PENGARAUH INVESTASI (PMA DAN PMDN) DAN HUTANG LUAR NEGERI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR PERTANIAN, SEKTOR INDUSTRI, DAN SEKTOR PERDAGANGAN DI INDONESIA.

(1)

PERDAGANGAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

PUNGKY AMARTA MAULANA

0711010007 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“

JAWA TIMUR


(2)

PERDAGANGAN DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh:

PUNGKY AMARTA MAULANA

0711010007 / FE / IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“

JAWA TIMUR


(3)

SEKTOR PERDAGANGAN DI INDONESIA yang diajukan

PUNGKY AMARTA MAULANA

0711010007 / FE / IE

Telah dipertahankan dihadapan Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. H. M. Taufik, MM

Drs. Ec. H. M. Taufik,MM. Sekretaris

NIP. 196805011993031004

Drs. EC. Arief Bachtiar, Msi Anggota

Dra. EC. Niniek Imaningsih, MP

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan proposal skripsi ini. Penyusunan proposal skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Dalam penulisan proposal skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaruh Investasi (PMA DAN PMDN) dan Hutang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Sektor Industri, dan Sektor Perdagangan di Indonesia”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan proposal skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Bapak Drs.Ec.H.M.Taufik,MM. selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga proposal skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesainya proposal skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.


(5)

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis.

5. Orang tua tercinta khususnya Ibu yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritul, semua kebaikanmu tidak akan pernah peneliti lupakan. Terimakasih ibu.

6. Semua teman – taman yang selalu memberi dukungan sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas ahir dengan baik.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamualaikum Wr.Wb

Surabaya, 2011


(6)

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 15

2.2.1.2. Teori Pertumbuhan Harrod Domar ... 17

2.2.1.3. Ciri – Ciri Pertumbuhan Ekonomi ... 20

2.2.1.4. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi Nasional ... 21

2.2.1.4.1. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional ... 21

2.2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto ... 24

2.2.1.5.1. Arti dan Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 24

2.2.1.5.2. Metode Pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 26


(7)

2.2.2.2. Unsur – Unsur Investasi ... 39

2.2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal ... 41

`2.2.2.4. Teori Investasi Nopirin ... 43

2.2.2.5. Teori Investasi Abdur Chowdhury dan George Mavrotas ... 44

2.2.2.6. Peranan Investasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi ... 44

2.2.2.7. Peranan Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi ... 45

2.2.2.7.1. Hubungan PMA dan PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 46

2.2.3. Tinjauan Mengenai Hutang Luar Negeri ... 46

2.2.3.1. Hubungan Hutang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 52

2.3. Kerangka Pikir ………..…...……... 52

2.4. Hipotesis dan Model Analisis ... 55

2.4.1.Hipotesis ... 55

2.4.2.Model Analisis ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……...…….. 57


(8)

3.4.1. Teknik Analisa Data ... 59

3.4.2. Uji Hipotesis ... 61

3.5 Pendekatan Asumsi Klasik BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...68

4.1.1.Kondisi Geografis ... 68

4.1.2. Kependudukan ... 69

4.1.3. Perkembangan Investasi (PMA dan PMDN) di Indonesia ...69

4.1.4. Strategi Manajerial Yang Perlu Dibangun ...72

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 75

4.2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Pertanian, Industri, dan Perdagangan ... 76

4.2.2. Perkembangan Investasi (PMA dan PMDN) Sektoral Pertanian, Industri, dan Perdagangan ... 78

4.2.3. Perkembangan Hutang Luar Negeri ... 80

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE) ... 82

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 82

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Parsial ... 90


(9)

5.1. Kesimpulan ... 95 5.2. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

Industri, dan Perdagangan di Indonesia ... 77

Tabel 2 : Investasi (PMA dan PMDN) Sektoral Pertanian, Industri, dan Perdagangan di Indonesia ... 79

Tabel 3 : Perkembangan Hutang Luar Negeri ... 81

Tabel 4 : Tes Autokorelasi ... 84

Tabel 5 : Tes Multikolinier ... 85

Tabel 6 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 87

Tabel 7 : Analisis Varian (ANOVA) ... 90

Tabel 8 : Hasil Analisis Variabel Investasi (PMA dan PMDN) (X1), dan Hutang Luar Negeri (X2), Berpengaruh Secara Parsial dan Nyata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Persektor Pertanian, Industri, dan Perdagangan (Y)...91


(11)

Gambar 2 : Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terimbas ... 32

Gambar 3 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal ... 41

Gambar 4 : Diagram Kerangka Pemikiran ... 54

Gambar 5 : Kurva Uji Hipotesis Secara Simultan ... 62

Gambar 6 : Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial ... 64

Gambar 7 : Kurva Uji Durbin-Watson ... 65


(12)

Negeri (X2), dan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian (Y1) di Indonesia Tahun 1995-2009.

Lampiran 2: Tabulasi Data PMA dan PMDN sektor Industri (X1), Hutang Luar Negeri (X2), dan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri (Y2) di Indonesia Tahun 1995-2009.

Lampiran 3: Tabulasi Data PMA dan PMDN sektor Perdagangan (X1), Hutang Luar Negeri (X2), dan Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan (Y3) di Indonesia Tahun 1995-2009.

Lampiran 4 : Descriptive Statistics Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian (Y1)

Model Summary b

Anova b

Lampiran 5 : Coefficients a

Collinearity Diagnostics a Lampiran 6: Residuals Statistics a

NonparametricCorrelations

Lampiran 7 : Descriptive Statistics Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri (Y2)

Model Summary b

Anova b

Lampiran 8 : Coefficients a

Collinearity Diagnostics a Lampiran 9: Residuals Statistics a


(13)

Model Summary b

Anova b

Lampiran 11 : Coefficients a

Collinearity Diagnostics a Lampiran 12: Residuals Statistics a

NonparametricCorrelations Lampiran 13 : Tabel Pengujian Nilai F (α = 0,05) Lampiran 14 : Tabel Pengujian Nilai t


(14)

PUNGKY AMARTA MAULANA

Abstraksi

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan hutang luar negeri dalam pengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari hutang maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa diperlukan hutang luar negeri, selain itu menciptakan iklim perekonomian yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

Penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur mulai tahun 1995-2009. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan menggunakan alat bantu computer program Statistic Program for Social Science (SPSS) Versi 13.0 yang menunjukkan pengaruh secara signifikan antara variabel bebas dan variable terikat.

Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap Pertunbuhan Ekonomi tersebut di sektor Pertanian (Y1), Industri (Y2), Perdagangan (Y3) maka ( 1 ) Dapat diketahui bahwa Variabel Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan (Y3) merupakan Variabel yang paling dominan dari pada sektor Pertanian dan Industri. ( 2 ) Dengan melihat hasil koefesien Variable Independen Investasi (PMA dan PMDN) (X1) maka dapat disimpulkan bahwa sektor Perdagangan (Y3) yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada ketiga sektor yang lain. ( 3 ) Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Hutang Luar Negeri (X2) maka dapat disimpulan bahwa sektor Pertanian (Y1), dan Sektor Industri (Y2) merupakan sektor yang paling dominan dari pada Sektor Perdagangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Kata Kunci : Investasi (PMA dan PMDN) (X1), Hutang Luar Negeri (X2), terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian (Y1), Pertumbuhan

Ekonomi Sektor Industri (Y2), Pertunbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan (Y3).


(15)

1.1. Latar Belakang

Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi untuk mengolahnya, selain itu ditentukan pula adanya pendorong untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan dengan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor asing.

Oleh karena itu untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain tata hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengandalkan berbagai kegiatan pembangunan dibidang ekonomi. Khususnya ditiga sektor ekonomi. Tiga sektor ekonomi itu diantaranya adalah sektor pertanian, sektor perindustrian, dan yang terahir adalah sektor perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel. ( Statistik Indonesia, 2002 : 500 )


(16)

Salah satu indikator penting guna menganalisis ekonomi suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi, kendati indikator ini mengatur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian yang tentang sejauh mana aktifitas ekonomi yang terjadi pada suatu periode tertentu yang telah menghasilkan suatu pendapatan bagi masyarakat, indikasi tersebut tersirat dalam rangka pertumbuhan output karena pada dasarnya aktifitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output) pada gilirannya proses ini juga akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat.

Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan anggaran dana yang memadai untuk memenuhinya. Terlepas dari status negara yang disandang, baik maju maupun berkembang, setiap negara di dunia ini mempunyai hubungan ekonomi dengan negara lain. Hubungan tersebut termasuk diantaranya arus aliran uang keluar dan uang masuk, dimana uang keluar bisa berupa aliran pinjaman. Sedangkan uang masuk diantaranya bisa berupa devisa, investasi, maupun pinjaman.

Dalam rangka peningkatan kegiatan investasi, pengusaha sangat membutuhkan modal yang merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan investasi. Dinegara berkembang seperti Indonesia, modal sebagai dasar dalam menggerakkan perekonomian. Modal yang dibutuhkan oleh investor dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Manfaat investasi baik PMA dan PMDN, serta hutang luar negeri yaitu untuk menciptakan modal yang bukan hanya terdiri dari barang yang


(17)

nampak seperti pabrik dan mesin, tetapi juga barang yang tidak nampak seperti pendidikan, kesehatan dan penelitian. Kenaikan laju pembentukan modal akan membantu menaikkan pendapatan nasional. Dengan demikian pembentukan modal merupakan kunci utama bagi negara terbelakang menuju pertumbuhan ekonomi.

Peran investasi PMA dan PMDN untuk ekonomi sektor pertanian antara lain untuk mendorong pengembangan infrastruktur pertanian, manajemen, memudahkan akses pasar dunia, pengembangan agroindustri pertanian, alih teknologi produksi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian karena sektor ini merupakan sektor yang mengandalkan keunggulan komparatif yang berbasiskan sumberdaya domestik yang dapat meningkatkan pendapatan, penyedia lapangan kerja dan bahan baku bagi industri.

Pinjaman luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar ke dalam negeri. Bila ditinjau dari fungsinya, pinjaman merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaaan yang diperlukan dalam pembangunan. Selain diperlukan sebagai dana untuk membiayai program pembangunan, pinjaman luar negeri juga dibutuhkan untuk menutup saving investment gap, yaitu kesenjangan antara tabungan dalam negeri dengan dana investasi. Bukan hanya itu saja, pinjaman luar negeri dapat berfungsi sebagai dana untuk menutup foreign exchange gap, yaitu kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil ekspor. Dimana dalam hal ini pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk menutup defisit


(18)

transaksi berjalan sekaligus menunda defisit tersebut bila terjadi repatriasi modal asing perusahaan asing.

Di sisi lain, bila pengeluaran pemerintah lebih besar daripada apa yang diterimanya, maka pinjaman dapat dimasukkan ke dalam sisi penerimaan anggaran sehingga pemerintah tetap bisa melanjutkan aktivitas pembangunan. Dengan adanya defisit anggaran tiap tahunnnya, tentu saja akan mengakibatkan dampak langsung pada peningkatan jumlah pinjaman.

Seiring dengan dinamika aktivitas ekonomi, pinjaman luar negeri di suatu negara dapat berkurang atau bertambah kuantitasnya. Pinjaman luar negeri dapat berkurang bila suatu negara telah mampu melakukan swasembada anggaran untuk tujuan pembangunan. Di sisi lain, pinjaman luar negeri dapat pula bertambah karena adanya kondisi tertentu yang mendesak suatu negara untuk mengajukan pinjaman kepada kreditur.

Manfaat pinjaman luar negeri terhadap ekonomi sektor industri antara lain untuk pembangunan sarana dan prasarana serta memberi fasilitas – fasilitas yang tujuannya untuk merangsang para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau menanamkan modalnya di Indonesia, pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya, dengan adanya pinjaman luar negeri berupa modal akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor industri.

Peran pinjaman luar negeri terhadap ekonomi sektor perdagangan untuk pembiayaan perekonomian domestik termasuk pasar dalam negeri agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya mengandalkan ekspor saja yang setiap saat


(19)

bisa terancam manakala ekonomi dunia mengalami resesi, selain itu modal untuk pengelolaan dan mendayagunakan sumber daya alam, terutama minyak, gas, batubara, dan minyak kelapa sawit, agar benar-benar dapat meningkatkan penerimaan negara kembali dengan tingkat return yang tinggi.

Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk mendarong sektor – sektor tersebut, yang bertendensi menyebabkan meningkatnya kebutuhan dana untuk membiayai pembungunan, terutama pada sektor ekonomi tersebut. Selain bertumpu pada pembiayaan, pemerintah juga berusaha untuk menarik pembiayaan eksternal, salah satu alternatifnya berupa pananaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan hutang luar negeri sebagai pelengkap pembiayaan pembangunan. Karena terbatasnya dana, pemerintah perlu menempuh kebijaksanana yang memberi kesempatan luas kepada sektor swasta, baik domestik maupan asing.

Dalam upaya menarik para investor menanamkan modal di Indonesia, berbagai kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah yang dituangkan dalam beberapa paket kebijaksanan yang memperlonggar ketentuan – ketentuan dalam menyederhanakan prosedur penanaman modal yang telah ditetapkan pemerintah guna menciptakan iklim penanaman modal yang lebih baik sehingga dapat diharapkan merangsang niat penanaman modal. Disamping itu diharapkan pula penanaman modal asing menjadi salah satu tumpuan untuk meningkatkan perekonomian.

Investasi asing dan domestik di Indonesia menunjukkan data yang berfluktuatif dari tahun ketahun. Pemerintah saat ini dihimbau untuk lebih


(20)

memperhatikan kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan pemerinatah. Guna mendorong peningkatan perekonomian yang lebih baik lagi. Bagaimanapun juga kebijakan – kebijakan investasi tersebut akan terkait langsung dengan penanaman modal asing pada sektor – sektor ekonomi di Indonesia.

Untuk hutang luar negeri di Indonesia menunjukkan data yang berfluktuatif dari tahun ketahun. Pemerintah dihimbau untuk lebih teliti dalam pengalokasian sumber dana dari luar negeri cenderung ke sektor yang tingkat pengembaliannya cepat terealisasi dengan acuan dari indikator-indikator makro ekonomi di Indonesia.

Pada masa orde baru terjadi perubahan yaitu penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto yang semula adalah dari sektor pertanian, berubah menjadi sektor produksi pengolahan. Sektor ini memerlukan bahan baku impor sehingga diperlukan pinjaman luar negeri untuk membayarnya. Sayangnya, orientasi pemasarannya lebih ditujukan pada pasar dalam negeri sehingga sumber ini menjadi sumber penghambur devisa. Di sisi lain, kebijakan utang luar negeri tetap berlanjut. BUMN mulai menggunakannya sebagai sumber pembiayaan. Akibatnya utang terakumulasi hingga aliran dana luar negeri kepada pemerintah mengalami defisit di pertengahan tahun 1980-an. Meski demikian pemerintah tetap melanjutkan kebijakan ini. Puncaknya adalah saat adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah hingga memicu pembengkakan utang luar negeri pemerintah.

Beralihnya struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Indonesia dari sektor pertanian ke sektor ekonomi lainnya dapat terlihat dari besarnya


(21)

perana masing – masing sektor ini terhadap pembentukan PDB Indonesia. Sejak tahun 1995 hingga saat ini sumbangan tebesar dihasilkan oleh sektor industri pengolahan sekitar 28.05 pesen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan restoran dan hotel dengan andil sekitar 15.74 persen, sedangkan sumbangan sektor pertanian tinggal sekitar 13.41 persen. (Statistik Indonesia, 2002 : 501)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pertumbuhan ekonomi dengan adanya investasi dan pinjaman luar negeri di Indonesia. Peneliti perlu mengadakan penelitian dengan judul ”Pengaruh Investasi (PMA dan PMDN), dan Hutang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Sektor Industri dan Sektor Perdagangan di Indonesia”.

2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diurikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Realisasi Penanaman Modal Asing & Penanaman Modal Dalam Negeri, Realisasi Hutang Luar Negeri secara sendiri-sendiri (parsial) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian, Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri di Indonesia periode 1995 – 2008 ?

2. Apakah Realisasi Penanaman Modal Asing & Penanaman Modal Dalam Negeri, Realisasi Hutang Luar Negeri secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor


(22)

Pertanian, Pertumbuhan Ekkonomi Sektor Perdagangan, Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri di Indonesia periode 1995 – 2008 ?

2.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh Realisasi Penanaman Modal Asing, Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri, Realisasi Hutang Luar Negeri secara sendiri-sendiri (parsial) terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, pertumbuhan ekonomi sektor industri di Indonesia periode 1995-2008.

2. Mengetahui pengaruh dari Realisasi Penanaman Modal Asing, Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri, Realisasi Hutang Luar Negeri secara bersama-sama (simultan) terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, pertumbuhan ekonomi sektor industri di Indonesia periode 1995-2008.

2.3.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Untuk mengetahui perkembangan perekonomian dalam negeri terutama mengenai pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Dapat memberikan informasi yang lebih banyak terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia.


(23)

3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang ada kaitannya di bidang yang sama di masa yang akan datang.

4. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

5. Sebagai pelengkap perbendaharaan hasil penelitian yang diharapakan dapat bermanfaat bagi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta pengkajian dalam penelitian ini dilakukan oleh :

1. Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh Inge Abedan (2005) dengan judul “Analisis Pengaruh Realisasi PMDN, Realisasi PMA, Hutang Luar Negeri Pemerintah, dan Tabungan Pemerintah Terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 1990-2005”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa realisasi PMDN dan realisasi PMA tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini berarti bahwa pertumbuhan investasi baik PMDN dan PMA belum dapat memberikan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbagai hambatan ekonomi memberi dampak yang kurang baik untuk investasi, sehingga pada akhirnya belum mampu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2. Yohanes Kristianto (2004) penelitiannya membahas dengan judul “Pengaruh Hutang Luar Negeri Pemerintah, Tabungan Pemerintah dan Ekspor Netto Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia 1985-2002”. Dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan asumsi bahwa variabel


(25)

tersebut berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan hasilnya bahwa variabel hutang luar negeri pemerintah dan ekspor netto bernilai positif menunjukkan bahwa hutang luar negeri pemerintah berhasil membiayai pembangunan yang ditunjukkan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi dan variabel tabungan pemerintah bernilai negatif menunjukkan bahwa dana yang dimiliki pemerintah dialokasikan sebagai investasi sehingga tabungan pemerintah tidak dapat meningatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Penelitian lainnya dilakukan oleh Krisna Adityawan dengan judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pembangunan, Investasi Swasta Dalam Negeri (PMDN), dan Investasi Swasta Asing (PMA), Terehadap Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surabaya periode 1994-2004”. Hasil penelitian menyatakan bahwa PMA, PMDN, dan Pengeluaran Pembangunan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kota Surabaya.

4. Penelitian yang berkaitan dengan penelitian dalam skripsi ini dilakukan oleh Miguel D. Ramires (2001) dengan judul “A panel Unit Root and Panel Cointregation Test of the Complementarity. Hypotesis in the Mexican Case,

1960 – 2001”. Penelitian tersebut di-dowmload dari Economic Growth

Cenery Yale University. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis dampak investasi (public and private capital) terhadap output dan produktifitas tenaga kerja pada tiga sektor utama di Mexico selama


(26)

periode 1969 – 2001. metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode data panel, sedangkan alat bantu analisis kuantitatif yang digunakan adalah program komputer Eview. Data yang dipakai adalah data panel, dengan data time series selama periode 1960 – 2001 dan data cross section adalah tiga sektor utama yaitu ; sektor primer, sektor industri (sektor sekunder), dan sektor jasa (sektor tersier). Adapun variabel yang digunakan adalah GDP riil, sebagai variabel tergantung; dan investasi swasta, investasi pemerintah, D1 (DUMMY1, yaitu pada masa industrialisasi), D2 (DUMMY2, merupakan neoliberal mode ) serta tenaga kerja, sebagai variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, perubahan dalam investasi swasta, investasi pemerintah dan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif dan secara ekonomi memiliki efek yang signifikan terhadap GDP dan produktifitas tenaga kerja. Semakin banyak investasi yang terserap pada sektor tersier, yaitu yang berupa social overhead investment pada jalan, jembatan, pelabuhan, pendidikan, kesehatan, mampu meningkatkan produktifitas marginal dari input swasta secara langsung, sehingga juga menigkatkan GDP dan produktifitas tenaga kerja disektor tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tempat penelitian, tahun penelitian, dan variabel yang digunakan.


(27)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai peningkatan dalam pendapatan perkapita masyarakat. Menurut Sukirno, pembangunan ekonomi diartikan sebagai tingkat pertambahan PDB pada suatu waktu tahun tertentu melebihi dari tingkat pertambahan penduduk, atau perkembangan PDB yang berlaku dalam masyarakat diikuti oleh perubahan modernisasi struktur ekonomi yang pada umumnya masih bercorak tradisional (Sukirno, 2006 : 12). Namun seiring dengan berjalannya waktu, para ahli ekonomi menyadari bahwa pengertian pembangunan ekonomi tidak hanya terbatas pada kemajuan ekonomi atau perkembangan ekonomi saja. Sehingga menurut Todaro, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses yang multidimensional yang melibatkan segenap pengorganisasian dan peninjauan kembali atas sistem-sistem ekonomi dan social secara bersama-sama (Todaro dan Smith, 2004 : 126)

Prof. Cairncross dalam Jhingan mengataan bahwa:

“Pembangunan ekonomi tidak hanya terpaku pada kepemilikan atas sejumlah uang yang besar. Pembangunan tersebut mencakup semua aspek perilaku masyarakat, terjaminnya keamanan dan ketertiban, penegak hukum, terjadi hubungan bisnis termasuk hubungan dengan instansi yang berkaitan dengan penerimaan negara, pemberantasan buta huruf, peningkatan penguasaan terhadap teknologi modern dan sebagainya” (2004 : 41)


(28)

Dewasa ini, berkembang konsep mengenai pembangunan berwawasan kependudukan. Pengertian dari pembangunan berwawasan penduduk memiliki makna yaitu pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk dijadikan sebagai subyek atau obyek dalam pembangunan yang lebih menekankan pada peningkatan sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata (Tjiptoherijanto, 2005 : 639).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perubahan atau pertambahan tingkat kegiatan ekonomi dari tahun ketahun (Sukirno, 2006 : 11). Menurut Simon Kuznets (Jhingan, 2004 : 45), definisi pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka pajang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan.

Menurut Todaro terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa antara lain akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia; pertumbuhan jumlah penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja, dan kemajuan teknologi (Todaro dan Smith, 2004 : 92).

Perkembangan tingkat teknologi juga memberikan peran penting dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan modal yang terjadi apabila tidak disertai dengan kemajuan teknologi akan membuat


(29)

perkembangan ekonomi yang telah dicapai menjadi lebih rendah dan lambat. Kemajuan tingkat teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dari suatu barang, selain itu memungkinkan adanya penemuan barang yang belum pernah diproduksi sebumnya, serta teori baru yang dapat memacu pertambahan produksi suatu barang dan jasa.

2.2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus. Teori pertumbuhan klasik menganalisis mengenai masalah pembangunan, terutama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Mengenai faktor yang menentukan pembangunan, Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi (Sukirno, 2006 : 12). Pertumbuhan penduduk akan memperluas pasar dan perluasan akan mempertinggi tingkat spesialisasi dalam perekonomian tersebut. Pekembangan spesialisasi dan pembagian pekerjaan diantara tenaga kerja akan mempercepat proses pembangunan karena spesialisasi akan meningkatkan produktivitas dan mendorong perkembangan teknologi. Selain itu Smith berpendapat bahwa kenaikan pendapatan nasional yang disebabkan oleh perkembangan tersebut dan pertumbuhan penduduk dari masa ke masa, yang terjadi bersama-sama dengan kenaikan pendapatan nasional, akan memperluas pasar dan menciptakan tabungan lebih banyak. Mengenai corak dari proses


(30)

pertumbuhan ekonomi, Smith mengatakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka proses tersebut akan berlangsung terus menerus secara komulatif.

Pandangan Smith mengenai pola proses pembangunan bertolak belakang dengan pandangan Ricardo dan Malthus. Kedua ekonom klasik ini berpendapat bahwa dalam jangka panjang perekonomian akan mencapai steady

state atau dimana tidak terjadi pertumbuhan ekonomi. Menurut Ricardo dan

Malthus pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan menurunkan kembali tingkat pembangunan ke tingkat yang lebih rendah.

Proses pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan sebagai berikut: pada mulanya jumlah penduduk sedikit, dengan asumsi jumlah tanah tetap, keuntungan pengusaha pada tahap awal pembangunan sangat tinggi, karena pembentukan modal tergantung pada keuntungan, sehingga keuntungan yang tinggi akan menciptakan pembentukan modal yang tinggi pula. Hal ini akan meningkatkan jumlah produksi lebih lanjut dan pertambahan permintaan tenaga kerja. Karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan bertambah maka upah akan naik yang selanjutnya mendorong pada pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk akan menambah jumlah tenaga kerja. Dengan luas tanah yang tetap, tambahan hasil yang diciptakan oleh seorang pekerja semakin kecil. Tingginya permintaan akan tanah akan menyebabkan sewa tanah akan semakin tinggi yang mengakibatkan keuntungan pengusaha berkurang sehingga dorongan untuk melakukan pembangunan pembentukan modal menurun selanjutnya akan menurunkan jumlah permintaan tenaga kerja. Maka tingkat upah akan turun dan pada akhirnya akan berada pada tingkat yang paling


(31)

rendah. Pada tingkat ini perekonomian akan mencapai steady state dimana pembentukan modal baru tidak terjadi lagi mengingat tingginya sewa tanah telah mengakibatkan pengusaha tidak memperoleh keuntungan.

2.2.1.2. Teori Pertumbuhan Harrod Domar

Teori ini dikemukakan secara independen oleh Evsey Domar dan R.F. Harrod. Akan tetapi mengingat adanya kesamaan dalam analisis yang digunakan, maka dua pandangan ekonom tersebut digabung dalam teori Harrod-Domar. Pada dasarnya teori ini ingin melengkapi analisis Keynes yang tidak pernah menyinggung persoalan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Analisis yang diutarakan dalam teori Harrod-Domar ingin menutupi kekurangan yang dimaksud.

Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai peranan ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, dan kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai “dampak permintaan” dan yang kedua disebut “dampak penawaran investasi” (Jhingan, 2004 : 229). Baik Harrod maupun Domar menekankan pentingnya peranan akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan. Harrod dan Domar menitikberatkan bahwa akumulasi kapital (investasi) itu mempunyai peranan ganda, yaitu menimbulkan pendapatan dan disamping itu menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar jumlah kapital (Irawan dan Supaemoko, 2005 : 92).


(32)

Model pertumbuhan Harrod dan Domar (Boediono, 1992 : 59) dimulai dengan sebuah model sederhana dengan asumsi bahwa setiap penambahan stok kapital masyarakat akan meningkatkan kemampuan masyarakat menghasilkan output. Dengan demikian fungsi produksi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut ;

Y = σ K ...(2.1)

Y = 0utput Nasional

K = Jumlah Stok Modal

σ

= Koefisien Modal (Output Capital Ratio), yaitu unit yang bisa dihasilkan dari unit kapital.

Hubungan antara K dan Y adalah proporsional, artinya setiap pertumbuhan stok modal, misalnya dua kali lipat maka pertumbuhan output nasional pun meningkat dua kali lipat, sehingga ;

Δ Y = σ Δ K ...(2.2)

Menurut Harrod Domar, investasi mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat melalui proses multiplier sehingga menggeser kurva AD ke kanan, Investasi juga mempunyai pengaruh terhadap penawaran agregat yaitu menggeser kurva AS ke kanan melalui pengaruhnya terhadap kenaikan tingkat


(33)

output. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi dapat menambah stok kapital, sehingga ;

I = Δ K ...(2.3)

Jadi apabila dalam suatu tahun ada investasi sebesar I, maka stok

kapital pada akhir tahun tersebut akan bertambah sebesar Δ K. Dengan

mensubstitusikan persamaan (2.2) dengan (2.3) maka ;

Δ Y =

σ

I ...(2.4)

Semakin besar I, maka semakin besar pula tambahan output nasional. Jika perekonomian akan menggunakan kapasitas produksi secara penuh maka Y = AD, sehingga dari persamaan (2.2) menjadi ;

Δ Y = Δ AD = σ I ...(2.5)

Harrod Domar menganggap bahwa masyarakat mempunyai kecenderungan menabung yang merupakan bagian tertentu dari pendapatannya. Selain itu jumlah investasi adalah sama dengan jumlah tabungan, maka ;

s Y = S atau I = S ...(2.6)

s = Tingkat kecenderungan menabung

S = Tingkat tabungan nasional


(34)

Selanjutnya dengan mensubstitusikan s Y terhadap I, maka akan diperoleh

Δ AD = ΔY = σ s Y

Δ AD/AD = Δ Y/Y = σ s Y ...(2.7)

AD/AD = Tingkat pertumbuhan permintaan agregat

Y/Y = Tingkat pertumbuhan output

σ s = Laju pertumbuhan yang menjamin keseimbangan antara output nasional dan permintaan agregat dalam jangka panjang

Dengan demikian apabila pemerintah menginginkan agar stok kapital masyarakat tidak ada yang menganggur, maka output nasional dan permintaan agregat harus tumbuh dengan laju yang sama.

2.2.1.3. Ciri – Ciri Pertumbuhan Ekonomi

Menurut kuznets dalam buku todaro, bahwa karakteristik dalam proses pertumbuhan ekonomi ada enam, yaitu :

1. Tingginya tingkat pertumbuhan output perkapita dan penduduk.

2. Tingginya penambahan jumlah faktor produksi, terutama tenaga kerja.

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.


(35)

5. Kecenderungan negara – negara yang ekonominya sudah maju intuk pergi keseluruh plosok dunia guna mendapatkan pasaran dan bahan baku.

6. Pertumbuhan penduduk hanya segitiga produksi dunia.

Keenam karakreristik tersebut saling memperkuay dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dan yang pada ahirnya akan membawa penemuan – penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

2.2.1.4. Pengukuran pertumbuhan Ekonomi Nasional 2.2.1.4.1. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional (national income) yang dimaksud “menyatakan

nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara”, dengan demikian

dalam konsep tersebut istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto. Pengertian Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang

digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatutahun tertentu.

Dalam sistem perhitungan pendapatan nasional, jumlah pendapatan itu dinamakan Produk Nasional Neto pada harga faktor atau secara ringkas: Pendapatan Nasional.


(36)

Untuk menghitung nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh suatu perekonomian suatu negara ada tiga konsep atau cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu :

i. Cara Produksi atau cara produk neto. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian. Dengan cara produk neto yang dijumlahkan adalah nilai tambah yang diwujudkan oleh berbagai kegiatan ekonomi. Nilai tambah adalah pertambahan nilai rupiah sesuatu barang sebagai hasil dari kegiatan sesuatu perusahaan. Sektor-sektor ekonomi yang mewujudkan pendapatan nasional dengan cara produk neto adalah :

a. Pertanian, kehutanan, dan perikanan

b. Pertambangan

c. Industri pengolahan

d. Pembangunan (kontruksi)

e. Listrik, gas dan air

f. Pengangkutan

g. Perdagangan


(37)

i. Jasa pemerintah, dan

j. Jasa lain

ii. Cara Pengeluaran. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran / perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut yang dilakukan oleh empat golongan pengguna barang dan jasa : rumah tangga, pemerintah, perusahaan-perusahaan yang melakukan investasi, dan penduduk negara lain yang membeli produksi dalam negara. Yang dijumlahkan hanyalah nilai pengeluaran keatas barang jadi dan bertujuan untuk menghindarkan penghitungan dua kali. Nilai jual-beli (transaksi) barang antara (misalnya pembelian bahan mentah oleh perusahaan-perusahaan) tidak dimasukkan dalam penghitungan.

iii. Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. Berbagai jenis pendapatan itu adalah: gaji dan upah (pendapatan tenaga kerja), sewa (pendapatan tanah dan bangunan), bunga (pendapatan modal), dan keuntungan (pendapatan pengusaha). Disamping itu perlu ditambahkan ”pendapatan perusahaan perseorangan” yaitu pendapatan perusahaan milik perseorangan atau keluarga. Pendapatan ini belum dihitung dalam empat golongan pendapatan yang dinyatakan sebelumnya.


(38)

Untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dihitung berdasarkan laju pertumbuhan pendapatan nasoanal riil tahun t (sekarang) dari tahun t-1 (sebelumnya), kemudian dikalikan dengan 100% atau dengan menggunakan rumus persamaan sebagai berikut:

Gt = PNRt – PNRt – 1 X 100% ... (Mahyudi, 2005:5) PNRt – 1

Dimana :

Gt : Pertumbuhan ekonomi tahun t

PNRt : Pendapatan nasional riil tahun – tahun berjalan

PNRt – 1 : Pendapatan nasional riil tahun – tahun sebelumnya

2.2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto

2.2.1.5.1. Arti dan Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kegiatan ekonomi secara umum dapat dikelompokkan kedalam

kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit

produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini

timbul pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang telah dimiliki

oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Sehingga dari pendapatan ini

masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi

maupun investasi. Menurut Badan Pusat Statistik (2006: 4-5), Produk Domestik


(39)

1. Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai

tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang

dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka waktu tertentu.

2. Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau balas jasa

yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu

yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

3. Ditinjau dari segi pengeluaran, merupakan pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stock dan ekspor netto.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai salah satu

indikator pembangunan regional yang berfungsi sebagai tolak ukur dalam

melihat tingkat kemakmuran suatu daerah. Jadi Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah

tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor-faktor

yang ikut serta dalam proses produksi di daerah setempat. ( Dumairy, 1997:


(40)

2.2.1.5.2. Metode Pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Badan Pusat Statistik dalam Produk Domestik Regional

Bruto Jawa Timur (2006 : 15-18), untuk melakukan perhitungan PDRB atau

pendapatan regional ada empat metode yang dipakai, yaitu :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapatkan nilai

tambah bruto (Gross Value Added) atau disingkat menjadi NTB, dengan cara

mengurangkan nilai output dengan biaya antara (intermediate consumption).

Yang dimaksud dengan nilai output adalah nilai barang dan jasa yang

dihasilkan oleh unit-unit produksi pada daerah tersebut dalam satu periode

tertentu (biasanya satu tahun). Sedangkan biaya antara (intermediate

consumption) adalah pemakaian barang-barang tidak tahan lama (umurnya

pemakaiannya kurang dari satu tahun atau habis dalam satu kali pemakaian)

dan jasa-jasa pihak lain yang digunakan dalam proses produksi. Nilai output

biasanya digunakan data sekunder dari instansi yang bersangkutan.

Sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil survey khusus pendapatan

regional (SKPR). Perhitungan dengan cara ini biasanya digunakan untuk

sektor pertanian, industri, gas dan air minum serta pertambangan dan


(41)

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Menurut pendekatan ini Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

merupakan masalah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi di suatu

wilayah dalam jangka-jangka waktu tertentu (1 tahun). Balas jasa faktor

produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan

keuntungan.

Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan secara langsung

menjumlahkan pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi berupa

upah / gaji, bunga netto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga diperoleh

produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor. Untuk memperoleh

PDRB atas dasar harga pasar, harus ditambah dengan penyusutan dan pajak

tidak langsung netto. Perhitungan ini biasanya digunakan untuk kegiatan

yang sulit dihitung dengan pendekatan produksi, seperti sektor pemerintah

dan jasa yang usahanya tidak mencari keuntungan (non profit).

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa

yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang dan jasa

yang diproduksi oleh unit-unit produksi digunakan untuk keperluan


(42)

digunakan ini ada yang berasal dari produksi dalam daerah (domestik) dan

yang berasal dari luar daerah /impor. Karena yang dihitung hanya nilai

barang dan jasa yang berasal dari produksi domestik saja, maka dari

komponen biaya diatas perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga

komponen nilai ekspor diatas akan menjadi nilai ekspor netto. Apabila nilai

konsumsi (konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial), nilai

pembentukan modal dan ekspor netto dijumlah, maka akan diperoleh nilai

Produk Domestik Regional Bruto atas harga pasar.

4. Metode Alokasi (Allocation Method)

Metode alokasi yaitu mengalokasikan angka-angka secara terpusat

dengan memakai indikator-indikator yang sekiranya dapat menunjukkan

peranan cabang yang berada didaerah itu terhadap kantor pusatnya. Indikator

itu dapat berupa volume kerja, jumlah karyawan, jumlah penduduk dan

lain-lain. Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak langsung.

Sedang perhitungan sebelumnya adalah metode langsung.

2.2.2. Pengertian Investasi

Salah satu sebab terjadinya pembentukan modal (capital formation) selain dengan melakukan hutang adalah investasi. Investasi bagi suatu negara


(43)

sangat penting dalam menunjang pembangunan ekonomi negara tersebut. Banyaknya investasi didalam suatu negara mengindikasikan tingkat pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan, apabila jumlah investasi rendah maka menunjukkan lambannya pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu istilah ekonomi yang banyak digunakan. Oleh karena itu, banyak pendapat yang berusaha menjelaskan tentang pengertian investasi ini. Istilah investasi berasal dari bahasa Inggris yaitu investment, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti penanaman modal, tetapi definisi investasi tidaklah sesederhana itu.

Menurut Rosyidi (2006 : 148), investasi berarti penambahan barang-barang modal baru (new capital formation). Sedangkan menurut Sukirno (2006), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan. Menurut Boediono (1992), investasi berarti pengeluaran yang dilakukan untuk mendirikan bangunan-bangunan baru, mesin-mesin baru beserta perlengkapannya dan perubahan dari berbagai macam persediaan.

Definisi lain dikemukakan oleh Dornbusch dan Fischer (1998 : 79) yang mengemukakan bahwa, “Invesment is spending devoted to increasing or maintaining the stock of capital. The stock of capital consist of factories,machines, offices and other durable product used in the proses of


(44)

untuk meningkatkan atau mempertahankan persediaan barang modal yang terdiri dari pabrik, mesin-mesin, kantor, dan produk-produk tahan lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Adapun menurut Frank dan Bernanke (2001 : 462) definisi investasi adalah “Invesment is spending by on final good and services, primrily capital good and housing”.

Masalah investasi baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi oleh Keynes didasarkan atas konsep Marginal Efficiency of

Investment (MEI) yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang

pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi dari pada tingkat bunga (interest). Secara garis besar, MEI ini digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun.

Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap

tingkat bunga.

Gambar 1 : Marginal Efficiency of Investment

Tingkat Pengembalian

Sumber : Sukirno Sadono, 1995, Pengantar Ekonomi Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 112


(45)

Sumbu tegak menunjukkan tingkat pengembalian modal dan sumbu datar menunjukkan jumlah investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal

Efficiency of Investment (MEI) ditunjukkan tiga buah titik : A, B dan C

menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah R0 dan investasi

adalah I0. Ini berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian

terdapat kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R0 atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut

modal yang diperlukan adalah sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan

gambaran yang sama. Titik B menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasi dengan tingkat pengembalian modal R1 atau lebih, dan modal

yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan

usaha yang menghasilkan tingkat modal sebanyak atau lebih, diperlukan modal sebanyak I2.

Dari beberapa definisi mengenai investasi, dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan perbelanjaan (pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas atau menambah stok barang modal yang digunakan dalam proses produksi).

2.2.2.1. Jenis-jenis Investasi

Menurut Rosyidi (2006 : 148), investasi berdasarkan jenisnya dibagi menjadi delapan jenis yang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu;


(46)

a. Autonomous Investment dan Induced Investment.

Investasi otonom atau autonomous investment adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan melainkan oleh adanya perubahan-perubahan diluar faktor pendapatan, seperti ; perubahan teknologi, kebijaksanaan pemerintah, dan harapan pengusaha. Induced Investment sebenarnya mengandung arti bahwa kegiatan-kegiatan investasi yang dilakukan oleh pengusaha pada umumnya dibiayai oleh keuntungan dari perusahaan tersebut. Tergantungnya tingkat investasi terhadap pendapatan nasional karena terdapat hubungan yang langsung antara keuntungan yang diterima oleh pengusaha dengan tingkat pendapatan nasional suatu perekonomian.

Gambar 2. Fungsi Investasi Otonom dan Investasi Terimbas

0 Pendapatan 0 Pendapatan

Investasi Investasi

I

Sumber : Rosyidi, Suherman, 1996, Pengantar Teori Ekonomi , Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 170.

b. Public Investment dan Private Investment.

Public Investment merupakan investasi atau penanaman modal yang


(47)

biasanya dilakukan bagi kepentingan rakyat banyak. Sedangkan private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak-pihak swasta. Investasi swasta mempunyai sifat yang berbeda dengan investasi publik, yaitu lebih menekankan pada harapan untuk keuntungan yang besar dan angka penjualan yang tinggi dalam menentukan volume investasi (Rosyidi, 2003 : 172)

c. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestic Investment merupakan penanaman modal oleh penanam

modal dalam negeri yang dilakukan didalam negeri. Sedangkan foreign

investment merupakan penanaman modal asing. Penanaman modal asing ini

biasanya dilakukan oleh suatu negara yang kurang didalam fator produksi modalnya, tetapi memiliki kelebihan pada faktor produksi lainnya yaitu faktor produksi alam dan faktor produksi tenaga manusia. Sehingga untuk menggali potensi kekayaan alamnya yang tentunya membuthkan dana yang cukup besar maka negara tersebut mengundang masuknya investor asing ke dalam negaranya, disamping itu seringkali dilakukan untuk menghindari pajak yang terlalu besar disuatu negara atau untuk mendukung kegiatan bisnis disuatu negara yang sarana infrastrukturnya belum memadai. Alasan atau motif bagi suatu negara maupun perusahaan-perusahaan asing dalam melakukan penanaman modal asing dapat bermacam-macam. Hal itu tergantung pada tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai oleh masing-masing negara maupun perusahaan tersebut.


(48)

Menurut Rahardian A. Hamdani (2003 : 18), penanaman modal asing dibedakan menjadi dua, yaitu :

• Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) disebut juga penanaman modal jangka panjang, berarti perusahaan dari negara penanam modal melakukan pengawasan atas aktiva yang diinvestasikan di negara pengimpor modal. Penanaman modal langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan cabang perusahaan di negara pengimpor modal; pendirian perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara penanam modal; pendirian perusahaan di negara pengimpor modal yang semata-mata dibiayai oleh negara asal penanam modal; pendirian perusahaan di negara asal penanam modal untuk secara khusus beroperasi di negara lain; atau menyimpan aktiva tetap di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara asal penanam modal.

Komponen aliran modal masuk (capital inflow) dari luar negeri dapat berupa bantuan luar negeri, hutang luar negeri maupun penanaman modal asing. Penanaman modal asing masuk ke Indonesia sejak diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) No.1/1967 dan Undang-Undang-Undang-Undang No.6/1968 tetang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang telah diganti dengan Undang-Undang No.25/2007 tentang penanaman modal. Pengertian PMA dalam pasal 1 undang-undang tersebut hanya meliputi penanaman secara langsung dan dilakuakan berdasarkan undang-undang ini, dijalankan untuk


(49)

menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal asing tersebut. Selain itu juga terdapat UUPMA 2007 pasal 1 butir 10 bahwa penanaman modal asing tidak hanya mencakup direct investment saja tetapi juga meliputi pembelian saham (portofolio). Penanaman modal asing diberikan keleluasan untuk pengusahaan dan penyelenggaraan pemimpin serta melakukan pengawasan atas aset (aktiva) yang ditanamkan di negara tuan rumah (host country) dan resikonya langsung ditanggung oleh perusahaan pemilik modal (Fakrulloh dan Wuryan, 1997 : 75). Hal senada juga diungkapkan oleh Sukirno (2006) sebagai berikut :

Investasi asing langsung adalah arus modal internasional yang disediakan oleh perusahaan dari suatu negara dengan mendirikan atau memperluas perusahaan dinegara lain. Ciri yang menonjol dari penanaman modal asing langsung adalah melibatkan bukan hanya sumber daya tetapi pihak investor sendiri juga melakukan kontrol atau pengawasan terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya. Penanaman modal ini bukan saja akan menyediakan dana modal dan mata uang asing yang diperlukan untuk penanaman modal ini, tetapi juga membawa bersama tenaga manajemen, keahlian keusahawan, keahlian teknik dan pengetahuan mengenai pasar dan pemasaran dari barang-barang yang mereka hasilkan, dalam jangka panjang penanaman modal langsung dapat melatih golongan pribumi mendapat keahlian dalam bidang-bidang yang diusahakan oleh modal asing.

Salvatore menyebut istilah forign direct investment atau direct

investment sebagai penanaman modal asing. Menurut (Salvatore 2004 : 396)

direct investment are real investment in factories, cwpital goods, land, and the investor retains control over use of the invested capital. Direct investment usually takes the form of a firm starting a subsidiary or taking control of another firm (for example, by purchasing majority as the stock)”.


(50)

Ada dua hal pokok yang menjadi kriteria awal dari penanaman modal asing. Pertama, ada investor dari suatu negara asal investasi dan aset-aset yang ditempatkan di negara lain sebagai negara tujuan investasi serta investor asing melakukan pengelolaan atas aset yang ditanamkan di negara tujuan investasi. Dimensi manajemen yang diperoleh dari pengelolaan tersebut adalah investor asing melakukan kontrol efektif terhadap aset yang ditanamkan. Kedua, peneneman modal asing terdiri dari tiga unsur yaitu modal baru dari induk perusahaan di negara asal investasi ke cabang, laba yang di investasikan kembali dari cabang ke perusahaan tersebut, dan pinjaman bersih jangka pendek serta jangka panjang dari induk perusahaan ke cabang perusahaan di luar negeri.

Dari berbagai definisi mengenai penanaman modal asing diatas, dapat disimpulkan bahwa penanaman modal asing merupakan investasi langsung oleh swasta luar negeri di dalam negeri dalam bentuk aset-aset secara nyata terutama pendirian pendirian perusahaan atau pabrik.

• Penanaman Modal Asing Tidak Langsung (Foreign Indirect

Investment).

Penanaman modal asing tidak langsung atau penanaman jangka pendek disebut juga investasi portofolio (portofolio investment), merupakan penanaman modal yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh negara pengimpor modal), terhadap saham atau surat oleh pemerintah


(51)

atau warga negara di beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya memiliki hak atas deviden. Menurut Hamdani (2003), ada beberapa motif utama investor asing menanamkan modalnya adalah didorong oleh beberapa alasan, yaitu :

1. Melakukan diversifikasi portofolio diantara berbagai pasar dan lokasi .

2. Untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. 3. Menghindari resiko politik (political risks). 4. Berspekulasi di pasar valuta asing.

Alasan atau motif bagi suatu negara maupun perusahaan-perusahaan asing dalam melakukan penanaman modal asing dapat bermacam-macam. Hal itu tergantung pada tujuan dan kepentingan yang ingin dicapai oleh masing-masing negara maupun perusahaan tersebut. Menurut Salvatore (1997 : 477), ada beberapa motif atau ulasan strategis bagi berlangsungnya penanaman modal asing. Alasan terpenting melakukan penanaman modal asing adalah untuk memperluas pasar ke luar negeri dengan tujuan untuk memperbesar pangsa pasar dan memperoleh laba yang tinggi.

Salah satu diatara alasan yang paling penting lainnya adalah banyak parusahaan-perusahaan besar memiliki pengetahuan produksi atau ketrampilan manajerial unik yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mencetak


(52)

keuntungan lebih besar jika keunggulan itu diterapkan dinegara lain. Dorongan untuk beroperasi ke luar negeri menjadi besar, karena pasar domestik sudah mereka kuasai. Dalam situasi itulah suatu perusahaan akan melakukan penanaman modal asing di negara lain. Langkah ini melibatkan integrasi horisontal (horizontal integration) atau perluasan kegiatan produksi kewilayah produksi yang lebih luas. Alasan penting lainnya adalah suatu perusahaan ingin memperoleh kontrol atas jalur pasukan bahan-bahan mentah atau komoditi primer yang akan mereka butuhkan dari luar negeri. Jika mereka dapat mengatasi jalur itu, maka mereka akan memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga yang relatif lebih murah. Inilah yang biasanya disebut sebagai integrasi vertikal (vertical integration).

Alasan atau motif berikutnya dilakukan penanaman modal asing adalah untuk membeli suatu perusahaan tertentu yang dimasa mendatang perusahaan teresebut akan berpotensi menjadi pesaing. Alasan terakhir yang sering mendorong perusahaan-perusahaan multinasional raksasa melakukan penanaman modal asing adalah tersedianya sumber pembiayaan untuk memasuki pasar atau negara yang bersangkutan, sehingga mendorong perusahaan-perusahaan multinasional untuk memasuki pasar atau negara tersebut karena mereka ingin memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang tersedia.


(53)

d. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment merupakan total seluruh investasi yang diadakan

atau dilaksanakan pada suatu ketika (Rosyidi, 2003 : 172). Investasi ini mencakup segala jenis investasi baik yang bersifat autonomous investment maupun induced investment, public investment maupun private investment, domestic investment maupun foreign investment atau hanya sebagian saja dari jenis-jenis investasi diatas. Sedangkan net investment adalah kegiatan investasi yang dilakukan dengan memeperhitungkan nilai penyusutan atau dengan kata lain net investment adalah gross investment dikurangi dengan penyusutan didalam periode pemakaiannya ( Dornbusch and Fiscer, 1985 : 181). Penyusutan sendiri dimaksudkan sebagai ‘hilangnya nilai sebagian atau seluruh dari barang-barang modal atau investasi, sebagai akibat dari digunakannya barang-barang tersebut didalam proses produksi’ (Rosyidi, 2003 : 176).

2.2.2.2. Unsur-unsur Investasi

Menurut Samuelson & Nordhaus (2002 : 449), investasi dipengaruhi :

1. Pendapatan, pada dasarnya investasi dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, karena adanya investasi akan dilakukan apabila hal tersebut meningkatkan penjualan. Tingkat pendapatan nasional (GDP) adalah faktor penting yang mempengaruhi investasi, karena GDP merupakan indikator kesejahteraan masyarakat. Tingkat output yang tinggi menaikkan aktivitas perekonomian dimana


(54)

masyarakat memiliki daya beli, sehingga akan mendorong peningkatan investasi dalam perekonomian tersebut. Hal ini dikarenakan investasi bergantung pada peningkatan pendapatan yang akan ditimbulkan oleh keadaan perekonomian secara keseluruhan.

2. Biaya (cost), ada tiga unsur biaya investasi yakni: harga barang modal itu sendiri, tingkat bunga yang dibayarkan peminjam dana untuk membiayai investasinya, dan pajak dari pendapatan perusahaan. Semakin tinggi tingkat bunga yang terbentuk dalam suatu perekonomian akan semakin tinggi pajak yang dikenakan pemerintah terhadap perusahaan maka keinginan investor untuk berinvestasi akan semakin menurun sehingga akan mengurangi investasi dalam suatu perekonomian.

3. Pengharapan (expectations), ekspektasi/pengharapan menjadi sangat penting bagi keputusan investasi mengingat adanya unsur ketidakpastian dimasa depan. Bila investor berpendapat bahwa kondisi perekonomian akan baik dimasa depan maka investor tersebut akan memutuskan untuk melakukan investasi, karena ia percaya kondisi ekonomi yang baik akan dapat mengembalikan biaya-biaya investasinya. Tetapi sebaliknya, bila investor percaya bahwa perekonomian akan mengalami penurunan atau resesi maka ia akan menunda investasinya. Pentingnya ekspektasi terhadap keputusan investasi menyebabkan pelaku bisnis menghabiskan banyak waktu, energi, dan biaya untuk melakukan peramalan terhadap kondisi perekonomian suatu negara di masa depan, hal ini dilakukan


(55)

untuk mengurangi resiko ketidakpastian di masa depan (uncertainty) dari investasi mereka.

2.2.2.3. Gambar3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal

Sumber : Daya Tarik Investasi Kabupaten / Kota di Indonesia, KKPOD, 2003 (Indo_ regionalinvestmentsurvey)

Diagram 1

Hierarki Faktor dan Pemeringkatan

A. Faktor Kelembagaan

Kelembagaan, mencakup kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintah dalam hal perumusan kebijakan, pelayanan public,


(56)

kapasitas dan penegakan hukum, serta pembangunan daerah yang mempengaruhi tertarik atau tidaknya investor ke suatu negara.

B Faktor Sosial Politik

Yang dimaksud dengan kondisi sosial politik daerah adalah berbagai dampak atau akibat dari hubungan timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, antara segi hukum dan segi kehidupan agama, segi kehidupan politik dan keamanan dan sebagainya. Kelompok variabel ini digunakan untuk mengukur seberapa kondusif aspek sosial, politik, keamanan, dan budaya dalam mendukung perekonomian daerah dan daya tarik investasi daerah.

C Faktor Ekonomi Daerah

Merupakan ukuran kinerja sistem ekonomi daerah secara makro. Perekonomian daerah mencakup beberapa hal, antara lain variabel utama makro ekonomi (seperti total output / PDRB, tingkat harga, dan kesempatan kerja) yang membentuk struktur ekonomi daerah. Perekonomian daerah digunakan untuk mengukur daya dukung potensi ekonomi, (ketersediaan sumber daya alam, dan lain-lain), serta struktur ekonomi terhadap kegiatan usaha / investasi.

D Fator Tenaga Kerja dan Produktivitas

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Selain itu pekerja yang merupakan sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan karena pelaku utama pembangunan adalah manusia. Untuk melihat gambaran


(57)

tentang berapa besar nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang diberikan oleh setiap pekerja pada suatu kegiatan ekonomi dapat dilihat dengan menghitung produktivitas pekerja.

E. Fator Infrastruktur Fisik

Yang dimaksud dengan infrastruktur fisik adalah berbagai instalasi dan kemudahan dasar (terutama sistim transportasi, komunikasi, dan listrik), yang diperlukan oleh masyarakat dalam melakukan aktivitas perdagangan dan kelancaran pergerakan uang, barang, dan jasa dari satu daerah ke daerah lain atau ke negara lain dalam suatu kegiatan usaha.

2.2.2.4. Teori Investasi Nopirin

Kemajuan ekonomi suatu negara menurut Nopirin, dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mencerminkan aktivitas ekonomi yang semakin berkembang dan adanya peningkatan kemampuan investasi dari masyarakat. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap aliran modal masuk (capital inflow) didasarkan pada cara pandang seseorang tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap neraca pembayaaran. Apabila yang dimaksud adalah neraca perdagangan, maka pertumbuhan ekonomi cenderung memperbesar defisit karena industrialisasi yang dibangun masih menggunakan komponen impor yang sangat tinggi. Gejala ini dialami oleh negara yang sedang berkembang, namun jika dimaksud adalah aliran modal luar negeri yang masuk, maka kemungkinan besar pertumbuhan


(58)

ekonomi akan membawa dampak meningkatnya aliran modal masuk dari luar negeri (Nopirin, Pertumbuhan Ekonomi dan Neraca Pembayaran, 1999 : 63).

2.2.2.5. Teori Investasi Abdur Chowdhury dan George Mavrotas

Menurut Abdur Chowdhury dan George Mavrotas (2006) mengemukakan bahwa FDI membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu juga tergantung pada faktor-faktor lainnya seperti human

capital base di negara tersebut, perdagangan dan tingkat keterbukaan negara

tersebut dalam mengelola perekonomiannya.

“...FDI has a positive impact on economic growth, but this also depends on other crusial factors, such as the human capital base in the host country, the trade regime and the degree of openess in the economy”.

2.2.2.6. Peranan Investasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi

Pembentukan atau pengumpulan modal merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam pembangunan ekonomi atau merupakan faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi. Hal ini seperti yang dikatakan hampir semua ahli ekonomi yang menekankan arti penting pembentukan modal (capital formation) sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tidak hanya terdiri dari barang yang tampak seperti pabrik, alat-alat dan mesin tetapi juga barang yang tidak tampak seperti pendidikan, kesehatan dan penelitian. Demikian juga pendapat Kuznets, pembentukan modal domestik tidak hanya


(59)

mencakup biaya untuk peralatan dan persediaan, tetapi juga mencakup biaya yang dapat memberikan kesejahteraan dan berpengaruh pada peningkatan produktivitas pada individu (Jhingan, 2004 : 337).

Nurkse mengatakan bahwa melalui pembentukan modal, perangkap kemiskinan di negara terbelakang dapat teratasi, dimana dengan pembentukan modal maka kekurangan barang modal dapat diatasi sehingga persediaan mesin, alat-alat, dan perlengkapan menjadi meningkat dan skala produksi juga meluas serta overhead ekonomi dan soial akan tercipta (Jhingan, 2004 : 337). Dengan kenaikan laju pembentukan modal akan membantu menaikkan output dan selanjutnya akan menaikkan pendapatan nasional serta meningkatkan kesempatan kerja. Dengan demikian pembentukan modal adalah merupakan kunci utama bagi suatu negara menuju pembangunan ekonomi, karena dengan adanya pembentukan modal akan membantu tercapainya swasembada suatu negara dan mengurangi beban hutang luar negeri.

2.2.2.7. Peranan Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi

Modal merupakan salah satu unsur penting yang diperlukan dalam pembangunan. Penanaman modal asing dalam pembangunan telah lama diperbincangkan oleh para ahli ekonomi. Menurut Chenery dan Carter mengenai peran penanaman modal asing dalam pembangunan salah satunya adalah sebagai sumber dana eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu negara (Kuncoro, 1996 : 102).


(60)

Menurut Kuncoro (1996 : 97), sumber keuangan dari luar negeri baik berupa penanaman modal asing maupun hutang luar negeri dapat memainkan peran yang penting dalam usaha melengkapi kekurangan sumber daya yang berupa tabungan domestik yaitu menutup celah antara tabungan yang diciptakan di dalam negeri dengan biaya yang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan, dengan kata lain menutup kesenjangan tabungan (saving gap). Suatu negara dapat mengisi kekurangan modal domestik tersebut dengan sumber-sumber finansial dari luar negeri (baik dari pihak asing maupun swasta maupun pemerintah), sehingga negara tersebut akan lebih berpeluang dalam mencapai sasaran pertumbuhannya.

2.2.2.7.1. Hubungan PMA dan PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara investasi (PMA dan PMDN) dengan pertumbuhan ekonomi adalah investasi merupakan langkah awal dari kegiatan produksi barang dan jasa yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya investasi maka akan menciptakan sumber pendanaan investai nasional.

2.2.3. Tinjauan Mengenai Hutang Luar Negeri

Hutang luar negeri dapat ditimbulkan karena suatu negara mengalami kekurangan kapital yang disebabkan karena sumber dana di dalam negeri tidak mencukupi. Proses pembangunan membutuhkan modal yang relatif tinggi, sedangkan bagi negara yang sedang berkembang pada umumnya menghadapi masalah keterbatasan modal. Oleh karena itu agar dapat membantu


(61)

memecahkan masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang memiliki keterbatasan modal adalah mencari dana dari luar negeri dalam bentuk bantuan/pinjaman luar negeri. Pinjaman merupakan salah satu penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Menurut Sukirno ((2006 : 98), aliran modal dari luar negeri apabila mempunyai dua ciri sebagai berikut, yaitu;

1. Merupakan aliran modal yang bukan didorong tujuan untuk mencari keuntungan, dan

2. Apabila dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat-syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional.

Berdasarkan jangka waktunya, hutang luar negeri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hutang luar negeri jangka pendek dan hutang luar negeri jangka panjang. Hutang luar negeri jangka pendek memiliki batas waktu pengembalian satu tahun. Sedangkan hutang luar negeri jangka panjang memiliki batas waktu lebih dari satu tahun dan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu;

1. Hutang publik, yaitu obligasi eksternal dari negara penghutang sektor pemerintah termasuk pemerintah nasional sub divisi politik atau pemerintah otonom.


(62)

2. Hutang yang dipinjam oleh pemerintah, yaitu obligasi eksternal dari negara penghutang sektor swasta yang dijamin pembayarannya oleh pemerintah. 3. Private Non Guaranted Exsternal Debt, yaitu obligasi eksternal dari negara

penghutang swasta yang tidak dijamin pembayarannya oleh pemerintah.

Aliran modal asing yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian atau hibah (grant) dan pinjaman luar negeri bersyarat lunak (soft loan), yaitu pinjaman dengan tenggang waktu yang lama agar cicilan hutang tidak perlu dilakukan dulu, jangka waktu masa pembayaran kembali (maturity) panjang dan tingkat bunganya rendah. Namun, apabila tenggang waktu dan jangka masa pembayaran kembali relatif singkat dan tingkat bunga relatif tinggi maka hutang itu tergolong sebagai hutang bersyarat berat atau hard loan (Sukirno, 2006 : 101).

Sebagian besar negara berkembang, kemungkinan untuk akumulasi modal melalui tabungan sebagai dana inveestasi masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena rendahnya produktifitas dan meningkatnya permintaan konsumen baik dari sektor swasta maupun pada sektor pemerintahan sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk. Agar dapat melakukan pembangunan dengan baik maka diperlukan impor yang baik berupa bahan dasar maupun bahan modal termasuk pengetahuan teknik dan ahli-ahli yang tersedia didalam negeri. Kebutuhan impor barang-barang tersebut membutuhkan devisa yang cukup besar. Penerimaan devisa dari ekspor barang relatif rendah dapat disebabkan karena elastisitas permintaan yang rendah. Penyebab rendahnya


(63)

penerimaan devisa dari ekspor adalah ketidakstabilan harga barang-barang primer terhadap barang-barang industri, persaingan dari barang-barang sintetis dan barang-barang subtitusi serta adanya peraturan-peraturan tarif dan kuota bagi barang-barang sejenis dengan barang-barang yang dihasilkan negara-negara maju. Dampak dari keadaan ini adalah negara-negara-negara-negara berkembang cenderung mengalami kesulitan dalam mempercepat pembangunan karena rendahnya tingkat bunga dan penerimaan devisa. Oleh sebab itu, jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah berusaha mencari dan mendapatkan sumber dana luar negeri berupa bantuan hutang atau hutang sebagai salah satu sumber modal pertumbuhan

(Irawan dan Suparmoko, 2005 : 172).

Tujuan utama pemberian hutang dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang adalah untuk meningkatkan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara-negara berkembang dengan memberikan bantuan pembangunan secara resmi yang terdiri dari dana yang disediakan oleh pemerintah dengan persyaratan lunak.

Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, hutang luar negeri dibutuhkan untuk menutupi tiga hal yakni; kesenjangan tabungan-investasi, defisit transaksi berjalan, dan defisit anggaran pemeritah. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan kerangka three gap model yang diperoleh dari persamaan pendapatan nasional, yakni;


(64)

Sisi Pengeluaran :

Y = C + I + G + (X-M)...(2.8)

Keterangan :

Y = Produk Domestik Bruto

C = Konsumsi

I = Investasi

G = Pengeluaran Pemerintah

X = Ekspor barang dan jasa

M = Impor barang dan jasa

Sisi Pendapatan :

Y = S + T...(29)

Keterangan :

S = Tabungan Domestik

T = Penerimaan Pajak Pemerintah


(65)

(M - X) = (I - S) + (G - T)...(2.10)

Keterangan :

(M - X) = Defisit Transaksi Berjalan

(I – S) = Kesenjangan Tabungan-Investasi

(G – T) = Defisit Anggaran Pemerintah

Beban hutang luar negeri suatu negara dapat diukur melalui perbandingan hutang dengan nilai ekspor negara itu. Pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan sebagai pengeluaran yang menambah permintaan efektif.

Akumulasi hutang luar negeri dapat ditulis sebagai berikut :

Ht = (1 + r) Ht-1 + (Mt – Xt)...(2.11)

Ht = Hutang luar negeri tahun tertentu

Ht-1 = Hutang luar negeri tahun sebelumnya

r = Suku bunga yang ditetapkan dalam hutang ini

Mt = Nilai impor tahun tertentu


(66)

Peresamaan (2.11) menunjukkan bahwa hutang luar negeri pada akhir tahun tertentu, katakan misalnya tahun sekarang (Ht), akan sama dengan jumlah

hutang luar negeri tahun yang lalu (Ht-1), ditambah dengan kewajiban

pembayaran bunganya yang belum dilunasi (r dikali dengan Ht-1) dan ditambah

dengan jumlah pinjaman baru pada tahun yang bersangkutan. Pinjaman atau tambahan hutang baru tersebut diperlukan untuk menutup berbagai defisit yang terjadi.

2.2.3.1. Hubungan Hutang Luar Negeri Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Hutang luar negeri merupakan sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai suatu dasar yang signifikan untuk memacu kenaikan investasi serta pertumbuhan ekonomi. Bantuan luar negeri tidak lagi diperlakukan sebagai faktor pelengkap (complementary factor), tapi telah menjadi sumber utama dalam pembiyaan pembangunan (Basri, 2003:104).

2.3. Kerangka Pikir

Untuk menciptakan perekonomian suatu negara yang seimbang dibutuhkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : Investasi (PMA dan PMDN), dan Hutang Luar Negeri. Berdasarkan pemikiran diatas, maka dapat dijelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebagai berikut ;


(67)

a. Apabila investasi meningkat maka kesempatan kerja yang dapat diciptakan akan mengalami peningkatan. Dan meningkatnya kesempatan kerja ini juga akan menyebabkan produksi barang dan jasa juga ikut meningkat dengan kata lain tingkat output juga akan ikut meningkat, sehingga akan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi. (Sukirno, 2004 : 121)

b. Hubungan antara hutang luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi adalah Pengalaman seperti yang diuraikan di atas juga mengilhami teori yang dikembangkan oleh Sir Roy Harrod (Inggris) dan kemudian dikenal dengan teori Harrod-Domar. Teori yang berbicara tentang penggunaan bantuan luar negeri dalam pembiayaan pembangunan selanjutnya dikembangkan oleh beberapa ekonom seperti Hollis Chenery, Alan Strout, dan lain-lain pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Pemikiran mereka seperti yang diungkapkan oleh Chenery dan Carter (1973) dapat dikelompokkan ke dalam empat pemikiran mendasar. Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai suatu dasar yang signifikan untuk memacu kenaikan investasi serta pertumbuhan ekonomi. Kedua, untuk menjaga dan mempertahankan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi diperlukan perubahan dan perombakan yang subtansial dalam struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting mobilisasi sumber dana dan transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing akan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Investasi (PMA dan PMDN) (X1), dan Hutang Luar

Negeri (X2), berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Pertumbuhan

Ekonomi persektor Industri dan Perdagangan (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Pertumbuhan Ekonomi persektor Industri dan Perdagangan

(Y), sedangkan variabel bebas Investasi (PMA dan PMDN) (X1), dan

Hutang Luar Negeri (X2), tidak berpengaruh secara simultan dan nyata

terhadap Pertumbuhan Ekonomi persektor Pertanian (Y) diperoleh F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak.

2. Dengan melihat hasil uji signifikasi Variabel Independen terhadap

Pertumbuhan Ekonomi tersebut di 3 sektor ( Pertanian, Industri, dan Perdagangan) maka dapat diketahui bahwa sector perdagangan yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada sector Pertanian, dan


(2)

96

sektor Industri hal ini menunjukan bahwa sektor perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto di daerah Indonesia hal ini disebabkan dengan semakin banyak Pengeluaran Pemerintah yang terarah dan terencana untuk membangun sarana dan prasarana baik infrastruktur maupun yang lain di sektor perdagangan maka akan lebih efektif dan efesien untuk pengembangannya dan pendistribusiannya sehingga akan berdampak pada baik secara peningkatan pertumbuhan ekonomi hal tersebut dikarena di Indonesia kebanyakan penduduknya mempunyai pekerjaan di bidang perdagangan.

3. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Investasi (PMA dan PMDN), yang didapat di tabel atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sektor Perdagangan yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada sector Pertanian, dan sektor Industri hal ini menunjukan bahwa Investasi (PMA dan PMDN) saat ini menyerap atau meningkatkan pada sektor Industri di karenakan adanya program – program yang dilakukan oleh pemerintah yakni banyak pembinaan terhadap para pelaku UKM ( usaha mikro dan kecil ) yang berupa pendampingan dan pembinaan manajemen usaha dan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Usaha Rakyat dapat mempermudah UKM dalam


(3)

mengakses permodalan perbankan, menggerakan sektor produktifitas maupun meningkatkan penyerapan Pendapatan Industri Kecil dan pertumbuhan ekonomi. adanya program Kredit Usaha Kecil atau UMKM yang banyak menyerap terutama sektor perdagangan.merupakan sektor yang paling dominan dalam meningkatkan Investasi sektoral di Indonesia. 4. Dengan melihat hasil koefesien Variabel Independen Hutang Luar Negeri

merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada sector Industri dan perdagangan hal ini disebabkan karena Utang luar negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan, tetapi industri juga dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu negara bisa saja tidak berutang sama sekali. Tetapi jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.


(4)

98

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan proses

perizinan agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya dan memperoleh modal dengan mudah.

2. Pemerintah membuat kebijakaan moneter agar menjaga perkembangan

ekonomi makro tetap stabil agar banyak investor yang masuk untuk menanamkan modalnya.


(5)

---, 2002. Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik kota Surabaya.

Basri, 2003. Perekonomian Indonesia; Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan

Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Boediono, 1990. Ekonomi Mikro, Edisi Kedua , Balai Pustaka Fakultas Ekonomi, Yogjakarta.

---, 1992, Ekonomi Makro, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogjakarta Dornbusch, R. dan Fischer, 1998. Makro Ekonomi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Dumairy, Horne, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Frank Robert and Ben Bernake, 2001. Principles of Economics, New York, Penerbit McGraw – Hill Companier, Inc.

Gujarati, Damodar, 1999. Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Cetakan Keenam,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

---, 2003. Basic Econometric International, Edition New York,

Penerbit McGraw – Hill Companier, Inc.

Hamdani, 2003. Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan Niaga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Irawan dan Suparmoko, 2005. Ekonomi Pembangunan, Penerbit Liberty, Jakarta. J. Supranto, 2004. Ekonometri, Edisi Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Jhingan, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerbit Rajawali Pers,

Jakarta.

Inge Abedan, 2004. Analisis Pengaruh PMA, PMDN, Hutang Luar Negeri,

Tabungan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Fakultas

Ekonomi UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.

Jhingan, ML, 2004. Ekonomi Perencana dan Pembangunan, Penerbit CV Rajawali,

Jakarta.

Krisna Adityawan, 2004. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pembangunan, Investasi


(6)

Terhadap Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kota Surabaya Periode 1994-2004, , Fakultas Ekonomi UPN

“Veteran” Jatim, Surabaya.

Mahyudi, 2005. Ekonomi Pembangunan dan Analisis Data Empiris, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mudrajad Kuncoro, 1996. Ekonomi Pembangunan; Teori, Masalah, dan Kebijakan.

Penerbit UPP AMPYKPN, Jakarta.

Rahardian A. Hamdani, 2003. Ekonomi Mikro, Pendekatan Kontenporer, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Rosyidi, Suherman, 2003. Ekonomi Mikro, Pendekatan Kontenporer, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

---, 2006. Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro dan Makro, Penerbit PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Salvatore, Dominick. 1997, Ekonomi Internasional Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta. Samuelson, Paul. A, dan Nordhaus, William, 2002. Mikro Ekonomi, Edisi Keenam,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Sudrajat, 1998, Mengenal Ekonometrika Pemula Edisi Ke – 2, Penerbit CV Amico, Bandung.

Sukirno, Sadono, 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

---, 2006. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparmoko, 2003 Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Keempat, Penerbit BPFE UGM, Edisi Ketiga, Yogyakarta.

Tjiptoherijanto, 2005. Reformasi Administrasi dan Pembangunan Nasional, Penerbit BPFE UI, Jakarta.

Todaro, Micheal, P, 2004. Pembangunan Ekonomi Jilid 1, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Yohanes Kristianto, 2004. Pengaruh Hutang Luar Negeri Pemerintah, Tabungan

Pemerintah dan Ekspor Netto Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Indonesia 1985-2002, , Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jatim,