Hubungan minat menjadi guru dan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (studi kasus pada mahasiswa S1 angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

(1)

i

HUBUNGAN MINAT MENJADI GURU DAN IPK DENGAN

BAKAT KEGURUAN MAHASISWA FKIP

Studi Kasus pada Mahasiswa S1 Angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Natalia Dessy NIM 131334013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017


(2)

(3)

(4)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa,

Ibunda yang sangat mendambakan hari kelulusanku,

Ayahanda yang selalu mendukung setiap langkahku,

Kak Santi dan Kak Selly yang menjadi tempat terhangatku,

Egaz, Ligas dan Elin, sang penyemangatku,

I Made Wisnawa Putra yang menjadi sandaranku,

Semua yang menitipkan harap pada kesuksesanku,

Dan diriku sendiri yang berjuang selama 4 tahun terakhir.


(5)

v

MOTTO

Life doesn’

t always introduce you to the people you want to

meet. Sometimes life puts you in touch with the people you

need to meet, to help you, to hurt you, to leave you, to love

you, and to gradually strengthen you into the person you were

meant to become.


(6)

(7)

(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MENJADI GURU DAN IPK DENGAN BAKAT KEGURUAN MAHASISWA FKIP

Studi Kasus pada Mahasiswa S1 Angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Natalia Dessy Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya: (1) hubungan antara minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP; (2) dan hubungan antara IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Penelitian ini merupakan penelitian Studi kasus yang dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma angkatan 2013 pada bulan Februari-Maret 2017. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Jumlah sampel penelitian ini adalah 250 mahasiswa. Teknik pengambilan sampel adalah Proportional Random Sampling. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis Korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (Sig (2-tailed) = 0,652 > 0,05); dan (2) tidak terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (Sig (2-tailed) = 0,419 > 0,05).


(9)

ix

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN INTEREST IN BECOMING A TEACHER AND GRADE POINT AVERAGE AND THE TALENT OF

STUDENT’S TEACHING ABILITY OF THE FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION

A Case Study on The Faculty of Teacher Training and Education’s Students, 2013 Batch of Sanata Dharma University Yogyakarta

Natalia Dessy Sanata Dharma University

2017

The aims of this research is to find out the correlation between: (1) the interest in becoming a teacher and the talent of student’s teaching ability of The Faculty of Teacher Training and Education; (2) grade point average and the talent of student’s teaching ability of The Faculty of Teacher Training and Education.

This research is a case study which was conducted at The Faculty of Teachers Training and Education of Sanata Dharma University Yogyakarta. This research was conducted from February until March 2017. The data collection techniques were questionnaires and documentation. Samples of this study were 250 students which were taken by using proportional sample. The data analysis techniques were descriptive analysis and Spearman Correlation.

The results show that: (1) there is not correlation between the interest in becoming a teacher and the talent of student’s teaching ability of The Faculty of Teacher Training and Education (Sig (2-tailed) = 0,652 > 0,05); and (2) there is no correlation between grade point average and the talent of student’s teaching ability of The Faculty of Teacher Training and Education (Sig (2-tailed) = 0,419 > 0,05).


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Minat Menjadi Guru dan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP” dengan tepat waktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, dukungan, serta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;


(11)

xi

4. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan;

5. Theresia Aris Sudarsilah selaku Tenaga Administrasi yang telah membantu memperlancar untuk terselesaikannya skripsi ini;

6. Segenap Ketua Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelompok peneliti dalam proses penyebaran kuesioner;

7. Ibu tersayang, Florensia Tirai yang selalu kurindukan dan menjadi motivasi terbesar dalam proses pengerjaan skripsi ini;

8. Bapak Asan Pasang yang selalu menjadi pengingat dan pemberi dukungan baik materi, dorongan, semangat, doa dan segala kerja keras untuk mendukung penulis dalam pengerjaan skripsi;

9. Kakak-kakakku tersayang, Agnes Santi dan Vercelliwilatia yang tidak berhenti memberikan semangat, doa, harapan dan penghiburan setiap saat; 10. Keponakan-keponakanku tersayang Egaz, Ligas dan Elin yang menjadi

sumber kekuatan dan penghibur;

11. I Made Wisnawa Putra yang selalu mendukung, membantu, dan memberikan semangat selama proses pengerjaan skripsi;

12. Sahabat-sahabat Grup Bahagia yang menjadi keluarga kecil di Yogyakarta;

13. Sahabatku tersayang Endah, Agatha, Christy yang telah setia menemani selama kuliah di Yogyakarta;


(12)

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9


(14)

xiv

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Bakat Keguruan ... 11

1. Pengertian Bakat ... 11

2. Bakat Keguruan ... 13

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat ... 17

4. Penggolongan Bakat... 22

B. Minat Menjadi Guru ... 24

1. Pengertian Minat ... 24

2. Unsur-Unsur Minat ... 25

3. Profesi Guru ... 28

4. Syarat Menjadi Guru ... 29

5. Guru Sebagai Profesi... 31

C. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 34

D. Kerangka Berpikir ... 36

1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 36

2. Hubungan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 38

E. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41


(15)

xv

1. Tempat Penelitian... 41

2. Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 42

1. Subjek Penelitian ... 42

2. Objek Penelitian ... 42

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 43

3. Teknik Penarikan Sampel ... 44

E. Operasionalisasi Variabel... 46

1. Variabel Minat Menjadi Guru ... 46

2. Variabel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 47

3. Variabel Bakat Keguruan ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Teknik Kuesioner ... 50

2. Dokumentasi ... 50

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 51

1. Bakat Keguruan ... 51

2. Minat Menjadi Guru ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 57

1. Teknik Analisis Data Deskriptif... 57

2. Tingkat Hubungan Antara Variabel ... 59


(16)

xvi

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Universitas Sanata Dharma ... 63

1. Sejarah ... 63

2. Arti Logo ... 66

3. Visi, Misi, Motto dan Nilai-Nilai Dasar ... 67

4. Tujuan Pendidikan ... 68

B. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 68

1. Sejarah ... 68

2. Visi, Misi dan Motto ... 70

3. Tujuan FKIP ... 71

4. Output FKIP ... 72

BAB V PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

1. Program Studi ... 74

2. IPK ... 75

3. Bakat Keguruan ... 75

4. Minat Menjadi Guru ... 76

B. Pengujian Hipotesis ... 77

1. Hipotesis 1 ... 78

2. Hipotesis 2 ... 80


(17)

xvii

1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan ... 82

2. Hubungan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 90

C. Keterbatasan ... 93


(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa ... 35

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 43

Tabel 3.2 Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi ... 45

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Minat Menjadi Guru ... 46

Tabel 3.4 Skor Item Variabel Minat Menjadi Guru ... 47

Tabel 3.5 Variabel IPK ... 47

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Bakat Keguruan ... 48

Tabel 3.7 Konversi Total Skor pada Variabel Bakat Keguruan ... 49

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Pertama ... 54

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Kedua ... 55

Tabel 3.10 Tingkat Koefisien Reliabilitas ... 56

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas ... 57

Tabel 3.12 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 58

Tabel 3.13 Rentang Minat Keguruan ... 59

Tabel 3.14 Rentang Bakat Keguruan ... 59

Tabel 3.15 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan ... 59

Tabel 4.1 Program Studi yang Terdapat di FKIP ... 70

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 74

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan IPK... 75


(19)

xix

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Minat Menjadi Guru ... 77 Tabel 5.5 Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Minat Menjadi

Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 79 Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan IPK dengan Bakat


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Penelitian ... 97

Lampiran II Kuesioner Penelitian ... 99

Lampiran III Pedoman Skor ... 141

Lampiran IV Data Induk ... 150

Lampiran V Output Validitas dan Reliabilitas ... 180

Lampiran VI Deskripsi Data ... 183


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi suatu negara. Pendidikan menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan suatu negara dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Salah satu negara yang memiliki SDM yang melimpah adalah Indonesia. Jumlah SDM yang besar ini akan berdampak positif pada perkembangan bangsa, apabila berkualitas dan profesional. SDM yang menjadi pilar pembangunan Indonesia harus memiliki kualitas yang baik dan profesional di bidangnya masing-masing. SDM yang berkualitas dan profesional akan menjadi kekuatan dalam mengolah sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah di Indonesia. SDM yang berkualitas dan profesional dibentuk melalui sebuah pendidikan.

Pendidikan melalui proses pembelajaran yang dimulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi akan memberikan bekal dan mengasah kemampuan peserta didik. Berdasarkan UU Nomor 23 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan


(22)

negara. Dalam melaksanakan pendidikan, guru menjadi bagian dari pendidik yang mengemban tugas dalam meningkatkan kecerdasan bangsa. Sebagai seorang guru yang akan bekerja di lembaga pendidikan, guru dituntut menjadi guru profesional. Sesuai PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3) menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesi, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini harus dimiliki oleh guru pada semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini, hingga menengah ke atas maupun kejuruan.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang merupakan bagian dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) berpartisipasi aktif dalam menghasilkan sarjana-sarjana pendidikan yang profesional. LPTK memiliki tanggung jawab dalam membekali dan mengasah kemampuan mahasiswa yang merupakan calon pendidik agar berkualitas dan profesional. Mahasiswa yang berada di bawah FKIP akan menjalani proses selama 8 semester untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Selama masa perkuliahan, mahasiswa wajib mengambil seluruh mata kuliah yang sudah disusun oleh FKIP. Kurikulum yang ditawarkan oleh FKIP Universitas Sanata Dharma mengharuskan mahasiswa mengambil kelompok-kelompok mata kuliah, yaitu: Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK), Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata kuliah


(23)

Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Tujuan diberikannya kumpulan mata kuliah ini adalah untuk membekali dan mengasah kemampuan mahasiswa dengan kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang guru profesional.

Proses untuk menjadi seorang guru yang profesional bukan suatu hal yang mudah. Oemar Hamalik (2007: 118) menyatakan bahwa untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki bakat sebagai guru. Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut (Munandar, 1992: 78). Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih laten, bakat masih memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Bakat sebagai guru atau bakat keguruan bisa diartikan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir dan dapat diasah melalui latihan atau pendidikan agar mencapai kecakapan pengajaran dan keguruan. Dengan memiliki bakat keguruan, calon guru yang sedang berada pada masa perkuliahan akan mendapatkan arahan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki melalui pembelajaran di FKIP.

FKIP, seperti yang sudah dijelaskan memiliki kumpulan mata kuliah yang bertujuan untuk mengasah kemampuan mahasiswa. Kumpulan mata kuliah ini akan ikut serta berpengaruh pada bakat keguruan yang dimiliki mahasiswa. Dalam penjelasannya, Ali dan Asrori (2005: 81) menyatakan terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu bakat.


(24)

Secara garis besar, faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi bakat adalah minat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), minat berarti kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, diartikan pula sebagai gairah atau keinginan. Minat mahasiswa untuk menjadi seorang guru merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki sejak memutuskan untuk menjadi mahasiswa FKIP. Dengan adanya minat menjadi guru, maka mahasiswa akan berusaha untuk mendalami dan menguasai kompetensi seorang guru selama proses perkuliahan. Minat menjadi guru sering diartikan sebagai perasaan cinta kepada profesi guru. Kecintaan terhadap profesi, akan berpengaruh terhadap respon yang diberikan oleh mahasiswa terkait profesi tersebut. Untuk mencapai pendidikan bermutu, seseorang guru harus mencintai profesinya, dan profesi tersebut melekat kepada diri seorang guru, dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja (Isjoni, 2006: 20). Kecintaan terhadap profesi guru harus dimiliki oleh calon guru yaitu mahasiswa FKIP. Tetapi disadari dewasa ini, FKIP menjadi urutan ke dua atau bahkan ketiga ketika peminatan jurusan kuliah. Fakta ini memperlihatkan bahwa kemungkinan besar mahasiswa yang menjadi mahasiswa FKIP adalah mahasiswa yang tidak sungguh-sungguh ingin menjadi seorang guru.


(25)

Selain minat sebagai faktor internal, terdapat juga faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan bakat. Salah satu faktor eksternal adalah adanya kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus secara optimal (Ali dan Asrori, 2005: 81). Dengan adanya sebuah kesempatan ini, seseorang dapat memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol. Prestasi yang menonjol menjadi bukti dari seseorang memanfaatkan kesempatan secara optimal untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. Mahasiswa yang berada di perguruan tinggi juga menghasilkan prestasi. Dalam suatu perguruan tinggi, prestasi merupakan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa yang dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Prestasi (IP) untuk masing-masing semester. IP mahasiswa dapat dilihat pada akhir semester setelah melewati masa pembelajaran selama semester yang bersangkutan. IP pada setiap semester akan diakumulasi menjadi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari seluruh mata kuliah yang ditempuh. Proses pembelajaran yang berfokus kepada pembekalan calon guru akan mengasah bakat keguruan mahasiswa sehingga menghasilkan prestasi yang menonjol dalam bentuk IPK yang maksimal.

Mahasiswa FKIP yang merupakan calon guru harus bisa beradaptasi dengan segala tuntutan kompetensi yang harus dimiliki. Seperti penjelasan sebelumnya, terdapat 4 kompetensi wajib yang harus dikuasai oleh calon guru. Perkuliahan yang sudah dilakukan diharapkan mampu membentuk


(26)

mahasiswa menjadi guru profesional ketika terjun di dunia kerja. Tetapi, hal ini bukan sesuatu hal yang mudah untuk diwujudkan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, hasil uji kompetensi calon guru (UKCG) di FKIP USD termasuk rendah untuk nilai pedagogi dan nilai profesional sehingga dipertanyakan bakat keguruannya. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7 ayat (1) tentang Guru dan Dosen yang menyatakan profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat. Ditambahkan oleh Oemar Hamalik (2007: 118) bahwa untuk menjadi guru, seseorang harus memiliki bakat sebagai guru.

Bakat keguruan yang dimiliki oleh mahasiswa adalah bakat yang sedang dalam masa berkembang. Perkembangan suatu bakat akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa minat menjadi guru dan faktor eksternal berupa IPK sebagai bentuk hasil dari adanya kesempatan maksimal untuk perkembangan bakat. Minat menjadi seorang guru akan mendorong mahasiswa untuk meningkatkan bakat keguruan dengan melakukan kegiatan perkuliahan dengan sungguh-sungguh. Minat mampu mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal dengan persiapan yang lebih. Penelitian Kurniasari (2016) menyatakan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat menjadi guru terhadap kesiapan mengajar. Minat menjadi guru seharusnya adalah hal yang wajib dimiliki oleh mahasiswa FKIP. Tetapi, dewasa ini FKIP mendapat tempat


(27)

pada pilihan kedua atau ketiga untuk peminatan jurusan kuliah. Hal ini menjadi penting mengingat profesi guru adalah profesi yang harus dilandasi dengan perasaan sungguh-sungguh sehingga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di sisi lain, IPK sebagai prestasi belajar mahasiswa juga ikut serta dalam mempengaruhi perkembangan suatu bakat terutama bakat keguruan. Proses pembelajaran yang berlangsung di FKIP mengarahkan mahasiswa kepada profesi seorang guru dan mendalami pemahaman mengenai konsentrasi ilmu yang dipilih mahasiswa. IPK yang merupakan prestasi belajar mahasiswa merupakan hasil dari seluruh proses yang dilakukan oleh mahasiswa. Namun demikian, IPK juga tidak dianggap menjadi satu-satunya tolak ukur untuk menilai kemampuan mahasiswa. Hal ini disadari karena banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya IPK, salah satunya adalah mencontek. Menurut Mujahidah (2009: 178) perilaku mencontek tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa yang berprestasi rendah, tetapi juga mahasiswa berprestasi tinggi. Pernyataan ini memperlihatkan ada kemungkinan IPK bukan prestasi belajar yang murni dari seorang mahasiswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara fenomena dan teori yang ada. Penulis merasa tertarik untuk memahami lebih jauh mengenai hubungan minat menjadi guru dan IPK sebagai faktor yang mempengaruhi bakat keguruan mahasiswa. Di sisi lain, minat menjadi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


(28)

perkembangan bakat. Tetapi, minat menjadi guru saja tidak akan menjadi dasar yang kuat apabila bakat tersebut tidak dilatih dan diarahkan dengan tepat. Oleh karena itu minat menjadi guru masih dipertanyakan apakah benar-benar mampu mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. Di samping itu, terdapat IPK yang menjadi hasil dari sebuah kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat keguruan di FKIP. Tingkat keberhasilan ini merupakan prestasi yang bisa menjadi dasar untuk melihat sebuah bakat yang dimiliki oleh mahasiswa. Akan tetapi, disadari IPK saat ini juga bukan merupakan acuan utama dalam menilai bakat seseorang. Hal ini didasarkan penjelasan di atas karena banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya IPK mahasiswa. Di sisi lain, masih terdapat mahasiswa yang tidak percaya diri dengan bakat keguruan yang dimilikinya walaupun memiliki IPK yang tinggi. Kedua hal ini menjadi hal yang perlu diteliti kembali, mengingat hasil UKCG yang menunjukkan bahwa bakat keguruan mahasiswa FKIP yang masih rendah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian tentang Hubungan Minat Menjadi Guru dan IPK Dengan Bakat Keguruan Mahasiwa FKIP.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari banyak variabel yang memiliki hubungan dengan bakat keguruan. Oleh karena itu, peneliti membatasi penelitian ini pada variabel minat menjadi guru dan Indeks


(29)

Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai variabel yang berhubungan dengan bakat keguruan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma?

2. Apakah terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan:


(30)

1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dengan adanya penelitian ini mahasiswa bisa lebih konsisten dalam mempersiapkan masa depan sebagai seorang guru.

2. Bagi Dosen

Diharapkan dapat membantu dosen untuk memotivasi mahasiswa dalam menumbuhkan bakat keguruan melalui hasil belajar yang baik dan menumbuhkan minat menjadi guru.

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan mengenai bakat keguruan dan variabel yang mempengaruhi bakat keguruan setiap orang.


(31)

11 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Bakat Keguruan

1. Pengertian Bakat

Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud (Semiawan dkk, 1984: 2). Misalnya seorang mempunyai bakat musik, akan tetapi jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Sedangkan, jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat musik dan mengusahakan agar ia mendapat pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan musik, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul, bahkan dapat menjadi pemusik ternama.

Bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Munandar, 1985: 17 dan Semiawan, 1997: 11) yang menyatakan bahwa, bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu


(32)

pengembangan dan latihan lebih lanjut. Bakat merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik secara umum maupun khusus. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih laten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Dengan demikian, bakat dapat disimpulkan sebagai sebuah potensi bawaan sejak lahir, yang akan berkembang apabila mendapatkan kesempatan, arahan, dan latihan. Apabila hal tersebut dilakukan, bakat akan menghasilkan kepandaian, keahlian dan penguasaan bidang tertentu yang berwujud prestasi yang menonjol.

Aptitude mengacu pada kualitas karakteristik perilaku orang

yang menunjukkan seberapa baik ia dapat belajar untuk memenuhi dan memecahkan masalah tertentu. Ada persyaratan individu untuk dapat menguasai keahlian tertentu, prasyarat itulah yang dimaksud bakat (Wasidi 2016: 99). Bakat menjadi sesuatu yang wajib dimiliki seseorang yang ingin menguasai suatu bidang. Hal ini bukan sesuatu hal yang dapat dipelajari kemudian menjadi kemampuan seseorang. Bakat tidak dapat dipelajari, dikarenakan bakat merupakan kualitas diri yang sudah berasal dari dalam diri seseorang sejak ia dilahirkan. Bakat menjadi syarat untuk menguasai sesuatu bidang dengan sempurna. Bakat menjadi semakin jelas berbeda dengan keadaan dapat melakukan sesuatu yang mengarah kepada seseorang yang dapat atau


(33)

bisa melakukan sesuatu. Seseorang yang mampu menjadi menjadi pemain gitar akan berbeda dengan seseorang yang memiliki bakat bermain gitar. Perbedaan ini memberikan pemahaman bahwa bakat merupakan sebuah keadaan dimana seseorang memiliki satu keahlian utnuk menguasai suatu bidang.

2. Bakat Keguruan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), kata guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan keguruan adalah perihal (yang menyangkut) pengajaran, metode pengajaran. Keguruan seringkali dikaitkan dengan sebuah sifat. Sifat keguruan merujuk pada hal-hal yang mengarah pada profesi seorang guru. Keguruan merupakan sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang melekat pada seorang guru.

Salah satu syarat menjadi guru, menurut Oemar Hamalik (2007: 118) adalah memiliki bakat sebagai guru. Bakat sebagai guru yang dimaksud adalah bakat keguruan. Bakat keguruan memiliki arti sebagai potensi kemampuan individu dapat yang berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik (Wasidi, 2016: 100). Bakat keguruan, menurut Wasidi (2016: 99) merupakan sebuah konsep yang terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

a. Kreativitas pedagogi adalah kemampuan memanfaatkan kecerdasan personal dalam menentukan alternatif pilihan,


(34)

pemecahan masalah maupun inovasi-inovasi bagi bidang keguruan. Kreativitas pedagogi memiliki beberapa indikator, yaitu:

1) Kecepatan berpikir adalah tingkat kemampuan memproduksi alternatif pemecahan pendidikan dalam batas waktu yang ditentukan.

2) Keluwesan berpikir adalah kemampuan mencari alternatif pemecahan masalah pendidikan dalam batas waktu yang ditentukan.

3) Keaslian berpikir adalah kemampuan memproduksi alternatif masalah yang baru atau bersifat sintesa dalam waktu yang ditentukan.

4) Elaborasi berpikir adalah kemampuan mencari alternatif lain yang lebih luas pada pemecahan masalah yang sudah ada sebelumnya pada waktu yang ditentukan.

b. Komitmen pedagogi adalah komitmen atau kesanggupan untuk tetap menjadi guru yang memberikan seluruh hati dan waktu demi mencerdaskan peserta didik dan menjadikan profesi guru sebagai tuntutan jiwa. Komitmen pedagogi dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1) Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk menyelesaikan tugas yang diembannya.


(35)

2) Disiplin terhadap pelaksanaan tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diembannya.

3) Tanggung jawab terhadap tugas adalah tingkat keberanian menanggung beban yang diembannya.

4) Keuletan dalam menjalankan tugas adalah tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.

c. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali, mengelola emosi diri sendiri sehingga tercipta keharmonisan hubungan dengan orang lain. Di dalam kecerdasan emosi, terdapat beberapa indikator yaitu:

1) Emosi sendiri adalah gejolak perasaan seseorang yang mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu hal yang berasal dari dalam maupun luar dirinya.

2) Mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif rasa marah atau frustasi, dan dapat berprilaku adaptif sesuai dengan kondisi situasi yang berbeda.

3) Memotivasi adalah kemampuan seseorang dalam memberikan semangat dengan kata-kata postif dan tingkah laku guna meningkatkan kepercayaan diri orang lain.


(36)

4) Empati terhadap orang lain adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain dan mencoba memposisikan diri sebagai orang tersebut.

5) Membina hubungan dengan orang lain adalah kemampuan menjaga relasi sehingga hubungan yang sudah ada dapat terus bertahan dan semakin harmonis.

Ketiga komponen ini menjadi tolak ukur ada atau tidak bakat keguruan di dalam diri seseorang. Dengan adanya bakat keguruan yang dimiliki seseorang, maka ia akan mampu mendedikasikan hidupnya sebagai seorang panutan, pembimbing, pengarah, dan pengelola kelas dalam pembelajaran di sekolah. Memiliki bakat keguruan juga berarti tidak sekedar menjadi guru tetapi benar-benar mendalami dan memaknai profesi guru. Dengan memiliki bakat keguruan, seseorang akan bersungguh-sungguh dalam mengajar dan akan bisa mentransfer ilmu dan mendidik siswanya dengan baik.

Bakat keguruan menjadi hal yang wajib dimiliki mahasiswa FKIP yang merupakan calon guru. FKIP yang bertugas mendidik calon guru mrupakan tempat yang sesuai dengan mahasiswa yang memiliki bakat keguruan. Dengan adanya bakat keguruan pada mahasiswa FKIP, maka proses pembelajaran yang diberikan akan sesuai dan mampu mengasah dan mengembangkan bakat yang dimiliki mahasiswa. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bakat keguruan adalah potensi, sifat dan pembawaan


(37)

yang dibawa sejak lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan dan arahan dari lingkungan sesuai dan tepat, bisa tercapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan perihal pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bakat

Semiawan (1987: 2) dan Munandar (1985: 17) menegaskan bahwa bakat berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu kinerja (performance) yang dapat dilakukan sekarang. Bakat sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja (performance) dapat dilakukan di masa yang akan datang. Ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai potential ability untuk dapat terwujud sebagai kinerja (performance) atau perilaku nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus menurut Ali dan Asrori (2005:8) yang secara garis besar dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor internal tersebut adalah:

a. Minat

Minat merupakan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang. Rasa tertarik ini merupakan hasil mengamati suatu kegiatan ataupun sesuatu hal. Minat merupakan hal yang tidak


(38)

dapat dipaksakan, ini merupakan rasa yang bersifat alamiah dan merupakan hasil pemikiran seseorang di dalam dirinya sendiri. b. Motif berprestasi

Dalam berjuang untuk menghasilkan prestasi di suatu bidang seseorang akan berusaha secara maksimal. Bakat yang terpendam yang dimiliki seseorang akan terlihat apabila seseorang berusaha untuk melatih bakat tersebut. Keinginan seseorang untuk menunjukkan prestasi yang dimiliki dapat menjadi awal bakat tersebut muncul dan mulai terarah sehingga bakat yang selama ini tidak terlihat menjadi jelas.

c. Keberanian mengambil resiko

Seseorang yang memiliki keberanian dalam melakukan sesuatu akan mendapat kesempatan untuk selalu berkembang. Ini juga berlaku pada bakat seseorang, dalam memulai sesuatu hal seseorang akan dihadapkan kepada pilihan berani mencoba atau takut akan kegagalan. Bagi seseorang yang seringkali takut untuk memulai karena kurang percaya diri kemungkinan untuk menemukan bakat adalah kecil. Berbeda dengan seseorang yang berani untuk mengambil resiko, ia akan berani mencoba hal baru sehingga kemungkinan untuk menemukan dan mengasah bakat yang dimiliki akan lebih besar.


(39)

d. Keuletan dalam menghadapi tantangan

Dalam proses memuculkan bakat, terdapat proses latihan yang seringkali menimbulkan tantangan. Untuk dapat bertahan dari sebuah tantangan seseorang harus ulet dan rajin berlatih. Bakat tidak muncul begitu saja, bakat memerlukan pelatihan dan pengarahan yang sesuai. Tantangan dan juga kesusahan akan menjadi sebuah proses yang akan dihadapi seseorang dalam berlatih. Semakin ulet seseorang dalam berlatih, akan semakin besar kemungkinan ia akan menguasai hal tersebut.

e. Kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.

Kegigihan dan daya juang merupakan kesanggupan seseorang dalam bertahan dan tidak menyerah dengan kesulitan yang timbul. Daya juga merupakan kekuatan seseorang untuk melakukan usaha-usaha untuk menguasai sesuatu hal. Dengan adanya kegigihan dan daya juang ini maka seseorang akan menjadi lebih memiliki semangat untuk berlatih mengembangkan bakat yang dimiliki.

Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan individu tumbuh dan berkembang. Faktor-faktor eksternal meliputi:


(40)

a. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri

Seseorang yang berbakat, tentu memiliki kesempatan untuk berlatih dan mengasah kemampuannya. Dengan adanya kesempatan yang diberikan seperti mengikuti les atau kursus, seseorang akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki.

b. Sarana dan prasarana

Bakat tidak muncul dengan sendirinya, bakat membutuhkan tidak sekedar wadah. Beberapa bakat memiliki syarat akan sarana dan prasarana. Hal ini akan mendukung seseorang untuk menemukan bakat yang ia miliki. Sarana seperti alat musik piano merupakan hal utama dalam menemukan bakat bermain piano.

c. Dukungan dan dorongan orang tua/keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama seseorang belajar bersosialisasi. Keluarga yang mendukung seseoranng mengembangkan bakat akan menjadi kekuatan dan juga motivasi tersendiri untuk seseorang dalam mengasah dan mengembangkan bakat yang dimiliki.

d. Lingkungan tempat tinggal

Selain keluarga, seseorang juga hidup di tengah masyarakat yaitu lingkungan tempat tinggal. Lingkungan tempat tinggal yang kondusif dan memberikan keleluasan untuk


(41)

mengekspresikan diri. Melalui kegiatan yang disenangi maka seseorang akan mampu memaksimalkan bakat yang dimiliki tanpa ada rasa terbatas atau terhambat karena lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif. Lingkungan yang nyaman dan aman akan memberikan rasa nyaman untuk seseorang dalam memaksimalkan diri untuk mengeksplor bakat yang dimiliki. e. Pola asuh orang tua

Pola asuh menjadi penting karena turut berperan dalam membetuk karakter seseorang. Selain karakter, pola asuh secara tidak langsung akan menjadi panutan seseorang dalam bertindak. Seseorang yang mendapatkan pola asuh yang baik, akan mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di sisi lain seseorang yang tidak mendapat pola asuh yang baik cenderung tidak memaksimalkan potensi dan tidak mendapat arahan yang sesuai.

Menurut Ali dan Asrori (2005: 81), individu yang memiliki bakat khusus akan memperoleh dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan unggul dan mencapai prestasi yang menonjol.


(42)

Berdasarkan teori tersebut, bisa disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri seseorang yang merupakan pemikiran mandiri seseorang dan pengaruh yang ditimbulkan akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Faktor-faktor ini berperan dalam berkembangnya suatu bakat seseorang. Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat dipastikan bahwa orang tersebut akan mampu memaksimalkan bakat yang dimilikinya.

4. Penggolongan Bakat

Bakat digolongkan menjadi dua kelompok menurut Maria (2016: 13), yaitu:

a. Bakat umum adalah potensi yang bersifat umum yang berkenaan dengan kemampuan intelektual seseorang. Bakat umum biasa diistilahkan dengan gifted. Seseorang yang memiliki bakat umum memiliki kemampuan intelegensi di atas rata (ber-IQ 12 atau lebih).

b. Bakat khusus atau talent adalah kemampuan bawaan sejak lahir yang potensial dalam bidang tertentu, misalnya memiliki bakat khusus dalam bidang seni, olahraga, dan lain-lain.

Mulyaningtyas dan Yusup (2017: 11), mengungkapkan penggolongan bakat khusus, yaitu:

a. Bakat akademik khusus, adalah bakat dalam bidang angka, logika bahasa, dan lain-lain.


(43)

b. Bakat kreatif-produktif, adalah bakat untuk menciptakan suatu penemuan baru yang belum ada sebelumnya.

c. Bakat seni, adalah bakat yang berhubungan dengan seni. Bisa bersinggungan dengan bakat bermain musik, menari dan juga melakonkan peran.

d. Bakat kinestetik/psikomotorik, misalnya bakat dalam bulu tangkis, basket, sepak bola, dan lain-lain.

e. Bakat sosial, misalnya mahir dalam bernegosiasi, mahir dalam menawarkan produk, mahir dalam kepemimpianan, mahir dalam berpendapat, dan mahir mencari relasi atau koneksi.

Penggolongan bakat akan membantu seseorang memahami bakat yang dimiliki. Dengan mengetahui jenis bakat yang dimiliki, seseorang juga akan lebih terarah dan memaksimalkan diri untuk menggali dan mengasah bakat tersebut. Masing-masing bakat memiliki perhatian khusus yang berbeda untuk dapat ditimbulkan atau dimunculkan. Seseorang harus benar-benar memahami bakat apa yang terpendam di dalam dirinya agar bakat yang dimiliki tidak menjadi sia-sia karena tidak terarah.

B. Minat Menjadi Guru

1. Pengertian Minat

Dalam proses menjadi guru terdapat beberapa tahap yang harus dilalui seseorang. Tahap ini dimulai ketika lulusan SMA/SMK (calon


(44)

mahasiswa) memutuskan untuk masuk ke dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Setiap calon mahasiswa memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan fakultas yang sesuai dengan cita-cita atau profesi yang diinginkan. Dalam menentukan pilihan tersebut, calon mahasiswa cenderung memilih sesuai dengan minat yang dimiliki. Dalam bahasa Inggris, minat sering digambarkan dengan kata-kata interest atau passion. Interestbermakna suatu perasaan ingin memerhatikan dan penasaran akan sesuatu hal, sedangkan passion sama maknanya dengan gairah atau suatu perasaan yang kuat atau antusiasme terhadap sesuatu objek.

Penjabaran tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa minat yang dimiliki oleh sesorang merupakan hasil dari proses pemikiran, emosi serta pembelajaran sehingga menimbulkan suatu keinginan untuk mendalami objek atau mungkin suatu kegiatan tertentu (Sefrina, 2013: 21), kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2008: 151), suatu rasa lebih suka rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Bahri, 2011: 191), sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap (Makmun, 2015: 88). Minat tumbuh dengan tanpa paksaan dari pihak manapun. Minat merupakan dorongan berupa keinginan, rasa suka, dan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang yang terbentuk alami dan menyebabkan seseorang memiliki semangat sehingga tergerak untuk mempelajari, mengusahakan dan


(45)

melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan objek atau kegiatan yang diminati.

Menurut Hurlock (1999: 58), minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sedangkan Winkel (1984: 30) mengemukakan minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam suatu bidang. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, minat tidak hanya merupakan rasa tertarik dari dalam diri seseorang tetapi juga suatu bentuk kemandirian seseorang dalam menegaskan perasaan ketertarikan dengan timbulnya niat untuk melakukan sesuatu tanpa suruhan dari pihak lain. Dengan memiliki minat, seseorang menjadi lebih bergairah untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diminati. Minat memberikan dampak seseorang untuk mau berusaha lebih untuk sesuatu yang diminati.

2. Unsur-Unsur Minat

Berdasarkan penjelasan Abdul Rahman Abror (1993: 112), minat terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:

a. Unsur kognisi (mengenal), dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai objek yang dituju oleh minat tersebut.

b. Unsur emosi (perasaan), karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang).


(46)

c. Unsur konasi (kehendak), merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan sesuatu kegiatan.

Menurut Adityaromantika (2010: 12), seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:

a. Perhatian

Seseorang yang berminat apabila seseorang disertai adanya perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi semata-mata tertuju pada sesuatu objek. Jadi, seseorang yang berminat terhadap sesuatu objek pasti perhatiannya akan memusat terhadap objek tersebut.

b. Kesenangan

Perasaan senang terhadap sesuatu objek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang, seseorang merasa tertarik kemudian pada saatnya timbul keinginan yang dikehendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan objek tersebut.

c. Kemauan

Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan yang dikehendaki oleh akar pikiran. Dorongan ini akan melahirkan suatu perhatian terhadap suatu objek.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan, unsur-unsur minat dimulai dari pengetahuan atau informasi mengenai objek yang diminati. Pengetahuan ini nantinya akan diolah oleh diri seseorang yang akan menentukan apakah ia berminat atau tidak. Saat seseorang merasa senang terhadap objek tersebut maka mulai saat itu ia akan tertarik dan mulai mau atau berkehendak untuk melakukan hal-hal yang mengarah dan berpusat pada yang diminati. Unsur-unsur ini menjadi penting untuk melihat seseorang tersebut memiliki minat atau tidak terhadap sesuatu objek tertentu.


(47)

Berdasarkan beberapa teori di atas, terdapat beberapa unsur yang terkandung dalam minat. Dapat disimpulkan terdapat 4 unsur dari kedua teori tersebut, yaitu: a). kognisi (mengenal) b). emosi/perasaan, c). konasi (kemauan/kehendak), d). perhatian. Dari keempat unsur ini, dapat dipahami indikator-indikator minat menjadi guru. Indikator tersebut adalah:

a. Mengetahui informasi mengenai profesi guru. b. Memiliki rasa ketertarikan untuk menjadi guru c. Merasa senang saat mengajar peserta didik d. Merasa tertarik dengan kehidupan di sekolah.

e. Memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan yang berguna untuk profesi guru.

f. Memiliki kehendak untuk berada di FKIP.

g. Mempunyai rencana untuk menjadi guru setelah menyelesaikan pendidikan guru.

h. Mau berdiskusi mengenai cara menjadi seorang guru yang baik. i. Memusatkan diri kepada informasi-informasi yang berkaitan

dengan keguruan.

j. Ingin lebih fokus mendalami ilmu mengenai pengajaran.

Indikator-indikator ini akan mampu menjadi penanda bagi seseorang yang memiliki minat menjadi guru.


(48)

3. Profesi Guru

Guru merupakan sebuah profesi yang mulia. Guru memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan generasi muda untuk membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Istilah guru berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya pengajar, pendidik dan pengasuh dalam institusi pendidikan seperti sekolah atau trusyen (kelas bimbingan). Dalam pepatah Jawa, guru diartikan dengan ungkapan digugu lan di ditiru. Artinya, guru adalah orang harus selalu dapat ditaati dan diikuti (Kartono, 2006: 80). Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar karena secara langsung akan menjadi panutan bagi siswa.

Tanggung jawab yang besar tersebut sesuai dengan tugas guru yang tertera pada UU Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Salah satu tugas yang harus dilaksanakan guru di sekolah ialah memberikan pelayanan kepada para siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah.

Sebuah sekolah tidak akan berjalan tanpa ada guru. Guru memiliki peranan penting dalam menjalankan proses pembelajaran. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memberikan


(49)

pelayanan demi meningkatkan kecerdasan bangsa. Menurut Hasbulah (2006: 45) sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didik, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkompeten di bidangnya. Guru yang berkompeten akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di suatu sekolah. Oleh karena itu, sekolah membutuhkan guru-guru yang berkompeten. Untuk menjadi guru, seseorang harus melalui syarat yang sudah ditetapkan.

4. Syarat Menjadi Guru

Pendidikan adalah sebuah sistem yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Hamdani, 2011: 15). Guru merupakan komponen pelaksana pendidikan yang sangat penting. Karena peran yang sangat penting, maka seorang guru wajib memiliki 4 kompetensi sesuai dengan UU tentang Guru dan


(50)

Dosen No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yaitu : 1) Kompetensi Kepribadian, 2) Kompetensi Pedagogik, 3) Kompetensi Profesional, dan 4) Kompetensi Sosial. Kompetensi-kompetensi ini harus dimiliki oleh seorang guru.

Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional yang memerlukan orang-orang yang tepat dan sesuai diposisi tersebut. Menurut Oemar Hamalik (2003: 118), seseorang yang menjadi guru harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru, b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintregasi d. Memiliki mental yang sehat

e. Berbadan sehat

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan, oleh karena itu guru harus memiliki persyaratan profesi termasuk kualifikasi minimum, yang dinyatakan dalam Pasal 44 ayat 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi yang sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani, rohani serta memiliki profesi”. Berdasakan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 29, syarat menjadi guru adalah memiliki (1) kualifikasi akademil pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), (2) latar belakang pendidikan yang sesuai dengan yang diajarkan, (3) sertifikat profesi sesuai dengan


(51)

tingkat pendidikan yang dimiliki. Syarat-syarat ini dibuat dengan tujuan terciptanya sebuah kualitas dari seorang guru sehingga kualitas ini akan memajukan pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

5. Guru Sebagai Profesi

Profesi menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011: 6) adalah suatu pekerjaan khusus yang dilandasi dengan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan. Pengertian tersebut sejalan dengan kualifikasi guru yang tercantum pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.

Menurut Djamarah (2005: 56) tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan tugas ini, dapat dipahami bahwa profesi guru menuntut guru yang harus selalu berkembang dan tidak ketinggalan akan perubahan-perubahan yang selalu terjadi. Tuntutan ini diharapkan mampu membentuk gambaran seorang guru yang mengikuti perkembangan zaman peserta didik yang terus berkembang.

Menurut Rugaiyah dan Sismiati (2011: 45) profesi guru di Indonesia menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:


(52)

a. Mempunyai bakat sebagai guru b. Memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat dan berbadan sehat e. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas f. Mempunyai jiwa pancasila dan warga negara yang baik.

Guru sebagai profesi memiliki makna bahwa guru merupakan pekerjaan yang memiliki kualifikasi dan tuntutan yang harus dipenuhi. Ketika guru merupakan sebuah profesi, maka seorang guru juga harus siap dengan tuntutan profesionalitas dalam bekerja. Profesionalitas yang dituntut dari profesi guru tidak dapat disamakan dengan profesi lainnya. Ini disebabkan karena guru memiliki tugas yang bersinggungan dengan segala aspek kehidupan seseorang yang menjadi guru. Hal ini digambarkan dengan jelas dengan adanya 4 kompetensi wajib yang harus dimiliki seorang guru. Guru sebagai profesi memiliki arti mendalam mengenai kehidupan seorang guru.

Profesi guru merupakan profesi yang tidak mudah untuk dijalani dikarenakan guru akan menjadi teladan bagi siswa dan bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa. Profesi guru sudah sepantasnya dikatakan sebagai profesi yang mulia. Selain itu, pahlawan tanpa tanda jasa yang melekat pada profesi guru juga sudah tidak diragukan, mengingat bagaimana peran guru dalam mencerdaskan bangsa. Tugas seorang guru yang tidak mudah ini, harus dilandasi dengan kecintaan dan minat yang besar untuk menjadi seorang guru.

Minat seseorang untuk menjadi guru adalah wajib untuk mahasiswa FKIP yang merupakan calon guru. Menurut Ery (2012: 13)


(53)

minat menjadi guru adalah pemusatan pikiran, perasaan, kemauan atau perhatian seseorang terhadap profesi guru. Dengan demikian minat menjadi guru timbul berdasarkan respon positif individu. Respon positif ini dapat diartikan sebagai proses mencari informasi mengenai hal yang disenangi. Ditambahkan oleh Rohman (2013: 62), minat menjadi guru adalah suatu faktor internal atau dari dalam pribadi individu yang mendorong dan mempengaruhi tingkah laku seseorang atau individu yang merasa tertarik dan ingin mewujudkan keinginannya menjadi guru. Di sisi lain menurut Nurlatifah, D (2014: 38) minat menjadi guru adalah ketertarikan seseorang terhadap profesi guru sehingga membentuk dirinya layaknya seorang guru dan mampu meluangkan segala waktu dan tenaga untuk mewujudkan impiannya menjadi guru. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru merupakan sebuah sikap yang menunjukkan keinginan seseorang untuk mencari informasi, mendalami, memahami dan melakukan usaha-usaha untuk menjadi seorang guru yang berawal dari rasa ketertarikan dari dalam diri seseorang akan profesi guru. Keinginan tersebut adalah bentuk ketertarikan yang terbentuk dari dalam diri seseorang dengan sungguh-sungguh dan tanpa adanya paksaan dari pihak luar ataupun faktor-faktor tertentu. Seseorang yang memiliki minat menjadi guru akan merasa senang apabila bisa berprofesi sebagai guru yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,


(54)

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada suatu jenjang pendidikan formal.

C. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Prestasi belajar adalah hasil akhir yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Prestasi belajar mahasiswa FKIP digambarkan melalui besarnya Indeks Prestasi (IP) yang didapat dari hasil belajar selama satu semester. Tingkat keberhasilan belajar mahasiswa dinyatakan dengan bilangan yang disebut IP. Berdasarkan Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma (2012: 30) besar IP dihitung dari jumlah hasil kali antara besar kredit (K) dan bobot nilai (N) dibagi dengan jumlah kredit yang direncanakan; atau dinyatakan dengan rumus:

Proses pemberian nilai pada suatu mata kuliah adalah proses penetapan taraf kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah tersebut. Hasil pengukuran taraf pencapaian kompetensi mahasiswa dinyatakan dalam bentuk skor.

Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan dengan huruf (Huruf Mutu (HM)): A, B, C, D, E dan F masing-masing dengan bobot kuantitatif (Angka Mutu (AM)) dalam angka 0-4. Informasi mengenai kategori nilai tertera pada tabel 2.1.


(55)

Tabel 2.1

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa

Huruf Mutu Angka Mutu Arti

A Ekuivalen dengan bobot 4 Amat baik

B Ekuivalen dengan bobot 3 Baik

C Ekuivalen dengan bobot 2 Cukup

D Ekuivalen dengan bobot 1 Kurang

E Ekuivalen dengan bobot 0 Jelek

Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari seluruh mata kuliah yang ditempuh. Indeks Prestasi Kumulatif adalah penghitungan IP dengan menggabungkan semua mata kuliah yang telah ditempuh sampai suatu semester tertentu. FKIP sebagai fakultas, adalah unsur pelaksana universitas yang mengkoordinasi dan/atau melaksanakan pendidikan akademik, dan/atau pendidikan profesi serta vokasi dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni tertentu. Program sarjana adalah program pendidikan tinggi yang diselenggarakan dengan menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS), yang dijadwalkan untuk 8 semester. Jumlah satuan kredit mahasiswa yang merupakan calon guru untuk Program Sarjana (S-1) berkisar antara 144-160 dan untuk Program Diploma III (D-III) berkisar antara 110-120.

Nurman dkk, (1994: 15) menyatakan bahwa Indeks Prestasi berguna membantu meramalkan keberhasilan mahasiswa dimasa yang akan datang. Nilai yang diperoleh mahasiswa dapat dipakai sebagai petunjuk untuk melanjutkan pelajaran pada semester atau tingkat yang lebih tinggi. Indeks


(56)

Prestasi juga dapat dimanfaatkan untuk menilai keberhasilan mahasiswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan mata kuliah yang diambilnya. Lebih jauh lagi bahwa prestasi mahasiswa di perguruan tinggi dapat turut menentukan kesempatan kerja yang lebih baik sekaligus menentukan masa depannya.

D. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi suatu bakat adalah minat (Ali dan Asrori, 2005: 8). Minat merupakan dorongan berupa keinginan dan rasa tertarik yang berasal dari dalam diri seseorang. Minat mampu menggerakkan seseorang untuk berusaha lebih dan melakukan sesuatu dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki minat. Rasa ketertarikan dari seseorang, menjadi bukti nyata adanya sebuah minat. Rasa tertarik dari dalam diri seseorang untuk menjadikan guru sebagai profesi yang diinginkan disebut minat menjadi guru.

Minat menjadi guru adalah keinginan dan rasa tertarik berupa dorongan dari dalam diri seseorang untuk berprofesi sebagai guru yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada suatu jenjang


(57)

pendidikan formal. Minat menjadi guru adalah hal yang seharusnya dimiliki mahasiswa FKIP sebagai calon guru.

Mahasiswa yang memilih FKIP sebagai jurusan diharapkan memiliki minat menjadi guru. Minat menjadi guru yang dimiliki mahasiswa akan menjadi kekuatan mahasiswa untuk berproses selama perkuliahan berlangsung. Minat yang berwujud rasa ingin tahu yang dimiliki mahasiswa, berdampak pada semangat belajar mahasiswa. Semangat belajar yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Kurniasari (2016: 55) menyatakan bahwa, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara minat menjadi guru terhadap kesiapan mengajar.

Kesiapan dalam mengajar menunjukkan seseorang memiliki bakat keguruan. Hal ini tentu akan memberikan nilai lebih bagi mahasiswa yang memiliki minat menjadi guru. Bakat keguruan yang merupakan potensi yang masih harus dikembangkan dan dilatih akan menjadi hal yang sesuai apabila berada di FKIP. Hal ini dikarenakan, selama proses perkuliahan FKIP akan membekali dan mengasah bakat keguruan mahasiswa. FKIP menjadi wadah yang dapat digunakan mahasiswa untuk menyalurkan minat yang dimiliki.

Hubungan yang diberikan oleh minat menjadi guru dengan bakat keguruan terletak pada tindakan dan usaha yang dilakukan oleh mahasiswa. Dengan adanya minat menjadi guru, maka mahasiswa akan mampu mengarahkan dirinya untuk mengasah bakat yang


(58)

dimilikinya. Seseorang yang memiliki bakat keguruan, apabila tidak memiliki minat menjadi guru maka tidak memiliki rasa tertarik untuk mengasah bakat yang dimiliki. Sehingga, bakat keguruan yang dimiliki tentu tidak akan berkembang dengan maksimal atau bahkan tidak tampak. Hal ini tentu akan sangat disayangkan apabila seseorang yang sebenarnya memiliki bakat keguruan tetapi tidak memiliki minat untuk menjadi guru sehingga bakat yang terpendam tersebut tidak terarah dengan baik sehingga tidak tampak sehingga menjadi bakat terpendam. Ada atau tidak suatu minat menjadi guru akan memiliki hubungan dengan bakat keguruan yang dimiliki mahasiswa FKIP 2. Hubungan IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 31), bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Pernyataan tersebut juga berlaku untuk bakat keguruan yang dimiliki oleh calon guru yaitu mahasiswa FKIP. Dalam proses menuju sarjana pendidikan, mahasiswa harus melewati 8 semester perkuliahan. Selama masa perkuliahan FKIP sebagai unsur pelaksana univerrsitas melaksanakan kurikulum guna menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional dan berkompeten di bidangnya. Prestasi yang merupakan output akhir mahasiswa di perguruan tinggi adalah IPK. Dengan adanya bakat keguruan mahasiswa akan menghasilkan IPK yang baik di akhir


(59)

semester. Proses pembelajaran, latihan dan evaluasi akan mengasah bakat keguruan yang dimiliki mahasiswa.

Mata kuliah yang terdapat pada FKIP disusun sedemikian rupa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap. FKIP menjadi sebuah tempat yang memberikan kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. IPK yang merupakan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan. IPK yang merupakan sebuah prestasi ini akan menggambarkan sejauh mana mahasiswa tersebut dapat mengembangkan bakat keguruan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ali dan Asrori (2005: 81) bahwa adanya kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus secara optimal menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan bakat. Kesempatan yang dimanfaatkan secara maksimal oleh mahasiswa akan menghasilkan prestasi yang menonjol. Oleh karena itu, IPK yang baik menunjukkan bahwa seorang mahasiswa memiliki bakat keguruan. Semakin tinggi IPK maka semakin tinggi kemungkinan mahasiswa tersebut memiliki bakat keguruan. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki IPK rendah memiliki bakat keguruan rendah. Berdasarkan hal tersebut, terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.


(60)

E. Hipotesis

= Tidak terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

= Terdapat hubungan minat menjadi guru dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

= Tidak terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.

= Terdapat hubungan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP USD.


(61)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk di dalam penelitian studi kasus yang merupakan penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial. Menurut Arikunto (2010: 185) penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan minat menjadi guru dan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma. Hasil penelitian ini hanya berlaku di FKIP Universitas Sanata Dharma, dan tidak berlaku di luar populasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma. Terdapat 3 kampus yang menjadi tempat penelitian, yaitu:

a. Kampus 1 di Jalan Affandi (Gejayan) Tromol Pos 29, Yogyakarta.

b. Kampus 3 di Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.


(62)

c. Kampus 4 di Jalan Ahmad Jazuli Nomor 2, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa-Mahasiswi angkatan tahun 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat menjadi guru, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Margono (2000: 121) menjelaskan bahwa populasi adalah seluruh individu yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Ditambahkan oleh Warsito (1992: 49) bahwa, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes,


(63)

perusahaan, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian. Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan tahun 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Jumlah keseluruhan mahasiswa angkatan 2013 di bawah FKIP adalah 855, dengan rincian jumlah per prodi yang ditampilkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Program Studi Jumlah Mahasiswa

Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan

Agama Katolik 39

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 Pendidikan Bahasa Inggris 150 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83

Pendidikan Sejarah 51

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Ekonomi 37

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi 102

Pendidikan Matematika 92

Pendidikan Fisika 50

Pendidikan Biologi 57

Total 855

Sumber: Sekretariat masing-masing Program Studi FKIP USD 2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Sehingga, sampel adalah sebagian besar bagian dari populasi yang


(64)

sesuai dengan karakter yang sudah ditentukan (Yusuf, 2014: 150). Dalam penelitian ini, agar mendapatkan sampel yang representatif, yang berarti dapat mewakili populasi menjadi sasaran penelitian. Dalam penentuan sampel penelitian, digunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Batas toleransi kesalahan 0.05

Dengan rumus Slovin di atas, maka diperoleh sejumlah 273 sampel untuk penelitian ini.

3. Teknik Penarikan Sampel

Pada penelitian ini, jenis teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling. Proportionate stratified random sampling merupakan cara pengambilan sampel secara acak dari suatu anggota populasi dan bertingkat secara proporsional yang dilakukan jika anggota populasinya heterogen (beragam) atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat (Sarjono dan Julianita, 2011: 24) atau mempunyai sifat berstrata secara proporsional (Martono, 2014: 78).


(65)

Pengambilan sampel dilakukan secara proportional, yaitu dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah yang ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah. Pengambilan sampel secara proportional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dengan demikian, dapat dihitung sampel yang akan diteliti berdasarkan program studi masing-masing respoden. Jumlah sampel masing-masing program studi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi

Program Studi Jumlah Sampel

Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik 39 12

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 62

Pendidikan Bahasa Inggris 150 48

Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia 83 26

Pendidikan Sejarah 51 16

Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Ekonomi 37 12

Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi 102 33

Pendidikan Matematika 92 29

Pendidikan Fisika 50 16

Pendidikan Biologi 57 18

Total 855 273


(66)

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Minat Menjadi Guru

Minat mejadi guru adalah keinginan dari dalam diri seseorang untuk memahami, mendalami, berlaku dan bekerja sebagai guru. Minat merupakan sebuah bentuk sikap yang menunjukkan rasa tertarik dan memiliki perhatian akan suatu objek. Minat menjadi guru memiliki unsur-unsur yang tertera pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Minat Menjadi Guru

Variabel minat menjadi guru diukur dengan menggunakan skala sikap likert. Skala likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek

Unsur-unsur Indikator Positif Negatif

Kognisi (mengenal)

1. Mengetahui informasi mengenai

profesi guru 2, 21, 22, 25 - Emosi

(perasaan senang/tertarik)

2. Memiliki rasa ketertarikan untuk

menjadi guru 1, 4 10, 12

3. Merasa senang saat mengajar

peserta didik 3, 23 11

4. Merasa tertarik dengan kehidupan

di sekolah 6, 7 24

Konasi

(kehendak/kem auan)

5. Memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan yang berguna untuk profesi guru.

5, 8, 26, 28 - 6. Memiliki kehendak untuk berada

di FKIP 9 15

7. Mempunyai rencana untuk menjadi guru setelah

menyelesaikan pendidikan guru.

18 16

8. Mau berdiskusi mengenai cara

menjadi seorang guru yang baik. 14, 19 -

Perhatian

9. Memusatkan diri kepada informasi-informasi yang berkaitan dengan keguruan.

17 13

10.Ingin lebih fokus mendalami ilmu


(67)

atau fenomena tertentu (Siregar 2010: 138). Skala likert dimodifikasi menjadi 4 opsi jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Skor item variabel minat menjadi guru terlampir pada Tabel 3.4

Tabel 3.4

Skor Item Variabel Minat Menjadi Guru

Jenis Pernyataan

Sangat

Setuju (SS) Setuju (S)

Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

2. Variabel Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

Variabel IPK akan dilihat berdasarkan IPK untuk semester tujuh. Hal ini dikarenakan pada semester 7, mahasiswa diharapkan sudah mengambil seluruh mata kuliah yang ditawarkan oleh program studi masing-masing. Variabel IPK diukur berdasarkan Indeks Prestasi yang dicapai secara kumulatif dengan ketentuan yang terlampir pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Variabel IPK

IPK Skor

3,51 – 4,00 4 2,76 – 3,50 3 2,00 – 2,75 2 0,00 – 1,99 1

3. Variabel Bakat Keguruan

Variabel bakat keguruan diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wasidi (2016). Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan


(68)

pedoman penskoran yang terdapat pada instrumen bakat keguruan yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Instrumen bakat keguruan terdiri atas tiga bagian, yaitu: kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi. Setiap bagian memiliki indikator masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Operasionalisasi Variabel Bakat Keguruan

Variabel

Penelitian Bagian Indikator

Jumlah Item Bakat Keguruan Kreativitas Pedagogi Kecepatan berpikir 32 Keluwesan berpikir Keaslian berpikir Elaborasi berpikir Komitmen Pedagogi

Motivasi terhadap tugas

32 Disiplin terhadap tugas

Tanggung jawab terhadap tugas Keuletan menjalankan tugas

Kecerdasan Emosi Emosi sendiri 40 Mengelola emosi Memotivasi

Empati terhadap orang lain

Membina hubungan dengan orang lain Sumber: Wasidi dan Mardapi (2016), diolah.

Kreativitas pedagogi diukur dengan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Butir-butir pertanyaan kreativitas pedagogi disusun dengan model what if not yaitu metode untuk mengungkapkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah jika disajikan satu alternatif pemecahan masalah. Komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan


(69)

berjenjang dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak.

Setiap pertanyaan dalam instrumen bagian kreativitas pedagogi diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal (TKV), pemberian skor pada setiap jawaban dapat dilihat pada lampiran 3 (halaman 141). Setiap pertanyaan dalam instrumen bagian komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan berjenjang, dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak. Pemberian skor pada setiap jawaban dapat dilihat pada lampiran 3 (halaman 146).

Skor akhir pada variabel bakat keguruan diperoleh dari menjumlahkan skor tes kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi. Skor akhir lalu dikonversikan menjadi nilai. Konversi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Konversi Total Skor pada Variabel Bakat Keguruan No Interval Skor Nilai

1 104 – 113 0.0

2 114 – 124 0.5

3 125 – 134 1.0

4 135 – 145 1.5

5 146 – 155 2.0

6 156 – 165 2.5

7 166 – 176 3.0

8 177 – 186 3.5

9 187 – 197 4.0

10 198 – 207 4.5


(70)

No Interval Skor Nilai

12 218 – 228 5.5

13 229 – 238 6.0

14 239 – 249 6.5

15 250 – 259 7.0

16 260 – 269 7.5

17 270 – 280 8.0

18 281 – 290 8.5

19 291 – 301 9.0

20 302 – 311 9.5

21 ≥ 312 10.0

Sumber: Wasidi (2015), diolah

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Kuesioner

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membagikan beberapa daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden agar peneliti memperoleh informasi yang tepat (Arikunto, 2010: 195). Dalam penelitian ini, data yang ingin didapatkan adalah mengenai minat menjadi guru, IPK dan bakat keguruan yang dimiliki oleh responden. Sehingga instrumen yang diberikan kepada responden akan mampu mendapatkan data mengenai variabel penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2012: 240). Teknik ini berguna untuk mendapatkan data akurat mengenai responden. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai data jumlah dan IPK mahasiswa aktif yang berada diangkatan 2013.


(71)

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Bakat Keguruan

Agar instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan data, maka instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Instrumen bakat keguruan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wasidi (2016). Instrumen bakat keguruan sudah diuji terkait validitas dan realibilitasnya.

a. Validitas Bakat Keguruan

Konstruk bakat keguruan mempunyai validitas isi sebesar 0.93, dimana dimensi kreativitas pedagogi memiliki validitas isi sebesar 0.92, komitmen pedagogi sebesar 0.94, dan kecerdasan emosi sebesar 0.97 (Wasidi, 2016). Hasil analisis butir menggunakan pendekatan IRT PCM menunjukkan bahwa nilai infit instrumen dimensi kreativitas pedagogi bergerak dari nilai 0.88 - 1.23, komitmen pedagogi 0.77 - 1.18, dan kecerdasan emosi 0.86 - 1.28, masih di dalam interval syarat batas infit mean square (MNSQ) untuk butir yaitu 0.77 - 1.3 (Wasidi,

2016). Hasil pengujian konstruk bakat keguruan memenuhi syarat goodness of fit statistics (GOF).

b. Reliabilitas Bakat Keguruan

Reliabilitas instrumen bakat keguruan diperoleh dengan menggunakan reliabilitas gabungan (Mardapi, 2012: 93). Instrumen bakat keguruan dikembangkan oleh Wasidi (2016)


(72)

memiliki koefisien sebesar 0.94 dengan nilai informasi kemampuan kreativitas pedagogi antara -2.05 sampai +1.4. Koefisien reliabilitas instrumen komitmen pedagogi sebesar 0.707 dengan nilai informasi kemampuan pedagogi sampai +0.01, sedangkan kecerdasan emosi mempunyai informasi responden dengan kemampuan sampai +0.4. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas tersebut instrumen bakat keguruan yang dikembangkan tergolong baik, karena instrumen tersebut mempunyai koefisien reliabilitas yang tinggi.

2. Minat Menjadi Guru

Syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reliabilitas (Arifin, 2011: 245). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penting untuk dilakukan karena berkaitan dengan hasil berupa data yang akan diperoleh melalui instrumen tersebut. Instrumen yang valid dan reliabel akan memberikan hasil yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku juga untuk instrumen minat menjadi guru. a. Pengujian Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Menurut Masri Singarimbun (1981: 122) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian yang


(1)

(Pengujian kedua)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

butir4 59.56 83.587 .671 .918

butir5 59.56 83.951 .541 .920

butir6 59.44 86.193 .438 .921

butir7 59.53 84.075 .656 .918

butir8 60.09 85.719 .461 .921

butir9 59.44 78.436 .644 .918

butir10 59.62 85.516 .493 .920

butir12 59.79 83.865 .546 .920

butir13 60.00 81.818 .594 .919

butir14 59.68 86.347 .472 .921

butir15 59.50 83.409 .464 .922

butir16 59.97 80.878 .700 .916

butir17 59.79 84.593 .526 .920

butir18 59.88 77.986 .812 .913

butir19 59.91 82.689 .651 .918

butir20 60.21 83.138 .613 .918

butir21 59.44 82.072 .764 .916

butir22 59.44 86.678 .590 .920

butir23 59.03 85.545 .526 .920

butir24 59.65 83.690 .590 .919

butir26 60.00 84.364 .540 .920

butir27 60.21 83.259 .433 .923

Output Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized


(2)

LAMPIRAN VI

Deskripsi Data


(3)

Deskripsi Data

1.

Program Studi

Program Studi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pend. Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi

33 13.2 13.2 13.2

Pendidikan Sejarah 16 6.4 6.4 19.6

Pendidikan Bahasa Inggris 40 16.0 16.0 35.6

Pendidikan Fisika 18 7.2 7.2 42.8

Pendidikan Biologi 23 9.2 9.2 52.0

IPPAK 13 5.2 5.2 57.2

Pend. Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi

12 4.8 4.8 62.0

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

27 10.8 10.8 72.8

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

56 22.4 22.4 95.2

Pendidikan Matematika 12 4.8 4.8 100.0

Total 250 100.0 100.0

2.

Indeks Kumulatif Prestasi (IPK)

IPK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 17 6.8 6.8 6.8

3 145 58.0 58.0 64.8

4 88 35.2 35.2 100.0


(4)

3.

Bakat Keguruan

Bakat Keguruan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang Sekali Berbakat 1 .4 .4 .4

Kurang Berbakat 42 16.8 16.8 17.2

Cukup Berbakat 170 68.0 68.0 85.2

Berbakat 37 14.8 14.8 100.0

Total 250 100.0 100.0

4.

Minat Menjadi Guru

Minat Menjadi Guru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Berminat 4 1.6 1.9 1.9

Kurang Berminat 6 2.4 2.8 4.7

Cukup Berminat 40 16.0 18.6 23.3

Berminat 122 48.8 56.7 80.0

Sangat Berminat 43 17.2 20.0 100.0

Total 215 86.0 100.0

Missing System 35 14.0


(5)

LAMPIRAN VII

Hasil Uji


(6)

Hasil Uji Korelasi Spearman

1.

Uji Korelasi Minat Menjadi Guru dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP

Universitas Sanata Dharma.

Correlations

Bakat Keguruan

Minat Menjadi Guru Spearman's rho Bakat Keguruan Correlation Coefficient 1.000 -.031

Sig. (2-tailed) . .652

N 250 215

Minat Menjadi Guru Correlation Coefficient -.031 1.000

Sig. (2-tailed) .652 .

N 215 215

2.

Uji Korelasi IPK dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP Universitas Sanata

Dharma.

Correlations

IPK Bakat Keguruan Spearman's rho IPK Correlation Coefficient 1.000 .051

Sig. (2-tailed) . .419

N 250 250

Bakat Keguruan Correlation Coefficient .051 1.000

Sig. (2-tailed) .419 .


Dokumen yang terkait

Hubungan minat menjadi guru dan IPK dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (studi kasus pada mahasiswa S1 angkatan 2013 FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

0 3 208

Hubungan penguasaan mata kuliah Pengelolaan Kelas dan penguasaan mata kuliah Strategi Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 232

Hubungan antara pengalaman mengambil mata kuliah PPL I, jenis pekerjaan orang tua, dan IPK makasiswa dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 199

Hubungan pengajaran mikro dan program pengalaman lapangan di sekolah dengan minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2005.

0 0 135

Pengaruh prestasi PPL dan aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

0 2 166

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006.

0 0 159

Pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 0 146

Pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap status sosial guru dan prestasi belajar dengan minat mahasiswa menjadi guru : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2006 - USD Repo

0 0 157

Hubungan pengajaran mikro dan program pengalaman lapangan di sekolah dengan minat mahasiswa FKIP menjadi guru : studi kasus mahasiswa Universitas Sanata Dharma Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2005 - USD Repository

0 0 133