ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR : Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI
DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh:
Itan Tanjilurohmah 0903592
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
2013
ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI
DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR (Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi
Kabupaten Tasikmalaya)
Oleh: Itan Tanjilurohmah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Itan Tanjilurohmah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
(3)
dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnyatanpa ijin dari penulis.
ITAN TANJILUROHMAH
ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI
DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Drs. Sumardi, M.Pd. NIP. 195707191984031001
Pembimbing II,
Dra. Ade Rokhayati, M.Pd. NIP. 195201011982112001
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya
(4)
Drs. Rustono WS, M.Pd. NIP. I95206281981031001
(5)
Itan Tanjilurohmah,2013
ABSTRAK
ANALISIS TENTANG PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR BERVARIASI
DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
(Penelitian Deskriptif di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya)
Studi Deskriptif Tentang Penggunaan Keterampilan Dasar Mengajar Bervariasi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Latar belakang masalah disini adalah lemahnya proses pembelajaran, contohnya siswa kurang di ajarkan untuk aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dikarenakan kebosanan dan kejenuhan siswa yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman keterampilan dasar mengajar guru terlebih pada keterampilan mengadakan variasi. Rumusan masalahnya adalah bagaimana cara guru dalam menggunakan ketarampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Penelitian ini difokuskan pada keterampilan mengadakan varaiasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi. Landasan teori yang mendukung adalah kebiasaan mengajar, teori belajar dan pembelajaran serta 8 keterampilan mengajar khususnya keterampilan mengadakan variasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang dilakukan secara wajar, apa adanya yang sesuai dengan kondisi objek di lapangan tanpa adanya rekayasa. Pada hakekatnya metode deskriptif ini hanya mencari teori, bukan menguji teori. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar di kelas tinggi di SDN Sirnasari. Pengumpilan data dilakukan langsung oleh penulis. Untuk memperoleh data yang objektif, penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisa data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Temuan hasil penelitian ini meliputi: keterampilan dasar mengajar yang dilakukan guru khususnya keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas tinggi sudah sangat dikuasai oleh para guru. Akan tetapi ada salah satu komponen variasi yang jarang digunakan, yaitu variasi dalam media dan alat peraga. Dikarenakan fasilitas yang dipakai guru hanyalah fasilitas yang ada di sekolah saja. Tetapi secara garis besarnya dapat disimpulkan bahwa penggunaan keterampilan mengadakan variasi di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya dikategorikan baik.
(6)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa. Pendidikan berlangsung di berbagai tempat dan lingkungan, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Sudah menjadi kepentingan dan kebutuhan bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia ini. Apalagi di era globalisasi ini, pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang selalu diusahakan peningkatannya sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti berbagai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam buku yang berjudul Landasan Pendidikan menurut (Syaripudin, 2007:21) “Pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan manusia yang bersifat multi dimensi”. Dalam arti sempit, pendidikan hanyalah berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa atau mahasiswa pada suatu lembaga. Pendidikan terbentuk dalam bentuk pengajaran yang terstruktur dan bersifat formal. Lamanya pendidikan untuk setiap individu bervariasi. Sedangkan dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun, dan dimana pun individu itu berada.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1).
Definisi Pendidikan secara umum lainnya adalah “segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan” (Notoatmodjo, 2003:16). Kualitas pendidikan di negara kita ini masih sangat memprihatinkan dan jauh dari harapan. Padahal pendidikan mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap segala bidang kehidupan
(7)
dan perkembangan manusia. Pendidikan sangat menentukan model manusia yang dihasilkannya.
Sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yakni (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional1 (Mulyasa, 2008:3).
Hanya melalui pendidikan manusia dapat terbebas dari belenggu kebodohan yang berkepanjangan. Melalui pendidikan juga akan terlahir sumber daya manusia yang akan mempunyai prestasi yang membanggakan negara Indonesia ini. Diharapkan dengan sumber daya manusia yang berkualitas mampu membuat suatu negara menjadi besar, kuat, dan bermartabat yang pada akhirnya terciptalah kemakmuran, kesejahteraan, dan kemajuan di segala bidang. Menurut Tilaar dalam Mulyasa (2001) terdapat enam masalah pokok sistem pendidikan nasional, yaitu:
1. Menurunnya akhlak dan moral peserta didik 2. Pemerataan kesempatan belajar
3. Masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan 4. Status kelembagaan
5. Manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional
6. Sumber daya yang belum profesional
Melihat hal tersebut, perlu sekali dilakukan penataan pada sistem pendidikan secara menyeluryuh terutama pada kualitas pendidikan yang sangat menjamin sekali pada kesejahteraan. Dengan demikian, dalam pendidikan sangat mengedepankan kreativitas pada setiap manusia agar dapat tumbuh rasa kemadirian dan rasa kewirausahaan pada dirinya. Masih menurut Soekidjo Notoatmodjo, mengungkapkan tiga tujuan pendidikan, diantaranya: 1. Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep 2. Mengubah sikap dan persepsi
3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru
Pendidikan formal berlangsung dari yang terendah PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas tercipta melalui mutu pendidikan yang diperoleh di sekolah. Sekolah Dasar
(8)
memegang peranan yang sangat penting dalam suatu institusi. Dikatakan penting karena Sekolah Dasar merupakan pendidikan dasar yang formal bagi anak. Di lembaga ini anak pertama kali mengenal berbagai keterampilan dasar seperti menulu, membaca, dan menghitung. Pendidikan tidak lepas dari belajar, mengajar dan pembelajaran. Belajar merupakan perubahan perilaku dimana perubahan perilaku itu dilakukan secara sadar dan bersifat menetap. Mengajar berarti menyerahkan atau manyampaikan ilmu pengaetahuan atau keterampilandan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan cara-cara tertentu sehingga ilmu -ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain. Sedangkan pembelajaran merupakan proses transaksional antara guru dengan siswanya sebagai timbal balik dalam belajar.
Untuk menghasilkan calon guru yang profesional sebelum praktik belajar mengajar di sekolah calon guru perlu di latih mengembangkan keterampilan dasar mengajar dengan di berikan kesempatan mengembangkan gaya mengajarnya sendiri dan mengurangi atau menghilangkan kesalahan-kesalahan yang paling mencolok. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama, figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan mempengaruhi cara guru itu mengajar. Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku, kedua bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran yang meliputi beberapa aspek diantaranya aspek kognitif, efektif dan otorik. Kondisi pembelajaran tersebut merupakan pencapaian tujuan yang diharapkan oleh seorang guru, maka dari itu guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memngkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran tersebut.
(9)
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa di dukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Sebagai pengajar atau pendidik guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Adanya peningkatan dalam mutu pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Kualitas pembelajaran pun sangat ditentukan oleh keprofesionalan guru dalam memberikan atau mentransfer pembelajaran kepada siswa. Seorang guru yang baik adalah guru yang mampu mewujudkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman menuntut ilmu bersama gurunya. Untuk kepentingan sekolah memiliki guru yang professional merupakan kunci keberhasilan proses pembelajaran guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik. Berarti guru bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai landasan kependidikan. Pada hakekatnya dalam pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik apabila guru menguasai keterampilan dasar mengajar. Seperti dalam buku yang berjudul “Belajar dan Pembelajaran SD” menurut Hernawan, dkk (2007:199) bahwa ada delapan keterampilan dasar mengajar, diantaranya:
(1) Keterampilan bertanya;
(2) Keterampilan memberikan penguatan (3) keterampilan mengadakan variasi (4) Keterampilan menjelaskan;
(5) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (6) Keterampilan membimbing diskusi;
(7) Keterampilan mengelola kelas; dan (8) Keterampilan mengajar kelompok kecil.
(10)
Oleh karena itu, dalam langkah penguasaan komponen perbuatan mengajar, calon guru perlu berlatih secara persial artinya setiap komponen perbuatan mengajar itu perlu dikuasai melalui latihan secara terpisah-pisah. Salah satu ketrampilan dasar mengajar yang harus di kuasai oleh seorang guru atau pengajar adalah ketrampilan mengadakan variasi. Salah satu komponen belajar mengajar adalah keterampilan-ketarmpilan dasar mengajar termasuk di dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang dialami siswa dalam kegiatan atau proses pembelajaran dan juga untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik serta materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi namun, dengan harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala kecerahan bagi para siswa. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak seusia siswa SD, maka dalam penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran IPS harus mulai dari nyata (konkrit) ke abstrak, dari mudah ke sulit, dari dekat kejauh. Dengan kata lain, mulailah apa yang ada pada atau di sekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis siswa usia SD berada dalam dunia bermain. Hal ini merupakan hal positif dalam kegiatan seorang guru di dalam kelas khusunya pada pembelajaran IPS. Jika beberapa keterampilan tersebut tercapai secara optimal dalam pembelajaran IPS yang diselenggarakan guru adalah pembelajaran IPS yang benar-benar efektif.
Tetapi pada kenyataannya pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada pembelajaran IPS pada saat ini kurang optimal. Masih saja kegiatan mengajar itu didominasi dengan sistem yang monoton dan menjenuhkan bagi siswa, Kurang memberikan rangsangan untuk siswa di kehidupan sehari-hari. Selain itu pun masih ada yang kurang terampil menggunkan alat peraga sederhana saat pembelajaran IPS berlangsung. penggunaan metode, strategi, dan pendekatan pun masih kurang optimal. Dan sudah menjadi hal yang tak aneh ketika banyak orang yang mengatakan bahwa pembelajaran IPS itu
(11)
adalah pelajaran yang tidak mengasikkan dan jenuh. Dalam penyampaiaan materi juga, kurangnya guru dalam pemberian variasi mengajar. Penguasaan keseluruh aspek keterampilan dasar mengajar cukup dikuasai oleh guru di SDN Sirnasari apalagi dalam keterampilan mengadakan variasi. Dalam mengajar guru di SDN Sirnasari selalu menggunakan keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajarannya khususnya pembelajaran IPS dikelas tinggi. Tetapi ada salah satu komponen yang jarang digunakan, yaitu komponen variasi dalam media dan alat peraga. Para guru di SDN Sirnasari hanya menggunakan media yang telah tersedia di sekolah saja. Tetapi sesekali mereka juga selalu membuat media dan alat peraga yang variatif guna menunjang dalam pembelajarannya. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki cara pembelajaran terhadap siswa khususnya pada pembelajaran IPS. Hal ini menyatakan bahwa guru di sini harus mempunyai pengetahuan dan strategi-strategi pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPS yang sangat menyenangkan dan dalam hal pembelajaran juga guru harus memberikan variasi agar pembelajaran IPS tidak menjenuhkan siswa. Karena pembelajaran IPS pada kenyataannya lebih menekankan pada pengalaman-pengalaman belajar yang nyata melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses, kepribadian individu maupun sosial, dan lebih menekankan pada fakta-fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Mengacu pada permasalahan diatas penulis mengambil judul “Analisis Tentang Penggunaan Keterampilan Dasar Mengajar Bervariasi dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi dan Analisis Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Masih terdapatnya masalah yaitu, kebiasaan mengajar guru yang hanya menggunakan metode dan strategi yang tidak mengajak siswa untuk aktif.
(12)
b. Rendahnya kinerja yang dimiliki para guru sehingga loyalitas kerja guru kurang memuaskan.
c. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memahami keterampilan dasar mengajar.
d. Masih rendahnya kemampuan guru dalam mengadakan variasi pada setiap pembelajarannya.
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah guru yang mengajar di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya selalu menggunakan keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS?
2. Bagaimana cara penggunaan keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kebupaten Tasikmalaya?
3. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam menggunakan keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
Memperhatikan rumusan masalah yang telah disampaikan diatas, maka tujuan dalm penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui digunakan tidaknya keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
2. Mengetahui cara penggunaan keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kebupaten Tasikmalaya.
3. Mengungkap faktor penghambat dalam menggunakan keterampilan mengadakan variasi pada pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
(13)
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat khususnya untuk seorang guru, siswa dan peneliti diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan perkembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya motivasi kerja, kepuasan kerja, inovasi dalam pembelajaran, dan prestasi kerja guru, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru
a. Memberikan masukan yang positif dan menambahkan pengalaman dalam pembelajaran IPS sehingga guru senantiasa dapat memahami pentingnya mengadakan keterampilan variasi dalam setiap pembelajaran.
b. Upaya membenahi diri sejauh mana peningkatan cara mengajar di dalam kelas.
c. Supaya lebih dapat memahami keterampilan dasar mengajar dan memberikan masukan tentang keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran.
b. Bagi Siswa
Menambah pengalaman belajar yang baru, inovatif, variatif, dan menyenangkan yang dapat membuat siswa lebih termotivasi, lebih aktif, dan lebih bersemangat dalam pembelajaran IPS di kelas.
c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas pada saat memahami keterampialan dasar mengajar khususnya pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
d. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru
(14)
dalam memperbaiki proses pembelajaran dan memecahkan masalah pembelajaran sehingga tercipta situasi pendidikan yang kondusif.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam penelitian ini disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran yang tercantum disetiap bab. Didalam sikripsi ini terdiri atas 5 bab. Setiap bab berisi tentang pembahasan yang sesuai dengan fokus dari setiap bab.
Bab I yaitu Pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian menjelaskan dasar-dasar dilaksanakannya penelitian berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Perumusan masalah penelitian berisi identifikasi masalah yakni mengkaji lebih dalam terkait permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian, rumusan masalah yakni terdiri dari rumusan masalah umum dan rumusan masalah khusus. Rumusan masalah umum merupakan paparan berdasarkan identifikasi masalah yang dirumuskan secara umum. Rumusan masalah khusus merupakan pengkhususan masalah yang akan diteliti, yakni mengspesifikan permasalahan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dengan melaksanakan penelitian. Tujuan penelitian berisi hal-hal yang akan dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi penjelasan tentang manfaat yang akan didapat dari hasil penelitian ini. Baik bagi penulis, maupun bagi pembaca. Struktur organisasi skripsi yakni berisi deskripsi sistematika penulisan laporan penelitian ini.
Bab II yaitu Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran.. Di dalamnya berisi kajian terhadap teori-teori bahkan konsep-konsep yang berkaitan dengan bidang kajian penelitian ini. Sumber-sumber pustaka yang dikumpulkan digunakan sebagai landasan proses, dan analisis data hasil penelitian. Kerangka pemikiran merupakan pola berpikir peneliti terkait proses dilakukannya penelitian ini.
(15)
Bab III yaitu Metode Penelitian, yakni di dalamnya merupakan penjabaran konsep-konsep, alur, dan teknik-teknik yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian. Diantaranya metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Metode penelitian berisi terkait cara yang dilakukan dalam penelitian seperti halnya penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif berdasarkan pendekatan kualitatif. Lokasi dan subjek penelitian didalamnya menjelaskan terkait hal-hal baik perantara maupun yang menjadi fokus dalam penelitian. Desain penelitian yakni berisi alur penelitian dari mulai perencanaan hingga pelaporan. Definisi operasional variabel merupakan menjabaran definisi-definisi terkait maksud penelitian ini. Instrumen penelitian yakni menjabarkan teknik ataupun alat yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yakni mendeskripsikan cara-cara peneliti dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik analisis data yakni berisi deskripsi cara-cara peneliti dalam menganalisis dan mengolah data yang terkumpul sebagai bahan penulisan bab IV.
Bab IV yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan. Didalam bab ini mendeskripsikan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Deskripsi hasil analisis data yang terkumpul merupakan sebagai laporan akhir dan jawaban dari pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah penelitian. Sehingga dari hasil pembahasan ini dapat ditarik kesimpulan dalam bab V.
Bab V yaitu Kesimpulan dan Saran, merupakan rincian kesimpulan dari hasil penelitian. Sehingga dari kesimpulan ini akan diperoleh rekomendasi berupa saran terhadap hal yang menjadi masalah dalam penelitian.
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Metode penelitian juga merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti dan dibandingkan dengan teori yang sesuai dengan masalah penelitian.
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi” (Sugiyono, 2012:1).
Metode ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas atau fenomena. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang utuh, dinamis, dan penuh makna. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, tidak menekankan pada generalisasi tetapi lebih menekankan pada makna. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang ilmiah. Objek yang ilmiah adalah objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga
(17)
kondisi pada saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek, dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.
“Pendekatan kualitatif dikenal mempunyai bermacam nama dalam beberapa disiplin ilmu. Antropologi menamakan etnografi kepada pendekatan kualitatif; Sosiologi menyebutkan versthen atau pengamatan terlibat; Psikologi dengan folklor. Linguistik, etnomuskologi, etnometodologi, dan banyak disiplin ilmu lainnya, menggunakan istilah-istilah seperti studi kasus, interpretative inquiry, natural inquiry, dan
phenomenology sebagai sebutan dati pendekatan kualitatif” (Patilima,
2011:2).
Dalam metode kualitatif dapat digunakan scope/lingkup yang paling kecil, yaitu satu sisi sosial sampai masyarakat yang luas. Temuan dalam penelitian kualitatif bisa yang sesederhana sampai yang kompleks, terjadi pada peristiwa tunggal maupun majemuk, kecil atau besar. Spradley (1980) dalam Sugiyono (2012:20) mengemukakan lingkup penelitian kualitatif seperti ditunjukan pada gambar 3.1
SCOPE OF RESEARCH SOCIAL UNITS STUDIES
Macro
Micro
Complex Society (masyarakat yang kompleks)
Multiple communities (beberapa kelompok masyarakat)
A single community study (sekelompok masyarakat)
Multiple social institutions (beberapa lembaga sosial)
A single social institution (satu lembaga sosial) Multiple social situation (beberapa situasi sosial)
Single social situation (satu situasi sosial)
Tabel 3.1
(18)
Terbukti bahwa metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti suatu situasi yang sangat mikro yaitu satu situasional, sampai yang makro masyarakat luas yang komplek.
“Metode kalitatif lebih berdasarkan pada fenomena yang mengutamakan penghayatan. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata-kata menurut pendapat responden, apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis pula dengan kata-kata yang melatarbelakangi responden” (Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009:130).
Metode pada penelitian ini memberikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebagai pertanyaan penelitian bukan hanya mencangkup apa, siapa, dimana, kapan, nbagaimana, dan mengapa tetapi semua yang ada yang ada dalam subjek penelitian tersebut yang termasuk kedalam masalah yang sedang diteliti. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001:197-199) yang menegaskan bahwa ada lima ciri pokok dari penelitian kualitatif, yaitu :
1. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung.
2. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif-analitik.
3. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. 4. Penelitian kualitatif sifatnya induktif.
5. Penelitian kualitatif mengutamakan makna.
Menurut Merriam yang dikutip oleh John W. Creswell dalam bukunya Hamid Patilima (2011:60), ada enam asumsi dalam pendekatan kualitatif yang perlu diperhatika oleh peneliti, yaitu:
1. Peneliti kualitatif lebih menekankan perhatian pad proses, bukan pada hasil atau produk;
2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna-bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal;
3. Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen manusia, bukan melalui inventaris daftar pertanyaan atau alat lainnya;
4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan. Peneliti secara fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi atau institusi, untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya; 5. Peneliti kualitatif bersifat deskriftif dalam arti peneliti tertarik proses,
makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar; dan 6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti
(19)
Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu. Sehingga peneliti hanya bekerja dengan informasi-informasi data dan didalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik. Penelitian kualitatif juga sering disebut naturalistik karena karena situasi dilapangan bersifat natural, wajar, apa adanya, tanpa dimanipulasi atau diukur dengan eksperimen atau tes. Peneliti menggunakan metode kualitatif sebenarnya bukan karena selera peneliti atau pembimbing, tetapi sesungguhnya penelitian kualitatif lebih bersifat eksploratif dan peneliti menggunakan pendekatan tersebut untuk mengupas sebuah topik ketika variabel dan dasar teorinya tidak diketahui serta penelitian tersebut bertujuan memahami suatu situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan kelompok. Serta dikarenakan bahwa peneliti ingin menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang kebiasaan cara mengajar guru pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikamalaya pada keterampilan mengadakan variasi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. Gedung ini dibangun di atas tanah seluas 1720 m2. Sekolah ini memiliki visi dan misi sebagai berikut:
a. Visi:
Mewujudkan peserta didik mandiri, aktif, kreatif, serta berakhlak dilandasi iman dan takwa.
b. Misi:
1. Seluruh warga sekolah memiliki disiplin tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
2. Mengembangkan sikap dan semangat kemandirian dalam belajar. 3. Meningkatkan kegiatan ekstra kulikuler.
(20)
5. Meningkatkan pelaksanaan 5K.
6. Meningkatkan kerjasama dengan orang tua dan komite sekolah. 2. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini tidak menggunakan populasi karena berangkat dari kasus yang ditemukan pada saat peneliti mengadakan studi pendahuluan. Menurut Sugiyono (2009:216) memandang populasi untuk penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
“Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.”
Sehingga dalam penelitian ini juga tidak mengenal sampel. Karena sampel adalah sebagian dari populasi. “Dalam penelitian kualitatif lebih
mengenal istilah ‘informan-narasumber’ dibandingkan dengan istilah
sampel” (Juwono, 2007:3). Selanjutnya menurut Raymond (2009:2-3),
“dalam pendekatan kualitatif ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjukan subjek penelitian, diantaranya informan, partisipan, dan tetap
dengan istilah subjek”. Dalam penelitian kualitatif, penelitian harus
dilakukan secara teliti, mendalam, dan menyeluruh untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip umum atau pola-pola yang berlaku umum sehubungan dengan gejala-gejala yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat yang diteliti sabagai kasus itu sendiri. Apapun yang dipakai istilahnya, yang terpenting adalah hubungan antara peneliti dengan subjek penelitiannya. Subyek bagaimanapun dipandang sebagai seorang individu yang bermartabat dengan pribadi yang utuh, dan bukannya sekedar sumber informasi atau obyek penelitian.
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SDN Sirnasari dan guru-guru yang mengajar dikelas tinggi (kelas 4,5,6) di SDN Sirnasari yang berjumlah 4 orang, 1 orang Kepala Sekolah dan 3 orang guru yang terdiri dari 1 orang guru laki-laki dan 2 orang guru perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
(21)
Tabel 3.2
Nama-nama guru yang mengajar dikelas tinggi (4,5,6) di SDN Sirnasari Tahun Ajaran 2012/2013
No .
Nama NIP dan Tempat, tanggal lahir
Jabatan Pendidikan Mengajar di kelas
Gol/ Rua ng 1.
Euis Badriah, S.Pd 195803051978032001
Tsm, 05 Maret 1958
Kepala
Sekolah S1 - IV/A
2.
Laela Sumiati 196330671984122001
Tsm, 07 Maret 1963
Guru S1 IV IV/A
3.
Cucu Nurlaela 196908122005012013 Grt, 12 agustus 1969
Guru S1 V IV/A
4.
Jajang Supriadi 196103081983051002 Tsm, 08 maret 1961
Guru S1 VI IV/A
Dalam penelitian ini, Kepala Sekolah dan guru-guru yang mengajar dikelas tinggi di SDN Sirnasari merupakan narasumber dari hasil data penelitian. Alasan peneliti mengambil data dari subjek-subjek tersebut ialah agar sujek yang diambil tidak terlalu banyak dan mudah dipahami sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil subjek penelitian guru-guru yang mengajar di kelas tinggi dan Kepala Sekolah di SDN Sirnasari. Patton dalam Raymond (2009:3) mengemukakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, tidak ada aturan baku tentang jumlah minimal dari partisipan”. Adapun jumlah guru yang diambil berdasarkan kepada keterbatasan waktu. Dalam hai ini sependapat dengan pendapat yang dikemukan oleh
Raymond (2009:3) bahwa “Pertimbangan yang lebih pragmatis kadang
-kadang juga lebih dapat dipertanggungjawabkan. Pertimbangan ini
termasuk masalah keterbatsan waktu dan dana”. Sehingga selain dari
pembatasan subjek penelitian ditentukan apabila data yang diperoleh sudak tidak lagi ditemukan informasi baru, dapat juga ditentukan dari keterbatsan waktu dan biaya.
(22)
C. Desain Penelitian
“Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan” (Arikunto, 2006:45). Sedangkan desain penelitian menurut Mc Millan (Ibnu Hadjar,1999, dalam Fatimah,2011:35) adalah “rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan
penelitian”. Jadi desain penelitian adalah rancangan atau rencana yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Maka desaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan alami tanpa ada manipulasi. Desain penelitian ini bersifat umum, fleksibel, berkembang, dan muncul dalam proses penelitian. Deskriptif adalah menggambarkan atau melukiskan. Penelitian kualitatif dilakukan dalam kondisi yang wajar dan data yang dikumpulkan bersifat kualitatif. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu. Sehingga peneliti hanya bekerja dengan informasi-informasi data dan didalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik. Desain deskriptif memiliki tujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Dalam menggunakan desain ini, tidak boleh melakukan kesimpulan yang terlalu jauh atas data yang ada. Oleh karena itu, desain ini pun bertujuan melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan yaitu mengenai kebiasan mengajar seorang guru saat pembelajaran IPS khususnya keterampilan mengadakan variasi di kelas tinggi.
D. Definisi Operasional Variabel
Pada dasarnya guru mengajar memilih kebiasaan masing-masing dalam mengaplikasikannya, kebiasaan mengajar merupakan kegiatan atau perilaku lazim dan sering dilakukan oleh guru tersebut saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan pada akhirnya menimbulkan karakteristik
(23)
seorang guru tersebut. Untuk mengetahui kebiasaan mengajar guru khususnya keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran IPS di SDN Sirnasari di kelas tinggi, digunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi, wawancara, dan dokumentasi tentang kebiasaan mengajar guru khususnya kebiasaan mengadakan variasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi.
1. Pengertian Kebiasaan
Pada dasarnya guru mengajar memilih kebiasaan masing-masing dalam mengaplikasikannya. Kebiasaan adalah pola perilaku yang diperoleh melalui pengulangan sepanjang kehidupan seseorang.
2. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuaninteraksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Menurut Hernawan, dkk dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran SD (2007:2) “Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor”. b. Pengertian Mengajar
“Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas” (Sagala, 2003:61). Mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidikan dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.
c. Pengertian Pembelajaran
“Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan
siswa”. (Hernawan, dkk 2007:3). Pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asa pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
(24)
3. Pembelajaran IPS
Menurut Sapriya, dkk dalam bukunya yang berjudul Konsep Dasar IPS ”merupakan gabungan dari sejumlah mata pelajaran atau didiplin ilmu”. Sedangkan menurut Kurikulum SD 2004, ‘Pengetahuan sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan’ (Tim Dosen Pengajar IPS 2011:11).
4. Pengertian Guru
Guru adalah sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.
5. Keterampilan Mengadakan Variasi
“Keterampilan mengadakan variasi adalah keterampilan dalam membuat perubahan-perubahan cara (inovasi) dalam kegiatan proses pembelajaran” (Hernawan, dan dkk. 2007:121).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dalam kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan data melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Sehubungan dengan hal tersebut, Moleong (2007:169-172) mengemukakan peneliti sebagai instrumen memiliki beberapa kelebihan, antara lain :
1. Ia akan bersikap responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan.
(25)
2. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi lapangan penelitian terutama jika ada kenyataan ganda.
3. Mampu melihat persoalan dalam suatu keutuhan dalam konteks suasana, keadaan, dan perasaan.
4. Mampu memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri, merubah hipotesis sewaktu berada di lapangan, dan mengetes hipotesis tersebut pada responden.
Sugiyono, (2012:60) mengemukakan bahwa “rancangan penelitian
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki
objek penelitian”. Ketika melakukan penelitian, peneliti sebagai intrumen
utama dibantu oleh intrumen lain yakni pedoman wawancara dan lembar observasi dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi non partisipasi, yaitu dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi dan hanya sebagai pengamat independen. Wawancara yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara tertulis kepada responden untuk dijawab. Dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto tentang kebiasaan mengajar guru. Penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif dalam pengujian keabsahan data. Berbeda dengan istilah dalam penelitian kualitatif, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009: 366), “Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini terdiri dari uji credibility,
dependability, dan confirmability”. Untuk mengetahui nilai kebenaran data dalam penelitian kualitatif maka dilakukan uji kredibilitas (credibility). Ada beberapa cara yang digunakan untuk menguji kredibilitas data pada penelitian kualitatif seperti pada bagan dibawah ini.
(26)
Gambar 3.1
Macam-macam cara uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Triangulasi, member check, dan diskusi dengan teman. Triangulasi yaitu gabungan dari Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Member check adalah pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiyono, 2009: 375). Tujuan
member check adalah mengetahui seberapa jauh kesesuaian data yang
ditemukan peneliti dengan apa yang diberikan oleh sampel sumber data. Sedangkan diskusi dengan teman merupakan sarana yang sangat penting yang mempunyai fungsi seperti halnya kita bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan baru, saling bertukar pikiran, dan juga saling mengisi, mengoreksi serta saling memotivasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Ridwan (2009:69)
menjelaskan: “metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang
Uji Kredibilitas
Perpanjangan Pengamatan Penigkatan Ketekunan Triangulasi
Diskusi
dengan Teman Analisis Kasus Negatif
(27)
Macam-macam teknik pengumpulan data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Triangulasi/Gabungan
dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi dan juga gabungan ketiganya atau triangulasi.
Gambar 3.2
Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
Data kemudian dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil observasi dan wawancara guru, sedangkan data sekunder didapat dari studi dokumentasi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga instrumen penelitian, diantaranya observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Mengutip pendapat Sutrisno Hadi dari buku yang ditulis Sugiyono
(2007:310) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikilogis”. Sedangkan menurut Mulyatiningsih, (2012:26) “Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik”. Alat yang digunakan dalam observasi dapat berupa lembar pengamatan atau check
list. Observasi digunakan karena banyak kejadian penting yang hanya
dapat diperoleh melalui observasi. Observasi memiliki beberapa
(28)
diselidiki dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan tidak dapat disangkal” (Mulyatiningsih, 2012:27). Terdapat dua macam observasi, yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan. Observasi partisipan adalah dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sedangkan observasi non partisipan adalah dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi dan hanya sebagai pengamat independen. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yang peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diteliti. Peneliti hanya mengamati dan memperhatikan objek yang ditelitinya. Adapun gambaran lembar observasi yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Lembar observasi keterampilan mengadakan variasi
LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI PADA PEMBELAJARAN IPS
Nama Pengajar : ……… Hari/Tanggal : ……… NIP : ……… Kelas : ……… Topik : ………
Komentar
Variasi dalam gaya mengajar guru
1. Suara
Guru member variasi dalam nada suara, volume suara, kecepatan bicara
2. Mimik dan gerak
Guru mengadakan perubahan mimic dan gerak (tangan dan badan) untuk memperjelas penyajiaannya
3. Kesenyapan
(29)
memberikan waktu senyap atau hening dalam pembicaraannya 4. Kontak pandang
Guru melayangkan pandang dan melakukan kontak pandang dengan siswanya
5. Perubahan posisi
Guru bergerak di dalam kelas untuk maksud yang berbeda-beda
6. Memusatkan
Guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting dari penyajiannya dengan menggunakan bahasa lisan
(seperti “dengar baik-baik”,
“perhatikan ini”, dll.) dan isyarat
yang cocok (seperti mengangkat tangan atau menunjuk dengan jari)
Variasi penggunaan media dan alat bantu pengajaran
7. Variasi Visual
Guru menggunakan alat bantu yang dapat dilihat (menulis di papan tulis, menunujukan gambar atau benda, dsb.) 8. Variasi Aural
Guru menggunakan berbagai suara langsung atau rekaman dalam pengajarannya
9. Variasi alat bantu yang dapat dipegang dan manipulasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa memegang atau memanipulasi benda-benda atau alat bantu pegajaran
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
(30)
10. Guru memperkenalkan perubahan dalam pola interaksi antara dia dengan siswa dan juga menganekaragamkan kegiatan belajar siswa yang terlibat
2. Wawancara
“Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab” (Danim, 2002:130). Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2012) “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Wawancara digunakan sebagai instrumen penelitian apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dari responden yang lebih mendalam. Data hasil wawancara tersebut sebagian digunakan untuk pembahasan hasil penelitian. Wawancara juga sering digunakan untuk melengkapi data hasil observasi. Mulyatiningsih (2012:32) wawancara memiliki beberapa keunggulan, yaitu “peneliti dapat memperoleh informasi yang luas dan mendalam tentang sikap, pikiran, harapan, dan perasaan responden yang ingin diketahuinya”. Wawancara merupakan metode pengumpulan data utama dalam penelitian kualitatif. Untuk menambah keabsahan data hasil wawancara dapat dilakukan triangulasi, yaitu melakukan cross check dengan mewawancarai narasumber lain yang memiliki kedekatan hubungan dengan subjek penelitian.
Wawancara yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara tertulis kepada responden untuk dijawab. Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara kepada Guru-guru yang mengajar di kelas tinggi dan kepala sekolah. Pada penelitian ini wawancara digunakan sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh data dari responden mengenai bagaimana kebiasaan mengajar guru dalam pembelajaran IPS.
(31)
Tabel 3.4
Transkrip wawancara dengan Kepala Sekolah
TRANSKRIP WAWANCARA
Objek tujuan : Kepala Sekolah
Nama :
NIP :
Hari dan Tanggal :
Tempat :
Pewawancara :
Item Pertanyaan
1. Bagaimana kondisi sekolah SDN Sirnasari?
2. Berapa jumlah tenaga pengajar disini?
3. Berapa jumlah siswa ditahun ini dan bagaimana cara pengelolaan siswanya?
4. Bagaimana kegiatan pembelajaran disini?
5. Bagaimana hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar?
6. Bagaimana keadaan sarana prasarana dan fasilitas sekolah yang mendukung
dalam kegiatan pembelajaran?
7. Bagaimana pengelolaan kurikulum di SDN Sirnasari?
8. Bagaimana cara pengelolaan siswa di SDN Sirnasari ini?
9. Berapa alokasi waktu untuk pembelajarn IPS di SDN Sirnasari?
10. Apakah alokasi waktu tersebut sudah cukup untuk menyampaikan target
materi?
11. Apakah semua guru disini menguasai keterampilan dasar mengajar?
12. Apakah semua guru disini menguasai keterampilan mengadakan variasi?
13. Apakah guru di SDN Sirnasari selalu menggunakan keterampilan
mengadakan variasi saat KBM berlangsung?
14. Keterampilan variasi apa saja yang sering digunakan oleh guru di SDN
Sirnasari?
15. Menurut Ibu apa tujuan dari mengadakan variasi dalam pembelajaran
khususnya pembelajaran IPS?
16. Metode dan strategi apa saja yang selalu digunakan para guru dalam
menyampaikan materi kepada siswa?
17. Media apa saja yang selalu digunakan disini?
(32)
Tabel 3.5
Transkrip wawancara dengan guru kleas tinggi
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU DI KELAS TINGGI
Objek tujuan : Guru Kelas …..
Nama :
NIP :
Hari dan Tanggal :
Tempat :
Pewawancara :
Item Pertanyaan
1. Bagaimana kegiatan pembelajaran IPS di SDN Sirnasari ini?
2. Sudah cukupkah fasilitas dan alat peraga disini dalam mendukung
pembelajaran terutama pada pembelajaran IPS?
3. Bagaimana pengembangan kurikulum dan program mengajar di kelas
khususnya pada pembelajaran IPS?
4. Berapa alokasi waktu untuk pembelajarn IPS di SDN Sirnasari?
5. Apakah alokasi waktu tersebut sudah cukup untuk menyampaikan target
materi?
6. Metode dan media apa saja yang selalu digunakan dalam menyampaikan
materi kepada siswa?
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui keterampilan dasar mengajar khususnya
keterampilan mengadakan variasi?
8. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan keterampilan mengadakan variasi
saat KBM berlangsung, khususnya pada pembelajaran IPS?
9. Keterampilan variasi apa saja yang sering Bapak/Ibu gunakan dalam
mengajar?
10. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dari mengadakan keterampilan variasi dalam
pembelajaran khususnya pembelajaran IPS?
11. Apakah Bapak/Ibu selalu melakukan evaluasi setelah pembelajaran IPS
selesai?
12. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam memahami siswa?
(33)
Lanjutan dari tabel 3.5
14. Adakah kendala yang Bapak/Ibu hadapi dalam mengajar IPS dengan
menggunakan keterampilan mengadakan variasi?
15. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu atas kendala atau kesulitan tersebut?
16. Menurut Bapak/Ibu sudah cukupkah materi pembelajaran IPS yang ada
dalam buku paket yang Bapak/Ibu gunakan?
3. Dokumentasi
“Dokumentasi adalah kegiatan khusus berupa pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, penemuan kembali, dan penyebaran dokumen yang dapat
dipakai sebagai bukti atau keterangan”. (wawan
-junaedi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dokumentasi.html). Penggunaan studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam studi dokumentasi diantaranya yaitu berupa tulisan/dokumen dari sekolah, kamera digital sebagai dokumen berupa gambar. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa foto tentang kebiasaan mengajar guru. Fotografi mempunyai nilai cukup tinggi dan tautan yang kuat dengan penelitian kualitatif sebab fotografi memuat data deskriptif yang dapat digunakan untuk memahami subjek melalui proses analisis secara deduktif.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Patton dalam Lexy dalam Mulyatiningsih (2012:43) “analisis data dalam kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian”. Data kualitatif berupa sekumpulan hasil wawancara, obervasi atau pengamatan, dan dokumentasi. Menurut Sugiyono (2009:245), “analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan”. Pernyataan itu menunjukkan Penelitian
(34)
analisis data dengan mengadakan interpretasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Tahapan-tahapan dalam aktivitas analisis data meliputi: 1) Data reduction (reduksi data),
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. “Reduksi merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi” (Sugiyono, 2012:92).
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari data penelitian di lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Pada penelitian ini. setelah data terkumpul maka akan dilakukan tahap reduksi yaitu memilih data pokok dan memisahkan dengan data-data yang kurang penting untuk penelitian. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2) Data display (penyajian data)
Setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah penyajian data. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan uraian singkat dalam menyajikan data yang telah diperoleh, sehingga didapat gambaran yang mudah dipahami dari data yang telah terkumpul. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya bertdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiono, 2012: 249).
3) Conclusion drawing (penarikan kesimpulan).
Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data. Hal ini dilakukan setelah data direduksi dan disajikan sehingga mudah dipahami.
(35)
Dengan adanya langkah ini maka data yang sudah dikumpulkan melalui bukti-bukti yang kuat akan semakin jelas dan dapat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
H. Hasil Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil analisis kemudian akan diolah terlebih dahulu dengan mendeskripsikan data sekunder dan data primer. Pertama-tama data akan diklasifikasikan, diverifikasi, diinterpretasi, lalu dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan yang sistematis mengenai kebiasaan cara mengajar guru pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar khususnya pada keterampilan mengadakan variasi di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
(36)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang penulis angkat dan pembahasan hasil penelitian, maka kesimpulan tentang penggunaan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS khususnya di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
1. Penguasaan 8 keterampilan dasar mengajar di SDN Sirnasari cukup dikuasi oleh para guru-gurunya khususnya keterampilan mengadakan variasi. Para guru di SDN Sirnasari khusunya yang mengajar di kelas tinggi selalu menggunakan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajarannya khususnya pada pembelajaran IPS. Penggunaan keterampilan mengadakan variasi dalam setiap pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa belajar dan menerima materi dari gurunya, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa.
2. Cara pemberian keterampilan mengadakan variasi adalah dengan memperhatikan, memahami, dan melaksanakan 10 komponen yang terkadung didalamnya. Hampir semua komponen yang ada didalam keterampilan variasai dilaksanakan dengan baik, diantaranya penggunaan variasi suara, mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, memusatkan atau pemusatan perhatian, variasi visual, variasi aural, variasi alat bantu yang dapat dipegang, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Tetapi pada variasi penggunaan media dan alat peraga kurang dilaksanakan. Dikarenakan rasa malas guru dalam membuat media dan alat peraga. Guru hanya menggunakan media dan alat peraga yang
(37)
hanya ada di sekolah saja. Jika tidak ada, pembelajaran pun dilaksanakan tanpa menggunakan media dan alat peraga.
3. Terdapat beberapa faktor penghambat yang menjadi kendala pada pembelajaran IPS dengan menggunakan keterampilan mengadakan variasi, diantaranya mood guru yang sedang tidak baik dan kondisi guru yang tidak baik juga dalam melaksanakan keterampilan variasi. Keterampilan mengadakan variasi memerlukan alokasi waktu yang lama karena banyak terdapat komponen-komponen yang harus dilaksanakan, sedangkan jika dilihar dari alokasi waktu pembelajaran IPS sangat sebentar sekali. Penggunaan variasi pada penggunaan media dan alat bantu pengajaran juga terhambat dikarenakan rasa malas guru dalam membuat media pembelajaran. Buku-buku yang tidak bervariatif juga sangat menghambat terhadap proses belajar mengajar. Pada saat pembelajaran, guru hanya menggunakan satu buku pelajaran saja. Ini berakibat kurang bervariatifnya pengetahuan yang diterima siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan keterampilan dasar
mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya terkategori baik. Keterampilan mengajar cukup dikuasi oleh guru-guru di SDN Sirnasari. Pengguanaan keterampilan mengadakan variasi merupakan jenis keterampilan yang bertujuan menghilangkan rasa kebosanan dan kejenuhan siswa saat pembelajaran berlangsung.
2. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di sekolah, penggunaan keterampian mengadakan variasi merupakan solusi yang paling tepat. Penggunaan variasi suara, mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, memusatkan atau pemusatan perhatian, variasi visual, variasi aural, variasi alat bantu yang
(38)
dapat dipegang, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa merupakan komponen yang harus dikuasi oleh seorang guru guna menciptakan situasi belajar yang baru, inovatif, menyenangkan, dan berkualitas.
3. Guru dan kepala sekolah sebagai komponen pendidikan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang 8 pokok keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Karena dengan menguasai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar, tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai dengan baik.
4. Karena keterbatasan penelitian dan mengingat dalam penelitian ini masih jauh untuk dikatakan sempurna, maka penulis mengharapkan dari peneliti-peneliti berikutnya untuk dapat melengkapi pembahasan melalui peneliti-penelitian terhadap aspek-aspek yang tidak terjangkau oleh peneliti ini, yang lebih mendalam dan akurat sehingga keseluruhan hasil pembahasan dapat dijadikan sebagai pedoman umum dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS pada masa yang akan datang.
(39)
DAFTAR PUSTAKA
Alinawati, Muthia. (2012). Tujuan sebagai Komponen Pertama dalam Proses
Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_KURIKULUM_DAN_TEK._PE
NDIDIKAN/195806191986012-MUTHIA_ALINAWATI/TUJUAN_SEBAGAI_KOMPONEN_PERAM A_DALAM_PROSES_PEMBELAJARAN.pdf) [2 April 2013].
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodjo, Juwono Tri. (2007). Metode Penelitian Kualitatif 1 : Pengertian dan
Unsur-unsur Penelitian Kualitatif. [Online]. Tersedia: (http://pksm.marcubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/42019-9-796929637994.pdf) [15 April 2013].
Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bengkulu: CV. Pustaka Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, E. T. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match Untuk Mningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematik. Skripsi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya: tidak di
Terbitkan.
Junaedi, Wawan. (2011). Pengertian Dokumentasi. [Online]. Tersedia: (wawan-junaedi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dokumentasi.html). [2 April 2013].
Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. (1999). Proses Belajar Mengajar. Malang: PT Remaja Rosdakarya.
Hernawan, Asep Herry, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.
Ichal, Faisal. (2002). Pengertian Belajar & Pengertian Pembelajaran. [Online]. Tersedia: (http://Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html). [23 April 2013]
Kartono, Kartini. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
Moleong, Lexi J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
(40)
Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyatiningsih, Endang. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya.
Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Patrilima, Hamid. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Ridwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sabeni, Mohammad. (2008). Keterampilan Mengadakan Variasi Gaya Mengajar.
[Online]. Tersedia:
(http://www.ahmadzainuddin.com/netbookislami/?id=sabeni). [26 Mei 2013].
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek.
Sugandi, Acmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
(http://Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html). [23 April 2013]
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhaedan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung:
(41)
Soemarjadi. (1991). Pengertian Keterampilan. [Online]. Tersedia:
(http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan.html). [25 Juni 2013].
Syaripudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu. Tabunan, Raymond. (2009). Metode Kualitatif. [Online]. Tersedia:
(http://konselingcenter.co.cc/konvertpdf.php?id=70). [15 April 2013]. Tim Dosen Pengajar IPS. (2011). Bahan Ajar Pendidikan IPS Sekolah Dasar.
Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2009). Metodologi Penelitian
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang penulis angkat dan pembahasan hasil penelitian, maka kesimpulan tentang penggunaan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS khususnya di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut:
1. Penguasaan 8 keterampilan dasar mengajar di SDN Sirnasari cukup dikuasi oleh para guru-gurunya khususnya keterampilan mengadakan variasi. Para guru di SDN Sirnasari khusunya yang mengajar di kelas tinggi selalu menggunakan keterampilan dasar mengajar bervariasi dalam pembelajarannya khususnya pada pembelajaran IPS. Penggunaan keterampilan mengadakan variasi dalam setiap pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan siswa belajar dan menerima materi dari gurunya, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa.
2. Cara pemberian keterampilan mengadakan variasi adalah dengan memperhatikan, memahami, dan melaksanakan 10 komponen yang terkadung didalamnya. Hampir semua komponen yang ada didalam keterampilan variasai dilaksanakan dengan baik, diantaranya penggunaan variasi suara, mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, memusatkan atau pemusatan perhatian, variasi visual, variasi aural, variasi alat bantu yang dapat dipegang, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Tetapi pada variasi penggunaan media dan alat peraga kurang dilaksanakan. Dikarenakan rasa malas guru dalam membuat media dan alat peraga. Guru hanya menggunakan media dan alat peraga yang
(2)
hanya ada di sekolah saja. Jika tidak ada, pembelajaran pun dilaksanakan tanpa menggunakan media dan alat peraga.
3. Terdapat beberapa faktor penghambat yang menjadi kendala pada pembelajaran IPS dengan menggunakan keterampilan mengadakan variasi, diantaranya mood guru yang sedang tidak baik dan kondisi guru yang tidak baik juga dalam melaksanakan keterampilan variasi. Keterampilan mengadakan variasi memerlukan alokasi waktu yang lama karena banyak terdapat komponen-komponen yang harus dilaksanakan, sedangkan jika dilihar dari alokasi waktu pembelajaran IPS sangat sebentar sekali. Penggunaan variasi pada penggunaan media dan alat bantu pengajaran juga terhambat dikarenakan rasa malas guru dalam membuat media pembelajaran. Buku-buku yang tidak bervariatif juga sangat menghambat terhadap proses belajar mengajar. Pada saat pembelajaran, guru hanya menggunakan satu buku pelajaran saja. Ini berakibat kurang bervariatifnya pengetahuan yang diterima siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan keterampilan dasar
mengajar bervariasi dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi di SDN Sirnasari Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya terkategori baik. Keterampilan mengajar cukup dikuasi oleh guru-guru di SDN Sirnasari. Pengguanaan keterampilan mengadakan variasi merupakan jenis keterampilan yang bertujuan menghilangkan rasa kebosanan dan kejenuhan siswa saat pembelajaran berlangsung.
2. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di sekolah, penggunaan keterampian mengadakan variasi merupakan solusi yang paling tepat. Penggunaan variasi suara, mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi, memusatkan atau
(3)
dapat dipegang, dan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa merupakan komponen yang harus dikuasi oleh seorang guru guna menciptakan situasi belajar yang baru, inovatif, menyenangkan, dan berkualitas.
3. Guru dan kepala sekolah sebagai komponen pendidikan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang 8 pokok keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. Karena dengan menguasai keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar, tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai dengan baik.
4. Karena keterbatasan penelitian dan mengingat dalam penelitian ini masih jauh untuk dikatakan sempurna, maka penulis mengharapkan dari peneliti-peneliti berikutnya untuk dapat melengkapi pembahasan melalui peneliti-penelitian terhadap aspek-aspek yang tidak terjangkau oleh peneliti ini, yang lebih mendalam dan akurat sehingga keseluruhan hasil pembahasan dapat dijadikan sebagai pedoman umum dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS pada masa yang akan datang.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alinawati, Muthia. (2012). Tujuan sebagai Komponen Pertama dalam Proses
Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_KURIKULUM_DAN_TEK._PE
NDIDIKAN/195806191986012-MUTHIA_ALINAWATI/TUJUAN_SEBAGAI_KOMPONEN_PERAM A_DALAM_PROSES_PEMBELAJARAN.pdf) [2 April 2013].
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodjo, Juwono Tri. (2007). Metode Penelitian Kualitatif 1 : Pengertian dan
Unsur-unsur Penelitian Kualitatif. [Online]. Tersedia:
(http://pksm.marcubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/42019-9-796929637994.pdf) [15 April 2013].
Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bengkulu: CV. Pustaka Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatimah, E. T. (2011). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk Mningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematik. Skripsi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya: tidak di Terbitkan.
Junaedi, Wawan. (2011). Pengertian Dokumentasi. [Online]. Tersedia: (wawan-junaedi.blogspot.com/2011/12/pengertian-dokumentasi.html). [2 April 2013].
Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. (1999). Proses Belajar Mengajar. Malang: PT Remaja Rosdakarya.
Hernawan, Asep Herry, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.
Ichal, Faisal. (2002). Pengertian Belajar & Pengertian Pembelajaran. [Online]. Tersedia: (http://Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html). [23 April 2013]
Kartono, Kartini. (1990). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.
(5)
Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyatiningsih, Endang. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya.
Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Patrilima, Hamid. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Ridwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sabeni, Mohammad. (2008). Keterampilan Mengadakan Variasi Gaya Mengajar.
[Online]. Tersedia:
(http://www.ahmadzainuddin.com/netbookislami/?id=sabeni). [26 Mei 2013].
Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: CV. Yasindo Multi Aspek.
Sugandi, Acmad, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. [Online]. Tersedia:
(http://Ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html). [23 April 2013]
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhaedan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.
(6)
Soemarjadi. (1991). Pengertian Keterampilan. [Online]. Tersedia:
(http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan.html). [25 Juni 2013].
Syaripudin, Tatang. (2010). Landasan Pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.
Tabunan, Raymond. (2009). Metode Kualitatif. [Online]. Tersedia: (http://konselingcenter.co.cc/konvertpdf.php?id=70). [15 April 2013].
Tim Dosen Pengajar IPS. (2011). Bahan Ajar Pendidikan IPS Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI Kampus Tasikmalaya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Alfabeta.