Bimbingan Teknis Manajemen Budaya dan Lingkungan Berbasis Sekolah

(1)

MANAJEMEN BUDAYA DAN

LINGKUNGAN BERBASIS SEKOLAH

DI SEKOLAH DASAR

BAHAN BIMBINGAN TEKNIS

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,


(2)

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Halama n

i

DAFTAR ISI ii

BAGIAN I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 1

C. Ruang Lingkup 2

D. Skenario 2

BAGIAN II MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH 4

A. Budaya Sekolah

1. Konsep Budaya Sekolah

2. Proses Lahirnya Budaya Sekolah 3. Nilai-Nilai Karakter Budaya Sekolah

4. Prinsip dan Azas Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah

5. Strategi Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah

4 4 5 7 15 25

B. Lingkungan Sekolah

1. Lingkup Pengembangan Lingkungan Sekolah 2. Lingkungan Sekolah yang Kondusif

3. Syarat Terciptanya Lingkungan Sekolah yang Kondusif 4. Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar

34 34 35 36 40

C. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah

1. Perencanaan Program 2. Sosialisasi Program 3. Pelaksanaan Program 4. Evaluasi Program

42 42 42 43 44

D. Daftar Pustaka 44

BAGIAN III INSTRUMEN PENGUKURAN KEBERHASILAN 46


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan karakter positif siswa. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah dilakukan agar lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang kondusif bagi penyemaian dan pengembangan watak optimisme, mengembangkan penalaran, pencerahan akal budi, membekali ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk menjadikan siswa yang jujur, sopan santun, kreatif produktif, mandiri, dan bermanfaat bagi sesamanya. Karena lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat siswa berinteraksi, selain lingkungan keluarga dan masyarakat untuk melakukan proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu, sekolah sebagai sebuah institusi perlu dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang baik. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah mempunyai peluang besar dalam menghasilkan lulusan yang memiliki karakter/nilai-nilai baik agar pendidikan dapat berlangsung sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kondusif sehingga dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas secara kognitif tetapi siswa yang berkarakter positif.

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif bagi penyemaian dan pengembangan karakter positif siswa dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, terpadu, konsisten, implementatif, dan menyenangkan. Untuk pengembangan budaya dan lingkungan sekolah diperlukan empat tahapan yaitu perencanaan program, sosialisasi program, pelaksanaan program, dan evaluasi program.

Untuk mengetahui keberhasilan program pengembangan budaya dan lingkungan sekolah perlu dilakukan monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian program dengan perencanaan. Tingkat pencapaian program pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif perlu dibuat instrumen pengukuran keberhasilan.

Akhirnya, upaya yang dilakukan pemerintah pada program manajemen budaya dan lingkungan sekolah yang kondusif perlu mendapatkan dukungan dari


(5)

seluruh warga sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah secara konsisten dan kontinu.

B.Tujuan

Setelah mengikuti bimtek manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah, peserta bimtek diharapkan dapat:

1. Memahami dan mengembangkan konsep dasar tentang budaya dan lingkungan sekolah

2. Memahami pentingnya manajemen budaya dan lingkungan sekolah 3. Menyusun program pengembangan budaya dan lingkungan sekolah 4. Mengimplementasikan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah 5. Mengukur keberhasilan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah


(6)

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi manajemen budaya dan lingkungan berbasis sekolah meliputi:

1. Budaya sekolah

1) Konsep budaya sekolah

2) Proses lahirnya budaya sekolah 3) Nilai-nilai karakter budaya sekolah

4) Prinsip dan azas pengembangan dan pembinaan budaya sekolah 5) Strategi pengembangan dan pembinaan budaya sekolah

2. Lingkungan sekolah

1) Lingkup pengembangan lingkungan sekolah 2) Lingkungan sekolah yang kondusif

3) Syarat terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif 4) Lingkungan sekolah sebagai sumber belajar

3. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah 1) Perencanaan program

2) Sosialisasi program 3) Pelaksanaan program 4) Evaluasi program


(7)

BAB II

MATERI BACAAN

MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN

BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

A. Budaya Sekolah 1. Konsep Budaya

Secara etimologis kata “budaya” berasal dari bahasa Sankskerta ”buddhayah”, merupakan bentuk jamak dari buddi yang berarti ”budi” atau ”akal” dan dalam bahasa Latin colere yang berarti “mengolah atau mengerjakan”, yang diartikan sebagai keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere kemudian berkembang menjadi culture dan diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Sedangkan Ki Hajar Dewantoro (1967) mengemukakan konsep budaya sebagai ”buah budi” manusia baik yang bersifat lahir maupun batin, selalu mengandung sifat-sifat ”keluhuran” dan kehalusan/keindahan, ethis dan esthetis, yang ada pada hidup manusia pada umumnya. Lebih lanjut Parson (dalam Hindaryatiningsih, 2013) menyebutkan bahwa budaya terdiri dari pola-pola yang berhubungan dengan perilaku, hasil tindakan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan terlepas dari faktor-faktor genetik secara biologis. Tinjauan lain menyatakan bahwa budaya atau culture memiliki arti penanaman jiwa atau pikiran (Wikipedia, 2012). Secara definitif, budaya merupakan (1) sekumpulan norma (ukuran) yang diterima oleh anggota organisasi, dipahami, dan menjadi pedoman bagi dirinya dalam bertindak; dan (2) dalam konteks lingkungan budaya dimaknai sebagai suatu nilai-nilai (hal-hal yang mendasar/penting), moral (baik buruk suatu perbuatan), kebiasaan, dan hukum dalam suatu organisasi (Robbins & Decenzo, 2004). Jadi budaya merupakan suatu ide, gagasan, nilai-nilai, peraturan-peraturan, norma-norma, cara berfikir, perilaku, sikap dan tindakan yang dibenarkan dan diterima masyarakat yang dapat dipelajari dari tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dan perilaku masyarakat sebelumnya, serta diwariskan secara turun temurun baik dalam wujud fisik/material ataupun non material.

Sedangkan pemahaman terhadap Budaya Sekolah dapat dilakukan berdasarkan kata-kata yang ada di dalamnya. Budaya sekolah diartikan sebagai sistem nilai, kepercayaan dan norma yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh


(8)

kesadaran sebagai perilaku alami dan dibentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh sivitas sekolah (Ditjen PMPTK, 2007). Budaya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni budaya positif dan negatif. Budaya yang positif dapat mengembangkan perilaku positif dan kondusif, sebaliknya budaya negatif dapat mengembangkan/mempengaruhi perilaku peserta didik yang negatif pula, maka budaya positiflah yang harus dikembangkan di sekolah.

Jika digabungkan antara budaya dan organisasi (sekolah) menjadi budaya sekolah memiliki makna (1) sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas (Deal dan Peterson, 1999); (2) Sejumlah pemahaman penting, seperti norma, nilai, sikap, dan keyakinan, yang dimiliki bersama oleh anggota organisasi” (Stoner, Freeman, dan Gilbert Jr., 1996:182); (3) kepribadian organisasi (personality of an organization) atau bagaimana sesuatu bekerja di sekitar organisasi, pedoman pegawai untuk berpikir, bertindak, dan merasakan, terkandung nilai-nilai utama, kepercayaan, etika, dan aturan perilaku dalam organisasi (Hansen, 2005); (4) “nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah” (Depdiknas,2007:1).

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dinyatakan bahwa budaya organisasi (sekolah) merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh hati dan pikiran sehingga dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku (individu/kelompok) dalam satuan pendidikan pada khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Namun demikian, budaya sekolah yang diharapkan dalam konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, peserta didik, dan jika perlu membentuk opini masyarakat.


(9)

2. Proses Lahirnya Budaya Sekolah

Budaya merupakan cerminan kebiasaan yang menjadi nilai dan dipahami serta dilaksanakan oleh seluruh komponen organisasi. Budaya menjadikan atmosfer antara satu organisasi dengan organisasi lainnya berbeda, Henry L Tosi at all (2000) menyatakan untuk merasakan perbedaan organisasi “pergilah ke luar negeri maka anda akan merasakan perbedaan budaya organisasi”. Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa setiap negara atau organisasi memiliki budaya yang berbeda dan menjadi jati diri atau identitas dari organisasi tersebut.

Budaya pada dasarnya sesuatu yang dapat diciptakan dan diubah, budaya bukan sesuatu yang given datang dari langit yang harus dijunjung tinggi. Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai dampak dari proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Format, bentuk,dan sistematika budaya sebuah organisasi akan sangat ditentukan oleh orang-orang yang mendirikan dan memimpin organisasi itu sendiri. Robbins (2006) menyatakan bahwa para pendiri organisasi biasanya memiliki dampak besar pada budaya awal organisasi, mereka mempunyai visi tentang bagaimana seharusnya organisasi tersebut. Nilai-nilai yang tertuang dalam konsep dasar organisasi biasanya akan menjadi falsafah dasar pengelolaan dan pengembangan organisasi. Perubahan budaya yang ada dalam sebuah organisasi merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari budaya yang sudah ada. Robbins (2006) menggambarkan proses terciptanya budaya organisasi diilustrasikan pada Gambar 2.1


(10)

Gambar 2.1 Proses Terciptanya Budaya Organisasi

Budaya organisasi tercipta sebagai hasil proses manajemen dan sosialisasi di antara komponen organisasi, proses tersebut merupakan implementasi dari filosofi sebagai nilai dasar organisasi yang telah diseleksi. Proses ini dapat menjadi siklus sehingga akan tercipta budaya organisasi baru yang dapat menjadikan organisasi dan kinerja organisasi lebih baik.

Sekolah sebagai sebuah organisasi memiliki nilai dan adab yang selanjutnya menjadi budaya sekolah, budaya sekolah tercipta sebagai hasil akulturasi nilai dari proses sosialisasi personil sekolah dengan sesama perangkat lainnya, personil sekolah dengan masyarakat, serta proses asimilasi dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Budaya sekolah tersebut selanjutnya akan menciptakan suasana sekolah yang berlainan dibandingkan dengan sekolah lainnya. Suasana yang tercipta bisa lebih nyaman, memacu prestasi, menumbuhkan jiwa kompetitif serta spirit lainnya yang memiliki dampak terhadap proses pendidikan di sekolah.

Mengingat budaya itu dapat diciptakan dan dikembangkan maka sudah selayaknya apabila budaya yang selama ini dirasakan memiliki kekurangan dilakukan perubahan atau mungkin diciptakan budaya baru agar kondisi sekolah menjadi lebih baik. Penciptaan budaya baru harus dilakukan secara cermat dan melalui kajian yang mendalam, perubahan yang terjadi tidak bersifat instan melainkan berproses dari tahapan yang sederhana hingga


(11)

fundamental. Perubahan budaya baru harus memiliki implikasi positif dan mampu mengantisipasi kondisi yang akan terjadi di masa depan, sehingga organisasi sekolah akan lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang di masa depan.

3. Nilai-nilai Karakter Budaya Sekolah

Hasil identifikasi terhadap budaya sekolah di satuan pendidikan yang ada dan hasil kristalisasi yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar sebenarnya nilai-nilai karakter dalam Budaya Sekolah banyak jumlahnya. Namun demikian, dalam konteks ini, pengembangan Budaya Sekolah minimal mengandung lima (5) nilai karakter yang harus dimiliki oleh para lulusan SD, yaitu: (1) beriman dan bertaqwa, (2) cinta tanah air, (3) memiliki wawasan luas dan terampil, (4) hidup sehat, bersih, dan rapi, dan (5) tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan peduli.

Kelima nilai karakter yang harus diprioritaskan dalam pengembangan budaya sekolah sebagai perekat dalam Manajemen Sekolah, PAKEM, dan PSM dapat merujuk pada indikator dan deskripsi lulusan SD sebagimana dirinci pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Nilai Karakter, Indikator, dan Deskripsi Lulusan SD dalam Budaya Sekolah

No Karakter Indikator Deskripsi Contoh perilaku

1 Beriman dan bertaqwa 1.1. Menjala nkan ibadah sesuai ajaran agamanya dengan bimbingan orang tua dan guru

Belajar sholat ke masjid bagi ummat islam, gereja bagi ummat kristen, pura bagi ummat hindu, wiara bagi ummat budha. Membiasakan menjaga kebersihan dan ketertiban dalam beribadah dengan tulus ikhlas

1. Sholat berjamaah (dhuha dan dhuhur) di sekolah bagi yang beragama islam, berdoa bagi agama yang lain

2. Cium tangan pada guru pada saat datang dan pulang sekolah

3. Saling tolong menolong dalam kebaikan

1.2. Berdo’a menurut tuntunan agamanya

Setiap akan melakukan aktivitas selalu dimulai dengan berdoa sebelum melakukan pekerjaan, bersyukur saat mendapat kenikmatan, bersabar saat mendapat musibah, dan Mengucapkan salam jika bertemu orang lain (karena salam itu do’a)

1. Membiasakan diri dengan berdoa sebelum melakukan pelajaran dimulai dan mengakhiri pelajaran

2. Beramal/bersedekah setiap hari jumat

3. Membiasakan diri berdoa untuk diri dan orang lain

4. Membiasakan diri mengucapkan salam jika bertemu orang lain (karena salam itu do’a)


(12)

1.3.Malu bersikap tidak baik

Bersikap jujur, tidak curang saat bermain, tidak suka berbohong, tidak iri dan dengki, tidak malas, suka menolong atau membantu teman.

1. Kantin kejujuran

2. Malu datang terlambat

3. Malu jika menyontek

4. Malu tidak jujur

5. Malu korupsi

1.4.Mengharga i dan memelihara

Menjaga dan merawat kesehatan dirinya, patuh pada kedua orang tua, patuh pada guru, menyayangi keluarganya,

menyayangitemannya, mengagumi keindahan alam, berkreasi, merawat tanaman, dan kebun sekolah, dan menyayangi binatang

1. Menjaga dan merawat kesehatan dirinya (baju bersih, rapi,

berseragam sesuai ketentuan)

2. Bertutur kata sopan dengan guru, tenaga kependidikan, dan orang lain

3. Patuh pada guru

4. Menanam dan memelihara tanaman sekolah 1.5. Meraya kan dan memahami makna hari besar keagamaan

Turut merayakan hari besar keagamaan, memahami makna tiap peringatan hari besar keagamaan, dapat meneladani dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, tentang tokoh dan peristiwa yang dirayakan

1. Turut merayakan hari besar keagamaan

2. Memahami makna tiap peringatan hari besar keagamaan

3. Dapat meneladani dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, tentang tokoh dan peristiwa yang dirayakan 2 Cinta

tanah air 2.1.Menjadi Bangga warga negara Indonesia

Berprestasi demi nama baik sekolahnya, menghargai dan memahami makna, Bendera, lambang negara, dapat menyanyikan dan tahu makna lagu

kebangsaan Indonesia, mengikuti upacara bendera dengan khidmat, mematuhi peraturan yang berlaku di lingkungannya (sekolah, kelurahan dan kotanya), dan menggunakan produksi dalam negeri

1. Bangga menjadi warga negara indonesia

2. Mengenang para pahlawan dengan melalui doa bersama

3. Menjaga nama baik sekolahnya

4. Berprestasi demi nama baik sekolahnya

5. Menghargai dan memahami makna, Bendera, lambang negara, dapat

menyanyikan dan tahu makna lagu

kebangsaan Indonesia

6. Mengikuti upacara bendera dengan khidmat

7. Mematuhi peraturan yang berlaku di lingkungannya (sekolah, kelurahan dan kotanya)


(13)

dalam negeri 2.2. Bangga berbahasa Indonesia dan bahasa daerahnya

Menggunakan dan tahu bahasa daerahnya, menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, suka membaca dan menulis, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan menghargai bahasa daerah lain di Indonesia

1. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar

2. Menggunakan dan tahu bahasa daerahnya

3. Suka membaca dan menulis, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

4. Menghargai bahasa daerah lain di Indonesia 2.3. Bangga terhadap budaya daerahnya dan daerah lain Mengetahui budaya

daerahnya dan daerah lain di Indonesia, dapat

menyanyikan lagu

daerahnya dan daerah lain di Indonesia, dapat menari dan mengenal tarian daerah, memahami adat budaya daerahnya dan daerah lain, gemar mengunjungi tempat bersejarah

1. Memahami dan mensosialisasikan budaya daerahnya dan daerah lain di

Indonesia

2. Bisa menyanyikan lagu daerahnya dan daerah lain di Indonesia dengan baik dan benar

3. Dapat menari dan mengenal tarian daerah

4. Berperilaku yang mencerminkan budaya bangsa dan daerahnya

5. Gemar mengunjungi tempat bersejarah 3 Memiliki wawasan luas dan terampil 3.1. Mempel ajari pengetahua n berbagai mata pelajaran

Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran yang tidak

dikuasainya, mendiskusikan materi pelajaran yang disukai, dan ingin mendalaminya, suka

membaca dan mengunjungi perpustakaan, dan suka membuat kliping

pengetahuan

1. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran yang tidak dikuasainya

2. Senang mendiskusikan materi pelajaran secara berkelompok

3. Gemar membaca dan mengunjungi

perpustakaan

4. Suka membuat kliping pengetahuan 3.2. Suka dan bersemang at melakukan percobaan, praktik-praktik terhadap pengetahua n yang dia inginkan

Selalu

mencoba/mempraktekkan teori yang ada dalam mata pelajaran, berkomunikasi (bertanya, berdiskusi) dengan santun kepada teman, guru, kepsek, penjaga sekolah terhadap hal-hal yang baru yang belum dia ketahui, dan menerima pendapat orang lain dengan berlapang dada terhadap hal-hal yang dia

1. Membiasakan diri mencoba/mempraktekk an dari teori-teori ke sesuatu yang nyata

2. Berkomunikasi (bertanya, berdiskusi) dengan santun kepada teman, guru, kepsek, penjaga sekolah terhadap hal-hal yang baru yang belum dia ketahui


(14)

lakukan 3. Menerima pendapat orang lain dengan berlapang dada terhadap hal-hal yang dia lakukan

4. Mengenal lingkungan sekolahnya dengan segala isinya sebagai sumber belajar 3.3. Rasa ingin tahu terhadap lingkungan dan hal baru Berkomunikasi (bertanya, berdiskusi) dengan santun kepada orang-orang yang bisa menjadi sumber informasi memenuhi rasa ingin tahu

Tertarik belajar dari

lingkungan yang dia sukai, dan mencoba melakukan sesuatu hal yang dia ingin tahu (beternak ikan, bercocok tanam, kantor kelurahan, kantor polisi/tertib berlalu lintas, kantor pos

1. Berkomunikasi (bertanya, berdiskusi) dengan santun kepada orang-orang yang bisa menjadi sumber informasi memenuhi rasa ingin tahu

2. Tertarik belajar dari lingkungan yang dia sukai, dan mencoba melakukan sesuatu hal yang dia ingin tahu (beternak ikan,

bercocok tanam, kantor kelurahan, kantor polisi/tertib berlalu lintas, kantor pos

3.4. Rasa ingin tahu terhadap media komunikasi dan informasi Mampu mengoperasionalkan media elektronik untuk membantu komunikasi dengan cara yang sopan (telepon, internet, komputer) dalam pengembangan wawasan pengetahuannya.

Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang positif dalam berkomunikasi aktif positif, berprilaku terbuka terhadap IPTEK, dan kreatif

1. Mampu

mengoperasionalkan media elektronik untuk membantu komunikasi dengan cara yang sopan (telepon, internet, komputer) dalam pengembangan wawasan

pengetahuannya

2. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang positif dalam

berkomunikasi aktif positif, berprilaku terbuka terhadap IPTEK, dan kreatif 4 Hidup sehat, bersih, dan rapi. 4.1. Hidup sehat

Membiasakan diri untuk hidup sehat terjauh dari penyakit, bersih dengan menjaga kebersihan badan, halaman sekolah, rumah, dan pakaian.

Berpenampilan yang rapi

1. Selalu menjaga kesehatannya, mandi, gosok gigi, cuci gigi, cuci kaki dan tangan pakai sabun

2. Tidak jajan sembarangan

3. Ikut berperan aktif atau memprakarsai menjadi anak indonesia sehat

4. Menjaga kesehatan dan kebersihan


(15)

lingkungannya

4.2.

Berperilaku bersih

Berpakaian bersih, rapi, dan pantas untuk dipandang, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan rumah, kelas dan sekolahnya

1. Berpakaian bersih

2. Mencukur dan menyisir rambut dengan rapi

3. Membersihkan kelasnya (piket kebersihan kelas)

4. Membuang sampah pada tempatnya

5. Membersihkan lingkungan rumah, kelas dan sekolahnya

4.3. Berperil aku dan berpenampi lan rapi

Membiasakan diri berpakaian rapi, tempat belajar rapi, tempat tidur rapi, buku-buku rapi, dan tidak mencoret bangku dan tembok

1. Menggunakan seragam sekolah dengan benar

2. Berpakaian rapi

3. Merapikan tempat belajar

4. Bukunya disampul rapi

5. Tidak mencoret bangku dan tembok 5 Tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan Peduli 5.1. Melakuk an tugas tanpa diperintah

Melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab baik individu dan kelompok, Melaksanakan tugas yamg diberikan khusus oleh guru (petugas upacara, dan petugas UKS.

1. Melaksanakan tugas kelompok dengan senang hati (piket kelas, menyiram tanaman di sekolah dan di rumah)

2. Melaksanakan tugas individu (PR, tugas sekolah, tugas di rumah) dengan senang hati tanpa disuruh

3. Melaksanakan tugas yang diberikan khusus oleh guru (petugas upacara, petugas UKS.

4. Mengambil resiko jika tidak melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan 5.2. Berdaya upaya melakukan suatu pekerjaan hingga tuntas Senang mengerjakan

tugasidu dan kelompok. 1. Mengerjakan tugas-tugas individu dengan tanggung jawab hingga selesai tanpa putus asa dan menyerah

2. Mengerjakan tugas-tugas kelompok penuh semangat dan berjuang menyelesaikannya bersama teman 5.3. Berupay a melakukan sesuatu dengan Mengerjakan tugas-tugas sekolah (lembar kerja, pekerjaan rumah) dan percaya pada kemampuan diri sendiri (tidak mencontek

1. Senang mendapatkan tugas sekolah

2. Bertanya pada guru dengan tutur kata yang sopan


(16)

amanah dan konsisten

dan tidak dibuatkan oleh orang lain), mau bertanya jika tidak mengerti dan mencoba menjawab dengan kemampuan sendiri,

berbicara dengan apa adanya sesuai dengan apa yang diketahuinya, bertindak hati-hati dan berbicara dengan santun sehingga dipercaya teman

3. Terbiasanya jika diminta menjawab pertanyaan selalu menerima dengan senang hati 5.4. Mengha rgai Waktu

Bangun, tidur, istirahat, belajar, bermain tepat waktu Datang tepat waktu ke sekolah dan pulang tepat waktu tiba di rumah Menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dan tepat waktu

Kreatif dalam memanfaatkan waktu luang

1. Bangun dan tidur tanpa disuruh orang tua

2. Malu jika terlambat masuk sekolah

3. Malu jika tidak mengerjakan PR 5.5. Mentaat i peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-tempat umum Menghormati dan

melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah

Mentaati peraturan di jalan raya, mentaati peraturan di tempat umum

1. Makan dan minum dengan duduk

2. Patuh pada peraturan di jalan raya

(menyebrang di zebra cross, berjalan di atas trotoar, naik/turun bis tertib di halte/terminal, tidak mengeluarkan anggota tubuh saat berada di dalam bis/mobil/kereta)

3. Mentaati peraturan di tempat umum (tidak meludah/pipis sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, tidak mencoret

sembarangan, dsbnya)

5.6. Peduli kepada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Mempedulikan kebersihan, kesehatan, kerapihan diri sendiri (liat keterangan terkait dengan kemandirian) Menghargai pendapat orang lain dengan cara ramah, santun, dan mengeluarkan kata-kata positif yang membuat orang lain nyaman Menjaga dan memelihara lingkungan sekitar terkait dengan kebersihan, kerapihan, dan keindahan

1. Menjaga kebersihan dan kerapihan diri

2. Bangga mengambil sampah

3. Mendoakan, menjenguk, atau membantu temannya yang sedang sakit atau kesusahan

4. Ramah terhadap orang di sekitarnya


(17)

Beberapa nilai-nilai karakter yang tercermin dalam budaya sekolah dalam aktivitas sehari-hari dapat dilihat para beberapa aktivitas peserta didik di sekolah. Beberapa contoh nilai-nilai karakter tersebut dapat dilihat pada uraian sebagai berikut.

1. Beriman dan Bertaqwa

Beriman dan bertaqwa diwujudkan oleh peserta didik dalam: (a) menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya dengan bimbingan orang tua dan guru; (b) berdo’a menurut tuntunan agamanya; (c) malu bersikap tidak baik ; (d) menghargai dan memelihara; (e) merayakan dan memahami makna hari besar keagamaan.

Gambar 2.2 Peserta Didik Melakukan Kegiatan Keagamaan

Gambar 2 menunjukkan aktivitas penanaman perilaku/tatakrama yang sistimatis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlakul karimah) serta disiplin dalam berbagai hal.

2.

Cinta Tanah Air

Cinta tanah air dapat dilihat dari peserta didik yang menunjukkan rasa (1) bangga menjadi warga negara Indonesia, (2) bangga berbahasa Indonesia dan bahasa daerahnya dalam aktivitas sehari-hati, dan (3) bangga terhadap budaya daerahnya dan daerah lain yang ada di wilayah Indonesia. Gambar 3. menunjukkan peserta didik yang cinta tanah air dengan menghormati bendera Indonesia.


(18)

Gambar 2.3. Peserta didik Menghargai dan Menghormati Bendera Indonesia

3. Memiliki Wawasan Luas dan Terampil

Nilai karakter bangsa ketiga yaitu memiliki wawasan luas dan terampil dapat dilihat dari para peserta didik dalam (1) mempelajari pengetahuan berbagai mata pelajaran, (2) suka dan bersemangat melakukan percobaan, praktik-praktik terhadap pengetahuan yang dia inginkan, (3) rasa ingin tahu terhadap lingkungan dan hal baru, (4) rasa ingin tahu terhadap media komunikasi dan informasi. Salah satu contoh pengembangan dan pembinaan nilai karakter ini dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Gemar Membaca

Budaya Gemar membaca peserta didik dapat dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan dalam mengisi waktu luang dengan membaca, rajin mengunjungi perspustakaan, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

4. Hidup Sehat, Bersih, dan Rapi

Nilai karakter keempat dalam budaya sekolah mencakup hidup sehat, berperilaku bersih, dan berperilaku berpenampilan rapi. Hidup sehat dapat tercermin dalam menjaga kesehatannya, mandi, gosok gigi, cuci kaki, dan tangan pakai sabun, tidak jajan sembarangan, menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungannya, dan memotong kuku secara teratur, dan mengganti pakaian yang kotor. Berperilaku bersih berpakaian bersih tampak pada diri peserta didik yang terbiasa mencukur dan menyisir rambut secara rapi, menjaga kebersihan kelas melalui piket kebersihan kelas, membuang sampah pada


(19)

tempatnya, dan selalu membersihkan lingkungan rumah, kelas dan sekolah. Berperilaku dan berpenampilan rapi dapat ditunjukkan oleh perilaku peserta didik dengan berpakaian seragam sekolah dengan benar dan rapi, merapikan tempat belajar dan tempat tidur, penyampulan buku secara rapi, dan tidak mencoret bangku dan tembok sekolah. Contoh Nilai hidup sehat, bersih, dan rapi dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5. Dokter Kecil, Hidup Bersih, dan Rapi

Nilai dan budaya bersih dan sehat dapat dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan berikut: membuang sampah pada tempatnya, memungut ketika melihat sampah, tidak mencorat coret tembok, gerakan cuci tangan sebelum & sesudah makan, gerakan rajin gosok gigi (minimal 2 kali sehari), menjaga kerapihan dalam berpakaian & penampilan (rambut, kuku), menjaga kerapihan kelas & sekolah, merapikan barang-barang setelah digunakan, mengembalikan buku di perpustakaan sesuai tempatnya, menciptakan & menjaga keindahan lingkungan sekolah, tidak menginjak rumput di taman, menciptakan gerakan cinta lingkungan (Green School), membawa tanaman (bunga) untuk penghijauan sekolah.

5. Tanggung Jawab, Tangguh, Jujur, Disiplin, dan Peduli

Nilai karakter kelima mencakup tanggung jawab, tangguh, jujur, disiplin, dan peduli dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Perilaku tanggung jawab dari peserta didik dapat dilihat dari perbuatan dalam menjalankan tugas tanpa diperintah, berupaya melakukan suatu pekerjaan hingga tuntas, amanah dan konsisten, menghargai waktu, mentaati peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-tempat umum dan peduli kepada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Ketangguhan peserta didik dapat dilihat dari berdaya upaya melakukan suatu pekerjaan hingga tuntas dapat ditunjukkan oleh peserta didik dalam mengerjakan


(20)

tugas-tugas individu dengan tanggung jawab hingga selesai tanpa putus asa dan menyerah, tugas-tugas kelompok penuh semangat dan berjuang menyelesaikannya bersama teman.

Kejujuran peserta didik dapat dapat ditunjukkan dalam setiap ucapan dan tindakan, tidak mencontek saat ulangan, mengembalikan ketika menemukan sesuatu, menyampaikan sesuatu sesuai dengan yang sebenarnya. Menjunjung tinggi sportifitas dan intregritas yang tinggi dalam setiap aktivitas sehari-hari di sekolah, rumah, dan masyarakat.

Kedisiplinan peserta didik dapat ditunjukkan ketika dia sangat menghargai waktu, antara lain ketika bangun tidur, istirahat, belajar, dan bermain tepat waktu, datang tepat waktu ke sekolah dan pulang tepat waktu tiba di rumah, menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dan tepat waktu, dan kreatif dalam memanfaatkan waktu luang. Disiplin juga dapat ditunjukkan oleh peserta didik dalam mentaati peraturan di sekolah, di rumah, dan tempat-tempat umum, antara lain menghormati dan melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah dan mentaati peraturan di jalan raya.

Peduli dapat ditunjukkan oleh peserta didik kepada (1) diri sendiri, orang lain, dan lingkungan,mempedulikan kebersihan, kesehatan, kerapihan diri sendiri (lihat keterangan terkait dengan kemandirian); (2) menghargai pendapat orang lain dengan cara ramah, santun, dan mengeluarkan kata-kata positif yang membuat orang lain nyaman; dan (3) menjaga dan memelihara lingkungan sekitar terkait dengan kebersihan, kerapihan, dan keindahan di lingkungan sekolah dan masyarakat. Contoh nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada perilaku peserta didik sebagaimana tampak pada gambar 2.6.


(21)

Peserta Didik jujur

Peserta Didik Disiplin Peserta Didik Peduli

Gambar 2.6 Nilai-nilai Karakter dalam Budaya Sekolah

Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan dan pembinaan budaya sekolah minimal mengembangkan lima (5) nilai-nilai karakter yang dimiliki nantinya oleh para tunas-tunas bangsa pada jenjang SD. Nilai-nilai karakter yang ada sangat dimungkinkan lebih dari lima, sehingga kepala sekolah dapat melakukan pengembangan dan pembinaan secara berkesinambungan. Misalnya yang masih perlu dikembangkan berkaitan dengan: (1) sopan santun (bertindak dan berbicara dengan sopan, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menghargai satu sama lain), (2) kerja sama (kerja sama dalam tim atau kelompok), menghargai pendapat, usaha dan hasil karya orang lain, siap menerima kritik dan masukan dari orang lain, berani menyampaikan pendapat; (3) kemandirian; dan (4) hidup hemat.

4. Prinsip dan Azas Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah

1) Prinsip

Dalam Panduan Pembinaan Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di SD ada beberapa prinsip pengembangan budaya sekolah dasar. Pertama,

berkelanjutan, artinya pengembangan dan pembinaan karakter dilakukan secara terus menerus alam jangka waktu yang panjang. Proses tersebut mulai dari perencanaan,


(22)

sosialisasi, pelaksanaan pengembangan dan evaluasi, secara bersiklus. Siklus tersebut dilalui sekolah dalam upaya pengembangan dan pembinaan budaya sekolah agar tercipta implementasi budaya sekolah secara benar dan terinternalisasi.

Kedua, terpadu. Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah dilakukan secara terintegrasi dengan seluruh aktifitas sekolah. Semua manajemen sekolah yang terdiri atas manajemen kurikulum dan pembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, hubungan sekolah dan masyarakat, pembiayaan; semuanya dirancang dan diarahkan agar kondusif bagi penyemaian dan pengembangan karakter peserta didik.

Ketiga, konsistensi. Seluruh aktifitas pendidik dan tenaga kependidikan konsisten dalam pengembangan dan pembinaan budaya sekolah. Semua warga sekolah harus mengimplementasikan nilai-nilai positif dalam ucapan, sikap dan perilaku. Misalnya sikap jujur, adil, terbuka, menghargai perbedaan pendapat, sopan santun, gemar membaca, gemar menulis, bersikap ilmiah, rendah hati, empati, disiplin, dan hemat.

Keempat, implementatif. Nilai budaya sekolah tidak hanya dipajang melalui poster, pemberian ceramah atau pengarahan, pemberian penjelasan lewat berbagai mata pelajaran, namun harus diimplementasikan berupa ucapan, sikap, dan perilaku seluruh warga sekolah. Hal bisa dilakukan melalui keteladanan dan pemberian lingkungan yang kondusif terhadap penciptaan budaya positif di sekolah.

Kelima, menyenangkan. Suasana yang menyenangkan adalah bebas dari rasa takut, tertekan dan terpaksa. Dengan suasana yang menyenangkan mereka menerapkan budaya dalam perilaku sehari-hari dengan penuh rasa tangung jawab dan dengan kesadarannya sendiri. Prinsip menyenangkan dapat diterapkan pada saat jam istirahat, dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan di kelas yang diciptakan guru.

Pandangan lain menyebutkan bahwa upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip sebagai berikut: (1) berfokus pada visi, misi dan tujuan sekolah; (2) penciptaan komunikasi formal dan informal; (3) inovatif dan bersedia mengambil resiko: (4) memiliki strategi yang jelas; (5) berorientasi kinerja; (6) sistem evaluasi yang jelas; (7) memiliki komitmen yang kuat; (8) keputusan berdasarkan konsensus; (9) sistem imbalan yang jelas; dan (10) evaluasi diri (Depdiknas, 2007).

Pertama, berfokus pada visi, misi dan tujuan sekolah. Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah wajib sejalan dengan visi, misi dan tujuan. Ketiganya menjadi pijakan dalam mengarahkan pembinaan dan pengembangan budaya sekolah.

Kedua, penciptaan komunikasi formal dan informal. Komunikasi yang baik harus dapat dibangun secara lintas sektoral, termasuk penggunaan teknologi yang canggih akhir-akhir ini, sehingga memungkinkan penyampaian pesan bergerak secara cepat, tepat,


(23)

dan akurat. Penyampaian pesan sangat dibutuhkan dalam membangun budaya sekolah secara efektif dan efisien.

Ketiga, inovatif dan bersedia mengambil resiko. Budaya organisasi haruslah inovatif dan pihak-pihak yang terkait harus ambil bagian dalam mengambil resiko. Setiap terjadi perubahan mengakibatkan ada sesuatu yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah harus berani mengambil keputusan dan menanggung resikonya.

Keempat, memiliki strategi yang jelas. Budaya sekolah dalam pengembangannya memerlukan strategi yang sistemik dan sistematis. Sistemik menunjuk pada interelasi antara komponen-komponen yang ada dalam organisasi dan pelaksanaannya harus jelas. Sistematisnya menunjuk pada strategi yang runtut, rasional, dan dapat diterima warga sekolah.

Kelima, berorientasi kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu difokuskan pada orientasi kinerja sekolah melalui orang-orang yang ada di dalamnya. Apa yang dibangun dalam budaya sekolah perlu jelas indikatornya sehingga dapat diukur kinerja sekolah.

Keenam, sistem evaluasi yang jelas. Upaya pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara berkelanjutan secara periodik. Sistem evaluasinya haruslah dapat dipahami dan dapat dioperasionalkan secara jelas sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya.

Ketujuh, memiliki komitmen yang kuat. Komitmen sangat dibutuhkan dalam membangun budaya sekolah. Setiap kepala sekolah beserta seluruh anggotanya (guru dan staf) harus menunjukkan keterikatannya yang kuat, kebanggaannya yang tinggi dalam budaya sekolah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sesuatu yang sukses perlu dilandasi komitmen yang tinggi dari stakeholders secara konsisten.

Kedelapan, keputusan berdasarkan konsensus. Kepala sekolah tidak dapat mengambil keputusan sendiri, tetapi harus melibatkan bawahan dalam partisipatif. Keputusan berdasarkan konsensus sehingga dalam pelaksanaanya pun mendapat dukungan secara penuh dari mereka.

Kesembilan, sistem imbalan yang jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan yang baik. Sistem perlu merujuk pada setiap prestasi perlu diberi penghargaan yang sesuai dan tersistem dengan baik.

Kesepuluh, evaluasi diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan


(24)

budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur budaya sekolah.

Prinsip-prinsip tersebut dapat dijadikan pedoman ketika kepala sekolah mem bangun budaya sekolah. Prinsip-prinsip dapat diimplementasikan secara bertahap mulai dari yang paling mudah dilaksanakan, dikuasai, dan disepakati bersama secara demokratis.

2) Azas-azas

Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah perlu berpegang pada beberapa azas sebagai berikut: (1) kerja sama tim; (2) berkemampuan; (3) berkeinginan; (4)

kegembiraan; (5) hormat; (6) jujur; (7) disiplin; (8) empati; (9) pengetahuan dan kesopanan (Depdiknas, 2007).

Kerja sama tim (team work). Kerja sama tim dalam membangun budaya sekolah sangat diperlukan. Setiap individu tak dapat berdiri sendiri tetapi harus berkelompok secara tim untuk dapat melaksanakannya. Masing-masing tim juga harus mampu bekerja sama dengan tim lainnya secara sinergis. Selain hasil kerjanya akan semakin baik tetapi juga dapat memudahkan budaya sekolah yang diidam-idamkan menjadi tepat tercapai.

Berkemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.

Berkeinginan. Keinginan merujuk pada kemauan menjalankan tugas dan tanggung jawab dari sivitas akademika sekolah dalam membangun budaya sekolah, termasuk nilai-nilai karakter yang ada di dalamnya. Melalui keinginan yang kuat maka budaya sekolah yang kuat akan terbentuk, sehingga budaya mutu pendidikan juga akan terbentuk.

Kegembiraan (happiness). Kegembiraan diperlukan dalam situasi yang tepat dalam membangun budaya sekolah yang baik. Melalui kegembiraan yang ada dalam membangun budaya sekolah akan tercipta iklim yang positif, lingkungan yang menyenangkan, dan menjadi selalu siap mendukung pencapaian prestasi yang diharapkan. Hormat (respect). Pengembangan dan pembinaan budaya perlu dilakukan dengan masing-masing saling menghormati. Azas ini diberlakukan kepada siapa saja sehingga terjalin rasa kemanusiaan yang tinggi serta saling menghargai dalam setiap aktivitasnya.


(25)

Jujur (honesty). Pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan secara jujur, berasal dari kata hati yang paling mendalam, sehingga apa yang terjadi bukan kamuflase. Kepala sekolah dan seluruh jajarannya harus selalu jujur dalam setiap aktivitas, antara pikiran dan tindakan tidak dibuat-buat, sehingga apa ditunjukkan dari pribadi yang penuh kejujuran.

Disiplin (discipline). Pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan dengan diisiplin. Disiplin menjadi kunci keberhasilan berbagai upaya, termasuk dalam pengembangan budaya di sekolah. Keberlakuannya tentu untuk semua warga sekolah secara konsisten.

Empati (empathy). Empati menunjuk pada kemampuan seseorang dalam menempatkan diri dan merasakan apa yang dirasakan oleh pihak lain, tetapi tidak larut di dalamnya. Empati anggota sekolah menumbuhkan budaya sekolah lebih baik sehingga satu sama lain saling memahami.

Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan perlu digunakan dalam setiap pengembangan budaya sekolah oleh para anggotanya. Azas ini menuntut warga sekolah yakin dan terhormat untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan para peserta didik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. .

3) Implikasi Budaya Sekolah

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dipahami dan diyakini oleh pikiran dan hati sehingga dapat dijadikan pedoman seseorang ketika berperilaku (individu/kelompok) dalam satuan pendidikan pada khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Budaya sekolah yang diharapkan dalam konteks ini lebih merujuk pada “suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah, jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah” sebagaimana ditegaskan oleh Direktorat Tendik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas (2007:1).

Program MBS diharapkan dapat menciptakan budaya sekolah yang mendorong peserta didik untuk menjadi warga yang terampil dan bertanggung jawab. Melalui pendekatan yang aktif dan partisipatif, baik dalam manajemen sekolah, pembelajaran, maupun peran serta masyarakat, perilaku yang baik diharapkan berkembang pada diri semua warga sekolah: peserta didik, kepala sekolah, guru, dan masyarakat.


(26)

Melalui pembelajaran PAKEM anak belajar bekerjasama yang baik dengan anak lainnya. Mereka belajar berani mengungkapkan pendapatnya dengan cara yang sopan dan santun. Mereka toleran menerima pendapat orang lainnya. Keterbukaan dalam perencanaan dan keuangan sekolah akan mendorong seseorang untuk berperilaku jujur. Dan semua pihak bekerja sama untuk membuat lingkungan sekolah yang bersih, sehat, dan ramah anak.

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, budaya sekolah minimal berimplikasi pada pada lima hal, yaitu aspek religius, bersih dan sehat, disiplin, bersih dan sehat, dan baca. Apabila setiap sekolah dalam aktivitas telah fokus kepada hal tersebut, diharapkan nantinya (1) pihak sekolah, termasuk peserta didik, menjadi religius; (2) memiliki budaya bersih dan sehat; (3) berdisiplin; (4) lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat; dan (5) memiliki budaya baca menjadi terus berkembang.

Aspek-aspek tersebut dapat dilihat antara lain pada berbagai aktivitas nyata atau perilaku anggota atau warga sekolah sebagaimana contoh-contoh sebagai berikut:

a. Religius

Berperilaku religius (Gambar 2.7) hendaknya tidak ditunjukkan hanya yang bersifat hubungan manusia dengan Tuhan, seperti berdo’a dan beribadat, melainkan juga hubungan manusia dengan manusia lainnya, seperti tidak mengambil/mengganggu milik orang lain, budaya antri, dan menghargai pendapat orang lain.; serta hubungan manusia dengan alam/lingkungannya, seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak pohon, dan tidak mencorat-coret tembok. Perilaku religius, sebagaimana perilaku di bidang lain, akan berkembang melalui keteladan, pembiasaan, dan pembimbingan (di saat tidak berbuat hal yang diinginkan). Guru, kepala sekolah, dan orang dewasa lain hendaknya memberikan teladan kepada peserta didik. Misal, bila warga sekolah menginginkan peserta didik berdisiplin, maka sekolah harus memberikan teladan/contoh tentang disiplin tersebut.


(27)

b. Bersih dan Sehat

Hidup bersih dan sehat dapat (Gambar 2.8) dibiasakan melalui kegiatan-kegiatan antara lain: memilah dan menempatkan sampah pada tempatnya, memungut sampah ketika melihatnya, tidak mencorat coret tembok, gerakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, gerakan rajin gosok gigi (minimal 2 kali sehari), menjaga kerapihan dalam berpakaian dan penampilan (rambut, kuku), menjaga kerapihan kelas dan sekolah, merapikan barang-barang setelah digunakan, mengembalikan buku di perpustakaan sesuai tempatnya, menciptakan dan menjaga keindahan lingkungan sekolah, tidak menginjak rumput di taman, menciptakan gerakan cinta lingkungan, membawa tanaman (bunga) untuk penghijauan sekolah.

c. Sopan dan Santun

Gambar 2.8. Anak Belajar Kebiasaan Sehat

Siswa belajar menggosok gigi bersama, serta mencuci tangan setelah membuang air dan sebelum makan. Kebiasaan kesehatan ini perlu disertai pembelajaran tentang kesehatan supaya mereka memahami pentingya kebiasaan ini.


(28)

Pengembangan sopan dan santun terpadu (Gambar 2.9) dalam kegiatan sekolah. Dengan adanya pembelajaran PAKEM dan manajemen sekolah yang partisipatif dan terbuka, terjadi lebih banyak interaksi antara peserta didik dan peserta didik, dan peserta

didik dan guru. Melalui kerja kooperatif dalam

kelompok peserta didik belajar mendengarkan dan

menghormati pendapat peserta didik lainnya, serta mengungkapkan pendapatnya sendiri dengan kata dan sikap yang tidak menyinggung perasaan pendengarnya. Hal yang sama terjadi dalam interaksi antara peserta didik dan guru dan orang dewasa lainnya di lingkungan sekolah. Masing-masing harus bisa mengungkapkan pemikiran dan pendapat dengan memperhatikan perasaan pendengarnya.

d. Disiplin

Selama ini, sekolah menerapkan disiplin berdasarkan hukum. Dengan adanya program MBS akan dibangun kesadaran untuk disiplin diri yang tidak berdasarkan hukum. Pengembangan displin peserta didik sangat terkait dengan penanaman sopan-santun. Dengan adanya lebih banyak kegiatan interaktif di sekolah, kegiatan tersebut hanya dapat dijalankan dengan baik kalau pesertanya menunjukkan sikap yang berdisiplin. Selain bersopan-santun peserta didik dibiasakan dalam kegiatan partisipatif seperti melakukan percobaan untuk membagai tugas dan menunggu gilirannya. Pengembangan disiplin diri dikembangkan melalui semua kegiatan sekolah baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler, akdemik maupun non-akademik seperti olah raga (Gambar 2.10).

Gambar 2.9. Sopan dan Santun


(29)

e.

Budaya Baca

Salah satu tujuan program MBS adalah untuk meningkatkan minat baca peserta didik atau dengan kata lain mengembangkan budaya baca (Gambar 10). Untuk mencapai tujuan ini beberapa hal dilakukan di sekolah: (1) perpustakaan sekolah dikelola untuk menciptakan suasana yang mendorong anak untuk membaca, (2) sudut baca dibuat di ruang kelas supaya buku mudah dijangkau, (3) jumlah buku ditambah baik dari sumbangan peserta didik dan masyarakat, maupun dibeli dengan dana BOS, (4) jam membaca diterapkan di kelas ataupun sekaligus di seluruh sekolah supaya anak terbiasa membaca, (5) mengungkapkan hasil bacaannya dalam bentuk lisan atau tulisan, (6) ada beberapa sekolah menyebut dengan ‘Iqra time’ dan ‘membaca senyap’ dengan tujuan yang sama, yaitu menggalakkan budaya baca (Gambar

2.10).

Gambar 2.10. Perpustakaan dan Sudut Baca

Sudut baca atau perpustakaan kelas dibentuk untuk mendorong minat baca siswa. Buku dipajangkan supaya judul mudah dibaca, dan anak diberi waktu membacanya melalui ‘jam membaca.’

Gambar 2.9. Belajar Berdisiplin

Siswa belajar berdisiplin melalui kegiatan baik di dalam maupun di luar kelas, kurikuler dan ektrakurikuler


(30)

‘DROP EVERYTHING AND READ!’ (BEST PRACTICE)

SD Ngepung, Probolinggo merupakan salah satu sekolah yang telah berhasil meningkatkan kegemaran membaca pada anak-anak. Salah satu kiat yang dilakukan oleh sekolah ini adalah menerapkan pembiasaan ‘baca senyap’. Di SD Ngepung lebih dikenal dengan sebutan DEAR (Drop Everything And Read). Baca senyap dilakukan setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu, sebelum pelajaran dimulai, yaitu dimulai jam 06.15 – 06.30. Seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, peserta didik, dan staf sekolah) wajib membaca senyap. Tidak ada aktivitas lain, selain membaca. Buku atau bahan yang dibaca diserahkan kepada masing-masing warga sekolah.

Peningkatan aktivitas dan produktivitas peserta didik, mereka diminta menuangkan kembali berupa ringkasan atau hasil karya peserta didik. Setelah 1-2 minggu hasil karya peserta didik tersebut dikonteskan secara terbuka. Hasil karya terbaik akan diumumkan pada waktu upacara bendera hari Senin. Selain karya terbaik dibacakan oleh Pembina Upacara, mereka diberi hadiah, seperti pensil, penghapus, dan pulpen, dengan harga tidak lebih dari Rp1.000. Pembiasaan ‘baca senyap’ yang dilakukan secara terus-menerus seperti ini sangat berdampak terhadap minat baca anak dan menambah wawasan.

Gambar 2.11. Siswa di SD Ngepung, Probolinggo membaca senyap setiap hari dari Selasa sampai Sabtu


(31)

5. Strategi Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah

1) Strategi Pengembangan dan Pembinaan

Budaya sekolah perlu kuat dan eksis keberadaannya di sekolah. Budaya sekolah tidak datang dan timbul dengan sendirinya. Ia perlu dibangun oleh pemimpin sekolah secara konsisten dan sistematis untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Stakeholders utama (peserta didik, guru, kepala sekolah, staff, dan orang tua) harus bekerjasama dalam menciptakan budaya sekolah secara sinergis, sehingga memungkinkan kualitas pembelajaran di satuan pendidikan berjalan dengan baik. Prestasi hasil belajar para peserta didik sebagai keluarannya akan mencapai tingkat optimal, prestasi sekolah mencapai harapan, dan menjadikan masyarakat puas atas hasil-hasil yang dicapai peserta didik dan sekolah.

Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah beserta stakeholders lainnya dalam membangun budaya sekolah agar tetap eksis adalah dengan memfokuskan pada dimensi-dimensi budaya yang berkaitan dengan religiusitas, kerjasama (team work), kepemimpinan (Kusumah, 2011).

Salah satu Pilar MBS, yakni budaya sekolah merupakan pengikat tiga pilar lainnya sehingga desentralisasi pendidikan pada satuan pendidikan dapat berjalan dengan optimal. Hal ini tentu sangat relevan dengan saran Sergiovanni (2005) yang menyatakan bahwa para pengambil kebijakan, para pengawas, dan para kepala sekolah agar dapat membangun sekolah yang baik dengan pendekatan budaya sekolah. Alasan utamanya, budaya sekolah menitikberatkan pada faktor manusia, menekankan pentingnya peran nilai dan keyakinan dalam diri manusia, dan membentuk sikap dan perilaku dalam lingkungan organisasi pendidikan.

Strategi pengembangan budaya sekolah dapat melalui tiga tahapan, yaitu: pra institusionalisasi, semi institusionalisasi, dan full institusionalisasi. Sekolah dapat melakukan inovasi-inovasi kegiatan budaya sekolah dan terinventarisasikannya budaya sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, nasional, dan internasional. Semuanya itu telah menyatu ke dalam kegiatan akademik dan kegiatan kesiswaan melalui kegiatan yang bersifat intrakurikuler dan ekstrakurikuler sehingga nantinya sekolah menjadi berkualitas.

2) Pengalaman Terbaik dalam Pengembangan dan Pembinaan Budaya Sekolah

Pengembangan dan pembinaan budaya sekolah yang berhasil (best practices) di berbagai sekolah sangat penting untuk diinformasikan dalam buku ini. Berdasarkan best


(32)

practices tersebut strateginya diklasifikasikan menjadi beberapa tahapan dalam membangun budaya sekolah, yaitu: (1) saat peserta didik datang, (2) saat peserta didik dalam masa pembelajaran di sekolah, (3) saat peserta didik pulang, (4) saat peserta didik beristirahat, dan (5) saat peserta didik melakukan kegiatan ekstra kurikuler sehari-hari.

a. Saat Kedatangan Peserta didik di Pagi/Siang Hari)

Diajarkan untuk bersalaman, bertegur sapa, senyum, salam, santun dan simpatik, sehingga peserta didik merasa mendapat sentuhan yang nyaman dan merasa diperhatikan, terutama saat penyambutan kedatangan tunas bangsa di sekolah (Gambar 12). Kegiatan awal ini diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa bagi peserta didik, sopan santun, nilai kedisiplinan sehingga peserta didik merasa malu apabila datang terlambat.

b. Saat belajar di Sekolah

Biasakan dimulai dengan membaca do’a dan menghafal surat-surat pendek sesuai dengan tingkatan kelas. Disampaikan pesan moral melalui cerita singkat, rencana kegiatan pada hari itu, di beberapa sekolah kegiatan seperti ini dikenal dengan sebutan ‘morning meeting’ atau ‘briefing pagi’.

Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana nyaman dengan menggunakan beberapa metode sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Para peserta didik merasa betah, tekun, antusias dalam melaksanakan seluruh kegiatan baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini

Gambar 2.12. Penyambutan Peserta Didik oleh Pimpinan Sekolah dan Staf


(33)

memungkinkan peserta didik dapat menerima dan menguasai materi pelajaran dengan maksimal. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, disiplin, tekun, tertib, dan tanggung jawab.

c. Saat istirahat

Usahakan bisa tercipta kebersamaan, kekeluargaan seperti melalui kegiatan makan bersama. Para peserta didik biasanya membawa makanan dari rumah masing-masing, dan saling memberi satu sama lain. Guru mendampingi dan memberi bimbingan tata cara makan yang baik, menyampaikan bahwa makanan rumah lebih terjamin kebersihannya, kandungan gizinya dibanding dengan makanan jajanan di pinggir jalan. Para peserta didik dibiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, berdo’a sebelum dan sesudah makan, tidak berbicara saat sedang makan. Merapikan kembali peralatan makan, membersihkan sampah yang ada di sekitar tempat makan.

Gambar 2.13. Makan Bersama di Sekolah (Ratusan Siswa SD Purworejo Makan Ikan Bersama)

Untuk mengisi waktu sebelum masuk kelas kembali para peserta didik bermain atau membaca buku baik di kelas atau di perpustakaan. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, bersih dan sehat, kebersamaan dan kekeluargaan, tertib,disiplin, tanggung jawab, dan gemar membaca.

d. Saat pulang

Ketika usai pembelajaran diakhiri dengan do’a bersama dilanjutkan dengan refleksi kegiatan, pesan moral, dan hikmah setelah melakukan kegiatan hari itu (Gambar 2.14). Guru memotivasi dan mengarahkan peserta didik untuk belajar di rumah dengan penuh semangat dengan cara diberi tugas atau pekerjaan rumah. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menanamkan nilai taqwa, tertib,disiplin, dan tanggung jawab.


(34)

Gambar 2.14. Kegiatan do`a Bersama e. Saat ekstrakurikuler

Para peserta didik disarankan untuk memilih salah satu ekstra kurikuler (Gambar 2.15) sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Sehingga memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan keakraban dan kebersamaan sesama peserta didik, walaupun berbeda kelas.

Gambar 2.15. Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka 3) Upaya Menjaga Nilai-Nilai Karakter Budaya Sekolah Bertahan

Berbagai upaya perlu dilakukan oleh pihak sekolah agar budaya yang sudah dibangun tetap bertahan sehingga dapat menunjang keberhasilan pencapaian mutu pembelajaran pada khususnya dan pendidikan pada umumnya. Beberapa upaya yang berhasil yang berdasarkan pengalaman terbaik mencakup:

a. Sosialisasi dan edukasi

Agar budaya sekolah dapat tercapai dengan baik dan tidak menimbulkan masalah maka harus ada sosialisasi dan edukasi kepada seluruh stakeholders. Baik dari dalam sekolah (peserta didik, guru & warga sekolah, orang tua ) maupun dari

Gambar 16. Sosialisasi & Edukasi Budaya Sekolah


(35)

luar sekolah (masyarakat sekitar, para pengantar/penjemput peserta didik, supir, dll) perlu adanya sosialisasi & edukasi yang jelas tentang point-point apa saja yang menjadi budaya sekolah, kapan waktu pelaksanaannya serta aturan/sanksi yang akan diberlakukan.

Sosialisasi & edukasi dilakukan pihak sekolah dengan cara antara lain:

1) Pertemuan & diskusi dengan seluruh guru tentang tujuan,point-point budaya sekolah yang diinginkan, kendala/hambatan, waktu pelaksanaan, serta upaya dalam memaksimalkan budaya sekolah.

2) Adanya pertemuan dengan orang tua peserta didik dengan penjelasan/pemaparan dari kepala sekolah tentang tujuan, point-point, waktu pelaksanaan, serta bagaimana peran serta para orang tua demi terciptanya budaya sekolah yang diharapkan.

3) Sosialisasi dan penjelasan yang sama dan bagaimana peran serta mereka kepada warga sekolah lainnya seperti ; petugas kebersihan, satpam, supir antar jemput sekolah, petugas tata usaha/keuangan, karyawan sekolah, dll.

4) Sosialisasi dan penjelasan kepada para peserta didik tentang jenis budaya sekolah, aturan, waktu pelaksanaan, serta aturan/sanksi bagi yang tidak menjalankan budaya yang telah ditetapkan.

5) Pembuatan papan-papan pengumuman yang memuat point-point budaya sekolah yang ditempel di dalam & di luar sekolah mulai dari tempat parkir, ruang satpam, lapangan sekolah, didalam/luar kelas, perpustakaan, dll.

6) Slogan-slogan budaya sekolah yang ada di semua sudut sekolah seperti ; madding dan koridor.

b. Keteladanan

Agar budaya sekolah menjadi sikap/karakter bagi semua warga sekolah, maka peran yang sangat penting adalah contoh sikap/keteladanan dari dalam diri sekolah tersebut.

1) Kepala sekolah & wakil kepala sekolah sebagai motor & motivator bagi para guru, peserta didik dan warga sekolah lainnya harus mampu memberikan contoh sikap yang menunjukkan budaya sekolah.

2) Guru juga harus menjadi motor & memberikan keteladanan kepada para peserta didik tentang sikap yang mencerminkan budaya sekolah.


(36)

3) Keteladanan juga harus ditunjukkan oleh para petugas kebersihan, karyawan sekolah, dan peserta didik senior.

c. Konsistensi

Agar menjadi sikap/karakter, budaya sekolah harus dilaksanakan dengan terus menerus. Untuk itu perlu adanya pelaksanaan secara konsisten dari pihak sekolah, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara ;

1) Monitoring berkala dari kepala sekolah kepada para guru & peserta didik di tiap kelas, serta kepada para petugas sekolah lainnya.

2) Monitoring setiap harinya dari guru di kelas kepada para peserta didiknya.

d. Kepemimpinan

Peran penting dalam suksesnya budaya sekolah adalah kepemimpinan yang diwujudkan dalam sikap budaya sekolah, antara lain ;

1) Kepemimpinan kepala sekolah/pimpinan sekolah bagi semua warga sekolah baik kepada peserta didik, guru, petugas sekolah dan pihak luar termasuk orang tua & masyarakat.

2) Kepemimpinan guru sebagai pendidik baik bagi dirinya sendiri maupun bagi peserta didik dikelasnya & seluruh peserta didik di sekolah

3) Kepemimpinan peserta didik terhadap dirinya dan peserta didik lainnya. Hal ini dapat dilatih & dimotivasi dalam berbagai kegiatan peserta didik di kelas/di luar kelas.

e. Ketegasan

Ketegasan pihak sekolah sangatlah penting dalam mensukseskan sikap/karakter budaya sekolah.

1) Ketegasan aturan yang berlaku tanpa kecuali kepada siapapun yang ada di sekolah

2) Ketegasan sikap pimpinan sekolah tentang pelaksanaan sikap budaya sekolah kepada semua warga sekolah

3) Ketegasan sikap guru yang standar dalam pelaksanaan budaya sekolah, sehingga semua melaksanakan tugas yang sama kepada peserta didik.

4) Ketegasan sikap para petugas sekolah (petugas kebersihan, satpam, dll ) dalam menjalankan & mensukseskan sikap budaya sekolah kepada peserta didik & pihak luar.

5) Perlu adanya keseragaman sikap ketegasan yang dilakukan oleh semua pihak di sekolah.


(37)

Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) sangatlah penting dalam tercapainya budaya sekolah dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Reward diberikan kepada peserta didik yang melaksanakan sikap budaya

sekolah, diberikan oleh guru di kelasnya, jika peserta didik secara terus menerus mendapatkan reward maka dapat dijadikan contoh ( tauladan ) peserta didik lainnya.

2) Adanya pemilihan peserta didik yang paling disiplin, paling...., ( sesuai budaya sekolah ) setiap bulannya agar memotivasi peserta didik lainnya untuk

melaksanakan sikap budaya sekolah dengan semangat yang tinggi. 3) Reward harus berkala & kontinue

4) Perlu adanya instrument tentang point-point pelaksanaan sikap budaya sekolah sebagai acuan pemberian rewards

5) Punishment diberikan kepada peserta didik yang melanggar sikap budaya sekolah, diberikan oleh guru di kelasnya. Jika sering melakukan pelanggaran maka diberikan sanksi yang sifatnya mendidik seperti sebagai duta yang mengkampanyekan tentang pentingnya bersikap budaya sekolah.

6) Perlu adanya instrument tentang point-point pelanggaran sebagai acuan pemberian sanksi

g. Penegakan aturan

Dalam pelaksanaannya harus ada aturan yang tegas agar sikap & karakter budaya sekolah dapat terwujud. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain ;

1) Aturan harus dibuat bersama dengan melibatkan peserta didik, guru & pihak sekolah agar semua menjalankan aturan tidak dengan rasa terpaksa karena aturan bersama & dilaksanakan bersama

2) Peraturan ditempel di setiap ruang & di luar ruangan seperti koridor, sudut-sudut lapangan,dll.

3) Sanksi yang diberlakukan tidak hanya untuk peserta didik saja tetapi untuk semua warga sekolah yang melanggar tanpa kecuali

Budaya sekolah akan berjalan lebih baik dengan adanya peran serta dan dukungan dari komite sekolah, orang tua, dan masyarakat, antara lain:

1) Mendukung program penerapan budaya sekolah

2) Orang tua mengawasi dan memotivasi agar budaya sekolah terlaksana di rumah 3) Menciptakan lingkungan yang sejalan dengan budaya sekolah

h. Manfaat Pengembangan dan Pembinaan Budaya dan Lingkungan Sekolah

Hasil-hasil pengembangan dan pembinaan budaya sekolah terbukti membawa manfaat yang sangat baik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan ada sejumlah hasil


(38)

penelitian budaya sekolah yang dikaitkan dengan motivasi dan prestasi hasil belajar peserta didik, dan kepuasan dan produktivitas pendidik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya sekolah berkorelasi dengan peningkatan motivasi dan prestasi belajar peserta didik serta kepuasan kerja dan produktivitas guru (Stolp & Stuart, 1994). Penelitian lain menunjukkan dimensi budaya organisasi di sekolah (tantangan akademik, prestasi komparatif, dan penghargaan) terbukti berpengaruh terhadap prestasi, komunitas sekolah, dan persepsi tentang tujuan sekolah secara signifikan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa dari survey terhadap 16.310 peserta didik kelas empat, enam, delapan dan sepuluh dari 820 sekolah umum di Illinois, terbukti mereka lebih termotivasi dalam belajarnya dengan melalui budaya organisasi di sekolah yang kuat (Fyans, Jr. & Maehr, 1990). Hasil penelitian Thacker & McInerney (1992) memperkuat adanya pengaruh budaya organisasi di sekolah terhadap prestasi peserta didik di sekolah dasar.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa budaya sekolah dengan berbagai dimensinya memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar dan prestasi hasil belajar peserta didik, kepuasan dan produktivitas pendidik, komunitas sekolah, dan persepsi tentang tujuan sekolah secara signifikan. Memperhatikan hasil tersebut, pimpinan sekolah beserta seluruh perlu membangun, menciptakan, mengondisikan agar budaya sekolah tetap eksis dalam jangka panjang, sehingga dapat berpengaruh secara positif terhadap pencapaian tujuan pendidikan di satuan pendidikan, terutama prestasi hasil belajar para peserta didiknya. Secara ringkas menunjukkan bahwa manfaat terciptanya budaya kualitas yang baik adalah: (1) suasana nyaman, (2) tercipta kebersamaan, (3) produktivitas tinggi, (4) meningkatkan motivasi, (5) meningkatan prestasi, dan (6) meningkatkan kepuasan pendidik.

Budaya sekolah tidaklah berhenti tetapi perlu ditumbuhkembangkan sesuai tuntutan organisasi (sekolah) dalam merespon lingkungannya. Apa yang sudah baik ( full-institutionalization) dapat dipertahankan, tetapi yang belum dapat dilakukan perubahan dan pengembangan. Jika mampu melaksanakan pengembangan budaya sekolah maka dapat diperoleh manfaat yang sangat besar. Manfaatnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bagi satuan pendidikan, individu dan kelompok, dan masyarakat.

Pengembangan budaya sekolah bermanfaat bagi satuan pendidikan antara lain: (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan


(39)

segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK (Depdiknas, 2007). Pengembangan BS bagi individu (pribadi) dan kelompok antara lain dapat berupa (1) peningkatan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri (Depdiknas, 2007). Ketiga, pengembangan budaya sekolah bagi individu masyarakat (orang tua, lingkungan sekolah, lembaga pendidikan dan non pendidikan).

B. Lingkungan Sekolah

1. Lingkup Pengembangan Lingkungan Sekolah

Pengembangan lingkungan sekolah ini mencakup: penataan lingkungan fisik sekolah dan pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.

1) Penataan Lingkungan Fisik Sekolah

Lingkungan fisik sekolah adalah seluruh aspek fisik yang ada di lingkungan sekolah. Lingkungan fisik sekolah meliputi: halaman sekolah, ruang kelas, dan peralatan belajar serta sarana dan prasarana lainnya.

a. Penataan Halaman Sekolah

Halaman sekolah yang kondusif bagi penciptaan budaya positif di sekolah adalah yang ramah peserta didik. Halaman sekolah yang ramah anak memiliki ciri-ciri:

a) Halaman sekolah yang aman bagi pesera didik. Halaman sekolah tidak berdebu dan terhindar dari binatang membayakan keselamatan peserta didik, antara lain ular, anjing, tikus, dan musang.

b) Halaman sekolah yang tertata rapi. Halaman sekolah harus tertata rapi. Pohon dan tanaman tumbuh subur dan terawatt dengan baik. Setiap barang di halaman sekolah ditempatkan dan ditata dengan baik sesuai fungsinya. Penempatan barang di halaman sekolah juga memperhatikan keartistikan.

c) Halaman sekolah yang bersih. Halaman sekolah harus bersih dari sampah, bahan kimia berbahaya, genangan air, kotoran binatang, dan tanaman liar. Halaman yang bersih enak dipandang dan aman digunakan bermain oleh peserta didik.


(40)

d) Halaman sekolah yang teduh. Halaman sekolah yang teduh nyaman digunakan saat istirahat utamanya ketika hari panas; dan kelas menjadi sejuk dan segar sehingga pembelajaran lebih nyaman. Lingkungan yang teduh juga membuat hati teduh sehingga warga sekolah dapat mengontrol emosinya dan sabar.

b. Penataan Ruang Kelas

Ruang kelas harus ditata secara berkala yang bertujuan mengoptimalkan belajar peserta didik. Persyaratan ruang kelas antara lain: bersih, penerangan cukup, penempatan media belajar rapi, warna dinding sejuk, udara sejuk dan segar, dan kaya sumber belajar misalnya peta, globe, dan media belajar mandiri dan berkelompok.

c. Penataan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sekolah ditata dengan rapi, bersih, dan terawat. Karena tidak ada sarana dan prasarana yang sia-sia. Penataan sarana dan prasarana harus menunjang proses pembelajaran dan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif.

2) Pengembangan Lingkungan Psikologis-Sosial-Kultural Sekolah

Lingkungan psikologis-sosio-kultural sekolah mencakup berbagai aspek kehidupan psikologis-sosial dan kultural sekolah. Lingkungan ini meliputi harapan, ucapan, sikap dan perilaku semua orang dewasa di lingkungan sekolah, yang meliputi kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan komite sekolah serta orang tua.

2. Lingkungan Sekolah yang Kondusif

Kehidupan merupakan proses interaksi antara manusia, binatang, pepohonan, dan benda lainnya yang berada dalam suatu ekosistem yang disebut lingkungan. Pasya berpendapat (2008:2) lingkungan adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, kekuatan dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan manusia serta kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa lingkungan itu merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen berupa benda, daya, manusia dan perilakunya. Sehingga pada saat kita membicarakan sebuah lingkungan maka komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan. Manusia dan perilakunya merupakan komponen utama namun keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri melainkan tetap memerlukan adanya benda, alam, atau daya.


(41)

Sementara itu lingkungan sekolah merupakan tempat di mana proses pendidikan formal dilaksanakan. Lingkungan akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap orang-orang yang beraktivitas di dalamnya, semakin nyaman suatu lingkungan maka akan semakin betah dan kerasan orang-orang beraktivitas. Suwarni dkk (2011) menyatakan bahwa lingkungan memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan berbagai sifat, sikap, perasaan, pemikiran, dan unsur psikologis lainnya. Hal ini menegaskan begitu besarnya pengaruh lingkungan terhadap pembentukan pribadi dan keberhasilan pendidikan peserta didik.

Kenyamanan suatu lingkungan dipengaruhi oleh beberapa aspek, aspek-aspek yang dipandang dapat memberikan kenyaman pada suatu lingkungan di antaranya adalah aspek tata letak, estetika, tata aturan, dan atmosfer atau budaya yang berkembang di suatu organisasi. Tata letak berkenaan dengan penempatan dan konstruksi suatu bangunan yang ada di sekolah, semisal tata letak ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, lapangan upacara, lapangan olah raga, laboratorium, ruang organisasi peserta didik, WC Umum disusun dengan memperhatikan aspek kemudahan akses, dan mobilitas anak. Aspek estetika berkenaan dengan nilai-nilai keindahan yang terpancar dari bangunan dan komponen lain yang ada di suatu sekolah. Aspek estetika itu akan muncul dari pemilihan warna gedung, interior yang dipajang, penataan taman serta tumbuhannya, kebersihan lingkungan serta perawatan taman dan gedung yang simultan. Aspek yang berkenaan dengan tata aturan yaitu sejumlah aturan yang disepakati bersama oleh seluruh civitas sekolah. Aturan tersebut dimaksudkan sebagai alat untuk mengatur penegakan disiplin, proses interaksi di antara komponen sekolah dan stakeholders. Peraturan yang baik adalah peraturan yang mampu ditegakkan dan dijujung tinggi oleh seluruh civitas sekolah. Sehingga proses penegakan aturan tidak lagi dilakukan dengan pendekatan coerse melainkan sudah menjadi panggilan nurani seluruh komponen sekolah. Aspek yang terakhir adalah atmosfer atau budaya yang berkembang di sekolah. Seperti yang sudah dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa budaya merupakan kebiasaan yang menjadi nilai kebenaran bersama dan disepaki oleh seluruh komponen organisasi sekolah. Sifatnya turun temurun dan dapat dikembangkan untuk penciptaan kondisi yang lebih baik. Suatu budaya akan tercipta dengan baik apabila komponen pimpinan tertinggi hingga stakeholder terendah (peserta didik) menerapkan prinsip silih asah (saling mengingatkan), silih asih (saling menyayangi) dan silih asuh (saling membantu).


(42)

Penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif membutuhkan prasyarat tertentu, yang secara khusus harus dikelola oleh manajemen sekolah beserta dengan stakeholder sekolah lainnya. Beberapa hal yang harus ada dalam penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif adalah:

1) Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat

Bangunan sekolah merupakan sarana utama untuk proses pembelajaran, bangunan sebagai wahana untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan perlu didesain sebaik mungkin dan dibangun sekokoh mungkin. Perencanaan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan ruang dan gerak peserta didik serta kehandalan bahan yang digunakan. Usia bangunan sekolah harus bisa ditetapkan secara pasti agar tidak terjadi peristiwa sekolah roboh yang bisa memakan korban. Untuk itu, maka spesifikasi bahan bangunan dan kehandalan bahan harus diperhatikan agar kekuatan gedung sesuai dengan yang diperkirakan.

2) Lapangan bermain

Lapangan bermain merupakan sarana yang wajib ada di suatu lembaga pendidikan, mengingat subyek didik adalah anak-anak yang membutuhkan ruang gerak luas dalam rangka mengembangkan motorik dan psikomotor. Lapangan memiliki fungsi yang beragam, di antaranya sebagai tempat upacara bendera, lapangan olah raga, sarana bermain. Komposisi luas lapangan bermain di setiap sekolah adalah tiga meter persegi per peserta didik atau 500m untuk peserta didik maksimal 167 dan dari luas ruang bemin tersebut 20 m x 15 m digunakan sebagai lapangan olah raga (Lampiran Permendiknas No. 24 Tahun 2007).

3) Pepohonan rindang

Pepohonan yang rindang merupakan bagian penting dari ekosistem kehidupan, produksi oksigen yang dilakukan pohon turut menentukan hidup dan matinya manusia dan binatang. Kadar oksigen yang sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat, padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah agar suplai oksigen tetap terjaga. Selain rasionalitas tersebut pepohonan dapat memberikan rasa sejuk, rasa indah dan nyaman bagi orang-orang yang ada dibawahnya.


(1)

beserta nilai-nilai yang mengikutinya. Proses tersebut pada dasarnya akan terjadi tanpa mengenal waktu dan tempat, namun mengingat pembelajaran dilakukan secara terencana maka proses tersebut akan mengenal waktu dan tempat pelaksanaannya. Di dalam suatu proses pembelajaran akan dikenal adanya lingkungan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar. Keberadaan lingkungan dalam proses pembelajaran, tentu sangatlah penting, mustahil akan terjadi sebuah proses pembelajaran tanpa adanya lingkungan di sekitar proses pembelajaran tersebut. Pasya (2008) mengemukakan pentingnya lingkungan bagi proses pembelajaran adalah sebagai bukti bahwa di permukaan bumi terjadi interaksi baik manusia dengan manusia, manusia dengan alam, maupun alam dengan alam, adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai media pengajaran.

Belajar merupakan interaksi antara manusia dengan alam atau peristiwa alam yang terjadi. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa lingkungan merupakan sumber utama proses belajar. Interaksi antara manusia dan alam di sekitarnya yang selanjutnya menghasilkan ilmu pengetahuan.

Dalam proses pembelajaran yang terjadi dewasa ini kita sering terjebak pada pandangan bahwa yang dimaksud sumber belajar hanya sebatas kepada buku-buku, pendapat-pendapat ahli, atau hasil laboratorium. Pandangan tersebut memang tidak seratus persen salah namun telah mengenyampingkan keberadaan lingkungan yang pada dasarnya merupakan sumber dari segala sumber belajar. Semiawan (1989:96) mengemukakan sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar di sekitar kita, baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Betapa pun kecil atau terpencil suatu sekolah sekurang-kurangnya memiliki empat jenis kekayaan yang sangat bermanfaat, yaitu:

1) Masyarakat desa atau kota di sekeliling sekolah 2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah

3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang, yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, namun apabila kita olah dapat bermanfaat sebagai sumber dan alat bantu belajar mengajar.

4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat cukup menarik perhatian peserta didik, ada peristiwa yang tidak dapat dipastikan akan berulang kembali jangan lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan pada buku atau alam pikiran peserta didik.

Pendapat tersebut nampaknya telah mampu mengingatkan para pendidik, bahwa yang dimaksud sumber belajar tidak hanya terbatas pada buku referensi, hasil penelitian atau uji laboratorium saja. Alam sekitar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar


(2)

yang akan memberikan pengetahuan serta pemahaman lebih komprehensif bagi peserta didik.

Proses belajar di lingkungan menyiratkan bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, melainkan bisa juga terjadi di luar kelas. Proses pembelajaran diluar kelas atau di alam sekitar pada dasarnya memberikan banyak keuntungan. Surakhmad (1982) mengemukakan paling tidak terdapat lima keuntungan belajar di luar kelas, yaitu:

1) Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari jarak dekat

2) Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta dalam suatu kegiatan

3) Anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung.

4) Anak didik dapat memperoleh informasi dengan cara mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan.

5) Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehenshif.

Lingkungan merupakan sumber utama proses belajar, proses pembelajaran yang dilakukan di lingkungan paling tidak akan melengkapi hal-hal yang tidak bisa terjelaskan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Pemanfaatkan lingkungan dengan seoptimal mungkin akan mampu meningkatkan kualitas proses pendidikan.

C. Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah

Manajemen budaya dan lingkungan sekolah melalui beberapa tahap kegiatan yaitu: (1) perencanaan program, (2) sosialisasi program, (3) pelaksanaan program, dan (4) evaluasi program.

1. Perencanaan Program

Dalam perencanaan penyemaian budaya dan pengaturan lingkungan sekolah perlu dirumuskan terlebih dahulu target atau sasarannya. Kemudian menyusun program dan menentukan strategi mencapai tujuan/target. Profil budaya dan lingkungan sekolah yang diharapkan perlu dinyatakan dengan tegas. Program yang dibuat digolongkan menjadi dua (2) besar, yaitu program penataan lingkungan sekolah (utamanya fisik), dan program pengembangan lingkungan psikologis-sosial-kultural sekolah.


(3)

Sosialisasi program budaya dan lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui bebsarapa cara berikut.

1) Sosalisasi program kepada pendidik. Ini dimaksudkan agar budaya dan lingkungan sekolah diketahui oleh pendidik sebagai pedoman berperilaku dan pemberian teladan kepada peserta didik. Guru adalah pelaku utama pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Melalui pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan guru, penyemaian budaya dan penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah dapat terealisasi.

2) Sosialisasi kepada peserta didik. Bertujuan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya peran peserta didik dalam implementasi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Dengan disosialisasikannya program tersebut, maka peserta didik diharapkan lebih aktif dalam mengimplementasikannya.

3) Sosialisasi melalui media cetak: buku, brosur, buletin, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memperluas informasi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah yang tidak hanya kepada warga di sekolah, melainkan juga untuk komite sekolah, orang tua dan stakeholders lainnya.

4) Sosialisasi melalui internet.

5) Sosialisasi melalui pemasangan poster, baliho, dan spanduk. Pemasangan dilakukan di tempat strategis.

6) Sosialisasi melalui kampanye pentingnya pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Kampanye dapat dilakukan melalui berbagai media, antara lain televise, parade seni, pameran, zikir bersama, isighosah, lomba-lomba, dan safari. 3. Pelaksanaan Program

Langkah-langkah yang dilakukan sekolah kaitannya dengan pelaksanaan program yaitu:

1) Membentuk tim pengembang budaya dan lingkungan sekolah yang terdiri atas kepala sekolah, guru, komite sekolah, wakil orang tua dan wakil peserta didik;

2) Menyusun deskripsi tugas tim;

3) Tim yang dibentuk menyusun target kegiatan, menyusun program kegiatan, menyusun strategi pelaksanaan program, memilih dan menyusun alat dan strategi pengawasan. 4) Melaksanakan program sesuai rambu-rambu yang telah dirumuskan;


(4)

Untuk merealisasikan proram, tim pengembang menyusun program jangka panjang, menengah dan pendek bagi pembinaan dan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah. Program jangka panjang, menengah dan pendek berisi jabaran tentang:

1) Target jangka panjang; 2) Kegiatan jangka panjang;

3) Strategi pelaksanaan jangka panjang; 4) Evaluasi program jangka panjang.

4. Evaluasi Program

Implementasi, pembinaan, pengembangan budaya dan lingkungan sekolah dilakukan secara terus menerus. Implementasinya dimonitor terus menerus untuk diketahui kendalanya dan faktor pendukungnya. Ini digunakan sebagai upaya untuk lebih memantapkan implementasinya.

Tujuan evaluasi implementasi budaya dan lingkungan sekolah yaitu: (1) mengetahui ketercapaian target yang telah ditetapkan; (2) mengetahui target yang sudah dan belum tercapai; (3) mengetahui faktor penghambat ketercapaian target; (4) mengetahui upaya yang sudah dilakukan dalam rangka mengatas kendala; (5) mengidentifikasi unsur rencana dan pelaksanaan program yang perlu diperbaiki dan dikembangkan sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal untuk saat yang akan datang.

D. Daftar Pustaka

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2011. Panduan Pembinaan Pendidikan Karakter melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat


(5)

Pembinaan Sekolah Dasar Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.2007. Pengembangan Budaya dan Iklim Pembelajaran di Sekolah (materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta.

Edubenchmark. 2012. Membangun Budaya Sekolah. (Sebuah Upaya Untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah) , (Online), (http: //www.edubenchmark.com.), diakses 25 April 2012. Fyans, Leslie J., Jr., and Martin L. Maehr. 1990. School Culture, Student Ethnicity, and

Motivation. Urbana, Illinois: The National Center for School Leadership. 1990. 29 pages. ED 327 947.

Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 2010. ______, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Kusumah, W. Menciptakan Budaya Sekolah Yang Tetap Eksis (Sebuah Upaya Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan). http://www. omjay.8m.com & wijayalabs. wordpress.com. (Online), Diakses tangal 25 April 2012.

Pasya. 2008. Lingkungan sebagai Sumber Belajar.

http:file.upi.edu/Direktori/FPIPS/jur.geografi/196103231986031gurniwankamilpasya/l nk-ajar.pdf Dakses 5 September 2011.

Semiawan, 1989. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.

Stolp, Stephen, and Stuart C. Smith. 1994. School Culture And Climate: The Role Of The Leader. OSSC Bulletin. Eugene: Oregon School Study Council, January 1994. 57 pages.

Sudrajat, A. 2010. Pengembangan Budaya Sekolah. Posted on 4 Maret 2010. (Online), diakses 25 April 2012.

Surachmad, W. 1982. Pengantar Interaksi Belajar: Belajar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Suwarni, dkk. 2011. Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Fasilitas Belajar di Rumah

terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Kependidikan. Tahun 21, Nomor 2, Oktober 2011. ISSN: 0854-8323.

Thacker, Jerry L., and William D. McInerney. 1992. Changing Academic Culture To Improve Student Achievement in the Elementary Schools. Ers Spectrum 10, 4 (Fall 1992): 18-23. EJ 454 390.


(6)

BAGIAN III

TUGAS-TUGAS / LATIHAN

TUGAS 1

Deskripsikan aktivitas di sekolah yang menunjukkan implementasi budaya sekolah yang tercermin dalam kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler dan keteladanan di sekolah!

TUGAS 2

Deskripsikan implementasi pengembangan budaya sekolah yang berpedoman pada azas: (1) kerja sama tim, (2) berkemampuan, (3) berkeinginan, (4) kegembiraan, (5) hormat (respect), (6) jujur, (7) disiplin, (8) empati, (9) pengetahuan dan kesopanan.

TUGAS 3

Deskripsikan upaya sekolah dalam mempertahankan, membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya di sekolah dengan melakukan: (1) sosialisasi dan edukasi, (2) keteladanan, (3) konsistensi, (4) kepemimpinan, (5) ketegasan, (6) hadiah dan hukuman, (7) dan penegakan aturan.

TUGAS 4

Buatlah lay-out penataan lingkungan fisik sekolah yang menampakkan: halaman sekolah, ruang kelas, dan peralatan belajar serta sarana dan prasarana lainnya!

TUGAS 5

Deskripsikan manajemen budaya dan lingkungan sekolah yang meliputi langkah perencanaan, sosialisasi program, pelaksanaan program dan evaluasi program!