Antropometri dan Ergonomis

Antropometri‟ berasal dari bahasa Yunani, yaitu „anthropos‟ yang berarti manusia dan „metron‟ yang berarti mengukur. Jadi antropometri adalah ukuran-ukuran tentang manusia. (Eddy S. Marizar, 2005: 111). Pertimbangan antropometri antara lain:

Kata „ergonomi‟ berasal dari bahasa Latin, yaitu „ergon‟ (kerja) dan „nomos (hukum alam). Ergonomi merupakan studi tentang sistem kerja manusia yang berkaitan dengan fasilitas dan lingkungannya yang saling berinteraksi satu sama lain. (Eddy S. Marizar, 2005: 106).

1) Standarisasi Gallery dan Area Retail


(75)

commit to user

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.2. Antrophometri area retail public utama

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)


(76)

commit to user

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.4. Antrophometri area retail counter

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.5. Antrophometri area retail counter


(77)

commit to user

Gambar 10.6. Antrophometri area retail display

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.7. Antrophometri area retail display

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.8. Antrophometri area retail display


(78)

commit to user

Gambar 10.9. Antrophometri display berdiri

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.) 2) Standarisasi Café

Gambar 10.10. Antrophometri pelayanan pramusaji

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.11. Antrophometri jarak bersih antar kursi


(79)

commit to user

Gambar 10.12. Antrophometri pelayanan area makan

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.13. Antrophometri area makan


(80)

commit to user

Gambar 10.14. Antrophometri Bar

(Sumber : Julius Panero dan Martin

Zelni. Dimensi manusia dan Ruang

Interior.)

Gambar 10.15. Antrophometri Bar

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.16. Antrophometri Bar tampak atas


(81)

commit to user

Gambar 10.17. Antrophometri Bar

(Sumber : Julius Panero dan

Martin Zelni. Dimensi

manusia dan Ruang Interior.)

Gambar 10.18. Antrophometri dinning area untuk 4 orang


(82)

commit to user

Gambar10.19. Antrophometri dinning area

(Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior.)

f. Aspek Interior System

1) Pencahayaan

a. Pengertian Cahaya

Menurut P. J. M. Vander Meijs cahaya dapat diartikan „sebuah pancaran elektromagnetik yang terlihat oleh mata‟. (P. J. M. Van der Meijs, 1983:-96).

Sedangkan pencahayaan berasal dari bahasa Inggris „Lighting‟ atau „Illumination‟ yang dilndonesiakan menjadi „llluminasi‟. (John M. Echolas, Hassan Shadily, 1980: 386).

Illuminasi atau penerangan adalah kepadatan terang yang mengalirkan energi pada suatu permukaan (The density of luminous flow of energy on surface). (Arnold Friedmann, F. Pile and Wilson, 1977: 337).


(83)

commit to user

Dapat diartikan „kepadatan fluks cahaya persatuan luas

yang diterangi secara seragam pada suatu permukaan‟.

(Kusudiarso Hadinoto, 1978:2)

Prinsip yang diambil dari beberapa pengertian pencahayaan dan illuminasi di atas yaitu penerapan atau obyek yang dipantulkan ke mata sehingga menyebabkan terang.

b. Macam – macam pencahayaan

Ditinjau dari sifatnya ada 2 jenis pencahayaan yaitu:

i. pencahayaan langsung (direct lighting)

ii. pencahayaan tidak langsung (indirect lighting).

Secara fungsional terdapat 3 jenis pencahayaan, yaitu: general lighting, task lighting, dan decorative lighting.

General lighting adalah penerangan yang mutlak ada dan harus rata menerangi seluruh ruang, untuk kepentingan pembersihan.

Task lighting (penerangan setempat), untuk mendukung kegiatan tertentu secara khusus, misalnya membaca, menulis.


(84)

commit to user

Decorative lighting/accent lighting, penerangan tambahan yang berperan dalam estetika dan membentuk karakter ruang.

Dilihat dari sumbernya, pencahayaan ada dua, yaitu pencahayaan alami (sinar matahari) dan pencahayaan buatan (menggunakan lampu).

Arah pencahayaan mempengaruhi tampilan objek, yaitu:

i. frontlight (pencahayaan dari depan)

ii. sidelight (pencahayaan arah samping)

iii. backlight (pencahayaan dari belakang untuk memunculkan

siluet)

iv. uplight (arah cahaya dari bawah), efek yang ditimbulkan adalah kesan megah dan berdimensi

v. downlight (pencahayaan dari atas).

c. Peralatan lampu untuk pencahayaan khusus

Sejumlah peralatan lampu khusus perlu dipasang atau ditempatkan pada berbagai sudut pandangan.


(1)

Tetap

Area Pameran Temporer

- 

Service dan jual -

beli

Receptioni st

- 

Area Display

- 

Area Cafe  

Area Lavatory

- 

Area Pengelola

Ruang pimpinan

- 

Ruang staf -

Penghawaan

System sirkulai udara menggunakan system sirkulasi udara buatan yaitu dengan menggunakan AC central. Pemilihan AC central dikarenakan


(2)

membutuhkan efisiensi tertentu, karena ruangan yang cukup luas serta memerlukan area yang nyaman maka penggunaan AC central ini diharapkan mampu memberikan sirkulasi pada seluruh ruangan, ditinjau dari jadwal kegiatan setiap harinya yang sudah terjadwal dari buka hingga tutup.

SUB RUANG

RUANG ALA

MI

BUATA N

Studio Fotografi

Basic Studio

- 

Daylight Studio

-

Specialize d Studio

- 

Ruang Gelap

- 

Pendukun g Fotografi

Penataan model(area make over)

- 

Penyewaan pakaian


(3)

(area wardrobe)

Area Ganti -

Area Pameran Temporer

- 

Service dan jual -

beli

Receptioni st

- 

Area Display

- 

Area Cafe  -

Area Lavatory

- 

Area Pengelola

Ruang pimpinan

- 

Ruang Staf -


(4)

Dalam pemilihan bahan akustik banyak menggunakan bahan atau material dengan pori – pori yang lembut, sehingga peredaman intensitas bunyi dapat maksimal.

SUB RUANG RUANG Akustik

Studio Fotografi

Basic Studio 

Daylight Studio -

Specialized Studio 

Ruang Gelap 

Pendukung Fotografi

Penataan model(area make over)

-

Penyewaan pakaian (area wardrobe)

-

Area Ganti -

Galeri Area Pameran Tetap 

Area Pameran Temporer 

Service dan jual - beli


(5)

Area Display -

Area Cafe -

Area Lavatory -

Area Pengelola Ruang Pimpinan 

Ruang Staf 

H. SISTEM KEAMANAN

Keamanan dibuat agar dapat menjaga keamanan bangunan maupun penggelola. Adanya alarm dan beberapa cctv yang dipasang di beberapa sudut. Selain itu alat pencegah kebakaran yaitu Analaser HSSD System. Analaser HSSD System (High Sensitivity Smoke Detector), adalah smoke detector dengan tingkat sensitivitas 2000 kali lebih sensitive dibandingkan dengan smoke detector biasa. Sehingga pemadaman api / kebakaran bisa lebih cepat untuk dilakukan.


(6)

commit to user

1 | f o t o g r a f i c e n t e r

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Terciptanya Fotografi Center sebagai suatu wadah untuk menampung kegiatan penggemar fotografi dan masyarakat umum sebagai sebuah bentuk pelayanan terhadap pengunjung, sehingga tercipta fasilitas-fasilitas yang mengandung unsur hiburan, komunikasi, komersial, dan edukasi.

Pemilihan lokasi pada kota Bali dapat membantu mengaplikasikan berbagai kemajuan teknologi yang berkaitan dengan dengan begitu kenyamanan serta fleksibilitas dapat terwujud.

B. SARAN

Sebuah desain dapat dikatakan berhasil apabila desain tersebut dapat memenuhi segala kebutuhan dengan berbagai pertimbangn prinsip desain tentunya dan ditunjang dengan estetika yang baik pula maka sebuah desain akan dikatakan berhasil. Untuk itu peran masyarakat sangat penting guna menciptakan sebuah keberhasilan dalam desain.