SISTEM DISTRIBUSI PUPUK UREA BERSUBSIDI PADA PT PUPUK KALIMANTAN TIMUR.

(1)

LAPORAN PENELITIAN

SISTEM DISTRIBUSI PUPUK UREA BERSUBSIDI PADA PT.PUPUK KALIMANTAN TIMUR

OLEH :

Ir. I GUSTI AYU AGUNG LIES ANGGRENI, M.Par

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul “Sistem Distribusi Pupuk Urea Bersubsidi Pada PT.Pupuk Kalimantan Timur”. Tujuan penulisan semata -mata untuk berbagi pengetahuan dengan para pembaca, serta untuk menambah wawasan.

Di atas segalanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dorongan, bimbingan, arahan, dan bantuannya, baik teman-teman di Prodi Agribisnin maupun seluruh staff PT.Pupuk Kalimantan Timur yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah mendukung dan banyak memberikan masukan dan arahan selama kegiatan penelitian. Kepada Bapak Ir. Agus Purwoko, selaku kepala kantor pemasaran PT.Pupuk Kalimantan Timur maupun Bapak Ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah memberikan ijin untuk melakukan kegiatan penelitian, juga disampaikan ucapan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan laporan penelitian ini sangat dinantikan. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 28 Januari 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan... ...2

1.4 Manfaat Penulisan... ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Saluran Distribusi...3

2.2 Jenis-Jenis Saluran Distribusi...4

2.3 Fungsi Saluran Distribusi...4

2.4 Perantara Pemasaran... ..5

2.5 Penentuan Jumlah Perantara pada Setiap Tingkat Saluran...6

2.6 Bauran Distribusi...7

2.7 Pengertian Pupuk Urea... ...8

2.8 Pengertian Pupuk Bersubsidi...8

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian... ...9

3.2 Jenis Data ...9

3.3 Metode Pengumpulan Data...9

3.4 Metode Analisis Data...10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan...11

4.2 Struktur Organisasi...12

4.3 Produk yang Distribusikan...15

4.4 Pihak Terkait Dalam Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi...17

4.5 Sistem Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi...20


(4)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan...24 5.2 Saran... ...24 DAFTAR PUSTAKA...25 LAMPIRAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Liberalisasi pasar pupuk awal 1999 mengatur distribusi pupuk tidak lagi monopoli Pusri. Tetapi dapat dilakukan oleh berbagai pihak sesuai mekanisme pasar. Kebijakan ini terbukti memperpendek dan memperbanyak jalur distribusi pupuk sehingga petani dapat membeli dari berbagai sumber dan relatif selalu tersedia dengan harga yang ce nderung lebih murah.

Pasar bebas mendorong persaingan yang ketat antar pelaku yang terlibat dalam kegiatan distribusi, sehingga asas efisensi ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Akibatnya, arah distribusi pupuk tidak lagi berdasarkan alokasi kebutuhan petani, melainkan lebih berdasarkan pada besarnya keuntungan yang diperoleh, termasuk melakukan ekspor dan impor. Perubahan arah tersebut menyebabkan munculnya kelangkaan pupuk Urea di daerah-daerah. Fenomena kelangkaan dan tingginya harga pupuk merupakan permasalahan yang seharusnya tidak terjadi karena produksi pupuk dalam negeri jauh melebihi kebutuhan, bahkan Indonesia merupakan eksportir pupuk Urea.

Bila gejala tersebut terus berlanjut dikhawatirkan produksi beras akan terganggu. Berdasarkan permasalahan tersebut, pemerintah harus menerapkan kembali kebijakan pengendalian distribusi pupuk Urea. Padahal pupuk Urea sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan mutu komoditas hasil pertanian. Kita ketahui bahwa daya beli petani relatif lemah. Untuk itu, pemerintah menetapkan kebijakan subsidi pupuk. Namun terkadang dengan adanya subsidi ini, sering disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Mereka membeli dengan harga yang telah disubsidi, kemudian menjual kembali ke petani d engan harga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pengawasan dalam pendistribusian pupuk perlu diperhatikan agar penyalurannya dapat tepat sasaran. Salah satu sistem penyaluran yang telah diterapkan oleh PT. Pupuk Kalimantan


(6)

Timur untuk menghindari penyelewengan pupuk Urea bersubsidi, yaitu sistem pipa tertutup dengan menggunakan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun hal yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini yaitu bagaimana sistem yang diterapkan oleh PT. Pupuk Kalimant an Timur dalam mendistribusikan pupuk Urea bersubsidi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penyusunan laporan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sistem yang digunakan dalam penyaluran pupuk Urea bersubsidi pada PT. Pupuk Kalimantan Timur.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Saluran Distribusi

Untuk perusahaan industri, saluran pemasaran atau saluran distribusi merupakan hal yang sangat penting diperhatikan guna penyampaian produk sehingga sampai kepada konsumen. Suatu produk tidak akan banyak berguna bagi konsumen, bila produk tersebut tidak tersedia pada saat dan tempat di mana seorang konsumen memerlukannya. Dalam rangka kegiatan mempelancar aais barang atau jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah menetapkan secara tepat saluran distribusi yang akan digunakan dalam rangka menyalurkan barang atau jasa dan produsen ke konsumen.

Saluran pemasaran disebut juga dengan saluran perdagangan atau saluran distribusi dan dapat didefinisikan ke dalam berbagai cara. Pada umumnya definisi yang ada memberikan gambaran tentang saluran distribusi ini sebagai rute atau jalur. Menurut Kotler (2002: 558) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung, yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Menurut Fandy Tjiptono (2002: 158) pendistribusian adalah kegiatan pemasaran yang berusaha mempelancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaann ya sesuai dengan yang diperlukan (Jenis, jumlah, harga, tempat, dan waktu yang dibutuhkan). Menurut Swastha (2002: 190) saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen atau pemakai jasa industri.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi adalah penyaluran yang mempunyai keinginan untuk menyalurkan atau menyampaikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.


(8)

2.2 Jenis-Jenis Saluran Distribusi

Menurut Swastha (2000: 279) saluran distribusi mempunyai lima tingkat yaitu:

a. Produsen  Konsumen

Bentuk saluran ini adalah yang paling sederhana dan paling pendek dan tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau dengan cara mendatangi langsung konsumen ke rumah.

b. Produsen  Pengecer  Konsumen

Saluran ini disebut sebagai saluran distribusi langsung, disini pengecer besar langsung melakukan pembelian pada produsen.

c. Produsen  Pedagang Besar Pengecer  Konsumen

Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar saja.

d. Produsen Agen  Pedagang Besar  Pengecer  Konsumen

Dalam saluran distribusi produsen sering menetapkan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya ke toko-toko kecil.

e. Produsen Agen Pengecer  Konsumen

Disini produsen memiliki agen (agen pendapatan atau pembelian) sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan pedagang besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada pengecer besar.

2.3 Fungsi Saluran Distribusi

Menurut Bucari (2002: 141), para anggota saluran distrib usi melakukan beberapa tugas penting, seperti :


(9)

Perantara pemasaran melakukan kegiatan pengumpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran mengenai potensi produsen pesaing, pelaku, dan kekuatan lainnya dalam lingkungan pemasaran.

b. Promosi

Perantara melakukan kegiatan pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif yang dirancang untuk menarik pelanggan pasar penawaran tersebut.

c. Negosiasi

Perantara melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan.

d. Pemesanan

Komunikasi dari para anggota saluran dan pemasaran ke produsen mengenai minat untuk membeli dari para konsumen.

e. Pembiayaan

Perolehan dan pengalokasian dana yang dibutuhkan untuk membiayai persediaan pada berbagai tingkat saluran pemasaran.

f. Pengambilan Resiko

Perantara melakukan penanggulangan resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran tersebut.

g. Pemilihan Fisik

Kesinambungan penyimpangan dan pergerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.

h. Pembayaran

Pembeli membayarkan tagihannya ke penjual melalui bank dan institusi keuangan lainnya.

i. Hak Milik atau Transfer Kepemilikan

Transfer terjadi dari saru organisasi atau orang ke organisasi atau orang lainnya.

2.4 Perantara Pemasaran

Menurut Swasdia (2002: 191), perantara pemasaran atau distribusi merupakan suatu kegiatan usaha yang berdiri sendiri, berada di antara


(10)

produsen dan konsumen akhir atau pemakai industri yang menjalankan kegiatan khusus di bidang distribusi. Perantara pemasar an atau distribusi terdiri atas:

1. Perantara Pedagang

Perantara ini bertanggung jawab terhadap kepemilikan semua barang yang dipasarkannya. Ada dua kelompok yang termasuk dalam perantara pedagang, yaitu:

a. Pedagang Besar (whole Salers) b. Pedagang Pengecer (retailer) 2. Perantara Agen

Perantara ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Perantara agen dapat digolongkan menjadi agen penunjang dan agen lengkap.

2.5 Penentuan Jumlah Perantara pada Setiap Tingkat Saluran

Setelah produsen menentukan saiuran distribusi yang akan dipakai, langkah selanjutnya adalah penentuan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar dan pengecer. Menurut Kotler dan Armstrong (2004: 525) serta Swastha (2002: 217), terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh, yaitu:

a. Distribusi Intensif

Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati dan mencapai konsumen. Semakin cepat konsumen terpenuhi kebutuhannya, maka semakin cepat mereka menikmati adanya kepuasan. Produ k-produk yang disalurkan melalui distribusi intensif ini adalah barang-barang standar.

b. Distribusi Selektif

Perusahaan yang menggunakan distribusi selektif memilih jumlah pedagang besar atau pengecer yang terbatas dalam satu daerah geografis. Penggunaan distribusi selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang tidak menguntungkan dan meningkatkan


(11)

volume penjualan dengan jumlah transaksi yang lebih terbatas. Biasanya saluran distribusi selektif dipakai untuk memasarkan produk baru atau barang shopping.

c. Distribusi Eksklusif

Distribusi eksklusif ini dilakukan oleh perusahaan dengan hanya menggunakan suatu pedagang besar atau pengecer dalam daerah pasar tertentu. Dengan hanya satu penyalur, produsen akan lebih mudah dalam mengadakan pengawasan terutama pada tingkat daerah eceran maupun pada usaha kerjasama dengan penyalur dan periklanan. Pada umumnya distribusi eksklusif banyak dipakai untuk barang spesial atau pada produk yang bila dijual memerlukan servis sesudah penjualan.

2.6 Bauran Distribusi

Menurut Malcolm H.B. Mc. Donald, Waren J Keegen (1997: 26), terdapat lima hal yang merupakan dasar pembentukan biaya distribusi total suatu perusahaan yaitu:

a. Fasilitas

Keputusan tentang fasilitas berkaitan dengan persoalan seberapa banyak gudang dan pabrik yang harus didirikan dan dimana gudang tersebut harus ditempatkan.

b. Persediaan

Biaya persediaan selalu mengambil porsi besar dari total biaya distribusi sebagian perusahaan, tingginya biaya ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti beban bunga, kerusakan, kehilang an, asuransi dan administrasi.

c. Transportasi

Aspek penting dari keputusan transportasi berkaitan dengan hal -hal berikut, seperti model transportasi yang akan digunakan, apakah akan membeli atau meleasing kendaraan, bagaimana menskedul pengiriman, dan seberapa sering melakukan pengiriman.


(12)

d. Komunikasi

Komunikasi melibatkan bidang pemrosesan pesanan dan sistem perkiraan kebutuhan. Tanpa dukungan komunikasi yang efektif, sistem distribusi tidak akan pernah mampu menyediakan layanan konsumen yang memuaskan dalam tingkat biaya yang dapat diterima.

e. Unitisasi

Cara suatu produk dikemas dan kemudian diakumulasikan ke dalam unit yang lebih besar dapat berpengaruh pada keekonomisan distribusi. Misalnya kemampuan untuk menempatkan barang pada sebuah palet, yang selanjutnya akan menjadi unit beban untuk pemindahan dan penimbunan, dapat membantu menghemat biaya yang cukup besar dalam bidang penanganan dan pergudangan.

2.7 Pengertian Pupuk Urea

Menurut Setijo Pitojo (1995: 4), Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam atau buatan yang diberikan kepada tanaman secara langsung maupun tidak langsung untuk menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman. Urea termasuk pupuk anorganik yang mengandung unsur hara tunggal yaitu Nitrogen. Unsu r hara Nitrogen berperan dalam kehidupan tanaman, yakni dipergunakan untuk menyusun bagian-bagian tanaman.

Prinsip kimiawi pembuatan pupuk urea yaitu dengan cara mensintesis unsur Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) sehingga terbentuk gas amoniak (NH2). Gas Amoniak bila direaksikan dengan karbondioksida (CO2) akan membentuk urea (COfNPbh yang merupakan hasil akhir dari proses kimiawi tersebut.

2.8 Pengertian Pupuk Bersubsidi

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI No 2l/M -DAG/PER/6/2008, Pupuk bersubsidi yaitu pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah sektor pertanian..


(13)

Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET), yang ditetapkan di tingkat pengecer resmi atau kelompok tani.


(14)

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada PT. Pupuk Kalimantan Timur yang merupakan kantor perwakilan pemasaran Bali. PT. Pupu k Kalimantan Timur beralamat di Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 242, Sanur Telp. (036 1) 288074, Fax. (0361) 288025. Kegiatan penelitian dilaksanakan dari tanggal 28 Oktober 2015 sampai dengan 28 Nopember 2015.

3.2 Jenis Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan menurut sifatnya yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka, misalnya jumlah pendistribusian pupuk Urea bersubsidi. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar yang tidak dapat dihitung, misalnya gambaran umum perusahaan.

Sedangkan jenis data menurut sumbernya yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan diperoleh langsung dari staff di perusahaan. Data sekunder yang dikumpulkan bersumber dari dokumen yang terdapat pada perusahaan, seperti data tentang jumlah pendistribusian pupuk.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini yaitu:

a. Wawancara

Yaitu proses perolehan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan para staff perusahaan yang berkenaan dengan masalah yang terkait dengan sistem pendistribusian pupuk Urea bersubsidi melalui RDKK.


(15)

Mengadakan pencatatan data sekunder yang diperluk an untuk penulisan laporan penelitian ini.

c. Observasi

Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung ke perusahaan ataupun lembaga terkait seperti distributor dan pengecer.

3.4 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu analisis yang menguraikan dan menjelaskan hasil -hasil yang diperoleh dari data yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan.


(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1977, sebuah proyek pupuk lepas pantai dim ulai di atas dua buah kapal milik Pertamina, produsen minyak Indonesia yang terbesar, yang kemudian menjadi awal dari berdirinya PT. Pupuk Kalimantan Timur, yang dikenal juga dengan Pupuk Kaltim. Namun karena pertimbangan teknis, maka sesuai Keppres No. 43/1975 proyek tersebut dialihkan ke darat. Melalui Keppres No. 39/1976, Pertamina menyerahkan pengelolaannya kepada Departemen Perindustrian. Kesuksesan proyek tersebut menjadi tonggak pendirian sebuah pabrik di atas lahan seluas 493 hektar, yang awalnya me rupakan area hutan di lereng perbukitan hutan Kalimantan Timur. Pupuk Kalimantan Timur resmi berdiri pada tanggal 7 Desember 1977. Bahan baku utama pabrik yang berlokasi di Bontang ini adalah gas alam yang disalurkan melalui pipa sepanjang 60 kilometer yang terentang antara Bontang dan Muara Badak.

Pada PT. Pupuk Kalimantan Timur terdapat lima pabrik yaitu, Kaltim 1, Kaltim 2, Kaltim 3, POPKA dan Kaitim 4. Untuk mengakomodasi kebutuhan dasar para karyawan perusahaan, berbagai fasilitas pendukung yang sangat terpadu dibangun di kawasan industri Bontang, seperti kompleks perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan pusat perbelanjaan. Fasilitas infrastruktur seperti jalan beraspal, lapangan terbang, pelabuhan, kawasan pergudangan serta laboratorium dan pusat pengontrolan operasional membuat Bontang bertransformasi menjadi sebuah kota industri yang berwawasan lingkungan.

Pembangunan pabrik Kaltim 1 dimulai tahun 1979. Sedangkan operasi komersialnya diawali pada tahun 1987. Pabrik Kaltim 2 dibangun pada tahun 1982, ketika Kaitim 1 masih dalam proses penyelesaian. Pembangunan Kaltim 2 dapat diselesaikan tiga bulan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan. Kedua pabrik tersebut diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1984 oleh Presiden Soeharto. Pabrik Kaltim 3 dibangun dua tahun


(17)

setelah peresmian Kaltim 1 dan Kaltim 2, dan diresmikan pada tanggal 4 April 1989. Pabrik Kaltim 4 mulai dibangun pada tahun 1999 dengan kapasitas 570.000 ton Urea granule dan 330.000 ton amoniak per tahun. Pabrik Urea Kaltim 4 selesai dibangun pada pertengahan tahun 2002, sedangkan pabrik amoniak tuntas pada awal tahun 2003.

Pada tanggal 20 November 1996, dibangun pabrik urea unit 4 yang disebut dengan Proyek Optimalisasi Kaltim (POPKA), dengan nilai investasi sebesar USD 44 juta dan Rp 139 Mili ar dengan kapasitas produksi 570.000 ton per tahun. Dengan dibangunnya POPKA, maka kelebihan produksi amoniak (ammonia excess) dan kelebihan gas CO2 yang biasanya terbuang ke atmosfer dapat bernilai tambah, yakni menghasilkan produk urea granule.

Dalam penyaluran pupuk urea ke seluruh wilayah di Indonesia, maka didirikankah kantor perwakilan pemasaran di beberapa wilayah. Salah satunya yaitu kantor perwakilan pemasaran Bali yang beralamat di Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai No. 242, Sanur yang didirikan pada tanggal 1 April 2004. Namun, penerapan distribusi pupuk melalui pipa tertutup yang didasarkan pada RDKK dimulai pada tangal 1 April 2006.

4.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka skematis yang menggambarkan fungsi perusahaan atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh masing-masing karyawan. Dalam menjalankan perusahaan tentunya diperlukan sebuah struktur organisasi yang berguna untuk lebih mempertegas bagaimana tangung jawab dan tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing bagian dalam perusahaan tersebut. Adapun struktur organisasi pada PT. Pupuk Kalimantan Tmiui dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:


(18)

Gambar 1. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PEMASARAN PROVINSI BALI

Sekretaris Lisda Rahmawati Ka. Kantor Pemasaran Bali

Ir. Agus Purwoko

Ka. Pemasaran & Promosi Riyanto

Ka. Gudang & Distribusi Tommy Johan Agusta, SE

Ka. Adm. Keuangan & Umum Agus Alin Nadib

Pemasaran & Promosi - I Ketut Gde Wiryantara - Amron Prasetyo

Gudang & Distribusi - Edi Santoso

- Ida Putu Widarsana

Administrasi & Keuangan - Sutiani

- Rahmad Khairullah - M. Zulkarnain

Driver :

- Sanidi Hadi Arto Office Girl

- Ida Ayu Sri Astuti Security

- Arif Wibiana - Ketut Puana - Made Dirhayaa


(19)

19

Adapun tugas dari masing-masing jabatan yaitu : 1. Kepala kantor pemasaran Bali

 Menandatangani Surat Konfirmasi Persetujuan Penjualan Pupuk Urea bersubsidi.

 Menandatangani Delivery Order (DO).

 Menandatangani faktur penjualan dan faktur pajak.

 Memberikan dokumen permintaan dan penggantian kas-kas kecil. Memeriksa dan menandatangani Memo Perincian Penerimaan (MPP)

2. Sekretaris

 Membuat dan mengarsip semua surat yang masuk dan keluar, baik surat-surat internal maupun eksternal.

 Konfirmasi ke bank untuk penebusan pupuk Urea

 Menyiapkan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) untuk karyawan.

 Melakukan fungsi resepsionis.

 Menerima dan mencatat tagihan dari pihak III dan meneruskan ke kepala Aministrasi dan keuangan .

3. Kepala Promosi dan Penjualan

 Menandatangari surat konfirmasi distributor tentang permintaan pembelian pupuk Urea bersubsidi.

 Menyiapkan surat konfirmasi persetujuan atau penolakan penjualan pupuk urea bersubsidi dan membubuhkan paraf.

 Menerbitkan Delivery Order dan membubuhkan paraf.

 Menerbitkan fakiur penjualan dan faktur pajak serta membubuhkan paraf.

 Memonitor dan mencatat penjualan Urea bersubsidi berdasarkan Delivery Order (DO) ke dalam laporan penjualan Urea.


(20)

20

4. Kepala Administrasi dan Keuangan

 Melakukan pemeriksaan validasi bukti transfer pada b ank perusahaan dan membubuhkan paraf atau tanda valid pada transfer yang dimaksud.

 Mengarsip Faktur Penjualan dan Faktur Pajak serta dokumen pendukungnya.

 Melakukan pembukuan.

 Memeriksa dan menandatangani Memo Perincian Pembayaran (MPP) pada kolom periksa.

 Melakukan pembayaran dan pencatatan dalam buku pembayaran. Menerima dan memeriksa surat permintaan uang muka karyawan atau penggantian biaya dan selanjutnya melakukan verifikasi. 5. Kepala Gudang dan Distribusi

 Mengurus penyediaan stok pupuk di gudang

 Mengurus kedatangan kapal yang membawa pupuk dari Bontang serta mengawasi pembongkaran pupuk di pelabuhan.

 Mengecek stok di gudang dan menyesuaikan dengan administrasi untuk menghindari terjadinya kesalahan pendistribusian pupuk.

4.3 Produk yang Didistribusikan

PT. Pupuk Kalimantan Timur menghasilkan tiga produk yaitu pupuk Urea, amoniak, dan NPK pelangi. Namun Pupuk Kalimantan Timur ini berorientasi dalam pendistribusian pupuk Urea bersubsidi yang dikenal dengan pupuk Urea Daun Buah. Untuk kantor perwakilan pema saran Bali bertanggung jawab atas pendistribusian di daerah Bali.

Pupuk Urea adalah senyawa yang larut dalam air, CO(NH2)2, dengan sebagian besar adalah kandungan Nitrogen yang merupakan komponen utama dari urine mamalia dan organisme lain, sebagai hasil akhir dari metabolisme protein. Pupuk Urea ini diproduksi dan disiapkan dalam bentuk curah atau butiran.


(21)

21

Urea merupakan material kering dalam bentuk butiran atau curah, Urea-N secara cepat berhidrolisa menjadi NH4+. Pupuk ini sering kali digunakan untuk aplikasi langsung dalam pupuk campuran, dan dalam larutan Nitrogen. N (Nitrogen) yang pada aplikasi ini berwujud sebagai Urea-N, dan sekitar 66% dari Urea-N dihidrolisa menjadi Amonia-N dalam penggunaan 1 hari hingga 1 minggu. Deskripsi produk : .

- Kandungan Nitrogen 46% min - Kandungan Bioret 1% max - Kandungan Air 0,5% max - Prill size 1-3,35 mm, 90% min - Granular size 2-4,75 mm 90% min

4.4 Pihak Terkait dalam Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi Pendistribusian pupuk kepada petani sangat penting untuk menunjang kelancaran produksi agar dapat memperoleh hasil dengan mutu yang baik. Agar pendistribusian pupuk Urea dapat berjalan efektif dan tepat sasaran, maka ditetapkan penyaluran pupuk berdasarkan pola pipa tertutup dengan menggunakan Rencana Definitif Kebutuhan Kelo mpok (RDKK). Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) merupakan daftar kebutuhan berdasarkan proyeksi luas tanam, waktu tanam, dan kebutuhan riil yang digunakan sebagai dasar penyediaan pupuk oleh kios atau pengecer resmi.

Pendistribusian pupuk Urea pada kantor pemasaran PT. Pupuk Kalimantan Timur tidak lepas dari dukungan / peran lembaga penyalur pupuk yang terdiri atas produsen, distributor dan pengecer. Namun, penentuan distributor dan pengecer resmi ditentukan berdasarkan kontrak kerja yang telah disetujui serta bedasarkan Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) yang telah disetujui antara perusahaan dengan distributor dan pengecer. Di samping peran produsen, distributor, dan pengecer, peran petani, subak dan PPL sangat penting untuk mendukung kelancaran distribusi pupuk Urea bersubsidi.


(22)

22

Adapun peran dan tanggung jawab dari petani, PPL, distributor, dan pengecer resmi adalah sebagai berikut :

1. Petani, subak dan PPL

Memahami dan mendukung sistem distribusi pupuk bersubsidi melalui pipa tertutup dengan merencanakan kebutuhan riil pupuk Urea sesuai luas lahan yang ada dengan cara mengisi formulir RDKK dan diajukan ke pengecer resmi. RDKK ini diserahkan minimal satu bulan sebelum masa tanam.

2. Produsen

Bertanggung jawab mengamankan kebutuhan dan pendistribusian pupuk bersubsidi di Provinsi Bali sesuai Permentan No. 66 atau SK Gubernur.

3. Distributor

Bertanggung jawab mendistribusikan pupuk bersubsidi ke Lini IV sesuai alokasi di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan RDKK yang telah diajukan oleh para penge cer.

4. Pengecer Resmi

Adapun peran dari pengecer resmi yaitu:

- Ikut berperan aktif dalam mensosialisasikan sistem penyaluran pupuk bersubsidi melalui pipa tertutup.

- Merekap RDKK yang masuk maupun penyalurannya sesuai kebutuhan, tanggal, dan waktu dibutuhkannya.

- Memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pelanggan. PT. Pupuk Kalimantan Timur memiliki lima distributor yaitu Pusat KUD Bali Dwipa, PT. Pertani, PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT. Karya Andal Sejati, PT. Setia Tani. Masing-masing distributor memiliki wilayah tanggung jawab dalam pendistribusian pupuk Urea bersubsidi. Adapun wilayah tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:


(23)

Tabel 1. Wilayah Tanggung jawab Distribusi

No Distributor Kabupaten Kecamatan

1 Pusat KUD Bali Dwipa Jembrana Melaya Negara

Tabanan Marga Penebel Gianyar Sukawati

Payangan Tampak Siring

Klungkung Banjarangkan Klungkung

2 PT. Pertani Tabanan Selemadeg Barat Selemadeg Denpasar Denpasar Timur

Denpasar Selatan Gianyar Blahbatuh

Ubud Bangli Tembuku

Kintamani Karangasem Manggis

Abang

3 PT. Perusahaan

Perdagangan Indonesia

Tabanan Baturiti Pupuan Bangli Susut

Bangli Karangasem Rendang

Sidemen Buku Buleleng Tejakula

Kubutambahan Buleleng Seririt


(24)

No Distributor Kabupaten Kecamatan

4 Tabanan Selemadeg

Timur Kerambitan Denpasar Denpasar Barat

Denpasar Timur Badung Kuta Selatan

Kuta Kuta Utara Abiansemal Gianyar Gianyar

Tegalalang

5 PT. Setia Tani Jembrana Mendoyo Pekutatan Tabanan Tabanan

Kediri

Badung Mengwi

Petang Klungkung Gianyar

Tegalalang Karangasem Selat

Bebandem Karangasem Buleleng Sawan

Sukasada Banjar Busungbiu Gerokgrak

4.5 Sistem Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 21/M-DAG/PER/6/2008, ditetapkan sistem distribusi pupuk Urea bersubsidi sebagai berikut:


(25)

Produsen

Lini II/Gudang Produsen

Lini III/Gudang Kabupaten

Distributor

Pengecer/Lini IV

Petani/Kelompok Tani

Gambar 6. Sistem Pendistribusian Pupuk Urea

Adapun persiapan yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan dalam mendistribusikan pupuk Urea yaitu mengurus berbagai administrasi yang diperlukan dalam pengadaan stok pupuk di gudang dalam rangka memenuhi permintaan pupuk berdasarkan RDKK yang dibuat oleh subak. Sedangkan pihak subak, pengecer dan distributor harus mengurus berbagai administrasi yang diperlukan dalam memperoleh pupuk Urea bersubsidi. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:

1. Pada awalnya pihak subak membuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan mengisi formulir RDKK dan disetujui oleh kepala desa, PPL, serta ketua subak atau kelompok tani.

2. Pengecer resmi merekap RDKK dari subak-subak yang menjadi tanggung jawabnya, kemudian RDKK tersebut diserahkan ke distributor

3. Distributor selanjutnya menyerahkan RDKK ke PT. Pupuk Kalimantan Timur untuk diproses. Di bagian penjualan, RDKK ini dikoreksi mengenai luas lahan dan jumlah pupuk yang diminta oleh masing -masing subak. Dalam mengoreksi luas lahan, perusahaan mengacu


(26)

kepada data luas tanam subak-subak di Bali yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Bali.

4. Untuk menebus pupuk yang diperlukan, maka distributor mengirimkan Surat Penebusan Pupuk yang berisi jumlah pupuk yang diminta ol eh masing-masing pengecer resmi.

5. Surat Penebusan Pupuk ini kemudian diverifikasi oleh staff penjualan untuk jumlah pupuk yang setuju didistribusikan ke kios -kios. Kemudian dibuat rincian persetujuan penebusan pupuk Urea.

6. Bagian penjualan menerbitkan Letter of Confirmation atau Konfirmasi Permintaan Urea Sektor Pertanian yang diparaf oleh kepala penjualan dan ditandatangani oleh pimpinan perusahaan, kemudian dikirim ke distributor.

7. Untuk dapat mengambil pupuk tersebut, distributor harus melakukan pembayaran ke bank perusahaan sejumlah yang tertera pada Surat Konfirmasi Permintaan Urea Sektor Pertanian. Kemudian mengirimkan bukti pembayaran ke perusahaan melalui fax.

8. Sekretaris melakukan konfirmasi ke bank mengenai pembayaran yang dilakukan oleh distributor.

9. Setelah pembayaran tersebut dinyatakan sah, staff penjualan membuat Delivery Order (DO) yang diparaf oleh kepala penjualan dan kemudian ditandatangani oleh pimpinan perusahaan, kepala distributor dan kepala gudang. Delivery Order terdiri atas 6 lembar. Lembar 1 (putih) dan lembar 2 (Merah) diserahkan kepada distributor. Lembar Merah digunakan untuk mengambil Urea di gudang. Lembar 3 (Biru) untuk bagian promosi dan penjualan. Lembar 4 (Kuning) untuk bagian administrasi dan keuangan. Lembar 5 (Putih) untuk bagian gudang dan lembar 6 (Hijau) untuk bagian gudang dan distribusi.

10.Setelah Delivery Order (DO) selesai, distributor datang untuk mengambil lembar 1 dan lembar 2 serta menandatangani bukti pengambilan Delivery Order (DO).


(27)

11.Distributor kemudian mengambil pupuk Urea di gudang dengan membawa lembar 2 dari Delivery Order (DO). Bagian gudang akan mengecek kebenaran DO tersebut dengan arsip lembar 5 dari Delivery Order (DO). Setelah cocok, distributor bisa mengambil pupuk sesuai dengan jumiah yang tertera pada Delivery Order (DO) tersebut.

12.Pupuk diangkut ke kios-kios yang memerlukan.

13.Ketua subak mengambil pupuk di kios tempat menyerahkan RDKK. Dimana jumlah pupuk yang diambil berdasarkan jumlah yang telah disetujui oleh perusahaan.

4.6 Kendala dalam Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi

Dalam pendistribusian pupuk Urea bersubsidi, perusahaan menghadapi beberapa kendala yaitu:

- Petani belum memahami penuh tentang penebusan pupuk bersubsidi melalui RDKK.

- Adanya subak yang melakukan mark up luas garapan dengan tujuan mendapatkan pupuk yang lebih dari kebutuhan.

- Adanya pencantuman dosis pupuk yang berlebihan pada RDKK.

- Adanya kebebasan distributor dan kios dalam menyalurkan pupuk bersubidi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan beberapa hal yaitu :

- Dilakukan sosialiasi di masing-masing kota atau kabupaten mengenai fungsi dan cara pembuatan dan pengajuan RDKK untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

- Dalam mengecek RDKK, perusahaan mengacu kepada data luas subak dan Dinas Pertanian Provinsi Bali, sehingga dari dat a tersebut dapat dicocokkan luas lahan yang dicantumkan pada RDKK dengan data dari Dinas Pertanian. Mengadakan sosialisasi mengenai dosis pemakaian pupuk berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian.

- Melakukan rayonisasi distributor di Lini IV (Kecamatan) agar jelas wilayah tanggung jawab dalam pendistribusian pupuk.


(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penditribusian pupuk Urea besubsidi dilakukan dengan menerapkan sistem pipa tertutup melalui penggunaan RDKK dalam menentukan jumlah pupuk yang diperlukan oleh masing-masing subak. Dimana saluran pendistribusiannya adalah sebagai berikut:

Produsen

Lini III/Gudang Kabupaten

Distributor

Pengecer/Lini IV

Petani/Kelompok Tani

Dengan menggunakan RDKK ini, pendistribusian pupuk dapat lebih terkontrol sehingga dapat menghindari terjadinya penyelewengan pupuk.

5.2 Saran

Sistem pendistribusian pupuk Urea Bersubsidi pada PT. Pupuk Kalimantan Timur sudah tertata dengan sangat baik. Namun sistem pengawasan yang sudah diterapkan belum menjamin adanya keamanan dalam pendistribusian pupuk. Terutama dari pihak subak yang masih banyak melakukan mark up luasan lahan serta mencantumkan kebutuhan pupuk berdasarkan luas baku subaknya (bukan berdasarkan luas tanamnya), menyebabkan penyaluran tidak efektif. Karena kelebihan yang diterima subak, seharusnya dapat dialokasikan ke subak lain yang masih


(29)

kekurangan pupuk. Untuk meningkatkan kinerja PT. Pupuk Kalimantan Timur dalam hal pendistribusian pupuk Urea bersubidi diperlukan tindakan sebagai benkut:

1. Untuk mengontrol ketepatan penyaluran pupuk Urea ini, RDKK belum menjamin adanya kebenaran luas lahan garapan yang dicantumkan masing masing anggota subak. Untuk itu, kesesuaian data ini perlu disesuaikan dengan data yang terbaru dari dinas pertanian. Setidaknya, setahun sekali ada pembaharuan data dari dinas. Memang terjadi kesulitan dalam memperoleh data terbaru dari dinas provinsi Bali. Untuk itu, sebaiknya perusahaan berkoordinasi dengan dinas masing -masing kabupaten untuk merekap data luasan lahan pertanian di masing-maing kabupaten.

2. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mentransfer data luas subak dan masing-masng kabuaten ke kantor pemasaran perwakilan Bali. Hal ini dapat dilakukan secara online.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa koordinasi dan kerja sama sangat penting untuk mendukung kelancaran pendistribusian pupuk Urea bersubsidi sehingga dapat sesuai dengan asas 6 Tepat (Tepat waktu, jenis, jumlah, tempat, mutu, dan harga).


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha, DH. 2002. “Azas-azas Bisnis Modern”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.

Basu Swastha dan irawan. 2000. “Pengantar Bisnis Modern”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.

Bucari, Alma. 2002. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”. Edisi Kedua. Bandung: CV. Alfa Beta.

Tjiptono, Fandy. 2002. “Strategi Pemasaran”. Edisi Kedua. Yogyakarta: Andy.

Kotler, Philip. 2002. “Manajemen Pemasaran”. Edisi Milenium Jilid 1. Jakarta: Perihellindo.

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2004. “Dasar-Dasar Pemasaran”. Edisi Kesembilan Jilid I. Jakarta: PT. Indeks.

Malcolm HB, Mc Donald and Warren J. Keegen. 1997. “Marketing Plan That Work”. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pitojo, Setijo. 1995. “Penggunaan Urea Tablet”. Jakarta: Penebar Swadaya.


(1)

Produsen

Lini II/Gudang Produsen

Lini III/Gudang Kabupaten

Distributor

Pengecer/Lini IV

Petani/Kelompok Tani

Gambar 6. Sistem Pendistribusian Pupuk Urea

Adapun persiapan yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan dalam mendistribusikan pupuk Urea yaitu mengurus berbagai administrasi yang diperlukan dalam pengadaan stok pupuk di gudang dalam rangka memenuhi permintaan pupuk berdasarkan RDKK yang dibuat oleh subak. Sedangkan pihak subak, pengecer dan distributor harus mengurus berbagai administrasi yang diperlukan dalam memperoleh pupuk Urea bersubsidi. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu:

1. Pada awalnya pihak subak membuat Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan mengisi formulir RDKK dan disetujui oleh kepala desa, PPL, serta ketua subak atau kelompok tani.

2. Pengecer resmi merekap RDKK dari subak-subak yang menjadi tanggung jawabnya, kemudian RDKK tersebut diserahkan ke distributor

3. Distributor selanjutnya menyerahkan RDKK ke PT. Pupuk Kalimantan Timur untuk diproses. Di bagian penjualan, RDKK ini dikoreksi mengenai luas lahan dan jumlah pupuk yang diminta oleh masing -masing subak. Dalam mengoreksi luas lahan, perusahaan mengacu


(2)

kepada data luas tanam subak-subak di Bali yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Bali.

4. Untuk menebus pupuk yang diperlukan, maka distributor mengirimkan Surat Penebusan Pupuk yang berisi jumlah pupuk yang diminta ol eh masing-masing pengecer resmi.

5. Surat Penebusan Pupuk ini kemudian diverifikasi oleh staff penjualan untuk jumlah pupuk yang setuju didistribusikan ke kios -kios. Kemudian dibuat rincian persetujuan penebusan pupuk Urea.

6. Bagian penjualan menerbitkan Letter of Confirmation atau Konfirmasi Permintaan Urea Sektor Pertanian yang diparaf oleh kepala penjualan dan ditandatangani oleh pimpinan perusahaan, kemudian dikirim ke distributor.

7. Untuk dapat mengambil pupuk tersebut, distributor harus melakukan pembayaran ke bank perusahaan sejumlah yang tertera pada Surat Konfirmasi Permintaan Urea Sektor Pertanian. Kemudian mengirimkan bukti pembayaran ke perusahaan melalui fax.

8. Sekretaris melakukan konfirmasi ke bank mengenai pembayaran yang dilakukan oleh distributor.

9. Setelah pembayaran tersebut dinyatakan sah, staff penjualan membuat Delivery Order (DO) yang diparaf oleh kepala penjualan dan kemudian ditandatangani oleh pimpinan perusahaan, kepala distributor dan kepala gudang. Delivery Order terdiri atas 6 lembar. Lembar 1 (putih) dan lembar 2 (Merah) diserahkan kepada distributor. Lembar Merah digunakan untuk mengambil Urea di gudang. Lembar 3 (Biru) untuk bagian promosi dan penjualan. Lembar 4 (Kuning) untuk bagian administrasi dan keuangan. Lembar 5 (Putih) untuk bagian gudang dan lembar 6 (Hijau) untuk bagian gudang dan distribusi.

10.Setelah Delivery Order (DO) selesai, distributor datang untuk mengambil lembar 1 dan lembar 2 serta menandatangani bukti pengambilan Delivery Order (DO).


(3)

11.Distributor kemudian mengambil pupuk Urea di gudang dengan membawa lembar 2 dari Delivery Order (DO). Bagian gudang akan mengecek kebenaran DO tersebut dengan arsip lembar 5 dari Delivery Order (DO). Setelah cocok, distributor bisa mengambil pupuk sesuai dengan jumiah yang tertera pada Delivery Order (DO) tersebut.

12.Pupuk diangkut ke kios-kios yang memerlukan.

13.Ketua subak mengambil pupuk di kios tempat menyerahkan RDKK. Dimana jumlah pupuk yang diambil berdasarkan jumlah yang telah disetujui oleh perusahaan.

4.6 Kendala dalam Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi

Dalam pendistribusian pupuk Urea bersubsidi, perusahaan menghadapi beberapa kendala yaitu:

- Petani belum memahami penuh tentang penebusan pupuk bersubsidi melalui RDKK.

- Adanya subak yang melakukan mark up luas garapan dengan tujuan mendapatkan pupuk yang lebih dari kebutuhan.

- Adanya pencantuman dosis pupuk yang berlebihan pada RDKK.

- Adanya kebebasan distributor dan kios dalam menyalurkan pupuk bersubidi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan beberapa hal yaitu :

- Dilakukan sosialiasi di masing-masing kota atau kabupaten mengenai fungsi dan cara pembuatan dan pengajuan RDKK untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

- Dalam mengecek RDKK, perusahaan mengacu kepada data luas subak dan Dinas Pertanian Provinsi Bali, sehingga dari dat a tersebut dapat dicocokkan luas lahan yang dicantumkan pada RDKK dengan data dari Dinas Pertanian. Mengadakan sosialisasi mengenai dosis pemakaian pupuk berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pertanian.

- Melakukan rayonisasi distributor di Lini IV (Kecamatan) agar jelas wilayah tanggung jawab dalam pendistribusian pupuk.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penditribusian pupuk Urea besubsidi dilakukan dengan menerapkan sistem pipa tertutup melalui penggunaan RDKK dalam menentukan jumlah pupuk yang diperlukan oleh masing-masing subak. Dimana saluran pendistribusiannya adalah sebagai berikut:

Produsen

Lini III/Gudang Kabupaten

Distributor

Pengecer/Lini IV

Petani/Kelompok Tani

Dengan menggunakan RDKK ini, pendistribusian pupuk dapat lebih terkontrol sehingga dapat menghindari terjadinya penyelewengan pupuk.

5.2 Saran

Sistem pendistribusian pupuk Urea Bersubsidi pada PT. Pupuk Kalimantan Timur sudah tertata dengan sangat baik. Namun sistem pengawasan yang sudah diterapkan belum menjamin adanya keamanan dalam pendistribusian pupuk. Terutama dari pihak subak yang masih banyak melakukan mark up luasan lahan serta mencantumkan kebutuhan pupuk berdasarkan luas baku subaknya (bukan berdasarkan luas tanamnya), menyebabkan penyaluran tidak efektif. Karena kelebihan yang diterima subak, seharusnya dapat dialokasikan ke subak lain yang masih


(5)

kekurangan pupuk. Untuk meningkatkan kinerja PT. Pupuk Kalimantan Timur dalam hal pendistribusian pupuk Urea bersubidi diperlukan tindakan sebagai benkut:

1. Untuk mengontrol ketepatan penyaluran pupuk Urea ini, RDKK belum menjamin adanya kebenaran luas lahan garapan yang dicantumkan masing masing anggota subak. Untuk itu, kesesuaian data ini perlu disesuaikan dengan data yang terbaru dari dinas pertanian. Setidaknya, setahun sekali ada pembaharuan data dari dinas. Memang terjadi kesulitan dalam memperoleh data terbaru dari dinas provinsi Bali. Untuk itu, sebaiknya perusahaan berkoordinasi dengan dinas masing -masing kabupaten untuk merekap data luasan lahan pertanian di masing-maing kabupaten.

2. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mentransfer data luas subak dan masing-masng kabuaten ke kantor pemasaran perwakilan Bali. Hal ini dapat dilakukan secara online.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa koordinasi dan kerja sama sangat penting untuk mendukung kelancaran pendistribusian pupuk Urea bersubsidi sehingga dapat sesuai dengan asas 6 Tepat (Tepat waktu, jenis, jumlah, tempat, mutu, dan harga).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha, DH. 2002. “Azas-azas Bisnis Modern”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.

Basu Swastha dan irawan. 2000. “Pengantar Bisnis Modern”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.

Bucari, Alma. 2002. “Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa”. Edisi Kedua. Bandung: CV. Alfa Beta.

Tjiptono, Fandy. 2002. “Strategi Pemasaran”. Edisi Kedua. Yogyakarta: Andy.

Kotler, Philip. 2002. “Manajemen Pemasaran”. Edisi Milenium Jilid 1. Jakarta: Perihellindo.

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2004. “Dasar-Dasar Pemasaran”. Edisi Kesembilan Jilid I. Jakarta: PT. Indeks.

Malcolm HB, Mc Donald and Warren J. Keegen. 1997. “Marketing Plan That Work”. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Pitojo, Setijo. 1995. “Penggunaan Urea Tablet”. Jakarta: Penebar Swadaya.