INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA.

(1)

DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh : DESI KRISTIANA

F 100 050 082

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009


(2)

ii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh : DESI KRISTIANA

F 100 050 082

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009


(3)

iii

DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA

Disusun : DESI KRISTIANA

F 100 050 082

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Oleh :

Pembimbing Utama


(4)

iv

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

DESI KRISTIANA F 100050082

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 5 November 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Drs. Daliman , SU Penguji Utama

Dra. Wiwien Dinar. P, M.Si Penguji Pendamping I

Dra.Zahrotul Uyun , M.Si Penguji Pendamping II

Surakarta, 5 November 2009 Fakultas Psikologi

Unoversitas Muhammadiyah Surakarta Dekan


(5)

v

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Q.S Al Baqarah: 153) Teruslah berjuang dan iringilah perjuanganmu itu dengan kesabaran dan doa, niscayalah perjuanganmu tidak akan sia-sia.

(Penulis) Hasrat dan kemauan adalah tenaga terbesar di dunia ini dan lebih berharga daripada uang, kekuasaan ataupun pengaruh.

(Shakespeare) Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.


(6)

vi

Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT, karya sederhana imi penulis persembahkan untuk :

Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa mencintai, memberikan kasih sayang, semangat dan do’a yang tidak terbatas

Kakak dan adik tercinta yang telah memberi dorongan,dukungan, dan semangat.

Sahabat-sahabat atas dukungan dan motivasi

Almamater Fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(7)

vii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan segala petunjuk, rahmat, serta hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini,

Penulisan skripsi ini dapat terwujud dan selesai dengan baik karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si, selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Bapak Drs. Daliman, SU, selaku pembimbing utama skripsi sekaligus pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta petunjuk yang bermanfaat dalam penyususnan skripsi dan selama masa studi penulis di fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Dra. Wiwien Dinar. P, M.Si, selaku penguji I yang disela-sela kesibukannya telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, serta petunjuk kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dra. Zahrotul Uyun, M.Si selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Seluruh dosen dan staf tata usaha fakultas psikologi, yang telah memberikan ilmu dan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini.


(8)

viii

telah memberikan banyak arahan dalam proses akademik dari awal hingga akhir studi penulis.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal ilmu akademik yang bermanfaat bagi penulis. Serta terima kasih banyak untuk staf administrasi Fakultas Psikologi yang telah membantu demi kelancaran administrasi.

7. Terima kasih banyak ditujukan untuk para informan Pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta atas bantuan kerjasamanya dan meluangankan waktu selama penulis mengadakan dan membantu tercapainya tujuan penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta, yang selalu mengiringi dengan doa dan memberikan segala daya dan upaya tanpa pamrih.

9. Adik yang menjadi perantara untuk memperkaya pelajaran hidup, serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberi dukungan dan semangat.

10.Teman-teman kelas B angkatan 2005, terima kasih atas kebersamaan selama ini yang telah memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11.Seluruh pihak yang turut serta mengiringi proses penyusunan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Oktober 2009 Penulis


(9)

ix

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAKSI... ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Interaksi Sosial ... 10

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 10


(10)

x

4. Dampak Interaksi Sosial ... 23

5. Dinamika Interaksi Sosial Secara Psikologis ... 24

B. Pengamen ... 26

1. Definisi Pengamen ... 26

2. Faktor- Faktor Penyebab Munculnya Pengamen ... 28

C. Interaksi Sosial Pengamen di Sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta ... 33

D. Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Gejala Penelitian ... 36

B. Definisi Operasional Gejala Penelitian ... 36

C. Lokasi Penelitian ... 37

D. Informan Penelitian ... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

1. Wawancara ... 38

2. Observasi ... 46

3. Dokumentasi ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Orientasi Kancah Penelitian ... 53


(11)

xi

1. Proses Screening Informan Penelitian ... 55

2. Pelaksanaan Wawancara ... 56

3. Pelaksanaan Observasi ... 58

C. Hasil Analisis Data ... 59

1. Identifikasi Subjek Penelitian ... 59

2. Deskripsi Informan ... 64

3. Keterangan Bagan ... 113

D. Kategorisasi ... 119

E. Pembahasan ... 124

BAB V PENUTUP ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130


(12)

xii

Halaman

Tabel 1 : Guide wawancara dengan informan mengenai identitas diri ... 40

Tabel 2 : Guide wawancara dengan informan mengenai interaksi sosial ... 42

Tabel 3 : Pedoman observasi ... 49

Tabel 4 : Jadwal Kegiatan Wawancara ... 57


(13)

xiii

Halaman

Bagan 1 : Pelaksanaan Penelitian ... 58

Bagan 2 : Interaksi Sosial Informan I ... 108

Bagan 3 : Interaksi Sosial Informan II ... 109

Bagan 4 : Interaksi Sosial Informan III ... 110

Bagan 5 : Interaksi Sosial Informan IV ... 111


(14)

xiv

Halaman

Verbatim Interview Informan ... 133

Matriks 1 (DAJ 2) ... 251

Matriks 2 (DAJ 3) ... 252

Matriks 3 (DAJ 4) ... 253

Matriks 4 (FAJ 2) ... 254

Matriks 5 (FAJ 4) ... 255

Matriks 6 (FAJ 5) ... 256

Matriks 7 (FAJ 6) ... 257

Matriks 8 (FIS 1) ... 258

Matriks 9 (AIS 1) ... 259

Matriks 10 (AIS 11) ... 261

Matriks 11 (AIS 12) ... 263

Matriks 12 (AIS 15) ... 264

Matriks 13 (AIS 16) ... 265

Matriks 14 (WIS 1) ... 266

Matriks 15 (WIS 2) ... 267

Matriks 16 (WIS 5) ... 268

Matriks 17 (WIS 6) ... 269

Matriks 18 (WIS 8) ... 270

Identitas Diri Informan ... 271

Surat Kesediaan Menjadi Informan ... 272


(15)

xv

TIRTONADI SURAKARTA

Desi Kristiana

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di kota Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Beberapa pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi menggantungkan hidupnya dengan mengamen yang masuk di dalam bus dalam kota maupun bus antar kota. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Padahal dalam masyarakat setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, mereka juga membutuhkan orang lain. Kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta dan Bagaimana interaksi sosial pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor yang menyebabkan menjadi Pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta dan Bagaimana pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan tempat bekerja, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode wawancara, observasi atau catatan lapangan dan dokumentasi.

Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 orang dengan karakteristik, sebagai berikut : a). Usia pengamen 18-30 tahun,b) sudah berada dijalanan minimal 5tahun,c) tidak bergantung secara financial pada keluarga,d) bekerja sebagai pengamen,e) berkeliaran atau berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa: 1. Latar belakang keberadaan Pengamendisekitar terminal Tirtonadi Surakarta adalah faktor internal yaitu keinginan untuk mencukupi kebutuhan hidup secara mandiri dan faktor eksternal yaitu keadaan kondisi keluarga dan keadaan ekonomi keluarga.2. Interaksi sosial yang terjadi pada pengamen disekitar terminal tirtonadi Surakarta di lingkungan keluarga ada hambatan pada tahapan komunikasi, yaitu intensitas


(16)

xvi

keterlibatan, padahal interaksi sosial akan terwujud dengan baik apabila tahapan kontak sosial, komunikasi, keterlibatan dan keintiman terpenuhi.


(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah Indonesia telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor-sektor ekonomi namun selain itu tidak bisa dipungkiri pembangunan yang telah dilaksanakan menghasilkan beberapa hal yang kurang baik salah satunya adalah terciptanya kesenjangan sosial-ekonomi dalam masyarakat Indonesia. Satu sisi ada sebagian masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang tinggi, akan tetapi ada juga sebagian masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikan dan pendapatannya masih rendah bahkan banyak dari masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Kesenjangan sosial ekonomi tersebut memunculkan permasalahan-permasalahan sosial ekonomi baik itu di pedesaan terlebih-lebih di perkotaan yang masalahnya relativ lebih komplek. Banyaknya permasalahan yang muncul diperkotaan salah satunya yaitu, munculnya fenomena anak jalanan yang semakin meningkat jumlahnya dengan membawa bentuk permasalahan baik di dalam lingkungan anak jalanan itu sendiri maupun permasalahan dengan masyarakat sekitarnya. Sebagaimana menurut Fitriani (2003) anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk


(18)

mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Menurut UUD 1945 (dalam Wilonoyudho, 2006), ”anak terlantar itu dipelihara oleh negara”. Artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab

terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak – hak asasi anak terlantar dan anak jalanan pada hakekatnya sama dengan Hak - hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan keputusan Presiden RI No.36 Tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil right and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family enviorenment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2000 menunjukkan bahwa salah satu faktor ketidakberhasilan Pembangunan nasional dalam berbagai bidang itu antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian pemerintah dan semua pihak terhadap eksistensi keluarga. Perhatian dan treatment yang terfokus pada “keluarga sebagai baris dan sistem

pemberdayaan” yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara


(19)

pihak. Padahal, masyarakat dan Negara yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas dipastikan karena tumbuh dan berkembang dari dalam lingkungan keluarga yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas. Dengan demikian, masalah anak termasuk anak jalanan perlu adanya penanganan yang berbasis keluarga, karena keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama masa depan anak-anak mereka (Sunusi, 2004).

Anak jalanan tidak seharusnya dipandang dari sisi negatifnya saja. Setiap individu mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Anak jalanan selama ini dipandang masyarakat sebagai anak yang banyak membuat ketidaknyamanan di daerah tertentu, yaitu melakukan tindakan kriminal seperti mencopet, memeras, mencuri, menjual narkoba, sampai yang paling menyedihkan seperti melakukan pekerjaan yang bersinggungan dengan seksualitas.

Kecenderungan anak jalanan untuk berbuat kerusakan dan melanggar tatanan hukum dan budaya masyarakat, terjadi akibat semakin sulitnya mencari nafkah dijalan. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya pandangan masyarakat yang menganggap bahwa anak jalanan sebagai sampah masyarakat dan kemudian mempersempit ruang aksessibilitas mereka terhadap fasilitas-fasilitas umum yang menjadi kebutuhan mereka (Fitriani, 2003).

Sebagai bagian dari kehidupan anak jalanan, mengamen di jalan (bangjo) atau di dalam bus merupakan tren baru yang muncul saat ini. Kelompok ini sebagian besar beranggotakan anak-anak, remaja tanggung bahkan sudah mulai masuk usia dewasa awal atau dini. Pengamen di


(20)

perempatan lampu bangjo (traffic light) dianggap sudah biasa, tetapi pengamen di dalam bus antar kota disebut sebagai fenomena baru di kota Surakarta. Bermodal alat musik gitar kecil (kencrung, dalam bahasa Jawa) atau ada yang menggunakan alat seadanya, mereka beraksi sepanjang hari meminta uang seikhlasnya dari para penumpang di dalam bus.

Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di kota Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Beberapa pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi menggantungkan hidupnya dengan mengamen yang masuk di dalam bus dalam kota maupun bus antar kota. Bila pergi ke suatu daerah tertentu dengan menggunakan bus yang rutenya melewati Terminal Tirtonadi maka pasti pemandangan pengamen di dalam bus terlihat. Seolah tiada henti-hentinya mereka keluar masuk dalam bus tersebut. Selain itu bila sedang menunggu bus di sekitar Terminal Tirtonadi maka akan terlihat juga beberapa pengamen yang sedang menunggu bus di sekitar Terminal Tirtonadi, mereka sedang mangkal terutama di pintu selatan Terminal Tirtonadi, sebagian dari mereka memainkan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup botol minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga menghasilkan nada tertentu.

Tidak sedikit dari pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, misalnya dengan menolong orang tua


(21)

yang akan menyeberang jalan, menunjukkan letak pada penumpang yang menanyakan bus jurusan tertentu, menolong orang yang kebetulan ban motornya sedang bocor, bahkan diantara mereka ada yang menolong orang yang sedang kecopetan. Fenomena yang muncul ini menunjukkan bahwa pengamen juga mempunyai hubungan sosial yang baik dengan orang-orang disekitarnya.

Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Padahal dalam masyarakat setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, mereka juga membutuhkan orang lain. Kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Sebagaimana menurut Walgito (2002) bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain. Individu satu dapat mempengaruhi individu yang


(22)

lain begitu pula sebaliknya, sehingga akan menjadi suatu hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut juga terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Sehingga di dalam interaksi sosial individu mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekitarnya, individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.

Pengamen banyak berinteraksi dengan sopir, kernet, dan pedagang kaki lima. Kekerasan hidup, uang, dan bagaimana memenuhi kebutuhan konsumtif adalah hal-hal yang memenuhi orientasi hidup mereka. Sehingga secara umum perkembangan orientasi pemikiran mereka mengalami akselerasi dibandingkan dengan anak seusianya. Dalam interaksi sosialnya dengan lingkungan, pengamen yang masih mendapat cukup perhatian dari orang tuanya, menampakkan adanya filtrasi dalam menyerap nilai dan norma lingkungan mereka di jalan. Hal ini nampak dalam tingkat ketahanan diri pengamen terhadap kecenderungan perilaku menyimpang seperti tindakan asusila maupun tindakan kejahatan lainnya. Dari pengakuan, sebagian dari mereka tetap melaksanakan kewajiban agama dan menghindari ajakan teman dari perbuatan asusila. kuatnya pertahanan diri ini lebih dikarenakan masih adanya bimbingan orang tua dalam kehidupan mereka. Sedangkan untuk pengamen yang kurang atau tanpa perhatian orang tua, mereka rentan terhadap pengaruh lingkungannya. Kurangnya perhatian orang tua terutama dalam bentuk bimbingan untuk bersikap dan berperilaku serta disiplin dan kontrol


(23)

diri yang baik, membuat pertahanan diri mereka rapuh. Mereka mengadopsi perilaku lingkungan di terminal tanpa filtrasi. Perilaku sekelilingnya seringkali diadopsi sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku, yang seringkali perilaku acuan yang mereka dapati adalah perilaku yang kurang dan bahkan bertentangan dengan norma sosial yang ada. Salah satu kasus kesalahan mengadopsi perilaku lingkungan adalah kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan obat terlarang. Dalam kajian patologi sosial penyimpangan tersebut dinyatakan sebagai produk dari perilaku defektif anggota keluarga, lingkungan tetangga dekat dan ditambah agresivitas yang tak terkendali dalam diri pengamen itu sendiri.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penulis ingin mengajukan permasalahan yaitu bagaimana interaksi sosial pada anak jalanan? Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DI

SEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA”

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta.

2. Bagaimana interaksi sosial pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta.


(24)

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta serta individu lain yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian agar dapat beriteraksi sosial dengan baik dengan lingkungannya sehingga interaksi sosial yang muncul adalah yang positif.

2. Masyarakat luas, khususnya para orang tua pengamen agar memberikan kasih sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak hanya sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua dapat memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.

3. Masyarakat di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta tentang anak jalanan, sehingga pengamen merasa nyaman dan dilindungi keberadaanya.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan dan acuan dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai interaksi sosial sudah pernah dilakukan, baik dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif, beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Erniwati (2006) dan Yuli TriAstuti (2008). Erniwati (2006) meneliti tentang hubungan interaksi sosial dan hasil pembelajaran virtual dengan keberhasilan tim kerja virtual. Yuli TriAstuti (2008) meneliti tentang pola interaksi sosial anak autis disekolah khusus autis.


(25)

Akan tetapi pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini membahas tentang interaksi sosial pada pengamen, sejauh pengetahuan penulis belum ada yang meneliti. Selain itu penelitian ini dilakukan pada informan atau pengamen yang berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta yang bertempat tinggal di Karisidenan Surakarta. Jadi penelitian ini dapat dikatakan asli.


(26)

10

TINJAUAN PUSTAKA

A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial

Setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, dengan kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut maka individu sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.

Walgito (2007), mengungkapkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain begitu pula sebaliknya, sehingga akan menjadi suatu hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut juga terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok. Soekanto (2001) mengungkapkan interaksi sosial antar kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Bonner (dalam Ahmadi, 1999) interaksi sosial adalah hubungan antara individu dua individu atau lebih, sehingga individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya.

Menurut Festinger (dalam Sugiarto, 2004) interaksi sosial merupakan proses saling mempengaruhi dan saling tergantung yang dapat


(27)

ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai dirinya sendiri (selft-evalution) dan kebutuhan ini dipengaruhi oleh adanya pembandingan diri dengan orang lain. Setiap individu akan berusaha untuk menilai dirinya sendiri, menilai perilakunya apakah perilaku tersebut sesuai dengan keadaan orang yang berada disekitarnya, karena pada dasarnya setiap individu akan menyadari konsekuensi yang akan terjadi apabila individu tersebut bertingkah laku berbeda dengan orang-orang yang berada disekelilingnya.

Gerungan (2002) berpendapat bahwa interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukkan kesediaan atau penolakan. Kontak sosial juga bersifat primer, yakni apabila individu yang terlibat bertemu langsung (face to face), atau sekunder yang berarti individu yang terlibat bertemu melalui media tertentu. Sementara Dayakisni dan Hudaniah (2003) mengatakan komunikasi baik maupun verbal ataupun nonverbal merupakan saluran untuk menyampaikan perasaan ataupun ide/ pikiran dan sekaligus sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah proses saling mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok,


(28)

baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga terjadi hubungan yang timbal balik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Floyd Allport (dalam Walgito, 2003) perilaku dalam interaksi sosial tidaklah sederhana, tetapi perilaku didasari oleh berbagai faktor psikologis eksternal atau dari luar. Faktor-faktor tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Faktor Imitasi

Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2003) imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik. Contoh dari imitasi eksternal, apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiliki suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif. Sedangkan dampak negatif dari pola imitasi dalam interaksi sosial apabila perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang salah, baik secara moral maupun hukum, sehingga diperlukan upaya yang kuat untuk menolaknya.

Proses terjadinya imitasi ini adalah adanya perilaku meniru yang dilakukan oleh individu dari individu lain, atau meniru dari dirinya sendiri. Misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ulang


(29)

bunyi, kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah dan mulut untuk berbicara. Bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, cara memberi isyarat, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi-konvensi dipelajari melalui imitasi (G. Tarde dalam Ahmadi, 1999).

b. Faktor Sugesti

Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2003) sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial mempunyai arti yang hampir sama. Keduanya merupakan suatu proses yang saling berpengaruh antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Sedang Gerungan dalam (Dayaksini dan Hudaniah, 2003) mngartikan, sugesti dapat dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu.

Sugesti dimaksudkan pada pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Sugesti dapat dibedakan menjadi dua yakni, (a). Auto-sugesti yaitu Auto-sugesti terhadap diri sendiri (Auto-sugesti internal), Auto-sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan (b). Hetero-sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain (sugesti eksternal). Baik Auto-sugesti atau Hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting.


(30)

c. Faktor Identifikasi

Didefinisikan oleh Bonner (dalam Gerungan, 2002) identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan idolanya. Sedang menurut Dayaksini dan Hudaniyah (2003) proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, dan selanjutnya irrasional. Artinya, identifikasi dilakukan berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dimana identifikasi akan berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi yang bersangkutan.

Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial adalah faktor identifikasi. Freud (dalam Walgito, 2003) identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya.

d. Faktor Simpati

Dayaksini dan Hudaniah (2003), simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan pada pertimbangan yang logisng dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Menurut Walgito (2002) dengan timbulnya simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara individu satu dengan individu yang lain. Maka interaksi sosial yang berdasarkan


(31)

atas simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan interaksi baik atas dasar sugesti maupun imitasi.

Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain, maka simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Disamping individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain yang sering disebut dengan antipati. Jadi jika simpati bersifat positif, maka antipati bersifat negatif.

Setiap individu pada dasarnya dapat melakukan interaksi dengan individu lain, akan tetapi bentuk dari tiap interaksi tersebut berbeda-beda, dan dari setiap interaksi tersebut juga akan memberikan respon yang berbeda dari setiap individu. Hurlock (2005) menyatakan penampilan, pakaian dan perhiasan akan mempengaruhi orang dalam interaksi sosialnya. Dijelaskan oleh Hurlock dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya, salah satu keuntungan yang sering diperoleh adalah individu akan lebih mudah dalam memperoleh berteman. Selanjutnya, orang-orang yang menarik akan lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibandingkan dengan teman lainnya yang kurang


(32)

menarik, orang yang menarik lebih mudah menyesuaikan diri daripada mereka yang kurang menarik, sehingga pada akhirnya individu yang menarik akan lebih berbahagia.

Walgito (2007) mengungkapkan untuk melihat baik buruknya interaksi dari setiap individu, pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai macam ukuran, diantaranya adalah :

a. Frekuensi Interaksi

Dapat dilihat berdasarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah individu tersebut sering melakukan interaksi atau tidak. Apabila seseorang sering mengadakan interaksi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa frekuensi berinteraksinya tinggi. Individu yang memiliki frekuensi interaksi sosial yang tinggi, memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain, begitu pula sebaliknya apabila frekuensi interaksi sosial rendah, maka individu tersebut memiliki kemampuan interaksi yang kurang dengan orang lain.

b. Intensitas Interaksi

Intensitas interaksi adalah mendalam tidaknya seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, apabila intensitas interaksi dengan orang lain lebih intensif (intim), maka dapat dikatakan makin baik kemampuan berinteraksi orang tersebut. Individu yang mampu berinteraksi lebih intensif (intim) dengan individu lain akan berorientasi positif pada setiap kegiatan yang dilakukannya, dan


(33)

kemampuan berkomunikasinya akan semakin tinggi. Sedangkan individu yang memiliki intensi rendah, maka kemampuan komunikatifnya kurang bahkan rendah dan hal ini akan berdampak pada orientasi berinteraksinya yang bersifat negatif.

c. Popularitas Interaksi

Popularitas interaksi adalah banyak sedikitnya teman berinteraksi. Jika seseorang semakin populer dalam berinteraksi, berarti makin banyak individu yang berinteraksi dengannya.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati. Interaksi sosial yang baik dan yang buruk pada dasarnya dapat memberikan dampak bagi setiap individu. Apabila individu semakin sering mengadakan interaksi, melakukan interaksi yang mendalam dengan individu lain dan banyaknya teman yang dimiliki pada individu (populer) akan membuat individu memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan individu lainnya. Hal tersebut akan memberikan keuntungan baginya dan individu akan lebih berbahagia, namun apabila setiap individu tidak mampu untuk melakukan interaksi sosial, maka individu akan cenderung merasa terkucilkan dari kelompoknya, dan akan mengakibatkan gangguan mental bagi individu tersebut.


(34)

3. Aspek- aspek Interaksi Sosial

Sugiarto (2004) berpendapat bahwa interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif/ negatif tergantung dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukkan kesediaan/penolakan. Kontak sosial dapat bersifat primer, yakni apabila individu terliahat bertemu langsung (face to face), atau sekunder yang berarti individu yang terlibat melalui media tertentu.

Davis (dalam Syani, 2002) mengemukakan aspek interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, merupakan proses informasi dan pengertian dari individu yang satu kepada individu yang lain. Komunikasi secara konsepsional mengandung arti memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai untuk mengguggah partisipasi agar hak-hak yang diberitahukan itu menjadi milik bersama.

b. Partisipasi, sebagai pengertian mental emosional seseorang didalam situasi kelompok dan mendorong individu tersebut untuk menyumbangkan pikiran dan perasaan bagi tercapainya tujuan dalam serta bertanggung jawab terhadap suatu organisasi tertentu.

Soekanto (2004) mengungkapkan suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi syarat :

a. Adanya kontak sosial (social contact)

Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Kontak


(35)

merupakan tahapan pertama dari terjadinya interaksi sosial. Secara fisik kontak baru akan terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, namun dalam perkembangannya sebagai gejala sosial ternyata tidak berarti harus hubungan badaniah, dimana orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya saja saling menyapa, saling tersenyum, berbincang-bincang. Dalam kondisi tersebut kita tidak dianjurkan untuk saling bersentuhan ataupun berhubungan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia ataupun sebaliknya, dan juga dengan cara terjadinya hubungan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

b. Adanya Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada badaniah), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang – perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.


(36)

Komunikasi memungkinkan terjadinya berbagai macam penafsiran tehadap tingkah laku orang lain. Komunikasi juga memungkinkan terjadinya kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia. Terdapat dua macam komunikasi yaitu searah dan dua arah, (a). Komunikasi searah bila dalam proses komunikasi itu tidak ada umpan balik dari komunikan (penerima pesan) kepada komunikator (penyampai pesan), dalam proses ini komunikator memberikan pesan kepada komunikan, dan komunikan menerima saja apa yang dikemukakan komunikator tanpa memberikan respon balik, dengan demikian komunikasi bersifat pasif. (b). Sedangkan komunikasi dua arah adalah komunikasi yang menempatkan komunikan lebih aktif, dalam arti komunikan dapat atau perlu memberikan tanggapan sebagai umpan balik tentang pesan yang diterima dari komunikator saling memberikan umpan, sehingga masing-masing pihak aktif dalam proses komunikasi.

Unsur-unsur dalam komunikasi :

a. komunikator atau penyampai dalam hal ini dapat berujud antara lain orang yang sedang bicara, orang yang sedang menulis, orang yang sedang menggambar, orang yang sedang menyiarkan berita di TV. b. pesan yang disampaikan oleh komunikator, yang dapat berujud

pengetahuan, pemikiran, ide, sikap dan sebagainya. Pesan ini berkaitan dengan lambing-lambang yang mempunyai arti.


(37)

c. media atau saluran, yaitu merupakan perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator. Ini yang sering disebut sebagai media komunikasi dapat berujud media komunikasi cetak dan non cetak dapat verbal dan non verbal.

d. penerima pesan atau komunikan, ini dapat berupa seorang individu, tetapi juga dapat sekelompok individu-individu. Komunikan dapat berbentuk antara lain sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca.

Abdulsyani (2002) interaksi sosial dapat terjadi jika telah memenuhi tahapan sebagai berikut :

a. Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberi tafsiran perilakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, sikap) perasaan-perasaan apa yang disampaikan oleh orang tersebut.

c. Keterlibatan

Keterlibatan adalah kemampuan untuk mengadakan penjajagan lebih lanjut atau dalam untuk mengetahui status seseorang.

Selanjutnya, DeVito (dalam Walgito, 2007) mengemukakan seseorang berinteaksi haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu :


(38)

a. Kontak

Tahapan ini, seseorang mengadakan kontak perseptual dengan orang lain, dapat melalui penglihatan, pendengaran atau pembauan. Seseorang akan mendapatkan gambaran fisik, misalnya jenis kelamin, tinggi, perkiraan umur. Kemudian individu tersebut akan mengadakan persepsi terhadap orang lain, mengadakan persepsi sosial, ataupun persepsi kepada orang. Setelah itu, kontak umumnya meningkat ke interactional contact. Individu akan bertukar informasi yang sifatnya superficial. Dalam tahapan ini, seseorang dapat melanjutkan interaksinya atau dapat memutuskannya ataupun tetap pada tahapan ini.

b. Keterlibatan

Seseorang mulai mengadakan penjajagan lebih lanjut, misalnya menanyakan tentang pekerjaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Individu akan menghadapi 3 alternatif, yaitu interaksi diputuskan (exit), diteruskan atau tetap. Apabila cocok, maka hubungan meningkat ke hubungan yang lebih intens.

c. Keintiman

Keintiman akan membuat interaksi lebih intens, pada umumnya terdapat komitmen interpersonal, yaitu kedua individu komit antara individu satu dengan individu lainnya dan hubungan ini masih bersifat privacy, kemudian hubungan dapat berlanjut ke social bonding.


(39)

Komitmen akan bersifat terbuka, misalnya pada orang tua, saudara-saudaranya dan teman-temannya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial haruslah memenuhi syarat-syarat, diantaranya karena adanya kontak sosial merupakan hubungan yang terjadi antara individu tanpa adanya hubungan badaniah atau bersentuhan, komunikasi merupakan proses informasi dan pengertian antara individu satu dengan individu lain, keterlibatan yang akan membuat individu untuk mulai mengadakan penjajagan dan syarat lain yaitu keintiman yang merupakan komitmen yang dibuat antara individu satu dengan individu lainnya.

4. Dampak Interaksi Sosial

Faris dan Dunham (dalam Notosoedirdjo, 2007) memberikan pandangan bahwa interaksi sosial sangat mempengaruhi kesehatan mental. Lingkungan kehidupan, tempat tinggal dapat memberikan peluang untuk meningkatkan hubungan interpersonal, sementara itu pola tempat tinggal tertentu dapat menghambat dan menimbulkan kesulitan untuk hubungan interpersonal.

Barber (dalam Notosoedirdjo, 2007) mengemukakan keterasingan atau kerterpencilan seseorang itu bertingkat. Jika tidak ada kontak sosial sama sekali berarti individu dalam kondisi yang sangat terisolasi. Keterpencilan dapat berkurang jika masih terdapat kontak dengan orang tuanya, menjadi kurang terpencil lagi dapat kontak dengan sebayanya, dan


(40)

interaksi sosial menjadi berfungsi pada tingkatan tertinggi jika individu mampu berinteraksi dengan kelompok dalam teman sebayanya ataupun dalam kelompok umur yang lebih muda dan tua darinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak interaksi sosial mempengaruhi kesehatan mental yaitu psikis, di mana individu akan mampu mengadakan hubungan timbal balik, berkomunikasi dengan individu lain secara baik dengan lingkungannya.

5. Dinamika Interaksi Sosial Secara Psikologis

Ahmadi (1999) interaksi merupakan aktifitas yang paling unit yang timbul pada diri manusia. Interaksi ditimbulkan oleh bermacam-macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa sosial yang lebih luas. Kejadian-kejadian didalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi individu dengan individu. Dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam masyarakat adalah sumber-sumber dan pusat efek psikologis yang berlangsung pada kehidupan orang lain. Artinya tiap-tiap orang ini dapat merupakan sumber dan pusat psikologis yang mempengaruhi hidup kejiwaan orang lain dan efek itu bagi tiap orang tidak sama. Maka dapat dikatakan bahwa perasaan, pikiran, dan keinginan yang ada pada seseorang tidak hanya sebagai tenaga yang bisa menggerakkan individu itu sendiri, melainkan dasar bagi aktifitas psikologis dari orang lain dan semua hubungan sosial baik yang bersifat operation, coorporation adalah hasil dari pada interaksi individu.


(41)

Interaksi individu ini bedakan menjadi dua macam :

a. Interaksi antara benda-benda, bersifat statis, memberi respon terhadap tindakan-tindakan individu, bukan terhadap individunya dan timbulnya hanya satu pihak saja, yaitu pada individu yang melakukan perbuatan itu. Misalnya cermin-cermin merupakan pemantulan tetapi cermin tidak bisa melihat.

b. Interaksi antara manusia dengan manusia, bersifat dinamis, memberi respon tertentu pada manusia lain, dan proses kejiwaan yang timbul terdapat pada segala pihak yang bersangkutan. Misalnya jika individu melihat tingkah laku atau perbuatan individu lain, maka timbul kesadaran tertentu yang kiranya sesuai dengan kesadaran indivdu yang sedang diamatinya itu, seperti melihat orang menangis, hal itu dapat diketahui bahwa orang itu susah atau sedih.

Beberapa uraian di atas menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu lainnya yang berkaitan dengan masalah sosial. Tetapi interaksi sosial dalam proses psikologisnya terjadi suatu pola yang saling mempengaruhi kejiwaan individu dengan individu lainnya, yang dapat direpresentasikan melalui perasaan, pikiran dan keinginan pada individu lain yang berkaitan dengan proses sosial yang bersifat kerja sama.


(42)

B. Pengamen 1. Definisi Pengamen

Definisi Pengamen itu sendiri, awalnya berasal dari kata amen atau mengamen (menyanyi, main musik, dsb) untuk mencari uang. Amen/pengamen (penari, penyanyi, atau pemain musik yang tidak bertempat tinggal tetap, berpindah-pindah dan mengadakan pertunjukkan di tempat umum). Jadi pengamen itu mempetunjukkan keahliannya di bidang seni. Seorang pengamen tidak bisa dibilang pengemis, karena perbedaannya cukup mendasar. Seorang pengamen yang sebenarnya harus betul-betul dapat menghibur orang banyak dan memiliki nilai seni yang tinggi. Sehingga yang melihat, mendengar atau menonton pertunjukkan itu secara rela untuk merogoh koceknya, bahkan dapat memesan sebuah lagu kesayangannya dengan membayar mahal. Semakin hari semakin banyak pengamen jalanan yang berjejer di setiap lampu merah yang ada di Surakarta dan juga beroperasi di setiap terminal, di setiap bus dan angkot, di setiap rumah makan dan kaki lima, di setiap perumahan mulai dari anak balita sampai yang sudah tua, dari yang di lengkapi dengan alat musik seadanya sampai yang lengkap seperti pemain band, dari yang berpenampilan kotor sampai yang rapi, dari yang suaranya fals sampai yang bagus. Yang paling memprihatinkan adalah anak balita yang terpaksa dan dipaksa untuk ngamen dan semua itu diatur oleh jaringan yang memasok mereka dan setiap uang yang ada di setor kepada orang tua mereka.


(43)

Definisi dan kriteria PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), Dinas Sosial mnyebutkan bahwa anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat umum. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, salah satunya bekerja dengan mengemis dan menjadi pengamen, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Pengamen merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran perkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja sex kelas rendah, selain itu juga dianggap sebagai “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat, artinya pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal, pengganggu ketertiban masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan jika mereka sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh kelompok masyarakat yang merasa terganggu oleh komunitas anak jalanan seperti golongan ekonomi kelas atas (Suswandari, 2000).

Menurut Fitriani (2003) anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan dengan cara mereka sendiri bekerja sebagai pengamen, penyemir sepatu, penjual Koran, pengemis, atau bahkan melacur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengamen adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan anak jalanan dengan cara


(44)

menyanyikan lagu baik menggunakan alat maupun tidak. Sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalan atau tempat-tempat umum lainnya, tidak atau bergantung dengan keluarga, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan. 2. Faktor- Faktor Penyebab Munculnya Pengamen

Menurut hasil penelitian Artidjo Alkastar (dalam Sudarsono, 1995) tentang potret Anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen menyatakan bahwa yang menyebabkan menuju kearah kehidupan jalanan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Intern meliputi : kemalasan, tidak mau bekerja keras, tidak kuat mental, cacat fisik dan psikis, adanya kemandirian hidup untuk tidak bergantung kepada orang lain.

b. Faktor Ekstern meliputi :

 Faktor ekonomi : pengamen dihadapkan kepada kemiskinan keluarga dan sempitnya lapangan pekerjaan yang ada.

 Faktor geografis : kondisi tanah tandus dan bencana alam yang tak terduga.

 Faktor sosial : akibat arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota tanpa disertai partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial.

 Faktor pendidikan : rendahnya tingkat pendidikan dan tidak memiliki keterampilan kerja.


(45)

 Faktor psikologis : adanya keretakan keluarga yang menyebabakan anak tidak terurus.

 Faktor kultural : lebih bertendensi pasrah kepada nasib dan hukum adat yang membelenggu.

 Faktor lingkungan : anak dari keluarga pengamen telah mendidik anak menjadi pengamen pula.

 Faktor agama : kurangnya pemahaman agama, tipisnya iman dan kurang tabah dalam menghadapi cobaan hidup.

Menurut Pungki, dkk. (2002) faktor-faktor munculnya anak jalanan adalah: (a) banyaknya fasilitas umum dikota besar yang menawarkan kemudahan seperti ; pusat kegiatan perdagangan jasa, transportasi, hiburan, kesenian, perkantoran yang merupakan faktor penarik dari kota tersebut, sehingga membuat semua orang tertarik termasuk anak jalanan, (b) faktor lingkungan keluarga yang diwarnai oleh ketidakharmonisan, baik perceraian, percekcokan, kehadiran orang tua tiri, (c) faktor ekonomi rumah tangga yang kurang mendukung memaksa setiap anggota keluarga untuk mencari penghasilan dan nafkah sendiri, (d) faktor pendidikan yang rendah, sangat mudah bagi anak untuk terjerumus ke jalan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya pengamen adalah adanya dua faktor, yaitu intern dan ekstern dimana faktor intern antara lain kemalasan,dan bahkan kemandirian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup tanpa bergantung dengan orang lain, dan faktor ekstern yaitu meliputi kondisi ekonomi


(46)

keluarga yang lemah yang dialami oleh orang tua, kondisi kehidupan keluarga yang kurang harmonis,lingkungan,kultural dan pendidikan. c. Macam-macam Pengamen Jalanan

Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian pengemis dan pakaian seksi nan minim. Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu. Berikut ini adalah macam-macam pengamen :

a. Pengamen Baik

Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang. b. Pengamen Tidak Baik

Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para pendengarnya


(47)

namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.

c. Pengamen Pengemis

Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal pun sesuka hatinya/ seenak hatinya. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan dari orang lain dalam mencari uang. d. Pengamen Pemalak / Penebar Teror

Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di depan umum.


(48)

e. Pengemen Penjahat

Pengamen yang penjahat adalah pengamen yang tidak hanya mengamen tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka tidak ditiru orang lain.

f. Pengamen Cilik / Anak-Anak

Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis daripada mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini bisa dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya jangan diberi uang agar tidak ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di jalanan (Media Indonesia Online. com).

Sunusi (dalam Lestari dan Karyani, 1997) pada survey dan wawancara terhadap anak jalanan di Jakarta dan Surabaya yang dilakukan Universitas Diponegoro dan Departemen Sosial, terdapat 4 kategori anak-anak jalanan yaitu : (1)Anak jalanan tanpa ikatan keluarga, (2)Anak jalanan yang masih mempunyai ikatan dengan keluarga, (3)Anak jalanan


(49)

satu-satunya yang mencari nafkah dalam keluarga (who are sole bread winners), (4)Anak jalanan yang berpendidikan atau tidak berpendidikan atau tanpa ikatan dengan keluarga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan terbagi di beberapa kategori, yaitu anak jalanan yang hidup dan tumbuh di jalanan, anak jalanan yang hidup dan menggelandang di jalanan tetapi secara periodik pulang dan anak jalanan yang berada di jalanan hanya untuk mencari nafkah. Sedangkan Pengamen itu sendiri adalah bagian dari anak jalanan yang terbagi menjadi enam yaitu : pengamen baik, pengamen tidak baik, pengamen pengemis, pengamen pemalak, pengamen penjahat dan pengamen cilik.

C. Interaksi Sosial Pengamen di Sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta Pengamen banyak berinteraksi dengan sopir, kernet, dan pedagang kaki lima. Kekerasan hidup, uang, dan bagaimana memenuhi kebutuhan konsumtif adalah hal-hal yang memenuhi orientasi hidup mereka. Sehingga secara umum perkembangan orientasi pemikiran mereka mengalami akselerasi dibandingkan dengan anak seusianya. Mereka cenderung teraleniasi dari dunia anak-anak.

Interaksi sosial pengamen dengan lingkungan yang masih mendapat cukup perhatian dari orang tuanya, menampakkan adanya filtrasi dalam menyerap nilai dan norma lingkungan mereka di jalan. Hal ini nampak dalam tingkat ketahanan diri anak terhadap kecenderungan perilaku menyimpang


(50)

seperti tindakan asusila maupun tindakan kejahatan lainnya. Dari pengakuannya, sebagian dari mereka tetap melaksanakan kewajiban agama dan menghindari ajakan teman dari perbuatan asusila. Penulis melihat kuatnya pertahanan diri ini lebih dikarenakan masih adanya bimbingan orang tua dalam kehidupan mereka. Sedangkan untuk pengamen yang kurang atau tanpa perhatian orang tua, mereka rentan terhadap pengaruh lingkungannya. Kurangnya perhatian orang tua terutama dalam bentuk bimbingan untuk bersikap dan berperilaku serta disiplin dan kontrol diri yang baik, membuat pertahanan diri mereka rapuh. Mereka mengadopsi perilaku lingkungan di terminal tanpa filtrasi. Perilaku sekelilingnya seringkali diadopsi sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku, yang seringkali perilaku acuan yang mereka dapati adalah perilaku yang kurang dan bahkan bertentangan dengan norma sosial yang ada. Salah satu kasus kesalahan mengadopsi perilaku lingkungan adalah kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan obat terlarang. Dalam kajian patologi sosial peyimpangan tersebut dinyatakan sebagai produk dari perilaku detektif anggota keluarga, lingkungan tetangga dekat dan ditambah agresivitas yang tak terkendali dalam diri anak itu sendiri (Tauran, 2007).

Kecenderungan pengamen untuk berbuat kerusakan dan melanggar tatanan hukum dan budaya masyarakat, hal tersebut terjadi akibat semakin sulitnya mencari nafkah di jalan. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya pandangan masyarakat yang menganggap bahwa anak jalanan sebagai sampah masyarakat dan kemudian mempersempit ruang aksessibilitas mereka


(51)

terhadap fasilitas-fasilitas umum yang menjadi kebutuhan mereka (Fitriani, 2003).

Berdasarkan pada beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam berinteraksi sosial pengamen sering mengadopsi perilaku dari orang-orang yang ada disekitarnya. Sedangkan tidak semua pengamen masih mempunyai tingkat pendidikan yang membuatnya dapat menyaring beberapa perilaku yang didapat dari lingkungannya.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja faktor yang menyebabkan menjadi Pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta?

2. Bagaimana pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan tempat bekerja, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggalnya ?


(52)

36

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu proses penelitian guna memperoleh pemahaman berdasarkan pada tradisi metodologi penyelidikan tertentu untuk mengeksplorasi masalah kemanusiaan atau masalah sosial dalam setting yang alami (Aminuddin, 1990).

Kajian terhadap data penelitian akan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bukan angka-angka matematik atau statistik.

A. Gejala Penelitian

Dalam penelitian ini, gejala yang hendak penulis ungkap adalah interaksi sosial pada pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta.

B. Definisi Operasional Gejala Penelitian 1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah proses saling mempengaruhi antara individu satu dengan individu yang lain sehingga terjadi hubungan yang timbal balik, dalam penelitian ini Interaksi sosial yang diungkap adalah anak jalanan dengan teman sebaya yang juga sebagai anak jalanan, anak jalanan dengan para pedagang yang berada disekitar terminal tirtonadi, anak jalanan dengan sopir atau kernet bis dan anak jalanan dengan para penumpang bus disekitar terminal tirtonadi.


(53)

2. Pengamen

Pengamen adalah mereka yang berumur 18 tahun ke atas, sebagian besar menghabiskan waktunya dan atau berkeliaran dijalan atau tempat-tempat umum lainnya dengan cara menyanyikan lagu untuk mendapatkan uang, tidak atau bergantung dengan keluarga, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada pengamen yang beroperasi di daerah terminal tirtonadi Surakarta. Komunitas pengamen di terminal tirtonadi ini tidak memiliki tempat khusus untuk mangkal. Biasanya berpindah-pindah tempat dan tidak menetap, walaupun mereka terbagi sesuai dengan tempat yang telah ditentukan.

D. Informan Penelitian

Salah satu yang dilakukan peneliti sebelum mengumpulkan data adalah menentukan informan penelitian. Informan penelitian ini adalah individu yang ikut serta dalam penelitian, darimana data dikumpulkan.

Informan dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling yaitu, informan diambil bertalian dengan ciri-ciri atau karakter tertentu (Nasution, 1998). Pada penelitian ini akan diambil informan dengan karakteristik sebagai berikut : (a) berusia lebih dari 18 tahun,(b) sudah berada dijalanan minimal 5tahun,(c) tidak bergantung secara financial pada


(54)

keluarga,(d) bekerja sebagai pengamen,(e) berkeliaran atau berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta.

Alasan peneliti menggunakan informan dengan karakteristik tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana Interaksi Sosial yang terjadi pada Pengamen yang berusia di atas 18 tahun dalam menghadapi kehidupan dijalanan. Sesuai dengan persyaratan kualitatif dengan jenis fenomenologi yaitu Pengamen yang mencari nafkah disekitar Terminal Tirtonadi .

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara untuk menggali interaksi sosial pengamen . Observasi dan dokumentasi untuk mengetahui gambaran perilaku anak jalanan di sekitar Terminal Tirtonadi. 1. Wawancara

Wawancara merupakan metode atau alat pengumpulan data penelitian, yang mengandalkan suatu percakapan verbal dengan maksud-maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak atau lebih, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan satunya adalah orang yang diwawancarai (interviewee), yang memberikan jawabannya berdasarkan pertanyaan yang diajukan interviewer (Moleong, 2002). Melainkan menurut Faisal (Hapsari, 2003) mengatakan bahwa teknik dalam wawancara merupakan cara utama dalam mengumpulkan data atau informasi, hal itu setidak-tidaknya mempunyai dua alasan. Pertama dengan wawancara seorang peneliti tidak hanya mengetahui suatu tema permasalahan yang dimiliki subjek, tetapi lebih


(55)

dapat menggalinya dan memahami lebih dalam (explicit knowledge). Kedua, semua apa ditanyakan oleh informan bisa mencangkup hal-hal yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan bahkan masa yang akan datang.

Menurut Banister dkk (Poerwandari, 1998), wawancara merupakan percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan atau informasi tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan suatu tema atau permasalahan yang diteliti, dan bermaksud untuk melakukan eksplorasi terhadap adanya isu tersebut.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan petujuk secara umum. Menurut Patton (Moleong, 1991) yaitu wawancara yang menggunakan kerangka dan garis besar/ pokok yang ditanyakan saja, dalam proses wawancara penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum proses wawancara dilakukan dan garis besar tersebut tidak perlu ditanyakan secara berurutan, hal itu untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden, dalam konteks wawancara yang sebenarnya.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara yang dilakukan tanpa perantara orang, antara peneliti dengan subjek. Teknik wawancara

seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan data “kasar” dari subjek dan


(56)

Adapun pertanyaan pada penelitian ini adalah menggunakan Guide wawancara agar pertanyaan terarah sesuai dengan jawaban yang sebenarnya dengan fakta yang ada tanpa adanya rekayasa ataupun manipulasi, yaitu sebagai berikut :

Guide wawancara dengan informan mengenai identitas diri

NO KODE PERTANYAAN TEORITIS FORMULASI PERTANYAAN WAWANCARA 1 DAJ

Data diri Pengamen 1. Nama, tempat tanggal lahir, usia, alamat rumah / tempat tinggal ?

2. Anak ke berapa dari berapa saudara ?

3. Hobi dan cita – cita ? 4. Riwayat pendidikan ? 5. Nama Ayah, Nama Ibu,

Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu ?

6. Kegiatan sehari – hari yang dilakukan ?

7. Apakah harapan atau keinginan Pengamen dalam kehidupan ? 2

FPP

Faktor Penyebab Pengamen Faktor Internal Penyebab

menjadi Pengamen

1. Mengapa anda memilih menjadi pengamen ? 2. Apa yang menjadi motivasi

anda untuk menjadi pengamen ?

3. Berapa lama sudah menjadi pengamen (berada dijalanan) ?


(57)

4. Berapa lama waktu yang digunakan saat berada dijalanan (mulai dari jam berapa sampai jam berapa) ? 5. Bagaimana perasaan menjadi

pengamen ? Faktor Eksternal Penyebab

menjadi Pengamen

6. Bagaimana keadaan ekonomi Orang tua pengamen?

7. Bagaimana kondisi keluarga pengamen ?

8. Bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal pengamen ? 9. Apakah faktor lain yang

menyebabkan menjadi pengamen ?


(58)

Guide wawancara dengan informan mengenai interaksi sosial No

kode

PERTANYAAN TEORITIS

FORMULASI PERTANYAAN WAWANCARA

1 FIS

Faktor interaksi sosial Faktor Internal Penyebab

Menjadi Pengamen

1. Darimana bisa tahu mengenai dunia jalanan ?

2. Bagaimana proses sampai bisa menjadi pengamen ?

3. Apa yang menjadi motivasi untuk menjadi pengamen ?

Faktor Eksternal Penyebab Menjadi Pengamen

4. Hal apa saja yang membuat tertarik menjadi pengamen? 5. Adakah seseorang yang juga

sebagai pengamen yang kemudian dijadikan idola dalam segala hal ?


(59)

2 AIS

Aspek interaksi sosial Kontak Sosial

1. Bagaimana ekspresi / perilaku jika bertemu dengan orang tua ? 2. Bagaimana perilaku jika bertemu

dengan teman dirumah atau teman sesama pengamen ?

3. Bagaimana sikap jika bertemu dengan kernet bus disekitar tempat pengamen ?

4. Bagaimana sikap jika bertemu dengan sopir bus disekitar tempat bekerja sebagai pengamen ? 5. Bagaimana sikap jika bertemu

dengan para pedagang asongan atau kaki lima tempat bekerja sebagai pengamen ?

6. Bagaimana sikap jika bertemu dengan orang yang baru dikenal atau penumpang ?


(60)

Komunikasi 7. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan orang tua ? Bahasa yang digunakan ?

8. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan teman sesama pengamen ? dan bahasa yang digunakan?

9. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan sopir bus dan kernet bus ?

10. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan pedagang asongan, pedagang warung, dan pedagang lain yang berada disekitar terminal ?

11. Adakah bahasa khusus atau kode kode yang digunakan saat bertemu dengan sesama pengamen jika ada rasia mendadak?

Partisipasi 12. Apakah pengamen bersifat terbuka dengan siapapun terhadap masalah atau keinginan


(61)

yang dimiliki ?

13. Alasan apa yang digunakan saat ingin berkumpul dengan teman sesama pengamen ?

14. Teman seperti apa yang diinginkan sehingga tertarik untuk berkumpul di jalanan ? 15. Apakah ada pengaruh jika

suasana hati sedang senang atau sedih untuk tetap berkumpul dengan teman sesama pengamen? 16. Bagaimana jika ada teman sesama pengamen atau orang lain yang mendapat musibah dan meminta bantuan ?

3 WIS

Wujud Interaksi Sosial Hubungan timbal balik

1. Bagaimana hubungan yang terjalin selama ini dengan ayah ? 2. Bagaimana hubungan yang

terjalin selama ini dengan ibu ? 3. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan saudara kandung ( kakak atau adik ) ?


(62)

terjalin dengan sesama anak jalanan disekitar terminal ? 5. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan sopir bus disekitar terminal tirtonadi ?

6. Bagaimana hubungan yang terjalin dengan kernet bus ? 7. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan pedagang disekitar terminal tirtonadi ? 8. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan tetangga disekitar tempat tinggal rumahnya ?

2. Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan data sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, yang tidak terbatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung. Observasi merupakan metode yang mengandalkan intuisi dan visualitas yang baik, suatu proses kompleks yang tersusun berdasarkan proses biologi dan psikologi yang diantaranya sangat penting, yaitu proses pengamatan dan ingatan (Hadi, 1987).


(63)

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan dengan akurat, melakukan pencatatan terhadap fenomena-fenomena tersebut. Pencatatan data dan informasi dilakukan secara deskriptif, yaitu mencatat sebanyak mungkin data atau informasi-informasi yang mendukung suatu gejala tanpa disertai interpretasi-interpretasi dan evaluasi dari observer. Pengamat tidak mencatat kesimpulan dan interpretasi, melainkan data konkrit yang berkenaan dengan suatu fenomena yang diamati (Poerwandari, 1998).

Menurut Patton (Poerwandari, 1998), observasi merupakan penelitian bersifat terbuka, berorientasi pada penemuan-penemuan sebagai pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi oleh berbagai konseptualisasi (yang ada sebelumnya) cukup besar. Selain itu, observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak dapat diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan yaitu peneliti hanya mengamati situasi dimana subjek melakukan aktivitasnya (Bogdon dan Taylor dalam Wihastuti, 2000). Observasi dilakukan untuk melengkapi data-data yang diperoleh melalui wawancara. Metode observasi dalam penelitian ini adalah specimen records yaitu observasi deskriptif naratif dengan memperhatikan dan merekam sebanyak mungkin aspek atau elemen sosial yang diamati sehingga mendapat gambaran


(64)

umum yang menyeluruh tentang suatu sistem sosial (Faisal dalam Wihastuti, 2000). Pencatatan data dilakukan secara deskriptif yaitu mencatat sebanyak mungkin data-data yang mendukung suatu gejala tanpa disertai interpretasi atau evaluasi dari observer. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data-data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati (Poerwandari, 1998).

Observasi dilakukan terhadap sikap, perilaku dan aktivitas informan peneliti selama berada di jalanan serta untuk memperoleh dan melengkapi data penelitian agar lebih kaya. Adapun hal-hal yang dicatat secara garis besar adalah :

a. Gambaran tentang keadaan tempat (setting) dimana informan penelitian beraktivitas sehari-hari.

b. perilaku informan penelitian ketika wawancara dilakukan. Pencatatan dilakukan secara deskriptif naratif tentang perilaku informan selama wawancara berlangsung, bagaimana setting fisik lingkungan dan siapa saja yang hadir disana. Adapun pedoman observasi yang digunakan adalah sebagai berikut :


(65)

Table 1. Pedoman observasi Fisik 1. Kondisi fisik subjek

2. Pakaian yang dipakai subjek ketika wawancara 3. Sikap subjek selama wawancara

Psikologis 1. Bahasa tubuh subjek 2. Ekspresi wajah subjek

3. Emosi subjek ketika wawancara

4. Interaksi subjek dengan orang-orang di sekitar subjek Lingkungan 1. Lingkungan fisik tempat tinggal subjek

2. Kegiatan subjek di lingkungan tempat tinggal subjek 3. Kegiatan subjek selain di sekitar lingkungan tempat

tinggal subjek.

Alat Bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hand Recorder

b. Kaset

c. Buku catatan d. Kamera digital

3. Dokumentasi

Menurut Faisal (Hapsari, 2003), adalah semua jenis rekaman ataupun catatan sekunder lainnya, seperti surat-surat, memo, foto-foto, dan kliping. Lincoln dan Guba (Hapsari, 2003), menyebutkan bahwa sumber informasi yang berupa dokumentasi sesungguhnya cukup bermanfaat dalam penelitian kualitatif ini, sehingga akan menjadi suatu sunber data yang stabil dan barangkali juga akurat sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi. Data dokumentasi yang digunakan


(66)

nantinya adalah berupa hasil foto kegiatan anak jalanan di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian kualitatif tidak berbentuk angka tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto) ataupun bentuk-bentuk non angka lain (Poewandari, 1998). Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka analisis data yang digunakan adalah analisis data secara induktif deskriptif, yaitu proses pengumpulan data yang menggunakan gambaran cerita dengan cara melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu. Teori yang dikembangkan dengan cara ini muncul dari bawah, yang berasal dari sejumlah besar bukti yang terkumpul yang saling berhubungan satu dengan yang lain. (Aminuddin, 1990).

Menurut Patton (Moleong, 2002), analisis data adalah suatu proses yang didalamnya mengatur urutan data dan informasi yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang telah dijelaskan diatas, yang nantinya akan diorganisasikan ke dalam suatu pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar, sehingga akhirnya akan ditemukan tema masalah dan lalu dapat dirumuskan menjadi hipotesis. Adapun proses yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian yaitu dengan organisasi data. Tentang hal ini Higlen dan Finley (2001), mengatakan bahwa dengan mengorganisasikan data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk (a) memperoleh kualitas data


(67)

yang baik, (b) mendokumentasikan analisis yang dilakukan, (c) menyimpan data yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.

Hal-hal yang disimpan dan diorganisasikan adalah : (a) data mentah (catatan lapangan dan kaset ), (b) data yang sudah ditulis dalam verbatim, (c) data yang sudah ditandai dengan kode-kode, (d) teks lapangan (yang masih terus akan ditambah jika perlu, dan diperbaiki sesuai perkembangan dan temuan lapangan ).

Widodo dan Moechtar (2000) mengemukakan bahwa data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif berupa paparan, uraian, dan gambaran yang kemudian disusun dalam kategori.

Adapun langkah-langkah penulis dalam melakukan anlisis data adalah sebagai berikut :

1. Membuat transkip wawancara (verbatim), laporan lapangan hasil observasi Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara dan observasi. Hasil wawancara direkam dengan tape recorder kemudian ditulis didalam transkip secara lengkap agar memudahkan peneliti dalam mnganalisa. Demikian pula dengan hasil observasi, ditulis dalm bentuk laporan dengan tujuan mempermudah penulis dalam menganalisa.

2. Mencari kategori

Transkip wawancara dan laporan observasi yang telah dibuat dicari kategori-kategori yaitu pengelompokan terhadap apa saja yang


(68)

melataerbelakangi anak jalanan dan mengenai interaksi sosial anak jalanan. Kategori tersebut dilakukan dengan pengambilan keputusan secara induksi, yaitu kesimpulan ditarik dari keputusan khusus untuk mendapat kesimpulan yang umum berdasarkan data yang diperoleh.

3. Mendeskripsikan kategori

Kategori yang telah diperoleh, kemudian dideskripsikan dengan maksud untuk menggambarkan dan menjelaskan latar belakang munculnya anak jalanan dan interaksi sosial anak jalanan.

4. Pembahasan hasil penelitian

Deskripsi kategori yang sudah diperoleh kemudian dibahas dengan mengaitkan teori-teori mengenai latar belakang munculnya anak jalanan dan interaksi sosial anak jalanan.


(69)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti melaksanakan penelitian di lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah :

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penulis melakukan orientasi lapangan tentang kemungkinan dilakukannya penelitian sesuai tema yang penulis tentukan sebelum melaksanakan penelitian. Orientasi lapangan dilakukan penelitian pada tanggal 09 Mei 2009 sampai dengan 29 Juli 2009. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan penjajakan di lokasi penelitian, peneliti mencari informasi dilingkungan sekitar terminal tirtonadi Surakarta untuk mendapatkan data tentang interaksi sosial pada pengamen yang sesuai dengan karakteristik, yaitu : (a) Laki-Laki, (b) berusia diatas 18 tahun, (c) sudah berada dijalanan minimal lima tahun, (d) bekerja sebagai pengamen jalanan,(e) berkeliaran atau berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta. Selanjutnya pada tanggal 14 Juli 2009 peneliti mendatangi lokasi tempat berkumpul/ mangkal anak jalanan yang telah peneliti dapat dari hasil orientasi lapangan sebelumnya dan meminta kesediaan beberapa anak jalanan yang sesuai dengan criteria penelitian yang telah ditentukan untuk menjadi informan penelitian.


(70)

2. Proses Persiapan Penelitian a. Pencarian Data Pengamen

Pada tanggal 09 Mei 2009 peneliti melakukan wawancara awal pada dua orang yang menjadi pengamen dan dapat diketahui berapa lama telah berada dijalanan. Setelah itu peneliti mencari data anak jalanan yang telah menjadi anak jalanan minimal dua tahun. Untuk mengetahui data anak jalanan , maka penulis bertanya pada salah satu orang yang sudah lama menjadi anak jalanan dan khususnya yang berada disekitar terminal tirtonadi sesuai dengan karakteristik penelitian.

b. Persiapan alat pengumpul data 1. Penyusunan pedoman wawancara

Penyusunan pedoman wawancara dilakukan penulis berdasarkan pada tujuan penelitian, yaitu ingin mengkaji latar belakang anak jalanan dan ingin mendeskripsikan interaksi sosial pada anak jalanan disekitar terminal tirtonadi. Pedoman wawancara berisi beberapa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh informan penelitian. Pedoman yang digunakan bersifat tentative, artinya pedoman tersebut dapat mengalami pengembangan dan penyempitan pertanyaan, sehingga dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi penelitian yang diharapkan akan terkumpul data serta dapat menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Wawancara yang dilakukan direkam dengan mengguankan tape recorder.


(71)

2. Penyusunan Pedoman Observasi

Penyusunan pedoman observasi dilakukan untuk memudahkan saat melakukan observasi dan memperkecil kemungkinan terlewatnya hal-hal yang harus diobservasi. Data hasil observasi digunakan untuk menambah dan memperkuat informasi yang sudah diperoleh selama dilakukannya wawancara. Sebelumnya penulis sudah membuat guide observasi sebagai petunjuk sebagai dasar melakukan observasi. Alat bantu yang digunakan dalam observasi adalah kertas dan pulpen.

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Proses Screening Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah anak jalanan di sekitar terminal tirtonadi yang menjadi pengamen dan berada di jalanan minimal 5 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling dan purposive sampling non random. Adapun dari data pengamen penulis mendapatkan informan tersebut merekomendasikan teman-temannya yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan penulis.

Adapun karakteristik jamaah yang dijadikan subjek penelitian adalah : (a) Laki-Laki, (b) berusia diatas 18 tahun, (c) sudah berada dijalanan lebih dari lima tahun, (d) bekerja sebagai pengamen jalanan,(e) berkeliaran atau berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta. Alasan penulis menentukan karakteristik tersebut karena banyaknya anak jalanan yang belum tentu telah lama bargabungnya dan semua informan yang ditemui adalah laki-laki. Selain itu informan diambil semua


(72)

adalah pengamen. Berdasarkan karakteristik tersebut, penulis mendapatkan 5 orang untuk dijadikan informan penelitian.

2. Pelaksanaan Wawancara

Sebelum mengadakan wawancara, peneliti terlebih dahulu memberitau dengan informan serta melihat situasi dan kondisi informan dengan alasan agar wawancara dapat berjalan dengan lancer serta informan dapat berbicara secara terbuka tanpa ada paksaan. Oleh karena itu sewaktu melakukan wawancara peneliti tetap menjaga rapport agar informan tidak berfikir negatif terhadap peneliti.

Saat menjalin rapport, peneliti memperkenalkan tentang diri peneliti dan menyampaikan beberapa hal penting pada informan, selain tentang diri peneliti dan maksud atau tujuan peneliti mengadakan wawancara. Beberapa hal penting tersebut adalah :

a. Peneliti menginformasikan kepada informan bahwa nama mereka tidak akan dicantumkan dalam hasil penelitian.

b. Maksud dan tujuan penelitian mengadakan penelitian. Hal tersebut disampaikan karena terdapat kemungkinan informan merasa khawatir dan curang bahwa penelitian ini akan merugikan mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menyampaikan kepada informan bahwa tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengkaji latar belakang anak jalanan dan mendeskripsikan interaksi sosial pada pengamen disekitar terminal tirtonadi.


(1)

IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : ... Jenis Kelamin : ... TTL : ... Usia : ... Pendidikan Terakhir : ... Pekerjaan :... Lama Bekerja :... Status : ... Alamat : ... Nama suami/istri (bila telah menikah : ... Jumlah anak (bila telah menikah) : ...

Surakarta, 2009


(2)

280

SURAT KESEDIAAN MENJADI INFORMAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan penuh rasa hormat, pada kesempatan kali ini saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian yang saya lakukan. Penelitian ini merupakan penelitian untuk pengambilan data dalam skripsi saya, guna untuk memenuhi syarat untuk menjadi Sarjana Psikologi.

Pada dasarnya setiap pertanyaan yang saya ungkapkan merupakan peristiwa dan pengalaman yang pernah anda alami sebelumnya. Sehingga Saya sangat mengharapkan kepada saudara untuk menjadi rekan dalam penelitian kali ini, dan selama pengambilan data ini berlangsung dengan penuh rasa hormat saya menginginkan saudara mengungkapkan sejujur-jujurnya dan sesuai dengan kondisi yang pernah saudara alami. Saudara tidak perlu ragu-ragu dalam menjawab setiap pertanyaan, sebab kerahasiaan identitas dan jawaban saudara sepenuhnya dijamin oleh etika akademik penelitian.

Atas partisipasi dan kesediaan saudara, saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga setiap informasi yang saudara berikan dalam penelitian ini akan sangat berguna, tidak hanya berguna pada penelitian kali ini saja. Melainkan juga akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Psikologi. Amien...

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Informan,

Surakarta , 2009


(3)

Gambar Informan I


(4)

282

Gambar Informan III


(5)

Gambar Informan II dan IV


(6)

284

Tempat berkumpul para Informan