Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2012 2013

(1)

i UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN AKAN NILAI CINTA TANAH AIR

KELAS III SD KANISIUS TOTOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Ima Hermita

091134055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala Rahmat

dan BerkatNya, sehingga saya dapat menyusun skripsi ini.

2. Bapak ibu tercinta dan semua keluarga di rumah yang telah

memberikan doa restu dukungan dan motivasi hingga

terselesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman kelompok skripsi payung (Nila, Nia, Catrin,

Mayang, Ita, Desi, Vitalis, dan Putri) yang selalu memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Sang kekasih Antonius Harika Lova yang selalu memberi motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Niken yang sudah membantu dan mendukung dalam


(5)

v Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan kita tak akan

bisa dikembalikan seperti semula.

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna


(6)

(7)

(8)

viii Hermita, Ima. 2013. Pembelajaran PKn Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air Kelas III SD Kanisius Totogan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas III SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental tipe non-equivalent control design.Subjek penelitian ini adalah kelas IIIA SD Negeri Adisucipto 1 (Kelompok kontrol) dan siswa kelas III SD Kanisius Totogan sebagai kelas eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi kuesioner untuk pretest dan posttest. Pengumpulan data ini kemudian diolah menggunakan program SPSS 20 IBW dengan menggunakan tahap untuk kedua kelompok tersebut yakni: 1) Uji perbedaan pretest, 2) uji perbedaan posttest, 3) uji kenaikan skor pretest ke posttest.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik make a matchberpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan harga Sig. (2-tailed) untuk kelompok kontrol adalah 0,440 atau >0,05 , maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Dengan kata lain tidak ada peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok kontrol. Sedangkan Harga sig. (2-tailed) untuk kelompok eksperimen adalah 0,000 atau <0,05 , maka Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi peningkatan skor signifikan dari pretest ke posttest pada kelompok eksperimen.


(9)

ix Hermita, Ima. 2013. Civics Learning Using Cooperative Learning to Improve the Awareness of Loving the Country Value in the Third Grade of KanisiusTotogan Elementary School. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research aimed at knowing the increasing of the awareness of loving the country value using cooperative learning in the students of the third grade of KanisiusTotogan elementary school in 2012/2013 academic year.

This research was an experimental research non-equivalent control design type. The subjects of the research were students of class IIIA of Adisucipto 1 Public Elementary School (control group) and students of the third grade of KanisiusTotogan elementary school (experimental group). The data was gathered by giving pretest and posttest questionnaires. The data was processed using SPSS 20 for Windows program and it consisted of three steps for each group, namely: 1) Pretest differences test, 2) Posttest differences test, and 3) The increasing pretest and posttest score test.

The result of the research showed that the cooperative learning model make-a-match technique had a significant effect on the increasing of the awareness of loving the country value. It could be seen from the price of Sig. (2-tailed)for the control group which was 0.440 or >0.05, so that Ho was accepted and Hi was rejected. It meant that there was no significant difference between pretest and posttest score in the control group. In other words, there was no significant increase from pretest to posttest scores in the control group. Meanwhile, the price of sig. (2-tailed) for the experimental group was 0.000 or <0.05, so that Ho was rejected and Hi was accepted. It meant there was a significant difference between pretest and posttest score in the experimental group. In other words, there was a significant increase from pretest to posttest scores in the experimental group.


(10)

x Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Pembelajaran PKn Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kesadaran Akan Nilai Cinta Tanah Air Kelas III SD Kanisius Totogan, tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihat maka skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi Ph.D, Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A, ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. E. CaturRismiati, S.Pd., M.A., Ed.D wakaprodi PGSD.

4. Drs. Wahana, M.Hum pembimbing I yang telah membimbing penelitian dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

5. E. Desiana Mayasari, S.Psi., M.A pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan.

6. Ibu Tri Utami, S.Pd kepala SD Kanisius Totogan yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di SD Kanisius Totogan.

7. Nurhidayati guru kelas III SD Kanisius Totogan yang sudah banyak membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. Siswa kelas IIIA SD Negeri Adisucipto dan III SD kanisius Totogan yang telah bekerjasama dalam penelitian ini sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

9. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.


(11)

xi motivasi dalam pengerjaan karya ilmiah ini.

11.Kekasih Antonius Harika Lova yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

12.Teman-teman satu kelompok penelitian kolaboratif PKn (Nila, Nia, Catrin, Mayang, Ita, Desi, Putri, Vitalis) yang banyak memberi masukan dan bantuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian dan memberikan dukungan dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

13.Niken yang sudah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis sadar penuh bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan. Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.


(12)

xii Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DARTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Pembatasan Masalah... 5

1.3Rumusan Masalah ... 5

1.4Tujuan Penelitian ... 5


(13)

xiii

2.1Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Teori-teori yang mendukung ... 7

2.1.1.1 Nilai... 7

2.1.1.2 Pendidikan Nilai... 10

2.1.1.3 Kesadaran ... 11

2.1.1.4 Cinta Tanah Air... 12

2.1.1.5 Kesadaran akan Nilai Cinta Tanah Air ... 12

2.1.2 Pembelajaran Tematik ... 13

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik ... 13

2.1.2.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik... 14

2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 15

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan .. 16

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

2.1.3.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 16

2.1.3.3 Teknik Mencari Pasangan ... 18

2.1.3.4 Langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match... 18

2.1.4 Mata Pelajaran PKn... 22

2.1.4.1 Pengertian PKn sebagai Pendidikan Nilai ... 22

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran PKn ... 22

2.1.4.3 Materi Ajar Kelas III ... 23

2.1.5 Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

2.1.6 Kerangka Berpikir ... 26


(14)

xiv

3.1Jenis Penelitian ... 29

3.2Waktu Penelitian ... 31

3.3Pelaksanaan Penelitian... 31

3.4Populasi dan Sampel ... 32

3.5Variabel Penelitian ... 33

3.6Definisi Operasional... 34

3.7Instrumen Penelitian... 35

3.8Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

3.9Teknik Pengumpulan Data ... 64

4.0 Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 69

4.1.1Peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan ... 69

4.2 Pembahasan... ... 79

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... . 83

5.2Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(15)

xv

Tabel 1 Pengaruh Perlakuan ... 30

Tabel 2 Jadwal Penelitian ... 31

Tabel 3 Indikator Kuesioner ... 36

Tabel 4 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner ... 37

Tabel 5 Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Kesadaran Nilai Cinta Tanah Air 42 Tabel 6 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner untuk Mencari Validitas Item ... 46

Tabel 7 Hasil Uji Validitas ... 48

Tabel 8 Hasil Item Valid ... 55

Tabel 9 Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 64

Tabel 10 Hasil Reliabilitas ... 64

Tabel 11 Tabel Pengumpulan Data ... 65

Tabel 12 Hasil Uji Normalitas ... 70

Tabel 13Uji Homogenitas Skor Pretest ... 72

Tabel 14 Perbandingan Skor Pretest ke Posttest ... 74

Tabel 15 Skor Perbandingan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen... 76


(16)

xvi Gambar 1 Bagan Teknik Pembelajaran Mencari Pasangan ... 20

Gambar 2 Contoh Kartu Dalam Pembelajaran

Teknik Mencari Pasangan ... 21 Gambar 3 Bagan Variabel Independen dan Dependen ... 34 Gambar 4 Perbandingan antara Skor Pretest dan Posttest Pada Kelompok


(17)

xvii

Lampiran 1. Jaring Tema dan Silabus Kelompok Eksperimen ... 88

Lampiran 2. RPP Kelompok Eksperimen ... 99

Lampiran 3. LKS Kelompok Eksperimen ... 126

Lampiran 4. Validitas Kuesioner ... 134

Lampiran 5. Hasil Validitas Kuesioner ... 147

Lampiran 6. Hasil Kuesioner Pretest dan Posttest ... 149

Lampiran 7. Rekap Hasil Kuesioner Kelompok Kontrol... 174

Lampiran 8. Rekap Hasil Kuesioner Kelompok Eksperimen ... 177

Lampiran 9. Hasil Analisis Data ... 180

Lampiran 10. Gambar Media Penelitian ... 185

Lampiran 11. Gambar Pengamatan Kelas Kontrol ... 188

Lampiran 12. Gambar Penelitian Kelas Eksperimen ... 191

Lampiran 13. Surat Ijin Penelitian ... 199

Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian ... 201


(18)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam sistem kurikulum Pendidikan Dasar. Fungsi mata pelajaran PKn yang diajarkan di sekolah adalah agar dapat diaplikasikan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. PKn termasuk dalam salah satu mata pelajaran yang penting, karena PKn diajarkan diseluruh tingkat pendidikan, dimulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hakikat atau intisari dari PKn adalah pendidikan nilai dan moral. PKn diharapkan dapat menjadi bekal bagi siswa untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam bermasyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Wahab, 2011).

Djahiri (1991:6) mengatakan bahwa PKn sebagai pendidikan nilai dan moral diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral dan norma Pancasila dan selalu menunjukkan keterkaitan isi pesan sila-sila Pancasila. Konsep-konsep Pancasila hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya semata, tetapi dikaji isi pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya disampaikan tatanan moralnya. Kesadaran akan nilai merupakan hal yang penting dalam pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai, maka perlu diusahakan persiapan, perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran Pkn yang sesuai dan mampu meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya.


(19)

2

Sekolah tidak sekedar mengajarkan siswa tentang ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga mendidik para siswanya dengan nilai-nilai yang bersumber pada Pancasila, budaya bangsa, dan agama (Kaswardi, 1993). Nilai-nilai adalah dasar atau landasan bagi perubahan. Nilai merupakan suatu daya pendorong dalam hidup seorang pribadi atau kelompok. (Yvon Ambroise dalam Kaswardi, 1993:25) sekolah sebagai tempat berinteraksi antar sesama peserta didik dipastikan melibatkan beragam nilai kehidupan yang lahir secara pribadi dengan berbagai penampilan dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan. Sekolah memiliki peran yang besar dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik. Pendidikan nilai tidak sekedar progam khusus yang diajarkan melalui mata pelajaran, tetapi mencakup keseluruhan proses pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan nilai berusaha membantu peserta didik untuk menyadari, mengalami nilai-nilai yang berlaku dan diterima secara universal.

PKn banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang apabila diajarkan menurut cara yang tepat akan lebih bermakna bagi siswa dan akan diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, namun apabila diajarkan dengan cara yang salah, maka PKn hanya akan merupakan pelajaran yang bersifat hapalan belaka dan hasilnya kurang bermakna bagi siswa, karena siswa tidak akan bisa mengaplikasikan-nya dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai anggota keluarga, anggota sekolah atau anggota masyarakat. Agar guru dapat memberikan materi pelajaran PKn dengan baik dan supaya hasilnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya guru mengajar dengan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan kondisi siswa tidak hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab atau tugas saja.


(20)

3

Pada kenyataannya, nilai-nilai pendidikan kurang optimal diterapkan pada diri siswa kelas III di SD Kanisius Totogan. Berdasarkan pengamatan di kelas pada tanggal 12 dan 19 Maret 2013 pada saat pembelajaran PKn, peneliti melihat bahwa guru masih cenderung mengajarkan materi tanpa dikaitkan dengan pendidikan nilai. Guru lebih menekankan konsep dibandingkan dengan pendidikan nilai sehingga penanaman nilai pada diri siswa menjadi kurang. Sampai saat ini pendidikan hanya sebatas mentransfer pengetahuan saja, sehingga yang terjadi ialah pendidikan hanya sebatas mencetak angka-angka saja. Padahal banyak sekali materi PKn yang berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran PKn, guru juga kurang mengemas pembelajaran dengan kreatif, model-model pembelajaran belum nampak diterapkan pada siswa, guru cenderung menggunakan pembelajaran tradisional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga membuat siswa menjadi monoton dan kurang aktif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan adanya kesenjangan bahwa pembelajaran PKn yang seharusnya dapat memberikan nilai-nilai yang ditanamkan pada diri siswa dan dapat diamalkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari menjadi kurang sadar akan nilai khususnya nilai akan cinta Tanah Air karena pembelajaran yang diajarkan oleh guru sebatas mengajarkan saja tanpa menanamkan nilai tersebut pada diri siswa. Hal itu nampak, ketika upacara bendera berlangsung, tampak beberapa siswa tidak mengikuti upacara dengan khidmat seperti tidak mengikuti pembacaan sila pancasila, tidak hormat saat bendera dikibarkan dan tidak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Siswa cenderung lebih suka berbicara dengan teman sampingnya dan menganggu


(21)

4

teman lainnya. Dalam hal ini, siswa belum memahami akan nilai cinta Tanah Air. Selain dengan pengamatan, berdasarkan wawancara dari beberapa anak, mengenai nilai-nilai budaya.Siswa cenderung lebih senang mengikuti budaya barat seperti lebih senang menggunakan produk-produk impor, lebih menyukai kebudayaan negara lain, daripada kebudayaan negaranya sendiri, senang dengan makanan junk food atau makanan siap saji daripada makanan khas dari daerahnya dan menggunakan bahasa yang gaul dengan mengindahkan tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai generasi muda perlu ditanamakan rasa akan cinta Tanah Air dan bangga sebagai bangsa Indonesia dengan menanamkan pendidikan nilai terhadap anak didik kita sejak dini.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti berusaha untuk lebih menekankan pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai dalam mata pelajaran PKn dan menerapkannya melalui model pembelajaran yang bisa membantu peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Adapun model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Menurut Sugiyanto (2010: 37) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Peneliti berharap dengan menekankan pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan diterapkannya melalui model pembelajaran tersebut dapat membantu siswa dalam menerapkan dan mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.


(22)

5 1.2 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi hanya pada teknik make a match dengan materi bangga berbangsa Indonesia. Untuk menguji kemampuan siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan prettest dan posttest. Kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah kelas III dengan jumlah 23 sebagai kelas eksperimen dan kelas III dengan jumlah peserta 24 sebagai kelas kontrol. Dari Standar Kompetensi 4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan Kompetensi Dasar 4.2 Menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan masalah, yaitu:

1.3.1 Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dapat meningkatkan kesadaran nilai cinta tanah air pada mata pelajaran PKn siswa kelas III SDK Totogan Tahun Ajaran 2012/2013?

1.3.2 Apakah kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match akan kesadaran nilai cinta tanah air ada perbedaan dibandingkan siswa yang menggunakan metode ekspositoris? 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1.4.1 Mengetahui cara untuk meningkatkan Kesadaran nilai cinta tanah air pada mata pelajaran PKn siswa kelas III SDK Totogan Tahun Ajaran 2012/2013.


(23)

6

1.4.2 Mengetahui apakah kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match akan kesadaran nilai cinta tanah air ada perbedaan dibandingkan siswa yang menggunakan metode ekspositoris.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1.5.1 Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penulisan penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sama. 1.5.2 Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan yang telah didapatkannya dan menambah wawasan mengenai cara meningkatkan kesadaran nilai terhadap siswa.

1.5.3 Bagi Guru

Sebagai masukan untuk meningkatkan kesadaran nilai terhadap siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1.5.4 Bagi sekolah dan masyarakat umum

Sebagai pengetahuan baru dan menambah sumber bacaan diperpustakaan. 1.5.5 Bagi siswa

Meningkatkan kesadaran siswa akan nilai-nilai cinta tanah air Indonesia dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sehingga mereka menjadi manusia yang bernilai terhadap Indonesia.


(24)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan berbagai pengertian yang dikaji oleh peneliti dalam kajian pustaka. Menyajikan penelitian relevan dengan penelitian ini yang terdahulu, dan menjelaskan kerangka berpikir dalam penelitian ini. Selanjutnya dijelaskan hipotesis tindakan yang dicapai oleh peneliti.

2. 1 Kajian Pustaka

2.1. 1 Teori-teori yang Mendukung

Dalam teori-teori yang relevan ini dibahas teori nilai, teori kesadaran, teori nilai cinta tanah air, beberapa model pembelajaran model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan, dan mata pelajaran PKn di Sekolah Dasar. Seluruhnya dibahas secara runtut sebagai berikut.

2.1.1.1 Nilai

Max Scheler dalam Wahana (2004:51) berpendapat bahwa nilai merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pangalaman indrawi terlebih dahulu). Nilai juga merupakan kualitas yang memiliki daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia serta untuk mendorong manusia untuk mewujudkannya, karena nilai memiliki kesesuaian dengan kecenderungan kodrat manusia (Wahana, 2004:84)

Teori nilai menyelidiki proses dan isi penilaian, yaitu proses-proses yang mendahului, mengiringkan, dan menentukan semua kelakuan manusia sebagai objeknya (Takdir, 1966:3). Dalam Djahiri (1991:18) nilai adalah sesuatu yang


(25)

8

berharga/tidak berharga, mengacu kepada peringkat kualifikasi indah, baik, benar, adil dan kebalikannya.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai nilai dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perasaan, dan perilaku.

2.1.1.1.1 Peranan Nilai dalam Kehidupan Manusia

Wahana (2004:70) mengatakan bahwa peranan nilai dalam kehidupan sehari-hari itu sangatlah penting untuk pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindakannya. Peranan nilai tersebut terbagi atas:

2.1.1.1.1.1 Tanggapan Manusia Terhadap Nilai

Tanggapan manusia terhadap nilai terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Cara manusia memahami nilai

Nilai tidak hanya berada pada dirinya sendiri, akan tetapi selalu tampak pada kita sebagai pembawa nilai, atau objek bernilai. Kita dapat dan harus memisahkan antara pemahaman terhadap objek nyata dengan nilai yang termuat di dalamnya, dan mempertanyakan apakah keduanya dapat diketahui dengan cara yang sama untuk menemukan dan memahami suatu nilai itu sendiri. Misalnya saja apabila kita melihat dua buah apel, kita melihat bahwa masing-masing buah tersebut dengan mata, tetapi kesamaan antara kedua buah apel tersebut tidak hanya dapat diketahui dengan mata saja melainkan dengan pikiran.

2. Sarana manusia memahami nilai

Kesejajaran yang tepat antara keteraturan hati yang bersifat apriori dengan susunan nilai yang bersifat hierarkis objektif adalah hati manusia. Terdapat


(26)

9

sebuah hukum yang ditulis dalam hati yang berhubungan dengan rencana yang sesuai dengan dunia yang dibangun, yaitu dunia nilai. Sebelum manusia dapat menjadi manusia yang memikirkan dan menghendaki, ia ada sebagai yang mencinta. Hati manusia bukanlah kekacauan dari keadaan perasaan yang buta, tetapi merupakan pasangan yang teratur dari segala yang mungkin berhubungan dengan tindakan mencinta, yaitu nilai.

3. Sikap manusia terhadap nilai

Hierarki nilai memiliki kodrat yang objektif dan tak berubah, yang pada akhirnya bersumber pada cinta abadi Allah. Konsekuensinya, harus ada juga keteraturan objektif jawaban-jawaban yang cocok dengan tingkatan-tingkatan nilai tersebut. Nilai harus dicintai dan diwujudkan dalam hidup manusia sesuai dengan tingkatan tinggi rendahnya; tingkatan yang lebih tinggi harus didahulukan daripada yang lebih rendah.

2.1.1.1.2 Peranan Nilai bagi Manusia

Dalam hal ini nilai memiliki peranan pendorong dan pengarah bagi pembentukan diri manusia melalui tindakan-tindakannya. Peranan nilai bagi manusia ini untuk menyelidiki pengaruh serta akibat hubungan tersebut bagi kehidupan manusia. Peranan nilai bagi manusia terbagi menjadi:

1. Peranan Nilai bagi Tindakan Manusia

Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan merasakan yang terarah. Isi nilai perasaan intensional tersebut telah tersedia terlebih dahulu sebelum adanya tindakan kesadaran lainnya. Tersedianya nilai positif memungkinkan orang menangkap dan merasakan nilai tersebut, dan mendorong bertindak untuk mewujudkannya dalam realitas, sedangkan terwujudkan nilai negatif mendorong


(27)

10

orang yang merasakannya untuk bertindak menghapuskannya dalam realitas kehidupan.

2. Peranan Nilai bagi Pembentukan Diri Manusia

Peranan nilai bagi pembentukan diri manusia dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan. Dengan memahami manusia sebagai person, akan tampak bahwa nilai-nilai yang diwujudkan dalam tindakan manusia menjadi dasar dan arah bagi pembentukan dirinya. Ini berarti bahwa nilai-nilai memiliki peran mengarahkan dan memberi daya tarik pada manusia dalam membentuk dirinya melalui tindakan-tindakannya.

3. Tipe-tipe Person Bernilai sebagai Model pembentukan Manusia

Ada 5 nilai tipe person, yaitu (1) nilai kesenangan artis, (2) nilai kegunaan pemimpin, (3) nilai kehidupan pahlawan, (4) nilai spiritual jenius, dan (5) nilai kekudusan santo.

2.1.1.2 Pendidikan Nilai

Menurut Sastrapratedja dalam (Kaswardi, 1993:3) pendidikan nilai merupakan penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pendidikan nilai tidak hanya mengembangkan ilmu, ketrampilan maupun teknologi saja akan tetapi mengembangkan aspek kepribadian, etik moral dan lain-lain. Begitu juga menurut Hakam (2000:5) dalam (Kaswardi,1993) mengungkapkan bahwa pendidikan nilai merupakan pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut moral dan sudut pandang non moral, meliputi estetika, yakni menilai objek dari sudut pandang keindahan dan selera pribadi, dan etika yaitu menilai benar atau salahnya dalam hubungan antarpribadi. Mulyana (2004:119)mengungkapkan bahwa pendidikan nilai dimaksudkan untuk


(28)

11

membantu peserta didik agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu menempatkannya secara integral dalam kehidupan.

Dari tiga definisi di atas, dapat dimaknai bahwa pendidikan nilai adalah pendidikan yang yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai agama, budaya, etika dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta didik yang utuh.

2.1.1.3 Kesadaran

Secara bahasa kata kesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti insyaf, yakin, merasa, tahu dan mengerti. Kesadaran berarti keinsyafan, keadaan mengerti akan harga dirinya timbul karena ia di perlakukan secara tidak adil. Kesadaran juga merupakan hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2011).

Erich Fromm, dalam bukunya The Aart of Love dalam Medik (Suhatman, 2009:46) mengungkapkan kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat, tahu dan mengerti. Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh manusia dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain.

Menurut (Semium, 2006:59) kesadaran merupakan satu-satunya tingkat kehidupan mental yang secara langsung tersedia bagi kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesadaran merupakan sikap sadar dan ingat pada keadaan yang sebenarnya yang secara langsung tersedia bagi kita.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai kesadaran dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa kesadaran adalah sikap mawas diri (awareness), dan kondisi


(29)

12

dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam.

2.1.1.4 Cinta Tanah Air

Menurut Slametmuljana (1968:7) nasionalisme adalah manifestasi kesadaran bernegara dan semangat bernegara. Sedangkan menurut Djahiri (1991:115) Nasionalisme merupakan suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Menurut Sartono (1993:16) berpendapat bahwa nasionalisme memuat beberapa prinsip, diantaranya (1) kesatuan (unity), (2) kebebasan (liberty), (3) kesamaan (equality), (4) kepribadian (individuality), dan (5) prestasi (performance). Pengertian bangsa menurut Ernest Renan adalah kesatuan dari orang-orang yang mempunyai persamaan latar belakang sejarah, pengalaman, serta perjuangan yang sama dalam mencapai hasrat untuk bersatu.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme adalah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Rasa bangga, memiliki, menghargai dan menghormati yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat dimana ia tinggal.

2.1.1.5 Kesadaran akan Nilai Cinta Tanah Air

Menurut Wahana (2004) kesadaran akan nilai berarti kesadaran akan berbagai hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain: (1) menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan, (2) menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik bagi manusia untuk mewujudkannya, (3) menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang akan dituju, (4) menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang


(30)

13

diharapkan, serta (5) menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya.

Menurut (Sartono, 1993:17) kesadaran nasional yaitu kesadaran yang menempatkan pengalaman, perilaku, serta tindakan individu dalam kerangka nasional. Sikap sadar tidak ada dalam diri seseorang, jika tanpa adanya rasa bangga terhadap bangsa Indonesia. Seperti halnya diungkapkan oleh Winataputra (2008: 4.20) bahwa mencermati kondisi dan letak geografis wilayah Indonesia, sudah sewajarnyalah warga negara Indonesia mempunyai kebanggaan tersendiri. Karena Indonesia mempunyai begitu banyak keberagaman. Bangga menurut Winataputra (2008: 4.20) adalah merasa berbesar hati atau merasa gagah karena mempunyai berbagai kelebihan atau keunggulan. Jadi, yang dimaksud dengan bangga sebagai bangsa Indonesia adalah merasa besar hati atau merasa berbesar jiwa menjadi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, konsekuensinya kalau kita merasa bangga sebagai bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara dimanapun berada

2.1. 2 Pembelajaran Tematik

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Trianto (2011:147) Pembelajaran Tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembelajaran tematik ini, menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan kepada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.

Depdiknas (2006:5) dalam Trianto (2011:147) mengatakan bahwa pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang


(31)

14

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembelajaran tematik dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

2.1.2.2 Prinsip dasar pembelajaran Tematik

Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Prinsip penggalian tema

Prinsip penggalian tema ini merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang-tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.

2. Prinsip pengelolaan pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran

3. Prinsip evaluasi

Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Evaluasi sangat penting untuk mengukur hasil belajar siswa.

4. Prinsip Reaksi

Guru harus bereaksi terhadapt aksi siswa dalam semua perisiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.


(32)

15

Berdasarkan uraian diatas mengenai prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa keempat prinsip tersebut sangat penting untuk dikuasai oleh guru dan diterapkan serta dilaksanakan pada pembelajaran tematik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum.

2.1.2.3 Karakteristik Pembelajaran Tematik

Menurut Depdiknas (2006:6), pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain :

1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

3. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi bantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa

4. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa

5. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya

Berdasarkan uraian diatas mengenai karakteristik pembelajaran tematik dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa karakteristik tersebut sangat membantu peserta didik dalam belajar dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.


(33)

16

2.1. 3 Model Pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil dalam Rusman berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran ini dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

2.1.3.2 Pengertian Pembelajaran kooperatif

Slavin dalam Isjoni (2009:15)pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Lie (2008:29) bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Sugiyanto (2010:37) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Suyatno (2009:51) model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saliing membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.


(34)

17

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan perilaku bekerja sama dalam suatu kelompok. Dalam setiap kelompok, setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena itu setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama saling membantu untuk memahami materi yang diberikan.

Roger dan David Johnson dalam (Lie, 2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yang meliputi :

1. Saling ketergantungan positif, artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Oleh sebab itu sesama anggota harus saling terikat dan bergantung positif.

2. Tanggung jawab perseorangan, artinya setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran masing-masing karena keberhasilan diperoleh dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara individu.

3. Tatap muka, maksudnya bahwa setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Setiap anggota kelompok harus menghargai perbedaan dan saling mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota, artinya agar para pembelajaran dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Proses komunikasi sangat bermanfaat untuk pembinaan perkembangan mental dan emosional siswa dan memperkaya pengalaman belajar siswa.


(35)

18

5. Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif

2.1.3.3 Pengertian pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan

Pembelajaran dengan teknik mencari pasangan (Make a Match) merupakan salah satu teknik pembelajaran yang ada dalam pembelajaran kooperatif. Teknik belajar mengajar mencari pasangan ini dikembangkan oleh Larana Curran (1994).

Salah satu keunggulan teknik ini yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Sugiyanto, 2009:49).

2.1.3.4 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan Rusman (2011:223-224) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan (Make a Match) sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)


(36)

19

e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

f. Kesimpulan

Adapun langkah- langkah dalam model pembelajaran Make a Match menurut (Sugiyanto, 2009:49) antara lain:

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik sesuai dengan materi. Kartu terdiri dari dua jenis, yaitu kartu soal dan kartu jawaban. Kartu soal dan kartu jawaban saling berkaitan.

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu

c. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

d. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.

e. Setiap pasangan siswa mendiskusikan menyelesaikan tuga secara bersama-sama.

f. Presentasi hasil kelompok atau kuis.

Secara teknis gambaran pembelajaran yang dimodifikasi dari skripsi Tarmadi. A. 2011. Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan Dalam Mata Pelajaran IPA Semester 1 Pada Siswa Kelas VI A SDN Ngablak 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Yogyakarta: Skripsi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma (Tidak Dipublikasikan) dengan teknik mencari pasangan dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :


(37)

20

Gambar 1. Bagan proses pembelajaran kooperatif teknik Make a Match menurut Tarmadi

Memberi kesempatan Bertanya dan

menanggapi

Mencari pasangan Mengambil kartu

pasangan

Berdiskusi dengan pasangan untuk dipresentasikan

Mempresentasikan hasil diskusi

Pasangan lain atau guru menanggapi

Tanggapan balik Merumuskan Tujuan

Pembelajaran

Menjelaskan gambaran Pembelajaran yang akan

dilaksanakan

Menjelaskan Prosedur/Teknis mencari

pasangan

Menyiapkan dan membagikan Kartu

mencari pasangan

Menunjuk Pasangan yang benar untuk

presentasi


(38)

21

CONTOH KARTU PASANGAN TUNGGAL

CONTOH KARTU PASANGAN DOMINO

Gambar 2. Contoh kartu dalam pembelajaran dengan teknik mencari pasangan bulu pada sayap, bulu pada ekor, bulu pada

leher, dan arah kepala pada burung garuda,

17 helai pada masing-masing sayap melambangkan tanggal 17

8 helai bulu pada ekor melambangkan bulan 8

45 helai bulu di leher melambangkan tahun 1945

Arah kepala ke kanan melambangkan

hal-Symbol

semboyan

MAKNA DARI BULU

PADA SAYAP

Bhinneka

tunggal ika


(39)

22 2.1. 4 Mata Pelajaran PKn

2.1.4.1 Pengertian PKn di SD

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan pengetahuan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Penjelasan Pasal 39 ayat (2) Undang-undang No 2 Tahun 1989). Berdasarkan kurikulum 2004 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

adalah “Mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan

dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa

Indonesia”. Untuk siswa SD nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat

diaplikasikan dalam wujud perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran PKn

Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersedikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila (Kaelan,2007:3). Secara khusus tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah: 1) mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk membela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku untuk cinta tanah air Indonesia; 2) menumbuh kembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran


(40)

23

berbangsa dan bernegara pada peserta didik, sehingga terbentuk daya tangkap sebagai ketahanan nasional; 3) peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai luhur pancasila dalam menciptakan ketahanan nasional, serta ;4) peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai Pancasila dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Wiharyanto, 2007:5-6)

Tujuan PKn berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No.43/DIKTI/Kep-2006, yang termuat dalam Kaelan (2007:2). Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan dalam visi, misi, dan kompetensi sebagai berikut :

1. Visi

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi, guna memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.

2. Misi

Pendidikan Kewarganegaraan untuk membantu memantapkan kepribadiannya,agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilail dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

2.1.4.3 Materi Pembelajaran Kelas III

PKn termasuk salah satu mata pelajaran inti di kelas III SD. Mata pelajaran ini sangat luas cakupannya. Pada semester 2, mata pelajaran PKn ini terdapat 2 standar kompetensi dan 5 kompetensi dasar. Dari kedua standar kompetensi, peneliti hanya memilih 1 standar kompetensi yakni 4. Memiliki


(41)

24

kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Kompetensi dasar yang akan peneliti gunakan adalah 4.1 Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan dan 4.2 Menampilkan rasa bangga sebagai anak Indonesia. (Depdikbud, 2007)

Pada kompetensi tersebut akan dibahas mengenai ciri khas bangsa Indonesia dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pada materi tersebut akan ditekankan pentingnya kesadaran akan nilai-nilai bangga sebagai bangsa Indonesia terhadap siswa kelas III. Dalam buku paket PKn Purwanto (2008) Bangsa Indonesia memiliki 3 ciri khas. Ciri khas bangsa Indonesia yang pertama adalah memiliki keanekaragaman suku, budaya, dan adat istiadat seperti pakaian adat, rumah adat, tarian daerah, alat musik daerah, dan makanan tradisional. Ciri khas kedua yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah kekayaan alam yang melimpah, yang dapat di olah dan dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ciri khas ketiga yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah keramahtamahan dan kegotongroyongan. Keramahtamahan masyarakat Indonesia dapat dilihat pada anak-anak dengan selalu berpamitan kepada orang tua tiap berangkat ke sekolah, sopan kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda. Sedangkan untuk kegotongroyongan sendiri dapat dilihat pada tradisi sambatan di jawa dan bentuk-bentuk gotong royong lainnya yang ada di daerah-daerah lainnya.

Dengan berbagai ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, kita sebagai anak bangsa Indonesia harus bangga terhadap bangsa kita sendiri. Kebanggaan terhadap bangsa Indonesia dapat kita lakukan dengan menggunakan


(42)

25

produk buatan dalam negri dan mewujudkan usaha-usaha dalam membangun bangsa Indonesia.

2.1. 5 Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian ini peneliti mencoba untuk memaparkan hasil penelitan yang judulnya hampir sama dengan judul peneliti pilih.

1. Berdasarkan penelitian pada skripsi saudara Agustinus Tarmadi (2011) dengan

judul “ “Peningkatan prestasi belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif teknik mencari pasangan dalam mata pelajaran IPA semester 1 pada siswa kelas VI A SDN Ngablak 2 tahun pelajaran 2010/2011” dapat dipaparkan bahwa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI A SDN Ngablak tahun pelajaran 2010/2011 dalam mata pelajaran IPA khususnya pada kompetensi dasar mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam (ekosistem). Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan nilai rata-rata ulangan kelas pada kondisi awal 58,45 meningkat pada akhir siklus pertama yaitu 65,56 dan mencapai 71,01 pada akhir siklus kedua.

Dari hasil penelitian diatas peneliti mencoba menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan peneliti mencoba untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2. Berdasarkan penelitian pada skripsi susanti (2009) dengan judul “


(43)

26

tipe berpikir berpasangan dalam mata pelajaran PKn siswa kelas II SD Negeri Tanjung Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 ” dapat dipaparkan bahwa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri Tanjung tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan nilai rata-rata ulangan kelas pada kondisi awal 64 meningkat pada akhir siklus pertama yaitu 69 dan mencapai 75 pada akhir siklus kedua.

Dari hasil penelitian diatas peneliti mencoba menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan peneliti membuat agar siswa menjadi lebih aktif dan merasa senang selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2.1. 6 Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran PKn pendidikan nilai sangatlah penting karena mata pelajaran ini mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai pancasila dan budaya bangsa Indonesia yang dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih baik. Dalam membentuk karakter siswa tersebut, diperlukan suatu sikap sadar atau kesadaran diri akan nilai-nilai yang diterima oleh siswa khususnya mengenai nilai cinta tanah air, karena kesadaran itu sendiri sangat berhubungan erat dengan perilaku dan kepribadian diri seseorang. Akan tetapi, saat ini kesadaran dan rasa nasionalisme pada kalangan generasi muda sudah semakin menipis, hal tersebut dapat dilihat pada kondisi saat ini dimana anak-anak muda sekarang lebih senang dengan hal-hal atau produk-produk impor dan cara berbahasa mereka yang sudah tidak mengindahkan tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu


(44)

27

berdasarkan pengamatan dari peneliti sendiri, pada saat pembelajaran PKn berlangsung guru dalam memberikan materi hanya sekedar konsep saja, penanaman dan penekanan akan nilai-nilai yang diberikan kurang. Padahal menurut Djahiri (1991:6) konsep-konsep Pancasila hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya semata, tetapi dikaji isi pesan, semangat jiwanya (nilai) untuk selanjutnya disampaikan tatanan moralnya. Berhubung kesadaran akan nilai merupakan hal yang penting dalam pembelajaran PKn sebagai pendidikan nilai, maka perlu diusahakan persiapan, perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran Pkn yang sesuai dan mampu meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya.

Belajar PKn tidak hanya dilakukan dengan menghafal melainkan dengan memahami pokok bahasan. Dalam belajar PKn khususnya mengenai materi bangga sebagai bangsa Indonesia dapat diajarkan dengan cara menekankan dan menerapkan pendidikan nilai menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan. Dengan itu, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai dan mengaktifkan siswa dengan menekankan pendidikan nilai pada mata pelajaran PKn menggunakan macam-macam model pembelajaran dan tipe-tipe pembelajaran.


(45)

28 2.1. 5 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1) Ada peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Tidak ada peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match.

2) Ada perbedaan atau lebih tinggi kelompok eskperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match akan kesadaran nilai cinta tanah air. Tidak ada perbedaan atau lebih rendah kelompok kelompok eskperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match akan kesadaran nilai cinta tanah air.


(46)

29 BAB III

METODE PENELITAN

Bab III ini akan membahas mengenai metode penelitian yang telah digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan,waktu penelitian, pelaksanaan penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitias instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental dengan model desain Control Group Experiment, dimana model desain tersebut menggunakan lebih dari satu kelompok yang terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Zainal Arifin, 2011:78), dengan tipe Control group pretest and posttest design. Dalam design ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dikenakan observasi, kelompok eksperimen mendapat perlakuan Xa dengan model pembelajaran kooperatif teknik make a match, sedangkan kelompok kontrol mendapat perlakuan dari Xb hanya dengan metode ceramah dan tanya jawab. Perlakuan Xa dan Xb diamati dalam situasi yang lebih terkontrol yaitu dengan membandingkan selisih (O1-O2 pada kelompok eksperimen) dengan selisih (O3-O4 pada kelompok kontrol). Dalam penelitian ini kelompok eksperimen yang saya gunakan adalah kelas III di SD Kanisius Totogan sedangkan kelompok kontrol yang saya gunakan adalah di kelas III SD Negeri Adisucipto 1 karena kedua sekolah tersebut masih dalam satu lingkup populasi


(47)

30

yang sama dan memiliki karakteristik yang hampir sama dalam hal kemampuan. Untuk kelompok eksperimen sendiri diberi perlakuan atau treatment yakni dengan menekankan pembelajaran PKn menggunakan pendidikan nilai pada mata pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan menggunakan kartu tunggal dan domino. Sedangkan untuk kelompok kontrol sendiri, tidak diberikan perlakuan dengan tidak menekankan pendidikan nilai pada mata pelajaran PKn melainkan melakukan pengamatan terhadap kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan, dilakukan posttest pada masing-masing kelompok. Posttest ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang telah dilakukan pada kelas eksperimen, apakah ada peningkatan atau tidak. Adapun struktur desain control group pretest and posttest design adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan

Keterangan : O1 = hasil observasi pretest kelompok eksperimen

O2 = hasil observasi posttest kelompok eksperimen

O3 = hasil observasi pretest kelompok kontrol

O4 = hasil observasi posttest kelompok kontrol

Xa = perlakuan atau treatment penerapan teknik mencari pasangan atau meke a match

Xb = Perlakuan atau treatment penerapan dengan metode ceramah

O1 Xa O2

O3 Xb O4


(48)

31 3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yaitu bulan Februari-Juli 2013

No Kegiatan Bulan

Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1

Observasi pra penelitian

2 Penyusunan Proposal

3 Permohonan ijin penelitian

4 Pengumpulan data

5 Pengolahan data

6 Penyusunan laporan

√ √ √

7 Ujian skripsi √

8 Revisi √

9 Pembuatan artikel

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian eksperimen ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match. Pada pertemuan pertama dan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 26 maret dan 9 April membahas materi tentang ciri khas bangsa Indonesia menggunakan kartu pasangan tunggal dengan


(49)

32

pembagian kelompok kecil. Pada pertemuan ketiga pada tanggal 16 April 2013 mengenai materi ciri khas bangsa Indonesia dan sikap bangga menjadi anak Indonesia menggunakan kartu domino dengan pembagian kelompok besar. Pertemuan yang terakhir yaitu pertemuan ke empat pada tanggal 23 April mengulang materi secara keseluruhan yang sudah diajarkan dengan membuat kliping secara berkelompok. Perbedaan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan menggunakan kartu pasangan tunggal dan domino ialah kartu pasangan tunggal yaitu kartu yang isinya hanya 1 konsep atau 1 pengertian. Kartu ini akan berhubungan dengan 1 kartu lain yang memiliki keterkaitan pengertiannya. Penggunaan kartu pasangan tunggal ini setiap kelompok terdiri dari masing-masing 6 siswa. Sedangkan kartu domino ialah kartu dengan dua bagian yang masing-masing memiliki pengertian berbeda dan dalam setiap pengertiannya memiliki keterkaitan atau hubungan dengan kartu yang lain. Penggunaan kartu domino ini setiap kelompok terdiri dari 11 siswa. Setelah nantinya setiap kartu bertemu dengan pasangannya maka akan membentuk suatu kesatuan yang nantinya akan dipresentasikan oleh setiap kelompok. Pertemuan pertama dan kedua menggunakan kartu pasangan tunggal dan pertemuan ketiga menggunakan kartu domino.

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Zainal Arifin (2011:215) populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Sedangkan sampel sendiri adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population). Dengan kata lain, jika seluruh anggota populasi


(50)

33

dijadikan sumber data, maka cara ini disebut sensus, tetapi jika hanya sebagian dari populasi disebut sampel. Menurut Sugiyono (2010:117) yang dimaksud dengan populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi yang peneliti ambil adalah kelas III di SD DIY Sleman dan sample yang peneliti gunakan adalah kelas III di SD Negeri Adisucipto 1 dan kelas III di SD Kanisius Totogan. Kelas kontrol terdiri dari 23 siswa kelas IIIA di SD Negeri Adisucipto 1 sedangkan kelas eksperimen terdiri dari 23 siswa di kelas III SD Kanisius Totogan. Kegiatan pembelajaran eksperimen dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan kegiatan pembelajaran kontrol dilakukan oleh guru kelas dan peneliti melakukan pengamatan pada kelas kontrol.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:60). Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel Independen

Variabel independen sering disebut dengan variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) Sugiyono (2010:61).


(51)

34 2) Variabel Dependen

Sugiyono (2010:61) mengemukakan bahwa variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel independen Variabel Dependen

Gambar 3. Bagan Variabel Independen dan Variabel Dependen 3.6 Definisi Operasional

Pada penelitian ini, peneliti membatasi penggunaan istilah-istilah yang berkaitan dengan materi penelitian, yaitu:

1. Kesadaran adalah sikap mawas diri, kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam.

2. Nilai adalah Sesuatu yang abstrak yang memberikan corak pada pola pikiran, sikap dan perasaan.

3. Cinta tanah air adalah Rasa bangga, memiliki, menghargai dan menghormati yang dimiliki oleh setiap individu pada negara tempat dimana ia tinggal. 4. Pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan adalah model pembelajaran

yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa yang lain dalam kelompok, dimana siswa mencari pasangan sambil

mempelajari suatu materi pembelajaran dalam mata pelajaran PKn dengan menggunakan kartu

Nilai Cinta Tanah Air

Penggunaan teknik make a match


(52)

35 3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Teknik Analisis Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan kuesioner yang akan diujikan kepada dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada saat pretest dan posttest.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut dengan variable penelitian (Sugiyono, 2010:148). Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kesadaran akan nilai cinta Tanah Air. Zainal Arifin mengungkapkan bahwa kuesioner adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya. Begitu pula dalam Sukardi (2003:76), kuesioner atau yang disebut dengan angket terdapat bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang harus dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Pada penelitian ini, peneliti akan membagikan kuesioner yang berisikan tentang kesadaran akan nilai cinta tanah air kelas IIIA SD Negeri Adisucipto 1 sebagai kelas kontrol dan SD Kanisius Totogan sebagai kelas eksperimen. Hasil dari kuesioner tersebut peneliti memperoleh data perbandingan tinggi rendahnya kesadaran akan nilai cinta tanah air kelas III di SD Negeri Adisucipto 1 dan SD Kanisius Totogan.

Kuesioner yang peneliti gunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang menghendaki jawaban pendek, atau jawabannya diberikan


(53)

36

dengan membubuhkan tanda tertentu (Faisal, 1982:178). Kuesioner ini terdiri atas lima indikator yang diambil dari (Wahana : 2004). Adapun kelima indikator tersebut sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator kuesioner

No Indikator

1 Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan

2 Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya

3 Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang akan dituju

4 Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan 5 Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang

menjadi tujuan

Dari kelima indikator tersebut, peneliti bersama teman kelompok penelitian kolaboratif dengan judul yang sama melakukan penjabaran menjadi 77 pernyataan yang dibimbing oleh dosen pembimbing. Deskriptor-deskriptor tersebut terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Deskriptor diambil dari buku-buku PKn SD Kelas 3 dengan materi Bangga Sebagai Bangsa Indonesia. Kuesioner ini digunakan berdasarkan Skala Likert. (Sugiyono, 2010:134) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompk orang tentang fenomena sosial. Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan suatu tingkatan. Dalam skala likert ini terdapat empat pilihan alternatif jawaban


(54)

37

diantaranya “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “Sangat Tidak Setuju (STS)”. Berikut ini skor untuk tiap pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable :

1) Pernyataan Favourable, dengan pilihan jawaban dan skor : a. Sangat Setuju (SS) : skor 4

b. Setuju (S) : skor 3

c. Tidak Setuju (TS) : skor 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

2) Pernyataan Unfavourable, dengan pilihan jawaban dan skor: a. Sangat Setuju (SS) : skor 1

b. Setuju (S) : skor 2

c. Tidak Setuju (TS) : skor 3 d. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4

Berikut ini kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden menurut Wahana (2004)

Tabel 4. Kisi- kisi Pernyataan Kuesioner Kesadaran akan Cinta Tanah Air

Kisi

1. Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan

No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable

1 Saya gemar membaca majalah yang berhubungan dengan pelajaran

Saya kurang gemar membaca majalah yang berhubungan dengan pelajaran

2 Untuk menambah wawasan

pengetahuan, saya membeli buku

Internet membuat saya malas untuk membeli buku.


(55)

38 3 Saya menyadari bahwa upacara

bendera merupakan wujud penghargaan kepada pahlawan

Saya malas mengikuti upacara.

4 Saya bersikap jujur Saya tidak peduli ketika baju batik ditiru oleh negara lain

5 Saya menanam pohon di lingkungan rumah

Ada orang yang menebang pohon sembarangan

6 Saya senang merawat binatang Ada pemburu yang menangkap binatang langka untuk diperjualbelikan 7 Saya menangkap ikan dengan

menggunakan jaring.

Ada orang yang mau menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan.

8 Saya terharu menonton berita tentang pembunuhan binatang langka

Ada pemburu yang menangkap gajah untuk diambil gadingnya

9 Menjaga habitat ikan hias Ada orang yang merusak terumbu karang di laut

10 Saya menangkap ikan hias untuk dipelihara

Menangkap ikan hias untuk dijual

11 Saya suka budaya daerah lain Saya kurang suka budaya daerah lain 12 Segala makanan dari negara asing tidak

menyehatkan

Saya gemar makan makanan dari negara lain


(56)

39

2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudkannya

No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable

1 Saya sangat bersemangat untuk mengikuti upacara

Saya kurang tertarik untuk mengikuti upacara

2 Merawat bunga di taman sekolah Merusak bunga di taman sekolah

3 Menghibur teman yang sedih Saya tidak akan peduli jika ada teman yang sedih

4 Saya memahami gaya bicara teman-teman sesuai dengan ciri khasnya

Saya kurang suka dengan cara bicara teman dari daerah lain

3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudnya nilai yang akan dituju.

No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable

1 Saya membeli majalah yang mendukung pelajaran di sekolah

Saya membaca majalah yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran

2 Saya menyanyikan lagu Indonesia Raya

Saya suka menyanyikan lagu pop daripada lagu kebangsaan

3 Menghormati bendera merah putih Saya merasa lelah jika mengikuti upacara

4 Hafal pancasila Jika upacara berlangsung, saya tidak mengikuti pembacaan sila-sila pancasila 5 Berpakaian dengan rapi dan sopan Saya memakai pakaian seragam tidak


(57)

40 6 Mengikuti kerja bakti di lingkungan

sekitar

Lebih baik menonton film kartun kesukaan saya, daripada mengikuti kerja bakti di lingkungan sekitar

4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan

No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable

1 Saya mengikuti upacara dengan khidmat

Saat mengikuti upacara, saya selalu berbicara dengan teman

2 Saya suka makan makanan tradisional Saya malu membawa bekal makanan tradisional ke sekolah

3 Saya menghargai semboyan bangsa Indonesia

Saya tidak mengetahui semboyan bangsa Indonesia

4 Bersikap ramah kepada setiap orang Kurang peduli dengan orang lain 5 Saya selalu menghormati orangtua Tidak menuruti nasihat orangtua

6 Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

Mencorat-coret dinding sekolah

7 Kita wajib melestarikan kebudayaan daerah

Saya menyukai seni pertunjukkan modern (teater, band, dll)

8 Saya bersedia apabila dipilih menjadi petugas upacara

Saya akan menolak jika dipilih menjadi petugas upacara


(58)

41

5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang menjadi tujuan

No Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable

1 Saya mematuhi peraturan sekolah Saat pelajaran berlangsung, saya membolos dan main play station

2 Jika ada jam kosong, saya membaca buku di perpustakaan

Saya akan bermain, jika ada jam kosong di sekolah

3 Saya bertanggung jawab dengan tugas saya

Menyontek PR dari teman

4 Saya dengan bangga memakai sepatu buatan Indonesia

Saya tidak bangga memakai sepatu buatan Indonesia

5 Menerima tamu dengan ramah dan santun

Saya kurang ramah dengan tamu.

6 Menolong orang yang sedang kesusahan

Saya akan menolong dengan mengharapkan imbalan

7 Setiap sore saya suka menyirami tanaman

Saya merusak tanaman di lingkungan rumah

8 Memberi selamat pada teman yang berbeda agama dan suku bangsa

-

9 Menghormati orang yang berpuasa -

Berdasarkan kisi-kisi penyusunan kuesioner kesadaran akan nilai cinta tanah air di atas, maka disusun sebaran item kuesioner sebagai berikut.


(59)

42

Tabel 5.Sebaran Item Uji Coba Kuesioner Kesadaran akan Cinta Tanah Air.

No. Indikator

Pernyataan favourable Pernyataan unfavourable Jumlah pernyataan favourable Jumlah pernyataan unfavourable TTotal

1 Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan. 1,2,3,4,5,6,7, 8,9,10,11 40,41,42,43,4 4,45,46,47,48 ,49,50,51,52

11 13 24

2 Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk

mewujudkann ya.

12,13,14,15 53,54,55,56 4 4 8

3 Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan

16,17,18,19, 20,21

57,58,59,60,6 1,62


(60)

43 demi

terwujudnya nilai yang akan dituju. 4 Menyadari

sikap yang diperlukan demi

terwujudnya nilai yang diharapkan.

22,23,24,25, 26,27,28,29

63,64,65,66,6 7,68,69,70

8 8 16

5 Menyadari tindakan yang perlu

dilakukan demi

terwujudnya nilai yang menjadi tujuan.

30,31,32,33, 34,35,36,37, 38,39

71,72,73,74,7 5,76,77


(61)

44 3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.8.1 Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya Aswar (1997:5). Sedangkan Arikunto (2009: 65) Validitas merupakan kesahihan soal/instrumen. Validitias sebuah tes adalah sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:244). Validitas tes terbagi menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria. Djemari Mardapi (2007: 16) Validitas merupakan penafsiran skor tes seperti yang tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes tersebut digunakan lebih dari satu makna, setiap penafsiran atau pemaknaan harus divalidasi. Suharsimi Arikunto (1986:57) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut

diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”.

Sebenarnya validitas ini bukan ditekankan pada tes itu sendiri tetapi pada hasil atau skornya.

Validitas sebuah tes adalah sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:244). Adapun macam-macam validitas tes yaitu Validitas isi (content validity)

Validitas isi yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat ukur pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur.

a. Validitas konstruksi atau konsep (construct or concept validity)

Validitas konstruksi yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi


(62)

45

isi tes atau alat pegukur tes atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya tes.

b. Validitas kriteria (criterion-related validity)

Validitas kriteria yaitu suatu validitas yang memperhatikan hubungan yang ada antara tes atau alat pengukur dengan pengukur lain yang berfungsi sebagai kriteria atau bahan pembanding.

Penelitian ini menggunakan jenis validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi termuat dalam instrumen yang berbentuk pernyataan mengenai kesadaran nilai cinta tanah air yang terdiri dari 77 pernyataan antara favourable dan unfavourable, sedangkan validitas konstruk termuat dalam kisi-kisi soal. Validitas ini ditempuh melalui expert judgment. Ekpert Judgment dilakukan dengan cara menanyakan pada ahli, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk menanyakan pada dosen pembimbing dan guru kelas. Peneliti membuat instrumen soal-soal yang telah dikonsultasikan pada dosen pembimbing, kepala sekolah, dan guru kelas dan diujikan pada siswa. Kisi-kisi yang dibuat sebaiknya pada apa yang diukur pada penelitian ini. Dalam hal ini peneliti membuat 77 pernyataan yang nantinya akan di ujicobakan pada siswa kelas III di SD Negeri Adisucipto 1 sebagai kelas kontrol, yang kemudian dihitung untuk dicari kevalidannya dan pernyataan yang valid akan diujicobakan di kelas eksperimen yaitu siswa kelas III SD Kanisius Totogan. Setelah itu peneliti menghitung validitas tersebut menggunakan program SPSS 16, dengan hasil perhitungan sebagai berikut :


(63)

46

Tabel 6.Kisi- kisi Pernyataan Kuesioner untuk Mencari Validitas Item SD

No. Indikator

Jumlah pernyataa n favourable Jumlah pernyataan unfavourable Jumlah Keterangan Valid Tidak Valid

1 Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan .

11 13 24 1,5,9,40,

43,44, 50,51,52 2,3,4,6,7,8, 10,11,41,42, 45,46,47,48, 49

2 Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk mewujudk

4 4 8 12,13,14,

15, 53,54,55


(64)

47 annya.

3 Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi terwujudny a nilai yang akan dituju.

6 6 12 17,18,21,

59,60,62

16,19,20,57, 58,61

4 Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudny a nilai yang diharapkan .

8 8 16 24,25,26,

27,29, 65,66,67 ,68,70

22,23,28,63, 64,69


(65)

48 tindakan

yang perlu dilakukan demi terwujudny a nilai yang menjadi tujuan.

35,36,37, 38,71,73, 74,75,77

76

Jumlah 39 38 77 44 33

Untuk mempermudah perhitungan validitas isi, maka peneliti menggunakan program SPPS 20, dengan kriteria suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila harga probabilitas yang terungkapkan dalam Sig. (2-tailed) di bawah 0,05 ( p<, 0,05). Pengujian validitas tidak hanya tiap variabel melainkan rincian tiap aspek, hasil pengujian ini diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 7 : Hasil Uji Validitas

No Pernyataan

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

Keputusan

1 Saya gemar membaca majalah yang berhubungan dengan pelajaran

0,721** 0,000 Valid

2 Untuk menambah wawasan

pengetahuan, saya membeli buku

0,379 0,082 Tidak


(66)

49 3 Saya menyadari bahwa upacara

merupakan wujud penghargaan kepada pahlawan

0,259 0,245 Tidak

Valid

4 Saya bersikap jujur 0,180 0,422 Tidak

Valid 5 Saya menanam pohon di

lingkungan rumah

0,744** 0,000 Valid

6 Saya senang merawat binatang 0,305 0,168 Tidak Valid 7 Saya menangkap ikan dengan

menggunakan jaring

-0,144 0,522 Tidak

Valid 8 Saya terharu menonton berita

tentang pembunuhan binatang langka

0,003 0,991 Tidak

Valid

9 Menjaga habitat ikan hias 0,560** 0,000 Valid 10 Saya menangkap ikan hias untuk

dipelihara

-0,331 0,133 Tidak

Valid 11 Segala makanan dari negara asing

tidak menyehatkan

0,003 0,990 Tidak

Valid 12 Saya sangat bersemangat untuk

mengikuti upacara

0,677 ** 0,001 Valid

13 Merawat bunga di taman sekolah 0,693** 0,000 Valid 14 Menghibur teman yang sedih 0,594** 0,004 Valid 15 Saya memahami gaya bicara 0,504* 0,017 Valid


(67)

50 teman-teman sesuai dengan ciri khasnya

16 Saya membeli majalah yang mendukung pelajaran di sekolah

0,263 0,236 Tidak

Valid 17 Saya menyanyikan lagu Indonesia

Raya

0,736** 0,000 Valid

18 Menghormati bendera merah putih

0,710** 0,000 Valid

19 Hafal pancasila 0,237 0,288 Tidak

Valid 20 Berpakaian dengan rapi dan

sopan

0,217 0,333 Tidak

Valid 21 Mengikuti kerja bakti di

lingkungan sekitar

0,670** 0,001 Valid

22 Saya mengikuti upacara dengan khidmat

0,409 0,059 Tidak

Valid

23 Saya suka makan makanan tradisional

0,103 0,648 Tidak

Valid 24 Saya menghargai semboyan

bangsa Indonesia

0,677** 0,001 Valid

25 Bersikap ramah kepada setiap orang

0,729** 0,000 Valid

26 Saya selalu menghormati orang tua


(68)

51 27 Menjaga kebersihan lingkungan

sekolah

0,454** 0,034 Valid

28 Kita wajib melestarikan kebudayaan daerah

0,413 0,056 Tidak

Valid 29 Saya bersedia apabila dipilih

menjadi petugas upacara

0,562** 0,007 Valid

30 Saya mematuhi peraturan sekolah 0,599** 0,003 Valid 31 Jika ada jam kosong, saya

membaca buku di perpustakaan

0,512 0,015 Tidak

Valid 32 Saya bertanggung jawab dengan

tugas saya

0,506* 0,016 Valid

33 Saya dengan bangga memakai sepatu buatan Indonesia

0,204 0,363 Tidak

Valid

34 Menerima tamu dengan ramah dan santun

0,232 0,299 Tidak

Valid 35 Menolong orang yang sedang

kesusahan

0,493* 0,020 Valid

36 Setiap sore saya suka menyirami tanaman

0,603** 0,003 Valid

37 Memberi selamat pada teman yang berhasil dalam lomba olimpiade matematika

0,744** 0,000 Valid

38 Saya bersahabat dengan teman yang berbeda agama dan suku


(69)

52 bangsa

39 Menghormati orang yang berpuasa

0,180 0,422 Tidak

Valid 40 Saya kurang gemar membaca

majalah yang berhubungan dengan pelajaran

0,520** 0,013 Valid

41 Internet membuat saya malas untuk membeli buku

0,312 0,158 Tidak

Valid 42 Saya malas mengikuti upacara 0,106 0,639 Tidak Valid 43 Saya tidak peduli ketika baju

batik ditiru oleh negara lain

0,616** 0,002 Valid

44 Saya melempar kesalahan pada orang lain

0,514** 0,014 Valid

45 Ada orang yang menebang pohon sembarangan

0,031 0,890 Tidak

Valid 46 Ada pemburu yang mau

menangkap binatang langka untuk diperjualbelikan

-0,164 0,465 Tidak

Valid

47 Ada orang yang mau menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan

0,404 0,602 Tidak

Valid

48 Ada pemburu yang menangkap gajah untuk diambil gadingnya

0,135 0,548 Tidak


(70)

53 49 Ada orang yang merusak terumbu

karang di laut

0,382 0,079 Tidak

Valid 50 Menangkap ikan hias di laut

untuk dijual

0,692** 0,000 Valid

51 Saya kurang suka budaya daerah lain

0,568** 0,006 Valid

52 Saya gemar makan makanan dari negara lain

0,770** 0,000 Valid

53 Saya kurang tertarik mengikuti upacara

0,602** 0,003 Valid

54 Merusak bunga di taman sekolah 0,056 0,806 Tidak Valid

55 Saya tidak akan peduli jika ada teman yang sedih

0,683** 0,000 Valid

56 Saya kurang suka dengan cara bicara teman dari daerah lain

0,577** 0,005 Valid

57 Saya membaca majalah yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran

0,305 0,167 Tidak

Valid

58 Saya suka menyanyikan lagu pop daripada lagu kebangsaan

0,180 0,423 Tidak

Valid 59 Saya merasa lelah jika mengikuti

upacara

0,515* 0,014 Valid

60 Jika upacara berlangsung, saya tidak mengikuti pembacaan


(71)

54 sila pancasila

61 Saya memakai pakaian seragam tidak sesuai dengan peraturan sekolah

-0,035 0,878 Tidak

Valid

62 Lebih baik menonton film kartun kesukaan saya, daripada

mengikuti kerja bakti di lingkungan sekitar

0,672** 0,001 Valid

63 Saat mengikuti upacara, saya selalu berbicara dengan teman

0,333 0,130 Tidak

Valid 64 Saya malu membawa bekal

makanan tradisional ke sekolah

0,272 0,212 Tidak

Valid 65 Saya tidak mengetahui semboyan

bangsa Indonesia

0,512** 0,015 Valid

66 Kurang peduli dengan orang lain 0,669** 0,001 Valid 67 Tidak menuruti nasihat orang tua 0,526** 0,012 Valid 68 Mencorat-coret dinding sekolah 0,531** 0,011 Valid 69 Saya menyukai seni pertunjukkan

modern (teater,band, dll)

0,227 0,310 Tidak

Valid 70 Saya akan menolak jika dipilih

menjadi petugas upacara

0,599** 0,003 Valid

71 Saat pelajaran berlangsung, saya membolos dan main play station

0,817** 0,000 Valid


(72)

55

kosong di sekolah Valid

73 Mencontek PR dari teman 0,454* 0,034 Valid

74 Saya tidak bangga memakai sepatu buatan Indonesia

0,533* 0,011 Valid

75 Saya kurang ramah dengan tamu 0,629** 0,002 Valid 76 Saya akan menolong dengan

mengharapkan imbalan

0,301 0,173 Tidak

Valid 77 Saya merusak tanaman di

lingkungan rumah

0,593** 0,004 Valid

Dari tabel di atas, dapat diperoleh hasil pernyataan yang valid sebanyak 44 pernyataan dari 77 pernyataan yang dihitung menggunakan SPSS 20. Berikut, tabel hasil item valid yang berisi 44 pernyataan.

Tabel 8. Hasil Item yang Valid No Indikator Pernyataan Pearson

Correlation

Sig. (2-tailed)

Keputusan

1 Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan. Saya gemar membaca majalah yang berhubungan dengan pelajaran

0,721** 0,000 Valid

Saya menanam pohon di lingkungan


(1)

199

Lampiran 13

Surat Ijin Penelitian


(2)

200

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

201

Lampiran 14


(4)

202

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

203

Lampiran 15


(6)

204

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ima Hermita merupakan anak ke empat dari pasangan Yustinus Sudarwoto dan Lucia Sri Purwanti. Lahir di Magelang, 09 Mei 1991. Pendidikan awal dimulai di SD Negeri 1 Pucanganom Srumbung Magelang pada tahun 2000-2005. Dilanjutkan ke jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Muntilan pada tahun 2005-2007. Tahun 2007-2009 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Kristen Bentara Wacana Muntilan. Kemudian menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma pada Progam Studi Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2009. Selama menempuh pendidikan sudah banyak kegiatan organisasi yang diikuti oleh penulis, antara lain saat SMP penulis mengikuti OSIS dan pengurus Dewan Penggalang SMP Negeri 2 Muntilan. Saat SMA penulis mengikuti OSIS. Saat Perguruan Tinggi menjadi panitia misa akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada siswa kelas III SD Negeri Sarikarya semester genap tahun ajaran 2013/2014.

1 2 336

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD N Adisucipto 1 tahun ajaran 2012/2013.

0 0 221

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2012/2013.

0 0 225

Pengaruh penggunaan model pembelajarn berbasis masalah terhadap tingkat kesadaran akan nilai globalisasi pada mata pelajaran PKn kelas IV SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2012/2013.

0 0 132

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD N Adisucipto 2.

0 0 213

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD N Adisucipto 1 tahun ajaran 2012 2013

0 0 219

Pembelajaran PKN dengan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air siswa kelas III SD N Adisucipto 2 - USD Repository

0 0 211

Pengaruh model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran PKn terhadap kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air di SD Kanisius Sengkan Yogyakarta - USD Repository

0 0 206

Penerapan pembelajaran pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai organisasi pada siswa kelas V SD Kanisius Totogan tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository

0 1 178

Penerapan pembelajaran pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai cinta tanah air pada siswa kelas III Sd Kanisius Totogan tahun ajaran 2013/2014 - USD Repository

0 0 177