ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM

DI BURSA EFEK INDONESIA

(Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta)

Skripsi

Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : ARRY BUDHI SAPUTRO

F 1107035

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

commit to user

  

 

MOTTO

“ kejujuran Adalah Batu Loncatan Menuju Kesuksesan”

(Mary Kay Ash)

“Fikiran Adalah Burung Angkasa Semesta Yang Dalam

Kurungan Bentuk Kalimat Dan Kata, Mesti Dapat

Membeberkan Sayapnya Namun Tak mungkin Terbang

Ke Angkasa Raya”

(Kahlil Gibran, Sang Nabi)

“Yang Paling Dekat Dengan Kita Adalah Hari Esok Dan

Ajal, Yang Paling Jauh Dari Kita Adalah Cita – cita,

Dan Orang Yang Terbaik Adalah

Mereka Yang Selalu Mencoba Untuk Terus Memperbaiki

Dirinya”


(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

K arya ini penulis persembahkan untuk :

Allah SWT atas anugerah dan

rahmatnya hingga saat ini, dan hanya kepadaM u hamba menyembah, berlindung serta memohon ampun

Dan dihadiahkan kepada :

I bunda dan ayahanda atas doa dan

kasih sayangnya sepanjang masa

Adikku atas doa dan dukungan

tanpa henti-hentinya

M y L ove atas doa, penunt un dan

bantuannya selalu

EP`07 at as kerjasama sert a

kerepotannya


(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan, pertolongan, dan kasih saying-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA. (Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan,perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Riwi Sumantyo, SE, ME, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun


(7)

commit to user

tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Seluruh petugas di perpustakaan MM Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

7. Ayah dan Mamah yang senantiasa selalu mendoakan, member dorongan dan bimbingan kepada ananda.

8. Adik laki-lakiku “Pras” makasih atas doanya…..tetap semangat ya… 9. Caesa S. Putri terimakasih atas waktu dan bantuannya, baik spirit dan religi. 10.Teman – temanku di Ekonomi Pembangunan 2007.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Demikian skripsi ini penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan yang perlu di benahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi segenap pembaca.


(8)

commit to user

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ... 8

1. Pengertian Investasi ... 8


(9)

commit to user

3. Dasar Pengambilan Keputusan Investasi ... 13

B. Pasar Modal ... 16

1. Pengertian Pasar Modal... 16

2. Peranan Pasar Modal Dalam Kegiatan Perekonomian... 17

3. Instrument Pasar Modal ... 18

4. Mekanisme Perdagangan Pasar Modal ... 21

C. Investor ... 25

1. Gambaran Investor ... 25

2. Penggolongan Investor Berdasarkan Waktu Berinvestasi . 26

3. Jenis Investor ... 28

4. Penyebab Naik Turunnya Kepercayaan Investor ... 34

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Pasar Modal ... 35

1. Horizon (jangka waktu investasi)... 36

2. Ketersediaan dana ... 40

3. Sensitifitas terhadap risiko ... 41

4. Waktu yang tercurah ... 41

5. Pengetahuan dan Pengalaman ... 42

6. Intensitas kontak dengan industri investasi ... 43

7. Skill analisis ... 44

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 46

F. Kerangka Pemikiran ... 48


(10)

commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian ... 51

B. Lokasi Penelitian ... 51

C. Teknik Pengumpulan Data ... 52

D. Teknik Pengambilan Sampel... 52

E. Definisi Operasional Variabel ... 53

F. Analisis Data ... 55

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta ... 61

B. Gambaran Karakteristik Responden ... 67

C. Analisis Data ... 82

D. Interpretasi Secara Ekonomi ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Perbedaan investor individu dan institusi ... 30

Tabel II.2 Pertemuan Investorrule dan invesment rule ... 39

Tabel IV.1 Gambaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Tingkat Kepadatan, dan Pembagian Administrasi di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 62

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008 ... 63

Tabel IV.3 Penduduk Kota Surakarta Menurut Dewasa, Anak dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ... 64

Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 65

Tabel IV.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008 ... 66

Tabel IV.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah) ... 67

Tabel IV.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68

Tabel IV.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68

Tabel IV.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 69

Tabel IV.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 70

Tabel IV.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan ... 71

Tabel IV.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Alokasi Penghasilan ... 72

Tabel IV.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Ketika Mendengar Kata “Saham” ... 73


(12)

commit to user

Tabel IV.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Mendapat Informasi

Saham ... 74

Tabel IV.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Bahwa Investasi Saham Merupakan Pekerjaan Sampingan ... 74

Tabel IV.16 Karakteristik Responden Berdasarkan Kriteria Saham yang Dipilih ... 75

Tabel IV.17 Karakteristik Responden Berdasarkan Komposisi Investasi Jika Memiliki Dana Lebih ... 76

Tabel IV.18 Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Investasi Pada Saham ... 77

Tabel IV.19 Karakteristik Responden Berdasarkan Kendala Terbesar Dalam Investasi Saham ... 77

Tabel IV.20 Karakteristik Responden Berdasarkan Cara Pengambilan Keputusan Pembelian dan Penjualan Saham ... 78

Tabel IV.21 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Investor Saham ... 79

Tabel IV.22 Karakteristik Responden Berdasarkan Modal Untuk Investasi Saham ... 80

Tabel IV.23 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjual Saham Kembali ... 81

Tabel IV.24 Karakteristik Responden Berdasarkan Besar Rata-rata Keuntungan Satu Bulan ... 82

Tabel IV.25 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 83

Tabel IV.26 Peringkat Variabel ... 90

Tabel IV.27 Hasil Uji Multikolinearitas ... 91


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Karakteristik personalitas investor ... 33

Gambar II.2 Kerangka Pemikiran ... 48

Gambar III.1 Uji t ... 56

Gambar III.2 Uji Durbin Watson ... 60


(14)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner.

Lampiran 2. Data Operasional Variabel.

Lampiran 3. Hasil Pengelompokan Data Responden. Lampiran 4. Hasil Analisis regresi Linier Berganda. Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas.


(15)

ABSTRAKSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INVESTOR DALAM BERINVESTASI SAHAM

DI BURSA EFEK INDONESIA

(Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta) ARRY BUDHI SAPUTRO

F1107035

Tujuan penelitian ini adalah Pertama, untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia, kedua, Untuk mengetahui manakah dari faktor pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung, dengan sampel sebanyak 90 investor dengan teknik sampling classified proportional random sampling technique. Analisis data digunakan pengujian statistik dengan bantuan program Eviews 6.0.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang disertai dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2)), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastik, dan autokorelasi).

Hasil penelitian menunjukkan, pertama dengan α = 5% bahwa secara individu keempat variabel pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia, kecuali tingkat pendidikan tidak signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Dan secara bersama-sama keempat variabel tersebut positif dan signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Kedua dilihat dari koefisien regresinya, variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia adalah modal, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: Pertama disarankan investor sebaiknya mengikuti pelatihan dalam menganalisa saham baik fundamental maupun teknikal agar dapat menekan resiko yang ada. Kedua disarankan investor tidak menempatkan 100% investasinya dalam portofolio saham yang sama agar dapat melakukan diversifikasi ke asset yang lainnya. Ketiga disarankan model regresi linier masih rendah sehingga kemungkinan penelitian lebih lanjut dapat memasukkan variabel baru yang lebih mempengaruhi keberhasilan investor dalam berinvestasi saham. Keempat disarankan Perusahaan efek diharapkan dapat memberikan kenyamanan, pertimbangan akan resiko dan keuntungan, dan keamanan kepada dana investor sehingga keberhasilan berinvestasi saham akan dirasakan oleh investor. Kelima

disarankan Pengawasan oleh Otoritas dan SRO’s harus diperketat sehingga investor tidak terbuai oleh kenaikan harga saham yang terlalu cepat atau penurunan harga saham yang drastis.

Kata Kunci : pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan,

jumlah modal, classified proportional random sampling technique, analisis regresi linier berganda.


(16)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia usaha yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi agar terhindar dari kebangkrutan dan unggul dalam persaingan. Untuk mengantisipasi persaingan tersebut, perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya sebagai upaya menjaga kelangsungan usahanya. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan berbagai kebijakan strategis yang menghasilkan efisiensi dan efektifitas bagi perusahaan. Usaha tersebut memerlukan modal yang banyak, yang meliputi usaha memperoleh dan mengalokasikan dana tersebut secara optimal. Salah satu tempat untuk memperoleh dana tersebut adalah melalui pasar modal.

Pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan yang menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Fungsi ekonomi yang dijalankan pasar modal melibatkan dua pihak, yaitu pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Fungsi keuangan ditunjukkan dengan kemungkinan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik yang dipilih. Bagi pihak yang membutuhkan dana, tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan (Husnan, 2003).

Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar


(17)

modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dan jangka panjang dari masyarakat yang disalurkan ke sektor-sektor yang produktif. Apabila pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik, maka dana pembangunan yang bersumber dari luar negeri makin lama makin dikurangi (Eduarudus Tandelilin, 2001:13).

Di pasar modal, sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan diperjualbelikan, perusahaan yang menerbitkan ini disebut emiten, sedangkan pihak yang membeli sekuritas berarti menanamkan modalnya di perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Pembeli sekuritas tersebut dinamakan pemodal atau investor, penerbitan sekuritas disebut emisi. Sekuritas dapat pula disebut efek, sehingga pasar modal disebut juga bursa efek.

Pasar modal yang efisien di definisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritasnya telah mencerminkan informasi-informasi yang relefan (Husnan, 2003). Jika didasarkan pada informasi yang relevan, terdapat tiga bentuk pasar yang efisien (Jogiyanto, 2000), yaitu bentuk lemah, bentuk setengah kuat, dan bentuk kuat. Pasar modal bentuk lemah merupakan suatu bentuk pasar modal yang harganya mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan harga pada waktu lalu. Sedangkan pasar modal bentuk setengah kuat merupakan bentuk pasar modal dimana harga sekuritas tidak hanya mencerminkan harga-harga pada waktu lalu tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Pasar modal bentuk kuat merupakan bentuk pasar modal yang harganya tidak hanya mencerminkan informasi yang dipublikasikan tetapi


(18)

juga informasi yang diperoleh dari analisis fundamental tentang perusahaan dan perekonomian atau informasi yang tidak dipublikasikan.

Pasar modal Indonesia pada dekade terakhir mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal terjadi karena peningkatan partisipasi investor, volume perdagagan saham, dan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan pasar modal ini antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Husnan, 1996):

1. Penawaran sekuritas (securities supply), faktor ini menunjukkan jumlah sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal.

2. Permintaan akan sekuritas (securities demand), faktor ini menunjukkan jumlah perusahaan atau masyarakat yang bersedia menanamkan modalnya di pasar modal.

3. Kondisi politik dan ekonomi, dimana kondisi politik dan ekonomi yang stabil akan membantu kemajuan pasar modal.

4. Masalah hukum dan peraturan, dimana hukum dan peraturan yang baik

akan membantu kelancaran transaksi di pasar modal.

5. Lembaga-lembaga terkait yang menunjang keberhasilan pasar modal. Sekuritas yang di perdagangkan di bursa efek pada dasarnya dapat di bagi menjadi dua, yaitu sekuritas yang menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yaitu dalam bentuk saham dan yang menunjukkan surat tanda utang dari emiten yang menerbitkan sekuritas tersebut. Sekuritas yang kedua disebut obligasi. Sekuritas yang di perdagangkan tersebut mempunyai tingkat resiko berbeda-beda. Salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat


(19)

resiko cukup tinggi (high risk) adalah saham. Resiko tinggi tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa depan. Hal ini disebabkan resiko saham berhubungan dengan keadaan perekonomian , politik, dan keadaaan perusahaan itu sendiri. Keadaan-keadaan tersebut pada umumnya menjadi bahan pertimbangan investor untuk menanamkan dananya di pasar modal.

Tingkat pendapatan yang diharapkan dari investasi saham tergantung pada bagaimana prefensi sikap investor dalam menghadapi risiko. Pada umumnya investor bersifat menghindari risiko, walaupun sebagian ada yang berani mengambil risiko. Investor yang bersifat menghindari risiko akan lebih suka memilih saham-saham yang memiliki risiko yang lebih kecil dengan tingkat pendapatan tertentu. Sebaliknya investor yang berani mengambil risiko akan cenderung memilih saham-saham yang mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi dengan harapan dapat memperoleh hasil (pendapatan) yang lebih besar. Dengan demikian prefensi investor terhadap risiko yang terkandung pada masing-masing jenis saham akan mempengaruhi volumen perdagangan saham yang bersangkutan.

Investor akan mempertimbangkan tingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu dimasa yang akan datang. Namun setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat penghasilan yang terealisasi (realized return) seperti yang

diharapkan (expected return) dapat lebih tinggi atau lebih rendah.


(20)

mempertimbangkan ketidakpastian ini sebagai risiko investasi (Harianto, 1998). Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin tinggi risiko maka return akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya (Jogiyanto, 2000).

Berangkat dari latar belakang tersebut, akan dilakukan suatu penelitian

dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan

Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Keberhasilan Investor Dalam Berinvestasi Saham Di Surakarta)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor pengalaman investor berpengaruh terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah faktor lama menjual sahamnya kembali berpengaruh terhadap

keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah faktor tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keberhasilan

investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia ?

4. Apakah faktor jumlah modal berpengaruh terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia?

5. Faktor apakah yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap


(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pengalaman investor terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh lama menjual sahamnya kembali terhadap

keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap keberhasilan investor

dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

4. Mengetahui pengaruh jumlah modal terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

5. Faktor apa yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis terutama yang berkaitan dengan pasar modal.

2. Bagi Perusahaan Sekuritas

Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para broker untuk mengetahui karakteristik nasabahnya (investor) dalam memberikan masukan atau saran untuk berinvestasi pada tingkat resiko yang dimiliki oleh investor yang ditanganinya.


(22)

3. Bagi Investor

Sebagai masukan dan ukuran bagi Investor untuk mengetahui karakteristiknya dalam berinvestasi saham di Bursa efek Indonesia.

4. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan

Dapat menambah wacana bagi dunia akademisi terutama yang tertarik dengan pasar modal.

5. Bagi Bapepam-LK

Dapat dijadikan sebagai alternatif agar lebih efektif dalam memberikan edukasi dan pelatihan kepada masyarakat (calon investor) agar lebih mengenal tentang pasar modal.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Investasi diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogianto, 2000: 5). Menurut Eduarudus Tandelilin, investasi diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau seumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset (asset) selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, 1999: 2).

Berdasarkan definisi investasi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan dalam bentuk financial, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

2. Jenis-jenis Investasi

Investasi dapat berbentuk aset nyata (real assets) dan aset keuangan (financial assets). Aset nyata adalah aset yang dapat dilihat wujutnya, missalnya rumah, tanah, emas dan lain sebagainya. Sedangkan


(24)

aset keuangan merupakan klaim terhadap pihak tertentu dalam hal ini adalah pihak penerbit surat klaim tersebut, misalnya adalah perusahaan. Klaim ini biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat atau kertas berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan tersebut. Contoh dari aset keuangan adalah surat berharga seperti saham, obligasi, dan kartu kredit bank.

Investasi pada aset keuangan dapat dibedakan menjadi dua tipe investasi yaitu (Jogiyanto, 2000:9):

a. Investasi langsung, yaitu investasi yang dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market). Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva yang tidak dapat diperjualbelikan, biasanya diperoleh melalui bank komersial. Jadi investasi langsung dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Investasi langsung yang tidak diperjualbelikan, contohnya adalah tabungan dan deposito.

2) Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan, dibagi dalam

beberapa jenis yaitu:

a) Investasi langsung di pasar uang, seperti T-bill dan deposito yang dapat dinegosiasikan.

b) Investasi langsung di pasar modal, dibagi menjadi dua jenis yaitu:


(25)

(1)Surat–surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities) seperti:

(a) T-bond, yaitu seberti T-bill tetapi jatuh tempo jangka panjang berkisar 10 – 30 tahun.

(b) Federal agency securities, merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh agen federal.

(c) Municipal bond, merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah kota.

(d) Corporate bond, merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan.

(e) Convertible bond, merupakan surat berharga yang dapat dikonversikan ke saham.

(2)Saham – saham (equity securities), seperti:

(a) Saham preferen (preference stock), merupakan saham yang menempatkan paling yunior atau akhir terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas (tidak memiliki hak istimewa).

(b) Saham biasa (common stock), merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi).


(26)

(3)Investasi langsung di pasar turunan, dibagi menjadi dua yaitu:

(a) Opsi, ada tiga jenis yaitu:

i. Waran (warrant), adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan yang bersangkutan dengan harga tertentu dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. ii. Opsi put (put options), adalah memberi hak kepada

pemegangnya untuk menjual sejumlah saham perusahaan lain dalam kurun waktu tertentu dengan harga yang sudah ditetapkan.

iii. Opsi call (call options), adalah memberi hak kepada pemegangnnya untuk membeli sejumlah saham perusahaan lain dalam kurun waktu tertentu dengan harga yang sudah ditetapkan.

(b) Future contract merupakan persetujuan untuk

menyediakan aktiva di masa mendatang (futures)

dengan harga pasar yang sudah ditentukan di muka.

b. Investasi tidak langsung adalah investasi yang dilakukan dengan

membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang


(27)

diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. Contoh investasi tidak langsung adalah reksa dana (mutual funds), yang merupakan suatu portofolio efek yang didiversifikasikan dan dikeluarkan oleh perusahaan investasi. Perusahaan investasi seperti yang telah dijelaskan diatas diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu: 1) Unit investment trust, merupakan trust yang menerbitkan

portofolio yang dibentuk dari surat-surat berharga berpenghasilan tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang independen. Sertifikat portofolio itu dijual kepada investor sebesar nilai bersih total aktiva yang tergabung didalam portofilio ditambah dengan komisi. Investor dapat menjual balik sertifikat ini kepada trust sebesar nilai bersih sertifikat tersebut (net asset value

atau NAV). Besarnya NAV persertifikat adalah total nilai pasar dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di portofolio dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah sertifikat yang diedarkan.

2) Close-end investment companies, merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya pada saat penawaran perdana (initial public offering) saja dan selanjutnya tidak menawarkan lagi tambahan lembar saham. Lembar saham yang sudah beredar dari

penawaran perdana diperdagangkan dipasar sekunder (stock


(28)

3) Open-end investment companies atau bisa dikenal dengan nama perusahaan reksa dana (mutual funds). Perusahaan investasi ini masih menjual saham baru kepada investor setelah menjual saham perdananya. Pemegang saham juga dapat menjual kembali sahamnya ke perusahaan reksa dana ini.

Keuntungan investasi tidak langsung dari pada investasi langsung adalah bahwa dengan dana yang terbatas pemodal dapat memiliki satu portofolio yang terdiversifikasi, karena portofolio tersebut terdiri dari puluhan bahkan ratusan efek. Sedangkan apabila menggunakan investasi langsung diversifikasi tidak dapat dilakukan jika mempunyai dana yang terbatas. Diversifikasi menjadi sangat penting karena pemodal dapat meningkatkan penghasilan atau return sesuai dengan yang diharapkan dan pada saat yang sama tetap dapat dipertahankannya bahkan dapat mengurangi resiko yang dihadapinya.

Manfaat lain dari investasi tidak langsung adalah pengelolaan investasi dilakukan oleh manajer investasi yang professional sehingga keputusan investasinya menjadi optimal. Sedangkan investasi langsung pemodal sendirilah yang melakukan pengelolaan dana investasinya, jika pemodal tidak mempunyai pengetahuan yang cukup maka keputusan investasinya menjadi tidak optimal bahkan bisa merugikan diri sendiri.

3. Dasar Pengambilan Keputusan Investasi

Seorang investor dalam pencapaian tujuannya yaitu untuk mencapai kesejahteraan (kesejahteraan keuangan), mendasarkan


(29)

keputusannya dalam berinvestasi dengan selalu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Eduarudus Tandelilin, 2001:6):

a. Tingkat Return

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan atau dalam bidang investasi keuntungan tersebut diistilahkan dengan return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukan merupakan suatu kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Return investasi dibedakan menjadi dua yaitu

return yang diharapkan (expected return) dan return realisasi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi oleh investor di masa yang akan datang, sedangkan return

realisasi atau actual return adalah tingkat return yang telah diperoleh investor di masa lalu.

Seorang investor dalam menginvestasikan dananya akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi telah

berlalu maka investor akan dihadapkan pada return yang

sesungguhnya ia peroleh. Antara tingkat return yang diharapkan perbedaan. Perbedaan tersebut merupakan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Jadi selain tingkat return, resiko merupakan suatu hal yang diperhatikan oleh investor dalam menginvestasikan dana yang dimilikinya.


(30)

b. Resiko

Suatu hal yang wajar jika dalam investasinya seorang investor mengharapkan return setinggi-tingginya, tetapi hal penting lainnya yang harus selalu dipertimbangkan adalah seberapa besar resiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Resiko dapat diartikan sebagai kemungkinan actual return yang berbeda dari return yang diharapkan.

Seorang investor yang tidak suka terhadap resiko (risk averse investors), tidak menyukai adanya resiko dan tidak mau mengambil resiko. Jika investasi tersebut tidak memberikan return yang layak sebagai suatu kompensasi dari resiko yang harus ditanggung maka investor tidak akan menginvestasikan modalnya. Jika investor tersebut rasional maka sikap dalam pengambilan keputusan investasinya sangat tergantung dari preferensi investor terhadap resiko. Jika investor akan berani berinvestasi pada investasi yang lebih besar resikonya tentunya dengan harapan return yang akan diterimal ebih besar pula. Demikian juga investor tidak akan mengharapkan return yang lebih tinggi jika ia tidak berani untuk menanggung resiko yang lebih tinggi.

c. Hubungan Tingkat Resiko dan Return yang diharapkan

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hubungan antara resiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linier yang artinya bahwa semakin tinggi resiko investasi


(31)

yang harus ditanggung semakin besar pula return return yang diharapkan, demikian sebaliknya.

B. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Jogiyanto (2000) pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekurutas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Suad Husnan, 1994:3). Pasar modal dapat juga diartikan sebagai pertemuan pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Eduarudus Tandelilin, 2001:3). Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, dinyatakan bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, dan lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Jadi dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan wahana untuk mempertemukan pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut sesuai dengan aturan yang berkaitan dengan efek dan sekuritas.


(32)

2. Peranan Pasar Modal Dalam Kegiatan Perekonomian

Berdasarkan pengertian tentang pasar modal diatas dapat diambil benang merah tentang pentingnya pasar modal bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal sangat bermanfaat bagi investor dan dunia usaha pada umumnya. Secara umum, manfaat dari keberadaan pasar modal adalah menyediakan sumber dana jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal, alternatif investasi, alat restrukturisasi modal perusahaan dan alat untuk melakukan divestasi.

Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana untuk mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan efek saham melalui prosedur IPO (initial Public Offering) atau efek utang (obligasi). Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemngkinan dan kesempatan untuk

memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan

karakteristik investasi yang dipilih. Jadi dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat


(33)

meningkatkan pendapatan perusahaan dan memberikan kemakmuran bagi masyarakat luas.

Ada beberapa alasan mengapa pasar modal lebih menarik dari pada lembaga penghimpunan dana lainnya. Pertama, pasar modal memungkinkan para investor untuk mempunyai berbagai macam pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi mereka sehingga pasar modal bisa memberikan alokasi dana yang lebih efisien. Kedua, dari sisi perusahaan, pasar modal merupakan alternatif pendanaan ekstern dengan biaya lebih rendah dari pada system lainnya seperti system perbankan. Ketiga, pasar modal memngkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham), dengan demikian perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio (perbandingan antara hutang dengan modal sendiri) yang cukup tinggi.

3. Instrument Pasar Modal

Instrumen pasar modal adalah efek (surat berharga) yang jenisnya adalah sebagai berikut:

a. Saham, adalah bukti kepemilikan seseorang atau badan atas

kepemilikan aset-aset suatu perusahaan yang menerbitkan saham dan merupakan bukti turut serta dalam perusahaan. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi, pada saat ini sistem tanpa warkat sudah mulai dilakukan di pasar modal Indonesia dimana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa


(34)

lembaran saham tetapi sudah berupa account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat, sehingga penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan mudah. Saham yang tercatat dalam Bursa Efek di Indonesia adalah saham atas nama artinya pemilik saham akan tercantum dalam daftar pemegang saham perusahaan tersebut. Saham dibagi menjadi dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferrend stock). Perbedaan dari kedua jenis saham tersebut adalah pada saham preferen memiliki kombinasi karakteristik antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti obligasi). Saham preferen juga lebih aman dibandingkan dengan saham biasa, karena memiliki hak klaim atas kekayaan perusahaan dan pembagian deviden terlebih dahulu. Sedangkan pemilik saham biasa

memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (one share

one vote), pemilik saham biasa juga memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.

b. Obligasi, adalah surat tanda hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan ataupun pemerintah yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi.

c. Obligasi konversi, adalah jenis obligasi yang dapat ditukarkan

(dikonversikan) dengan saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya.


(35)

d. Bukti right (right issue), adalah instrument derivatif dari saham. Right issue memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham baru tersebut yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham baru tersebut ditawarkan kepada pihak lain.

e. Waran (warrant), adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegang saham tersebut untuk membeli saham langsung dari perusahaan tersebut dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Berinvestasi melalui waran memberikan keuntungan yang tidak terbatas tetapi dengan potensi kerugian yang terbatas yaitu hanya sebesar premi waran di awal investasi. Harga waran sangat dipengaruhi oleh harga saham dasarnya, hal ini dikarenakan waran merupakan call options. Jadi harga waran akan memiliki harga tertinggi dan harga terendah. Batas harga tertinggi sebuah waran adalah sama dengan harga saham yang menjadi aset dasarnya. Sedangkan harga terendah sebuah waran adalah perbedaan antara harga sahamnya di bursa dengan exercise price-nya, dengan catatan perbedaan tersebut positif. Jika perbedaannya negative maka harga sebuah waran sama dengan nol. Harga terendah inilah yang disebut dengan nilai intrinsik sebuah waran. Semakin tinggi harga saham di bursa dibandingkan dengan exercise price-nya akan semakin tinggi harga sebuah waran karena semakin tinggi nilai intrinsiknya. Tetapi pada kenyataannya harga waran akan lebih besar dari nilai intrinsiknya.


(36)

f. Reksa dana (mutual funds), adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya telah menitipkan sejumlah uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal berinvestasi dipasar modal, pasar uang atau lainnya.

4. Mekanisme Perdagangan Pasar Modal

Mekanisme perdagangan di pasar modal mencakup dua tahap, yaitu:

a. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah pasar dimana untuk pertama kalinya efek baru dijual kepada publik atau pada saat IPO (Initial Publik Offering), jadi pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada para investor untuk pertama kalinya. Jika

perusahaan memutuskan utuk go public dan melemparkan saham

perdananya ke publik (initial publik offering), hal utama yang harus diperhatikan adalah tipe saham apa yang akan dilempar (saham yang memilki nilai nominal yang tinggi), berapa harga yang harus ditetapkan untuk selembar sahamnya dan kapan waktunya yang paling tepat. Pada umumnya, perusahaan menyerahkan permasalahan yang berhubungan dengan IPO ke banker investasi (investment banker) yang mempunyai keahlian di dalam penjualan sekuritas.

Banker investasi merupakan perantara antara perusahaan yang menjual saham kepada investor. Banker investasi akan menyediakan saran-saran yang penting yang dbutuhkan selama proses rencana


(37)

pelemparan sekuritas ke publik. Saran-saran yang diberikan dapat berupa tipe sekuritas apa saja yang akan dijual, harga dari sekuritas dan waktu pelemparannya. Banker investasi selain berfungsi sebagai pemberi saran (advisory function), banker investasi juga berfungsi sebagai pembeli saham (underwriting function) dan berfungsi sebagai pemasar saham ke investor (marketing function).

Penjualan sekuritas ke publik harus didukung dengan informasi dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku. Salah satu dari dokumen ini adalah prospectus

yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang dijual.

Proses perdagangan di pasar modal dimulai dari tersedianya peran profesional dan lembaga pendukung pasar modal. Dalam proses

penjualan sekuritas di pasar perdana, penjamin (underwriter)

membantu perusahaan emiten dalam menentukan harga perdana saham serta membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor. Selain penjamin, profesi lain yang berperan pada proses penawaran umum adalah akuntan publik, notaries dan konsultan hukum.

Proses selanjutnya adalah emiten akan menyerahkan pernyataan pendaftaran kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Bapepam akan mempelajari dokumen tersebut dan akan melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yaitu kelengkapan dokumen, kejelasan dan kecukupan informasi serta pengungkapan aspek


(38)

manajemen, keuangan, akuntansi, dan legalitas. Setelah mendapat pernyataan pendaftaran efektif dari Bapepam, maka emiten bersama dengan banker investasi akan melakukan penawaran umum di pasar perdana.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder merupakan pasar yang menunjukkan kegiatan perdagangan efek setelah diterbitkan atau dijual untuk pertama kalinya (emisi baru), jadi dilakukan setelah pasar perdana atau lebih dikenal sebagai perdagangan di bursa efek. Setelah sekuritas emiten dijual di pasar primer melalui banker investasi, tugas dari sindikat pembelian sekuritas telah selesai dan biasanya disebut dengan istilah “broken syndicate”. Sekuritas tersebut kemudian diperdagangkan untuk publik di pasar sekunder bersama-sama dengan sekuritas-sekuritas perusahaan lainnya. Pasar sekunder dapat dibedakan menjadi dua jenis pasar yaitu: 1) Pasar Bursa Saham (Stock Exchange)

Proses penjualan saham di stock exchange market (pasar modal atau bursa efek) umumnya menggunakan sistem lelang (auction) sehingga pasar sekunder ini juga sering disebut dengan

auction market (pasar lelang). Disebut pasar lelang karena transaksi dilakukan secara terbuka dan harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari anggota bursa yang meneriakkan


(39)

dan bid ask (harga permintaan tertinggi untuk beli). Pada umumnya pasar lelang memperdagangkan sekuritas dari perusahaan besar.

Transaksi antara penjual dan pembeli sekuritas di pasar lelang menggunakan perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli dan penjual. Dengan demikian investor tidak secara langsung melakukan transaksi di lantai bursa, tetapi diwakili oleh broker. Investor dapat memilih sendiri broker yang diinginkan, seperti misalnya full servise broker atau discount broker. Full servise broker menawarkan jasa yang lengkap termasuk memberi laporan-laporan secara rutin mengenai tren pasar dan prospek masa depan perusahaan kepada investor, memberikan pinjaman dan mengelola dana tersebut, membeli dan menjual sekuritas (order execution) serta mengurusi administrasi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (clearing). Sedang

discount broker hanya menawarkan jasa yang minimum dengan komisi yang rendah. discount broker biasanya hanya menawarkan jasa order execution dan clearing.

2) Over The Counter Market

Over The Counter (OTC) market merupakan pasar modal untuk perusahaan yang lebih kecil dibandingkan dengan yang terdaftar di stock exchange. OTC market menggunakan sistem negosiasi, yaitu harga ditentukan dengan cara negosiasi


(40)

(tawar-menawar) antara investor dan dealer. Oleh karena itu OTC market

sering disebut dengan pasar negosiasi (negotiated market).

Pasar negosiasi terdiri dari jaringan dealer yang menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi sekuritas, dengan cara membeli dari dan menjual ke investor. Sekuritas yang diperjualbelikan di pasar negosiasi adalah milik dealer sehingga dealer mendapat laba dari perbedaan harga jual dan harga beli. Dealer mendapat keuntungan karena dealer membeli sekuritas dan menjualnya kembali. Jadi pasar negosiasi terjadi karena adanya komunikasi langsung antara pembeli dan penjual sekuritas sehingga harga yang terjadi adalah harga hasil negosiasi langsung dari pihak-pihak yang bertransaksi tersebut.

C. Investor

1. Gambaran Investor

Menurut (Imron Rosyadi,2005:80) Sepanjang hidupnya manusia akan berusaha untuk mendapatkan penghasilan (dalam hal ini uang) dan akan mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Tidak mungkin penghasilan seseorang akan sesuai dengan keinginan konsumsinya. Terkadang penghasilan lebih besar dari konsumsinya, tetapi terkadang kita ingin mengkonsumsi barang yang mungkin kita tidak mampu membayarnya. Ketidakseimbangan ini akan mendorong kita untuk melakukan peminjaman uang atau membentuk tabungan untuk dikonsumsi di masa datang. Ketika penghasilan seseorang


(41)

melebihi konsumsinya maka dia akan menyimpan kelebihannya. Banyak kemungkinan yang dapat dilakukan manusia dalam memperlakukan simpanan ini, yang paling sederhana adalah menyimpannya di bawah bantal sampai suatu saat keinginan untuk mengkonsumsi timbul dan ia menggunakan uang tersebut. Pada menabung jenis ini jumlah uang yang dikumpulkan akan sama pada masa lampau dengan pada saat konsumsi dilakukan. Kemungkinan lain adalah seseorang dapat menyerahkan tabungannya untuk memperoleh lebih banyak uang di masa yang akan datang yang otomatis dapat digunakan untuk konsumsi yang lebih besar.

Trade off antara konsumsi saat ini dan konsumsi yang lebih besar di masa datang merupakan alasan utama seseorang menabung.

2. Penggolongan Investor berdasarkan waktu berinvestasi

Ketika seseorang menyerahkan tabungannya untuk investasi maka ia berharap akan menerima lebih besar di masa yang akan datang, sebaliknya jika seseorang meningkatkan konsumsinya dengan berhutang maka ia akan membayar lebih besar daripada yang ia bayarkan pada saat konsumsi dilakukan. Secara spesifik didefinisikan oleh (Reily dan Brown, 2009:21) bahwa :

Investasi adalah ”current commitment of dollars for a period of time in order to derive future payments that will compensate the investor for (1)the time funds are commited, (2) the expected rate of inflation, and (3)the uncertainty of the future payments”.

Dengan demikian investor dihadapkan pada berbagai pilihan dalam berinvestasi, yaitu pada fixed asset, investasi langsung atau berwiraswasta, investasi pada instrument keuangan atau pada Pasar Modal. Khusus pada


(42)

Pasar Modal penggolongan investor menurut jangka waktunya akan dibagi menjadi short term investment (trader) dan long term Investment. Sebelum

membahas lebih jauh mengenai perbedaan time horizon kedua jenis

investor ini penulis akan membahas terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan masing-masing :

a. Long Term Investor

Kelebihan long term Investment:

1) Secara umum investor dengan long time horizon akan menikmati gain yang lebih besar dibandingkan dengan para trader

2) Akan mendapat persentase pengembalian berkala dibandingkan

dengan trader

3) Tidak akan mengalami tekanan yang besar dalam mengamati

pergerakan saham sehingga secara psikologi tidak terlalu terbebani 4) Tidak terbebani oleh fee perdagangan

Kekurangannya berinvestasi dalam jangka panjang :

1) Akan memiliki return yang lebih rendah dalam jangka pendek 2) Akan sangat tergantung dari performa portofolio dan karena tidak

selalu mengikuti perkembangan pasar terkadang akan tertinggal. b. Short Term Investor

Kelebihan berinvestasi dalam jangka pendek atau Trading :

1) Jika berhasil maka akan mengahasilkan gain lebih besar

dibandingkan investasi pada instrumen lain.


(43)

Kekurangan berinvestasi dalam jangka pendek

1) Selalu membayar broker fee setiap melakukan transaksi

2) Harus selalu memantau pasar dan harus lebih siap menghadapi

kerugian yang besar.

Perbedaan investor dan trader lebih jauh dibedakan dalam keputusan awal dia mengambil keputusan dan bukan dari jangka waktu seseorang melakukan investasi. Seorang investor akan memiliki target (dalam persen) atas dana yang ditempatkannya, sedangkan seorang trader selalu berfikir dari waktu ke waktu akan ditempatkan di mana dana saya yang paling menguntungkan. Kedua hal ini terlihat sama, seorang investorpun akan memiliki pemikiran yang sama dengan trader bahwa dananya harus ditaruh ditempat yang paling menguntungkan. Perbedaannya adalah seorang investor ketika telah menentukan targetnya maka dia akan menunggu sampai target tersebut tercapai, tetapi sebaliknya seorang trader selalu membanding-bandingkan dan tidak memiliki target yang jelas, sehingga sering berganti-ganti portofolio dan berusaha mendapatkan gain setiap harinya.

3. Jenis Investor

Investor dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu investor individu dan investor institusi (Maginn and Tuttle, 1990).

a. Institusional Investor : Pihak dengan jumlah dana yang besar untuk diinvestasikan, dengan contoh Investment Companies, Reksadana, Perusahaan Efek, Dana Pensiun dan Investment Bank. Berdasarkan


(44)

definisi pihak-pihak ini dalam berinvestasi tidak banyak diatur oleh regulasi karena dengan pengetahuan yang mereka miliki dianggap akan mampu memproteksi diri mereka sendiri. Hal ini tidak terjadi di Indonesia, dimana aktivitas investasi Institusional Investor diberi regulasi lebih banyak dari Individual Investor karena jika terjadi Collaps maka efek domino dari kejatuhan Institusional Investor akan lebih luas.

b. Retail Investor : Investor Individual yang melakukan transaksi jual atau beli efek untuk dirinya sendiri dalam rangka mencari keuntungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Investor dalam kategori ini memiliki informasi yang terbatas dan tidak memiliki riset sendiri. Dalam pengambilan keputusan transaksinya lebih mengandalkan perasaan dan informasi yang didapat dari perusahaan efek tempat mereka bertransaksi.

Kedua investor tersebut mempunyai pandangan yang sedikit agak berbeda dalam berinvestasi. Jika investor individu sendiri diperhatikan berdasarkan jenis kelamin, perbedaan dalam memandang risiko dalam berinvestasi akan terjadi. Beberapa penelitian yang dilakukan Bajtelsmit dan Vanderhei (1996) serta Hinz dkk. (1996) menyatakan bahwa wanita lebih konservatif dalam menginvestasikan dana pensiunnya dibandingkan dengan laki-laki. Dalam mengklasifikasikan sikap terhadap risiko, Jianakoplos dan Bernasek (1996) menyatakan bahwa wanita lebih risk averse dibandingkan laki-laki. Selanjutnya, perbedaan antara investor


(45)

individu dengan institusi diperlihatkan pada tabel II.1 berikut ini. Perbedaan terletak pada pandangan terhadap risiko, kategori investasi, tujuan asset, keputusan yang diambil dan pajak.

Investor individu itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan risiko yang ditolerir, yaitu risk seeker, risk averter

dan risk neutral. Investor risk seeker adalah investor yang menyukai risiko dan bisa terjadi risiko lebih tinggi dari hasil yang diperolehnya. Investor neutral adalah investor yang besaran risiko seimbang dengan besaran tingkat pengembalian yang diperoleh. Biasanya, investor neutral ini dianggap investor yang moderat.

Tabel II.1 Perbedaan Investor Individu dan Institusi

Karakteristik Individu Institusi

Risiko Kategori Tujuan asset Keputusan Pajak

Kerugian uang Psychigraaphics Lofe-cycle Keputusan sendiri Pajak funal

Simpangan baku Karakter investasi Asset dan hutang Keputusan tim Bebas pajak Sumber: Jianakoplos dan Bernasek (1996)

Selanjutnya, investor risk averse, yaitu investor yang masih bisa mentolerir risiko yang kecil, bukan tidak mau menerima atau menghindari risiko. Jika dilihat dari sudut instrumen investasi tidak satupun yang memiliki risiko nol. Obligasi pemerintah pun masih mempunyai risiko walaupun berbagai pihak menyatakan nol. Risiko yang dihadapi investor


(46)

perubahan mata uang negara yang bersangkutan, risiko perubahan tingkat bunga dan risiko likuiditas dari obligasi tersebut.

Investor juga dapat dikelompokkan berdasarkan umur investor yang bersangkutan. Investor yang memiliki umur kurang dari 35 tahun merupakan investor yang dapat dimasukkan dalam kelompok berisiko tinggi. Pada kelompok ini investor masih bisa menerima risiko tinggi sehingga jantungnya tidak berdenyut. Jika diperhatikan pada kehidupan sehari-hari, kelompok umur ini yang masih mempertaruhkan segalanya untuk mendapatkan keinginannya. Jika dihubungkan dengan instrumen investasi, kelompok umur ini yang sangat layak ditawari saham dan derivatif. Gejolak harga saham tidak menjadi persoalan pada kelompok umur ini karena target yang diinginkan, yaitu tingkat pengembalian yang tinggi dalam jangka panjang.

Kelompok umur kedua yaitu kempok umur diantara 35 tahun sampai dengan 50 tahun. Kelompok ini dianggap mempunyai risiko moderat. Pada kelompok ini risiko yang diolerir seimbang antara risiko dan tingkat pengembalian. Jika diperhatikan dalam pekerjaannya, kelompok ini merupakan kelompok pada posisi karir moderat dan mendekati puncaknya. Investor kelompok ini akan mulai menurunkan proporsi saham dan menaikkan proporsi instrumen berpendapatan tetap. Jika investor kelompok ini berinvestasi pada Reksa Dana, Reksa Dana Campuran yang paling cocok.


(47)

Kelompok umur ketiga yaitu kelompok umur 50 tahun dan selanjutnya. Pada kelompok ini investasi yang dilakukan sudah sangat hati-hati karena takut akan kehilangan dana yang sudah dibangun selama ini. Kelompok ini dapat disebut sebagai penganut risk averse dan umumnya mendekati pensiun dan para pensiunan. Pada umumnya, kelompok ini menginginkan pendapatan yang teratur untuk membiayai hidup sehari-harinya. Oleh karena itu, kelompok ini tidak banyak menginvestasikan dananya pada saham dan umumnya pada instrumen yang secara reguler memberikan imbal hasil. Jika berinvestasi pada Reksa Dana, Reksa Dana Pendapatan Tetap yang cocok dan sedikit (maksimum 15 persen) pada Reksa Dana Saham. Jika investor sudah pensiun, sebaiknya berinvestasi pada instrumen berpendapatan tetap. Tindakan ini untuk menghindari risiko dan memastikan pendapatan reguler untuk kehidupan sehari-hari.

Gambar II.1 memperlihatkan lima karakteristik personalitas investor. Karakteristik lima investor ini diperkenalkan oleh Bailard dkk. (1986). Terdapat dua sumbu vertikal dan sumbu horizontal, sumbu vertikal menunjukkan aspek psychology confident – anxious dan sumbu horizontal menunjukkan aspek psychology careful – impetuous.

Ada empat karakteristik investor, yaitu individualist, adventurer, guardian dan straight arrow. Individualist adalah seseorang yang cenderung menghindari volatitas yang ekstrim, dan ia mempunyai keinginan yang tinggi dan yakin serta tidak ingin terburu-buru. Investor


(48)

jenis ini suka melakukan riset sendiri dan dapat disebut klien yang ideal dan rasional sebagai investor.

Gambar II.1 Karakteristik Personalitas Investor

Confident

Individualist Adventurer Straight

Arrow

Careful Impetuous Guardian Celebrity

Anxious

Sumber: Bailard dkk. (1986)

Sedangkan adventurer adalah seseorang yang suka melakukan pekerjaan sendiri tanpa mengharapkan bantuan orang lain. Ia mempunyai keyakinan yang tinggi dan biasanya berpenampilan seperti seorang pengusaha. Investor yang bersifat adventurer sangat sulit menerima nasihat orang lain. Ia merasa mempunyai pengetahuan yang cukup, pikiran serta ide dalam berinvestasi tanpa harus minta pendapat orang lain. Di samping itu, seorang adventurer sangat berani menanggung risiko, sehingga sangat berkonsentrasi pada perjudiannya, sangat terdiversifikasi dan memiliki banyak asset.


(49)

Guardian adalah kelompok yang sangat hati-hati berspekulasi dan kurang yakin terhadap tawaran investasi dan lebih menyukai yang aman saja untuk melindungi dan mengembangkan kekayaannya untuk masa depan. Artinya, kelompok ini tidak suka volatilitas tinggi, tidak mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa mendatang sehingga membutuhkan arahan untuk berinvestasi.

Sementara itu straight arrow merupakan kelompok yang tidak termasuk dalam keempat kelompok di atas. Kelompok ini merupakan kelompok investor rata-rata dan dianggap relatif seimbang dari empat karakteristik tadi. Kelompok ini biasanya memahami terjadinya risiko investasi yang sedang dilakukannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karakteristik investor sangat penting karena bermanfaat untuk membangun portofolio.

Pemahaman atas karakteristik pribadi investor serta risiko yang ditolerir akan memberikan penentuan alokasi aset investasi yang sesuai dengan investor. Seringkali para investor tertipu karena tidak memahami tujuan investasi, toleransi risiko dan karakteristik pribadi sehingga investor melakukan investasi tanpa perhitungan, bahkan hanya mengekor.

4. Penyebab Naik Turunnya Kepercayaan Investor

Beberapa kali Pasar Modal Indonesia mendapat pukulan besar yang terlihat dari pergerakan IHSG yang turun drastis pada beberapa periode dan terakhir pada 2008 dengan kasus Sub Prime Mortgage di Amerika yang dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Pasar Modal


(50)

Indonesia saat ini dapat dikatakan telah terintergrasi dengan dunia internasional karena selain mayoritas investor yang ada saat ini dkuasai oleh asing secara nilai. Investor asing tidak hanya mencari secara gain di pasar modal Indonesia tetapi juga melihat di berbagai pasar modal dunia dan dapat memindahkan investasinya kapanpun mereka inginkan. Resiko yang perlu diperhatikan agar investor asing tetap bertahan di Indonesia secara teori adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang di suatu negara sehingga investor internasional menghitung yield mana yang terbesar jika ditukarkan ke mata uang milik mereka. Dengan dasar tersebut maka yang perlu diperhatikan atau mengubah persepsi terhadap pasar modal Indonesia adalah:

1) Tingkat hutang dan surplus atau defisit perdangan nasional

2) Tingkat Inflasi domestik dan internasional dan ekspektasi investor akan tingkat inflasi

3) Tingkat suku bunga domestik dan internasional dan ekspektasi investor akan tingkat suku bunga yang ingin mereka terima

4) Keadaan politik dan keamanan baik global maupun regional baik yang berhubungan langsung dengan financial instrumen maupun yang tidak langsung.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Investor Dalam

Berinvestasi Saham Di Pasar Modal

Sebenarnya apa yang membuat investor tertentu berhasil melakukan investasi, sementara investor lain gagal. Ada enam faktor yang akan


(51)

menunjukkan kepada Investor Berhasil atau tidaknya berinvestasi saham dipasar modal. Keenam faktor tersebut akan membedakan antara investor satu dengan yang lainnya, sebagai berikut (Sawidji Widoatmojo, 2008:64) :

1. Horizon

Horizon adalah jangka waktu keterikatan modal pada investasi. Jelasnya seberapa lama investasi akan dilakukan pada suatu instrumen investasi atau portofolio. Ada tiga horizon standar dalam investasi keuangan, yaitu jangka pendek, jangka menengah atau sedang, dan jangka panjang. Horizon investasi jangka pendek adalah investasi dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Sedang untuk horizon investasi jangka panjang adalah melakukan investasi lebih dari lima tahun. Semakin lama investor menjual kembali saham, maka semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Pada tabel II.2, dikolom Horizon terdapat tiga jenis horizon: bebas, ringan dan panjang. Selain bebas, horizon lain memang sudah lazim dikenal dalam dunia investasi keuangan. Yang dimaksud horizon bebas pada kolom ini adalah investor bisa memilih ketiga horizon standar yang ada, yaitu jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Dengan demikian, pada horizon bebas ini investor tidak terikat pada salah satu horizon standar. Yang dimaksud dengan horizon ringan adalah investor dapat memilih jangka waktu pendek hingga menengah yang kurang dari 1


(52)

tahun. Yang dimaksud dengan horizon panjang adalah investor memilih jangka waktu panjang yang lebih dari 1 tahun.

Mengetahui jangka waktu dalam berinvestasi belumlah cukup, sehingga seorang investor harus mengetahui cara berinvestasi yang dapat menimbulkan capital gain. Dengan adanya cara-cara tersebut membuat aturan investasi harus ditaati. Ada 9 cara berinvestasi yang dapat diadopsi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kesembilan cara berinvestasi itu adalah:

a. Follow Rain Maker

Rain maker adalah investor yang sudah terbukti mempunyai rekam jejak (track record) lebih sering mengantongi keuntungan daripada merugi.

b. Backing Winner

Backing winner bukanlah berarti harus memenangkan seluruh transaksi. Istilah ini memang tidak bisa diterjemahkan secara harafiah, tapi bisa diceritakan seperti ini. Sebagian besar pendapat mengatakan berinvestasi dipasar keuangan terutama saham hanya member imbalan hasil sedikit di atas inflasi. Jadi cara ini akan membimbing semua investor untuk mendapatkan keuntungan dan dianjurkan untuk investor pemula.

c. Specialist

Meskipun cara ini bukan jaminan untuk meraup keuntungan yang besar, membeli saham-saham tertentu saja bisa menjadi cara


(53)

berinvestasi yang baik. Dengan demikian cara Specialis ini hanya dengan melakukan investasi pada instrument investasi yang dipahami saja untuk mendapatkan keuntungan.

d. Earning Acceleration

Berinvestasi dengan cara keempat ini menuntut sedikit pengetahuan. Paling tidak investor menguasai dasar-dasar akuntansi atau mempunyai skil dalam bidang analisis kuantitatif. Selain itu investor juga harus bersedia mengalokasikan waktu yang lebih banyak terutama digunakan untuk melakukan analisis. Berinvestasi dengan cara ini juga mengandung risiko yang lebih besar.

e. Outsider Information

Berinvestasi dengan cara ini adalah mengandalkan keputusan investasi pada informasi dari outsider information. Yang dimaksud dengan

outsider information adalah informasi tentang perusahaan yang diperoleh dari orang-orang diluar perusahaan. Cara ini beranggapan bahwa pendapat atau analisis dari orang-orang diluar perusahaan lebih objektif dibanding pandangan orang-orang di dalam perusahaan. f. Backing Good Business

Cara ini mirip dengan backing winner, namun Backing Good Business

lebih canggih. Cara berinvestasi dengan Backing Good Business lebih banyak membutuhkan energi dan lebih menuntut skil di bidang akuntansi. Pada intinya cara seperti ini adalah berinvestasi dengan memilih saham-saham perusahaan yang memiliki bisnis terbaik.


(54)

g. Investment Company

Berinvestasi dengan cara ini adalah mempercayakan “nasib” investasi kepada perusahaan investasi (Investment Company).yang dimaksud dengan perusahaan investasi adalah perusahaan yang profesinya mengelola investasi. Yang termasuk perusahaan investasi adalah reksadana (mutual fund) dan kontrak investasi kolektif (trust).

h. Derivative

Berinvestasi dengan membeli produk-produk derivative lebih canggih dari berinvestasi pada instrument investasi konvensional, seperti saham. Yang dimaksud dengan produk derivative adalah instrument investasi yang diturunkan dari instrumen konvesional (saham dan obligasi). Pada prinsipnya, berinvestasi dengan cara ini adalah melakukan investasi dengan cara yang lebih kompleks.

Tabel II.2

Pertemuan Investor Rule dan Investment Rule

Cara Horizon Dana Resiko Waktu Kontak Skill Tipe

Investor

1 Bebas Bebas Sedang Bebas Bebas Bebas 3

2 Bebas Bebas Sedang Sedang Bebas Bebas 1,3

3 Sedang Panjang

Bebas Sedang Sedang

Banyak Disyaratkan Sedang Tinggi 2,3 4 Sedang Panjang

Bebas Sedang Sedang

Banyak Bebas Sedang Tinggi 2,3 5 Sedang Panjang Bebas Sedang Tinggi

Banyak Membantu Sedang 1,2

6 Panjang Bebas Sedang Sedang Membantu Sedang 2 (1,3)

7 Panjang Bebas Sedang Sedang Bebas Bebas 2

8 Bebas Bebas Rendah Sedikit Tinggi Rendah 2

9 Bebas Banyak Tinggi Sedang Banyak

Bebas Sedang Tinggi

1,2 Sumber : Sawidji Widoatmojo (2008)


(55)

2. Ketersediaan Dana

Untuk bisa melakukan investasi, semua investor tanpa terkecuali harus memiliki modal. Modal ini berupa dana moneter berupa sejumlah rupiah (boleh juga dolar) yang sudah dialokasikan secara khusus, yaitu khusus untuk membiayai investasi. Jadi, dana dari anggaran operasional rumah tangga (misalnya dana belaanja bulanan) tidak bisa digunakan untuk berinvestasi. Dengan demikian Anda harus mengalokasikan dana tersendiri untuk “belanja” investasi ini.

Sama dengan horizon, standar ketersediaan dana ada tiga kategori, yaitu sedikit, sedang, dan banyak. Sayangnya tidak tersedia standar pasti seperti pada horizon. Untuk modal sedikit, misalnya, tidak ada jumlah rupiah yang pasti yang dapat digunakan sebagai tolak ukur, bahwa modal tersebut sedikit. Jadi sedikit atau banyak ini relatif. Sedikit bagi investor tertentu, mungkin sudah banyak bagi investor lain.

Pada tabel II.2 hanya tercantum kategori bebas dan banyak. Untuk kategori bebas sebenarnya mencakup sedikit dan sedang (tapi bisa juga banyak). Kategori ini sebenarnya tidak menentukan persyaratan nilai dana yang tersedia. Berapa pun dana yang tersedia bisa melakukan investasi. Untuk bisa melakukan investasi dengan cara 1, misalnya investor bebas memiliki jumlah dana berapa pun. Tapi untuk bisa melakukan investasi dengan cara 9, investor harus memiliki dana yang banyak.


(56)

3. Sensitivitas Terhadap Resiko

Investasi tidak bisa dipisahkan dari risiko. Hubungan keduanya adalah searah. Semakin tinggi imbal hasil yang ditawarkan suatu investasi, semakin tinggi pula risiko yang harus diterima investor. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah imbal hasil yang diberikan suatu investasi, semakin rendah pula risikonya.

Seperti pula pada ketersediaan dana, risiko juga terdiri tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Sayangnya, sama seperti ketersediaan dana, tidak ada kata sepakat untuk menilai suatu investasi berisiko tinggi atau rendah. Sebab risiko ini amat relatif bagi masing-masing orang. Ada orang yang berani menghadapi risiko yang tinggi (disebut risk taker), tapi ada pula yang orang kecil nyalinya bila harus menanggung risiko (disebut risk overter).

4. Waktu yang Tercurah

Melakukan investasi tidak ubahnya menanam tanaman. Perlu waktu untuk memeliharanya. Seperti menyiram dan memupuk serta memberi vaksin. Jelasnya berinvestasi membutuhkan waktu untuk memerhatikan perkembangan investasi. Kebutuhan waktu ini berbeda diantara cara berinvestasi. Untuk berinvestasi dengan cara 1, waktu yang perlu dicurahkan adalah sedang. Jika Anda memilih cara berinvestasi nomor 5, maka waktu yang dibutuhkan banyak. Sebaliknya jika memilih cara berinvestasi nomor 8, hanya sedikit waktu yang diperlukan. Karena pada


(57)

cara nomor 8 ini, proses investasi lebih banyak dilakukan oleh perusahaan investasi.

Dengan demikian, mengenai waktu yang dicurahkan ini, ada tiga kategori, yaitu sedikit, sedang dan banyak. Tetapi kuantitas waktu yang tercurah ini belum ditemukan standar yang pasti. Kategori waktu sedikit berarti bahwa investor mempunyai waktu yang sedikit untuk melakukan monitoring terhadap investasinya, sedangkan waktu sedang bahwa investor memiliki waktu yang cukup tetapi tidak terlalu banyak. sedangkan waktu banyak bahwa investor memiliki waktu yang cukup untuk memonitor investasinya atau dalam arti investor tidak memiliki pekerjaan selain menjalankan investasinya. Barangkali untuk cara berinvestasi nomor 9 diperlukan waktu yang relatif banyak, sebab investor perlu memonitor investasinya dari waktu ke waktu.

5. Pengetahuan dan Pengalaman

Apakah mungkin orang yang baru masuk jadi karyawan langsung bergaji tinggi? Apakah mungkin karyawan yang berpendidikan rendah mendapatkan gaji yang tinggi? Apakah ada orang yang baru mulai berbisnis langsung mengantongi keuntungan yang banyak? Jawabannya tentu tidak mungkin. Demikian pula dengan pendapatan (income). Dia tidak bisa datang dalam jumlah besar tanpa sebab. Pendapatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan pengalaman. Artinya, semakin tinggi pengetahuan dan semakin banyak pengalaman maka semakin besar kemungkinan mendapatkan pendapatan yang tinggi.


(58)

6. Itensitas Kontak dengan Industri Investasi

Perbedaan paling penting dari berinvestasi di pasar keuangan (financial market) dengan berinvestasi di sektor riil adalah diperlukannya secara mutlak profesi-profesi yang ada pada industri investasi untuk membantu proses transaksi. Jelasnya berinvestasi di pasar keuangan tidak bisa dilakukan secara langsung oleh investor, melainkan harus menggunakan jasa para profesional di industri investasi, seperti perusahaan broker, manajer investasi, penasihat investasi dan yang lainnya.

Itensitas kontak dengan industri investasi itu bebas, diisyaratkan, membantu, dan tinggi. Bebas berarti bahwa investor bebas memilih apakah akan menggunakan jasa broker atau tidak. Di isyaratkan bahwa investor lebih baik untuk menggunakan jasa manajer untuk mengamankan investasi dari kerugian. Membantu bahwa investor lebih baik menggunakan jasa manajer untuk membantu dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi. Tinggi bahwa investor harus menggunakan jasa manajer investasi dikarenakan jenis investasi yang diambil oleh investor tergolong investasi dengan tingkat resiko yang sangat tinggi, sehingga kerugian dapat diminimalkan. Meskipun kehadiran profesional investasi mutlak diperlukan, namun intensitasnya berbeda diantara cara berinvestasi. Untuk cara berinvestasi nomor 1, misalnya, intensitas kontak antara investor dengan profesional investasi bebas. Ini berarti, investor bisa melakukan kontak dengan profesional investasi dengan intensitas rendah sampai


(59)

tinggi. Sementara itu untuk berinvestasi dengan cara nomor 8, intensitas kontak yang diperlukan tinggi. Jelas saja, karena cara ini menyerahkan semua aktivitas investasi kepada perusahaan investasi, sehingga investor perlu sering berkomunikasi dengan perusahaan investasi.

7. Skill Analisa

Kemampuan melakukan analisis memang diperlukan dalam investasi, namun tidak semua orang memiliki kemampuan untuk melakukan analisis ini, apalagi untuk orang yang kebetulan tidak memilih bidang ekonomi sebagai fokus studinya. Meskipun demikian bukan berarti orang yang tidak mempunyai kemampuan melakukan analisis itu tertutup kemungkinannya untuk melakukan investasi. Kesempatan masih terbuka lebar bagi kelompok ini. Sebab kelompok ini bisa memanfaatkan jasa para profesional di industri investasi.

Keahliah melakukan analisis ini memiliki tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori rendah adalah mereka yang tidak mengerti sama sekali mekanisme maupun perhitungan laporan keuangan perusahaan dan juga tidak mampu memahami kaitan antara peristiwa tertentu dengan perubahan harga sekuritas. Jika Anda termasuk kategori ini lebih baik memilih cara berinvestasi nomor 8. Sedang yang termasuk dalam kategori memiliki keahlian analisis sedang adalah mereka yang sebenarnya mengerti mekanisme dan perhitungan laporan keuangan perusahaan dan memiliki kemampuan pula untuk menginterpretasikan hubungan peristiwa dengan harga-harga sekuritas, namun mereka ini tidak


(60)

memiliki waktu untuk melakukan analisis. Bisa juga terjadi kelompok ini terdiri mereka yang sudah memiliki ilmu yang berkaitan dengan ekonomi dan bisnis tapi tidak memiliki akses data yang diperlukan. Jika Anda termasuk dalam kategori ini bisa memilih cara berinvestasi nomor 5.

Kategori memiliki keahlian analisis tinggi adalah mereka yang memiliki kemampuan memahami mekanisme dan perhitungan laporan keuangan perusahaan, bahkan mampu membuat laporan itu sendiri. Selain itu kelompok ini juga masih dikaruniai kemampuan untuk menafsirkan hubungan peristiwa dengan pergerakan harga-harga sekuritas. Bahkan tidak sedikit dari kelompok ini yang menguasai software-software analisis. Jika Anda termasuk dalam kategori ini bisa memilih cara berinvestasi nomor 3, 4 atau 9.

Setiap orang memiliki gaya masing-masing dalam berinvestasi yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya. Kepribadian seseorang adalah unik dan beragam sehingga tidak mungkin membahasnya satu per satu. Namun secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga tipe karakteristik atau yang disebut dengan tiga tipe investor yakni:

a. The Visionary

Meskipun tipe ini ditempatkan dinomor wahid bukan berarti tipe ini yang terbaik. Mereka ini adalah orang-orang yang selalu mampu menampilkan gagasan besar dan juga mampu memberikan gambaran apa yang akan terjadi di masa depan. Orang seperti ini memliki ciri-ciri


(61)

seperti ini: brilian, karismatik, non-kompromi, eksentrik, inovatif, dan pemimpi.

b. The Analyst

Orang yang bertipe analis adalah mereka yang selalu mengambil keputusan berdasarkan fakta dan angka, bukan atas dasar gagasan dan ramalan seperti orang bertipe visionary. Orang seperti ini memiliki ciri-ciri seperti berikut: brilian, rasional, bekerja dengan angka, berfikir hitam-putih, yakin ada jawaban jika tersedia data dan fakta untuk dianalisis.

c. The Doer

Tipe ketiga ini adalah the doer yang artinya pelaksana. Pelaksana pada tipe investor adalah mereka yang memiliki kemampuan merealisasikan apa yang sudah direncanakan. Orang seperti ini memiliki ciri-ciri seperti berikut: terampil dalam aplikasi, implementasi konsep, dan pragmatis.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Tim study Badan Pengawas Pasar Modal (2009) mengenai riil investor di pasar modal Indonesia. Hasil penelitiannya adalah secara umum, Perkembangan Pasar Modal idealnya diikuti oleh perkembangan jumlah investor yang memadai. Data mengenai investor di Pasar Modal Indonesia saat ini tersebar di berbagai lembaga (Biro Administrasi Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia, Perusahaan Efek, Manajer Investasi dan Bank Kustodian) untuk kepentingan masing-masing


(62)

lembaga tersebut. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui survey dan studi literatur. Populasi dalam penelitian ini adalah investor retail lokal yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia. Dari hasil analisa yang dilakukan maka dapat di ambil kesimpulan bahwa jumlah investor di Pasar Modal Indonesia per 30 November 2009 masih sangat minim yaitu 441.925 Investor dengan persepsi investor Indonesia yang masih positif terhadap Pasar Modal Indonesia namun memiliki tingkat keyakinan yang berlebihan pada Perusahaan Efek.

Penelitian yang dilakukan oleh Aulia Fuad Rahman dan Alwan Sri Kustono tentang hubungan harga teoritis saham right issue terhadap gain/loss

investor. Hasil penelitiannya adalah secara umum, emiten menerbitkan bukti

right dengan harga yang lebih rendah atau paling tidak sama dengan harga pasar saham yang sedang berlak di bursa efek ketika penerbitan right tersebut. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memberikan daya tarik bagi investor untuk membeli sertifikat bukti right, karena dengan demikian investor dapat mengharapkan keuntungan (gain) pada masa yang akan datang.

Hasil pengujian korelasi antara harga teoritis saham right issue dengan

gain/loss investor menunjukkan adanya hubungan yang negative dan secara statistic signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan

right issue oleh emiten, investor mengalami kerugian pada semua periode penelitian yaitu 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 hari setelah tanggal ex-right.


(63)

F. Kerangka pemikiran

Gambar II.2 Kerangka Pemikiran

Investor pada umumnya menginvestasikan dananya melalui sarana yang dapat memberikan return yang memadai, sehingga return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. (jogiyanto, 2000).

Keberhasilan suatu investor biasanya ditandai dengan adanya tingkat keuntungan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan investor, diantaranya seperti pengalaman investor, lama menjual sahamnya kembali, tingkat pendidikan, dan jumlah modal.

Pengalaman investor dapat mempengaruhi keberhasilan investor dalam berinvestasi di Bursa Efek Indonesia karena semakin banyak pengalaman yang dimiliki, maka semakin banyak pula peluang-peluang yang dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk investasi di pasar modal, terutama saham, cukup banyak faktor yang menentukan

Investor Saham Keberhasilan Investor

(Capital gain) Pengalaman

Investor Lama Menjual Sahamnya Kembali

Tingkat Pendidikan


(1)

saham kembali, tingkat pendidikan, dan tingkat modal. Untuk menguji pengaruh keempat faktor tersebut terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Surakarta digunakan analisis regresi linier.

1. Pengaruh Pengalaman Investor terhadap keberhasilan investor dalam

berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Hasil analisis berhasil membuktikan bahwa pengalaman investor saham berpengaruh positif terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin banyak pengalaman investor, semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Tujuan investasi selalu mengarah pada maksimalisasi keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan atau imbal hasil yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan investasi. Dalam kaitan ini, investor selalu berusaha untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan investasi dan berusaha bagaimana faktor-faktor tersebut bekerja agar mendukung keberhasilan investasi yang dilakukannya.

Semakin banyak pengalaman investor, semakin banyak pula peluang-peluang yang dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk investasi di pasar modal, terutama saham, cukup banyak faktor yang menentukan keberhasilan investasi. Iklim investasi yang kondusif, yaitu: kondisi makro ekonomi, stabilitas politik dan sosial selalu menjadi faktor penting. Namun, investor tidak bisa


(2)

commit to user

berbuat apa-apa terhadap faktor ini. Faktor lain cukup banyak, misalnya: strategi investasi, hingga peran broker dalam memberikan layanan kepada investor. Sedikit banyak, peran perusahaan broker atau sekuritas ikut menentukan keberhasilan investasi di pasar modal.

2. Pengaruh Lama Menjual Kembali Saham terhadap keberhasilan investor

dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Hasil analisis memberikan bukti empiris bahwa lama menjual kembali saham berpengaruh positif terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Semakin lama investor menjual kembali saham, maka semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Salah satu kunci keberhasilan investasi adalah tersedianya dana investasi yang secara teratur disisihkan dari penghasilan karena tanpa adanya modal hampir tidak mungkin melakukan investasi. Pada umumnya investor menerima penghasilan secara bulanan. Alangkah baiknya jika sebagian penghasilan dapat disisihkan bagi kebutuhan masa depan sebagai sumber dana bagi investasi.

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap keberhasilan investor dalam

berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari uji t dengan p>0,05. Tinggi rendahnya pendidikan responden tidak


(3)

berpengaruh terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam berinvestasi saham tidak mutlak harus mempunyai pendidikan yang tinggi. Keberhasilan investor dalam berinvestasi saham lebih dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan dalam diri seorang investor. Pencapaian keberhasilan

investor dalam berinvestasi saham diperluas melalui

pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam berbisnis saham.

4. Pengaruh Jumlah Modal terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jumlah modal berpengaruh positif terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Semakin besar investor menanamkan investasinya, maka semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. Investor harus mampu memanajemen penggunaan modal investasinya untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal. Investor yang terlalu berhati-hati dalam menggunakan modalnya juga akan berdampak buruk, seperti investor tidak berani membeli saham yang sudah naik terlalu banyak, investor mencari saham yang belum naik yang kenyataannya tidak kunjung naik, investor mencintai saham tertentu, investor tidak berani menjual sahamnya yang sedang rugi untuk pindah ke saham yang sedang naik, atau investor terlalu cepat merealisasikan keuntungan yang didapat dan memperlakukan saham yang merugi sebagai investasi jangka panjang.


(4)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya terhadap pengaruh faktor yang mempengaruhi keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengalaman investor saham berpengaruh positif terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari nilai t statistik sebesar 2,344 (p<0,05). Semakin banyak pengalaman investor, semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

2. Lama menjual sahamnya kembali berpengaruh positif terhadap

keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari nilai t statistik sebesar 2,395 (p<0,05). Semakin lama investor menjual kembali saham, maka semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia. 3. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan

investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari nilai t statistik sebesar 0,993 (p>0,05). Dalam berinvestasi saham tidak mutlak harus mempunyai pendidikan yang tinggi. Keberhasilan investor dalam berinvestasi saham lebih dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan dalam diri seorang investor


(5)

4. Jumlah modal terhadap keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan dari nilai t statistik sebesar 2,535 (p<0,05). Semakin besar investor menanamkan investasinya, maka semakin besar peluang keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia

5. Faktor jumlah modal saham berpengaruh paling besar terhadap

keberhasilan investor dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Investor saham sebaiknya mengikuti pelatihan di bidang perdagangan

saham terlebih dahulu, sehingga mereka dapat melakukan analisa saham baik secara fundamental maupun teknikal dengan tujuan agar dapat menekan faktor resiko yang ada. Trading saham tanpa pelatihan yang baik hanya akan terjerumus dalam spekulasi dan bukan investasi.

2. Saran untuk yang melakukan investasi saham secara langsung sebaiknya tidak serta merta menempatkan 100% porsi investasi tersebut kedalam portfolio investasi saham, melainkan dapat dilakukan secara berkala dan meningkat secara bertahap karena kesuksesan memerlukan pengalaman dan pengalaman adalah pembelajaran.

3. Model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan

Adjusted R2 yang masih rendah (31%), oleh karena itu terdapat

kemungkinan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel baru yang lebih mempengaruhi keberhasilan investor dalam berinvestasi saham.


(6)

commit to user

4. Perusahaan efek diharapkan dapat memberikan kenyamanan dengan cara

memberikan informasi yang terbuka, memberikan pertimbangan akan resiko dan keuntungan jika akan berinvestasi, serta keamanan kepada dana investor seiring kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan efek sehingga keberhasilan berinvestasi saham akan dirasakan oleh investor. 5. Pengawasan oleh Otoritas dan SRO’s harus diperketat mengingat sebagian

besar Investor terbuai oleh kenaikan harga saham yang terlalu cepat atau penurunan harga saham yang drastis, dikhawatirkan dengan terjadinya pergerakan tersebut di pasar modal maka investor dapat terlindungi dengan cara melakukan suspensi terhadap saham persahaan tersebut.