PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DENGAN TUMPUAN DUA KAKI DAN SATU KAKI TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI ATLET SEPAKBOLA DI PS PADMA SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

HONGGO BILOWO PAMUNGKAS 10602241051

PRODI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015


(2)

ii

Dua Kaki dan Satu Kaki Terhadap Power Otot Tungkai Atlet Sepakbola di PS

PADMA” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 06 Maret 2015 Pembimbing,

CH. Fajar Sriwahyuniati, M.Or NIP.19711229 20000 3 2001


(3)

iii

Sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim

Yogyakarta, 6 Maret 2015 Yang menyatakan,

Honggo Bilowo Pamungkas NIM 10602241051


(4)

v

 Ibu Chitra Sri Mulya tersayang dan almarhum Bapak Banu Arianto tercinta di Ngawi, bayi

premature sebesar botol yang tak kalian sangka tak akan bertahan hidup, kini bisa

menyelesaikan studinya dan kini siap mengenakan toga. Mungkin ini tergolong studi yang lama, tetapi inilah jalan hidup yang telah diberi oleh Allah. Ibu/Bapak insyaallah bisa memahaminya.

 Kakakku Anggar, Reta, Sabel, Debi terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Kini Honggo kecil yang dulu kalian gendong tumbuh dewasa dan siap menyandang gelar sarjana seperti kalian. Saya tidak tahu bagaimana saya dulu pada waktu itu, semua cerita masa kecilku kalian pasti tahu. Tapi aku bersyukur mempunyai kakak seperti kalian dan Karakter kita berlima berbeda-beda, Pesan buat kakakku tersayang, Bapak sudah tiada dan ibu sudah tua mari kita sama-sama membahagiakan beliau.


(5)

vi

kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka

(Al-Baqoroh, 2:201)

Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga

(H.R Muslim)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Aku takkan pernah lelah hingga rasa lelah itu lelah mengejarku, aku akan terus berjuang hingga kemenangan itu menjadi nyata…atau aku merasa

pantas menjadi diriku!!


(6)

vii

TUNGKAI ATLET SEPAKBOLA DI PS PADMA SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh:

Honggo Bilowo Pamungkas 10602241051

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola, (2) membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola, (3) membuktikan metode latihan yang lebih efektif dari kedua metode di atas dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen. Subjek penelitian ini adalah semua atlet sepakbola yang ada di PS PADMA Sleman yang berumur 17 tahun keatas sebanyak 24 atlet. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes pliometrik tumpuan dua kaki dan pliometrik tumpuan satu kaki. Teknik pengumpulan data menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Teknik analisis data menggunakan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar dibanding ttabel (7,903>2,201), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05); (2) berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman. Hal ini ditunjukkan dari nilai thitung lebih besar dibanding ttabel (5,411>2,201), dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05); (3) hasil analisis data diketahui bahwa nilai metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih efektif dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dibanding metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki di PS PADMA, Sleman. Hal ini ditunjukkan dari nilai gain score pada pliometrik tumpuan satu kaki sebesar 0,235 lebih besar dibanding nilai gain score pada pliometrik tumpuan dua kaki sebesar 0,132 atau (0,235>0,132).


(7)

x

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A.Deskripsi Teori ... 7

1. Pengertian Pliometrik ... 7

2. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik ... 10

3. Pliometrik Tumpuan Dua Kaki... 13

4. Pliometrik Tumpuan Stu Kaki ... 13

B.Hakikat Latihan ... 15

1. Pengertian Latihan ... 15

2. Prinsip-Prinsip Latihan ... 18

3. Tujuan dan Sasaran Latihan ... 19

4. Durasi Latihan ... 23

C.Power ... 23

D.Pengukuran Power Otot Tungkai ... 25

1. Alat dan Fasilitas ... 25

2. Pelaksanaan ... 25

3. Testor ... 27

E. Sepakbola ... 27

1. Pengertian Sepakbola ... 27

2. Peraturan Sepakbola ... 29

F. PS. Padma ... 33


(8)

xi

B. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 39

1. Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 40

2. Pliometrik Tumpuan Satu Kaki ... 40

3. Power Otot Tungkai ... 40

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

1. Populasi Penelitian ... 41

2. Sampel Penelitian ... 41

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

E. Instrumen dan Teknik Pengambilan Data ... 43

1. Instrumen ... 43

2. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 44

1. Analisis Deskriptif ... 45

2. Uji Prasyarat Analisis ... 46

3. Uji Hipotesis ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

B. Deskripsi Data Penelitian ... 49

1. Pliometrik dengan Tumpuan Satu Kaki ... 50

2. Pliometrik dengan Tumpuan Dua Kaki... 57

3. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data ... 64

4. Hasil Uji Hipotesis ... 66

C. Pembahasan. ... 69

1. Latihan Pliometrik dengan Tumpuan Satu Kaki Berpengaruh Terhadap Peningkatan Power Tungkai Atlet Sepakbola ... 69

2. Latihan Pliometrik dengan Tumpuan Dua Kaki Berpengaruh Terhadap Peningkatan Power Tungkai Atlet Sepakbola ... 71

3. Metode Latihan Pliometrik Tumpuan Satu Kaki Lebih Efektif Dalam Meningkatkan Power Otot Tungkai Atlet Sepakbola Dibanding Metode Latihan Pliometrik Dengan Tumpuan Dua Kaki di PS. Padma Sleman... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Implikasi ... 75

C. Keterbatasan Penelitian ... 76

D. Saran-saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(9)

xii

1. Distribusi Frekuensi Data Pretest Tumpuan Satu Kaki ... 51

2. Hasil Kategori Data Pretest Tumpuan Satu Kaki ... 52

3. Distribusi Frekuensi Data Posttest Tumpuan Satu Kaki ... 54

4. Hasil Uji Kategori Data Posttest Tumpuan Satu Kaki ... 56

5. Distribusi Frekuensi Data Pretest Tumpuan Dua Kaki... 58

6. Hasil Kategori Data Pretest Tumpuan Dua Kaki ... 59

7. Distribusi Frekuensi Data Posttest Tumpuan Dua Kaki ... 61

8. HasilUji Katgori Data Posttest Tumpuan Dua Kaki ... 63

9. HasilUji Normalitas ... 64

10.Hasil Uji Homogenitas Variansi ... 65

11.Hasil Uji Paired Test (Uji t) Pliometrik Tumpuan Satu Kaki ... 67

12.Hasil Uji Paired Test (Uji t) Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 67

13.Keefektifan Metode Latihan Pliometrik Tumpuan Satu Kaki dan Dua Kaki... 68


(10)

xii

1. Distribusi Frekuensi Data Pretest Tumpuan Satu Kaki ... 51

2. Hasil Kategori Data Pretest Tumpuan Satu Kaki ... 52

3. Distribusi Frekuensi Data Posttest Tumpuan Satu Kaki ... 54

4. Hasil Uji Kategori Data Posttest Tumpuan Satu Kaki ... 56

5. Distribusi Frekuensi Data Pretest Tumpuan Dua Kaki... 58

6. Hasil Kategori Data Pretest Tumpuan Dua Kaki ... 59

7. Distribusi Frekuensi Data Posttest Tumpuan Dua Kaki ... 61

8. HasilUji Katgori Data Posttest Tumpuan Dua Kaki ... 63

9. HasilUji Normalitas ... 64

10.Hasil Uji Homogenitas Variansi ... 65

11.Hasil Uji Paired Test (Uji t) Pliometrik Tumpuan Satu Kaki ... 67

12.Hasil Uji Paired Test (Uji t) Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 67

13.Keefektifan Metode Latihan Pliometrik Tumpuan Satu Kaki dan Dua Kaki... 68


(11)

xiii

2. Pliometrik Dengan Tumpuan Satu Kaki ... 14

3. Lapangan Sepakbola ... 32

4. Komponen Latihan Sepakbola ... 36

5. Desain Penelitian ... 39

6. Ordinal Pairing ... 42

7. Tes Vertical jumps... 44

8. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Pretest Pliometrik Tumpuan Satu Kaki... 51

9. Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Pretest Pliometrik Tumpuan Satu Kaki... 53

10.Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Posttest Pliometrik Tumpuan Satu Kaki... 55

11.Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Posttest Pliometrik Tumpuan Satu Kaki... 56

12.Diagram Bating Distribusi Frekuensi Data Pretest Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 58

13.Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Pretest Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 60

14.Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Posttest Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 62

15.Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Posttest Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 63


(12)

xiv

1. Lembar Konsultasi ... 81

2. Surat Keterangan Uji Validitas Sesi Latihan ... 82

3. Surat Keterangan Uji Validitas Sesi Latihan ... 83

4. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 84

5. Surat Ijin Penelitian... 85

6. Surat Ijin Penelitian Dari PS PADMA... 86

7. Program Latihan... 87

8. Sesi Latihan ... 90

9. Absensi Atlet Sepakbola PS PADMA ... 108

10. Data Penelitian Pliometrik ... 110

11. Hasil Uji Deskriptif ... 111

12. Perhitungan Kelas Interval ... 112

13. Rumus Perhitungan Kategorisasi ... 116

14. Data Hasil Uji Kategorisasi ... 118

15. Uji Normalitas ... 120

16. Hasil Paired T Test ... 122

17. Bentuk Latihan Pliometrik Tumpuan Dua Kaki ... 124

18. Bentuk Latihan Pliometrik Tumpuan Satu Kaku ... 125


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh sebelas orang di atas lapangan yang berbentuk persegi panjang. Sepakbola merupakan olahraga tim, dibutuhkan kerjasama yang baik dan kemampuan individu yang baik supaya menjadi tim yang handal. Pada era sekarang ini, olahraga sepakbola sudah sangat berkembang di Indonesia maupun di dunia, olahraga ini sangat digemari oleh semua kalangan dari anak-anak sampai orang tua sekalipun karena olahraga sepakbola sangat mudah dilakukan. Dalam permainan sepakbola ada beberapa faktor yang penting yaitu kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Empat faktor tersebut sangat penting untuk menunjang kemampuan dalam permainan sepakbola. Semua aspek di atas penting untuk atlet sepakbola karena dalam pertandingan sepakbola memerlukan waktu 90 menit untuk waktu normal. Permainan sepakbola didominasi oleh otot-otot yang ada pada bagian kaki. Untuk menunjang prestasi atlet sepakbola seorang pelatih harus dapat melatih faktor-faktor tersebut dan memodifikasi latihan agar kemampuan atletnya dapat berkembang atau meningkat sesuai dengan tingkatannya. Contohnya untuk meningkatkan

power otot tungkai pemain sepakbola, seorang pelatih harus dapat mencari cara


(14)

Berdasarkan uraian tersebut peneliti berpendapat bahwa power otot tungkai sangat diperlukan seorang atlet sepakbola. Dari hasil pengamatan di PS PADMA Sleman masih banyak pemain sepakbola yang power otot tungkainya lemah, padahal power otot tungkai ini sangat penting untuk pemain sepakbola, pelatih utama di PS PADMA kurang memperhatikan power otot tungkai atletnya dan pelatih PS PADMA memberikan latihan untuk meningkatkan

power otot tungkai dengan bentuk-bentuk latihan yang monoton, sehingga

prestasi atletnya kurang maksimal. Oleh karena itu tugas pelatih harus dapat mencari model latihan untuk dapat meningkatkan power otot tungkai atletnya agar dapat melompat dengan maksimal, salah satu model latihannya adalah dengan latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki dan satu kaki.

Lemahnya power otot tungkai pemain sepakbola mempengaruhi kinerja dalam permainannya sehingga permainan tidak dapat maksimal, dengan latihan pliometrik tumpuan dua kaki dan satu kaki diharapkan dapat meningkatkan

power otot tungkai pemain sepakbola dan dapat meningkatkan kualitas

permainan.

Latihan kekuatan dan kecepatan adalah faktor yang meningkatkan power atlet (Bompa, 1999: 3). Power merupakan salah satu komponen penting dalam cabang olahraga termasuk sepakbola. Salah satu bentuk latihan yang bisa meningkatkan power otot tungkai atlet adalah melalui latihan beban (wight

training) dan latihan pliometrik (plyometric). Latihan pliometrik merupakan

penggabungan antara latihan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan yang eksplosif yaitu cepat dan kuat.


(15)

Metode latihan pliometrik adalah metode yang sangat baik untuk meningkatkan power otot, sehingga dengan meningkatnya kecepatan dan kekuatan maka power tumpuan akan semakin bertambah (Park Seabourne, 1997: 160). Metode latihan pliometrik besar manfaatnya bagi para atlet sepakbola. Ada beberapa prinsip dasar agar metode ini berhasil dan dapat dirasakan efektifitasnya. Tanpa penguasaan prinsip dasar yang benar, maka latihan pliometrik hanya akan menyajikan aktivitas yang melelahkan juga dapat mengakibatkan cedera pada otot. Prinsip terpenting dalam pliometrik adalah atlet harus memiliki dasar kekuatan yang baik dan dasar kecepatan serta dilakukan dengan teknik yang benar.

Dari hasil observasi yang dilakukan di PS PADMA ternyata PS PADMA sudah pernah melakukan latihan pliometrik tumpuan satu kaki dan dua kaki, akan tetapi masih banyak pemain PS PADMA yang memiliki power otot tungkai yang masih lemah. Klub PS PADMA belum pernah melakukan program latihan yang dicatat secara baik dan belum ada database atlet, belum pernah ada pengukuran dan belum ada evaluasi, oleh karena itu perlu latihan pliometrik tumpuan satu kaki dan dua kaki dilakukan secara terprogram dan terukur sehingga bisa dilihat peningkatannya dan tercatat dalam database atlet.

Pliometrik yang pernah dilakukan oleh PS PADMA Sleman adalah dengan tumpuan satu kaki dan dua kaki dengan rintangan gawang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pelatih, kemampuan atlet meningkat setelah mendapatkan latihan pliometrik tetapi belum pernah dilakukan pengukuran, sehingga banyak dilakukan saat menghadapi kompetisi. Hasil dari latihan


(16)

pliometrik perlu diketahui efektifitasnya, sehingga pelatih bisa memberikan latihan yang tepat sesuai spesialisasi atletnya. Pengukuran hasil latihan pliometrik menjadi hal yang perlu, sehingga setiap latihan yang dilakukan atlet bisa terukur dan menjadi dasar bagi pelatih untuk bisa mengetahui seberapa besar pengaruh dan mengembangkan bentuk-bentuk latihan pliometrik, karena selama ini belum diketahuinya pengaruh latihan pliometrik tumpuan satu kaki dan dua kaki terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola.

Sehubungan dengan uraian di atas, bentuk latihan pliometrik perlu dilatihkan dan diteliti agar dapat digunakan dalam berbagai cabang olahraga khususnya cabang olahraga sepakbola itu sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang dapat diteliti:

1. Masih banyak pemain sepakbola di PS PADMA yang memiliki power otot tungkai yang lemah.

2. Masih banyak pelatih sepakbola yang kurang memperhatikan power otot tungkai pemainnya.

3. Masih banyak pelatih yang kurang teliti dalam melakukan teknik latihan terhadap para atletnya, sehingga memberikan bentuk-bentuk latihan yang bersifat monoton.

4. Belum diketahuinya pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola.


(17)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, serta untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis membuat batasan masalah. Permaslahan dalam penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki dan latihan pliometrik tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power tungkai.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola?

2. Apakah latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola?

3. Manakah yang lebih efektif dari kedua metode tersebut dalam meningkatkan

power otot tungkai atlet sepakbola?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola.

2. Membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola.


(18)

3. Membuktikan metode latihan yang lebih efektif dari kedua metode di atas dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, manfaat tersebut antara lain :

1. Bagi Penulis

a) Penulis dapat secara langsung menerapkan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya selama mengikuti kegiatan perkuliahan.

b) Menambah pengetahuan penulis tentang manfaat latihan pliometrik tumpuan dua kaki dan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power otot tungkai.

2. Bagi Mahasiswa

a) Menambah pengetahuan tentang manfaat latihan pliometrik tumpuan dua kaki dan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power otot tungkai. b) Menambah ilmu tentang cara peningkatan power otot tungkai atlet

sepakbola. 3. Bagi Institusi

Dapat dijadikan kepustakaan dan menambah sumber informasi sebagai bahan untuk penelitian yang akan datang.

4. Bidang Olahraga

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya wawasan yang dapat menambah perbendaharaan teori-teori yang telah berkembang dalam dunia olahraga.


(19)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pliometrik

1. Pengertian Pliometrik

Kata plyometric berasal dari kata Yunani plythyeln yang berarti untuk meningkatkan atau membangkitkan, atau dapat pula diartikan dari kata “plio” dan “metric” yang artinya more & measure, respectively yang artinya penguluran (Radcliffe and Farentinos, 1985: 1). Istilah plyometric yang diterapkan untuk latihan berasal dari Eropa yang dikenal pertama kali sebagai latihan loncat (Donald AChu, 1992: 1).

Pliometrik adalah salah satu metode untuk mengembangkan eksplosif

power, yang merupakan komponen penting dalam pencapaian prestasi

sebagian besar atlet (Radcliffe and Farentinos, 1985: 1). Prinsip metode latihan pliometrik adalah otot selalu berkontraksi baik pada saat memanjang (eccentric) maupun memendek (concentric). latihan pliometrik bermanfaat untuk meningkatkan reaksi syaraf otot, eksplosif, kecepatan dan kemampuan untuk membangkitkan gaya (tenaga) ke arah tertentu.

Latihan pliometrik menunjukkan karakteristik kekuatan penuh dari kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban dinamis (dynamic

loading) atau penguluran otot yang sangat rumit (Radcliffe and Farentinos,

1985: 111). Menurut Chu (2000: 6) pliometrik mempunyai keuntungan, memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai dengan percepatan berat badan melawan gravitasi, hal ini menyebabkan gaya kecepatan dalam latihan


(20)

pliometrik merangsang berbagai aktivitas olahraga seperti meloncat, berlari dan melempar lebih sering dibandingkan dengan latihan beban atau dapat dikatakan lebih dinamis atau eksplosive.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latihan pliometrik adalah bentuk latihan explosive power dengan karakteristik menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat, yaitu otot selalu berkontraksi baik saat memanjang (eccentric) maupun saat memendek (concentric) dalam waktu cepat, sehingga selama bekerja otot tidak ada waktu relaksasi.

Latihan pliometrik akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan dengan sempurna dan intensitas tinggi. Latihan yang intensif yaitu proses latihan harus semakin berat dengan cara menambah beban kerja, jumlah repetisi gerakan dan intensitas gerak. Proses latihan demikian disebut outer

load. Outer load diatur dengan program latihan yang dikontrol oleh para

pelatih dan atletnya sendiri. Dalam menyusun program latihan yang menggunakan outer load maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Nossek, 1995: 17):

1. Jenis-jenis latihan yang bervariasi 2. Volume beban

3. Densitas beban 4. Durasi beban

Dalam melakukan latihan tidak hanya memperhatikan otot load saja tetapi juga harus memperhatikan masalah inner load. Inner load tampak pada


(21)

bentuk perubahan-perubahan atau yang diekspresikan sebagai adaptasi dari suatu organisme terhadap outer load (Nossek, 1995: 16). Adapun perubahan adaptasi tersebut diantaranya adalah:

1) Morfologis (structural): seperti otot-otot lebih besar dan volume jantung lebih besar.

2) Fisiologis dan biokimia (fungsional): seperti sirkulasi darah lebih baik, kapasitas vital paru-paru lebih tinggi dan proses metabolisme lebih efektif. 3) Psikologis: seperti adaptasi terhadap situasi-situasi ketegangan dalam

latihan dan pertandingan, konsentrasi pada tugas-tugas olahraga yang berbeda dan penanggulangan frustasi.

Spesialisasi merupakan bagian pokok yang diminta untuk mencapai keberhasilan dalam olahraga. Untuk dapat berprestasi seseorang harus memilih satu cabang olahraga yang akan ditekuni. Spesialisasi yang dimaksud adalah latihan yang khusus dalam satu cabang olahraga, yang mengarah pada perubahan-perubahan morfologi dan fungsional yang dikaitkan dengan spesifikasi satu cabang olahraga. Dalam latihan pliometrik spesialisasi yang harus diterapkan yaitu:

a. Kekhususan Kelompok Otot yang Dilatih

Dalam latihan pliometrik pengelompokannya berdasarkan fungsi anatomi dan hubungannya dengan gerakan yang akan dilakukan, sehingga pada saat latihan berdasarkan otot yang terlibat dan bagaimana hubungannya dengan gerakan yang akan dilakukan dalam olahraga. Berdasarkan kelompok otot yang dilatih dapat dibedakan menjadi tiga


(22)

yaitu: kelompok otot anggota gerak bagian bawah, kelompok otot anggota gerak bagian tengah dan kelompok otot anggota gerak bagian atas. Tiga kategori tersebut secara fungsional saling berhubungan dan merupakan bagian dari power chain (rangkaian power) manusia.

b. Kekhususan Energi Utama yang Digunakan

Pliometrik merupakan gerakan yang sangat cepat dan kuat, yaitu gerakan yang sangat eksplosif. Dengan demikian perlu energi ATP-PC yang bisa memenuhi, walaupun tidak lepas dari sistem energi yang lainnya.

c. Kekhususan Pada Pola Gerak Latihan

Pola gerak dalam latihan pliometrik sangat khusus, tetapi mempunyai

spectrum yang luas dalam kegiatan olahraga. Gerakan pliometrik sebagian

besar mengikuti konsep power chain dan sebagian besar latihan khusus melibatkan otot bawah, karena gerakan pada kelompok otot ini benar-benar mempunyai keterlibatan yang sangat besar dalam semua gerakan olahraga.

Pengorganisasian latihan pliometrik mengikuti konsep rangkaian

power. Sebagian besar latihan adalah khusus gerakan tungkai dan pinggul,

karena kelompok otot ini merupakan pusat power gerakan olahraga. 2. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik

Terdapat bermacam-macam bentuk latihan pliometrik. Menurut Radcliffe dan Farentinos (1985: 109) bentuk latihan pliometrik dapat meningkatkan explosive power dengan pembagian latihan untuk


(23)

meningkatkan leg dan hip (Bound, Hop, Jump, Leap, Skips dan Ricochets),

trunk (kips, swings, twists, flexion, dan extention) dan upper body (presses, swings, dan throws).

Menurut Bompa (1994: 112) bentuk latihan pliometrik dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Latihan dengan intensitas rendah (low impact). b. Latihan dengan intensitas tinggi (High impact) Latihan dengan intensitas rendah meliputi:

1) Skipping 2) Rope jump

3) Lompat (jump) rendah dan langkah pendek 4) Loncat-loncat (hops) dan lompat-lompat

5) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm 6) Melempar ball medicine 2-4 kg

7) Melempar bola tenis/baseball (bola yang ringan)

Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi (high impact) meliputi: a. Lompat jauh tanpa awalan (standing broad/long jump) b. Triple jump (lompat tiga kali)

c. Lompat (jump) tinggi dan langkah panjang d. Loncat-loncat dan lompat-lompat

e. Melompat di atas bangku atau tali setinggi 35 cm f. Melempar bola medicine 5-6 kg

g. Drop jump dan reaktif jump

h. Melempar benda yang relatif berat

Gerakan pliometrik lebih banyak menggunakan kontraksi esentrik dan

konsentrik dibanding dengan isometrik. Kontraksi esentrik adalah tindakan

melepas dimana otot mengembang dan dicirikan dengan jenis negatif. Kontraksi konsentrik adalah tindakan yang berganti-ganti dimana oto-otot memendek dengan cara yang positif. Konsentrik isometrik adalah gerakan meregang dengan meniadakan panjang otot.


(24)

Latihan pliometrik akan efektif apabila pelatih dapat menyusun periodisasi latihan yang tepat. Di sini pelatih perlu memandu antara frekuensi,

volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan tepat dengan

program latihan akan menghasilkan penampilan maksimal. Dengan porsi yang tepat, pliometrik efektif sebagai physical maintenance dalam kompetisi.

Bentuk latihan pliometrik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tumpuan satu kaki dan dua kaki. Keduanya mempunyai kelebihan penekanan pada daya ledak otot tungkai yang diperlukan oleh pemain sepakbola untuk meningkatkan kemampuannya dalam melakukan loncatan

vertical.

Ada beberapa syarat untuk melakukan latihan pliometrik agar mendapat hasil yang maksimal dan dapat menghindari terjadinya cidera yaitu:

a) Ada pelatih yang mengontrol latihan

b) Harus sudah latihan kekuatan minimal 3 bulan c) Memiliki kekuatan otot yang baik

d) Melakukan pemanasan sebelum latihan

e) Memulai latihan dari yang rendah meningkat ke tinggi f) Mendarat dengan halus tanpa adanya hentakan keras g) Memanfaatkan istirahat antar set

h) Menggunakan sepatu yang ber sol tebal dan empuk i) Mencari landasan yang tidak keras


(25)

2. Pliometrik Tumpuan Dua Kaki

Radcliffe dan Farentinos (1985: 34) latihan ini mengembangkan kecepatan dan power untuk otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya kerja otot-otot gluteal, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius dengan kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga, latihan ini bermanfaat untuk mengembangkan kecepatan dan daya ledak yang diperlakukan pada saat lari.

Metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki adalah suatu gerakan lompat tegak ke depan dengan kedua lutut dilipat. Pastikan kedua lutut mendekati dada. Tolakan dengan kedua kaki dan mendarat juga dengan kedua kaki, begitu kaki menyentuh tanah secepatnya meloncat lagi. Pelatihan

double leg speed hop ini melibatkan otot-otot gluteals, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius (Furqon dan Doewes, 2002).

Gambar 1. Double Leg Bound 3. Pliometrik Tumpuan Satu Kaki

Radcliffe dan Farentinos (1985: 35) latihan ini hampir sama dengan latihan tumpuan dua kaki, tetapi hanya dilakukan dengan satu kaki. Latihan memerlukan beban lebih untuk pinggul, tungkai, dan punggung bagian bawah, dan juga melibatkan otot-otot yang menyeimbangkan lutut dan ankle.


(26)

Metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki Saat melakukan salah satu kaki membentuk sudut 90 derajat, kemudian lompat setinggi mungkin dan mendarat dengan kaki yang sama. Usahakan agar kaki penyeimbang tidak menyentuh tanah. Mendaratlah dengan salah satu kaki sebagai penyangga badan dan kemudian lompat lagi dengan posisi semula.

Sedangkan anatomi gerakan pliometrik tumpuan satu kaki menurut Radcliffe & Farentinos (1985: 13) yaitu:

a. Fleksi paha, melibatkan otot-otot sartorius, illacus dan gracilis.

b. Ekstensi lutut, melibatkan otot-otot tensor fasciae latae, vastus lateralis,

medialis, intermedius dan rectus femoris.

c. Ekstensi paha dan fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femoris,

semitendinosus dan semimembranosus serta juga melibatkan otot-otot gluteus maximus dan minimus.

d. Fleksi lutut dan kaki, melibatkan otot gastrocnemius, peroneus dan soleus. e. Aduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-otot gluteus maximus dan

minimus dan adductor longus, brevis, magnus, minimus dan hallucis.

Pelaksanaan latihan pliometrik tumpuan satu kaki menurut M. Furqon H. & Muchsin Doewes (2002: 35) sebagai berikut:

1) Posisi awal: Ambillah posisi sikap berdiri seperti pada latihan pliometrik tumpuan dua kaki, tetapi hanya menggunakan satu tungkai dalam posisi selama berlatih dan jagalah keseimbangan.

2) Pelaksanaan: mulailah latihan seperti pada latihan pliometrik tumpuan dua kaki, tetapi dengan satu tungkai. Pada saat di atas atau di udara kedua lutut


(27)

dilipat. Jika tumpuan atau tolakan menggunakan kaki kanan, maka pada saat mendarat juga menggunakan kaki kanan. Lakukan 2-4 set, jumlah ulangan 8-12 kali untuk tiap kaki, dan waktu istirahat kira-kira 2 menit di antara set.

Gambar 2. Single Leg Bound

Latihan pliometrik merupakan bentuk-bentuk latihan yang menekankan pada pola gerak tubuh bagian bawah, artinya latihan pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang berguna untuk meningkatkan atau mengoptimalkan kinerja power tungkai

B. Hakikat Latihan 1. Pengertian Latihan

Menurut Sukadiyanto (2005: 5) istilah latihan berasal dari bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice,

exercises, dan training. Latihan berasal dari kata practice adalah aktivitas

untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga. Latihan berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem


(28)

organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Latihan berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu peencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori, praktek, metode dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Menurut Bompa (1994: 3) pengertian latihan yaitu:

Latihan adalah suatu proses yang dinyatakan dengan kata lain periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi. Selain itu,latihan merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mempersiapkan diri dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Perlombaan adalah puncak dari proses berlatih melatih dalam olahraga, dengan harapan agar atlet dapat berprestasi optimal. Untuk dapat meraih prestasi atau hasil yang optimal memerlukan proses berlatih melatih yang panjang dengan pembinaan yang baik. Menurut M. Furkon (1995: 3) mengatakan bahwa:

Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai atlet tesebut mencapai standar penampilan tertinggi. Oleh karena itu proses pembinaan dilakukan sejak dini mungkin agar sasaran yang diharapkan pada kejuaraan tertentu dapat tercapai dan atlet dapat menampilkan puncak prestasi yang dimilikinya.

Menurut Harsono (1988: 98) mengatakan bahwa:

Agar prestasi dapat meningkat, latihan haruslah berpedoman pada teori serta prinsip latihan yang benar dan sudah dapat diterima secara

universal. Tanpa berpedoman pada prinsip latihan serta teori yang

benar, latihan sering kali menjurus ke praktek mala-latihan

(mal-pratice) dan latihan yang tidak sistematis dan metodis sehingga

peningkatan prestasi sukar dicapai.


(29)

Metode latihan merupakan prosedur dan cara yang direncanakan mengenai jenis-jenis latihan dan penyesuaiannya berdasarkan kadar kesulitan, kompleksitas, dan beratnya beban (M. Furqon, 1995: 5). Dari beberapa definisi di atas maka metode latihan adalah suatu cara atau prosedur yang merencanakan mengenai jenis-jenis latihan dan penyesuaiannya berdasarkan tingkat kesulitan dan kompleksitas dari latihan yang berpedoman pada teori serta prinsip latihan yang benar dan yang sudah diterima secara universal agar prestasi atlet dapat meningkat.

Tujuan dari latihan secara umum adalah untuk membantu para pembina, pelatih, dan guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki kemampuan konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkap potensi olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. Rumusan tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk yang jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan datang dalam satu tahun ke depan atau lebih. Tujuan utamanya adalah untuk pengayaan keterampilan berbagai gerak dasar dan dasar gerak serta dasar-dasar teknik yang benar. Tujuan dan sasaran jangka pendek adalah waktu persiapan yang dilakukan kurang dari satu tahun. Sasaran dan tujuan utamanya langsung diarahkan pada peningkatan unsur-unsur yang mendukung kinerja fisik, di antaranya kekuatan, kecepatan, ketahanan, power, kelincahan, kelentukan, dan keterampilan teknik cabang olahraga. Biasanya setiap interval tiga


(30)

sampai empat minggu latihan telah berjalan, selalu dilakukan pemantauan pencapaian hasil latihan. Dengan demikian setiap sesi latihan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang nyata dan terukur. Hal ini dimaksudkan bagi olahragawan agar selalu termotivasi untuk giat berlatih. Sedangkan bagi pelatih proses pemantauan sebagai sarana umpan balik (feed-back) dari proses latihan, apakah program latihan yang disusun dan dilaksanakan berjalan efektif atau tidak, sehingga bila terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran dapat segera dibenahi (Sukadiyanto, 2005: 8). Menurut Fox (1993: 288), sedangkan suatu mekanisme latihan dengan prosedur yang baik adalah dimulai latihan peregangan (stretching), kemudian latihan inti, dan diakhiri dengan latihan peregangan (cooling-down).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan suatu cara untuk membantu atlet agar mendapatkan prestasi dengan memperhatikan sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Di dalam suatu latihan terdapat mekanisme latihan dan prosedur yang baik, yaitu dimulai dengan latihan stretching, latihan inti, dan cooling-down.

2. Prinsip-Prinsip Latihan

Pada dasarnya latihan yang dilakukan pada setiap cabang olahraga harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Proses latihan yang menyimpang sering kali mengakibatkan kerugian bagi atlet maupun pelatih. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan, dengan memahami prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan.


(31)

Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (1994: 29-48) adalah sebagai berikut: (1) prinsip partisipasi aktif mengikuti latihan, (2) prinsip pengembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individual, (5) prinsip bervariasi, (6) model dalam proses latihan, dan (7) prinsip peningkatan beban.

Selanjutnya Sukadiyanto (2005: 12) menjelaskan prinsip-prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara lain: (1) prinsip kesiapan, (2) individual, (3) adaptasi, (4) beban lebih, (5) progresif, (6) spesifik, (7) variasi, (8) pemanasan dan pendinginan, (9) latihan jangka panjang, (10) prinsip berkebalikan, (11) tidak berlebihan, dan (12) sistematik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan pada dasarnya mencakup prinsip spesifikasi, sistem energi, dan prinsip overload. Prinsip spesifikasi berarti memiliki kekhususan sistem energi meliputi penggunaan energi, dan prinsip overload yang berkaitan dengan intensitas, frekuensi, dan durasi.

3. Tujuan dan Sasaran Latihan

Menurut Bompa (1994: 5) bahwa tujuan latihan adalah untuk memperbaiki prestasi tingkat terampil maupun kinerja atlet, dan diarahkan oleh pelatihnya untuk mencapai tujuan umum dalam latihan. Rumusan, tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk tujuan jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan datang dalam satu tahun kedepan atau lebih. Sedangkan tujuan


(32)

dan sasaran latihan jangka pendek adalah waktu untuk persiapan kurang dari satu tahun.

Sukadiyanto (2005: 9) lebih lanjut menjelaskan bahwa sasaran dan tujuan latihan secara garis besar antara lain: (a) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus, (c) menambah dan menyempurnakan tehnik, (d) mengembangkan dan menyempurnakan strategi, tehnik dan pola bermain, (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

Berdasarkan beberapa pendapat pada penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran latihan dibagi menjadi dua, yaitu tujuan dan sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Untuk mewujudkan sasaran dan tujuan memerlukan latihan tehnik, taktik, fisik dan mental.

Prinsip-prinsip latihan yang dikemukakan disini adalah prinsip yang paling mendasar, akan tetapi penting dan yang dapat diterapkan pada setiap cabang olahraga serta harus dimengerti dan diketahui oleh pelatih maupun atlet.

Menurut Harsono (1988: 102-122) untuk memperoleh hasil yang dapat meningkatkan kemampuan atlet dalam perencanaan program pembelajaran harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar latihan, yaitu: (1) prinsip beban lebih (over load principle), (2) prinsip perkembangan menyeluruh (multilateral development), (3) prinsip kekhususan


(33)

(spesialisasi), (4) prinsip individual, (5) intensitas latihan, (6) kualitas latihan, (7) variasi latihan, (8) lama latihan, (9) prinsip pulih asal.

Prinsip beban lebih (over load principle) adalah bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet harus diberikan berulang kali dengan intensitas yang cukup. Jika latihan dilakukan secara sistematis maka diharapkan tubuh atlet dapat menyesuaikan diri semaksimal mungkin kepada latihan yang diberikan, serta dapat bertahan terhadap hal yang ditimbulkan oleh latihan tersebut baik stress fisik maupun stress mental. Jadi beban kerja dan tantangan-tantangan yang diterima masih berada dalam batas-batas kemampuan manusia untuk mengatasinya, dan tidak terlalu menekan sehingga menimbulkan ketegangan yang berlebihan selama itu pula proses perkembangan fisik maupun mental manusia masih mungkin tanpa merugikan mereka (Harsono, 1988: 104).

Prinsip kekhususan (spesialisasi) mempunyai pengertian apapun cabang olahraga yang diikutinya, tujuan serta motif atlet biasanya adalah untuk melakukan spesialisasi dalam cabang olahraga tersebut, oleh karena itu spesialisasi memperoleh kesuksesan dan menonjol dalam cabang olahraga tersebut.

Spesialisasi juga berarti mencurahkan segala kemampuan, baik fisik maupun mental pada satu cabang olahraga tersebut (Harsono, 1988: 109). Prinsip individual mengharuskan seluruh konsep latihan disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar


(34)

belakang pendidikan, tingkat kesegaran jasmaninya dan cirri-ciri psikologinya semua harus ikut dipertimbangkan dalam mendisain latihan bagi atletnya. Jadi kesimpulannya adalah bahwa latihan memangharus direncanakan dan disesuaikan bagi setiap individu agar latihan tersebut dapat menghasilkan hasil yang terbaik (Harsono, 1988: 113).

Intensitas latihan adalah suatu jatah latihan yang harus dilakukan seseorang atlet menurut program yang ditentukan (Sajoto, 1988: 113). Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut nadi dengan rumus Denyut Nadi Maksimal (DNM) = 220-umur (dalam tahun).

Kualitas laihan adalah apabila latihan atau drill-drill yang dilakukan memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan atlet, apabila koreksi-koreksi yang konstruktif sering diberikan dan pengawasan diberikan oleh pelatih sampai ke detail-detail gerakan dan apabila prinsip-prinsip over load diterapkan baik segi fisik maupun mental (Harsono, 1988: 119).

Variasi dalam latihan diberikan untuk mencegah kemungkinan timbulnya kebosanan berlatih sehingga pelatih harus kreatif dan pandai-pandai mencari dan menerapkan variasi dalam latihan. Variasi latihan yang di kreasi dan diterapkan secara cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya fisik maupun mental atlet sehingga timbulnya kebosanan berlatih sejauh mungkin dapat terjadi dalam penelitian ini variasi latihan yang dilakukan (Harsono, 1988: 121).


(35)

4. Durasi Latihan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lama latihan selama 16 kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk melaksanakan pretest dan pertemuan yang terakhir (ke-16) untuk melaksanakan posttest. Frekuensi adalah berapa kali seseorang melakukan latihan yang cukup intensif dalam satu minggunya (Sajoto, 1993: 137). Dalam menentukan frekuensi latihan harus benar-benar menentukan batas-batas kemampuan seseorang, karena bagaimanapun juga tubuh seseorang tidak dapat beradaptasi lebih cepat dari batas kemampuannya. Apabila frekuensi latihan yang diberikan berlebihan akibatnya bukan percepatan hasil yang diperoleh tetapi dapat menyebabkan sakit yang berkepanjangan.

Menurut Fox dan Metheus dalam Sajoto (1988: 138) dikemukakan bahwa frekuensi latihan 3-5 kali per minggu adalah cukup efektif. Sedangkan menurut Brooks dan Fahey dalam Sajoto (1993: 138) mengemukakan bahwa latihan hendaknya dengan frekuensi antara 3-5 kali per minggu dengan waktu latihan antara 20-60 menit dalam intensitas tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas peneliti dalam memberikan latihan menggunakan frekuensi 3 kali dalm seminggu dengan waktu setiap latihan 90 menit.

C.Power

Power adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk


(36)

gerakan yang utuh (Suharno, 1981: 23-24). Power merupakan hasil kali dari kekuatan dan kecepatan, sehingga semua bentuk latihan pada komponen biomotor kekuatan dapat dijadikan sebagai bentuk latihan power. Perbedaannya adalah beban untuk latihan power harus lebih ringan dan dilakukan dengan irama yang cepat, oleh karena wujud gerak dari power adalah eksplosif.

Power adalah hasil kali dari kekuatan dan kecepatan, atau merupakan

bentuk kekuatan eksplosif (Sukadiyanto, 1997: 65). Senada dengan pendapat tersebut, Harsono, (1988: 200) menyatakan bahwa power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dengan waktu yang sangat cepat. Pendapat lain mengatakan bahwa power adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang artinya diproduksi gerakan dengan tenaga sebesar mungkin dengan waktu yang secepat mungkin.

Menurut Gardner (1995: 265)bahwa:

Anggota bagian tubuh bagian bawah dihubungkan dengan badan oleh sebuah gelang sendi yang terdiri dari tiga bagian yaitu tungkai atas, tungkai bawah, serta kaki. Otot dipaha meliputi belakang, sisi medial paha, bagian depan. Paha belakang terdiri dari biceps femoris,

semitendinosus dan semimembranosus, sisi medial paha meliputi pektineus, adductor longus, adductor brevis, adductor magnus, grasilis

dan ebturator eksternus, sedangkan otot bagian depan paha meliputi

iliopsoas, quadriceps femoris dan Sartorius.

Sedangkan menurut Gardner (1995: 330-335),

Otot tungkai bagian bawah dibagi menjadi tiga bagian yaitu tungkai bawah bagian depan, tungkai bagian bawah lateral dan betis. Otot bagian depan tungkai bawah adalah tibialis anterior, ekstensorslusing longus,

proneis tensus. Bagian lateral tungkai bawah meliputi proneus,ongus, proneus brevis. Sedangkan betis terdiri dari gastroknemius dan soleus.


(37)

Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa power otot tungkai adalah kemampuan dari otot-otot tungkai untuk mengatasi tahan beban dengan kecepatan tinggi. Power ditentukan oleh banyak sedikitnya myofibril otot putih, kecepatan kontraksi otot, banyak sedikitnya ATP dalam otot dan koordinasi gerakan. Selanjutnya power otot tungkai yang merupakan perpaduan atau kombinasi antara kecepatan dan kekuatan untuk mengatasi beban atau tahanan dengan kecepatan kontraksi otot yang tinggi, daya ledak atau power otot tungkai dapat diukur dengan menggunakan vertical

jump test.

Berikut adalah contoh susunan menu program latihan untuk meningkatkan power oleh Sukadiyanto (2002: 96):

Intensitas : 30%-60% dari kekuatan maksimal RM Volume : 3 set/sesi

Repetisi : 15-20 repetisi

Recovery : 1: 4

Interval : 1: 6

Irama : secepat mungkin (eksplosif) Frekuensi : 3x/minggu

D. Pengukuran Power Otot Tungkai

Power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, merupakan

dasar dalam setiap melakukan bentuk aktifitas. Power juga sering diartikan sebagai daya ledak yang mempunyai makna kemampuan untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu relatif singkat. Pengukuran power cukup


(38)

banyak, salah satunya dengan menggunakan vertical jump test dengan satuan Cm, pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali dan diambil yang terbaik. Dalam penelitian ini untuk mengukur power tungkai menggunakan tes lompat tegak/vertical jump (Harsuki, 2003: 339).

1. Alat dan Fasilitas a. Papan vertical jump b. Serbuk kapur atau bedak c. Pembersih atau penghapus d. Dinding yang rata

e. Alat tulis 2. Pelaksanaan

a. Langkah 1: testi berdiri tegak menyamping di depan papan vertival jump dengan menjulurkan salah satu tangan ke atas setinggi mungkin dengan telapak tangan menghadap ke dinding, sedangkan kedua telapak kaki tetap melekat di lantai (tumit tidak terangkat). Bagi yang tidak kidal, lengan kanan yang dijulurkan tetapi bagi yang kidal maka lengan kiri yang dijulurkan, tinggi raihan dicatat.

b. Langkah 2: testi mengambil awalan meloncat dengan menekuk kedua lutut, lengan tetap dijulurkan ke atas lalu secara eksplosif meloncat setinggi-tingginya ke atas dan kemudian lengan yang menyamping tembok berusaha meraih papan vertical jump pada titik tertinggi loncatan. Ketelitian pengukuran sampai cm terdekat.


(39)

c. Langkah 3: testi masing-masing melakukan sebanyak 2 kali loncatan dan hasilnya dicatat.

d. Langkah 4: skor loncatan adalah selisih antara tinggi raihan pada waktu meloncat dengan tinggi raihan pada waktu berdiri.

3. Testor

Jumlah testor sebanyak tiga orang yaitu: pengawas dua orang bertugas mengamati dan mengawasi. Pencatat hasil satu orang yang bertugas mencatat hasil yang dicapai oleh atlet.

Selain dapat menggunakan bentuk latihan pada komponen biomotor kekuatan dan kecepatan, latihan untuk meningkatkan power dapat dilakukan dengan menggunakan plyometrics dan weight training. Prinsip metode latihan plyometrics dan weight training adalah otot selalu kontraksi baik pada saat memanjang (eccentric) maupun pada saat memendek (concentric). E. Sepakbola

1. Pengertian Sepakbola

Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh sebelas orang di atas lapangan yang berbentuk persegi panjang. Sepakbola merupakan permainan tim, Sepakbola merupakan olahraga Tim, dibutuhkan kerjasama yang baik, kemampuan individu yang baik supaya menjadi Tim yang handal. Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan


(40)

pemenang jika hasilnya seri). Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.

Menurut Agus Salim (2008: 10), bahwa

Pada dasarnya permainan sepakbola adalah olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan kaki. Tujuan utamanya dalam permainan ini adalah untuk mencetak gol atau skor sebanyak-banyaknya yang tentunya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk bisa membuat gol kalian harus tangkas, sigap, cepat dan baik dalam mengontrol bola.

Sedangkan menurut Abdul Rokhim (2008: 1 2), bahwa

Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental, pemain diharuskan melakukan gerakan yang terampil dibawah kondisi pemain yang waktunya terbatas, fisik dan mental sambil menghadapi lawan, pemain harus berlari beberapa mil dalam satu pertandingan, setiap pemain harus memahami teknik permainan individu, kelompok dan beregu.

Sepakbola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan (Mimin US: 2).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan olahraga permainan yang sangat digemari oleh masyarakat umum di seluruh dunia sehingga sepakbola merupakan olahraga yang sangat popular. Sepakbola adalah olahraga yang dilakukan dengan kaki untuk menendang bola, bola diperebutkan oleh dua kelompok yang masing-masing terdiri sebelas orang, sepakbola diperlukan teknik yang baik karena


(41)

sepakbola merupakan permainan yang menantang fisik dan mental. Tujuan permainan ini adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan untuk menentukan pemenang dan merebut bola dari lawan dan menjaga gawang dari serangan lawan. Olahraga ini membutuhkan alat seperti sepatu bola sebagai alat untuk menendang dan bola tending sebagai obyek tendangan. Permainan sepakbola dilakukan di lapangan terbuka dan diberi gawang sebagai tempat untuk memasukkan bola dan menentukan pemenang.

2. Peraturan Sepakbola

Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga atau permainan yang paling digemari di seluruh penjuru dunia. Sepak bola merupakan permainan di mana terdapat dua tim dari 11 pemain (salah satunya adalah penjaga gawang) mencoba untuk memasukkan bola ke gawang lawan. Pemain dikatakan mencetak gol ketika mereka berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan (telah melewati garis gawang). Permainan sepak bola ini dikendalikan oleh satu Wasit di lapangan dan empat asisten wasit, 2 ditempatkan pada touchlines berlawanan, dan 2 lagi ditempatkan di dekat tiap gawang. Terdapat beberapa dasar-dasar peraturan sepak bola, diantaranya sebagai berikut:

a. Ukuran Lapangan

Secara umum lapangan yang digunakan dalam permainan sepakbola memiliki ukuran panjang 90-120 meter, lebar 45-90 meter,


(42)

tinggi gawang 2,4 meter, lebar gawang 7,3 meter, titik tengah pinalti 11 meter.

b. Bola

Dalam aturan sepak bola menyatakan bahwa untuk ukuran bola harus memiliki diameter 68-70 sentimeter dan berat antara 410-450 gram.

c. Jumlah Pemain

Jumlah pemain yang berhak berada di lapangan maksimal hanya 11 orang, 3 orang pergantian pemain, serta hanya 5 atau 7 atau 9 pemain yang berhak berada di bench.

d. Perengkapan pemain

Pada dasarnya aturan sepak bola mengatakan bahwa seorang pemain harus memakai baju atau seragam (jersey), sepatu, bantalan tulang kering, celana pendek dan kaus kaki serta kedua tim harus memiliki peralatan yang berbeda sehingga mereka dapat dibedakan di lapangan.

e. Offside

Secara garis besar offside terjadi ketika seorang pemain yang menerima umpan berada di belakang pemain terakhir lawan tepat saat umpan dilepaskan oleh rekannya tepat ke pemain tersebut atau tidak ke arah pemain tersebut dan pemain tersebut mengejar bola hasil umpan dari rekannya tersebut.


(43)

Dalam peraturan sepak bola, pelanggaran dapat terjadi ketika seorang pemain mencoba untuk mendapatkan bola dari lawannya dengan menendang atau mendorong lawannya baik itu karena kesengajaan ataupun tidak disengaja. Pelanggaran pun banyak tingkatannya, seorang pemain yang melakukan pelanggaran keras dapat dikenakan kertu kuning bahkan kartu merah oleh wasit.

g. Tendangan Bebas

Ketika sebuah tendangan bebas dilakukan pemain dari tim lawan harus minimal 9,15 meter dari posisi dimana tendangan bebas akan terjadi. Begitu juga pemain yang menendang bola tidak boleh menyentuh bola hasil tendangannya sebelum bola tersebut menyentuh rekannya atau pemain lawan terlebih dahulu.

h. Tendangan Penalti

Penalti dapat diberikan jika pemain lawan melakukan pelanggaran

atau handball di dalam kotak 18 meter (biasa disebut dengan kotak penalti). Namun, tidak semua kesalahan di dalam kotak penalti dihukum dengan tendangan penalti, sebagai contohnya, jika salah satu pemain dari tim yang menerima serangan memberikan operan bola langsung kepada penjaga gawang dengan menggunakan kaki dan penjaga gawang menangkapnya langsung dengan tangan di dalam kotak penalti, maka wasit akan memberikan tendangan bebas tidak langsung tepat di tempat kesalahan tersebut terjadi kepada tim lawan. Selain itu, sebelum


(44)

penendang penalti melepaskan tendangan, pemain lainnya dilarang memasuki kotak penalti terlebih dahulu.

i. Lemparan Ke Dalam (Throw In)

Dalam peraturan sepak bola metode melemparkan harus mengikuti beberapa aturan yang ketat, jika tidak wasit akan memberikan kesempatan lemparan ke dalam untuk tim lain. Pemain yang mengambil lemparan harus tetap berdiri di luar garis samping, dengan telapak kaki tetap menjejak di tanah dan lemparan harus dilakukan dengan bola di atas kepala pelempar itu.

j. Goal Kick

Goal kick merupakan salah satu peraturan sepak bola yang lebih kita kenal dengan tendangan gawang harus dilakukan sesuai dengan aturan yang ada, aturan mengenai tendangan gawang menyatakan bahwa tendangan harus cukup kuat untuk melewati area penalti. Jadi setiap pemain yang mengambil tendangan gawang (umumnya penjaga gawang), harus menendang bola kepada rekannya yang berada di luar dari kotak penalti.


(45)

Peraturan sepakbola di atas merupakan sebagian kecil dari sekian banyak peraturan-peraturan dalam sepakbola.

F. PS PADMA

PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl.Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di Lapangan Klebengan Sleman, Yogyakarta. PS PADMA masuk dalam anggota PSS pada tanggal 16 Oktober 1982 dengan mengikuti kompetisi awal di divisi II Sleman, hanya dalam 2 tahun PS PADMA dapat naik tahta sampai ke divisi utama Sleman dengan prestasi yang membanggakan. Pada tahun 1983 PS Padma masuk ke divisi I dan pada tahun 1984-1985 PS Padma masuk dalam 4 besar pada divisi I sehingga otomatis dapat naik ke level tertinggi di Sleman yaitu divisi utama. Prestasi yang diraih oleh PS PADMA yaitu pada tahun 1985 dengan menjuarai Dagaran Cup dan pada 1986-1990 selalu mendapat tempat di 4 besar divisi utama, tetapi setelah berjalannya waktu dan bergantinya para pemain PS PADMA prestasi turun sehingga pada tahun 1995-2000 turun level ke divisi I Sleman dan pada tahun 2000-sekarang PS PADMA turun ke divisi II Sleman, tahun ini PS PADMA berteket dapat menaikkan level di divisi I dan divisi utama Sleman. Kepengurusan PS PADMA:

Ketua umum : Nurwoto Ketua harian : Beny Sugito Sekretaris : Sudianto Bendahara : Beny Sugito Humas : Maput dan Sayono


(46)

Pelatih : Hartono G. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dhanik Fahrizal (2002) berjudul: “Pengaruh Latihan Pliometrik dengan Tumpuan Dua Kaki Secara Bersamaan Dan Bergantian Terhadap Peningkatan Power Tungkai”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tehnik tes. Sampel yang digunakan adalah para atlet tae kwon do di Dojang Gapensi Bantul sebanyak 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test kelompok latihan pliometrik baik dengan dua kaki bersamaan maupun dengan dua kaki yang bergantian. Kelompok latihan pliometrik baik dengan dua kaki bersamaan memiliki nilai p = 0,002 dan kelompok latihan pliometrik dengan dua kaki bergantian memiliki nilai p = 0,001.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ad Pamungkas (2010) berjudul: “Pengaruh Latihan Plyometric Jumps In Place Dan Long Jumps Terhadap Tinggi Loncatan Pada Atlet Remaja Putra Klub Bola Voli Sleman Utara”. Dengan hasil penelitian sebagai berikut: bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara latihan plyometric jump in place dan long jump terhadap tinggi loncatan atlet bolavoli remaja dengan t hitung= -3,067 lebih kecil dari t tabel= 1,761 atau p= 0,018>ɑ=0,05. Sedangkan latihan plyometric longs

jump lebih baik dibanding latihan plyometric jumps in place dengan rerata


(47)

loncatan atlet bolavoli remaja dari pada patihan plyometric jumps in place dengan rerata hasil posttest 45,2500.

3. Penelitian yang dilakukan Jendra Giri Prasetyo (2010) berjudul: “Pengaruh Latihan Pliometrik Double Leg Bound Terhadap Hasil Jauh Tendangan Bola Pada Siswa SD N 3 Garung yang Mengikuti Ekstrakulikuler Sepakbola”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dengan analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

“terdapat pengaruh latihan pliometrik double leg bound terhadap hasil

jauhnya tendangan bola pada siswa SD N 3 Garung yang mengikuti ekstrakulikuler sepakbola sebesar 6.2%”.

H. Kerangka Berfikir

Latihan merupakan proses yang sistematis untuk meningkatkan kualitas fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu metode latihan menjadi sangatlah penting bagi seorang pelatih. Latihan menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan program yang baik dan disesuaikan dengan sumber energi dominan yang terdapat dalam cabang olahraga tertentu. Dari kedua metode mempunyai kesamaan, yaitu melatih otot tungkai, akan tetapi pada latihan pliometrik beberapa yang berlawanan terlatih bersamaan.

Power merupakan hasil perpaduan dari komponen dasar biomotor yang

sangat penting dalam olahraga sepakbola untuk melakukan gerakan lari maupun loncat baik dalam berlatih maupun berlomba. Power merupakan hasil dari kekuatan dan kecepatan yang dilakukan dalam satu gerakan yang utuh


(48)

dengan melibatkan kemampuan otot untuk mengatasi tahanan atau beban. Hubungan sepakbola dengan serangkaian gerak lari maupun lompat terdapat satu atau beberapa bagian yang sangat memerlukan power atau daya ledak dari tubuh saat melakukan tumpuan atau dorongan,

Kemampuan meloncat tidak dapat dipisahkan dengan daya ledak otot tungkai. Banyak metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak (power) otot tungkai. Diantaranya adalah latihan pliometrik. Pliometrik merupakan suatu metode untuk mengembangkan explosive power. Latihan ini tepat untuk meningkatkan loncatan, kecepatan, dan kekuatan maksimal.


(49)

Gambar 4. Komponen Latihan Sepakbola

Sepak Bola

FISIK

TEKNIK

TAKTIK

MENTAL

KELENTUKAN KELINCAHAN

DAYA TAHAN POWER KEKUATAN

KECEPATAN

KOORDINASI

KESEIMBANGAN REAKSI KETEPATAN

PLIOMETRIK

LATIHAN BEBAN

TUMPUAN SATU KAKI

TUMPUAN DUA KAKI


(50)

I. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1991: 62) hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbuktidan terkumpul berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir. Dari kerangka berfikir di atas dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola.

2. Ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola.

3. Metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih efektif dalam meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dari pada metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki.


(51)

38 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau sebab-akibat. Penelitian eksperimen biasanya diakui sebagai penelitian paling ilmiah dari seluruh tipe penelitian karena peneliti dapat memanipulasi perlakuan yang menyebabkan terjadinya sesuatu (Setyo, 1997: 36). Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausa) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan penelitian dengan mengeliminasi atau mengurangi faktor-faktor yang mengganggu, eksperimen selalu dengan maksud untuk akibat dari suatu perkara (Suharsimi Arikunto, 1997: 3).

Desain yang digunakan dalam peneltian eksperimen dengan

menggunakan rancangan ”pre test dan post test design”, yaitu desain yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan diadakan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2006: 64). Penelitian ini akan membandingkan hasil pretest dan posttest. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, dalam waktu yang bersamaan melakukan latihan pliometrik. Untuk lebih jelasnya proses penelitian yang akan dilaksanakan, maka dapat digambarkan sebagai berikut:


(52)

Gambar 5. Desain Penelitian (Sugiyono, 2007: 32) Keterangan :

P : Populasi penelitian

Pretest : Tes awal vertical jump

OP : Ordinal pairing

K-1 : Kelompok eksperimen 1 K-2 : Kelompok eksperimen 2

A : Latihan pliometrik tumpuan satu kaki B : Latihan pliometrik tumpuan dua kaki

Posttest : Tes akhir vertical jump

B. Definisi Operasianal dan Variabel Penelitian

Sugiyono (2006: 60) mengatakan variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah ditetapkan, maka variabel dalam penelitian ini adalah

P Pretest OP

K-1 A

K-2 B


(53)

pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan tumpuan dua kaki terhadap peningkatan power otot tungkai atlet sepakbola di PS PADMA Sleman, Yogyakarta. Agar tidak terjadi kesalahpahaman maka didefinisikan sebagai berikut:

1. Pliometrik Tumpuan Dua Kaki

Cara melakukan untuk latihan pliometrik tumpuan dua kaki adalah meloncat memakai dua kaki dengan posisi badan berdiri setengah jongkok, kedua kaki diregangkan selebar bahu kemudian meloncat ke atas depan dan selanjutnya mendarat dengan tumpuan kedua kaki. Lakukan 2-4 set, jumlah ulangan 8-12 kali, dan waktu istirahat 3 menit di antara set.

2. Pliometrik Tumpuan Satu Kaki

a. Posisi awal: Ambillah posisi sikap berdiri seperti pada latihan pliometrik tumpuan dua kaki, tetapi hanya menggunakan satu tungkai dalam posisi selama berlatih dan jagalah keseimbangan.

b. Pelaksanaan: mulai latihan seperti pada latihan pliometrik tumpuan dua kaki, tetapi dengan satu tungkai. Pada saat di atas atau di udara kedua lutut dilipat. Jika tumpuan atau tolakan menggunakan kaki kanan, maka pada saat mendarat juga menggunakan kaki kanan. Lakukan 2-4 set, jumlah ulangan 8-12 kali untuk tiap kaki, dan waktu istirahat 3 menit di antara set.

3. Power Otot Tungkai

Power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, dan


(54)

diartikan daya ledak yang mempunyai makna kemampuan untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dengan waktu yang relatif singkat. Ada beberapa cara untuk pengukuran power tungkai salah satunya dengan menggunakan vertical jump dengan satuan cm. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali dan diambil yang terbaik.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemungkinan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1992: 55). Dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah seluruh atlet sepakbola di PS PADMA Kabupaten Sleman yang berjumlah 24 atlet .

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002: 109). Menurut Sugiyono (2006: 56) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Pengambilan sampel secara total sampling adalah suatu cara pengambilan sampel dimana peneliti mencampur semua subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dapat dikenakan perlakuan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola yang ada di PS PADMA Sleman yang berumur 17 tahun keatas yang berjumlah 24 atlet. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok pertama dilatih dengan menggunakan metode latihan pliometrik


(55)

tumpuhan satu kaki secara bergantian (kanan-kiri), dan kelompok kedua dilatih dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki. Setiap kelompok di latihan pliometrik tumpuan dua kaki dan satu kaki berjumlah 12 atlet yang pengambilannya secara total sampling.

Pemisahan sampel dilakukan secara ordinal pairing. Ordinal pairing adalah pemisahan sampel yang didasari atas kriterium ordinal (Sutrisno Hadi, 2000: 111).

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Ranking

1

4

5

8

Dst....

Ranking

2

3

6

7

Gambar 6. Ordinal Pairing

Penjelasan tahap tahap ordinal pairing memasang-masangkan subyek penelitian berdasarkan ordinal. Pairing ini hanya dilakukan terhadap continum

variable misalnya: hasil terbaik diletakkan di kelompok satu, hasil terbaik nomor


(56)

kelompok dua. Hasil terbaik nomor empat diletakkan di kelompok satu dan seterusnya.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2015. Tempat pelaksanaan di lapangan 403 Kentungan Sleman.

E. Instrumen dan Teknik Pengambilan Data 1. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau tes yang akan digunakan untuk mengumpulkan data guna mendukung dalam keberhasilan suatu penelitian (Sugiyono, 1999: 98). Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan baik. Dengan adanya data yang terkumpul dapat digunakan untuk menjawab masalah peneliti dan menguji hipotesis penelitian.

Instrument dalam penelitian ini adalah vertical jump yang

dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani (Suharto, 2000: 92). Alat bantu yang digunakan utuk mengukur tinggi lompatan untuk mengetahui power otot tungkai menggunakan papan vertical jump dilengkapi dengan ukurannya dengan satuan centimetre. Menurut Philips (1979: 256) kualitas pengukuran mempunyai validitas 0,78 dan reliabilitas sebesar 0,93.


(57)

Gambar 7. Tes Vertical jumps 2. Teknik Pengumpulan Data

Variabel yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan tumpuan dua kaki sebagai variabel bebas dan pengukuran power otot tungkai sebagai variabel terikat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data pre-test hasil tes

power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum sampel

diberikan treatment dan data post-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test setelah sampel diberikan treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan dua kaki.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dimaksudkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan penelitian atau tentang permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut Bogdan yang dikutip oleh Sugiyono (2009: 244), analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistimatis data yang diperoleh dari hasil angket, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.


(58)

Menurut Sugiyono (2009: 29) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

1. Analisis Deskriptif a. Mean, Median, Modus

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Dengan menggunakan statistik deskriptif maka dapat diketahui nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

varian, maksimum, minimum (Ghozali, 2011: 19).

b. Tabel Distribusi Frekuensi 1) Menentukan Kelas Interval

Untuk menentukan panjang interval digunakan rumus Sturges yaitu: K = 1 + 3,3.log n

Keterangan :

K : jumlah kelas interval N : jumlah data observasi log: logaritma

2) Menghitung Rentang Data

Untuk menghitung rentang data digunakan rumus berikut: Rentang = skor tertinggi – skor terendah


(59)

3) Menentukan Panjang Kelas

Untuk menentukan panjang kelas digunakan rumus sebagai berikut: Panjang kelas = rentang/jumlah kelas

4) Histogram

Diagram batang dibuat berdasarkan data frekuensi yang telah ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.

c. Tabel Kategorisasi

Deskripsi selanjutnya adalah melakukan pengkategorian skor yang diperoleh dari masing-masing variabel. Uji kecenderungan digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang pre-test dan post-test. Cara pengkategorian data dibagi dalam 3 kategori dengan rumus sebagai berikut:

1) Rendah = X < M – SD

2) Sedang = M – SD ≤ X < M + SD 3) Tinggi = X ≥ M + SD

2. Uji Prasyarat Analisis

Data yang terkumpul merupakan hasil tes akhir metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan dua kaki, dengan menggunakan vertical jump. Teknik analisis datanya adalah menggunakan uji-t, yaitu membandingkan nilai rerata dari hasil pretest-posttest sebelum dan sesudah perlakuan dengan sampel yang sama. Sebelum uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui hasil data tersebut berdistribusi normal atau homogen.


(60)

a. Uji Normalitas

Bertujuan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas digunakan dari kolmogorov Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS. Apabila probabilitas asymp.sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai asymp.sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2011).

b. Uji Homogenitas

Bertujuan untuk mengetahui apakah variasinya homogen. Cara yang digunakan untuk uji homogenitas adalah menggunakan uji F dengan bantuan program komputer SPSS. Rumus yang akan digunakan, yaitu uji-f menurut Nurgiyantoro (2010: 191-193) adalah sebagai berikut.

Keterangan:

f = koefisien reliabilitas yang dicari = variabel terbesar

= variabel terkecil 3. Uji Hipotesis

Setelah kedua persyaratan dipenuhi maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus uji

Paired T Test untuk sampel-sampel yang berkorelasi pendek (short method).


(61)

Keterangan:

D: Different/selisih kelompok post test-pre test N: Jumlah Subjek

Penentuan hipotesis diterima apabila nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung>ttabel) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p≤0,05); artinya ada pengaruh peningkatan antara dua kelompok sampel tersebut. Setelah itu untuk mengetahui metode manakah yang lebih efektif, maka perlu diadakan perhitungan masing-masing kelompok. Hasil perhitungan mean tersebut kemudian dibandingkan perbedaannya, dimana mean yang lebih besar berarti lebih efektif.


(62)

49

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di Jl. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di Lapangan Klebengan Sleman, Yogyakarta. PS PADMA masuk dalam anggota PSS pada tanggal 16 Oktober 1982 dengan mengikuti kompetisi awal di divisi II Sleman, hanya dalam 2 tahun PS PADMA dapat naik tahta hingga ke divisi utama Sleman dengan prestasi yang membanggakan. Pada tahun 1983 PS PADMA masuk ke divisi I dan pada tahun 1984-1985 PS PADMA masuk dalam 4 besar pada divisi I sehingga otomatis dapat naik ke level tertinggi di Sleman yaitu divisi utama. Prestasi yang diraih oleh PS PADMA yaitu pada tahun 1985 dengan menjuarai Dagaran Cup dan pada 1986-1990 selalu mendapat tempat di 4 besar divisi utama, tetapi setelah berjalannya waktu dan bergantinya para pemain PS PADMA prestasi turun sehingga pada tahun 1995-2000 turun level ke divisi I Sleman dan pada tahun 2000-sekarang PS PADMA turun ke divisi II Sleman, tahun ini PS PADMA berteket dapat menaikkan level di divisi I dan divisi utama Sleman.

B. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk (1) membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola, (2) membuktikan latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki berpengaruh terhadap peningkatan power tungkai atlet sepakbola, (3)


(63)

tujuan tersebut, diperlukan data pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum sampel diberikan treatment dan data

post-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test

setelah sampel diberikan treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki dan dua kaki.

1. Pliometrik Dengan Tumpuan Satu Kaki a. Data Pretest

Dalam penelitian ini data pretest diperoleh dari hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan

treatment sebanyak 12 responden. Berdasarkan data hasil pretest

diperoleh nilai terendah sebesar 2,56; nilai tertinggi sebesar 2,81; median sebesar 2,58; modus sebesar 2,56; mean sebesar 2,61 dan standar deviasi sebesar 0,077. Dari data tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi. Sugiyono (2005:29) mengatakan bahwa tabel distribusi frekuensi dapat dibuat dengan menggunakan rumus H.A Sturgees dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas.

Untuk menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus yaitu jumlah kelas = 1 + 3,3 log n, dimana n adalah jumlah sampel atau responden. Dari perhitungan diketahui bahwa n = 12 sehingga diperoleh banyak kelas 1 + 3.3 log 12 = 4,5 dibulatkan menjadi 5. Rentang data dihitung dengan rumus nilai maksimal – nilai minimal, sehingga


(64)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Pretest

No. Interval f %

1 3,16-3,21 0 0,0%

2 3,01-3,06 0 0,0%

3 2,86-2,91 1 8,3%

4 2,71-2,76 3 25,0%

5 2,56-2,61 8 66,7%

Jumlah 12 100,0%

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan distribusi frekuensi pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut.

Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Data Pretest Berdasarkan tabel dan diagram batang di atas, mayoritas frekuensi

pretest hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment terletak pada interval 2,56-2,61

sebanyak 8 responden (66,7%) dan paling sedikit terletak pada interval 2,86-2,91 sebanyak 1 responden (8,3%).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2,56-2,61 2,71-2,76 2,86-2,91 3,01-3,06 3,16-3,21 8

3

1

0 0


(65)

berdasarkan pada nilai mean dan standar deviasi menggunakan rumus dari Azwar (2011:109) yaitu sebagai berikut.

Tingi : X ≥ M + SD

Sedang : M – SD ≤ X < M + SD Rendah : X< M – SD

Keterangan:

X : skor hasil pretest M : mean

SD : standar deviasi

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, diketahui bahwa mean (M) sebesar 2,618 dan standar deviasi (SD) sebesar 0,077. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Kategori Pre-test

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase

(%) Kategori

1 ≥ 2,69 3 25,00 Tinggi

2 2,54 ≤ X < 2,69 9 75,00 Sedang

3 < 2,54 0 0,00 Rendah

Jumlah 12 100,00

Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan melalui diagram batang sebagai berikut:


(66)

Gambar 7. Diagram Batang Hasil Uji Kategorisasi Pada Pretest Berdasarkan tabel dan gambar di atas, menunjukkan bahwa pre-test hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum diberikan treatment berada pada kategori tinggi sebanyak 3 responden (25,00%), kategori sedang sebanyak 9 responden (75,00%), dan tidak ada yang berada pada kategori rendah (0,00%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan pre-test hasil tes

power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test sebelum

diberikan treatment berada dalam kategori sedang (75,00%). b. Data Posttest

Dalam penelitian ini data posttest diperoleh dari hasil tes power otot tungkai dengan menggunakan vertical jump test setelah sampel diberikan

treatment dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan

tumpuan satu kaki sebanyak 12 responden.

Berdasarkan data hasil posttest dengan menggunakan metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki, diperoleh nilai terendah sebesar

0

3

0 2 4 6 8

Rendah Sedang Tinggi

Fr

e

ku

e

n

si


(1)

HASIL UJI NORMALITAS

PLIOMETRIK TUMPUAN DUA KAKI

NPar Tests

HASIL UJI HOMOGENITAS

PLIOMETRIK TUMPUAN DUA KAKI

Oneway

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

12 12 2,6108 2,7425 ,07845 ,08625 ,254 ,208 ,254 ,165 -,151 -,208 ,881 ,722 ,420 ,674 N Mean

Std. Dev iat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positiv e Negativ e Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)

Pret est Postest

Test distribution is Normal. a.

Calculated f rom data. b.

Test of Homogeneity of Variances

Pret est_Postest

,269 1 22 ,609

Lev ene


(2)

Lampiran 16. Hasil Paired T Test

HASIL PAIRED T TEST

PLIOMETRIK TUMPUAN SATU KAKI

T-Test

Paired Samples Statistics

2,6175 12 ,07724 ,02230

2,8525 12 ,06917 ,01997

Pret est Postest Pair

1

Mean N Std. Dev iat ion

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

12 ,013 ,968

Pret est & Post est Pair 1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-,23500 ,10300 ,02973 -,30044 -,16956 -7,903 11 ,000

Pret est - Postest Pair 1

Mean Std. Dev iat ion

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Conf idence Interv al of the

Dif f erence Paired Dif f erences


(3)

HASIL PAIRED T TEST

PLIOMETRIK TUMPUAN DUA KAKI

T-Test

Paired Samples Statistics

2,6108 12 ,07845 ,02265

2,7425 12 ,08625 ,02490

Pret est Postest Pair

1

Mean N Std. Dev iat ion

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

12 ,479 ,115

Pret est & Post est Pair 1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-,13167 ,08430 ,02433 -,18523 -,07811 -5,411 11 ,000

Pret est - Postest Pair 1

Mean Std. Dev iat ion

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Conf idence Interv al of the

Dif f erence Paired Dif f erences


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA ATLET BOLAVOLI KLUB TUGUMUDA KOTA SEMARANG

3 22 87

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Terhadap Power Otot Tungkai Pada Pemain Bulutangkis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2 6 15

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN PLANK TRAINING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Plank Training Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dan Kekuatan Otot Perut Pada Pemain Sepak Bola Pemula.

1 2 21

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Plank Training Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dan Kekuatan Otot Perut Pada Pemain Sepak Bola Pemula.

0 1 5

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN PLANK TRAINING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Plank Training Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Dan Kekuatan Otot Perut Pada Pemain Sep

1 2 25

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK LATERAL BARRIER HOPS DAN Pengaruh latihan pliometrik lateral barrier hops dan double leg hops terhadap peningkatan power otot tungkai karateka universitas muhammadiyah surakarta.

1 3 15

PENGARUH LATIHAN POWER OTOT TUNGKAI (LEG EXTENTION) DAN KORDINASI MATA-KAKI (WALL BALL PASS) TERHADAP KECEPATAN DAN KETEPATAN SHOOTING ATLET SEPAK BOLA BELITUNG.

0 1 47

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK FRONT JUMP DAN SIDE JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI ATLET BOLAVOLI PUTRI JUNIOR YUSO YOGYAKARTA.

7 18 115

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN DOUBLE LEG BOUND TERHADAP POWER OTOT TUNGKAI DENGAN PARAMETER TENDANGAN JARAK JAUH di SEKOLAH SEPAKBOLA DIKPORA U-15 WELERI 2015 -

0 1 60

Pengaruh Latihan Power Otot Tungkai terhadap Peningkatan Tendangan Jarak Jauh Sepakbola - Bina Darma e-Journal

1 2 12